BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting...
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Setting Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Panti Wredha Salib Putih
Panti Wredha Salib Putih dibentuk pada
tahun 1959 yang merupakan Panti Wredha Sosial.
Panti Wredha ini diperuntukkan bagi orang-orang
lanjut usia yang kurang mampu dari sisi ekonomi
keuangan. Mereka yang dititipkan di Panti Wredha
Sosial berasal dari keluarga terlantar ataupun warga
gereja dan warga masyarakat umum yang tidak
terurus dengan baik oleh keluarganya, karena
ketidakmampuan ekonominya.
Saat ini jumlah lanjut usia yang berada di
Panti Wredha Salib Putih Salatiga berjumlah 32
orang yang terdiri dari 8 orang lanjut usia yang masih
memiliki sanak saudara, 12 lanjut usia tidak memiliki
saudara dan 12 lanjut usia yang tinggal tidak
menetap.
39
Di Panti Wredha ini para lanjut usia tidak
hanya bertinggal diam untuk menikmati kehidupan
sehari-hari, melainkan ada beberapa kegiatan yang
harus dilakukan setiap harinya ,seperti: ibadah pagi,
membersihkan halaman, olah raga, mencuci baju,
makan bersama, dan dilanjutkan dengan aktivitas
masing-masing seperti mengobrol, tidur, dan
menonton tv. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
melatih para lanjut usia agar tidak bermalas-malasan
dan tetap mandiri. Kebersamaan yang terbentuk di
Panti Wredha Salib Putih membuat suasana
semakin hangat dalam menjalin kebersamaan.
Dalam kegiatan sehari-hari para lanjut usia dibagi
sesuai tugasnya masing-masing untuk
membersihkan halaman panti.
4.1.2. Proses Pelaksanaan Penelitian
4.1.2.1. Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian,
peneliti menyiapkan beberapa hal yang
menunjang pelaksaan penelitian. Peneliti
terlebih dahulu mempersiapkan kriteria
partisipan dan pada bulan Februari peneliti
40
melakukan studi pendahuluan di Panti
Wredha untuk melihat keadaan lansia
disana. Peneliti mulai mempersiapkan surat
penelitian pada bulan Mei 2015 dan mulai
melakukan penelitian di Panti Wredha Salib
Putih Salatiga pada bulan Juni 2015.
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik wawancara sehingga
peneliti menyiapkan beberapa panduan
wawancara sebelum melakukan penelitian.
Peneliti juga membuat informed consent
yang berisi surat penjelasan penelitian dan
surat persetujuan menjadi partisipan.
Dalam proses wawancara, peneliti juga
menggunakan alat perekam menggunakan
handphone. Penggunaan alat perekam
dilakukan apabila mendapatkan ijin dari
partisipan dan tidak keberatan dengan
adanya alat perekam tersebut.
4.1.2.2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan pada
tanggal 17 Juni 2015.
41
1. Partisipan 1
Pada tanggal 17 Juni 2015 penulis
melakukan wawancara dengan partisipan
pertama yaitu Oma M di ruang aula Panti
Wredha Salib Putih Salatiga. Sebelum
melakukan wawancara peneliti
mengucapkan terima kasih kepada
partisipan karena telah bersedia terlibat
dalam penelitian, kemudian dilanjutkan
dengan penjelasan mengenai penelitian.
Wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap partisipan 1 adalah 40 menit.
2. Partisipan 2
Untuk partisipan kedua bernama Oma
R. Sebelum melakukan wawancara,
peneliti mengucapkan terimakasih karena
partisipan telah menyediakan waktu untuk
bertemu. Setelah partisipan paham akan
maksud dan tujuan peneliti, partisipan
menandatangani informed consent yang
telah disediakan peneliti. Wawancara
dilakukan selama 30 menit di ruang aula
Panti Wredha Salib Putih Salatiga.
42
3. Partisipan 3
Untuk partisipan ketiga bernama Oma
Su. Sebelum melakukan wawancara,
peneliti mengucapkan terimakasih karena
partisipan telah menyediakan waktu untuk
bertemu. Setelah partisipan paham akan
maksud dan tujuan peneliti, partisipan
menandatangani informed consent yang
telah disediakan peneliti. Wawancara
dilakukan selama 30 menit di ruang aula
Panti Wredha Salib Putih Salatiga.
4. Partisipan 4
Untuk partisipan keempat bernama
Oma Y. Sebelum melakukan wawancara,
peneliti mengucapkan terimakasih karena
partisipan telah menyediakan waktu untuk
bertemu. Setelah partisipan paham akan
maksud dan tujuan peneliti, partisipan
menandatangani informed consent yang
telah disediakan peneliti. Wawancara
dilakukan selama 35 menit di depan
kamar Oma Y.
43
5. Partisipan 5
Untuk partisipan kelima bernama
Oma Sr. Sebelum melakukan wawancara,
peneliti mengucapkan terimakasih karena
partisipan telah menyediakan waktu untuk
bertemu. Setelah partisipan paham akan
maksud dan tujuan peneliti, partisipan
menandatangani informed consent yang
telah disediakan peneliti. Wawancara
dilakukan selama 35 menit di depan
kamar Oma Sr.
6. Partisipan 6
Untuk partisipan keenam bernama
Oma D. Sebelum melakukan wawancara,
peneliti mengucapkan terimakasih karena
partisipan telah menyediakan waktu untuk
bertemu. Setelah partisipan paham akan
maksud dan tujuan peneliti, partisipan
menandatangani informed consent yang
telah disediakan peneliti. Wawancara
dilakukan selama 30 menit di aula salib
putih.
44
7. Partisipan 7
Untuk partisipan ketujuh bernama
Oma S. Sebelum melakukan wawancara,
peneliti mengucapkan terimakasih karena
partisipan telah menyediakan waktu untuk
bertemu. Setelah partisipan paham akan
maksud dan tujuan peneliti, partisipan
menandatangani informed consent yang
telah disediakan peneliti. Wawancara
dilakukan selama 30 menit di aula salib
putih.
