BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1...

67
53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Gambaran Keadaan Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung secara geografis terletak pada, 6, 41’ – 7, 19’ Lintang Selatan dan diantara 107,22- 108,5 Bujur Timur. Dengan batas-batas wilayahnya: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kota Cimahi. Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Bandung 16.658,344 Ha diluar kawasan hutan dan tepi/sekitar kawasan hutan yang terdiri dari 31 Kecamatan 267 Desa dan 9 Kelurahan, sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung berada diantara bukit-bukit dan gunung-gunung dengan tinggi 2.076 m yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Purwakarta dan di sebelah selatan terdapat Gunung Patuha dengan tinggi 2.334m, Gunung Malabar dengan tinggi 2.321 m, serta Gunung Papandayan dengan tinggi 2.262 m dan Gunung Guntur dengan tinggi 2.249 m, keduanya diperbatasan dengan Kabupaten Garut.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1...

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Keadaan Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung secara geografis terletak pada, 6, 41’ – 7, 19’ Lintang

Selatan dan diantara 107,22- 108,5 Bujur Timur. Dengan batas-batas

wilayahnya:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung

dan Kabupaten Sumedang

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung

dan Kota Cimahi.

Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Bandung 16.658,344 Ha diluar

kawasan hutan dan tepi/sekitar kawasan hutan yang terdiri dari 31 Kecamatan 267

Desa dan 9 Kelurahan, sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung berada

diantara bukit-bukit dan gunung-gunung dengan tinggi 2.076 m yang berbatasan

dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Purwakarta dan di sebelah

selatan terdapat Gunung Patuha dengan tinggi 2.334m, Gunung Malabar dengan

tinggi 2.321 m, serta Gunung Papandayan dengan tinggi 2.262 m dan Gunung

Guntur dengan tinggi 2.249 m, keduanya diperbatasan dengan Kabupaten Garut.

54

Dengan morfologi wilayah pegunungan dengan rata-rata kemiringan lereng antara

0-8%, 8-15% hingga diatas 45 %.

4.1.2 Gambaran Keadaan Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah suatu lembaga pemerintah non

departemen yang dibentuk tanggal 19 Juli 1988, bedasarkan Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1988 dan telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006. Badan ini merupakan

peningkatan dari direktorat jenderal agraria departemen dalam negeri, peningkatan

status ini didasarkan pada kenyataan bahwa tanah telah berkembang pesat menjadi

masalah lintas sektoral yang mempunyai dimensi ekonomi, sosial, budaya, politik,

bahkan pertahanan keamanan (HANKAM).

Untuk keberhasilan pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Badan

Pertanahan Nasional (BPN) ditetapkan visi yaitu “Menjadi lembaga yang mampu

mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta

keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan

Republik Indonesia”. Untuk mencapai visi tersebut dijabarkan kedalam beberapa

misi yaitu :

Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan untuk:

1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru

kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan,

serta pemantapan ketahanan pangan.

55

2. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan

bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan

pemanfaatan tanah (P4T).

3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi

berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan

penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak

melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari.

4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia

dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang

terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat.

5. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan

aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung mempunyai tugas melaksanakan

tugas pemerintahan di bidang pertanahan dalam ruang lingkup wilayah Kabupaten

Bandung, dan Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung mempunyai sebagian

fungsi dalam menyelenggarakan tugasnya dari Badan Pertanahan Nasional di

wilayah Kabupaten Bandung, sebagai berikut :

a. Perumusan kebijakan di wilayah Kabupaten Bandung di bidang pertanahan; b. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan; c. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan; d. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan; e. Penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di

bidang pertanahan; f. Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum; g. Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah; h. Pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan wilayah-

wilayah khusus; i. Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik negara/daerah

bekerja sama dengan Departemen Keuangan;

56

j. Pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah; k. Kerja sama dengan lembaga-lembaga lain; l. Penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan program di

bidang pertanahan; m. Pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan; n. Pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di bidang

pertanahan; o. Pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan; p. Pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang

pertanahan; q. Fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundangundangan yang

berlaku.

Susunan Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung terdiri dari :

1. Kepala

2. Sub Bagian Tata Usaha

a. Urusan Perencanaan dan Keuangan

b. Urusan Umum dan Kepegawaian

3. Seksi Survei serta Pengukuran dan Pemetaan

a. Subseksi Tematik dan Potensi Tanah

b. Subseksi Pengukuran dan Pemetaan

4. Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah

a. Subseksi Penetapan Hak Atas Tanah

b. Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah

c. Subseksi Pendaftaran Hak

d. Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah

5. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan

a. Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu

b. Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah

57

6. Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan

a. Subseksi Pengendalian Pertanahan

b. Subseksi Pemberdayaan Masyarakat

7. Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara

a. Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan

b. Subseksi Perkara Pertanahan

4.2 Kualitas Pelayanan Sertifikat Tanah Hak Milik Dalam Program Layanan Rakyat Untuk Sertifikat Tanah (LARASITA) Di Kabupaten Bandung

4.2.1 Tangible

Tangibles (keberwujudan) dalam program LARASITA di Kabupaten

Bandung meliputi peralatan personil, bahan komunikasi personil dan fasilitas

fisik. Pelayanan pertanahan pada Kantor Pertanahan pada prinsipnya adalah

pelayanan data dan informasi pertanahan. Data yang tersimpan di Kantor

Pertanahan merupakan data yang diperoleh dan diolah melalui proses yang

panjang mengikuti aturan yang tertuang pada Peraturan Kepala BPN nomor 1

tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Pembaruan

data selalu dilakukan apabila terjadi perubahan pada subyek atau obyek hak atas

tanah. Karena sifatnya yang sangat dinamis, maka data pertanahan mempunyai

tingkat pengambilan dan pembaruan yang cukup tinggi. Di satu sisi membutuhkan

kecepatan dengan standar yang sudah ditetapkan dalam menarik/mengambil data,

di sisi lain akan membutuhkan persyaratan dalam penyimpanan data yang dapat

mendukung proses pengambilan data tersebut.

58

Proses pengambilan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data

merupakan proses yang dengan sangat mudah dilakukan teknologi informasi

dengan mudah dan cepat. Dengan demikian data pertanahan disimpan dalam suatu

penyimpanan yang berbasis teknologi informasi, dan pengolahan dilakukan

dengan kecanggihan aplikasi perangkat lunak, semua proses pelayanan data

pertanahan dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Salah satu usaha untuk

mengoptimalkan tugas-tugas pelayanan pertanahan dengan memanfaatkan

kemajuan teknologi informasi adalah pembangunan dan pengembangan

komputerisasi kantor pertanahan (KKP). Kantor Pertanahan merupakan basis

terdepan dalam kegiatan pelayanan.

Aplikasi komputerisasi kantor pertanahan (KKP) adalah sistem aplikasi

yang akan memberikan standarisasi pelayanan, data yang terintegrasi dan

manajemen dokumen serta arsip. Dikembangkan model pelayanan yang berbasis

sistem on-line. Pembangunan pelayanan on line yang terdiri dari, membangun

data base elektronik, pembangunan infrastruktur perangkat keras dan jaringan

koneksi, peningkatan sumber daya manusia dalam kemampuan penguasaan IT

serta sosialisasi kegiatan di kalangan intern dan ekstren merupakan tahap-tahap

kegiatan yang harus dilakukan oleh Kantor Pertanahan. Aplikasi komputerisasi

kantor pertanahan (KKP) mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk pemeliharaan data pertanahan baik data tekstual seperti Buku Tanah,

Surat Ukur, Gambar Ukur maupun data spatial seperti Peta.

2. Monitoring Pelayanan.

3. Mencetak semua laporan daftar isian (DI).

59

Beberapa keuntungan dalam pelaksanaan KKP antara lain :

1. Transparansi pelayanan, karena masyarakat dapat memperoleh informasi

secara langsung dalam hal biaya, waktu pelaksanaan dan kepastian

penyelesaian.

2. Efisiensi waktu dalam pelayanan pertanahan.

3. Kualitas data dapat diandalkan karena pemberian nomor-nomor daftar isian

dilakukan oleh sistem secara otomatis.

4. Sistem Informasi Eksekutif yang memungkinkan para pengambil keputusan

untuk dapat memperoleh dan menganalisa data sehingga menghasilkan

informasi yang terintegrasi.

5. Pertukaran data dalam rangka membangun pelayanan pemerintah secara

terpadu (one stop services) dan memgembangkan perencanaan pembangunan

berbasis data spasial. Pembangunan Komputerisasi Kantor Pertanahan tidak

hanya memberikan pelayanan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi secara sistem on-line, tetapi sekaligus membangun basis data

digital.

