BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf ·...

74
60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Obyek Penelitian a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Pondok Pesantren yang telah berdiri bagai batu karang di laut, tetap tegar walau ombak menghempas datang. Di tengah-tengah gelombang juang bangsa Indonesia meneriakkan kata merdeka pada saat itulah generasi muda meledakkan dadanya, mereka hanya mempunyai satu tujuan, Indonesia harus merdeka. Pesantren ini pun tidak pernah tertinggal dalam perjuangan meski dalam bentuk gerakan yang lain. Sepeninggalan tokoh-tokoh tua, muncul Kyai Yahdi sebagai tokoh muda yang baru menyelesaikan studinya di Pondok Pesantren. Kyai Yahdi menimba Ilmu dibeberapa Pondok Pesantren, mula-mula pondok pesantren yang dijadikan tujuan adalah Pesantren Seblak Jombang dibawah asuhan Kyai Maksum Ali adik ipar Hadrotu Syeh Kyai Hasyim Asy’ari ro’is akbar NU, beliau adalah seorang ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu- shorof). Namun meskipun statusnya sebagai santri asuhan Kyai Maksum Ali tapi Kyai Yahdi kecil menyempatkan waktunya untuk menimba ilmu

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf ·...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Obyek Penelitian

a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah

Pondok Pesantren yang telah berdiri bagai batu karang di laut,

tetap tegar walau ombak menghempas datang. Di tengah-tengah

gelombang juang bangsa Indonesia meneriakkan kata merdeka pada saat

itulah generasi muda meledakkan dadanya, mereka hanya mempunyai satu

tujuan, Indonesia harus merdeka.

Pesantren ini pun tidak pernah tertinggal dalam perjuangan meski

dalam bentuk gerakan yang lain. Sepeninggalan tokoh-tokoh tua, muncul

Kyai Yahdi sebagai tokoh muda yang baru menyelesaikan studinya di

Pondok Pesantren. Kyai Yahdi menimba Ilmu dibeberapa Pondok

Pesantren, mula-mula pondok pesantren yang dijadikan tujuan adalah

Pesantren Seblak Jombang dibawah asuhan Kyai Maksum Ali adik ipar

Hadrotu Syeh Kyai Hasyim Asy’ari ro’is akbar NU, beliau adalah seorang

ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-

shorof). Namun meskipun statusnya sebagai santri asuhan Kyai Maksum

Ali tapi Kyai Yahdi kecil menyempatkan waktunya untuk menimba ilmu

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

61

di pesantren Salafiyah yang diasuh oleh Kyai Hasyim Asy’ari, tapi sayang

waktu belajar kurang bisa maksimal karena waktu itu Indonesia masih

dalam cengkraman penjajahan Belanda.

Tahun 1937 Kyai Yahdi kecil keluar dari pesantren Seblak

namun hati kecilnya masih belum hasrat untuk pulang, akhirnya

memutuskan untuk melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Darul

Ulum di bawah asuhan Kyai Dahlan serta Kyai Romli Tamim seorang

mursyid Am Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah. Dari sana Kyai

Yahdi banyak bertambah ilmu serta pengalamannya, bahkan di pesantren

itulah Kyai Yahdi kecil menghatamkan hafalan al-Qur’annya 30 juz

selama kurun waktu satu tahun, kemudian pada tahun 1939 Kyai Yahdi

kecil pulang kampung karena sudah dirasa pantas untuk mengamalkan

ilmunya yang diperoleh selama ini. Namun sebelum pulang dan terjun di

masyarakat Kyai Yahdi mencari berkah (Tabarrukan) ke Pondok Mojosari

Nganjuk karena dikalangan para Kyai kharismatik khusunya Jawa Timur

ada pameo yang patut untuk disimak yaitu: “seorang santri belum

sempurna kesantriannya sebelum terlebih dahulu menjadi santri Pondok

Mojosari Nganjuk”. Maka dipesantren inilah Kyai Yahdi mengikuti jejak

para seniornya untuk tabarrukan di pondok yang didirikan Kyai Imron

beratus-ratus tahun yang lalu. Saat Kyai Yahdi tabarrukan pondok

Mojosari sudah di bawah asuhan Kyai Zainuddin pengasuh periode ke

lima yang tidak diragukan lagi sifat kewaliannya.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

62

Sebelum Kyai Yahdi pulang dari Pesantren di Mojogeneng waktu

itu sudah ada kegiatan pengajian yang diasuh oleh para orang-orang tua

diantaranya Kyai Idris, Kyai Ahmad, Kyai Tolhah, Kyai Dzuriyat dan para

tokoh yang lain namun sistemnya masih sangat sederhana dan tradisional.

Sekitar tahun 1939 Kyai Yahdi kecil yang sudah lama meninggalkan

rumah dalam rangka mencari ilmu akhirnya pulang. Pulangnya Kyai

Yahdi diharapkan bisa menjadi penerus perjuangan para sesepuh desa.

Sejak pulang dari pesantren Kyai Yahdi tidak langsung terjun di

masyarakat sehingga tidak punya kegiatan, keadaan ini berjalan sampai

dua tahun. Aktifitas sehari-harinya diisi dengan membantu orang tua dan

menyendiri baca al-Qur’an di Musholla. Hal ini sudah menjadi hal yang

biasa bagi santri yang baru pulang dari pesantren masih merasa canggung

untuk beradaptasi dengan masyarakat sekitar. Namun karena dedikasi

Kyai Yahdi pada dunia pendidikan agama sangat tinggi, akhirnya dengan

bismillah pada tahun 1942 Kyai Yahdi mulai menggunakan waktunya

untuk mengabdi dan meneruskan madrasah, sedangkan tempatnya masih

di Musholla dan sistemnya juga masih sangat sederhana, sementara kitab

yang diajarkan adalah kitab-kitab yang sangat dasar seperti kitab sulam

safinah, kasyifah dll. Waktu itu masih ada 4 murid.

Mengingat fasilitas pendidikan madrasah tersebut kurang

mendukung sehingga kurang bisa berkembang secara maksimal, akhirnya

pada tanggal 25 November 1943 Kyai Yahdi mendapat wakaf sebidang

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

63

tanah dari bapak H. Sofi’i kemudian tanah tersebut dibangun Kyai Yahdi

menjadi gedung madrasah yang sangat sederhana dari bambu dan

madrasah itu diberi nama SRI Diniyah (Sekolah RakyatIslami “Diniyah”).

Akhirnya pendidikan yang dirintis bisa berkembang, kemudian pada tahun

1945 fasilitas di rehab dan mulai berkembang pesat hingga menambah

beberapa guru. Pada tahun 1951 madrasah mengalami krisis murid sampai

tahun 1955 hal ini disebabkan banyaknya tenaga guru yang keluar dan

beberapa meninggal dunia. Akhirnya madrasah yang awalnya bernama

SRI dirubah menjadi MI (Madrasah Ibtida’iyah).

Setelah para staf pengajar tertata, lambat laun murid yang belajar

di madrasah mulai stabil hingga mencapai 180 anak. Mengingat banyak

siswa yang merasa betah di Mojogeneng dan ingin melanjutkan kejenjang

lebih tinggi sementara di sana belum tersedia, akhirnya pada tahun 1955

muncul gagasan mendirikan madrasah setingkat SLTP yaitu MTs

(Madrasah Tsanawiyah) yang diberi nama MTs Salafiyah. Berdirinya

MTs mendapat respon positif dari masyarakat, meskipun keadaan

bangunannya masih sangat sederhana karena terbuat dari bambu, tapi

perkembangan MTs sangat menggembirakan. Hal ini terbukti dalam

waktu tidak lama mempunyai murid sekitar 184 anak.

Masih ditahun 1955 ketika siswa sekolah sudah mulai banyak

Kyai Yahdi mempunyai inisiatif untuk membuat Madrasah al-Qur’an, dari

sinilah nanti banyak mencetak para penghafal al-Qur’an (hafiz-hafiẓah).

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

64

Pada tahun 1956 Kyai Yahdi kedatangan 3 santri asal Sumatra yang

bermaksud ingin berguru menghafal al-Qur’an, dan tahun 1958

kedatangan 5 santri dari Magelang. Karena waktu itu belum ada fasilitas

bagi santri yang mukim maka para santri ditempatkan di serambi langgar

tengah. Kemudian pada tahun 1959 Kyai Yahdi berniat membuat kamar

sebagai tempat singgah santri berupa kamar kecil berukuran 4x12 dibuat 3

lokal yang terbuat dari bambu dan meterialnya atas swadaya masyarakat

Mojogeneng dan sekitarnya sebagai cikal bakal asrama al-Ghozali.

Pada tahun 1960 setelah mendirikan asrama sederhana dari

bambu yang diperuntukkan untuk santri putra, perjalanan lembaga

pendidikan dan pesantren semakin menunjukkan tanda-tanda positif,

akhirnya pada tahun 1969 merehab asrama al-Khodijah yang diasuh Kyai

Dimyati yang merupakan adik ipar, dan masih dalam tahun yang sama

juga didirikan asrama ar-Ruhamaiyah yang kemudian diasuh oleh

menantunya Kyai Nur Hasan. Tahun 1970 berdiri asrama ar-Robi’iyyah

yang diasuh oleh Kyai Dawam Dzurriyat sepupu Kyai Yahdi, tiga tahun

kemudian pada tahun 1973 berdiri asrama al-Karimah yang diasuh oleh

Kyai Muskinah adik kandung Kyai Yahdi. Tahun 1976 berdiri asrama as-

Shomadiyah dan asrama as-Syifa’iyyah yang diasuh Kyai Yahdi sendiri

dan pada 1990 berdirilah asrama Ahlul Quro yang diasuh oleh agus

Shobiri.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

65

Meskipun Kyai Yahdi adalah seorang Kyai yang berhaluan salaf,

namun beliau mempunyai sifat yang sangat inklusif (terbuka) dan visioner

(berpikiran maju). Hal ini terbukti demi kemajuan sumber daya manusia,

maka diadakannya pendidikan formal di lingkungan pondok pesantren.

Beliau menyadari bahwa pendidikan merupakan segalanya mengenai

sistem formal maupun nonformal, hal tersebut sebagai instrument dalam

mengembangkan pendidikan, sehingga di pesantren Bidayatul Hidayah,

tidak hanya mengadakan kegiatan pengajian kitab kuning, namun juga

tersedia pendidikan formal berupa Madrasah Ibtida’iyah dan Madrasah

Tsanawiyah. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwasannya Kyai

Yahdi adalah seorang ulama’ yang visioner atau memiliki pandangan jauh

ke depan. Sampai pada tahun 1977 Kyai Yahdi mendirikan Madrasah

Diniyah dan Madrsah Aliyah Salafiyah sebagai jenjang yang lebih tinggi

untuk menampung santri yang telah tamat dari Madrsah Tsanawiyah

namun kurikulumnya hanya terbatas kurikulum muatan lokal. Setelah

Kyai Yahdi wafat dan zaman terus berkembang sementara pendidikan

dirasa sebagai kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar maka pada tahun

2000 diputuskan secara kolektif untuk didirikannya sekolah Aliyah formal

bernama Madrsah Aliyah Bidayatul Hidayah.

Perkembangan pendidikan di pondok pesantren Bidayatul

Hidayah semakin tahun semakin maju, dan kemajuan inilah yang

membuat banyak santri yang berdatangan di pondok mulai dari santri

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

66

terdekat hingga santri luar daerah bahkan luar pulau berbondong-bondong

menimba ilmu di pesantren ini. Sampai tahun ini tercatat ada 12 asrama

yang menampung para santri putra dan putri. 5 asrama khusus putra

meliputi: al-Ghazali, as-Syifaiyah, ar-Ruhamaiyah, Kun Aliman dan

Baitul Qur’an. Sedangkan 7 asrama khusus putri yang meliputi: as-

Shomadiyah, Ahlul Quro, al-Khodijah, al-Mathlabi, Darul Qur’an, ar-

Robi’iyah, dan al-Karimah.

b. Profil Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah

1) Nama Pondok Pesantren : Bidayatul Hidayah

2) Alamat : Jl. KH.Moh.Yahdi Mathlab

Mojogeneng, jatirejo,

Mojokerto, Jawa Timur,

Indonesia 61373.

3) Tahun Berdiri : 1942

4) Nama Pendiri : KH. Moh. Yahdi Mathlab

5) Nama Pengasuh Sekarang : KH. Nur Hasan

6) Unit Pendidikan : a) Formal:

• Roudlotul Athfal

• Madrasah Ibtida’iyah

• Madrasah Tsanawiyah

• Madrasah Aliyah

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

67

b) Nonformal:

• Madrasah Diniyah

• Pendalaman Kitab Kuning

• Tahfidzul Qur’an

c) Ekstrakurikuler:

• Seni Baca al-Qur’an

• Seni Kaligrafi Arab

• Orasi Keagamaan

• Musyawarah Kitab Kuning

• Al-Banjari

• Seni Bela Diri

7) Visi

“Membentuk generasi Islam yang kuat, beriman dan bertakwa

serta mengamalkan al-Qur’an dalam segala aspek kehidupannya.”

8) Misi

a) Menumbuhkan kecintaan dan keinginan kuat dalam

mempelajari dan mengkaji kandungan al-Qur’an.

b) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara optimal

dengan cara Qur’ani.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

68

c) Mendorong seluruh santri untuk mengenal, memahami dan

mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.1

c. Keadaan Masyarakat Kedung Peluk Desa Kuripan Sari

Kecamatan Pacet Mojokerto

Dusun Kedung peluk adalah salah satu dusun kecil di desa

Kuripan sari, desa ini terletak di tengah-tengah pedesaan yang jauh

dari keramaian kota, jalanannya masih sepi tidak begitu banyak

kendaraan yang hilir mudik, desa ini masih dikelilingi hutan dan rawa-

rawa, persawahan masih terbentang luas, pohon-pohon bambu seakan

menjadi pagar di setiap jalan. Sungai-sungai kecil dan besar masih

jernih airnya. Tapi meskipun begitu desa ini termasuk pedesaan yang

padat penduduk, karena jarak rumah satu dengan rumah yang lain

berdekatan, bahkan tak jarang di antara rumah-rumah tersebut ada

yang berdempetan.