8. Partisipan 8
Untuk partisipan kedelapan bernama
Oma St. Sebelum melakukan wawancara,
peneliti mengucapkan terimakasih karena
partisipan telah menyediakan waktu untuk
bertemu. Setelah partisipan paham akan
maksud dan tujuan peneliti, partisipan
menandatangani informed consent yang
telah disediakan peneliti. Wawancara
dilakukan selama 30 menit di aula salib
putih.
45
4.1.3. Gambaran Umum Partisipan
1. Partisipan 1
Nama : Oma M
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 71 tahun
Status : Tidak Menikah
Perawatan fisik : Tidak ada
Partisipan lahir pada tahun 1944 di
Kabupaten Semarang. Partisipan tidak menikah
karena beliau memutuskan untuk tidak menikah.
Biaya kehidupannya dibiayai oleh saudaranya.
Partisipan tinggal di panti sejak 19 Januari 2014.
Partisipan mengikuti kegiatan sehari-hari seperti
ibadah, bersih-bersih halaman, mencuci, dan
makan bersama. Kulit partisipan bersih tampak
ada bekas luka gatal, rambut bersih tidak
berminyak dan tidak ada ketombe, gigi tampak
bersih, mata tampak bersih, telinga tampak
bersih, dan tangan kaki serta kuku terlihat kotor.
46
2. Partisipan 2
Nama : Oma R
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 62 tahun
Status : Janda
Perawatan fisik : Tidak ada
Partisipan berasal dari Magelang yang lahir
pada tahun 1953 dari sepasang keluarga tentara.
Partisipan adalah anak ketujuh dari sebelas
bersaudara dan mempunyai dua orang anak
yaitu laki-laki dan perempuan. Partisipan tinggal
di Panti sejak tanggal 23 Juni 2011. Partisipan
juga berstatus janda karena bercerai dengan
suaminya dan saat ini yang membiayai
kehidupan partisipan di Panti adalah anak-anak
dan saudara-saudaranya. Partisipan mengikuti
aktivitas sehari-hari seperti ibadah, memotong
rumput, mencuci pakaian, dan makan bersama.
Kulit tampak bersih, rambut terlihat berminyak
dan kotor, gigi terlihat kotor ada sisa makanan,
mata tampak bersih, telinga tampak bersih,
tangan dan kaki tampak bersih sedangkan kuku
terlihat kotor.
47
3. Partisipan 3
Nama : Oma Su
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 82 tahun
Status : Janda
Perawatan fisik : Tidak ada
Partisipan yang lahir di Kabupaten Semarang
pada tahun 1935. Partisipan sudah tinggal di
panti sejak 1 April 1990. Partisipan sudah tidak
memiliki saudara sehingga biaya kehidupannya
dibiayai oleh panti. Partisipan juga mengikuti
kegiatan sehari-hari seperti ibadah, mencuci
pakaian, membersihkan halaman, dan makan
bersama. Kulit tampak bersih dan ada bau badan
tercium, rambut tampak berminyak, gigi tampak
berkarang, kotor, dan nafas bau, mata tampak
ada kotoran mata, telinga tampak kotor, tangan
dan kaki tampak bersih sedangkan kuku terlihat
kotor.
48
4. Partisipan 4
Nama : Oma Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 69 tahun
Status : Tidak menikah
Perawatan fisik : Tidak ada
Partisipan lahir pada tahun 1946 di Kopeng
sebagai anak tunggal. Partisipan sudah tidak
memiliki keluarga sehingga biaya kehidupan
partisipan selama di Panti dibiayai oleh yayasan.
Partisipan berstatus janda karena suaminya telah
meninggal pada tahun 2009 lalu. Partisipan sejak
kecil tinggal di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga
tetapi masuk Panti Wredha pada tanggal 10
Februari 2000. Partisipan mengikuti aktivitas
sehari-hari seperti ibadah, membersihkan
halaman, mencuci, dan makan bersama. Kulit
terdapat bekas luka garukan, rambut tampak
berminyak, gigi tampak berkarang dan
mengeluarkan nafas yang bau, mata terdapat
kotoran mata, telinga tampak kotor, tangan dan
kaki terlihat bersih sedangkan kuku terlihat kotor.
49
5. Partisipan 5
Nama : Oma Sr
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 70 tahun
Status : Janda
Perawatan fisik : menggunakan walker (alat
bantu jalan)
Partisipan lahir pada tahun 1945 ini sudah
tidak memiliki suami karena sudah meninnggal.
Partisipan dititipkan di Panti karena anaknya
harus sekolah sehingga tidak ada yang menjaga
partisipan. Saat ini partisipan dibiayai oleh
anaknya. Partisipan sudah masuk panti wredha
sejak tahun 2014 lalu. Saat diwawancarai
partisipan sedang megeluh sakit pada daerah
persendiannya. Oleh karena itu partisipan
menggunkan alat bantu untuk berjalan.
Partisipan tidak mengikuti aktivitas seperti
membersihkan halaman dan mencuci pakaian.
Kulit terlihat bersih tetapi bau badan tercium,
rambut tampak berminyak, gigi terlihat kotor dan
nafas bau, mata terlihat bersih, telinga tampak
kotor, tangan, kaki, dan kuku terlihat bersih.
50
6. Partisipan 6
Nama : Oma D
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 63 tahun
Status : Janda
Perawatan fisik : Tidak ada
Partisipan lahir pada tahun 1952. Partisipan
dititipkan di Panti oleh gereja di Semarang. Saat
ini partisipan dibiayai oleh gereja tersebut.
Partisipan sudah masuk panti wredha sejak 6
tahun yang lalu. Partisipan mengikuti aktivitas
sehari-hari seperti membersihkan halaman,
mencuci pakaian, ibadah, dan makan bersama.
Kulit bersih, rambut terlihat berminyak, gigi kotor
dan nafas bau, mata tampak bersih, telinga
tampak kotor, tangan, kaki, dan kuku terlihat
bersih.
51
7. Partisipan 7
Nama : Oma S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 90 tahun
Status : Janda
Perawatan fisik : Tidak ada
Partisipan lahir pada tahun 1925 ini sudah
tidak memiliki suami karena sudah meninnggal.
