BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran...

27
31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Desa Kunden di Kabupaten Blora 1. Letak Geografik Desa Kunden adalah suatu kelurahan yang berada dekat dengan kota Blora. Letak yang strategis dekat dengan alun-alun Blora, pasar, masjid, dan rumah Bupati, membuat Desa Kunden semakin ramai oleh lalu-lalang kendaraan seperti halnya angkotan umum dan ojek yang setiap harinya beroperasi. Transportasi menuju Desa Kunden sangat lancar, karena berbagai trasnportasi dalam berbagai jenis dapat diakses. Ada pun desa-desa yang berbatasan dengan desa Kunden, antara lain yaitu: Arah Desa Utara Desa Temurejo Selatan Kelurahan Mlangsen/ Jetis Barat Kelurahan Kauman Timur Kelurahan Tempelan Tanah di Desa Kunden adalah tanah subur, terbukti dengan warna tanah yang coklat kehitaman dan air tidak pernah kering serta merupakan daerah persawahan. Penghasilan masyarakat mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Kunden di Kabupaten Blora

1. Letak Geografik

Desa Kunden adalah suatu kelurahan yang berada dekat dengan kota

Blora. Letak yang strategis dekat dengan alun-alun Blora, pasar, masjid, dan

rumah Bupati, membuat Desa Kunden semakin ramai oleh lalu-lalang

kendaraan seperti halnya angkotan umum dan ojek yang setiap harinya

beroperasi. Transportasi menuju Desa Kunden sangat lancar, karena

berbagai trasnportasi dalam berbagai jenis dapat diakses.

Ada pun desa-desa yang berbatasan dengan desa Kunden, antara

lain yaitu:

Arah Desa

Utara Desa Temurejo

Selatan Kelurahan Mlangsen/ Jetis

Barat Kelurahan Kauman

Timur Kelurahan Tempelan

Tanah di Desa Kunden adalah tanah subur, terbukti dengan warna

tanah yang coklat kehitaman dan air tidak pernah kering serta merupakan

daerah persawahan. Penghasilan masyarakat mayoritas penduduk bermata

pencaharian sebagai petani.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

32

Luas seluruh tanah yang ada di desa Kunden adalah 130. 03 hektar ,

yaitu:

a. 42, 24 hektar merupakan lahan persawahan.

b. 18, 08 hektar merupakan tegalan.

c. 41, 03 hektar merupakan lahan pemukiman.

d. 18, 40 hektar lain-lain

2. Kependudukan

Berdasarkan letak geografisnya Desa Kunden memiliki luas daerah

130,03 HA, jumlah penduduk 3098 jiwa, terdiri dari 1516 laki-laki dan

1582 perempuan, yang memiliki ketinggian dari permukaan laut sekitar 30/

250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

Tabel 1

Jumlah Penduduk

No Usia Penduduk Jumlah

1 00 – 03 thn 107

2 04 – 06 thn 217

3 07 – 09 thn 621

4 010 – 12 thn 146

5 13 – 15 thn 135

6 16 – 19 thn 1791

Jumlah pendidikan penduduk desa Kunden tergolong sedang, hal ini

terlihat minim sekali warga lulusan sarjana atau perguruan tinggi.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

33

Tabel II

Taraf Pendidikan

No Sekolah Jumlah

1 TK -

2 SD 312

3 SMP/ SLTP 163

4 SMA/ SLTA 1572

5 Akademi/ D1 – D3 104

6 Sarjana/ S1 – S3 47

7 Pondok Pesantren -

8 Madrasah -

9 Penduduk Agama 8

10 Sekolah Luar Biasa -

11 Kursus Ketrampilan 13

Lembaga Pendidikan di Desa Kunden terdapat 2 SD/MI, 1

SLTP/MTS dan 2 SLTA/MAN namun untuk pendidikan TK di Desa

Kunden tidak tersedia, sehingga untuk pendidikan TK warga Kunden harus

pergi keluar desa misalnya Desa Karang Jati, Jetis dan sebagainya untuk

menyekolahkan putra-putrinya.

Geografis Desa Kunden yang merupakan daerah persawahan

menjadikan sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani.

Mata pencaharian penduduk tampak dalam tabel berikut:

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

34

Tabel III

Mata Pencaharian

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Petani 1271

2 Buruh tani 62

3 Buruh industri -

4 Buruh bangunan 30

5 Pedagang 24

6 PNS 379

7 ABRI 11

8 POLRI 10

9 Pensiunan 217

10 Merantau 8

11 Lain-lain -

B. Penyelenggaran dan Pelaksanaan

1. Latar Belakang Penyelenggaraan Upacara Lamporan

Pengertian masyarakat secara umum tentang lampor merupakan suara

makhluk halus yang berarak atau sebagai weweden. (Mangunsuwito, S.A.