Masyarakat di desa ini mayoritas bekerja di ladang sebagai

petani, dan seluruhnya beragama Islam. Di dusun ini ada satu masjid

yang biasa digunakan untuk pusat kegiatan Islam seperti sholat hari

raya, sholat jum’at dan kegiatan lainnya. Karena dusun ini termasuk

daerah yang padat penduduk maka di dusun ini jumlah musholla

mencapai tiga musholla yang terletak disetiap sudut desa. Sedangkan

1 Administrasi Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng pada Tanggal 30 Maret 2018.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

69

jumlah TPQ hanya ada satu, yaitu TPQ Baitul Muslimin yang

bertempat di Masjid seluruh anak-anak di dusun ini mengaji belajar al-

Qur’an di TPQ tersebut. Berikut ini struktur kepengurusan TPQ Baitul

Muslimin Kedung peluk2

Kegiatan keagamaan di desa ini meliputi kegiatan tahlil putra

dan putri, manaqib putra dan putri, diba’iyah putri, khotmil Qur’an

jum’at legi, Hadrah putra, Istighosah, Tahlil Kubro, Banjari IPPNU,

Serta kegiatan keagamaan tahunan pada u mumnya yang dilaksanakan

2 Dokumentasi kepengurusan TPQ Baitul Muslimin dusun Kedung peluk, Kuripan sari, Pacet pada hari

Jum’at 06 April 2018

Kepala TPQ

Lutfiyah

Bendahara TPQ

Isnanik

Sekretaris TPQ

Siti Mushofiyah

Daftar Guru TPQ

1. Sukhatul Laili

2. Maslukha

3. Khudrotul

Imamah

4. Nur Aini

5. Muawiyah

6. Ummu Athiya

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

70

oleh umat Islam.3 Berikut ini susunan kepengurusan kegiatan

keagamaan masyarakat dusun Kedung peluk, Kuripan sari, Pacet.4

d. Keadaan Masyarakat Ngudi Desa Pesanggrahan Kecamatan

Kutorejo Mojokerto

Dusun Ngudi adalah salah satu dusun yang ikut kelurahan

Pesanggrahan kecamatan Kutorejo, dusun ini terletak di pinggiran

jalan raya Mojosari-Pacet, jadi dusun ini bisa dikatakan daerah yang

ramai, penduduknya juga padat. Masyarakatnya mayoritas beragama

3 Observasi penulis, di Dusun Kedung Peluk Desa Kuripan Sari Kecamatan Pacet Mojokerto pada hari

Jum’at 06 April 2018.

4 Dokumentasi kepengurusan TPQ Baitul Muslimin dusun Kedung peluk, Kuripan sari, Pacet pada hari

Jum’at 06 April 2018

Ketua

Ibu Marwiyah

Sekretaris

Lutfiyah

Bendahara

Ummu Athiyah

Anggota

Seluruh Ibu-Ibu

masyarakat dusun

Kedung peluk

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

71

Islam kebanyakan mereka bekerja di industri tapi lebih banyak mereka

yang bekerja di ladang sebagai petani.

Di dusun Ngudi karena termasuk wilayah masyarakat yang

padat penduduk maka ada 2 Musholla yang aktif digunakan untuk

tempat peribadatan dan satu Masjid. Serta terdapat 2 TPQ yang satu

sudah terdaftar dalam sebuah lembaga serta tersedia pendidikan

lanjutannya yang berupa Madrasah Diniyah dan Tahfidzul Qur’an.

Berikut struktur kepengurusan Lembaga Pendidikan Islam dan Sosial

“Bustanut Tarbiyah” Ngudi – Pesanggrahan – Kutorejo.5

1. Pelindung : Kepala Desa Pesanggrahan

Kepala Dusun Ngudi

2. Penasehat : Ibu Nyai Lilik Mahmudah

Bapak H.M.Ma’sum

Bapak Muhlason

Bapak H.Munadi

3. Ketua : Abdul Ghofar Fathoni

4. Sekretaris : Moh. Hakim Amrullah

5. Bendahara : Siti Masyrufah

6. Seksi Pendidikan : Umrotul Husniyah

Masruroh

7. Seksi Kegiatan : Nur Qomari

Qomari (Ngudi)

8. Sarana Prasarana : Makinun Amin

M.Amin

9. Humasy : M.Rohmatulloh

M.Mansyur

5 Dokumentasi kepengurusan LPIS dusun Ngudi, Pesanggrahan, Kutorejo pada hari Ahad 15 April

2018

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

72

Kegiatan keagamaan di dusun ini sama seperti kegiatan

keagamaan pada umumnya yang meliputi Tahlil putra putri,

Diba’iyah putri, dan khotmil Qur’an bi nadhor. Ada kegiatan

keagamaan lain namun hanya dilakukan di salah satu lembaga di

dusun ini yang diikuti oleh para orang tua sampai santri TPQ dan

Madin yang belajar di sini, kegiatannya meliputi Manaqib,

Tahlilan di maqbaroh, Muhadloroh, Sholwat banjari (Burdah),

Istighosah bulanan, Rotibul Haddad, pengajian weton mingguan.

Seluruh kegiatan tersebut dilaksanakan di Lembaga Pendidikan

Islam dan Sosial (LPIS) Bustanut Tarbiyah.6 Berikut schedule

Kegiatan ritual keagamaan yang diadakan di LPIS Bustanut

Tarbiyah Ngudi Pesanggrahan Kutorejo.7

Kegiatan Harian : • Taman Pendidikan Al-

Qur’an (TPQ)

• Madrasah Diniyah

• Hifdzul Qur’an

• Pengajian Tafsir Jalalain

• Sorogan Kitab Kuning

Kegiatan Mingguan : • Pengajian Weton

• Manaqib

• Tahlilan

6 Observasi penulis, di Dusun Ngudi Desa Pesanggrahan Kecamatan Kutorejo Mojokerto pada hari

Sabtu 14 April 2018.

7 Dokumentasi kepengurusan LPIS dusun Ngudi, Pesanggrahan, Kutorejo pada hari Ahad 15 April

2018

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

73

• Muhadloroh

• Sholawat Banjari (Burdah)

Kegiatan Bulanan : • Pengajian Kitab Ahad

Pertama

• Istighosah dan Sholat-Sholat

Sunnah

• Rotibul Hadad

Koordinator Kegiatan :

Taman Pend Al-Qur’an : Umrotul Husniyah

Madrasah Diniyah : Abdul Ghoffar

Pengajian Rabuan : Hj. Umi Sa’diyah

Pengajian Minggu Pertama : H. Munadi

Tahfidzul Qur’an : Siti Masyrufah

Istighosah : Nur Qomari

Manaqib : M. Amin

Muhadloroh : M. Hakim Amrullah

Khozanah : M. Munadi

e. Keadaan Masyarakat Treceh Desa Sajen Kecamatan Pacet

Mojokerto

Dusun Treceh adalah salah satu dusun yang terbilang luas yang

ikut kelurahan Sejen kecamatan Pacet. Terbilang luas karena dusun

Treceh ini memiliki 12 RT, meskipun jalanan masuk ke dusun ini kecil

dan seperti hampir tidak bisa dilewati oleh kendaraan roda 4 serta

jalannya pun naik turun, namun pedesaan ini tergolong pedesaan yang

padat penduduk, jarak dari rumah satu kerumah yang lain hanya

berkisar 2 sampai 3 meter.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

74

Mayoritas penduduk di dusun ini bekerja sebagai petani,

sebagian besar beragama Islam namun ada 1 keluarga di dusun ini

yang beragama Kristen. Karena terbilang dusun yang besar jumlah

Mushollanya mencapai 9, dan 1 Masjid. Di dusun ini pun ada 2

Yayasan Pendidikan yaitu yayasan Thoriqul Ulum mulai dari

pendidikan Paud, TK, MI, MTs, MA dan Madrasah Diniyah, kedua

yayasan Darun Najah jenjang pendidikannya hampir sama mulai Paud,

TK, MI, MTs, SMA. Dan pendidikan TPQ sampai mencapai 4 TPQ

namun untuk wisuda khatam al-Qur’an tetap dijadikan 1 di TPQ

Syifa’ul Jinan.

Kegiatan keagamaan di dusun ini sangat kompak dan mendapat

dukungan penuh dari seluruh masyarakat seluruhnya ikut

berpartisipasi dalam mensukseskannya. Kegiatan keagamaan di dusun

ini meliputi Muslimat putra-putri, Diba’iyah putra-putri, Banjari

putra, Tahlil putra-putri, Istighosah putra-putri, Yasin sedusun putri,

Pengajian kitab putra di Musholla, Khotmil Qur’an bin nadhor,

Khotmil Qur’an bil ghoib 1 bulan sekali yang diikuti oleh anak-anak

remaja dusun Treceh yang sudah khatam dalam menghafal al-Qur’an,

karena mayoritas anak-anak di dusun ini setelah wisuda TPQ

mengikuti program Tahfidz yang diadakan oleh lembaga di dusun

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

75

ini.8 Kegiatan organisasi yang aktif di dusun ini adalah organisasi

Fatayat NU, organisasi ini juga ikut mensukseskan beberapa kegiatan

ritual keagamaan Islam yang ada di dusun Treceh, Sajen, Pacet.

Berikut susunan pengurus pimpinan ranting Fatayat NU desa Sajen

Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto masa khidmah 2016 – 2021.9

Pembina : Ibu Istiqomah

Pengurus Harian :

Ketua I : Nur Latifah

Ketua II : Syafa’atu Dzikriyah

Sekretaris : Zaenatul Mukaromah

Bendahara : Farikhatul Makiyah

Humas : Hana Nur Rahmah

Robi’atul Adawiyah

Isnaini Yulianti

Eva Ernawati

Nurul Wahidatul Amanah

Departemen – Departemen : Regita Cahyani dkk.

8 Observasi penulis, di Dusun Treceh Desa Sajen Kecamatan Pacet Mojokerto pada hari Selasa 10

April 2018.

9 Dokumentasi pimpinan ranting Fatayat NU desa Sajen Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto pada

hari Rabu 11 April 2018

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

76

2. Paparan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik

wawancara. Data yang tidak terungkap melalui wawancara, dilengkapi dengan

data hasil observasi langsung secara partisipatif yang dilakukan dalam rentang

waktu kurang lebih 3 bulan terhitung sejak bulan Maret hingga bulan Mei.

Untuk memperkuat substansi data hasil wawancara dan observasi, maka

dilakukanlah penelusuran terhadap dokumen dan arsip yang ada. Semua data

hasil penelitian ini diuraikan dalam bentuk deskriptif terhadap permasalahan

tentang peranan para hafiẓah alumni pondok pesantren Bidayatul Hidayah

dalam pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat.

a. Hasil Wawancara

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dilaksanakan

dengan menggunakan teknik purposive. Peneliti menggali informasi

dengan melakukan wawancara terhadap 6 orang narasumber, yaitu para

hafiẓah alumni tahun 2010, 2011, 2012. Narasumber yang berhasil

diwawancarai secara intensif yaitu Lutfiyah, Siti Masyrufah dan Syafa’atu

Dzikriyah, Roudlotul Lutfiyah, Anik Indayati dan Nur Latifah. Dari 6

orang narasumber tersebut, maka hasil wawancaranya dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1) Lamanya Para Hafizah di Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah.

Pengalaman seorang hafiẓah tak lepas dari seberapa banyak

waktu yang mereka tempuh untuk melaksanakan sebuah pendidikan di

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

77

pondok pesantren. Dengan pengalaman pendidikan yang mumpuni

tentunya para hafiẓah nantinya mampu mengaplikasikan ilmunya di

masyarakat setelah apa yang mereka peroleh di pondok pesantren.

Dengan kata lain semakin banyak pengalaman pendidikan yang

diperoleh para hafiẓah ketika berada di pondok pesantren, maka

mereka akan mampu berperan dalam masyarakat khusunya dalam

pemberdayaan ritual keagamaan disana.

Dari hasil wawancara 6 responden mengenai lamanya para

hafiẓah di pondok pesantren Bidayatul Hidayah, dapat ditarik sebuah

inforamasi bahwa sebagian besar para hafiẓah telah menghabiskan

waktu 5 tahun dalam melakukan pendidikan di pondok pesantren

Bidayatul Hidayah. Hal tersebut telah mampu membuat para hafiẓah

memiliki pengalaman pendidikan untuk diterapkan ketika berada di

lingkungan masyarakat terutama ditempat tinggalnya untuk

memberdayakan kegiatan keagamaan disana.

2) Motivasi dan Tujuan Para Hafizah Menghafal Al-Qur’an.

Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu keutamaan yang

besar, dan posisi itu selalu menjadi idaman bagi orang yang bercita-

cita tulus, serta berharap pada kenikmatan duniawi dan ukhrowi agar

manusia nanti menjadi warga Allah dan dihormati dengan

penghormatan yang sempurna. Dalam menghafalkan Al-Qur’an

tentunya perlu adanya suatu proses yang cukup panjang dan tidak

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

78

mudah untuk menyelesaikan hafalannya terhadap Al-Qur’an. Tentunya

perlu adanya suatu motivasi kuat dan tujuan yang jelas agar dalam

melaksanakan suatu hafalan al-Qur’an dapat dengan mudah dikuasai.

Dari hasil wawancara 6 responden mengenai motivasi dan

tujuan mereka dalam menghafal al-Qur’an, didapatkan sebuah

informasi bahwasanya para hafiẓah termotivasi untuk menghafalkan

al-Qur’an karena adanya dukungan dan dorongan dari orang tuanya.

Orang tua para hafiẓah memberikan arahan dan bimbingan kepada

para hafiẓah untuk menghafalkan al-Qur’an, para orang tua tersebut

berdalih menginginkan para hafiẓah menjadi orang dapat bermanfaat

bagi orang lain dan lingkungannya. Hal itu menunjukkan bahwa

motivasi yang timbul dalam diri para hafiẓah dipengaruhi oleh faktor

eksternal yaitu adanya dorongan dan dukungan dari orang tua.

Sementara itu, para hafiẓah dalam menghafal al-Qur’an

bertujuan untuk membahagiakan orang tua mereka, karena

bagaimanapun harapannya orang tua akan bahagia ketika melihat

putra-putrinya dapat menghfal al-Qur’an. Karena dengan

menghafalkan al-Qur’an para hafiẓah dapat lebih mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

79

3) Keadaan Kegiatan Keagamaan di Masyarakat Sebelum Para

Hafizah Pulang dari Pondok Pesantren.

Keadaan kegiatan keagamaan di masyarakat sebelum adanya

peran para hafiẓah, kegiatan keagamaan di sana pada umunya yaitu

berupa kegiatan Diba’iyah, Tahlil, Khotmil Qur’an, hingga TPQ.

Kegiatan keagamaan tersebut memang sangat lazim didapati di

lingkungan masayarakat umum. Belum lagi partisipasi yang semakin

lama semakin berkurang membuat kegiatan keagamaan tersebut

kurang peminat dan dikhawatirkan akan vakum kegiatan. Maka dari

itu perlu suatu adanya pemberdayaan ritual kegiatan keagamaan yang

ada di masyarakat agar tetap berjalan dan terus meningkatkan

peminatnya terutama dari kalangan remaja. Agar kegiatan keagamaan

tersebut tetap ada dan eksis, maka diperlukan suatu inisiatif dari

tokoh-tokoh masyarakat yang mampu mengembangkan dan

memperdayakan ritual keagamaan yang ada dimasyarkat.

4) Kegiatan yang Dilakukan Para Hafizah Setelah Pulang dari

Pondok Pesantren.