Partisipan dititipkan di Panti Wredha sudah lama
karena sudah hidup di Panti Wredha sejak tahun
2015. Partisipan mengikuti kegiatan sehari-hari
seperti ibadah, mencuci pakaian, membersihkan
halaman, dan makan bersama. Kulit tampak
bersih, rambut tampak berminyak, gigi tampak
kotor dan nafas bau, mata terdapat kotoran mata,
telinga terlihat bersih, tangan, kaki dan kuku
terlihat bersih.
52
8. Partisipan 8
Nama : Oma St
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 77 tahun
Status : Janda
Perawatan fisik : Tidak ada
Partisipan lahir pada tahun 1938 ini sudah
tidak memiliki suami karena sudah meninnggal.
Partisipan sudah tinggal di Panti Wredha sejak
tahun 1990. Partisipan sangat senang tinggal di
kamarnya yang sekarang karena lebih nyaman.
Partisipan juga mengikuti kegiatan sehari-hari
seperti membersihkan halaman, mencuci
pakaian, ibadah, dan makan bersama. Kulit
tampak bersih, rambut tampak bersih, gigi
terdapat karang gigi, mata tampak bersih, telinga
tampak bersih, tangan dan kaki bersih
sedangkan kuku kotor.
53
4.2. Hasil Penelitian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek, baik melalui indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan dapat diperoleh
baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang
lain (Notoadmojo, 2010). Pengetahuan lansia mengenai
personal hygiene di Panti Wredha Salib Putih Salatiga
sudah termasuk paham namun dalam pemenuhan personal
hygiene masih sangat kurang. Berikut adalah hasil yang
peneliti dapatkan:
54
Tema Verbatim Hasil Analisis
Pengetahuan
personal hygiene
Pengertian
personal
hygiene
Pentingkah
menjaga
personal
hygiene
Contoh
personal
hygiene
Fungsi menjaga
personal
hygiene
P1: Ya seperti mandi,
gosok gigi ya..
P1: Ya penting ya, dan
lagi kalau dekat
sama orang kan
gosok giginya yang
bersih soalnya
mulutnya nanti bau.
Ya tapi kalau gak
makan gini kadang-
kadang baunya dari
dalam. Mungkin
karena makannya
gak teratur ya.
Sampai makan
permen kan ya biar
gak bau.
P1: Ya biar bersih yaa.
P1: Ya mandi, ya gosok
gigi, oma pakai gigi
palsu dulu, tapi ya
sekarang udah gak
pake, soalnya
gimana ya lebih
enak gak pake ya.
Keramas ya tiap
hari.
Pengetahuan
partisipan 1,
mengenai kebersihan
sudah paham.
Konsep kebersihan
hanya mengacu pada
hal-hal yang dapat
dirasakan, namun
tidak memahami
secara mendalam
makna dan
pentingnya
kebersihan itu sendiri.
P2: Kebersihan diri yaitu
kita harus
senantiasa mandi ya
2 kali pagi sore,
gosok gigi 3 kali abis
makan, udah gitu.
Pengetahuan partisipan
2 mengenai personal
hygiene, dapat
digolongkan paham
karena partisipan
memahami mengenai
55
P2: Ya penting.
P2: Supaya kita bersih
gak kena penyakit
kulit. Selain itu juga
untuk pergaulan
sama teman-teman
supaya gak bau.
P2: Ya itu, gosok gigi,
mandi, abis makan
cuci tangan gosok
gigi. Kebersihan
selalu dijaga.
pentingnya kebersihan.
Diketahui bahwa
partisipan mengetahui
mengenai konsep
kebersihan dan
bagaimana upaya yang
dapat dilakukan untuk
tetap menjaga
kebersihan, meskipun
pengetahuan partisipan
terkait dengan
kebersihan sederhana.
partisipan lebih
mengarah pada hal-hal
praktis dari kebersihan
itu sendiri.
P3: Pagi bangun gosok
gigi, tapi giginya
sudah ompong jadi
pelan-pelan gosok
giginya. Abis gosok
gigi ya mandi abis itu
nyuci sendiri.
P3: Ya penting, itu
nomor 1.
P3: Ya supaya kita
bersih ya.
P3: Ya mandi, gosok
gigi, bersih-bersih.
Itu aja yaa.
Partisipan 3 sudah
masuk ke kategoro
paham. Namun, bagi
partisipan 3 personal
hygiene merupakan
sesuatu yang sederhana
untuk dijabarkan
terutama terkait dengan
kesehatan, namun
merupakan hal utama
dalam kehidupan.
P4: Kebersihan diri yaa
kalau pagi pukul 6
mandi, sisiran, ganti
Partisipan 4 mengenai
pemahaman personal
hygiene sudah paham
56
pakaian, lantas
berkumpul sama
teman-teman,
beribadah, lantas
bekerja.
P4:Ya penting ya
P4: Ya dijaga ya
kebersihan diri,
takutnya nanti kena
sakit.
P4: Yaa mandi, gosok
gigi yaa
dan partisipan
memahami dampak dari
tidak menjaga personal
hygiene.
P5: Gak tau
P5:Ya penting, anak
saya juga kerjanya
kayak gini di rumah
sakit dibagian
rontgen.
P5: gak tau
P5: Gak tau.
Pengetahuan partisipan
5 mengenai personal
hygiene tergolong tahu,
partisipan tidak bisa
menjelaskan apa itu
personal hygiene, apa
fungsi menjaga personal
hygiene dan contoh-
contoh personal hygiene.
P6: Ya mandi toh, cuci
muka.
P6: Ya penting toh.
P6: Ya biar gak sakit.
P6: Ya mandi 2 kali
sehari, gosok gigi,
terus bersih-
Pengetahuan partisipan
6 tergolong paham
mengenai hidup sehat
dan bersih, namun
partisipan memahami
bahwa hidup bersih perlu
dijaga agar tidak jatuh
sakit.
57
bersihkan halaman
P7: Ya tau, kebelakang
bersih-bersih
badannya. Ya
mandi, gosok gigi,
abis itu ya nyuci
P7: Ya penting.
P7: Supaya gak sakit.
P7: Ya itu gosok gigi,
mandi, cuci muka
Partisipan 7 hanya
memahami hal umum
mengenai konsep
kebersihan.
P 8: Cuci-cuci
sendiri, mandi
sendiri.
P8: Gak apa-apa
kalau gak dijaga.
P8: Ya supaya
kita sehat selalu
yaa.