Dalam melaksanakan program Layanan Rakyat untuk Sertifikat Tanah

(LARASITA) di Kabupaten Bandung, mobil LARASITA dilengkapi peralatan

seperti :

60

Tabel 4.1 Peralatan dan Bahan Komunikasi Personil Dalam Pelayanan

Program LARASITA Di Kabupaten Bandung

No Jenis Peralatan Jumlah Unit

1. laptop Mobile 2 (unit)

2. Printer 1 (unit)

3. Antena Grid 2,4 Ghz 1 (unit)

4. Wireless Radio 1 (unit)

5. Optional Outo Motor Antena 1 (unit)

6. Swit Hub 1 (unit)

7. Amplifier 1000 MW outdoor 1 (unit)

Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

Dari ke 7 (tujuh) peralatan dan bahan komunikasi personil yang berada di mobil

LARASITA, diharapkan mampu melakukan transfer dan komunikasi data secara

online ke server KKP (Komputerisasi Kantor Pertanahan). Dalam melakukan

pelayanan, peralatan di mobil LARASITA dijalankan oleh petugas pelaksana

LARASITA yang sudah ditunjuk oleh Koordinator Tim LARASITA yang

ditetapkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam Surat

Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung tanggal 04 Januari

2010 Nomor 05/Kep.12-32.04-500/I/2010. Menurut Koordinator Tim LARASITA

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung1 sebagai berikut :

“Pelayanan program LARASITA yang dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung belum dapat dilakukan secara on-line, dikarenakan sinyal yang didapatkan oleh mobil LARASITA untuk mentransfer data ke Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung belum berjalan dengan baik. Pelayanan secara on-line sudah pernah dilakukan dengan menggunakan speedy yang bertempat di Kecamatan Soreang tetapi dalam transfer data belum berjalan dengan baik.

1Wawancara dengan Koordinator Tim LARASITA, 13 November 2012, Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

61

Pelayanan secara off-line juga belum dapat dilakukan, dikarenakan penomeran sementara untuk berkas permohonan sertifikat tanah hak milik belum berjalan”. Berdasarkan wawancara dengan inforrman Koordinator Tim LARASITA

di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung2, peralatan yang berada di mobil

LARASITA tidak bisa digunakan baik secara On-Line dengan Kantor Pertanahan,

dikarenakan gangguan sinyal yang terputus-putus mengakibatkan transfer dan

komunikasi data menjadi tidak bisa diterima oleh Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung. Kondisi geografis Kabupaten Bandung yang berada diantara bukit-

bukit dan gunung-gunung dengan tinggi 2.076 m yang berbatasan dengan

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Purwakarta dan di sebelah selatan

terdapat Gunung Patuha dengan tinggi 2.334m, Gunung Malabar dengan tinggi

2.321 m, serta Gunung Papandayan dengan tinggi 2.262 m dan Gunung Guntur

dengan tinggi 2.249 m, menjadi salah satu kendala peralatan yang berada dalam

mobil LARASITA tidak bisa digunakan. Adapun mengentry permohonan di

lapangan secara off-line belum bisa digunakan dikarenakan laptop mobile untuk

penomeran sementara berkas permohonan sertifikat tanah hak milik belum

berjalan.

Petugas pelaksana LARASITA mengantisipasi belum dapat digunakannya

peralatan di mobil LARASITA dengan cara, berkas permohonan yang sudah

lengkap, diterima oleh petugas pelaksana LARASITA setelah pemohon

membayar biaya pengukuran, pemeriksaan panitia dan pendaftaran sertifikat

sesuai Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia nomor

2 Wawancara dengan Koordinator Tim LARASITA, 13 November 2012, Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

62

13 tahun 2010. Setelah itu diberikan kwitansi sementara oleh Petugas pelaksana

kepada pemohon sebagai tanda bukti penerimaan sementara, maka berkas

permohonan yang sudah lengkap tersebut di entry di Kantor Pertanahan

Kabupaten Bandung dan pemohon dapat mengambil kwitansi resmi serta tanda

bukti pengambilan sertifikat apabila sudah selesai.

Proses transfer data dari peralatan mobil LARASITA ke Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung, dapat dilihat sebagai berikut :

Bagan 4.1 Alur Transper Data secara On-Line maupun Off-Line dalam Program

LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

On- line

Off-line

Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

Pelayanan secara on-line berkas permohonan dari masyarakat di entry oleh

laptop yang berada di mobil LARASITA, pentransferan data secara otomatis

langsung tersimpan di server Komputer Kantor Pertanahan (KKP) yang ada di

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Sedangkan pelayanan secara off-line

berkas permohonan di entry oleh laptop yang berada di mobil LARASITA

disimpan ke dalam flashdisk, apabila petugas LARASITA sudah berada di Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung maka data-data yang ada dalam flashdisk tersebut

Pemohon Laptop LARASITA

Server KKP

Flashdisk

63

dipindahkan ke dalam server Komputer Kantor Pertanahan (KKP). Di Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung Pelayanan program LARASITA belum dapat

dilaksanakan pelayanan secara on-line maupun off-line.

Sebagai institusi pelayanan publik di bidang pertanahan, Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung dalam memberikan pelayanan dilengkapi oleh

fasilitas lainnya dalam memberikan pelayanan pada program LARASITA di

Kabupaten Bandung, seperti :

Tabel 4.2 Fasilitas dalam Pelayanan Program LARASITA

di Kabupaten Bandung

No Jenis Fasilitas Jumlah Unit

1. Mobil Pelayanan LARASITA 1

2. Sepeda Motor 2

3. Meja Kayu 1

4. Kursi 4

Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

Dalam pelaksanaan pelayanan program LARASITA di Kabupaten

Bandung masih ada fasilitas yang belum tersedia sebagai penunjang pelayanan

kepada masyarakat yang mendaftarkan tanahnya melalui pelayanan mobil

LARASITA, seperti tempat duduk, meja dan tenda. Peralatan ini dibutuhkan

untuk mendukung kenyamanan masyarakat pengguna LARASITA. Menurut

masyarakat yang mendaftarkan tanahnya melalui pelayanan mobil LARASITA3

sebagai berikut :

”Dalam pelayanan program LARASITA di Kabupaten Bandung para pemohon (masyarakat) mengantri secara berdiri menunggu giliran berkas permohonan

3Wawancara dengan masyarakat, 30 November 2012.

64

diperiksa oleh para pelaksana LARASITA. Para pemohon tidak disediakan tempat duduk dan meja untuk menunggu panggilan oleh petugas LARASITA”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang mendaftarkan

tanahnya melalui pelayanan mobil LARASITA di Kecamatan Cimenyan,

Kecamatan Cileunyi, Kecamatan Rancaekek dan Kecamatan Cicalengka4, dalam

memberikan pelayanan mobil LARASITA masyarakat yang akan mendaftarkan

tanahnya melalui mobil LARASITA tidak diberikan meja, tempat duduk untuk

menunggu panggilan oleh petugas LARASITA dan tenda agar terhindar dari

panasnya terik matahari. Selama ini yang dilakukan oleh masyarakat adalah

mengantri dengan cara berdiri menunggu giliran berkas permohonan diperiksa

oleh petugas pelaksana LARASITA, apabila berkas permohonan dinyatakan

belum lengkap maka masyarakat diberikan informasi mengenai kekurangan

berkas agar dilengkapi dan di waktu yang akan datang ketika mobil LARASITA

berkunjung ke Kecamatan tersebut maka masyarakat dapat memberikan berkas

permohonannya dilengkapi dengan kekurangan yang sudah diberitahukan

sebelumnya.

Memasuki abad ke 21, globalisasi dan teknologi telah mempengaruhi

beragam kegiatan mulai dari pemerintah, swasta dan organisasi politik. Dampak

teknologi menjadi sangat penting dalam institusi pemerintah seperti yang dikenal

dengan Electronic Goverment, dimana pemerintah berupaya memperbaiki

pelayanan terhadap masyarakat secara lebih mudah, cepat, murah dan efisien.

Menurut EOCD (2003), Electronic Goverment adalah penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi dengan menggunakan internet sebagai alat untuk

4 Wawancara dengan masyarakat, 30 November 2012.

65

mencapai pemerintahan yang baik, sedangkan menurut UNDP, Electronic

Goverment adalah sebuah aplikasi teknologi dan komunikasi yang dilaksanakan

oleh pemerintah. Pemerintah menjanjikan efektivitas dan efisiensi dalam bidang

pemerintahan serta menjalin hubungan dengan masyarakat. Hal senada pun

dingkapkan World Bank (2002), dimana Electronic Goverment lebih kepada

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk menciptakan efisiensi,

efektivitas, transparansi dan akuntabilitas pada pemerintah. Electronic Goverment

didefinisikan sebagai mekanisme interaksi baru antara pemerintah dengan

masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, dimana pemanfaatan

teknologi informasi dan teknologi komunikasi dengan tujuan meningkatkan

kualitas pelayanan publik (Indrajit, 2002:17).

Teknologi informasi adalah sesuatu yang digunakan untuk menciptakan

sistem informasi termasuk di dalamnya adalah komputer, disk file, modem dan

lain-lain yang semuanya merupakan perangkat keras dan perangkat lunak yang

digunakan untuk menjalankan sistem yang berbasisi komputer (Callon, 1996

dalam Basu 1998). Menurut Ang et. Al. (1997) dalam Seyal et. al. (2000) dan

Sarosa dan Zowghi (2003) istilah teknologi informasi didefinisikan sebagai semua

teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan menyebarkan

informasi. Martin et.al. (2002) menjelaskan cakupan komponen teknologi

informasi diantaranya adalah Hardware (komputer, printer dan scanner), software

(office application) dan perlengkapan telekomunikasi (modem).