2002: 130). Namun berbeda dengan Desa Kunden. Lamporan sendiri berasal

dari kata obor/ oncor yang berasal dari kalangan petani dan peternak di Desa

Kunden. Dengan tradisi ini masyarakat memercayainya sebagai tradisi tolak

bala, maksudnya untuk menghalau hal-hal yang sekiranya merupakan

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

35

gangguan bagi para petani dan peternak waktu itu. Pencetus diadakannya

tradisi Lamporan ini adalah Ibu Manik yang merupakan anak dari doro Sumo

yang merupakan tokoh masyarakat.

Awalnya Ibu Manik memiliki firasat pada bulan Suro, bahwa Nyi Roro

Kidul akan mengeluarkan setannya untuk mengganggu petani, dan ini akan

mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat khususnya di Desa

Kunden. Kekuatiran masyarakat terhadap gangguan roh-roh jahat membuat

masyarakat rutin mengadakan tradisi ini setiap tahunnya, terlebih kepercayaan

masyarakat bahwa Dewi Sri telah dianggap sebagai Dewi Kesuburan yang

dapat menolong masyarakat dari masa-masa pageblug dengan melalui tradisi

ini. Dalam masyarakat Jawa agraris (petani) Dewi Sri digambarkan sebagai

simbol Dewi Kesuburan. Konsep perempuan sebagai simbol kesuburan

berkaitan erat dengan masalah produksi dan reproduksi (Gatot Saksono, Djoko

Dwiyanto, 2012: 80), sehingga menjadikan tradisi ini menjadi budaya

tradisional yang tetap dilestarikan hingga sekarang.

Perlengkapan atau perabotan upacara Lamporan adalah:

a. Peralatan

1) Lampu petromak

Berfungsi sebagai penambah penerangan jalan, hal ini karena rute

kirap mengeliling Desa Kunden juga melewati persawahan yang

gelap dan jauh dari pemukiman desa.

2) Obor/ oncor

Obor/ oncor ini digunakan masyarakat sebagai penerang, selain

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

36

difungsikan sebagai bagaian dari ritual. Obor sendiri merupakan

lambang cahaya petunjuk kearah kehidupan yang lebih baik.

3) Pecut/ cemeti

Pecut/ cemeti sebagai senjata yang digunakan masyarakat untuk

mengusir roh-roh jahat yang mengganggu. Biasanya pecut ini

digunakan untuk menggembala sapi sebagai pengendali langkah

yang benar, yang dipukul atau disabetkan disepanjang jalan

maksudnya agar sengkolo yang ada di Desa Kunden hilang atau

menyingkir.

4) Barongan

Barong disini sebagai pengawal dari obor dan pecut untuk

menakut-nakuti roh jahat yang ingin datang mengganggu. Hal ini

karena rupa barongan yang menyeramkan menyerupai singa/

gendruwon atau sejenis mahkluk halus dipercayai oleh

masyarakat dapat menaku-nakuti setan atau roh-roh jahat.

5) Gamelan

Gamelan berfungsi sebagai musik pengiring pada saat kirap,

terutama pada saat atraksi di depan rumah Dinas Bupati Blora.

Cara membawanya pun dengan menggunakan sebatang kayu

yang dibebankan pada bahu atau pundak yang dibawa oleh dua

orang dengan posisi depan belakang.

b. Waktu Pelaksanaan

Upacara Lamporan yang rutin dilaksanakan tiap tahunnya

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

37

oleh masyarakat dilaksanakan pada setiap bulan Suro hari Kamis

Wage, malam Jum’at Legi, yang jatuh pada bulan November,

tanggal 22-11-2012 berdasarkan penggalan Jawa. Masyarakat

beranggapan bahwa hari itu dianggap pas untuk mengadakan ritual.

Hal ini karena malam Jam’at Legi merupakan malam yang sakral

dan cocok untuk melakukan ritual tolak bala. Terlebih suasana

malam Jum’at terasa berbeda dari malam yang lain. Masyarakat

mempercayai bahwa malam Jum’at biasanya waktu dimana roh-roh

jahat datang untuk mengganggu. Dari anggapan tersebut masyarakat

semakin percaya bahwa dengan pelaksanaan tradisi Lamporan ini

dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti gangguan

roh-roh jahat atau masa pageblug.

Pananggalan Jawa disebut juga kalender Jawa. Kalender

adalah penanggalan yang memuat nama-nama bulan, hari, tanggal

dan hari-hari keagamaan seperti terdapat pada kalender Masehi.

Kalender Jawa mempunyai arti dan fungsi tidak hanya berbagai

petunjuk hari, tanggal dan hari libur atau hari keagamaan, tetapi

menjadi dasar dan ada hubungannya dengan apa yang disebut

Petangan Jazui, yaitu perhitungna baik buruk yang dilukiskan

dalam lambang dan watak sesuatu hari, tanggal, bulan, tahun,

pranata wangsa, wuku dan lain-lainnya.