P8: Apa ya, gak
tau.
Pengetahuan partisipan
8 masuk dalam kategori
tahu, karena partisipan
tidak tau apa fungsi
menjaga personal
hygiene dan tidak
mengetahui pentingnya
menjaga personal
hygiene.
58
Tema Verbatim Hasil Analisis
Kebersihan Kulit
Frekuensi
mandi
Sehabis
menggunaan
handuk
Penggunaan
sabun
Frekuensi
mencuci baju
P1:Sehari 1 kali
P1: Dijemur
P1: Sabun
P1: Di sini dicuciin
sama pengurus
panti nya.
Partisipan 1 pada prinsipnya telah
memahami mengenai kebersihan
tubuh dalam hal ini kulit. Namun
partisipan belum mengerti
sepenuhnya mengenai cara yang
tepat dalam menjaga kebersihan kulit,
yaitu dengan mandi minimal 2 kali
dalam sehari. Sementara upaya
partisipan menjaga alat mandi agar
tetap bersih kurang, karena hanya
mengandalkan pihak lain untuk
melakukannya, yaitu pihak pengurus
panti wredha. Kebiasaan partisipan 1
menunjukan bahwa partisipan sangat
peduli akan hidup sehat dan bahkan
berupaya menjaga kebersihan kulit
secara maksimal juga.
P2: 2 kali sehari.
P2: Dijemur
P2: Pakai sabun
P2: Setiap pagi, ganti
baju langsung cuci.
Partisipan 2 memiliki pengatahuan
yang paham mengenai kebersihan
kulit, oleh karena itu dalam praktinya-
pun responden secara konsisten juga
memperhatikan kebersihan kulit itu
juga.
P3:1 kali, ntar pagi cuci
muka, siang baru
mandi.
P3: Dikeringkan,
Menurut partisipan 3 kebersihan tubuh
perlu dijaga dengan mandi secara
rutin, namun karena keterbasan
keadaan fisik, maka partisipan hanya
59
dijemur.
P3: Ya sabun.
P3: Ya setiap hari
sehabis mandi cuci
pakaian.
dapat mandi 1 kali dalam sehari.
Diketahui bahwa sekalipun konsep
kebersihan tubuh (kulit) bagus, namun
keterbatasan dari partisipan
meyebabkan partisipan kurang dapat
menjaga kebersihan kulit secara
maksimal. Namun di sisi lain
partisipan tetap menunjang dengan
pakaian yang bersih.
P4: Disini mandinya 2
kali.
P4: Ya dicuci
P4: Pakai sabun
P4: Cuci pakaian yaa
sehabis mandi cuci
pakaian.
Partispan 4 memiliki konsep
sederhana terkait dengan personal
hygiene yaitu tergolong paham.
Namun dengan konsep yang dimiliki
partisipan, maka partisipan
memahami, jika kebersihan tidak
dijaga akan berakibat buruk bagi
kesehatan tubuh.
P5: Sehari 2 kali.
P5: Dicuci
P5: Pakai air hangat,
pakai sabun.
P5: Di sini ada yang
nyuciin pakaiannya.
Partispan 5 merupakan golongan
lansia yang memiliki pengetahuan
yang minim yaitu tergolong tahu
terkait dengan kebersihan. Bahkan
tidak dapat memberikan definisi
mengenai pengertian kebersihan,
namun di sisi lain menurut partisipan
kebersihan penting dan partisipan
telah memiliki konsep terkait
kebersihan di pikiran.
P6: 1 hari hanya 1 kali
aja.
P6: Dijemur.
P6: Pakai sabun.
P6: 2 hari sekali.
Partisipan 6 sudah memahami
bagaimana menjaga kebersihan kulit
dengan baik.
60
P7: 1 kali sehari.
P7: Yaa dijemur.
P7: Pakai sabun.
P7: 2 kali seminggu.
Partisipan 7 juga sudah memahami
bagaimana cara menjaga kebersihan
tubuh yang baik.
P8: Sehari 2 kali
P8: Dijemur.
P8: Pakai sabun.
P8: 2 sampai 3 kali
seminggu
Selanjutnya partisipan 8 juga
memahami konsep kebersihan tubuh,
dan hal ini diketahui melalui
pentingnya manjaga kebersihan tubuh
dengan mandi. Upaya partisipan 8
untuk menjaga personal hygiene
melalui mandi memiliki konsistensi
yang bagus. Selain itu, upaya
partisipan 8 untuk menjaga personal
hygiene terkait dengan menjaga
kebersihan tubuh, partisipan 8 juga
mencuci pakaiannya secara berkala.
61
Tema Verbatim Hasil Analisis
Kebersihan
Rambut
Frekuensi
mencuci
rambut
Pengguna
an
shampoo
Aktivitas
sehabis
mencuci
rambut
Kepunyaa
n sisir
P1: Di sini keramas tiap
hari, kalau mandi ya
keramas.
P1: Yaa gak menentu,
kadang pakai sampo
kadang pakai sabun.
Senengan gitulah.
P1: Di handukin, disisir
P1: Lah iya toh, jangan
tanya begitu. Oma
datang ke sini semua
udah lengkap. Semua
punya sendiri jangan
sampai dipakai sama-
sama. Gimana ya itu
pantang kalau milik
pribadi dipakai
bersama. Orang china
itu gak boleh seperti
itu.
Upaya partisipan 1 menjaga kebersihan
rambut dilakukan secara teratur dengan
mencuci rambut, namun upaya partisipan
terkadang kurang terarah dengan
menggunakan produk yang bukan
dikhususkan untuk rambut. Pengetahuan
partisipan 1 mengenai kebersihan rambut
tergolong paham.
62
P2: Kalau saya keramas
seminggu 2 kali. Hari
rabu dan sabtu.
P2: Pakai sampo.
P2: Ya punya sendiri.
P2: Dihandukin, terus
dikenain matahari
sambil cabut-cabut
rumput.
Partisipan 2 berusaha menjaga kebersihan
rambut secara optimal. Hal ini dibuktikan
dengan tindakan partisipan 2 dalam menjaga
kebersihan rambut sangat nyata. Partisipan
secara konsisten bahkan memiliki jadwal
untuk membersihkan rambut secara berkala.