Para hafiẓah berusaha untuk menyesuaikan diri dengan

masyarakat untuk bisa memulai dan memberikan peranannya di dalam

kegiatan keagamaan yang ada di masyarakat. Para hafiẓah juga

berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan yang sudah

berjalan pada umumnya. Para hafiẓah bersama tokoh masyarakat lain

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

80

berupaya memberikan perubahan dan perkembangan dalam kegiatan

keagamaan tersebut.

Perubahan yang dilakukan oleh para hafiẓah diterima dengan

baik dimata masyarakat. Perubahan tersebut berupa:

a) Mengembangkan kegiatan keagamaan

sebuah kegiatan yang sudah ada di masyarakat kemudian

dikembangkan dengan menambahkan jawal baru pada kegiatan

yang ada di masyarakat, seperti kegiatan Diba’iyah, Tahlil,

Khotmil Qur’an, Hadrah Putra, Istighosah yang sudah ada di

masyarakat, terdapat penambahan jadwal yang berupa kegiatan

keagaman yaitu Tahlil Kubro ranting setiap 3 bulan sekali, hingga

program lanjutan bagi santri TPQ yang telah khatam atau

diwisuda bi nadhor yaitu berupa Madrasah Diniyah dan Tahfidzul

Qur’an.

b) Mengaktifkan kembali kegiatan yang telah lama vakum

Sementara itu upaya mengaktifkan kembali kegiatan keagaamaan

yang telah lama vakum yaitu kegiatan banjari IPPNU kembali

kembali diaktifkan setelah beberapa tahun lalu tidak ada kegiatan

sama sekali.

Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa para hafiẓah

telah mampu memerankan dengan baik di dalam masyarakat untuk

memberdayakan kegiatan keagamaan di sana sepulang mereka dari

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

81

pondok pesantren. Potensi yang ada dalam diri para hafiẓah, mereka

tuangkan agar mampu mendongkrak kembali eksistensi kegiatan-

kegiatan yang telah berjalan dan mengaktifkan lagi kegiatan

keagamaan yang sempat vakum dalam waktu yang cukup lama.

5) Peran Para Hafizah di Masyarakat.

Selepas kepulangan para hafiẓah dari pondok pesantren, para

hafiẓah tidak butuh waktu lama untuk memerankan diri mereka dalam

memberdayakan kegiatan keagamaan yang ada di dalam masyarakat.

Para hafiẓah tidak langsung menjalankan peran mereka, namun

mereka merangkul tokoh-tokoh masayarakat yang turut ikut andil

dalam kegiatan keagamaan tersebut. Hal tersebut dilakukan supaya

menjaga kondusifitas d imasyarakat agar tidak ada tokoh masyarakat

yang merasa digantikan peranannya.

Disisi lain masyarakat menerima dengan baik kehadiran para

hafiẓah dalam peranannya memberdayakan ritual keagamaan yang ada

dimasyarakat. Masyarakat sendiri juga membutuhkan seorang yang

mampu memberdayakan kegiatan keagamaan yang sudah ada dan

mengembangkan kegiatan tersebut hingga mengadakan kegiatan

keagamaan lainnya yang mampu menarik minat berbagai kalangan

masyarakat khusunya para remaja disana.

Peran para hafiẓah dalam pemberdayaan ritual keagamaan di

masyarakat berupa partisipasi aktif mereka dalam mengikuti kegiatan

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

82

seperti Tahlil, Diba’iyah, dan Khotmil Qur’an. Selain itu mereka juga

memiliki peran sebagai berikut:

a) Pengajar di beberapa TPQ yang ada masyarakat.

b) Mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk berperan dalam

kepengurusan organisasi seperti muslimat NU, fatayat NU, hingga

Jam'iyatul Qurra wal-Huffadz (JHQ).

6) Peran Para Hafizah dalam Kegiatan Keagamaan di Mayarakat.

Peran para hafiẓah dalam kegiatan keagamaan tersebut adalah

diberi amanah oleh beberapa tokoh masyarakat untuk menjadi

pengurus kegiatan bahkan ditunjuk sebagai ketua dalam beberapa

kegiatan yang ada seperti istighosah dan program tahfidzul Qur’an,

hingga ikut andil dalam mempersatukan TPQ yang awalnya ada dua

dan memindahkanya ke Masjid. Setelah itu diberi amanah untuk

mengelolanya dan ditunjuk sebagai kepala TPQ. Kemudian bersama

tokoh masyarakat yang lain mampu membentuk kegiatan baru yaitu

Istighosah bergilir dan Tahlil kubro ranting.

Penjelasan diata menunjukkan bahwa para hafiẓah telah

mendapatkan tempat tersendiri di dalam masyarakat, dimana mereka

telah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk mengelola

berbagai kegiatan yang ada hingga menjadi pengurus dan tunjuk

sebagai pimpinan dalam beberapa organisasi dan lembaga.

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

83

7) Usaha dan Peran Para Hafizah untuk Memberdayakan Cinta Al-

Qur’an di Masyarakat Terlebih untuk Menghafal Al-Qur’an.

Peran para hafiẓah tidak hanya berpartisipasi dalam kegiatan

keagamaan di masyarakat, namun lebih dari itu, dalam meningkatkan

minat baca al-Qur’an dan menghafal al-Qur’an, mereka memberikan

pemahaman dan motivasi kepada setiap anak-anak disana, tidak hanya

itu mereka juga memberikan motivasi dan penerangan kepada orang

tua, bahwasannya pendidikan al-Qur’an bagi anak-anak usia dini

sangatlah penting.

Tidak sampai disana peran para hafiẓah untuk

memberdayakan cinta al-Qur’an di masyarakat terlebih untuk

menghafal al-Qur’an, pembinaan dan pengecekkan keatifan para

pendidik juga dilakukan untuk memperbaiki sistem pengajaran di

dalam TPQ. Berkat pengalaman ketika di Pondok Pesantren serta

keikhlasan, ketekunan dan ketelatenan mereka, dapat membuahkan

hasil yang ditunjukkan dengan banyaknya anak-anak dan remaja yang

mulai belajar mengaji di TPQ, dimana sebelumnya anak-anak yang

merasa malas untuk mengaji al-Qur’an dan tidak ada dukungan dari

orang tua mereka.

Para hafiẓah juga menunjukkan totalitas mereka dalam

peranannya, para hafiẓah mengadakan pengajaran di tempat tinggal

mereka untuk belajar Ilmu Qiro’at. Hal ini juga mendapatkan respon

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

84

yang baik, dimana sebanyak 7 anak yang secara rutin mengikuti

pembelajaran Ilmu Qiro’at tersebut.

8) Respon Masyarakat Terhadap Peran yang Para Hafizah Berikan

kepada Kegiatan Ritual Keagamaan di Masyarakat.

Respon masyarakat terhadap para hafiẓah, masyarakat sangat

mendukung dan mengapresiasi setiap keikutsertaan para hafiẓah dalam

kegiatan keagamaan di sana mereka diberikan amanah oleh beberapa

tokoh masyarakat untuk menjadi pengurus kegiatan, bahkan ditunjuk

sebagai ketua dalam kepengurusan kegiatan tersebut hingga diberikan

amanah untuk mengelola TPQ. Dalam beberapa kesempatan terakhir

para hafiẓah diberi amanah oleh tokoh masyarakat untuk

mengembangkan program tahfidzul Qur’an, dengan target mampu

menarik minat para remaja disini, untuk mau belajar menghafalkan al-

Qur’an. Selain itu para hafiẓah dalam kegiatan istighosah, dipercaya

untuk ikut andil dalam kepengurusan kegiatan tersebut.

9) Usulan Para Hafizah untuk Kemajuan Kegiatan Ritual

Keagamaan di Masyarakat.

Memang tidaklah mudah dalam memberdayakan dan

memajukan kegiatan ritual keagamaan di masyarakat. Para hafiẓah

memberikan usulan bahwasanya kegiatan ritual keagamaan di

masyarakat dapat mengalami kemajuan, hendaknya tokoh-tokoh

masyarakat saling berkoordinasi satu sama lain untuk terus

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

85

memberikan kontribusi dalam rangka memberdayakan kegiatan ritual

keagamaan yang telah berjalan hingga membuat program kegiatan

yang baru.

Tidak hanya tokoh-tokoh masyarakat yang diperhatikan,

namun dari kalangan pemuda atau remaja juga dapat mengisi

kontribusi tersebut, diharapkan mereka mampu meneruskan dan

memiliki konsep yang lebih baru untuk terus memberdayakan kegiatan

ritual keagamaan di masayarakat, karena tak selamanya tokoh-tokoh

masyarakat yang ada memegang peran tersebut. Kalau hanya terfokus

pada satu orang saja, meskipun peranannya cukup besar, akan terasa

sulit untuk terus memberdayakan dan memajukan kegiatan ritual

keagamaan disana, dan bersama-sama memperbaiki pengelolaan

kegiatan ritual keagamaan yang ada sekarang.

10) Kendala yang Para Hafizah Alami Saat Berusaha

Memberdayakan Kegiatan Ritual Keagamaan.

Ada beberapa kendala yang dialami para hafiẓah dalam usaha

mereka memberdayakan kegiatan ritual keagamaan di masyarakat.

para hafiẓah mendapatkan penolakan dan perlawanan dari orang-orang

yang lebih tua, sebab mereka yang merasa lebih tua dan memiliki

pengaruh dalam kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut. Mereka belum

bisa menerima jika para hafiẓah yang dirasa lebih muda dan juga

termasuk orang baru mengatur atau memberdayakan kegiatan tersebut.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

86

Para hafiẓah juga mendapatakan kendala ketika menjalankan

perannya sebagai pengajar menghafal al-Qur’an dan Qiro’ah. Kendala

tersebut berupa:

a) Ketidak rutinan para peserta didiknya khusunya anak-anak disana

dalam mengikuti pengajaran tersebut.

b) Peserta didik memiliki sifat malas untuk belajar menghafal al-

Qur’an dan Qiro’ah.

c) Kurangnya minat untuk belajar.

d) Banyak tugas sepulang sekolah.

e) Terlalu asyik memainkan gadget (handphone) hingga lupa untuk

berangkat mengaji.

f) Kemudian Kebanyakan para hafiẓah memiliki buah hati yang

masih belita, sehingga mereka tidak dapat sepenuhnya dapat

menjalani peranannya dalam memberdayakan ketiatan ritual

keagmaan di masyarakat.

Hal ini lah yang menghambat mereka untuk dapat

memaksimalkan potensi yang ada di dalam diri mereka, karena

keterbatasan waktu dan tenaga.

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

87

b. Hasil Observasi

Metode observasi ini digunakan peneliti untuk mengamati secara

langsung tentang keadaan obyek penelitian yang bertempat di lingkungan

masyarakat tempat tinggal para hafiẓah alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah, mengamati secara langsung para hafiẓah alumni

Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah yang sedang melaksanakan kegiatan

pemberdayaan ritual keagamaan di tempatnya, bagaimana kegiatan para

hafiẓah itu berlangsung di lingkungan mereka.

Dari hasil observasi penulis terhadap 6 responden, peranan para

hafiẓah dalam pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat dapat

digambarkan sebagai berikut:

1) Para Hafiẓah alumni pondok pesantren Bidayatul Hidayah

berperan aktif dalam kegiatan keagamaan di masyarakat.

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, menjumpai para

hafiẓah melakukan kegiatan ritual keagamaan di masyarakat, maka

dapat disimpulkan bahwa para hafiẓah sebagian besar telah berperan

aktif dalam kegiatan ritual keagamaan di masyarakat sekitar. Mereka

telah memiliki peran dan tugas masing-masing masyarakat. Peneliti

menjumpai peran para hafiẓah, diantaranya adalah:

a) Berperan dalam pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat

sebagai Kepala Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Baitul

Muslimin.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

88

b) Berperan dalam pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat

sebagai Pengurus Muslimat Ranting dusun Kedung peluk, Kuripan

sari, Pacet.

c) Berperan dalam pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat

sebagai pimpinan acara beberapa kegiatan keagamaan di

masyarakat seperti: tahlil, diba’iyah, dan istighosah.

d) Berperan dalam pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat

sebagai Ustadzah di TPQ dan Madrasah Diniyah Bustanut

Tarbiyah.

e) Berperan dalam pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat

sebagai Pengurus Lembaga Pendidikan Islam dan Sosial (LPIS)

Bustanut Tarbiyah.

f) Berperan dalam pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat

sebagai Koordinator Program Tahfidzul Qur’an di LPIS Bustanut

Tarbiyah.

g) Dijumpai hafiẓah Berperan dalam pemberdayaan ritual keagamaan

di masyarakat sebagai Pengurus JHQ Pacet.

h) Berperan dalam pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat

sebagai Ustadzah madrasah Diniyah dan TPQ.

i) Berperan dalam pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat

sebagai ustadzah seni baca al-Qur’an (Qiro’ah) di TPQ dusun

Treceh, Sajen, Pacet.

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

89

2) Para Hafiẓah alumni pondok pesantren Bidayatul Hidayah

memiliki inisiatif untuk memberdayakan kegiatan keagamaan di

masyarakat.

Inisiatif merupaka hal positif pada karakter seseorang,

kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu ide yang baru, atau

menghasilkan sebuah pemecahan masalah. Dari hasil observasi yang

peneliti lakukan, menjumpai bahwa sebagian besar dari para hafiẓah

telah memiliki inisiatif untuk memberdayakan ritual keagamaan di

masyarakat, mereka memiliki ide - ide baru untuk mengembangkan

kegiatan di masyarakat. Inisiatif para hafiẓah juga sangat diperlukan

dalam menjalankan peranannya umtuk pemberdayaan kegiatan ritual

keagamaan di masyarakat.

Inisiatif para hafiẓah mulai dari bekerja sama dengan tokoh

masyarakat untuk memberdayakan kegiatan pembelajaran ilmu al-

Qur’an di TPQ Baitul Muslimin, dengan mengatur metode hingga

tenaga guru yang digunakan di sana, serta bersama pengurus kegiatan

desa hafiẓah mengembangkan kegiatan ritual keagamaan yang berupa

kegiatan Tahlil Kubro yang sebelumnya belum ada. Kemudian hafiẓah

memiliki inisiatif untuk memberikan fasilitas pembelajaran lanjutan

berupa program Tahfidzul Qur’an bagi santri yang sudah khatam dan

lancar membaca al-Qur’an, dan sudah terealisasi. Sampai inisiatif

hafiẓah untuk membuka pembelajaran untuk anak-anak yang ingin

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

90

belajar ilmu baca al-Qur’an (Qiro’ah) di rumah. Bahkan para hafiẓah

dengan inisiatif sendiri mengajar di tempat tinggal mereka.

Menciptakan suasana cinta al-Qur’an dikalangan anak-anak hingga

masyarakat dewasa.

3) Para Hafiẓah alumni pondok pesantren Bidayatul Hidayah dapat

diterima dengan baik di masyakat dalam rangka pemberdayaan

kegiatan keagamaan.