Pemerintah Indonesia dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003

tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Electronic Goverment,

66

menyatakan “Electronic Goverment merupakan upaya untuk mengembangkan

penyelengaraan kepemerintahan yang berbasis mengguanakan elektronik dalam

rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik secara efektif dan efisien. Heeks

(2002) mendefinisikan Electronic Goverment sebagai kegiatan yang dilakuikan

oleh pemerintah dengan menggunakan teknologi informasi untuk memberikan

layanan kepada masyarakat.

Teknologi informasi sangat menunjang dalam menciptakan pelayanan

yang berkualitas menuju kepada pelayanan prima. Dalam era globalisasi yang

menuntut penggunaan teknologi yang mutakhir dalam memberkan pelayanan

terhadap masyarakat. Menurut Moenir (2001) sarana pelayanan merupakan

segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai

alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan pelayanan, dan juga berfungsi sosial

dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan dengan

organisasi kerja itu. Fungsi sarana pelayanan ini antara lain :

a. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat menghemat waktu;

b. Meningkatkan produktivtas baik barang ataupun jasa; c. Kualitas produk baik barang ataupun jasa; d. Kualitas produk yang lebih baik atau terjamin; e. Lebih mudah atau sederhana dalam gerak para pelakunya; f. Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang berkepentingan; g. Menimbulkan perasaan puas pada orang-orang yang berkepentingan, sehingga

dapat mengurangi sifat emosional orang berkepentingan tersebut.

Sarana pelayanan dapat meliputi sarana kerja dan fasilitas pelayanan.

Sarana kerja dilihat dari segi kegunaannya, terdiri dari peralatan kerja,

perlengkapan kerja dan perlengkapan bantu atau fasilitas. Sebagai contoh yang

67

merupakan sarana kerja adalah komputer, perlengkapan komunikasi,

perlengkapan pengolahan data dan furniture.

Menurut Rahardjo, 2001 mengenai manfaat yang dapat diambil dengan

penerapan Electronic Goverment, antara lain :

1. Pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.

2. Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat umum,

adanya keterbukaan (transparansi) maka diharapkan hubungan antara berbagai

pihak menjadi lebih baik.

3. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh, dengan

adanya informasi yang jelas maka masyarakat akan belajar untuk dapat

menentukan pilihan.

4. Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien, sebagai contoh tugas dari

pemerintah dapat dilakukan melalui email atau bahkan video conferencing.

Dengan kata lain, pelaksanaan Electronic Goverment yang baik akan

secara signifikan memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat di suatu negara

khusus dan masyarakat dunia secara umum. Hal ini senada dengan pernyataan

bahwa “ The trend towards Electronic Goverment is then seen as part of a

broader process of worldwide public sector reform” (Heeks, 2002). Negara maju

atau negara berkembang memperlihatkan sebuah keinginan yang sama untuk

melaksanakan Electronic Goverment secara baik, yaitu dengan transformasinya

bentuk-bentuk interaksi pemerintah dengan masyarakat.

Menurut Sarosa dan Zowghi (2003) variabel teknologi informasi dibentuk

oleh lima indikator yaitu :

68

1. Intensitas teknologi informasi;

2. Ketersediaan tenaga ahli;

3. Investasi pada teknologi;

4. Kemudahan bertukar informasi;

5. Kemudahan akses berkerja sama.

Weil dan Ross (2004 : 2) mendefinisikan teknologi informasi

pemerintahan sebagai keputusan-keputusan yang diambil, yang memastikan

adanya alokasi penggunaan teknologi informasi dalam strategi-strategi organisasi

pemerintah. Teknologi informasi pemerintahan merefleksikan adanya penerapan

prinsip-prinsip organisasi dengan memfokuskan pada kegiatan manajemen dan

penggunaan teknologi informasi untuk pencapaian organisasi.

Melihat dari hasil wawancara dan observasi mengenai kualitas pelayanan

sertifikat tanah hak milik dalam program layanan rakyat untuk sertifikat tanah

(larasita) pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Tangibles yang meliputi

dari peralatan personil, bahan komunikasi personil dan fasilitas fisik belum

berjalan dengan baik. Ini terlihat dari peralatan yang ada di mobil LARASITA

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung belum dapat digunakan secara On-line

yang menyebabkan pengiriman data di mobil LARASITA tidak dapat dilakukan.

Perbaikan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung selama ini

untuk dapat berjalannya pelayanan secara On-line. Dengan diberikannya peralatan

jaringan khusus Private Public Number (PPN) oleh Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia, belum dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Karena terkendala dengan sinyal yang

69

didapatkan untuk melakukan pelayanan secara On-line tidak dapat melakukan

pengiriman data dari mobil LARASITA ke Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung. Pelayanan secara On-line yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia mempunyai tujuan untuk percepatan pelayanan

pertanahan serta kemudahan mengakses informasi pertanahan bagi masyarakat.

Dalam hal komunikasi Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung masih

menemui kendala. Untuk komunikasi terkendala belum mempunyai jaringan

udara khusus untuk pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Dengan

tidak mempunyai jaringan khusus koordinator tim LARASITA melaporkan

kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung untuk bekerja sama

dengan Kementerian Perhubungan untuk meminta jaringan khusus, tetapi sampai

saat ini belum ada tanggapan dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung.

Padahal tower untuk sinyal komunikasi sudah terpasang dan alat untuk

komunikasi Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung menggunakan Handy Talky

(HT). Untuk fasilitas fisik yang ada di mobil LARASITA sudah memadai, tetapi

masih ada fasilitas fisik yang belum tersedia sebagai penunjang pelayanan kepada

pemohon (masyarakat) yang membuat sertifikat tanah hak milik melalui

pelayanan mobil LARASITA, seperti tempat duduk, meja dan tenda. Fasilitas

fisik ini untuk kenyamanan pemohon (masyarakat) yang akan membuat sertifikat

tanah hak milik.

Permasalahan dalam program layanan LARASITA Kantor Pertanahan

Kabupaten Bandung bukan hanya pada peralatan personil, bahan komunikasi

70

personil dan fasilitas fisik tetapi meliputi aspek-aspek diluar aspek geografis,

adalah sebagaimana diuraikan dibawah ini :

1. Aspek Teknis Internal

Larasita adalah Kantor Pertanahan Bergerak (Front Office), yang

langsung berhadapan melayani masyarakat pengguna layanan. Pelayanan di mobil

Larasita On Line dengan server KKP di Kantor Pertanahan, dan pelayanan

pertanahan yang tidak dapat diselesaikan di mobil LARASITA pada saat tersebut,

maka berkasnya akan dibawa dan diselesaikan prosesnya oleh seksi-seksi teknis di

Back Office Kantor Pertanahan untuk diselesaikan. Selanjutnya apabila telah

selesai produknya akan diserahkan kepada masyarakat pengguna layanan.

2. Aspek Koordinatif Eksternal

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997

tentang Pendafataran Tanah, bahwa tugas pelaksanaan pendaftaran tanah

dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan. Akan tetapi, dalam memberikan

pelayanan publik di bidang pertanahan, baik secara langsung maupun tidak

langsung akan melibatkan institusi-institusi yang terkait, seperti Camat/PPATs

dan Lurah/Kepala Desa) serta PPAT/Notaris. Masalah koordinasi merupakan

suatu hal yang mutlak dilakukan, guna menyatukan persepsi atau pemahaman

yang sama, dalam memberikan pelayanan publik di bidang pertanahan kepada

masyarakat. Koordinasi juga bisa dilakukan dalam rangka penyampaian program-

program dan kebijakan pertanahan baik yang sifatnya nasional maupun yang

khusus dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Dalam rangka

memberikan pelayanan publik dibidang pertanahan, sebaiknya harus ada satu

71

persepsi atau pemahaman yang sama antara kantor pertanahan dengan institusi-

institusi terkait, karena pelayanan pertanahan kepada masyarakat harus "satu garis

lurus", agar masyarakat dapat memperoleh informasi yang sama, sehingga semua

layanan pertanahan menjadi lebih jelas dan tidak membingungkan.

3. Antusiasme Publik (Masyarakat)

3.1. Aspek Psikologis

Secara psikologis, ditemukan beberapa alasan mengapa masyarakat tidak

antusias untuk datang langsung ke kantor pertanahan, guna memperoleh layanan

pertanahan, antara lain:

a. Adanya sebagian masyarakat bahwa pengurusan sertifikat tanah itu berbelit-

belit, sehingga masyarakat ketakutan bahwa tanahnya ternyata tidak bisa

didaftar dengan sebab-sebab yang bahkan tidak diketahui secara jelas.

b. Adanya sebagian masyarakat bahwa biaya pengurusan sertifikat tanah itu

mahal, sehingga masyarakat ketakutan tidak mampu untuk membayar

pengurusan sertifikat tanah.

c. Adanya sebagian masyarakat bahwa pengurusan sertifikat tanah itu lama,

sehingga masyarakat ketakutan melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi

terlalu sulit.

d. Masyarakat membayangkan petugas pelaksana LARASITA yang bakal

dihadapinya, petugas pelaksana LARASITA akan melempar persoalannya

kepada pihak lain atau tidak diberi kepastian bagaimana menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

72

e. Ada juga sebagian masyarakat yang trauma, dikarenakan tidak adanya

informasi yang didapatkan oleh masyarakat tentang persyaratan pembuatan

sertifikat tanah serta biaya yang diperlukan dalam pembuatan sertifikat tanah.