Nama hari dalam kalender Sultan Agung berasal dari kata-

kata Arab yakni ahad, Isnain, tsalasa, arba’a, kbamis, jum’at,

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

38

sabtu. Nama-nama itu dipakai sejak pergantian kalender Jawa asli

atau kalender saka, menjadi kalender Jawa Sultan Agung yang

nama ilmiahnya Anno Jawaneco. Pergantian kalender itu mulai 1

Suro tahun Alip 1555 yang jatuh pada 1 Muharam 1042, sama

dengan kalender Masehi 8 Juli 1633. Kalender itu merupakan

bukti akulturasi agama Islam dan kebudayaan Jawa yang luar

biasa. (Suwardi Endraswara, 2005: 151-154).

c. Tempat Upacara

Upacara tersebut dilaksanakan di Balai Desa Kunden. Hal ini

dikarenakan tempat tersebut cukup luas dan nyaman untuk ditempati

oleh masyarakat guna melaksanakan tradisi Lamporan setiap

tahunnya.

d. Rute Kirap

Seusai shalat Mahgrib, masyarakat yang sudah berkumpul

untuk mengikuti acara tahunan ini mulai di jalan RA. Kartini (Balai

Desa Kunden) yang dipimpin oleh ketua panitia. Kirap budaya ini

diawali dengan pengaturan barisan yang sudah ditentukan panitia

sebelum memulai kirap keliling desa Kunden.

Dengan melewati persawahan Jln. Agil Kusumodyo II yang

panjang dan gelap tidak membuat para peserta kirap takut, justru

semakin kencang membunyikan pecut. Perjalanan yang panjang usai

melewati Perumda dan Makam Pahlawan tibalah para peserta kirab

di rumah dinas Bupati di alun-alun Utara Blora. Sebelum mencapai

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

39

finis para peserta kirap singgah sejenak di depan kediaman rumah

dinas Bupati untuk menunjukkan atraksi dari Barongan Guntur Seto.

Waktu hampir tengah malam tidak membuat animo

masyarakat baik dari dalam maupun luar desa yang ingin melihat

tradisi ini berlangsung mengendur, justru masyarakat sangat antusias

sekali, hal ini terbukti dengan begitu banyaknya penonton yang

memenuhi halaman rumah dinas Bupati Blora tersebut. Usai

pertunjukan para peserta kirab melanjutkan perjalannannya menuju

Balai Desa Kunden sebagai akhir dari rute kirab budaya Lamporan.

e. Sesaji

Sesaji merupakan penghubung antara roh-roh nenek moyang

dengan manusia. Karena dengan sesaji para leluhur dapat

mengabulkan doa-doa dan harapan yang diinginkan manusia. Sesaji

juga merupakan persembahan masyarakat Kunden terhadap kepada

leluhur.

Sesaji/ tumpeng dalam masyarakat Kunden bentuknya

kerucut apabila semakin runcing melambangkan pusat keidupan

adalah Tuhan Yang Maha Esa, sehingga yang harus disembah

hanya Tuhan Yanga Maha Esa sebagai pencipta alam semesta.

Bumbu/ lauk dalam tumpeng bermacam-macam, yang masing-

masing merupakan simbol budaya. Simbol-simbol itu dibuat

didasarkan pada analogi dan olah nalar pelaku mistik. Bumbu/

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

40

lauk dalam tumpeng mampu menggambarkan perjalanan hidup

manusia dari ada menjadi tiada, yakni:

1) Telur: melambangkan (benih) terjadinya manusia,

2) Bumbu megang (gudangan): merupakan cikal bakal (embrio)

manusia,

3) Cambah: benih atau cikal bakal manusia

4) Kacang panjang: dimaksudkan dapat berumur panjang

5) Brambang: tindakan penuh pertimbangan

6) Kangkung: manusia semacam itu tergolong manusia

linangkung (tingkat tinggi)

7) Bayem: hidupnya tentram

8) Lombok abang: melambangkan keberanian

9) Ingkung: tingkah laku manusia dibatasi dengan norma yang

berlaku dalam masyarakat

Pelaksanaan tradisi Lamporan juga mengunakan sesaji atau

tumpeng yang dibawa warga ke balai Desa Kunden untuk didoakan

dan dimakan bersama-sama warga yang hadir dan yang mengikuti

prosesi Lamporan dari awal. Sesaji atau tumpeng dimaknai

masyarakat sebagai hasil berkah dari wujud kepercayaan masyarakat

terhadap Dewi Sri yang telah melindungi pertanian dan peternakan

para warga Kunden.

Sesaji atau tumpeng yang dibawa warga tidak harus mewah

dan mahal, cukup seperlunya saja yang sekiranya pantas untuk

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

41

disajikan. Umumnya dalam ritual tradisi sesaji atau tumpeng

menggunakan ingkung atau ayam bakar, namun berbeda dengan

tradisi Lamporan. Upacara tradisi Lamporan yang terpenting adalah

ritual tolak bala. Ritual tolak bala ini dilakukan pada sesi kirab

buyadanya.

Prosesi makan Sesaji atau tumpeng dilakukan setelah kirap

budaya Lamporan. Warga yang mengikuti pelaksanaan Lamporan

sangat antusias untuk mengikuti acara makan sesaji atau tumpeng

bersama dengan warga yang lain. Moden membaca doa agar apa

yang dilakukan dalam pelaksanaan tradisi Lamporan ini dapat

menjadi berkah dan keselamatan bagi para warga Kunden. Usai sesi

doa, warga langsung memilih dan memakan sesaji atau tumpeng

yang disukai. Suasana kebersamaan makan bersama semakin

menambah kenikmatan warga.