Sesuatu yang diniatkan dengan tujuan yang baik maka akan

mendapatkan balasan dan penerimaan yang baik pula. Begitu pula

dengan peran para hafiẓah di masyarakat, dari hasil oberservasi yang

telah peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa keseluruhan

masyarakat menerima dengan baik kehadiran para hafiẓah di tengah-

tengah mereka, alasan mereka diterima di mata masyarakat bermacam-

macam, salah satunya karena hafiẓah memiliki jiwa kepemimpinan

serta bertanggung jawab membuat hafiẓah dipercaya oleh masyarakat

untuk memimipin jalannya kegiatan ritual keagamaan di masyarakat.

Hal ini terbukti dengan adanya masyarakat mempercayakan putra-

putrinya untuk menimba ilmu kepada hafiẓah, mempercayakan hafiẓah

untuk mendidik mereka dengan sepenuh hati.

Kemudian dibuktikan kembali dengan adanya hafiẓah yang

menjadi kepercayaan masyarakat untuk memimpin kegiatan

keagamaan di desanya, terlebih saat ada acara rutinan keagamaan

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

91

Islam maupun acara keluarga hafiẓah paling sering ditunjuk untuk

membacakan ayat suci al-Qur’an dalam kegiatan tersebut, karena

suaranya yang indah dan berbakat dibidang ilmu seni baca al-Qur’an

4) Potensi dan pengalaman para Hafiẓah alumni pondok pesantren

Bidayatul Hidayah digunakan untuk pemberdayaan kegiatan

keagamaan di masyarakat.

Setiap orang tentu akan memiliki potensi di dalam dirinya,

meski mungkin saja jumlah potensi ini tidak pernah sama antara satu

dengan yang lainnya. Berbagai macam potensi diri inilah yang

kemudian akan membantu kita untuk memiliki kemampuan yang baik

dalam berbagai hal, termasuk dalam mengatasi berbagai masalah dan

kendala yang kita temui di dalam kehidupan kita. Dari hasil observasi

yang peneliti lakukan pada 6 responden, dapat disimpulkan bahwa

kebanyakan dari hafiẓah telah memiliki kemampuan dan potensi yang

ada pada diri mereka, dan potensi itulah yang digunakan para hafiẓah

untuk memberdayakan ritual keagamaan di masyarakat.

Beberapa pengalaman dan potensi yang dimiliki para hafiẓah

adalah sebagai berikut, memiliki jiwa kepemimpinan yang bijak serta

bertanggung jawab, baik dan lancar hafalan al-Qur’annya, hafiẓah

terbiasa tampil di depan masyarakat, dengan adab dan tata krama,

sopan santun yang dipelajarinya dari pondok pesantren. Serta memiliki

pengalaman mengajar saat di pondok pesantren, dengan bekal hafalan

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

92

al-Qur’an yang fasih dan lancar. Dan juga memiliki potensi dan bakat

dalam bidang seni baca al-Qur’an, sehinggan mendorong hafiẓah

untuk membuka fasilitas pembelajaran untuk anak-anak sekitar yang

ingin belajar Qiro’ah, mereka bisa datang ke rumah hafiẓah untuk

belajar ilmu seni baca al-Qur’an.

B. Pembahasan

1. Peranan Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah

Mojogeneng Dalam Pemberdayaan Ritual Keagamaan Di Masyarakat

Terdapat dua amalan yang dapat menjadikan seorang Muslim atau

Muslimah menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya dari sesama

Muslim lainnya, yaitu belajar al-Qur`an dan mengajarkan al-Qur`an. Tentu,

baik belajar ataupun mengajar yang dapat membuat seseorang menjadi yang

terbaik di sini, tidak bisa lepas dari keutamaan al-Qur`an itu sendiri.

Begitu juga para hafiẓah alumni Pondok Pesantren Bidayatul

Hidayah Mojogeneng, mereka telah berusaha semaksimal mungkin untuk

mempelajari serta menghafalkan al-Qur`an, dimana tujuan dari perbuatan

tersebut adalah dengan mengajarkan dan mengamalkannya kepada

sesemanya. Para hafiẓah menjadi termotivasi, sebab ada hadits riwayat Al-

Bukhari dari Utsman bin Affan, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam

bersabda:

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

93

إن أفضلكم من تعلم القرآن وعلمه

“Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah

yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”10

Dengan adanya keterangan langsung dari Nabi Shallallahu Alaihi wa

Sallam, menjadikan seorang hafiẓah memiliki tugas penting dalam

mengajarkan Al-Qur’an kepada sesamanya terlebih pada masyarakat, dimana

fenomena yang ada masyarakat kurang mendapatkan pengajaran keagamaan

terutama masyarakat yang beragama Islam. Hal tersebut terjadi, karena

kemajuan zaman yang menjadi masyarakat semakin termanjakan akan

teknologi dan informasi yang canggih, sehingga mereka seakan melupakan

tugas dan kewajiban beribadahnya dalam agama Islam.

Suatu peranan dapat dilakukan oleh seseorang ketika mendapatkan

suatu posisi dan status dalam suatu organisasi ataupun dalam suatu kedudukan

dalam masyarakat. Seseorang yang mendapatkan peranan dan kedudukan

dalam suatu masyarakat, tentunya mempunyai sebuah tugas untuk dapat

memajukan dan mengembangkan masyarakat baik dari sisi ukhuwah maupun

ritual keagamaan khususnya.

Peran para hafiẓah ketika berada dalam masyarakat, tidak hanya

mengajarkan ilmu membaca Al-Qur’an saja, namun lebih luas peranannya di

dalam masyarakat telebih ketika mereka telah mendapat kepercayaan oleh

masyarakat dalam rangka memberdayakan kegiatan ritual keagamaan yang

10 Moh Fathoni Dimyati, Agar Tidak Merugi sebagai Huffadh Al-Qur’an, 64.

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

94

ada di lingkungannya. Kepengurusan maupun keanggotaan dalam berbagai

kegiatan keagamaan di masyarakat, telah menjadi peran mereka di

masyarakat. Selain itu, para hafiẓah juga telah memerankan dirinya sebagai,

pembimbing, fasilitator dan motivator baik dalam rangka mendidik anak-anak

maupun membina para pendidik TPQ yang ada di dalam masyarakat.

Peran penting telah didapatkan para hafiẓah ketika sudah

mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, berikut beberapa peran para

hafiẓah dalam kegiatan pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat:

a. Peran hafiẓah sebagai pengajar

Para hafiẓah sebagai pengajar adalah upaya dan usaha mereka

dalam menyampaikan/memberikan/mentransfer ilmu pengetahuan kepada

peserta didiknya yang ada di dalam masyarakat. Pengajaran dalam hal ini,

adalah bagaimana hafiẓah menyampaikan atau mentransfer pengetahuan

mereka yaitu berupa ilmu seni baca Al-Qur’an. Pengajaran yang mereka

lakukan telah dilaksanakan pada lembaga TPQ yang ada di masyarakat.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan hafiẓah alumni Pondok

Pesantren Bidayatul Hidayah tahun 2012 saat dilakukan wawancara,

berikut pernyataannya:

“…... Kemudian kegiatan setiap harinya saya mengajar

Madrasah Diniyah dan TPQ sebagai ustadzah al-Qur’an dan guru

seni baca Al-Qur’an. Di desa jika ada acara pernikahan atau

acara keluarga lainnya saya dipercaya untuk membacakan ayat

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

95

suci al-Qur’an (Qiro’ah), bersyukur Alhamdulillah bisa

bermanfaat untuk orang lain terutama di masyarakat” 11

Diperkuat dengan pernyataan hafiẓah alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah tahun 2010, beliau menyatakan:

“Di lingkungan TPQ Alhamdulillah saya dipercaya mewakili

tokoh masyarakat untuk ikut andil dalam mempersatukan TPQ

yang awalnya ada dua dan memindahkanya ke Masjid. Setlah

TPQ bersatu saya di beri amanah untuk mengelolanya dan

ditunjuk sebagai kepala TPQ.”12

Dilanjutkan dengan pernyataan hasil wawancara dengan hafiẓah

alumni Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah tahun 2011, berikut

pernyataannya:

“Dalam kegiatan keagamaan saya paling aktif di lembaga, kerena

selain lembaga ini keluarga besar saya yang mendirikan, saya

juga diberi amanah untuk mengembangkan program tahfidzul

Qur’an, yakni mengajak anak anak remaja di kampung untuk

mau menghafal al-Qur’an”13

b. Peran hafiẓah sebagai motivator

Tidak hanya mengajarkan ilmu kepada masyarakat, para hafiẓah

juga memiliki peran sebagai motivator dalam melaksanakan peranannya.

Mereka memberikan suatu semangat kepada orang tua perserta didiknya

11 Wawancara dengan Ibu Syafa’atu Dzikriyah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok

Pesantren Bidayatul Hidayah Tahun 2012) pada hari minggu tanggal 11 April 2018 pukul 10.43 WIB

12 Wawancara dengan Ibu Lutfiyah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah Tahun 2010) pada hari minggu tanggal 8 April 2018 pukul 09.28 WIB

13 Wawancara dengan Ibu Siti Masrufah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah Tahun 2011) pada hari minggu tanggal 15 April 2018 pukul 10.14 WIB

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

96

untuk selalu mendukung kegiatan mereka dalam memberdayakan kegiatan

keagamaan di sana. Para hafiẓah ingin menyakinkan kepada masyarakat

bahwa pendidikan tentang agama terutama mempelajari Al-Qur’an

merupakan sebuah urgensitas bagi anak-anak hingga remaja pada masa

perkembangan dan pertumbuhan. Hal tersebut harus diseimbangkan dalam

diri anak-anak supaya tidak melulu dengan kecanggihan teknologi dimana

hal tersebut dapat melupakan mereka akan pendidikan beragamanya.

Seperti pernyataan hafiẓah alumni Pondok Pesantren Bidayatul

Hidayah tahun 2010, beliau menyatakan:

“Yang paling utama adalah memberikan motivasi, penerangan,

pencerahan kepada para orang tua. Setelah itu saya berusaha

memperbaiki system pengajaran di dalam TPQ mulai dari

melakukan pembinaan kepada para pendidik setiap satu minggu

sekali sampai melakukan pengecekan keaktifan para pendidik

TPQ” 14

Diperkuat dengan pernyataan hafiẓah alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah tahun 2011, beliau juga menyatakan:

“Pada mulanya saya mengumpulkan anak anak yang sudah

khatam al-Qur’an bi nadhor, kemudia disitu saya memberikan

pemahaman bahwa dengan menghafal al-Qur’an hidup menjadi

lebih berkah, memanfaatkan usia yang masih muda untuk hal

yang lebih manfaat. Setelah ada kemauan dari sang anak saya

menemui orang tuanya untuk memahamkan kedua orang tuanya

juga. Setelah keduanya setuju barulah bisa dimulai kegiatan

tahfidzul Qur’an tersebut.”15

14 Wawancara dengan Ibu Lutfiyah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah Tahun 2010) pada hari minggu tanggal 8 April 2018 pukul 09.28 WIB

15 Wawancara dengan Ibu Siti Masrufah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah Tahun 2011) pada hari minggu tanggal 15 April 2018 pukul 10.14 WIB

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

97

c. Peran hafiẓah sebagai pengarah

Sebagai pengarah, para hafiẓah memiliki peran untuk mengarahkan

masyarakat untuk mengembalikan semangat belajar agama, terutama para

remaja yang ada di sana yang masih duduk di sekolah menengah. Para

remaja tersebut perlu diarahkan, sebab permasalahan yang ada mereka

cenderung memiliki rasa malas ketika dituntut untuk belajar agama

terutama belajar baca Al-Qur’an. Permasalah tersebut dapat diminimalisir

oleh para hafiẓah, hal itu ditunjukkan dengan banyaknya peserta didik

yang mengikuti kegiatan belajar baca Al-Qur’an di TPQ.

Seperti pernyataan hafiẓah alumni Pondok Pesantren Bidayatul

Hidayah tahun 2010, beliau menyatakan:

“Yang paling utama adalah memberikan motivasi, penerangan,

pencerahan kepada para orang tua. Setelah itu saya berusaha

memperbaiki system pengajaran di dalam TPQ mulai dari

melakukan pembinaan kepada para pendidik setiap satu minggu

sekali sampai melakukan pengecekan keaktifan para pendidik

TPQ. Alhamdulillah selama saya menjabat sebagai kepala TPQ

ditahun kedua kami bisa mentashih santri sebanyak 9 anak. Maka

dari sana para orang tua yang lain termotivasi dan mendorong

anak anaknya untuk rajin mengaji. Hingga pada akhirnya anak-

anak di desa saya seluruhnya mengaji tanpa terkecuali mulai dari

usia 5 tahun hingga kelas SMA, padahal sebelumnya banyak

anak yang tidak mengaji karena malas dan tidak ada dukungan

dari orang tuanya.” 16

16 Wawancara dengan Ibu Lutfiyah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah Tahun 2010) pada hari minggu tanggal 8 April 2018 pukul 09.28 WIB

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

98

d. Peran hafiẓah sebagai fasilitator

Berperan sebagai fasilitator sangat sesuai dengan sebutan tersebuat

utnuk para hafiẓah. Fasilitas yang diberikan yaitu berupa kemudahan

dalam belajar mengajar. Belajar mengajar di sini adalah mengajarkan

mereka tentang seni baca Al-Qur’an dan cara menghafal Al-Qur’an. Para

hafiẓah memberikan fasilitas untuk siapapun yang mau belajar mendalami

Ilmu al-Qur’an, yang pada mulanya mereka mengalami kendala pada

kondisi anak-anak yang ada di masyarakat yang cenderung merasa malas.

Namun dengan dorongan yang diberikan oleh para hafiẓah, akhirnya

banyak yang berminat untuk belajar. Tidak hanya dilakukan pembelajaran

di TPQ, namun juga ada yang meminta untuk di privat dalam belajar

Qiro’at.