Dari alasan-alasan tersebut diatas, dapat diketahui bahwa hambatan

psikologis akan dapat diatasi dengan penyebaran informasi yang akurat tentang

pelayanan pertanahan. Selama ini, masyarakat hanya mendapatkan informasi

tentang layanan pertanahan sampai pada tingkat tertentu, dimana tingkat yang

lebih mendasar disimpan atau dibiaskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung

jawab. Dengan keberadaan LARASITA, informasi yang sebelumnya hanya bisa

dijangkau sampai tingkat yang terbatas saja, sekarang bisa diakses seluas-luasnya

dan sampai pada tingkat yang seharusnya.

3.2. Aspek Formalitas

Secara formal, masyarakat ternyata juga memiliki kendala yang

menyebabkan tidak antusiasnya untuk datang langsung ke kantor pertanahan,

guna memperoleh layanan pertanahan. Sebagian masyarakat merasa kurang

nyaman dengan hal-hal formal. Misalnya, harus memahami istilah-istilah formal

di kantor pertanahan, seperti Pengakuan Hak, Penegasan Hak, Peralihan Hak

(balik nama), Roya (penghapusan Hak Tanggungan), Hak Tanggungan. Dengan

kehadiran Larasita, masyarakat dapat menggunakan layanan pertanahan dengan

leluasa dan lepas dari hal-hal formal. Dengan LARASITA, masyarakat dapat

mengakses layanan pertanahan dengan nyaman, Lebih dari itu, masyarakat dapat

leluasa dengan gaya dan bahasa yang dianut oleh budayanya, berkomunikasi

dengan petugas Larasita tentang layanan-layanan pertanahan.

73

3.3. Aspek Sosial dan Ekonomi

Dengan masih adanya masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah

kebawah menjadi salah satu hambatan dalam hal besarnya biaya pengurusan

untuk melengkapi persyaratan pendaftaran tanah, seperti pembuatan akta jual beli

dan lain sebagainya. Dengan pelayanan yang mendekatkan langsung ke

masyarakat, Petugas Larasita dapat melakukan pendampingan dan akses reform

(penataan akses) untuk mencarikan solusi bagi masalah yang dihadapi masyarakat

menengah ke bawah tersebut.

3.4. Aspek Kesadaran Masyarakat

Masih terdapat sebagian masyarakat yang masih rendah pemahamannya

mengenai arti pentingnya sertifikat tanah, sebagai bukti kepemilikan yang sah atas

tanah, yang menjamin kepastian hukum hak atas tanahnya, serta dapat dijadikan

sebagai jaminan pinjaman/permodalan (nilai ekonomis). Selain itu, terdapat juga

sebagian masyarakat, yang tidak mendaftarkan tanahnya untuk disertifikatkan,

karena mereka memang tidak begitu merasakan manfaat sertipikat tanah dan

membandingkan antara manfaatnya dengan usaha untuk memperoleh sertifikat

tanah itu, tidak sepadan. Melalui Petugas Larasita dilapangan, masyarakat dapat

secara terus-menerus diberikan pencerahan dan informasi melalui

sosialisasi/penyuluhan langsung, mengenai arti pentingnya sertifikat tanah.

Kepada masyarakat juga disampaikan hal-hal tentang kekuatan hukum dan

keuntungan-keuntungan atas tanah bersertifikat dengan tanah yang belum

bersertipikat, dengan demikian diharapkan hal itu dapat menumbuhkan kesadaran

masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya.

74

3.5. Aspek Fisik Masyarakat

Undang-Undang Pokok Agraria, menjamin adanya keadilan bagi seluruh

masyarakat berkaitan dengan pemilikan tanah, oleh karena itu kantor pertanahan

tidak boleh diskriminatif dalam memberikan pelayanan pertanahan kepada

masyarakat. Untuk masyarakat yang keadaan fisiknya baik (normal), tentu tidak

mempunyai masalah yang berarti untuk memperoleh layanan pertanahan di kantor

pertanahan, sebaliknya bagi masyarakat tertentu yang memiliki kekurangan secara

fisik, seperti penderita stroke, tuna-netra dll, hal itu menjadi masalah. Mereka

menjadi tidak antusias untuk mendatangi kantor pertanahan dalam mengurus hak

kepemilikan tanahnya, padahal masyarakat yang memiliki kekurangan secara fisik

juga berhak memperoleh layanan pertanahan.

4.2.2 Reliability

Reliability (kehandalan) dalam pelayanan program LARASITA adalah

bagaimana kemampuan para petugas pelaksana dalam memberikan pelayanan

yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan sesuai dengan apa yang

ditawarkan. Pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan harapan pemohon

yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pemohon tanpa

kesalahan, sikap yang simpatik dan akurasi yang tinggi.

Untuk meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia, Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia menyelenggarakan pendidikan dan

pelatihan sistem administrator dalam rangka peningkatan kemampuan dan

keterampilan teknis pemanfaatan di bidang informasi teknologi, sesuai dengan

75

Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 28

Tahun 1990 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan Dan Pelatihan

Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional. Visi dari

pusat pendidikan dan pelatihan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia,

yaitu :

“Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan yang mampu meningkatkan dan

memperbaiki kualitas sumber daya manusia pertanahan yang kreatif, inovatif

terhadap tantangan masa depan yang sadar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK) dan memiliki etika, solidaritas yang didasari iman dan takwa untuk

menjamin pengelolaan pertanahan yang berkeadilan dalam mewujudkan

kesejahteraan rakyat”

Untuk mencapai visi tersebut dijabarkan kedalam beberapa misi yaitu :

1. Mengembangkan program pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) yang efektif

dan efesien;

2. Mengembangkan prosedur dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

(DIKLAT) secara efektif dan efisien;

3. Mengembangkan sumber daya manusia pendidikan dan pelatihan (DIKLAT)

yang profesional;

4. Mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan (DIKLAT);

5. Mengembangkan sumber daya manusia Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia melalui pendidikan dan pelatihan (DIKLAT).

76

Tujuan dari pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) yang dilaksanakan oleh

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia adalah para pegawai diharapkan

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untk menggunakan

aplikasi komputerisasi kantor pertanahan (KKP), serta mempunyai sasaran untuk

para pegawai dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) sistem

administrator komputerisasi kantor pertanahan adalah :

1. Mengetahui tentang komputerisasi kantor pertanahan (KKP);

2. Mengoperasikan sistem administrasi komputerisasi kantor pertanahan (KKP);

3. Mengelola data aplikasi pertanahan;

4. Mengetahui mekanisme dan mengoperasikan aplikasi prosedur pelayanan

pertanahan;

5. Mengoperasikan AutoCad Map;

6. Menggambarkan data lapangan dengan pemanfaatan teknologi komputer;

7. Menjalankan pemprosesan berkas;

8. Mengadministrasi berkas;

9. Melakukan pemetaan;

10. Mengolah data lapangan dengan Net Survey;

11. Melakukan pemeliharaan manajemena data dan support centre.

Pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia Nomor 338/KEP-100.9.1/X/2010 tentang

penyelengaraan Pendidikan dan Pelatihan Sistem Administrator Komputerisasi

Kantor Pertanahan. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (DIKLAT)

77

dilaksanakan selama 14 (empat belas) hari dilaksanakan di Hotel Puncak Raya

Jalan Raya Puncak KM 80 Cisarua Kabupaten Bogor, yang dibagi kedalam

beberapa angkatan, antara lain :

Tabel 4.3 Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Angkatan Pelaksanaan

I 28 Oktober – 10 November 2010

II 29 Oktober – 11 November 2010

III 22 November – 4 Desember 2010

IV 24 November – 7 Desember 2010

V 6 Desember – 18 Desember 2010

VI 9 Desember – 22 Desember 2010

Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

Jumlah perserta pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) dalam 1 (satu)

angkatan berjumlah 78 (tujuh puluh delapan) orang. Kantor Pertanahan

Kabupaten Bandung mengikuti pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) pada

angkatan pertama bersama dengan 77 (tujuh puluh tujuh) Kantor Pertanahan dari

15 (lima belas) Badan Pertanahan Nasional Provinsi di seluruh indonesia. Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung mengirimkan 1 (satu) orang pegawai untuk

mengikuti pendidikan dan pelatihan (DIKLAT). Pada pelatihan ini diberikan

bagaimana cara menjalankan komputerisasi kantor pertanahan (KKP) dalam

pelayanan program LARASITA.

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung merupakan instansi pemerintah

yang bergerak di bidang petanahan, Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

sebagai instansi pemerintah tidak hanya mengemban misi salah satunya, yaitu

78

peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat

dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan

tanah (P4T). Dengan kata lain, Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung berusaha

untuk memberikan pelayanan yang terbaik dalam penguasaan, pemilikan, peng-

gunaan dan pemanfaatan tanah bagi masyarakat. Oleh karena itu, kehandalan dari

pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam memberikan pelayanan

kepada pemohon/masyarakat sangatlah penting.