Menurut Clifford Geertz dalam The Religion of Java,

upacara dengan membuat sesaji (sajen) memang ada dalam tiap

upacara orang Jawa. Koenjtaraningrat dengan mengutip J. Van Baal,

ahli antropologi Belanda, mengatakan bahwa suatu sedekah adalah

suatu pemberian, dan bahwa suatu pemberian terutama merupakan

cara untuk berkomunikasi simbolis dan untuk berpartisipasi dalam

kehidupan serta pekerjaan dari orang yang diberi, dan bukan hanya

merupakan cara untuk memuaskan hubungan fisik seseorang untuk

“menyuap” atau untuk mengembalikan suatu jasa. Oleh karena itu

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

42

sebagai suatu pemberian, sedekah merupakan alat untuk

berkomunikasi secara simbolik dengan makhluk-makhluk halus di

dunia gaib.

Selametan adalah upacara sedekah makanan dan doa

bersama yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan

ketentraman. (Purwadi, 2005: 22). Selametan dimaksudkan untuk

memuaskan roh-roh (setempat) bagi, terutama, penduduk desa yang

mayoritas adalah petani. Roh-roh yang terpuaskan tidak akan

mengganggu ketentraman atau agar tidak menimbulkan apa-apa.

Para santri tentu saja tidak mempercayai hal ini, tetapi juga tidak

menolaknya. Ia tidak menolak karena dalam selametan tidak hanya

menggunakan aspek mistis, tetapi juga satuan sosial para pesertanya.

Peserta selametan tidak terikat pada kepercayaan agamiah tertentu.

Semua tetangga dekat, apa pun agama dan kepercayaannya,

diundang. (Sukarno, Gatot, Djoko Dwiyanto, 2012: 93-95).

2. Pelaksanaan Upacara Tradisi Lamporan

Kepercayaan masyarakat akan adanya roh jahat yang akan

mengganggu desa membuat tradisi Lamporan ini rutin diadakan setiap

tahunnya. Hal ini karena tradisi Lamporan dipercaya dapat menghalau

roh-roh jahat yang akan datang untuk mengganggu desa. Dalam wujud

tradisi ini, masyarakat mempercayai bahwa hasil pertanian akan subur

dan masyarakat akan menjadi makmur seperti yang diharapkan.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

43

Gangguan makhluk gaib atau lelembut ini akan hilang seiring dengan

tradisi Lamporan dilaksanakan oleh warga setempat.

a. Tahap persiapan Lamporan

Adapun persiapan yang dilakukan dalam tradisi Lamporan yaitu:

1) Musyawarah Untuk Mufakat

Dalam proses ini, masyarakat bersama-sama bertemu

untuk membicarakan/ musyawarah pembentukan panitia beserta

perangkat desa sehubung dengan pengadaan tradisi yang akan

dilakukan tahun ini. Dalam keputusan musyawarah telah

diperoleh keputusan bersama dalam pemilihan ketua panitia

untuk memimpin jalannya upacara tradisi Lamporan tersebut

beserta anggota-anggota jajarannya.

2) Gotong- royong

Kerja sama dan saling melengkapi menjadi pokok

dalam suatu ritual tradisi. Khususnya dalam masyarakat desa

gotong-royong masih dianggap perlu dan penting untuk saling

menolong dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.

Dalam kaitannya dengan tradisi Lamporan, gotong-

royong nampak sebelum acara dimulai, yaitu saat para panitia

bergotong- royong mempersiapkan segala keperluan mulai dari

menyiapkan meja kursi didalam balai Desa Kunden yang

digunakan sewaktu prosesi makan sesaji atau tumpeng bersama

warga seusai kirap budaya tradisi Lamporan selesai. Selain itu

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

44

juga mempersiapkan panggung hiburan dari atraksi barongan

Sekar Joyo bersama dengan jasa sewa panggung. Lampu

sebagai penerang juga dipasang secara rapi agar pencahayaan

dalam tradisi berjalan secara maksimal dan lancar.

b. Tahap pelaksanaan

Tradisi merupakan suatu warisan budaya lokal yang

selalu diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Hal ini

nampak pada masyarakat di Desa Kunden yang selalu rutin

melakukan tradisi upacara Lamporan pada setiap bulan Suro.

Tradisi ini yang telah diadakan pada tangal 22 November 2012

tepatnya pada hari Kamis Legi, malam Jum’at Pahing.