Seperti yang dikemukakan oleh hafiẓah alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah tahun 2012, beliau menyatakan:

“Alhamdulillah berbekal dari ilmu yang saya dapat dipondok

pesantren berupa ilmu Qiro’at seni baca al-Qur’an saat ini ada

7 anak yang istiqomah datang ke rumah setiap seminggu 2 kali

untuk belajar Ilmu Qiro’at. Selain mengajar Qiro’at di rumah

saya juga diberi kepercayaan untuk mengajar Qiro’at di 3 TPQ

desa sebelah setiap seminggu sekali.”17

Kemudia diperkuat dengan wawancara hafiẓah alumni Pondok

Pesantren Bidayatul Hidayah tahun 2011, berikut pernyataannya:

17 Wawancara dengan Ibu Syafa’atu Dzikriyah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok

Pesantren Bidayatul Hidayah Tahun 2012) pada hari minggu tanggal 11 April 2018 pukul 10.43 WIB

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

99

“Pada mulanya saya mengumpulkan anak anak yang sudah

khatam al-Qur’an bi nadhor, kemudian disitu saya memberikan

pemahaman bahwa dengan menghafal al-Qur’an hidup menjadi

lebih berkah, memanfaatkan usia yang masih muda untuk hal

yang lebih manfaat. Setelah ada kemauan dari sang anak saya

menemui orang tuanya untuk memahamkan kedua orang tuanya

juga. Setelah keduanya setuju barulah bisa dimulai kegiatan

tahfidzul Qur’an tersebut.” 18

Pernyataan di atas juga membicarakan tentang peran hafiẓah

sebagai fasilitator, dimana para hafiẓah berupaya untuk mewadahi

kemauan dan potensi yang ada dalam pada diri perserta didiknya berupa

pembelajaran Qiro’at dan program menghafal al-Qur’an.

e. Peran hafiẓah sebagai mediator

Hafiẓah sebagai mediator adalah peran hafiẓah dalam memeberikan

sebuah jalan keluar atau menengahi ketika ada suatu permasalahan yang

ada dimasyarakat. Hal ini ditunjukkan ketika rendahnya minat dan

semangat anak-anak dan remaja di sana untuk mempelajari ilmu baca Al-

Qur’an. Dengan adanya pengarahan dan dorongan yang dilakukan oleh

hafiẓah kepada orang tua dan anak-anak, hal itu membuahkan hasil berupa

respon positif para orang tua. Banyak anak-anak dan remaja yang ingin

belajar tentang Al-Qur’an.

Seperti yang sudah dikemukakan oleh hafiẓah alumni Pondok

Pesantren Bidayatul Hidayah tahun 2010, beliau menyatakan:

18 Wawancara dengan Ibu Siti Masrufah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah Tahun 2011) pada hari minggu tanggal 15 April 2018 pukul 10.14 WIB

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

100

“Yang paling utama adalah memberikan motivasi, penerangan,

pencerahan kepada para orang tua. Setelah itu saya berusaha

memperbaiki system pengajaran di dalam TPQ mulai dari

melakukan pembinaan kepada para pendidik setiap satu

minggu sekali sampai melakukan pengecekan keaktifan para

pendidik TPQ. Alhamdulillah selama saya menjabat sebagai

kepala TPQ ditahun kedua kami bisa mentashih santri

sebanyak 9 anak. Maka dari sana para orang tua yang lain

termotivasi dan mendorong anak anaknya untuk rajin mengaji.

Hingga pada akhirnya anak-anak di desa saya seluruhnya

mengaji tanpa terkecuali mulai dari usia 5 tahun hingga kelas

SMA, padahal sebelumnya banyak anak yang tidak mengaji

karena malas dan tidak ada dukungan dari orang tuanya.”

Pernyataan tersebut menjelaskan peran hafiẓah sebagai mediator,

hafiẓah memberikan jalan keluar untuk masalah-masalah yang terjadi di

masyarakat.

Peranan memiliki aspek dinamis dalam kedudukan seseorang.

Peranan lebih banyak menunjuk satu fungsi, penyesuaian diri dan sebagai

suatu proses. Dari pembahasan di atas menunjukkan sebuah temuan bahwa

peranan yang dilaksanakan oleh para hafiẓah tidak hanya keikutsertaannya

dalam suatu lembaga pendidikan agama di masyarakat saja, namun lebih

memaksimalkan fungsinya dalam memberdayakan ritual keagamaan di

masyarakat. Serta dalam kegiatan pemberdayaan ritual keagamaan di

masyarakat, para hafiẓah tidak hanya mengaktifkan kembali kegiatan-kegiatan

keagamaan Islam yang telah vakum sebelumnya, tetapi mereka juga harus

memiliki suatu motivasi untuk terus mengembangkan kegiatan tersebut

supaya tetap diminati para pemuda dan masyarakat di sana. Sebab dalam

keterangannya Carver dan Clatter Back mendefinisikan pemberdayaan

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

101

sebagai berikut “upaya memberi keberanian dan kesempatan pada individu

untuk mengambil tanggung jawab perorangan guna meningkatkan dan

memberikan kontribusi pada tujuan organisasi”. Sementara Shardlow

mengatakan pada intinya “pemberdayaan membahas bagaimana individu,

kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri

dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan

mereka”.19

Temuan selanjutnya tentang peran para hafiẓah adalah bahwa dalam

menjalankan peranannya di dalam masyarakat terutama pemberdayaan ritual

keagamaan Islam, para hafiẓah tidak hanya mengandalkan pengetahuan yang

mereka peroleh dari riwayat pendidikan mereka di pondok pesantren. Namun

fungsi para hafiẓah lebih luas, mereka nantinya akan dihadapkan pada suatu

pemecahan masalah, dimana mereka harus berperan tidak hanya sekedar

sebagai “alumni pondok pesantren”. Hal ini sesuai dengan teori yang telah

dikemukakn oleh Prof Sjamsudhuha bahwa: “Manusia benar-benar telah

dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi manusia yang harus hidup

bermasyarakat. Dalam pergaulan sosial, terjadi kontak-kontak sosial satu

terhadap yang lain yang memungkinkan timbulnya ikatan-ikatan batin dalam

pertemanan. Ikatan batin itu akan menumbuhkan perasaan simpati satu

terhadap yang lain.”20

19 Risyanti Riza, Roesmidi, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: alqaprint jatinangor, 2006), 12. 20 Sjamsudhuha, Pengantar Sosiologi Islam Pencerahan Baru Tatanan Masyarakat Muslim,21.

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

102

Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari

luar dan bersifat stabil. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peran

seorang hafizah dalam menjalankan peranannya. Faktor yang dapat

mempengaruhi peran tersebut berupa faktor pendukung dan faktor

penghambat.

Faktor pendukung peran para hafizah adalah hal-hal yang dapat

memudahkan para hafizah untuk menjalankan perananya, berapa faktor

pendukung peran para hafizah adalah sebagai berikut:

a. Motivasi dalam menjalankan peran

Motivasi ternyata sangat penting peranannya dalam meningkatkan

kualitas seorang manusia. Dengan motivasi orang bisa gemilang dan

berhasil dalam menjalani hidup dan kehidupan. Motivasi diri berawal dari

dorongan keyakinan dalam diri sendiri untuk menang. Ini dibentuk oleh

cita-cita dan impian besar yang akan memotivasi orang untuk meraihnya.

Orang-orang sukses bermula dari sebuah impian yang diimplementasikan

dalam serangkaian aktivitas sehari-hari. Impian pun akan bermanfaat juga

untuk orang banyak. Nilai-nilai spiritualitas memancar dengan baik dalam

diri orang tersebut dan menambah keyakinan bahwa Allah dekat dengan

dirinya.

Maka untuk memerankan dirinya di tengah masyarakat seorang

hafizah harus mampu memotivasi dirinya sendiri, kemudian selain

motivasi dari dirinya sendiri juga harus mendapatkan motivasi dari orang

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

103

lain semisal keluarga dan segenap tokoh masyarakat setempat, hal iniakan

menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan para hafizah dalam

memerankan dirinya di masyarakat. Seperti jawaban salah satu hafizah

saat diwawancarai, sebagai berikut:

“Masyarakat disini cukup mengapresiasi, mereka tampaknya

cukup menerima dengan peran saya dalam beberapa kegiatan

keagamaan disana. Dalam beberapa kesempatan terakhir saya

diberi amanah oleh tokoh masyarakat untuk mengembangkan

program tahfidzul Qur’an, dengan target mampu menarik minat

para remaja disini, untuk mau belajar menghafalkan al-Qur’an.”21

Bentuk apresiasi yang diberikan masyarakat mampu memotivasi

hafizah untuk memerankan dirinya dalam kegiatan pemberdayaan ritual

keagamaan di masyarakat. Hal ini sesuai dengan teori menurut Sudarwan

Danim dalam bukunya Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan Jenius

(IQ+EQ) Etika, Perilaku, Motivasi, dan Mitos, bahwa: Motivasi

merupakan panggilan jiwa, keikhlasan, kesiapan mental yang tulus,

ageksi nuraniah, aktualisasi potensi, alami dan rangsangan internal yang

muncul dari dalam diri seseorang untuk mengemban tugasnya dan fungsi

secara kreatif, efisien, produktif, dan kontinyu22

21 Wawancara dengan Ibu Siti Masrufah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah Tahun 2011) pada hari minggu tanggal 15 April 2018 pukul 10.14 WIB

22 Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ) Etika, Perilaku,

Motivasi, dan Mitos, (Bandung: Alfabeta, 2010), 117

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

104

b. Kemampuan dalam menjalankan peran

Kemampuan merupakan suatu karakter yang dimiliki seseorang

atau yang diperoleh melalui belajar, yang menyebabkan seseorang dapat

melakukan sesuatu secara mental atau fisik. Kemampuan berkenaan

dengan kapasitas setiap orang untuk melakuakan beberapa tugas dalam

suatu pekerjaan. Kemampuan juga adalah penilaian terhadap pekerjaan

yang dilakukan. Kesanggupan dan kecakapan seorang hafizah sangat

diperlukan dalam menguasai suatu keahlihan atau pengetahuan yang

digunakan untuk mengerjakan berbagai tugas dan suatu peranan.

Dari hasil observasi, peneliti mendapati hafizah memiliki

kemampuan dan potensi, hafizah yang Memiliki jiwa kepemimpinan yang

bijak serta bertanggung jawab, baik dan lancar hafalan al-Qur’annya,

kemampuan dan potensi tersebutlah yang digunakan hafizah untuk

memberdayakan kegiatan ritual keagamaan , beliau terbiasa tampil di

depan masyarakat, dengan adab dan tata krama, sopan santun yang

dipelajarinya dari pondok pesantren. Serta ditambah diperkuat dengan

wawancara terhadap masyarakat, sebagai berikut:

“Sejauh ini beliau selalu ikut serta dalam seluruh kegiatan

keagamaan di masyarakat, meski menjadi anggota biasa dalam arti

tidak menjadi pengurus kegiatan karena usianya yang masih

muda, tetapi beliau sering ditunjuk untuk diminta memimpin

jalannya kegiatan tersebut. Bahkan jika ada acara desa yang

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

105

membutuhkan sang Qori’ maka beliaulah yang pasti ditunjuk oleh

masyarakat, karena memang sudah ahlinya Qiro’ah.”23

Dari hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa hafizah

memiliki kemampuan yang dia bawa dari pondok pesantren kemudian

dikembangkan di masyarakat setempat, sehingga kemampuannya menjadi

salah satu faktor pendukung perannya dalam kegiatan pemberdayaan

ritual keagamaan di masyarakat. Hal ini sesuai dengan teor dari Stephen

P. Robbins dan Timothy A. Judge, bahwa kemampuan keseluruhan

seseorang pada dasarnya terdiri dari dua faktor yaitu: 1) kemampuan

intelektual, dimana suatu kemampuan yang diperlukan untuk melakukan

berbagai aktivitas mental (berpikir, menalar, dan memecahkan masalah),

2) kemampuan fisik, suatu kemampuan melakukan tugas-tugas yang

menuntut stamina, keterampilan, kekuatan.24

c. Dukungan dalam menjalankan peran

Dukungan merupakan sebuah bentuk perhatian, penghargaan,

semangat, penerimaan yang bersumber dari orang yang mempunyai

hubungan sosial dekat, seperti orang tua, saudara, anak, sahabat, teman

maupun orang lain yang bertujuan membantu seseorang ketika terjadi

permasalahan. Bentuk dukungan sosial tersebut bisa dalam bentuk

23 Wawancara dengan Kepala Dusun Treceh, Sajen, Pacet, Ibu Suyoso, pada tanggal 13 Mei 2018,

Pukul 09.28 WI

24 Stephen P. Robbins, Organizational Behaviour, Pearson Education, Upper Saddle River, New

Jersey, 2009, 57-61

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

106

informasi, perilaku tertentu atuapun materi yang dapat dijadikan agar

individu bisa merasa ada yang menyanyangi, ada perhatian, dan bernilai.

Dukungan juga amat dibutuhkan oleh para hafizah, baik dukungan

dari keluarga, teman dekat dan tokoh masyarakat sekitar, agar hafizah bisa

secara maksimal memerankan dirinya dalam kegiatan pemberdayaan ritual

keagamaan di masyarakat, sebab tanpa dukungan maka hafizah tidak akan

mampu memerankan dirinya di tengah-tengah masyarakat dengan baik,

seperti hasil wawancara salah satu hafizah berikut ini:

“Respon masyarakat terhadap peran saya, Alhamdulillah

masyarakat disini sangat mendukung dan mengapresiasi setiap

keikutsertaan saya dalam kegiatan keagamaan. Saya diberikan

amanah oleh beberapa tokoh masyarakat untuk menjadi pengurus

kegiatan bahkan ditunjuk sebagai ketua dalam kepengurusan

kegiatan tersebut. Selain itu, saya juga dipercaya mewakili tokoh

masyarakat untuk menyatukan dua TPQ kemudian dipusatkan

dalam masjid, setelah dipersatukan saya diberikan kepercayaan

untuk mengelolahnya dengan ditunjuk sebagai kepala TPQ.”

Dari wawancara tersebut memberikan bukti bahwa dukungan

masyarakat sangat dominan dalam keberhasilan para hafizah memerankan

dirinya di tengah-tengah masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan ritual

keagamaan di desa. Hal ini sesuai dengan teori menurut Albrecht, T dan

Adelman, bahwa: Dukungan yang berupa dukungan sosial, dimana

tindakan yang bersifat membantu yang melibatkan emosi, pemberian

informasi baik secara verbal maupun nonverbal, pemberian bantuan

tingkah laku atau materi yang didapat dari hubungan sosial yang akrab,

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

107

yang membuat seseorang merasa diperhatikan, bernilai, sehingga dapat

menguntungkan bagi seorang tersebut.25

Selain faktor pendukung peran ada juga beberapa faktor penghambat

yang membuat hafizah tidak optimal dalam memerankan dirinya di

masyarakat. Faktor penghambat adalah hal-hal yang dapat mempersulit para

hafizah dalam menjalankan peranannya di masyarakat. Faktor penghambat

tersebut meliputi:

a) Adanya Kesalahpahaman

Di dalam suatu komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang

berbeda latar belakang sering kali terjadi kesalahpahaman.

Kesalahpahaman merupakan ketidaksimetrisan kenyataan mengenai siapa

yang benar dan siapa yang salah. Kesalahpahaman sendiri berasal dari

permasalah penafsiran di dalam suatu proses interaksi.

Kesalah pahaman juga sering dialami oleh para hafizah dengan

tokoh masyarakat yang sudah ada, kehadiran hafizah seakan membuat

para tokoh masyarakat merasa tersaingi kemampuannya, seperti

peernyataan salah satu hafizah berikut:

“Tentunya banyak sekali kendala yang saya hadapi dalam

memberdayakan kegiatan ini di masyarakat, terutama adalah

penolakan dan perlawanan dari orang-orang yang lebih tua.