Kemampuan para pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam

melayani kebutuhan pemohon (masyarakat), dapat ditunjukkan dengan berusaha

memberikan pelayanan yang cepat dan tepat waktu sesuai dengan Peraturan

Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010

tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Dengan dikembangkannya

komputerisasi kantor pertanahan (KKP) model pelayanan yang berbasis sistem

on-line. Pembangunan pelayanan on line, membangun data base elektronik,

pembangunan infrastruktur perangkat keras dan jaringan koneksi, peningkatan

sumber daya manusia dalam kemampuan penguasaan informasi teknologi.

Menurut Koordinator pelaksana LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung5 sebagai berikut :

“Dengan diadakannya pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, akan meningkatkan kemampuan para pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat menggunakan teknologi. Tetapi pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) tidak bisa diikuti oleh semua pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dikarenakan terbatasnya pegawai yang diikutsertakan. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung sendiri tidak mengadakan pelatihan secara berkesinambungan kepada pegawai yang tidak

5Wawancara dengan Koordinator pelaksana LARASITA, 21 November 2012.Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

79

mengikuti pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, terakhir pelatihan yang diadakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung kepada pegawai pada tahun 2010, dengan waktu pelatihan yang diberikan selama 2 (dua) hari. Pelatihan diselenggarakan bertempat di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator pelaksana LARASITA,

Para Pelaksana pelayanan program LARASITA di Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung6 belum dapat menjalankan peralatan yang ada di mobil LARASITA,

dikarenakan pemahaman sumber daya manusia dalam penguasaan teknologi

informasi dan komunikasi masih kurang. Para petugas pelaksana tidak seluruhnya

mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Sistem Administrator Komputerisasi Kantor

Pertanahan (KKP) yang mengakibatkan belum dapat menjalankan peralatan yang

ada di mobil LARASITA. Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pelayanan

program LARASITA di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung tersebut, dapat

diatasi dengan melakukan pelatihan teknis untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia yang diadakan baik di tingkat pusat, provinsi atau kabupaten/kota

secara terus menerus dan berkesinambungan.

Untuk kelancaran pelayanan program LARASITA, koordinator tim

LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung membuat jadwal dan

sekaligus menunjuk koordinator pelaksana dan para pelaksana LARASITA dalam

1 (satu) bulan kunjungan ke setiap Kecamatan yang akan didatangani oleh

layanan mobil LARASITA di seluruh Kabupaten Bandung yang terdiri dari 31

(tiga puluh satu) Kecamatan, sekaligus pembagian kerja dalam pelayanan program

LARASITA. Pembagian kerja terdiri dari 3 (tiga) orang yang masing-masing

6Wawancara dengan Koordinator pelaksana LARASITA, 21 November 2012.Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

80

mempunyai tugas seperti pemeriksa berkas, operator dan penanggungjawab

teknis/pengemudi yang sudah ditetapkan dalam jadwal kunjungan mobil

LARASITA ke setiap Kecamatan. Pembagian kerja dibuat agar para petugas

pelaksana LARASITA mengetahui tugas masing-masing dan terhindar dari

tumpang tindih pekerjaan.

Pada tahun 2012, para petugas pelaksana LARASITA dalam melayani

masyarakat yang akan membuat sertifikat tanah hak milik dalam program

LARASITA di 44 Desa pada 22 Kecamatan dari 31 Kecamatan yang dijadikan

lokasi pelayanan program LARASITA. Jumlah permohonan pembuatan sertifikat

tanah hak milik sampai bulan September yang sudah terselesaikan sesuai dengan

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan adalah :

Tabel 4.4 Permohonan Sertifikat Tanah Hak Milik dari Tahun 2009 s/d Tahun 2012

dalam Program LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung 2012

0

50

100

150

200

250

2009 2010 2011 2012

Jumlah Permohonan

Selesai

Dalam Proses

81

Data diatas menunjukkan pada tahun 2012 berkas permohonan sertifikat

tanah hak milik di Kabupaten Bandung sebanyak 157 berkas. Bahwa sesuai

dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor

1 Tahun 2010. Permohonan sertifikat tanah hak milik yang harus selesai adalah

dari Bulan Januari sampai dengan Bulan Juli 2012. Permohonan sertifikat tanah

hak milik dari Bulan Januari sampai dengan Bulan Juli 2012 sebanyak 109

permohonan, sebanyak 65 permohonan sertifikat tanah hak milik sudah

diselesaikan, tetapi sebanyak 44 permohonan sertifikat tanah hak milik masih

dalam proses. Jadi permohonan sertifikat tanah hak milik dalam program

LARASITA dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2012 yang

harus diselesaikan sebanyak 92 permohonan. Menurut Koordinator tim

LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung7 sebagai berikut :

“Dengan masih adanya permohonan sertifikat tanah hak milik yang belum terselesaikan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010. Dikarenakan adanya kendala intern maupun ekstern yang dihadapi oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Ini menjadi kendala yang menyebabkan masih adanya sertifikat tanah hak milik yang belum selesai”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator tim LARASITA,

ketidaktepatan waktu dalam penyelesaian permohonan sertifikat tanah hak milik

disebabkan oleh kendala baik intern Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dan

ekstern oleh Masyarakat, kendala intern dari Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung, yaitu :

7Wawancara dengan Koordinator tim LARASITA, 23 November 2012.Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

82

1. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung kekurangan pegawai di sekretariat,

pegawai di sekretariat hanya 8 (delapan) orang dengan 3 (tiga) orang pegawai

definitif dan 5 (lima) orang pegawai honorer untuk mengerjakan seluruh

permohonan pelayanan pertanahan.

2. Belum keluarnya peta bidang tanah, dikarenakan di Kantor Pertanahan

Kabupaten Bandung memiliki 3 (tiga) orang pegawai graphis dengan 1 (satu)

pegawai definitif dan 2 (dua) pegawai honorer untuk mengerjakan seluruh

permohonan pelayanan pertanahan.

3. Masih adanya perbedaan pemahaman antar pegawai di Kantor Pertanahan

Kabupaten Bandung dalam menyelesaikan permohonan sertifikat tanah hak

milik.

Kendala ekstern dari Masyarakat, yaitu :

1. Membutuhkan waktu bagi pemohon (masyarakat) dalam melengkapi berkas

permohonan apabila terdapat kekurangan persyaratan sertifikat tanah hak milik

yang belum dilengkapi atau diperbaiki oleh pemohon (masyarakat), contonya

pengisian/perbaikan warkah atau melampirkan SPPT PBB terbaru.

2. Adanya pelaksanaan pengukuran bidang tanah yang dilakukan oleh petugas

ukur dilaksanakan diatas 1 (satu) bulan, dikarenakan pemohon tidak bisa

menghadiri pelaksanaan pengukuran terkendala dengan jadwal kerja pemohon

yang bersamaan dengan jadwal pengukuran dan pemohon mengalami kesulitan

dalam menghadirkan pemilik tanah yang berbatasan dengan tanah pemohon

yang akan diukur, dikarenakan pemohon tidak mengetahui alamat pemilik

tanah yang berbatasan dengan tanah pemohon atau pemohon mengetahui

83

alamat pemilik tanah yang berbatasan dengan tanah pemohon tetapi

berdomisili diluar Kabupaten Bandung.

Berkaitan dengan hal kualitas pelayanan publik, maka kemampuan para

pegawai sangat berperan penting dalan hal menentukan kualitas pelayanan publik

tersebut. Menurut Mansyur (2010 : 193–194) untuk indikator-indikator dalam

kemampuan para pegawai adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pendidikan pegawai; 2. Kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai jadwal; 3. Kemampuan melakukan kerjasama; 4. Kemampuan menyesuiakan diri terhadap perubahan yang dialami organisasi; 5. Kemampuan dalam menyusun rencana kegiatan; 6. Kecepatan dalam melaksanakan tugas; 7. Tingkat kreativitas mencari tata kerja yang terbaik; 8. Tingkat kemampuan dalam memberikan pertanggung jawaban kepada atasan; 9. Tingkat keikutsertaan dalam pelatihan/kursus yang berhubungan dengan

bidang tugasnya.

Menurut Mitrani et.al, 1992 kemampuan sebagai an underlying

characteristic’s of an individual which is causally related to criterionreferenced

effektive and or superior performance in a job or situasion, atau karakteristik

yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektifitas kinerja individu dalam

pekerjaannya. Berangkat dari pengertian tersebut kemampuan seorang individu

merupakan sesuatu yang melekat dalam dirinya yang dapat digunakan untuk

memprediksi tingkat kinerjanya.

Menurut Robbins (2006 : 52 – 55) kemampuan adalah kapasitas individu

untuk melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Kemampuan

keseluruhan seseorang pada hakikatnya tersusun dari dua faktor yaitu :

84

1. Kemampuan intelektual

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk

menjalankan kegiatan mental. Tujuh dimensi yang membentuk kemampuan

intelektual adalah :

a. Kemampuan numerik, kemampuan untuk melakukan penghitungan cepat

dan akurat.

b. Pemahaman verbal, kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar

dan hubungan antar kata.

c. Kecepatan perseptual, kemampuan mengidentifikasi kesamaan dan

perbedaan visual dengan cepat dan akurat.

d. Penalaran induktif, kemampuan mengidentifikasi rangkaian logis masalah

dan kemudian memecahkan masalah tersebut.

e. Penalaran deduktif, kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi

argumentasi.

f. Visualisasi ruangan, kemampuan menggambarkan penampakan obyek

tertentu jika posisinya dalam ruangan diubah

g. Memori, kemampuan mempertahankan dan mengingat kembali pengalaman

masa silam.