Penyambutan tradisi Lamporan ini diwarnai animo

masyarakat yang positif. Terlebih pada anak-anak yang sering

kali turut memeriahkan tradisi tersebut hingga tengah malam,

namun tak luput dari pantauan orang tua yang juga turun ikut

menyaksikan walaupun dari kejauhan. Pada umumnya peserta

Lamporan biasanya banyak diikuti oleh penggembala ternak

(cah anggon) karena pengembala ini dianggap mempunyai

kelebihan/ kekebalan dari penyakit, panas, hujan, binatang buas,

dan gangguan makhluk halus, bahkan ada yang percaya

ludahnya penggembala (cah angon) dapat menyembuhkan orang

sakit. Selain itu juga diikuti pengirim Lamporan (masyarakat

yang telah membawa ambeng/tumpeng) dan sesepuh pinisipuh.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

45

Dalam pelaksanaan tradisi Lamporan, masyarakat sangat

antusias sekali untuk ikut dalam prosesnya secara langsung.

Mulai dari berkumpul diarea depan kelurahan sambil membawa

obor ataupun pecut yang telah disediakan oleh panitia sebelum

dilanjutkan berkeliling di Desa Kunden bersama warga yang

lain.

Prosesi tradisi ini dianggap sebagai ritual tolak bala

pengusiran roh-roh jahat yang datang mengganggu. Khususnya

untuk para petani yang khawatir akan adanya wabah penyakit

seperti hama dan musim yang tidak mendukung dalam proses

pertanian. Hal ini membuat masyarakat percaya dengan

pelaksanaan tradisi upacara Lamporan ini membuat pertanian

aman dari gangguan dan hasil panen memuaskan, selain itu juga

meningkatkan perekonomian dan kemakmuran masyarakat di

Desa Kunden.

Dalam prosesi ini setiap RT membawa 1 buah

tumpengan untuk dibawa ke balai desa. Pembuatannya biasanya

dalam setiap RT mengadakan iuran. Hal ini tergantung

kesepakatan bersama. Pada setiap RT ada yang warganya iuran

uang seiklasnya untuk pembuatan tumpeng, namun ada juga

yang berupa bahan pokok yang akan dimasak oleh perwakilan

warganya atau bahkan makanan yang sudah diolah. Di Desa

Kunden terdapat 13 RT sehingga tumpeng atau makanan yang

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

46

tersedia cukup banyak, hal ini semakin membuat masyarakat

tergiur untuk mengikuti acara tradisi upacara Lamporan ini agar

dapat menikmati hidangan/ tumpeng yang sudah disediakan

warga.

Pelaksanaan tradisi upacara Lamporan dimulai seusai

Shalat Mahgrib sekitar pukul 06.30. Masyarakat Kunden

beranggapan bahwa waktu tersebut diangap keluarnya

gangguan, baik dari roh halus maupun yang bisa dilihat manusia

(hama) yang akan mengganggu manusia dalam pertanian.

Persiapan diawali dengan mengumpulkan tumpeng di Balai

Desa Kunden selajutnya barulah panitia memulai acaranya.

Pembawa acara mengumumkan urut-urutan barisan pada

saat akan melakukan kirap budaya atau keliling di kelurahan

Kunden. Pertama yaitu dua orang yang membawa lampu

petromak maksudnya untuk penerangan jalan, hal ini karena rute

kirap budaya atau keliling Desa Kunden melewati area

persawahan yang jauh dari pemukiman penduduk, selanjutnya

barisan sepanduk yang bertuliskan “Kirap Budaya Lamporan

Assyuro’ 1434 H Kelurahan Kunden”. Berikutnya adalah dua

panitia Lamporan yaitu Ketua dan sekertaris yang bertugas

sebagai pemandu rute kirap budaya atau keliling Desa Kunden

dan barisan berikutnya Barongan Risang Guntur Seto. Barongan

ini fungsi utamanya adalah sebagai pengamal atau weweden

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

47

dalam kirap budaya Lamporan tersebut, maksudnya untuk

mengusiran roh-roh jahat yang hendak masuk untuk

mengganggu akan dihalau oleh sosok barongan tersebut.

Dengan doa-doa khusus yang dipanjatkan sewaktu kirap budaya

Lamporan dimulai dengan harapan agar tradisi ini berjalan

lancar dan terhindar dari segala macam gangguan roh-roh jahat.

Berikutnya adalah barisan pecut dan obor. Jumlah obor

dan pecut yang dibawa dalam kirap budaya Lamporan ini

ditentukan masing-masing sejumlah 40 buah. Angka 40 buah

terkait filisofi siklus kelahiran manusia. Ibaratnya berasal dari

selama proses membentukan darah dalam 40 hari pertama, fase

berikutnya menjadi segumpal daging di 40 hari berikutnya,

sampai fase dimana bakal janin mendapatkan roh di 40 hari

berikutnya.

Obor merupakan lambang cahaya petunjuk ke arah

kehidupan yang lebih baik. Pecut difungsikan sebagai

pengendali langkah ke arah yang benar. Seiring dengan

perubahan jaman jumlahnya Obor dan pecut semakin

bertambah, kurang lebih tedapat 100 buah, hal ini karena animo

masyarakat yang besar dalam kirap budaya Lamporan tersebut.