Mereka yang merasa lebih tua dan punya pengaruh tidak terima

jika saya yang lebih muda dan juga termasuk orang baru mengatur

atau memberdayakan kegiatan tersebut. Namun pada akhirnya

25 Albrecht, T dan Adelman, M. 1987. Communicating Social Support. Newbury Park: Sage, 182

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

108

karena lebih banyak yg mendukung dari pada yang menolak,

Alhamdulillah saya bisa memerankan diri saya dengan baik dan

diterima di masyarakat.”26

Pentingnya komunikasi efektif yang terjalin antara hafizah dengan

tokoh agama yang lebih tua, dimana hal tersebut tidak menimbulkan

kesenjangan atau kesalahpahaman salah satu dari kedua unsur tersebut

ketika hafizah melaksanakan pernannya. Hal ini sesuai dengan teori Alo

Liliweri, bahwa: Sebab dengan komunikasi yang efektif, seseorang

memiliki kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat sekitar dalam

melaksanakan peranannya tanpa menimbulkan kesalahpahaman dengan

menekan sekecil mungkin kesalahpahaman tersebut.27

b) Kesibukan Hafizah

Hambatan yang dihadapi Hafizah dalam melaksakanan peranannya

adalah ketika mereka disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga, sebab

sebagian besar hafizah yang berperan telah menjadi seorang ibu rumah

tangga. Selain itu para hafizah juga disibukkan dengan ekonomi keluarga

yang minus, saat peneliti melakukan observasi menjumpai beberapa

hafizah yang tidak berperan dimasyarakat karena terkendala ekonomi,

mereka sibuk bekerja di rumah, ada yang bekerja sebagai penjahit dan

26 Wawancara dengan Ibu Lutfiyah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah Tahun 2010) pada hari minggu tanggal 8 April 2018 pukul 09.28 WIB

27 Alo Liliweri. Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. (Yogjakarta: PT. LKiS Pelangi

Aksara, 2002) 12.

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

109

penjual kopi, faktor inilah yang menjadi hambatan para hafizah belum

bisa memerankan dirinya di tengah masyarakat.

Tidak hanya itu, mereka memiliki peran sebagai ibu dimana, Dalam

peran ini wanita sangatlah berat karena tugas wanita mendidik anak

bukanlah merupakan pekerjaan sambilan tetapi amanah dari Allah.

Seperti pernyataan salah satu hafizah di bawah ini:

“….Namun jika kendala dalam memberdayakan kegiatan kegamaan

adalah saya masih memiliki balita yang belum bisa terlalu lama

apalagi jika diajak untuk mengikuti kegiatan keagamaan yang

seluruhnya dilakukan pada malam hari. Karena alasan inilah saya

belum bisa aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.”28

Kemudian, diperkuat dengan pernyataan hafizah yang lain:

“….Kendala saat saya memberdayakan kegiatan keagamaan salah

satunya si kecil, sejak ada anak saya yang sekarang sudah berusia 8

bulan, saya sering absen dalam kegiatan keagamaan karena

kegiatannya dilaksanakan pada malam hari.”29

Para hafizah lebih mengedepankan tugasnya sebgai seorang ibu,

dengan memberikan kasih sayang dan pendidikan yang terbaik untuk

anaknya, karena peran seorang ibu menentukan masa depan anak-

anaknya. Hal ini sesuai dengan teori Dadang Anshori, bahwa:

keberhasilan ibu dalam mendidik anak bukan karena tercapainya titel

28 Wawancara dengan Ibu Siti Masrufah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah Tahun 2011) pada hari minggu tanggal 15 April 2018 pukul 10.14 WIB

29 Wawancara dengan Ibu Syafa’atu Dzikriyah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok

Pesantren Bidayatul Hidayah Tahun 2012) pada hari minggu tanggal 11 April 2018 pukul 10.43 WIB

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

110

yang tinggi. Tetapi keberhasilan yang hakiki adalah keberhasilannya anak

dalam mendapatkan keberhasilan dunia akhirat.30

c) Kurangnya respon Masyarakat terhadap Peran Hafizah

Tidak mudah seorang hafizah dalam menjalankan peranannya di

masyarakat. Ada berbagai hambatan dan permasalahan yang mereka

hadapi dalam menjalankan tugasnya. Mereka membutuhkan suatu

dorongan dan pengakuan dari masyarakat dalam menjalankan

peranannya. Seperti pernyataan salah satu hafizah beriku ini:

“kurangnya dukungan dari orang tua kepada putra-putrinya untuk

belajar seni baca al-Qur’an, saya juga menyadari kesulitannya

dalam belajar Qiro’at. Tidak semua anak suka dengan pelajaran

ini.”31

Saat kurangnya dukungan dari orang tua anak didik, maka

keberadaan hafizah di tengah-tengah mereka seakan tidak dibutuhkan lagi

oleh masyarakat, peran hafizah akan terhambat karena kejadian tersebut.

Hal ini sesuai dengan teori menurut Sondang Siagian dalam bukunya

yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia, bahwa: seseorang akan

semakin bersemangat dan termotivasi dalam menjalankan perananya

ketika keberadaan mereka didalam masayarakat mendapatkan pengakuan

dan dukungan.32

30 Dadang S. Anshori. Membincangkan Feminisme, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997) 203. 31 Wawancara dengan Ibu Syafa’atu Dzikriyah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok

Pesantren Bidayatul Hidayah Tahun 2012) pada hari minggu tanggal 11 April 2018 pukul 10.43 WIB 32 Sondang P, Siagian. Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) 107.

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

111

Kesuksesan peran para hafizah tidak bisa terlepas dari beberapa

faktor pendukung, serta ketidakberhasilan sebuah peran juga didasari oleh

beberapa faktor penghambat, seseorang mungkin tidak memandang suatu

peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain memandangnya. Sifat

kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu merasakan peran

tersebut.

Ahlul Qur’an atau seseorang yang ahli dalam membaca al-Qur’an,

meghafal al-Qur’an dan keilmuan tentang al-Qur’an adalah orang-orang

pilihan, penghargaan Allah kepada orang-orang Ahlul Qur’an sungguh luar

biasa, antara lain: sebagai keluarga Allah, sebagai pembawa bendera Islam,

dikumpulkan dengan malaikat Muqorrobin, dan dianggap sederajat dengan

kenabian.33 Maka sudah seharusnya seseorang yang memiliki julukan sebagai

Ahlul Qur’an bisa mencerminkan sifat-sifat yang baik dalam dirinya. Karena

itu sebagai seorang hafiz-hafizah haruslah mempelajari tentang akhlak-akhlak

yang baik, mencontoh akhlak Rasulullah, akhlak para sahabat dan akhlak para

ulama’ yang sholih, niscaya Allah akan semakin mencintainya dan

mengangkat derajatnya baik di dunia maupun di akhirat.

Setelah melakukan pengamatan dan wawancara kepada beberapa

para hafizah yang sudah terjun di masyarakat, peneliti menemukan bahwa

pada dasarnya para penghafal al-Qur’an berusaha mencerminkan kepribadian

33 33Moh Fathoni Dimyati, Kiat Menjadi Qurro’ & Huffadh Yang Berkualitas. (Mojokerto: Unit

Roudlotul Qur’an PPBH, 2010) 4.

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

112

yang baik dari dalam dirinya. Namun pada kenyataanya masih ada beberapa

hafizah yang merasa dirinya lebih baik dari orang lain bahkan cenderung

merendahkan terhadap yang lain, meskipun pada awalnya orang menghafal al-

Qur’an murni karena Allah, akan tetapi nantinya bila sudah hafal dan terbiasa

sering tampil membaca di tengah-tengah masyarakat mulailah hatinya

berubah-ubah, kadang ikhlas, kadang ingin dipuji, kadang suka menuntut

penghormatan materi yang layak, dan kadang muncul sifat hasud dan

sombong karena persaingan lahan undangan. Sebab, potensi sifat riya’ pada

diri hafiz-hafizah cukup besar, mereka memiliki banyak hal yang bisa

dipamerkan di hadapan orang banyak, di antaranya adalah: kelancaran

hafalannya, keindahan lagu dan suaranya, kematangan tajwidnya dan prestasi-

prestasi lainnya.

Jadi, fenomena tersebut berasal dari hati setiap para hafizah, maka

dari itu seorang hafizah haruslah pandai pandai untuk menjaga hatinya dari

segala macam sifat yang dapat membuatnya menjadi seseorang penghafal al-

Qur’an yang merugi, karena tidak meniatkan segala sesuatu karena ridlo

Allah, melainkan karena ingin mendapatkan pujian dari manusia. Maka dapat

disimpulkan bahwa psikologis para hafizah dilihat dari beberapa faktor

sebagai berikut:

a) Faktor Pendidikan

Pendidikan adalah hal yang paling utama dalam membentuk suatu

akhlak manusia, semakin tinggi pendidikan semakin tinggi Tingkat

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

113

pendalaman agama maka akan semakin luas wawasan seseorang dalam

berfikir dan berbuat, mereka akan lebih berhati hati dalam bertindak,

menjaga agar perbuatannya tidak sampai menyalahi aturan yang ada.

Maka seorang hafizah yang sejak kecil dididik untuk memiliki sifat-sifat

yang terpuji akan membawa didikan tersebut sampai dia dewasa.

b) Faktor Keluarga

Lingkungan keluarga adalah wadah atau tempat pendidikan pertama

yang diterima oleh seorang anak, hafizah yang dicetak dari keluarga yang

seluruhnya juga menghafal al-Qur’an cenderung akan belajar dari kedua

orang tuanya, tentang tata cara dan akhlak yang harus dimiliki oleh para

penghafal al-Qur’an, sedangkan para penghafal al-Qur’an yang dicetak

bukan dari orang tua yang hafal al-Qur’an biasanya belajar dari gurunya.

Maka faktor keluarga sangat berperan penting dalam enetukan psikologis

parapenghafal al-Qur’an.

Selanjutnya, agar hafizah dapat mencapai ketenangan dalam

menghafal al-Qur’an dan tidak malah merugi sebesar-besarnya, sangat baik

kaau hafizah memperbaiki diri dengan cara sebagai berikut:

a) Ikhlas karena Allah

Ikhlas dalam beramal ibarat ruh di dalam jasad. Jasad tanpa ruh

berarti mati, karena itu sebaik apapun amal seseorang apabila tidak

disertai dengan niat yang ikhlas karena, maka sia-sialah amal tersebut.

Menghafal al-Qur’an dan membacanya adalah ibadah tingkat tinggi.

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

114

Barang siapa yang dengan susah payah menghafal al-Qur’an atau

membaca sebanyak-banyaknya akan tetapi niatnya tidak murni karena

Allah, maka sungguh dia telah merugi dengan kerugian yang besar,

bahkan kerugian yang fatal. Maka hendaknya para hafizah mampu

menjaga hatinya agar selalu diniatkan kepada Allah

b) Mensyukuri ni’mat hafal al-Qur’an

Orang yang menghafal al-Qur’an wajib mensyukuri nikmat yang

agung ini walaupun kadang-kadang diuji dengan kemiskinan, ekonomi

yang rendah, namun apabila hafizahtetap mensyukuri pasti Allah akan

menambahkan kenikmatan ini dengan semakin baiknya hafalan mereka

dan mendapat lipatan pahala yang lebih banyak.

c) Berakhlak mulia

Kalau sekiranya setiap orang Islam dituntut untuk berakhlak mulia, maka

sudah barang tentu kalua orang yang menyimpan al-Qur’an di dalam

dadanya lebih dituntut, karena llebih dari sepertiga kandungan al-Qur’an

adalah tentang akhlak yang mulia, jangan sampai sebaliknya, setelah

hafal al-Qur’an maka timbul dalam dirinya akhlak yang jelek, seperti

sombong, dengki, riya’, dan suka dipuji.

d) Memahami dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an

Seseorang yang hafal al-Qur’an alangkah lebih baik jika tidak

hanya menghafal, namun juga mampu memahami dan mengamalkan isi

kandungan al-Qur’an, karena hal ini akan menjadikan hafizah bisa lebih

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

115

berhati-hati dalam bersikap, lebih menjaga hatinya dari segala sifat yang

buruk, dan berusaha mengamalkan agar prilakunya tak sampai bertolak

belakang dengan isi al-Qur’an

Jika, hal tersebut telah dilakukan dan di amalkan oleh para

penghafaal al-Qur’an, maka mereka akan dijauhkan dari kerugian menghafal

al-Qur’an, dijauhkan dari sifat-sifat yang tak pantas diemban oleh seorang

yang dalam dirinya hafal kalam-kalam illahiyah. Hal tersebut sesuai dengan

teori KH. Moh Fathoni Dimyati, Lc dalam bukunya yang berjudul Agar Tidak

Merugi Menjadi Huffadz Al-Qur’an.34

2. Kegiatan Pemberdayaan Ritual Keagamaan Di Masyarakat Kecamatan

Pacet Dan Kutorejo

Kegiatan pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat merupakan

suatu upaya-upaya penguatan kegiatan yang telah ada sebelumnya kemudian

dipertahankan keberadaannya serta dikembangkan mengikuti

perkembangannya. Masyarakat sudah membiasakan kegiatan tersebut sebgai

tanda kebersamaan dan keterikatan sosialnya, selain anjuran dari agama Islam

itu sendiri. Hal tersebut menandakan bahwa persatuan harus dijalin antar

masyarakat dengan menjadikan kegiatan seperti diba’iyah, tahlil, khotmil

Qur’an sebagai wadah untuk mempererat tali silaturrahmi.

34Moh Fathoni Dimyati, Agar Tidak Merugi sebagai Huffadh Al-Qur’an, (Mojokerto: Unit Roudlotul

Qur’an PPBH, 2010) 62.

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

116

Dengan kehadiran para hafiẓah di tengah-tengah masyarakat,

menjadikan kegiatan-kegiatan pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat

semakin matang dan terorganisir bahkan bisa berkembang. Adapun kegiatan-

kegiatan yang sudah ada namun kurang mendapatkan perhatian dari kalangan

masyarakat, kemudian diaktifkan lagi oleh para hafiẓah, untuk memperkaya

kegiatan-kegiatan ritual keagamaan yang ada di masyarakat.

Dari paparan data serta temuan yang telah dikemukakan maka kegiatan

pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat Pacet dan Kutorejo dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a. Mempertahankan kegiatan ritual keagamaan yang sudah ada

Kegiatan pemberdayaan yang pertama dilakukan oleh masyarakat

adalah mempertahankan kegiatan yang sudah ada, kegiatan yang sudah

berjalan di masyarakat dipertahankan keberadaannya dan diteruskan oleh

masyarakat sesuai dengan aturan dan tata cara yang sudah berlaku. Kegiatan

yang sudah ada di masyarakat Pacet dan Kutorejo pada umumnya adalah

kegiatan tahlil, diba’iyah dan khotmil Qur’an, kegiatan ritual keagamaan

tersebut sudah ada sejak lama dan kini tetap berjalan dengan baik di tengah-

tengah masyarakat.