Di sepanjang dasawarsa terakhir, terdapat kemampuan yang melebihi

kemampuan–kemampuan intelektual, kemampuan tersebut dibagi menjadi empat

sub bagian, yaitu 1). kecerdasan kognitif, meliputi bakat yang sudah lama

ditemukan oleh tes-tes intelegensi tradisional. 2). kecerdasan sosial adalah

kemampuan untuk berhubngan dengan orang lain secara efektif. 3). kecerdasan

85

emosional adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami dan mengelola

emosi. 4). kecerdasan budaya adalah kesadaran atas keberagaman antar

kebudayaan dan kemampuan untuk menjalankan fungsi secara sukses dalam

situasi lintas budaya.

2. Kemampuan fisik

Pada tingkat yang sama dengan kemampuan intelektual dalam memainkan

peran yang lebih besar dalam pekerjaan kompleks yang menuntut persyaratan

pemrosesan informasi, kemampuan fisik khusus bermakna penting bagi

keberhasilan menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang kurang menuntut

keterampilan tetapi lebih menuntut stamina, kekuatan dan karakteristik-

karakteristik lainnya. Persyaratan-persyaratan yang diperlukan dalam

kemampuan fisik, dibagi ke dalam tiga faktor, antara lain :

A. Faktor-faktor kekuatan

1. Kekuatan dinamik, kemampuan memanfaatkan kekuatan otot secara

berulang-ulang atau terus-menerus dalam waktu tertentu.

2. Kekuatan otot bawah, kemampuan memanfaatkan kekuatan otot bagian

bawah tubuh (terutama otot perut).

3. Kekuatan statis, kekuatan memanfaatkan kekuatan untuk membendung

obyek-obyek eksternal.

4. Kekuatan eksplosif, kemampuan memanfaatkan energi maksimum dalam

satu atau serangkaian kegiatan eksplosif

86

B. Faktor-faktor fleksibilitas

1. Fleksibilitas jangkauan, kemampuan menggerakkan otot bawah atau

belakang sejauh mungkin.

2. Fleksibilitas dinamik, kemampuan melakukan gerakan-gerakan

meregang cepat dan berulang-ulang.

C. Faktor-faktor lain

1. Koordinasi tubuh, kemampuan mengkoordinasikan tindakan-tindakan

simultan anggota-anggota tubuh berbeda.

2. Keseimbangan, kemampuan menjaga keseimbangan meski terdapat

kekuatan yang berupaya menggoyahkan.

3. Stamina, kemampuan mengerahkan upaya maksimum yang

mensyaratkan upaya terus-menerus.

Melihat dari hasil wawancara dan observasi mengenai kualitas pelayanan

sertifikat tanah hak milik dalam program layanan rakyat untuk sertifikat tanah

(LARASITA) pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Reliability para

pelaksana LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung yang belum dapat

mengoperasikan pelayanan secara on-line dan kemampuan dalam memberikan

informasi pertanahan. Ini dilihat dari kemampuan para pegawai Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung dalam menjalankan peralatan yang ada di mobil

LARASITA. Minimnya pegawai yang mengikuti Pendidikan dan Pelatihan

Sistem Administrator Komputerisasi Kantor Pertanahan. Kantor Pertanahan

Kabupaten Bandung mengirimkan 1 (satu) orang untuk mengikuti Pendidikan dan

Pelatihan Sistem Administrator Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP).

87

Menyebabkan kendala bagi para pegawai dalam mengoperasikan pelayanan

secara on-line. Karena masih terdapatnya pegawai yang kurang mempunyai

pengetahuan dan keterampilan dalam menjalankan pelayanan secara On-line,

bahkan masih ada pegawai yang belum mempunyai pengetahuan dan

keterampilan dasar dalam mengoperasikan komputer. Ini menjadi salah satu

kendala Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung belum dapat memberikan

pelayanan kepada masyarakat secara on-line.

Pelatihan yang diadakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

untuk para pegawai yang tidak mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Sistem

Administrator Komputerisasi Kantor Pertanahan yang diadakan oleh Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia tidak berkesinambungan. Pelatihan yang

diberikan untuk para pegawai terakhir dilaksanakan pada tahun 2010, dan

pelaksanaan pelatihan dilaksanakan dengan waktu 2 (dua) hari. Pelatihan

diselenggarakan bertempat di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung.

Kendala lain kemampuan para petugas pelaksana program LARASITA

dalam memberikan pelayanan dan informasi pertanahan. Ini disebabkan karena

tidak adanya rapat/pertemuan antar seksi-seksi terkait dalam pembuatan sertifkat

tanah hak milik. Untuk membahas persyaratan-persyaratan yang harus dilengkapi

oleh masyarakat agar berkas permohonan yang sudah dinyatakan lengkap oleh

petugas pelaksana LARASITA dilapangan tidak terdapat kekurangan yang harus

dilengkapai pemohon (masyarakat). Karena tidak adanya rapat/pertemuan antar

seksi-seksi terkait menyebabkan informasi yang diberikan kepada masyarakat

menjadi tidak jelas dan waktu penerbitan sertifikat tanah hak milik melebihi

88

waktu yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan

Pengaturan Pertanahan yaitu 98 hari kerja.

4.2.3 Responsiveness

Daya tanggap (responsiveness), yakni kesigapan para pegawai untuk

membantu para pemohon (masyarakat) dan memberikan pelayanan dengan

tanggap dan cepat, yang meliputi kesigapan dan kecepatan pegawai dalam

menangani keluhan para pemohon (masyarakat).

Dengan tuntutan masyarakat yang semakin besar dalam pembuatan

sertifikat tanah hak milik, maka Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

menindaklanjuti tuntutan masyarakat tersebut dengan mengeluarkan program

LARASTA yang tertuang dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tanggal 11 Mei tahun 2009 tentang

Larasita Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Layanan ini diluncurkan

oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia untuk mempercepat

sertifikasi tanah hak milik bagi masyarakat, dimana sebelumnya masyarakat yang

ingin mengurus layanan pertanahan harus mendatangi kantor-kantor pertanahan di

wilayah tersebut. Bagi masyarakat yang berdomisili dekat dengan kantor

pertanahan hal itu menjadi tidak masalah, namun hal ini bermasalah buat

masyarakat yang berdomisili jauh dari kantor pertanahan, terutama sekali

masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, dengan adanya program LARASITA,

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berusaha mendekatkan

89

pelayanannya kepada masyarakat. Bentuk dari layanan LARASITA adalah kantor

pertanahan yang sifatnya bergerak atau mobile dengan menggunakan mobil dan

sepeda motor sebagai basisnya.

Layanan program LARASITA terkoneksi dengan jaringan internet dengan

komputer server di Kantor Pertanahan. Dalam kegiatannya, pemohon layanan

setelah melengkapi syarat-syarat yang telah ditetapkan akan diinput informasinya

oleh petugas loket secara real time dan secara otomatis informasi tersebut akan

tersimpan di komputer server di kantor pertanahan. Penginputan informasi dan

berkas-berkas dari pemohon diinput menggunakan aplikasi Komputerisasi Kantor

Pertanahan (KKP), yaitu suatu aplikasi layanan kegiatan pertanahan yang

ditempatkan pada loket-loket pelayanan. Pada sistem ini, pemohon bisa

memonitor kemajuan berkas yang telah dia masukkan perkembangannya sampai

selesai. Selain itu dengan menggunakan aplikasi ini, pemohon juga bisa langsung

mengetahui berapa nilai nominal dari biaya yang akan masyarakat bayarkan

dalam proses mendapatkan layanan kegiatan pertanahan.

Layanan program LARASITA kegiatan yang bisa dilakukan sama dengan

yang ada di setiap kantor pertanahan Kabupaten/Kota, antara lain :

1. Pengakuan Hak/Penegasan Hak;

2. Peralihan Hak (balik nama);

3. Roya (penghapusan Hak Tanggungan);

4. Hak Tanggungan;

5. Pendaftaran perubahan hak/penurunan hak;

6. Pendaftaran sertifikat pengganti karena hilang;

90

7. Pendaftaran sertifikat pengganti karena rusak;

8. Pendaftaran pemisahan/pendaftaran penggabungan hak atas tanah;

9. Pengecekan sertifikat.

Dengan adanya layanan-layanan ini yang difasilitasi oleh Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia dengan menggunakan program layanan

LARASITA, diharapkan akan memberi manfaat lebih terhadap masyarakat yang

selama ini merasa kesulitan mendapatkan pelayanan dari kantor pertanahan.

Selain itu dari pihak Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, pemegang

mandat dari pemerintah sebagai institusi yang mengatur jalannya pemerintahan

dibidang pertanahan akan memperoleh kemudahan dalam administrasi

pertanahan.