Barisan berikutnya adalah warga dari RT dan RW Desa Kunden

yang ikut memeriahkan dalam kirap Lamporan malam itu.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

48

Barongan Ungkoro Jati menjadi yang terakhir dalam barisan.

Usai penataan barisan, acara kirap Lamporan siap dimulai.

Kirap mulai di jalan RA. Kartini (Balai Desa Kunden), Jln.

Gunung Wilis. Jln. Agil Kusumodyo II (lewat sawah), Jln. Mustika

Raya/ Perumda, Jln. Sonorejo, Jln. Taman Makam Pahlawan, Jln.

Tentara Pelajar, Jln. Alun-alun Utara (atraksi di depan Rumah

Dinas Bupati), Jln. RA. Kartini, Jln. Abu Umar, Jln. Agil

Kusumodyo, Jln. Gunung welis, Jln. RA. Kartini (finis depan Balai

Desa Kunden).

Usai kirap masyarakat yang kelelahan setelah menempuh

jarak yang kurang lebih 3 Km itu sangat antusias mengikuti acara

selanjutnya yaitu makan tumpeng bersama di Balai Desa Kunden.

Banyaknya orang yang tak sabar menunggu baik dari anak-anak

maupun orang dewasa untuk segera menikmati makan tumpeng

yang sudah tersedia.

Di Balai Desa Kunden masyarakat berkumpul dengan tertib

mendengarkan doa yang dibacakan oleh Moden selaku pembaca

doa. Usai moden menbacakan doa, langsung saja semua orang

yang berkumpul di Balai Desa Kunden berkerumunan untuk

memakan tumpeng dan memilih-milih hidangan yang disukai.

Tidak ada rasa malu atau pun canggung, yang ada hanya rasa

kebersamaan diantara para masyarakat yang ikut mengikutinya.

Susunan acara sebagai berukut:

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

49

1) Sambutan Ketua Panitia

Sambutan dari ketua panita yang intinya mengucapkan terimakasih

atas segelap kinerja panitia yang sudah bekerja keras dalam

penyelenggakan tradisi Lamporan tersebut dan masyarakat yang

terlibat serta tamu undangan yang datang untuk turut memeriahkan

acara.

2) Sambutan oleh Kepala Desa

Pembukaan dilakukan oleh Kepala Desa yang berterimakasih

kepada panitia penyelenggara beserta tamu undangan yang datang

dan seluruh warga masyarakat yang hadir. Dan berharap ditahun-

tahun berikutnya tradisi Lamporan terus dilaksanakan dari

generasi-kegenerasi.

3) Kirap Lamporan Berkeliling Desa

Dalam kirap ini merupakan acara inti dari tradisi Lamporan, para

masyarakat pun yang telah mempersiapkan diri dengan peralatan

sudah siap berbaris untuk mengadakan kirap keliling Desa

Kunden. Yang diawali dan akhiri di Balai Desa Kunden. Namun

sebelum finis, masyarakat berhenti sejenak di depan rumah Dinas

Bupati Blora untuk melaksanakan pertunjukan barongan Risang

Guntur Seto yang ditabuhi gamelan. Pertunjukan ini pun banyak

disaksikan warga dari beberapa daerah, untuk melihat atraksi

barongan sebagai wujud pelestarian budaya.

4) Sambutan oleh perwakilan LKMD (didepan rumah dinas Bupati)

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

50

Sambutan yang diberikan intinya sangat berteimakasih atas semua

yang terlibat dalam tradisi Lamporan ini. Terutam pada

masyarakat yang masih melakukan tradisi Lamporan secara turun-

temurun dan menjadikan tradisi Lamporan menjadi budaya lokal

kota Blora.

5) Pembacaan Doa oleh Moden

Pembaca doa memiliki tugas yang sangat penting, hal ini karena

dalam doa yang dibacakan berisikan permohonan dan permintaan

yang mulia agar lahan pertanian terhindar dari hama dan wabah

penyakit atau pageblug (sulit sandang pangan). Sehingga

kehidupan perekonomian di Desa Kunden berjalan dengan baik

dan kesejahteraan masyarakat terjamin dengan hasil panen yang

melimpah. Pembacaan doa dipimpin oleh moden dengan bahasa

Arab yaitu surat Al Fatihah, Doa Sapu Jagad dan Doa Selamat.

6) Istirahat/ makan bersama

Usai doa bersama masyarakat yang turut mengikuti kirap sangat

bersemangat menikmati tumpeng yang telah disiapkan oleh

masing-masing RT tersebut. Usai makan dan istirahat acara

dilanjutkan dengan hiburan kesenian Barongan Sekar Joyo.

7) Hiburan

Hiburan yang disuguhkan adalah atraksi dari barongan Sekar Joyo

yang dimana juga merupakan kesenian asal Desa Kunden. Dengan

pertunjukan ini masyarakat Kunden khususnya sangat berharap

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

51

dapat melestarikan budaya kesenian asli Kunden dan menjadikan

kesenian barong menjadi ciri khas kota Blora.