Masyarakat sudah membiasakan kegiatan tersebut sebagai tanda

kebersamaan dan keterikatan sosialnya, selain anjuran dari agama Islam

itu sendiri. Hal tersebut menandakan bahwa persatuan harus dijalin antar

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

117

masyarakat dengan menjadikan kegiatan seperti diba’iyah, tahlil, khotmil

Qur’an sebagai wadah untuk mempererat tali silaturrahmi.

b. Mengembangkan kegiatan ritual keagamaan

Kegiatan pemberdayaan selanjutnya yang dilakukan oleh

masyarakat adalah mengembangkan kegiatan ritual keagamaan di

masyarakat, jadi kegiatan yang sudah ada kemudian dikembangkan sesuai

dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat.

“………Perubahan yang signifikan ada pada TPQ, setelah saya

mulai terjun dan ambil peran di TPQ, saat ini ada program

lanjutan bagi santri TPQ yang telah khatam atau diwisuda bi

nadhor yaitu berupa Madrasah Diniyah dan Tahfidzul Qur’an.

Madrasah diniyah dengan santri kurang lebih berjumlah 50 santri,

sedangkan untuk santri Tahfidzul Qur’an kurang lebih berjumlah

20 santri sebagian ada yang bermukim di sini dan sebagian dari

santri kampung sekitar”35

Kegiatan ritual keagamaan di masyarakat Ngudi, Pesanggrahan,

Kutorejo, mengalami perubahan ketika salah satu hafiẓah alumni Pondok

Pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng, terjun di sana. Perubahan itu

berupa program lanjutan bagi santri TPQ yang telah khatam atau diwisuda

bi nadhor yaitu berupa Madrasah Diniyah dan Tahfidzul Qur’an.

“Kegiatan keagamaan tetap seperti yang dulu, hanya saja ada

tambahan kegiatan yaitu istighosah, di sini saya mulai

memerankan diri saya sepulang dari pondok pesantren. Kegiatan

35 Wawancara dengan Ibu Siti Masrufah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah Tahun 2011) pada hari minggu tanggal 15 April 2018 pukul 10.14 WIB

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

118

istighosah juga dilaksanakan pada malam hari digilir dari rumah

ke rumah seperti halnya kegiatan keagamaan yang lain.”36

Sementara itu kegitan ritual keagamaan di masyarakat Treceh,

Sajen, Pacet, juga mengindikasikan suatu perubahan. Hal ini ditujukkan

dengan adanya tambahan kegiatan ritual keagamaan yaitu berupa kegiatan

istighosah. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada setiap malam selasa

secara rutin dan bergilir dari rumah ke rumah.

“…….Kegiatan keagamaan di desa saya sekarang meliputi:

Diba’iyah, Tahlil, Khotmil Qur’an, Hadrah Putra, Istighosah

setiap hari kamis yang digilir di musholla-musholla, Tahlil Kubro

ranting setiap 3 bulan sekali……”37

Selain itu kegiatan ritual keagmaan di masyarakat Kedung peluk,

Kuripan sari, Pacet juga berkembang dari waktu kewaktu, terbukti dengan

adanya pengembanga kegiatan Tahlil, yang sebelumnya hanya ada Tahlil

dusun kini berkembang menjadi kegiatan Tahlil Kubro yang dilakukan

setiap 3 bulan sekali digilir setiap dusun yang bertempat di Musholla,

Tahlil Kubro diikuti oleh anggota ibu-ibu dewasa satu desa Kuripan sari.

Hal tersebut telah menunjukan bahwa kegiatan pemberdayaan

ritual keagamaaan di masyarakat telah berkembang dari waktu ke waktu

sesuai dengan kemajuan zaman dan kebutuhan masyarakat.

36 Wawancara dengan Ibu Syafa’atu Dzikriyah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok

Pesantren Bidayatul Hidayah Tahun 2012) pada hari minggu tanggal 11 April 2018 pukul 10.43 WIB

37 Wawancara dengan Ibu Lutfiyah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah Tahun 2010) pada hari minggu tanggal 8 April 2018 pukul 09.28 WIB

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

119

c. Mengaktifkan kembali kegiatan ritual keagamaan di masyarakat

Kegiatan pemberdayaan yang terakhir dilakukan oleh masyarakat

adalah mengaktifkan kembali kegiatan ritual kegamaan di masyarakat yang

pernah ada untuk memperkaya kegiatan-kegiatan ritual keagamaan yang

ada di masyarakat.

“……..Kegiatan keagamaan di desa saya sekarang meliputi:

Diba’iyah, Tahlil, Khotmil Qur’an, Hadrah Putra, Istighosah

setiap hari kamis yang digilir di musholla-musholla, Tahlil Kubro

ranting setiap 3 bulan sekali, Banjari IPPNU kembali hidup

setelah beberapa tahun lalu mati. Dan TPQ yang awalnya ada

dua, kini menjadi 1 dengan metode dan system yang sudah tertata

dan dipindahkan ke Masjid.”38

Ada kegiatan Banjari IPPNU di Kedung peluk, Kuripan sari, Pacet,

yang mulai diaktifkan kembali kegiataannya, setelah beberapa tahun terakhir

mengalami nihil kegiatan. Hal tersebut membuktikan bahwa kegiatan

pemberdayaan ritual keagamaan tidak hanya mempertahankan dan

mengembangkan kegiatan ritual keagamaan di masyarakat saja tapi juga

mengaktifkan kegiatan ritual keagmaan yang sudah lama mati.

Menurut Sri Najiati Terdapat empat prinsip yang sering digunakan

untuk suksesnya program kegiatan pemberdayaan, yaitu prinsip kesetaraan,

partisipasi, keswadayaan atau kemandirian, dan berkelanjutan.39 Adapun lebih

jelasnya adalah sebagai berikut:

38 Wawancara dengan Ibu Lutfiyah (Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren

Bidayatul Hidayah Tahun 2010) pada hari minggu tanggal 8 April 2018 pukul 09.28 WIB 39 Sri Najiati, Agus Asmana, I Nyoman N. Suryadiputra, Pemberdayaan Masyarakat di Lahan

Gambut, (Bogor: Wetlands International – 1P, 2005), 54.

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

120

a. Prinsip Kesetaraan

“Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan

masyarakat adalah adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara

masyarakat dengan lembaga yang melakukan program-program

pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Dinamika

yang dibangun adalah hubungan kesetaraan dengan mengembangkan

mekanisme berbagai pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu sama

lain. Masing-masing saling mengakui kelebihan dan kekurangan, sehingga

terjadi proses saling belajar.”

Sesuai teori tersebut para hafiẓah memiliki kesetaraan yang sama

dengan masyarakat di desanya, para hafiẓah berperan aktif dalam kegiatan

pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat sehingga dapat tercipta

kebersamaan dan kekompakan antara para hafiẓah dan masyarakat untuk

bersama-sama menjalankan kegiatan ritual keagamaan dengan baik, hal ini

ditunjukkan dengan hasil wawancara dengan masyarakat berikut ini:

“Alhamdulillah Kegiatan keagamaan di masyarakat ini

semakin tahun semakin menunjukkan kemajuan, dulu kegiatan

keagamaan hanya diminati oleh para orang tua, namun kini

kaum muda pun mau ikut serta mengikuti kegiatan tersebut

sejak berdirinya lembaga pendidikan Islam Bustanut Tarbiyah,

karena banyak kegiatan yang dilakukan di sana mulai dari

kegiatan rutinan mingguan hingga bulanan.”40

Lembaga Pendidikan Bustanut Tarbiyah adalah lembaga yang di

dalamnya ada banyak peran dari hafiẓah, karena hafiẓah menjadi salah satu

pengurus dan pengelola kegiatan di lembaga tersebut, jadi di antara para

hafiẓah dengan masyarakat saling mengakui adanya kekurangan dan

40 Wawancara dengan Kepala Dusun Ngudi, Pesanggrahan, Kutorejo, Bapak Mukhlason, pada tanggal

12 Mei 2018, Pukul 08.58 WIB

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

121

kelebihan pada dirinya sehingga terjadi proses saling belajar tentang ilmu

keagamaan dan sosial di antara mereka.

b. Prinsip Partisipasi

“Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian

masyarakat adalah program yang sifatnya partisipastif, direncanakan,

dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat. Namun, untuk

sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan proses pendampingan yang

melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap pemberdayaan

masyarakat.”

Prinsip partisipasi mengharuskan para hafiẓah untuk langsung

terjun berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan ritual keagamaan di

masyarakat. Seperti pernyataan masyarakat saat diwawancarai berikut ini:

“Sejak kepulangannya dari pondok pesantren, kehadiran bu

lutfiyah benar-benar membawa dampak positif bagi

masyarakat. Sifatnya yang tegas dan berani membuat beliau

banyak dipercayai oleh tokoh masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan keagamaan sekaligus pendidikan

yang ada di dusun ini yaitu TPQ. sejauh ini beliau ditunjuk

sebagai pemimpin dalam berbagai kegiatan serta menjadi

kepala TPQ di dusun ini’.41

Hal ini sesuai dengan prinsip yang sudah dijalankan para hafiẓah

bahwa mereka telah berperan aktif, partisipatif dan ikut andil dalam

berbagai kegiatan keagamaan (Islam) yang ada di dalam masyarakat sejak

mereka pulang dari Pondok Pesantren.

c. Prinsip Keswadayaan atau Kemandirian

“Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengedepankan

kemampuan masyarakatnya sendiri dari pada bantuan pihak lain. Mereka

41 Wawancara dengan Kepala Dusun Kedung peluk, Kuripan sari, Pacet, Bapak Ahmad Sudar, pada

tanggal 10 Mei 2018, Pukul 10.42 WIB

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

122

memiliki kemampuan untuk menabung, pengetahuan yang mendalam

tentang kendala-kendala usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya,

memiliki tenaga kerja dan kemauan, serta memiliki norma-norma

bermasyarakat yang sudah lama dipatuhi. Semua itu harus digali dan

dijadikan modal dasar bagi proses pemberdayaan.”

Para hafiẓah yang berperan dalam kegiatan pemberdayaan ritual

keagamaan telah memegang erat prinsip kemandirian, mereka berani tampil

dengan ketegasan dan tanggung jawab yang dimilikinya. Sesuai dengan

hasil wawancara dengan masyarakat berikut ini:

“Peran para hafiẓah selalu ditunggu oleh masyarakat, terutama

hafiẓah yang mempunyai keberanian tampil dihadapan

masyarakat namun tetap rendah hati, mbak riyah dalam

kesehariannya mengajar ilmu seni baca al-Qur’an di beberapa

TPQ bahkan ada yang privat setiap 2 kali dalam seminggu

datang ke rumahnya, beliau tetap mengajarnya dengan penuh

kesungguhan, sabar dan telaten, di kampung beliau terkenal

orang yang sopan dan lemah lembut.”42

Selain itu, masyarakat juga telah memberikan peluang kepada para

hafiẓah agar bisa memerankan dirinya dengan baik, hal ini menunjukan

bahwa masyarakat telah menggunakan prinsip keswadayaan, mereka

menghargai dan mengedepankan kemampuan para hafiẓah untuk mengelola

serta memimpin kegiatan ritual keagamaan di masyarakat.

d. Prinsip Berkelanjutan

“Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan,

sekalipun pada awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding

masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan pasti, peran pendamping akan

makin berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat sudah

mampu mengelola kegiatannya sendiri.”

42 Wawancara dengan Kepala Dusun Treceh, Sajen, Pacet, Ibu Suyoso, pada tanggal 13 Mei 2018,

Pukul 09.28 WIB

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

123

Kegiatan pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat dusun

Kedung peluk, dusun Ngudi dan dusun Treceh telah berjalan dengan baik,

serta antusias dari masyarakat pada kegiatan tersebut sangat kompak dan

mendukung, seperti pernyataan hasil wawancara dari masyarakat dusun

Kedung peluk, beliau menyatakan bahwa:

“Sejauh ini kegiatan keagamaan di masyarakat berjalan dengan

baik, masyarakat kompak dan saling mendukung ulur tangan,

karena seluruh penduduk di dusun ini beragama Islam.”43

Kemudia diperkuat dengan masyarakat dusun Ngudi, yang

menyatakan bahwa”

“Alhamdulillah Kegiatan keagamaan di masyarakat ini

semakin tahun semakin menunjukkan kemajuan, dulu kegiatan

keagamaan hanya diminati oleh para orang tua, namun kini

kaum muda pun mau ikut serta mengikuti kegiatan tersebut

sejak berdirinya lembaga pendidikan Islam Bustanut Tarbiyah,

karena banyak kegiatan yang dilakukan di sana mulai dari

kegiatan rutinan mingguan hingga bulanan.”44

Hal senada diungkapkan oleh masyarakat dusun Treceh, beliau

menyatakan bahwa:

“Gambaran umum kondisi kegiatan keagamaan di masyarakat

ini sangatlah kompak, baik kegiatan putra maupun putri sama

sama berjalan dengan baik. Karena dusun ini sangat luas terdiri

dari 12 RT, maka kegiatan keagamaan di sini sangatlah padat,

mulai dari kegiatan mingguan hingga bulanan.”45

43 Wawancara dengan Kepala Dusun Kedung peluk, Kuripan sari, Pacet, Bapak Ahmad Sudar, pada

tanggal 10 Mei 2018, Pukul 10.42 WIB 44 Wawancara dengan Kepala Dusun Ngudi, Pesanggrahan, Kutorejo, Bapak Mukhlason, pada tanggal

12 Mei 2018, Pukul 08.58 WIB 45 Wawancara dengan Kepala Dusun Treceh, Sajen, Pacet, Ibu Suyoso, pada tanggal 13 Mei 2018,

Pukul 09.28 WIB

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

124

kegiatan tersebut bisa terus berlangsung dan berkelanjutan

meskipun pada nantinya para hafiẓah telah vakum dari kegiatan tersebut,

sebab kegiatan tersebut telah memiliki dasar dan pondasi yang kuat serta

masyarakat telah membiasakan kegiatan tersebut sebagai tanda

kebersamaan dan keterikatan sosialnya.

Beberapa prinsip itulah yang sudah digunakan di masyarakat untuk

mensukseskan program kegiatan pemberdayaan ritual keagamaan di desanya.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sri Najiati dalam bukunya

yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut.46

3. Persepsi Masyarakat Terhadap Peran Para Hafiẓah Alumni Pondok

Pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng Dalam Pemberdayaan Ritual

Keagamaan Di Masyarakat

Persepsi dalam hal ini adalah suatu penilaian yang diberikan

masyarakat terhadap peran para Hafiẓah dalam memberdayakan ritual

keagamaan yang ada di masyarakat. Mengetahui persepsi masyarakat

merupakan hal yang perlu mengingat peranan para hafiẓah tidak hanya

berperan untuk dirinya sendiri namun juga berperan di dalam masyarakat desa

bahkan tidak menutup kemungkinan peranannya sampai dalam cakupan yang

lebih luas lagi. Kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk

para hafiẓah agar bisa mengetahui kekurangannya, mana yang harus mereka

46 Sri Najiati, Agus Asmana, I Nyoman N. Suryadiputra, Pemberdayaan Masyarakat di Lahan

Gambut, (Bogor: Wetlands International – 1P, 2005), 54.