Selain itu partisipan memahami pentingnya
nutrisi rambut, sehingga menggunakan
shampo untuk mencuci rambut dan
menggunakan sisir sendiri untuk merapikan
rambut. Kebiasaan partisipan ini
mencerminkan bahwa pengetahuan
responden terkait kebersihan rambut
tergolong paham.
P3: Ya keramas 1 kali
sehari, itu kalau
airnya banyak ya
keramas, kalau gak
ada air ya gak
keramas.
P3: Pakai sampoo yaa.
P3: Yaa dikeringkan
disisirin.
P3: Yaa punya sendiri
yaa.
Pengetahuan partispan 3 tergolong paham.
Adapun kutipan jawaban partisipan 3 tersebut
menunjukan bahwa partisipan secara rutin
mencuci rambut dan menggunakan shampo
sebagai obat pencuci rambut yang tepat.
Sementara untuk menghindari risiko yang
muncul akibat saling meminjam sisir, maka
partisipan juga menggunakan sisirnya sendiri
untuk merapikan rambut
P4:1 minggu 2 kali
P4: Pakai sabun, gak
Pengetahuan partisipan 4 tergolong paham.
Sebagai seorang lansia tergolong individu
yang memperhatikan kebersihan rambut,
63
pernah pakai sampo.
Soalnya kalau pakai
sampo mesti beli.
Belinya jauh.
P4: Dikeringkan kena
matahari.
P4: Iya punya sendiri
yaa..
meskipun dalam menggunakan produk tidak
sesuai peruntukannya. Namun yang menjadi
kendala adalah keterbatasan usia dan
kemudahan dalam memperoleh produk
shampo sebagai pembersih rambut.
Kemudian untuk merapikan rambur responden
menggunakan sisir sendiri untuk menjaga
kebersihan alat yang digunakan.
P5: Kadang-kadang
keramas, kadang-
kadang gak. Ya 1 kali
seminggu soalnya
dingin.
P5: Pakai sampo
P5: Ya sudah tak keringke
P5: Iya punya.
Partisipan 5 merupakan individu yang
memperhatikan kebersihan rambut, namun
terkadang tindakan pembersihan rambut
terhalang faktor alam seperti rasa dingin dan
keterbatasan usia partisipan. Partisipan pada
prinsipnya mengetahui tentang personal
hygiene dan tergolong paham. Namun karena
faktor usia dan cuaca, maka upaya menjaga
kebersihan rambut tidak tercapai hasilnya
secara maksimal.
P6: Seminggu 1 kali.
P6: Pakai sampo.
P6: Dikeringkan , disisir
P6: Iya punya.
Partisipan 6 sangat memperhatikan
kebersihan rambutnya, hanya saja sebaiknya
partisipan 6 keramas 2-3 kali seminggu agar
kebersihan rambut dapat terpenuhi.
Pengetahuan partisipan 6 mengenai
kebersihan rambut tergolong paham.
P7: Kadang 2 yaa kadang
3 kali sehari.
Kalau gak 2 yaa 3 kali
seminggu.
Partisipan 7 berupaya menjaga kebersihan
rambut dengan mencuci rambut secara
teratur, meskipun terkadang tidak mencuci
rambut dengan menggunakan produk yang
tepat. Pengetahuan partisipan 7 mengenai
64
P7: Sampoo kalau gak
ada yaa sabun mandi.
P7: Ya dijemur keluar
kena matahari, jalan-
jalan biar kering.
P7: Ya ada punya sendiri.
kebersihan rambut tergolong paham.
P8: Seminggu sekali
P8: Pakai sampo.
P8: Dihandukin aja,
disisir.
P8: Iya punya sendiri.
Jawaban partisipan 8 ketika diajukan
pertanyaan apa yang diketahui
mengenai kebesihan, sama halnya
dengan partisipan lainnya, upaya
partisipan 8 untuk menjaga personal
hygiene merawat dan menjaga
kebersihan rambut secara teratur
dengan menggunakan shampo. Dalam
merawat rambut partisipan 8 juga
menjaga tingkat kebersihan
sedemikian rupa, hal tersebut diketahui
melalui kebiasaan partisipan yang
menyatakan bahwa partisipan
menggunakan sisir dalam menata
rambut dan menggunakan sisir milik
sendiri.
65
Tema Verbatim Hasil Analisis
Kebersihan Gigi
Frekuensi menggosok gigi
Penggunaan odol dalam menggosok gigi
Frekuensi mengganti gosok gigi
P1: Ya 2 kali kalau mau tidur sama bangun tidur. Soalnya udah gak ada gigi ya. Hahaha
P1: Pakai pepsodent
P1: Sebulan sekali yaa
Partisipan 1 hanya memahami hal umum mengenai personal hygiene. Konsep pengetahuan kebersihan menurut partisipan 1 terkesan sederhana. Konsep dan pengetahuan partisipan akan kebersihan lebih dipengaruhi oleh penunjang penampilan ketika berhadapan dengan orang lain dibandingkan dengan pentingnya kesehatan itu sendiri. Bagi partisipan 1 menjaga kebersihan tubuh penting dilakukan namun dilakukan sesuai dengan apa yang diketahui partisipan 1 saja.
P2: 2 kali, pagi dan sore pada saat abis makan.
P2: Pakai odol.
P2: Setengah tahun sekali.
Upaya Partisipan 2 dalam menjaga kebersihan gigi tergolong paham, namun frekuensi untuk menjaga kebersihan gigi kurang. Selain itu, juga melakukan gosok gigi secara teratur, dan cara partisipan merawat dan menjaga kesehatan gigi serta mengganti sikat gigi ini menunjukan bahwa
66
partisipan memahami dan memiliki pengetahuan pentingnya personal hygiene terkait dengan kesehatan gigi.
P3: Pagi bangun tidur sikat gigi.
P3: Pakai odol yaa
P3: Yaa sekali sebulan diganti
Partisipan 3 sebagai lansia juga memperhatikan kesehatan gigi. partisipan memperhatikan kesehatan gigi, dengan cara menggunakan pasta gigi secara tepat. Partisipan juga memiliki jadwal yang pasti terkait dengan penggantian sikat gigi. Pengetahuan partisipan 3 mengenai kebersihan gigi tergolong paham.