C. Makna Tradisi Lamporan

1. Makna Tradisi Lamporan dalam bidang religi/ agama

Masyarakat kuno atau masyarakat Jawa pada dasarnya merupakan

orang yang percaya akan roh-roh nenek moyang. Hal ini juga dipercayai

oleh masyarakat Kunden.

Makna adalah arti atau maksud dari sesuatu kata.

(Poerwadarminta, W. J. S. 1976: 624). Pada hakekatnya unsur

kebudayaan yang disebut religi adalah amat komplek, dan berkembang

atas berbagai tempat di dunia. Semua manusia tahu bahwa akan adanya

suatu alam dunia yang tak nampak, yang ada di luar batas pancaindranya

dan diluar batas akal. Dunia supranatural menurut kepercayaan manusia

adalah dunia gaib yang memiliki kekuatan yang sehingga ditakuti

manusia. (Koentjaraningrat, 1977: 228-229).

Kepercayaan adanya roh-roh jahat yang akan datang mengganggu

membuat masyarakat Kunden melestarikan budaya leluhur terdahulu

yang percaya dengan mengadakan ritual dapat mengusir roh-roh jahat.

Masyarakat Kunden sendiri menjadikan tradisi Lamporan sebagai wujud

nyata ritual tolak bala. Kecenderungan pelaksanan tradisi ini merupakan

bagian suatu tradisi yang wajib dilaksanakan setiap tahunnya yang

merupakan warisan dari leluhur terdahulu.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

52

Masyarakat Kunden sendiri mayoritas beragam Islam, dalam

pelaksanaan tradisi masyarakat tidak membeda-bedakan satu dengan

yang lannya. Justru dengan pelaksanaan tradisi ini masyarakat

memanfaatkannya untuk silahturahmi antar warga guna menjaga

hubungan antar tetangga.

2. Makna Tradisi Lamporan dalam bidang sosial

Desa Kunden merupakan masyarakat yang cukup padat

penduduknya. Setiap tahunnya banyak penduduk yang datang dan pergi,

sehingga banyak warga yang tidak saling mengenal satu dengan yang

lain. Kependudukan yang semakin meningkat membuat masyarakat

menjadi sulit membedakan mana yang warga asli ataupun pendatang.

Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang

hidup di dalam lingkungan alam. Dalam kaitannya dengan pembicaran

tentang kebudayaan manusia dipandang sebagai makhluk sosial. (Suwaji

Bostami, 1992: 4). Maka dengan pelaksanaan tradisi Lamporan dapat

membuat masyarakat yang tadinya tidak saling mengenal menjadi tahu

satu sama lain. Mengenal dan berkumpul dalam tradisi Lamporan ini

menambah nilai kerukunan dan solidaritas dalam masyarakat sebagai

wujud makhluk sosial.

Tradisi Lamporan membuktikan bahwa selain untuk tujuan tolak

bala juga sebagai pemersatu kekerabatan antar warga untuk menjalin

suatu hubungan sosial. Masyarakat pun menjadi semakin disatukan

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

53

dalam pelaksanakan tradisi Lamporan ini, karena dalam tradisi ini

persaudaraan antar masyarakat terjalin dengan sangat baik.

3. Makna Tradisi Lamporan dalam bidang ekonomi

Tradisi Laporan setiap tahun rutin diadakan dan dimanfaatkan

masyarakat Kunden sebagai bentuk tolak bala. Ritual tradisi Lamporan

bertujuan agar roh-roh jahat tidak akan datang menggangu dan mata

pencaharian masyarakat akan stabil. Hal ini karena mata pencaharian

masyarakat sebagian besar warga Kunden adalah petani. Para petani di

masyarakat Kunden sangat berharap dengan adanya tradisi Lamporan ini

pertanian akan subur dan hasil panen melimpah dan terhindar dari

pageblug.

Dalam artikelnya yang berjudul The Dynamics of Religious

Economies, Roger Finke dan Rodney Stark menjelaskan bahwa frase

ekonomi religius tersebut berarti suatu subsistem yang mengandung seluruh

aktivitas religius yang berlangsung dalam masyarakat apapun, sekumpulan

dari satu atau lebih organisasi yang mencoba untuk menarik atau

mempertahankan pengikut-pengikut, dan kultur religius yang ditawarkan

oleh organisasi. (http://muhammadsaingblog.blogspot.com/2011/10/teori-

ekonomi-religius-rodney-stark-dan.html).

Kepercayaan masyarakat terhadap Dewi Sri sebagai yang

digambarkan sebagai simbol Dewi Kesuburan, membuat tradisi

Lamporan semakin diminati sebagai ritual tolak bala untuk pengusiran

roh-roh jahat. Pelaksanaan ritual Lamporan ini membuat masyarakat

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

54

menjadi tenang karena terhindar dari segala gangguan roh-roh jahat baik

yang tidak nampak ataupun yang nampak yang berupa hama pertanian.