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

125

perbaiki, agar para hafiẓah bisa menempatkan posisinya dengan baik di

tengah- tengah masyarakat.

Persepsi positif yang diberikan oleh masyarakat mengacu pada hasil

wawancara yang peneliti lakukan kepada beberapa masyarakat mengenai

persepsi masyarakat terhadap para hafiẓah alumni pondok pesantren bidayatul

hidayah mojogeneng dalam pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat.

Berikut pernyataan yang diperoleh dari informan:

“Peran bu lutfiyah dalam memberdayakan ritual keagamaan di

masyarakat selalu mendapat respon positif, beliau orang yang

amanah, tekun dan ulet dalam mendidik anak anak di TPQ. Sejak

TPQ dalam pimpinannya dalam jangka 1.5 tahun untuk yang

pertama kalinya berhasil mentashih al-Qur’an sebanyak 9 anak.

Jadi, pada intinya hadirnya para penghafal al-Qur’an di tengah

masyarakat kita benar-benar sangat dibutuhkan dan banyak sekali

kemanfaatannya.”47

Selanjutnya informan yang kedua juga menyatakan persepsinya

pada hasil wawancara berikut

“Persepsi saya tentang para penghafal al-Qur’an seperti neng

rufah dalam memberdayakan ritual keagamaan di masyarakat

adalah bahwa kehadirannya, keikutsertaannya dalam kegiatan

tersebut sangat perlu. Mengingat bahwa selama ini beliau sangat

telaten merawat santri yang menghafal al-Qur’an termasuk putri

saya sendiri, keistiqomahan serta kesabarannya dalam mendidik

anak anak patut diacungi jempol.”48

47 Wawancara dengan Kepala Dusun Kedung peluk, Kuripan sari, Pacet, Bapak Ahmad Sudar, pada

tanggal 10 Mei 2018, Pukul 10.42 WIB mengenai persepsi masyarakat terhadap peran Ibu Lutfiyah

(Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Tahun 2010)

48 Wawancara dengan Kepala Dusun Ngudi, Pesanggrahan, Kutorejo, Bapak Mukhlason, pada tanggal

12 Mei 2018, Pukul 08.58 WIB mengenai persepsi masyarakat terhadap peran Ibu Siti Masrufah

(Ketua Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Tahun 2011)

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

126

Informan ketiga juga menyampaikan persepsinya terhadap peran

para hafiẓah

“Peran para hafiẓah selalu ditunggu oleh masyarakat, terutama

hafiẓah yang mempunyai keberanian tampil dihadapan

masyarakat namun tetap rendah hati, mbak riyah dalam

kesehariannya mengajar ilmu seni baca al-Qur’an di beberapa

TPQ bahkan ada yang privat setiap 2 kali dalam seminggu datang

ke rumahnya, beliau tetap mengajarnya dengan penuh

kesungguhan, sabar dan telaten, di kampung beliau terkenal

orang yang sopan dan lemah lembut.”49

Dari paparan hasil penelitian di atas peneliti mendapatkan sebuah

temuan bahwa peran para hafiẓah akan mendapatkan persepsi yang baik dan

positif ketika peran mereka dalam pemberdayaan ritual keagamaan, tentunya

harus aktif, partisipatif dan ikut andil dalam berbagai kegiatan keagamaan

(Islam) yang ada di dalam masyarakat. Selain keaktifan dalam berpartisipasi,

para hafiẓah memiliki suatu perilaku dan sikap yang baik, sopan, santun, ulet

dan tekun serta bertanggung jawab. Sebab masyarakat sangat membutuhkan

sosok tersebut untuk terus memberdayakan kegiatan ritual keagamaan yang

masih berjalan. Hal ini sesuai dengan teori Menurut Dr. Thohir Luth, MA.

bahwa “masyarakat Islam seperti ini juga menyadari bahwa bekerja adalah

bagian dari ibadah kepada Allah, sehingga dalam bekerja perlu ketulusan,

kemauan, dan kecintaan terhadap pekerjaan, disiplin dan bertanggung jawab.

49 Wawancara dengan Kepala Dusun Treceh, Sajen, Pacet, Ibu Suyoso, pada tanggal 13 Mei 2018,

Pukul 09.28 WIB mengenai persepsi masyarakat terhadap peran Ibu Syafa’atu Dzikriyah (Ketua

Koordinator Para Hafiẓah Alumni Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Tahun 2012)

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

127

Masyarakat Islam hanya mau melakukan tolong menolong dalam hal kebajikan

dan ketakwaan, bukan menolong dalam menimbulkan dosa dan permusuhan.”50

Persepsi yang diberikan oleh masyarakat mayoritas mendukung dan

menilai apa yang dilakukan oleh para hafiẓah, menurut masyarakat peran para

hafiẓah merupakan hal yang positif dan sangat bermanfaat bagi masyarakat.

Bahkan masyarakat telah mempercayakan kepada para hafiẓah untuk

menjalankan beberapa kegiatan dan lembaga pendidikan di sana, sehingga tak

segan masyarakat untuk mengikutsertakan anak-anak mereka dalam kegiatan

tersebut. Aspek pengetahuan tentang agama juga harus dimiliki dan dikuasai,

karena para hafiẓah telah diberikan sebuah amanah oleh masyarakat, selain

memberdayakan kegiatan ritual keagamaan, namun juga para hafiẓah

memiliki peran untuk mendidik dan mencerdaskan para generasi muda agar

memperoleh ilmu mengenai agama Islam. Masyarakat seakan sadar akan

pentingnya pendidikan agama dalam diri seorang anak, untuk menjadi bekal

mereka dalam mejalankan kehidupan sehari-hari kelak dan tak lupa untuk

selalu beribadah kepada Allah SWT.

Temuan selanjutnya yang peneliti dapatkan adalah suatu peranan

yang ada di masyarakat apabila dilaksanakan dengan ketulusan dan sesuai

dengan kemampuannya, akan memunculkan suatu persepsi yang positif dari

masyarakat, begitu juga sebaliknya. Seperti teori menurut Anton Moelyono

50 Thohir Luth, Masyarakat Madani solusi damai dalam perbedaan, (Makasar: PT. Media Cita, 2002)

45.

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

128

(1949), bahwa “peranan adalah sesuatu yang dapat diartikan memiliki arti

positif yang diharapkan akan mempengaruhi sesuatu yang lain.”51 Jadi pada

intinya segala yang dilakukan dengan niat baik maka akan mendapatkan respon

dan tanggapan yang baik pula dari orang-orang disekitar kita.

C. PENGECEKAN KEABSAHAN DATA

Selama pelaksanaan penelitian, suatu kesalahan dimungkinkan dapat

timbul. Entah itu berasal dari diri peneliti atau dari pihak informan. Untuk

mengurangi dan meniadakan kesalahan data tersebut, maka perlu mengadakan

pengecekan kembali data dengan cara 4 teknik di bawah ini dengan harapan

laporan yang disajikan nanti tidak mengalami kesalahan.

1. Uji Credibility (Validitas Internal)

Untuk menguji derajat kepercayaan terhadap hasil penelitian

kualitatif mengenai peranan para hafiẓah alumni Pondok Pesantren Bidayatul

Hidayah Mojogeneng dalam pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat.

Peneliti menggunakan tiga metode pengumpulan data yaitu metode

pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Setelah diperoleh

hasil penelitiannya, maka dilakukan triangulasi sumber data. Triangulasi ini

dilakukan dengan cara:

a. Membandingkan hasil pengumpulan data mengenai peranan para hafiẓah

alumni Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng dalam

51 Soleman B. Taneko, Mengenal Arti Peran, (Surabaya: Dinar press, 1986), 23.

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

129

pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat menurut masyarakat umum

dengan apa yang dikatakan para hafiẓah secara pribadi.

b. Membandingkan hasil wawancara mengenai peranan para hafiẓah alumni

Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Mojogeneng dalam pemberdayaan

ritual keagamaan di masyarakat dengan hasil dokumentasi dilapangan

yang saling berkaitan.

c. Mengadakan perbincangan dengan banyak pihak terkait peranan para

hafiẓah dalam pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat.

Dari hasil wawancara dengan para hafiẓah diperoleh informasi

bahwasannya para hafiẓah telah memiliki peranan dalam kegiatan ritual

keagamaan di masyarakat. Dari pernyataan para hafiẓah, ada berbagai

kegiatan ritual keagamaan dimasyarakat mereka masing-masing, mulai dari

keikutsertaan dalam kegiatan Diba’iyah, Tahlil, Khotmil Qur’an, mengajar di

TPQ, mengajar Qiro’ah, terlibat dalam kepengurusan beberapa organisasi

(Fatayat NU, muslimat NU, Jami'yyatul Qurra wal-Huffadz), hingga

pembuatan program lanjutan selepas dari TPQ berupa Madrasah Diniyah dan

Tahfidzul Qur’an. Hal tersebut menunjukkan adanya peranan para hafiẓah

dalam pemberdayaan kegiatan ritual keagamaan di masyarakat mereka

masing-masing.

Setelah melakukan wawancara dengan para hafiẓah, perlu dilakukan

wawancara lagi dengan masyarakat masing-masing dimana para hafiẓah

melakukan peranannya tersebut, untuk memastikan keabsahan data hasil

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

130

wawancara dengan para hafiẓah. Hasil wawancara dengan masyarakat

masing-masing tempat para hafiẓah, masyarakat menguatkan pernyataan para

hafiẓah sebelumnya, dimana para hafiẓah telah melakukan peranannya dengan

berpartisipasi aktif dalam mengikuti kegiatan ritual keagamaan disana.

Mereka juga mendapat kepercayaan masyarakat untuk mengelola langsung

sebuah TPQ agar dapat berkembang. Dan juga mereka ditunjuk sebagai ketua

koordinator program Tahfidzul Qur’an, serta menjadi orang kepercayaan

masyarakat ketika membutuhkan sang Qori’ dalam beberapa kegiatan

keagamaan ditempat mereka. Pada intinya mesarakat sangat mengapresiasi

kepada para hafiẓah dalam peranan mereka memberdayakan kegiatan ritual

kegamaan di masyarakat.

Kemudian, peneliti juga melakukan observasi dan dokumentasi

mengenai peranan para hafiẓah alumni Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah

Mojogeneng dalam pemberdayaan ritual keagamaan di masyarakat.

Kesimpulan hasil observasi menjelaskan bahwa peneliti mengamati langsung

peran para hafiẓah dalam beberapa kegiatan keagamaan yang ada disana.

Peneliti menjumpai para hafiẓah aktif dalam beberapa kegiatan seperti

menjadi Pengurus JHQ, Pengurus Muslimat Ranting, Ustadzah di TPQ dan

Madrasah Diniyah.

Hasil observasi tersebut peneliti kuatkan dengan data hasil

dokumentasi, dimana peneliti telah melampirkan hasil dokumentasi mengenai

kegiatan-kegiatan para hafiẓah dalam melakukan peranannya, seperti

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

131

dokumentasi para hafiẓah mengajar di TPQ, dokumentasi para hafiẓah

mengajar Qiro’ah, dokumentasi para hafiẓah mengajar tahfidzul Qur’an, dan

dokumentasi para hafiẓah mengikuti kegiatan muslimat, fatayat dan JHQ

hingga dokumentasi susunan kepengurusan organisasi mengenai keterlibatan

para hafiẓah dalam organisasi tersebut.

2. Uji Transferability (Validitas Eksternal)

Peran yang diemban oleh para hafiẓah tidaklah semata mengikuti

kegiatan keagamaan disana, melainkan peran para hafiẓah lebih luas

pembahasannya. Para hafiẓah tidak hanya melakukan partisipasi aktif dalam

kegiatan ritual keagamaan tersebut, mereka memiliki andil untuk mengelola

langsung kegiatan-kegiatan ritual keagamaan dimasyarakat tersebut. Dengan

bekal pengalaman dan pendidikan mereka selepas dari pondok pesantren

Bidayatul Hidayah, masyarakat mampu melihat potensi yang ada di dalam diri

para hafiẓah, sehingga masyarakat tak segan untuk menunjuknya langsung

untuk mengisi kepengurusan beberapa kegiatan dan organisasi keagamaan

disana.

Inisiatif para hafiẓah juga sangat diperlukan dalam menjalankan

peranannya umtuk pemberdayaan kegiatan ritual keagamaan di masyarakat.

Para hafiẓah memiliki inisiatif ketika melakukan penananya, hal tersebut

dilakukan karena para hafiẓah melihat adanya permasalahan yang perlu diatasi

untuk memudahkan mereka dalam melakukan perananya. Para hafiẓah

memotivasi, mengarahkan dan mebimbing baik para orang tua dan anak-anak

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

132

di sana, betapa pentingnya pendidikan agama bagi anak-anak dalam rangka

pemberdayaan kegiatan ritual keagamaan di masyarakat. Bahkan para hafiẓah

dengan inisiatif sendiri mengajar di tempat tinggal mereka.

Maka dapat disimpulkan bahwa peranan para hafiẓah untuk

memberdayakan kegiatan ritual keagamaan dimasyarakat, diperlukan bekal

pengalaman pendidikan pondok pesantren yang cukup, memiliki semangat

yang tinggi, hingga memiliki kemauan untuk dapat menjalankan peranannya

dengan baik di masyarakat.

3. Uji Dependability (Reabilitas)

Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap

keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor/pembimbing

untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

Dan dalam penelitian ini pembimbing atau auditor telah melakukan koreksi

terhadap aktivitas dan data-data yang telah diperoleh oleh peneliti, serta

peneliti bisa menunjukkan semua proses jejak aktivitas lapangannya selama

pengumpulan data. Maka dependabilitas dalam penelitian ini bisa diterima.

4. Uji Confirmability (Obyektifitas)

Uji confirmability dengan uji dependability pengujiannya dapat

dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil

penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Maka dalam penelitian

ini hasil penelitian telah diuji oleh pembimbing, dari mulai awal proses

pengumpulan data, mengolah data sampai penyimpulan hasil penelitian,

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.repository.stitradenwijaya.ac.id/258/5/bab 4.pdf · ulama yang pakar dalam ilmu falak (astronomi) dan ilmu alat (nahwu-shorof). Namun

133

pengujian tersebut membuktikan bahwa hasil penelitian ini merupaka fungsi

dari proses penelitian yang sudah dilakukan. Maka hal tersebut menunjukkan

bahwa penelitian ini sudah memenuhi standar konfirmability.