P4: 1 kali, pada saat pagi saja.
P4: Pakai odol
P4: sebulan 3 kali
Partisipan 4 hanya menggosok gigi satu kali dalam sehari. Hal ini menunjukkan bahwa partisipan 4 kurang memperhatikan kesehatan giginya yaitu, tergolong tahu.
P5: Sehari 2 kali, ya gini abis bangun tidur
P5: pakai odol
P5: Ya ini kalau anak saya gantiin ya diganti. Ini baru diganti sama anak saya.
Partispan 5 pada dasarnya merupakan lansia yang memiliki pengetahuan yang kurang yaitu tergolong tahu terkait kebersihan gigi, meskipun partisipan menggosok giginya 2 kali sehari. Kurangnya pengetahuan akan kebersihan gigi terkait kelayakan sikat gigi.
P6: 2 kali sehari pada saat cuci muka bangun tidur
P6: pakai odol
P6: sebulan 2 kali ganti gosok giginya.
Partisipan 6 sudah paham dalam menjaga kesehatan giginya hanya saja, partisipan tidak tau pada saat kapan saja ia harus menggosok giginya.
67
P7: ya itu, abis makan gosok gigi
P7: pakai odol
P7: ya kalau ada 1 kali sebulan, kalau gak ada ya 2 bulan sekali.
Partisipan 7 merupakan individu yang peduli dengan kesehatan gigi, dengan memanfaatkan peralatan yang dan pasta gigi yang sesuai.
P8: setiap hari ya gosok gigi
P8: pakai odol
P8: sebulan sekali ganti gosok gigi
Partisipan 8 juga menjaga kesehatan gigi melalui kebiasaan mengosok gigi secara teratur. Selain itu, upaya partisipan 8 untuk menjaga personal hygiene terkait dengan menjaga kesehatan gigi dilakukan oleh partisipan dengan cara yang tergolong paham..
Tema Verbatim Hasil Analisis
Kebersihan Mata
Pemeriksaan
rutin
kesehatan
mata
Keadaan
lingkungan
sekitar panti
P1: Gak, soalnya gak ada
sponsor disini. Mesti
sendiri. Kalau di
Jakarta ada sponsor
semua diperiksa.
P1: Iya pasti yaa berdebu,
udaranya dingin
karena dari gunung
lain dengan kota
Partisipan 1 menyatakan bahwa
kesehatan mata mendapat
perawatan rutin dari pihak panti
wredha, sehingga partisipan
tergolong individu yang
memperhatikan kesehatan mata
dengan rutin memeriksan diri.
.P2: Gak. Gak pernah
soalnya gak pernah
ada keluhan di mata.
P2: Yaa cukup baik
yaa..Gak yaa, gak
berdebu.
Bagi partisipan 2 kesehataan mata
merupakan hal yang umum, dan
belum mendapatkan perhatian
secara khusus dari partisipan.
Berdasarkan jawaban partisipan 2,
maka diketahui bahwa berbeda
dengan yang lainnya, partisipan
tidak hanya akan memeriksakan
68
matanya apabila ada keluhan.
P3: Periksa mata di
mantri, oma katarak
dikasi obat.
P3:Lingkungan di sini
bersih
Secara khusus partisipan 3 tidak
melakukan perawatan untuk
menjaga kesehatan mata, namun
partisipan meyatakan bahwa
kesehatan mata telah menjadi
tanggung jawab dari pihak panti
wredha dengan menyelenggarakan
pemeriksaan rutin.
P4: Ya gak pernah.
P4: Hawa nya sejuk,
bersih
Partisipan 4 mengemukakan bahwa
partisipan tidak pernah secara
khusus memeriksakan keadaan
matanya kecuali partisipan
mengeluh sakit mata.
P5:Ya gak pernah ya.
P5: Ya bersih ya, segar
Partisipan 5 terlihat tidak
memperhatikan kesehatan matanya
karena partisipan akan melakukan
pemeriksaan mata apabila matanya
sakit.
P6: Gak ada periksa
mata.
P6: Yaa berdebu di
tempat tidur tapi kalau
diluar lingkungannya
segar.
Partisipan 6 juga tidak
memeperhatikan kesehatan
matanya karena ia tidak
memeriksakan kondisi matanya ke
dokter atau puskesmas.
P7: Ya ada di sini, ibu
mantri yang periksa di
kasi obat.
P7: Ya ada debunya..
Partisipan 7 merupakan lansia yang
mempedulikan kesehatan mata,
partisipan berupaya mengikuti
pemeriksaan mata yang
diselenggarakan pihak panti
wredha.
69
P8: Gak pernah.
P8: Gak berdebu ya,
segar.
Partisipan 8 terlihat tidak
memperhatikan kesehatan matanya
karena tidak memeriksakan kondisi
matanya ke dokter atau puskesmas.
Tema Verbatim Hasil Analisis
KebersihanTelinga
Penggunaan
katembath
Frekuensi
membersihkan
telinga
P1: Pakai korek kuping
yang tembaga itu
P1: Ya kalau gatal baru
dibersiin. Soalnya
dulu oma waktu kecil
telinganya pernah
luka. Terus dibawa ke
Semarang. Gak tuli
cuman lecet.
Untuk kebersihan telinga, partisipan 1
memberikan perhatian khusus dengan
tetap membersihkan aktivitas
membersihkan telinga secara berkala.
Namun berdasarkan pengalaman dari
partisipan 1 sekalipun aktivitas dilakukan
secara berkala akan tetapi tidak ada
jadwal khusus dalam menjalankan
aktivitasnya. Partisipan 1 hanya
melakukan aktivitas membersihkan
telinga ketika merasa tidak nyaman.
P2: Pakai katembath
P2: Paling sekitar
Upaya Partisipan 2 untuk menjaga
kebersihan telingga tergolong paham.
Partisipan 2 termasuk rajin
70
seminggu sekali. membersihkan telinganya.
P3: Pakai katembat sama
yang ada kapasnya.
P3: Tiap hari, sore-sore
oma bersihkan.
Partisipan 3 mempedulikan kebersihan
telinga. Namun aktivitas partisipan dalam
membersihkan telinga terlampau
berlebihan. Adapaun aktivitas ini
kemungkinan dilakukan karena
partisipan merasa nyaman.