Daya tanggap para petugas pelaksana LARASITA dalam pelayanan

program LARASITA di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung sangat penting

dalam memberikan pelayanan dan menindaklanjuti aspirasi pemohon

(masyarakat), karena Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung merupakan

lembaga publik yang memberikan pelayanan jasa. Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung harus selalu tanggap atau peka terhadap kebutuhan dan harapan

pemohon (masyarakat) sesuai dengan tujuan program LARASITA Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung :

1. Menjamin kepastian hak atas tanah dan perlindungan hukum bagi pemegang

haknya;

2. Merangsang partisipasi masyarakat dalam menyelesaikan administrasi

pertanahan;

91

3. Mempercepat pelayanan pendaftaran sertifikat tanah;

4. Menata kembali ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan tanah ke

arah yang lebih adil;

5. Mempercepat proses penyelesaian sertifikat tanah sesuai harapan masyarakat

yaitu murah dan tepat waktu;

6. Menghindari pelayanan pendaftaran sertifikat tanah melalui pihak ke-3 atau

perantara;

7. Memperbaiki dan meningkatkan akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi,

terutama tanah sebagai sumber kehidupan dan penghidupan.

Daya tanggap Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dapat terlihat dari

tanggapan petugas dalam menanggapi kebutuhan pemohon (masyarakat). Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung harus memahami apa yang menjadi kebutuhan

pemohon (masyarakat) yang semakin kompleks. Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung berusaha memberikan yang terbaik untuk pemohon (masyarakat) sikap

tersebut ditunjukkan dengan memberikan pelayanan sesuai dengan Peraturan

Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010

tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Menurut Koordinator

pelaksana LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung8 sebagai berikut :

“Daya tanggap para pelaksana LARASITA Kabupaten Bandung, diperlihatkan dengan cara membantu dan memberikan informasi kepada masyarakat yang akan membuat sertifikat tanah hak milik. Para petugas pelaksana LARASITA akan memberitahukan kekurangan-kekurangan persyaratan apa saja kepada pemohon (masyarakat) dalam pembuatan sertifikat tanah hak milik. Apabila berkas yang sudah dinyatakan lengkap oleh para petugas pelaksana LARASITA tetapi dalam proses penyelesaian di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung masih terdapat

8Wawancara dengan Koordinator pelaksana LARASITA, 26 November 2012.Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

92

kekurangan persyaratan yang harus dilengkapi pemohon (masyarakat). Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung akan mengirimkan surat pemberitahuan kepada pemohon (masyarakat) untuk melengkapi persyaratan yang harus dilengkapi”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator pelaksana program

LARASITA di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung9, dalam pelayanan

program LARASITA, para petugas pelaksana LARASITA dalam melayani

masyarakat yang akan membuat sertifikat hak milik dalam perjalanannya

memberitahukan kembali kepada pihak Desa yang berada dalam lingkungan

Kecamatan yang sudah ditunjuk untuk diselengarakannya pelayanan LARASITA,

dengan cara mobil LARASITA akan berhenti di setiap Desa yang dilalui oleh

mobil LARSITA sebelum tiba di Kecamatan, apabila ada masyarakat yang akan

membuat sertifikat tanah hak milik atau menanyakan informasi tentang

pertanahan maka petugas pelaksana LARASITA akan melayani langsung sebelum

ke Kecamatan tetapi apabila masyarakat belum siap dengan syarat-syarat

pensertifikatan tanah hak milik maka masyarakat dianjurkan untuk mendatangi

Kantor Kecamatan dimana pelayanan LARASITA dilaksanakan.

Dalam melaksanakan tugas melayani masyarakat, para petugas pelaksana

program LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung akan membantu

masyarakat dalam pembuatan sertifikat tanah hak milik. Para petugas pelaksana

LARASITA memberitahukan kepada masyarakat dalam pengurusan sertifikat

tanah dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon (masyarakat), agar

masyarakat mendapatkan informasi yang jelas dan membuat masyarakat

9Wawancara dengan Koordinator tim LARASITA, 23 November 2012.Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

93

mengetahui bahwa dalam pembuatan sertifikat tanah hak milik itu tidak berbelit-

belit.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang mendaftarkan

tanahnya melalui pelayanan mobil LARASITA di Kecamatan Cimenyan,

Kecamatan Cileunyi, Kecamatan Rancaekek dan Kecamatan Cicalengka10. Dalam

memberikan pelayanan LARASITA, para petugas pelaksana LARASITA

memberitahukan persyaratan-persyaratan apa saja yang harus dilengkapi oleh

masyarakat agar berkas permohonan pembuatan sertifikat tanah hak milik dapat

dinyatakan lengkap oleh petugas pelaksana LARASITA. Apabila berkas

permohonan pembuatan sertifikat tanah hak milik dinyatakan sudah lengkap oleh

petugas pelaksana LARASITA, maka berkas permohonan pembuatan sertifikat

tanah hak milik tersebut akan langsung diterima dan diberitahukan biaya-biaya

yang harus dibayar oleh masyarakat. Jika berkas permohonan pembuatan sertifikat

tanah hak milik yang dinyatakan belum lengkap oleh petugas pelaksana

LARASITA akan dikembalikan kembali kepada pemohon (masyarakat), dan di

waktu yang akan datang apabila mobil LARASITA berkunjung ke Kecamatan

tersebut maka pemohon (masyarakat) dapat memberikan berkas permohonannya

yang sudah dilengkapi atas kekurangan-kekurangan persyaratan yang sudah

diberitahukan sebelumnya oleh para petugas pelaksana LARASITA.

Apabila di dalam proses penyelesaian permohonan pembuatan sertifikat

tanah hak milik terdapat kekurangan-kekurangan yang harus dilengkapi oleh

masyarakat. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung akan mengirimkan surat

10Wawancara dengan masyarakat, 30 November 2012

94

pemberitahuan kepada pemohon (masyarakat) dan tercantum kekurangan yang

harus dilengkapi melalui POS. Surat pemberitahuan tersebut dikirimkan oleh

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung kepada masyarakat apabila sertifikat

tanah hak milik sudah selesai diperiksa oleh seksi-seksi teknis lainnya dan sudah

dicetak. Tetapi tidak akan diberikan kepada pemohon (masyarakat) sebelum

kekurangan-kekurangan yang sudah disampaikan lewat surat pemberitahuan

dilengkapi. Ini dilakukan agar berkas permohonan pembuatan sertifikat tanah hak

milik berjalan meskipun terdapat kekurangan persyaratan. Berkas permohonan

sertifkat tanah hak milik yang masih dalam proses dari Bulan Januari sampai

dengan Bulan Juli pada tahun 2012 terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.5 Permohonan Sertifikat Tanah Hak Milik Yang Belum Terselesaikan Dalam

Program LARASITA

No Bln Jumlah Berkas

Kekurangan

Pengumuman Pencetakan Sertifikat

Pemeriksaan

Peta Bidang Tanah

Surat Ukur Warkah

Kepala Sub Seksi

PT

Kepala Seksi HTPT

Kepala Kantor

1. Jan 8 7 1 2. Feb 2 2 3. Mar 7 2 5 4. Apr 1 1 5. Mei 10 3 7 6. Jun 8 1 1 1 5 7. Jul 8 2 1 2 2 1

Jumlah 17 2 2 2 2 19 Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung 2012

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung belum menyelesaikan permohonan sertifikat tanah hak milik sebanyak

44 berkas, yang terdiri dari peta bidang tanah 17 berkas, pengumuman 2 berkas,

pencetakan sertifikat 2 berkas, kepala sub seksi pendafataran tanah 2 berkas,

95

kepala seksi hak tanah dan pendaftaran tanah 2 berkas dan kepala kantor 19

berkas. Bahwa dari 44 berkas permohonan sertifikat tanah hak milik ini menjadi

tanggung jawab para pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Sebanyak

44 berkas permohonan sertifikat tanah hak milik penyelesaianya tidak sesuai

dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor

1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan yaitu 98 hari

kerja.

Pemohon (masyarakat) dapat menanyakan proses berkas permohonan

pembuatan sertifikat tanah hak milik kepada petugas pelaksana LARASITA yang

sedang bertugas di Kecamatan setempat atau sesuai dengan Peraturan Kepala

Badan Pertanahan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2010 tentang Penanganan

Pengaduan Masyarakat, keluhan dapat disampaikan baik secara lisan dan tulisan

yang langsung diterima oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung atau melaui

website bpn.go.id. Keluhan yang disampaikan oleh pemohon (masyarakat)

ditangani langsung oleh petugas/pejabat yang sesuai kewenangannya, Keluhan

pemohon (masyarakat) dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari setelah

diterimanya keluhan oleh Kantor Pertanahan, Kantor Pertanahan setempat harus

sudah mengirimkan tanggapan awal. Apabila sudah diperoleh jawaban yang

lengkap, maka Kantor Pertanahan mengirimkan jawaban dalam bentuk tulisan

kepada pemohon (masyarakat).