Harapan masyarakat dalam pelaksanaan tradisi Lamporan sangat

besar, hal ini nampak pada animo masyarakat yang datang untuk

mengikutinya secara langsung. Besarya harapan masyarakat akan hasil

panen yang melimpah terhadap pelaksanaan tradisi Lamporan membuat

ritual tradisi ini menjadi semakin hikmat dan sakral. Dengan demikian

adanya tradisi Lamporan, khususnya bagi masyarakat Desa Kunden

mempunyai peranan yang besar dalam menunjang perekonomian.

4. Makna tradisi Lamporan dalam bidang pendidikan

Pelaksanaan tradisi Lamporan sendiri banyak menarik perhatian

tidak hanya dari Desa Kunden tetapi juga dari luar desa lainnya.

Masyarakat yang datang pun dari berbagai kalangan. Tidak hanya dari

kalangan orang dewasa atau orang yang sudah bekerja saja, namun tak

sedikit juga para pelajar yang datang untuk sekedar menyaksikan saat

acara berlangsung.

Begitu banyaknya masyarakat dari berbagai kalangan membuat

tradisi Lamporan menjadi semakin dikenal. Hal itu membuat masyarakat

terdorong untuk ikut melestarikan budaya lokal yang merupakan ciri khas

Desa Kunden di Kabupaten Blora.

Menurut Koenjtraningrat (1974: 19) mendefinisikan kebudayaan

sebuah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia

dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

55

dengan belajar. Maka para pelajar yang datang dalam pelaksanaan tradisi

Lamporan dapat menjadikan tradisi ini masukan dalam mata pelajaran

IPS khususnya sejarah mengenai kebudayaan lokal. Dengan begitu

masyarakat dan para pelajar dapat memahami nilai-nilai kerukunan dan

solidaritas dalam meningakatkan persatuan antar warga Kunden.

D. Pergeseran Makna

1. Pergeseran dalam bidang religi

Dahulunya masyarakat percaya dengan mengadakan suatu ritual

akan membuat para leluhur menjaga desa dari segala macam roh-roh

jahat yang akan datang untuk mengganggu. Namun pemujaan kepada

arwah nenek moyang, pada saat ini berubah menjadi penghormatan dan

mendoakan arwah nenek moyang yang meninggal dunia. Hal ini

nampak dalam ritual tradisi Lamporan dimana dalam tradisi tersebut

dahulunya menggunakan kemenyan yang dapat pemanggilan roh-roh

nenek moyang sembari mengucapkan doa-doa permohonan. Tujuannya

untuk meminta keamanan, ketentraman dan terhindar dari roh-roh jahat

yang akan datang mengganggu. Namun setelah masyarakat Desa

Kunden mengenal agama penggunaan kemenyan ditiadakan, hal ini

sesuai dengan ajaran agama bahwa meminta/ memohon sesuatu

terhadap benda atau mahkluk halus merupakan perbuatan syirik, dan itu

tidak diperbolehkan.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

56

Religi/ agama dalam kepercayaan masyarakat Kunden sangat

berpengaruh penting dalam kehidupan. Hal ini bukan semata tidak

mengahargai warisan leluhur terdahulu dalam pelaksanaan tradisi

Lamporan, melainkan pengaruh agama Islam yang kuat bahwa tiada

yang lain selain Allah untuk disembah.

2. Pergeseran dalam bidang perlengkapan

Awal mulanya obor dan pecut dalam pelaksanaan tradisi

Lamporan masing-masing berjumlah 40 buah. Seiring dengan

perubahan jaman jumlah Obor dan pecut semakin bertambah, kurang

lebih tedapat 100 buah, hal ini karena masyarakat percaya dengan

angka 100 yang disimbolkan sebagai kesempurnaan yang dimiliki

Tuhan Sang Maha Pencipta, merupakan wujud dari masyarakat yang

sudah mengenal agama.

Masyarakat yang mayoritas beragama Islam tidak

menghilangkan kesakralan dalam pelaksanaan tradisi Lamporan. Justru

dengan tradisi Lamporan menjadikan wujud nyata dalam torelansi

beragama. Tradisi Lamporan sendiri membuat kalangan masyarakat

menjadi sadar akan pentingnya untuk saling menghargai dan

menghormati terhadap sesama manusia.

Dalam tradisi Lamporan dahulunya juga tidak menggunakan

barongan. Hal ini dikarenakan Desa Kunden sendiri memiliki dua sanggar

kesenian barong yang cukup terkenal, sehingga inisiatif warga untuk

menambahkan unsur seni sebagai wujud pelentarian kesenian budaya agar

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7482/13/T1_152009023_BAB IV... · 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:

57

tidak punah. Maka kesenian barongan diikut sertakan dalam ritual tradisi

Lamporan. Keikut sertaan barongan dalam kirap budaya tradisi Lamporan

ini bukan sebagai bentuk dari hiburan, melainkan juga bagaian dari ritual

tolak bala, yaitu sebagai pengawal yang dapat menakut-nakuti gendrowon

atau makhluk halus yang akan datang mengganggu. Meski pada akhir

acara juga ada hiburan dari aksi barongan Sekar Joyo. Dengan adanya

pertunjukan kesenian barongan ini ritual tradisi Lamporan bercampur

antara adat dan seni.