P4: Pakai apa itu yang
ditelinga lupa
namanya. Itu yang
ujungnya ada
kapasnya.
P4: Ya 1 minggu 2 kali
atau 1 kali.
Partisipan 4 berupaya menjaga
kebersihan telinga dengan menetapkan
jadwal rutin untuk memberihkan telinga,
meskipun tidak memahami sepenuhnya
alat yang digunakan, namun partisipan
berusaha tetap menjaga kebersihan
telinga.
P5: Pakai itu yang
dibelikan anak saya.
Yang diujungnya ada
kapas.
P5: Ya kadang-kadang
saya bersikan kalau
gatal
Sementara partisipan 5 tergolong tahu
mengenai bagaimana upaya mengaja
kebersihan telinga, namun upaya yang
dilakukan kurang masimal. Partisipan 5
hanya membersihkan telinga ketika
merasa gatal saja.
P6: Pakai korek kuping
P6: Yaa kalau gatel ya
dibersihkan.
Sementara partispan 6 hanya
memperhatikan kebersihan telinga ala
kadarnya saja seperti kalau gatal baru
dibersihkan
P7: Pakai katembat Kepedulian akan kesehatan telinga
71
P7: Siang hari, sore hari
bersihkan telinga.
terlihat pada partisipan 7 yang memiliki
konsistensi dalam menjaga kebersihan
telinga.
P8: Pakai itu yang ada
kapas nya.
P8: Setiap hari toh ya.
Partisipan 8 sangat memperhatikan
kebersihan telinganya karena setiap hari
partisipan membersihkan telinganya
menggunakan katembath.
Tema Verbatim Hasil Analisis
Kebersihan
Tangan, kaki, dan
kuku
Melakukan
cuci tangan
Menggunkan
air
Penggunaan
sabun
Kebersihan
P1: Gak pernah cuci
tangan hahaha
soalnya waktu mandi
kan cuci tangan cuci
kaki bersih.
P1: Ini air biasa pakai
sabun
P1: Gak cuci tangan, kan
waktu mandi sudah
Partisipan 1 memiliki pengetahuan yang
kurang yaitu masuk dalam tingkat tahu
mengenai upaya menjaga kebersihan.
Hal tersebut terlihat ketika partisipan
hanya mencuci tangan saat sedang
mandi saja. Selanjutnya dalam menjaga
kebersihan kuku, maka partisipan
tergolong individu yang kurang konsisten
dalam menjaga kebersihan kuku dan
tergantung pada pihak lain (keluarga)
72
kuku cuci tangan.
P1: Ya kalau panjang
oma ratain, ini hitam-
hitam karena saudara
belum datang soalnya
biasanya saudara
yang motong
kukunya.
saja.
P2: Pada saat mau
makan dan sesudah
makan yaa cuci
tangan
P2: Pakai air biasa yang
dari wc.
P2: pakai sabun paling,
soalnya gak ada yang
khusus tangan
jadinya pakai sabun.
P2: Potong kukunya pada
saat panjang. Ini kuku
saya item-item
soalnya abis nyabutin
rumput. Tapi kalau
saya nyuci hilang kok
ini item-itemnya.
Partisipan 2 sangat memperhatikan
kebersihan tangan, dan aktivitas
mencuci tangan untuk menjaga
kebersihan tangan dilakukan secara
rutin. Namun partisipan 2 kurang
memperhatikan kebersihan kuku.
P3: Ya kerja, cebok, cuci
tangan cuci muka.
P3: Air biasa yang ada di
wc kalau gak ya gak
potong.
P3: Gak pakai sabun,
Partispan 3 memberikan perhatian atas
kebersihan tangan dan kuku. Namun
aktivitas partisipan kemungkinan
dipengaruhi oleh kebiasaan terdahulu,
sehingga konsep yang salah-pun
dipertahankan dalam mencuci tangan.
Pengetahuan partisipan 3 terkait
menjaga kebersihan tangan kuku dan
kaki hanya dilakukan berdasarkan
73
Cuma pakai air aja.
P3: Ya setiap hari, kalau
panjang ya potong
perasaan partisipan yang kurang
nyaman, sehingga perlu membersihkan
kuku dan tangan.
P4: Kalau mau makan
cuci tangan, kalau
sudah makan cuci
tangan.
P4: Ya pakai air bersih di
situ.
P4: Iya pakai sabun.
P4: Ya gak mesti, kalau
panjang ya dipotong.
Secara umum kebersihan tangan, kaki
dan kuku partisipan 4 terpelihara secara
sempurna. Partisipan merasakan bahwa
kebersihan tangan merupakan kewajiban
bagi setiap lansia. Sementara kegiatan
merapikan dan membersihkan kuku lebih
mengarah pada kebutuhan situasional
yang disesuaikan dengan tingkat
kebutuhan partisipan.
P5: Ya mau makan aja,
soalnya udah gak
bisa kerja apa-apa.
P5: Pakai air bersih yang
ada di kamar mandi.
P5: Iya pakai sabun.
P5: Ya kalau anak saya
datang, soalnya anak
saya yang potongin.
Kebersihan tangan, kaki dan kuku
partisipan 5 masuk dalam kategori
kurang. Hal ini disebabkan Karena
partisipan harus tergantung pada
keluarganya dalam memotong kuku. Jika
keluarga tidak datang maka kebersihan
kuku tidak terpenuhi.
P6: Ya abis nyapu,
nyabutin rumput cuci
tangan.
P6: Ya pakai air biasa
yang ada di kamar
mandi.
P6: Pakai sabun.
P6: Seminggu sekali
Pengetahuan partisipan 6 dalam
menjaga kebersihan tangan, kaki dan
kuku sudah baik yaitu tergolong paham.
74
potong kuku kalau
sudah panjang.
P7: Abis dari kebun cuci
tangan, abis makan
cuci tangan.
P7: Air biasa yang dari
wc.
P7:Yaa pakai kalau ada
yaa.
P7:Yaa setiap hari potong
kuku.
Partispan 7 berupaya menjaga
kebersihan tangan melalui kebiasaan
mencuci tangan da memotong kuku.
P8: Pada saat mandi,
abis bersih-bersih,
sebelum dan sesudah
makan.
P8: Air biasa itu dari wc
P8: Pakai sabun
P8: Kalau panjang
dipotong.
Selanjutnya, partisipan 8 terkait dengan
kebiasaan dalam menjaga kebersihan
tangan, maka partisipan melakukannya
melalui aktivitas mencuci tangan. Namun
dalam menjaga kebersihan kuku,
partisipan tidak memiliki dasar
pengetahuan kebersihan kuku yang baik.
Partisipan 8 hanya melakukan aktivitas
menjaga kebersihan kuku saat merasa
tidak nyaman dengan kuku yang
panjang.
75
4.3. Pembahasan
Pengetahuan para lansia tentang personal hygiene bervariatif.
Sebanyak 7 lansia memiliki pengetahuan kategori paham yaitu dapat
memberikan penjelasan secara sederhana mengenai personal
hygiene, fungsi menjaga personal hygiene, menjaga kebersihan kulit,
kebersihan rambut, kebersihan gigi, kebersihan mata, kebersihan
telinga, kebersihan tangan, kaki, dan kuku. Sebanyak 1 lansia memiliki
pengetahuan kategori tahu yaitu hanya mengingat sesuatu yang telah
dipelajari sebelumnya mengenai apa itu personal hygiene, fungsi
menjaga personal hygiene, menjaga kebersihan kulit, kebersihan
rambut, kebersihan gigi, kebersihan mata, kebersihan telinga,
kebersihan tangan, kaki, dan kuku. Hal ini disebakan karena
perkembangan kognitif dan aktivitas fisik lansia yang semakin menurun
seiring bertambahnya usia, sehingga lansia hanya mampu
menjelaskan secara sederhana dan mengingat yang sudah dipelajari
sebelumnya.
Hampir seluruh partisipan melakukan aktivitas dalam pemenuhan
personal hygiene dan mampu menjelaskan dengan benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan konsep
kebersihan tersebut secara benar. Namun, partisipan belum mampu
menerapkan pengetahuan mengenai pemenuhan personal hygiene.
76
Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Erdhayanti (2011) yang
menyatakan bahwa pengetahuan yang tinggi tidak mempengaruhi
perilaku lansia dalam menjaga personal hygiene.
Partisipan di Panti Wredha Salib Putih Salatiga memperoleh
pengetahuan atas dasar pengalaman pada masa lalu akan pentingnya
hidup sehat. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas
pengetahuan seseorang akan konsep personal hygiene. Selain
pengalaman aktivitas untuk menjaga personal hygiene juga terbangun
atas pengetahuan yang didasari atas keyakinan yang positif serta
budaya yang akhirnya mengarahkan pada persepsi, dan sikap
seseorang terhadap personal hygiene.
Berdasarkan hasil observasi terhadap partisipan 1,2,3,4,5,6,7 dan 8
menunjukkan bahwa partisipan belum melakukan personal hygiene
dengan baik. Adapun ditemukan partisipan yang rambutnya berminyak,
kukunya kotor, bau badan yang tercium, terdapat kotoran di mata dan
telinga. Hal ini menyebabkan 5 partisipan lansia mengeluh gatal di kulit
dan terdapat ada bekas gatal yang membuat kulit berubah seperti
adanya koreng. Hal ini menunjukan bahwa pada hakikatnya para lansia
meskipun mengetahui dan memahami mengenai personal hygiene,
namun upaya untuk mewujudkannya masih kurang maksimal.
77
Praktek Personal hygiene yang kurang dapat menjadi salah satu
faktor yang mengakibatkan terganggunya kenyamanan lansia dalam
beristrirahat dan kesehatan lansia. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Khasanah & Hidayanti (2012), adapun dampak yang akan lansia temui
apabila tidak menjaga personal hygiene adalah kualitas tidur yang
terganggu. Kualitas tidur yang terganggu dapat membuat keadaan
seseorang individu menjadi tidak segar dan tidak bugar ketika
terbangun.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pemenuhan personal
hygiene pada lansia adalah dengan diberikan motivasi kepada lansia
agar lansia yang kurang memiliki kemauan dalam melakukan
kebersihan diri menjadi berkenan melakukan kebersihan diri dengan
cara mengajak lansia untuk aktif dalam merawat dirinya yang meliputi
kebersihan badan seperti mandi, mencuci rambut, gosok gigi bagi
lansia yang memiliki gigi. Hasil ini juga sejalan dengan Retno
Widyaningsih (2013) bahwa dengan memberikan motivasi kepada
lansia yang kurang memiliki kemauan dalam melakukan kebersihan diri
menjadi berkenan melakukan kebersihan diri dengan cara mengajak
lansia untuk aktif dalam merawat dirinya.
Adapun dampak dari pemenuhan personal hygiene yang kurang
antara lain: 1) Dampak fisik: banyak gangguan kesehatan yang diderita
78
seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan
baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas
kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga
dan gangguan fisik pada kuku. Sama halnya dengan penelitian Kramer
(2012) di Jerman menyatakan bahwa, perlunya pengendalian infeksi di
panti-panti jompo untuk menjamin keselamatan para lansia. 2) Dampak
psikososial: masalah sosial yang berhubungan dengan kebersihan diri
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri dan gangguan interaksi sosial. Secara
umum dari hasil wawancara maka diketahui bahwa lansia di panti
Wredha Salib Putih memiliki pengetahuan tentang berbagai macam
gangguan kesehatan lainnya yang mungkin terjadi akibat personal
hygiene yang kurang.
Aktivitas fisik pada lansia dalam pemenuhan personal hygiene
dapat bermanfaat terhadap fungsi kognitif lansia (Ravaglia, 2008).
Aktivitas - aktivitas fisik bisa ditingkatkan tanpa membutuhkan banyak
tambahan tenaga maupun sarana, namun membutuhkan penjadwalan
yang konsisten dan perhatian dari para pengelola panti. Kebiasaan –
kebiasaan dalam pemenuhan personal hygiene harus terus dilakukan
agar lansia menjadi terbiasa dengan aktifitas tersebut. Adapun
pengelola panti berperan sebagai pengingat dan motivator dalam
mendukung pelaksanaan personal hygiene pada lansia.