Keluhan masyarakat dalam program LARASITA di Kantor Pertanahan

Kabupaten Bandung dari Bulan Januari 2012 sampai dengan Bulan Juli 2012

dapat terlihat dalam tabel berikut ini :

96

Tabel 4.6 Keluhan Masyarakat dalam Program LARASITA

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

No Bulan Jumlah keluhan Selesai 1 Januari 3 Keluhan 1 Keluhan 2 Februari 2 Keluhan 1 Keluhan 3 Maret 4 Keluhan 2 Keluhan 4 April 2 Keluhan 2 Keluhan 5 Mei 8 Keluhan 5 Keluhan 6 Juni 5 Keluhan 2 Keluhan 7 Juli 1 Keluhan -

Jumlah 25 Keluhan 13 Keluhan Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung 2012

Dari data diatas menunjukkan bahwa 25 keluhan pemohon (masyarakat)

yang belum selesainya permohonan sertifikat tanah hak milik, yang

ditindaklanjuti oleh para pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung 13

keluhan sudah selesai sertifikat tanah hak milik. Sebanyak 12 keluhan pemohon

(masyarakat) masih dalam proses, ini dikarenakan sebanyak 2 berkas masih dalam

tahap pengumuman, 2 berkas dalam tahap pencetakan sertifikat, sebanyak 2

berkas dalam tahap pemeriksaan oleh Kepala Sub Seksi Pendaftaran Tanah, 2

berkas dalam tahap pemeriksaan oleh Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran

Tanah dan 4 berkas dalam tahap pemeriksaan oleh Kepala Kantor.

Menurut Koordinator Tim LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung11 sebagai berikut :

“Belum semuanya keluhan dari masyarakat yang ditindaklanjuti oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung, salah satunya Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung kekurangan pegawai graphis yang bertugas untuk membuat peta bidang tanah. Pegawai graphis yang ada sebanyak 3 (tiga) orang untuk mengerjakan semua pelayanan pertanahan yang menyangkut kepada pengukuran tanah. Dengan banyaknya tugas yang harus diselesaikan oleh bagian graphis, diperlukan penambahan pegawai yang selama ini belum dilakukan”.

11Wawancara dengan Koordinator tim LARASITA,13 November 2012.Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

97

Menurut Ratminto (2005 : 218-219) untuk memperoleh umpan balik dari

masyarakat atas pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintah, perlu

disediakan akses. Akses tersebut antara lain :

1. Masyarakat dapat memberikan informasi,

saran/pendapat/tanggapan/pengaduan dalam bentuk kotak pengaduan, kotak

pos, atau satuan tugas penerima pengaduan yang berfungsi menerima dan

menyelesaikan pengaduan masyarakat.

2. Setiap pengaduan masyarakat baik secara tulisan maupun secara langsung

kepada pejabat/petugas penerima pengaduan diberi surat/formulir tanda bukti

pengaduan.

3. Pada surat/formulir tanda bukti pengaduan disebutkan nama dan jabatan

pejabat/petugas yang berwenang untuk menyelesaikan masalah/pengaduan

tersebut dan jangka waktu penyelesaiannya.

4. Masukan masyarakat, baik merupakan informasi,

saran/pendapat/tanggapan/pengaduan hendaknya ditindaklanjuti dengan

langkah-langkah upaya perbaikan pelayanan oleh unit pelayanan instansi

pemerintah yang bersangkutan.

5. Apabila dalam pengaduan terdapat masyarakat yang dirugikan, perlu

dipertimbangkan pemberian kompensasi.

6. Pengaduan tertulis baik melalui surat maupun media elektronik oleh

masyarakat harus disampaikan secara jelas dan bertanggung jawab dengan

menyebutkan nama, alamat dan identitas yang sah.

98

7. Apabila dalam pengaduan ternyata terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh

petugas pelayanan, maka perlu diberikan sanksi kepada petugas yang

bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

Organisasi pemerintah maupun organisasi swasta berusaha menciptakan

budaya tanggap terhadap pengaduan masyarakat, karena organisasi tersebut secara

terus-menerus meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dalam memberikan

pelayanan. Menurut Robbins (2006 : 741) ada beberapa variabel yang secara rutin

terdapat dalam budaya yang tanggap terhadap pengaduan masyarakat, yaitu :

1. Tipe karyawan itu sendiri

Organisasi berorientasi terhadap masyarakat yang dilayani dan

memperkerjakan pegawai yang terbuka dan ramah.

2. Formalisasi yang rendah

Pegawai perlu memiliki kebebasan untuk memenuhi tuntutan layanan

masyarakat yang senantiasa berubah.

3. Perluasan formalisasi yang rendah

Penggunaan pemberdayaan secara luas, pegawai yang diberdayakan memiliki

keleluasaan keputusan untuk melakukan apa yang perlu untuk menyenangkan

masyarakat.

4. Keterampilan mendengar yang baik

Pegawai dalam budaya tanggap terhadap pengaduan masyarakat memiliki

kemampuan mendengarkan dan memahami pesan yang dikirim oleh

masyarakat.

99

5. Kejelasan peran

Pegawai betindak sebagai orang yang mewakili organisasi terhadap

masyarakat. Pegawai harus menyetujui tanpa bantahan baik terhadap

permintaan pimpinan maupun masyarakat.

Robbins (2006 : 742-744) mengemukakan sejumlah tindakan yang dapat

diambil oleh organisasi untuk membuat budaya tanggap terhadap pengaduan

masyarakat. Tindakan-tindakan ini dirancang untuk menciptakan pegawai yang

mempunyai kemampuan atau berkompeten untuk menyelesaikan masalah yang

sedang dihadapi oleh masyarakat :

Pertama, seleksi, tempat untuk memulai membangun budaya tanggap terhadap

pengaduan masyarakat adalah mempekerjakan pegawai yang memiliki

kepribadian dan sikap yang konsisten terhadap orientasi layanan yang tinggi.

Keramahan, kegairahan dan perhatian dalam diri pegawai secara positif

mempengaruhi persepsi masyarakat tentang mutu pelayanan.

Kedua, pelatihan dan sosialisasi, organisasi yang berusaha menjadi lebih tanggap

terhadap pengaduan masyarakat tidak harus melakukan perekrutan pegawai baru.

Dengan menghadapi tantangan untuk membuat pegawai yang ada menjadi lebih

berfokus terhadap masyarakat, dalam hal ini lebih ditekankan kepada pelatihan

yang diberikan organisasi kepada pegawai. Selain itu, karyawan yang memiliki

sikap ramah terhadap masyarakat sekalipun perlu memahami tujuan organisasi.

Dengan demikian semua pegawai yang di bidang pelayanan hendaknya

disosialisasikan mengenai sasaran dan nilai organisasi.

100

Ketiga, rancangan struktural, struktur organisasi perlu lebih banyak memberikan

kendali kepada pegawai. Dengan demikian organisasi perlu memberikan

kesempatan terhadap pegawai menyesuaikan perilaku dengan kebutuhan dan

permintaan masyarakat yang senantiasa berubah.

Keempat, pemberdayaan, pemberdayaan pegawai dengan memberikan

keleluasaan untuk mengambil keputusan menyangkut kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan pekerjaan. Ini merupakan komponen yang perlu pada budaya

tanggap terhadap pengaduan masyarakat. Karena komponen ini memungkinkan

pegawai membuat keputusan secara cepat sehingga benar-benar dapat memuaskan

masyarakat.

Kelima, kepemimpinan, para pemimpin yang efektif dalam budaya tanggap

terhadap pengaduan masyarakat menyampaikan budaya tersebut melalui visi,

yang berfokus pada masyarakat dan menunjukkan dalam perilaku. Bahwa para

pegawai akan memberikan pelayanan sebaik mungkin.

Keenam, evaluasi kinerja, evaluasi berdasarkan perilaku pegawai dengan cara

bertindak seperti kerja tim, keramahan dan kemampuan menyelesaikan masalah

masyarakat. Evaluasi disini bukan berdasarkan hasil yang dapat diukur melainkan

perilaku dalam memberikan pelayanan. Karena penilaian ini mendorong pegawai

berperilaku yang ramah terhadap peningkatan mutu pelayanan dan memberi

pegawai lebih banyak kendali atas kondisi yang mempengaruhi evaluasi kinerja

pegawai.

Ketujuh, sistem imbalan, jika organisasi ingin para pegawai memberikan layanan

yang baik, maka organisasi tersebut memberikan imbalan berdasarkan layanan

101

yang baik. Organisasi perlu memberikan pengakuan kepada pegawai yang

menunjukkan usaha yang luar biasa untuk menanggapi keluhan masyarakat, dan

organisasi perlu memberikan imbalan baik dalam bentuk upah maupun promosi

yang sesuai dengan layanan yang diberikan terhadap masyarakat.

Melihat dari hasil wawancara dan observasi mengenai kualitas pelayanan

sertifikat tanah hak milik dalam program layanan rakyat untuk sertifikat tanah

(LARASITA) pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Responsiveness para

pelaksana LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung belum baik, ini

dilihat dari jumlah permohonan sertifikat tanah hak milik yang belum

terselesaikan dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012. Sebanyak 109

permohonan yang diterima oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam

program LARASITA, yang dapat diselesaikan sebanyak 44 permohonan yang

sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2010. Sedangkan sebanyak 65 permohonan dalam proses

penyelesaian.

Sebanyak 25 keluhan dari pemohon (masyarakat) dalam program

pelayanan LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung pada tahun 2012,

yang ditindaklanjuti sampai selesainya sertifikat tanah hak milik sebanyak 13

keluhan. Sedangkan sebanyak 12 keluhan belum ditindaklanjuti sampai dengan

selesainya sertifikat tanah hak milik. Sebanyak 25 keluhan dari pemohon

(masyarakat) yang diterima dalam program LARASITA disampaikan dalam

bentuk lisan, dengan mendatangi mobil LARASITA di Kecamatan. Terdapatnya

keluhan yang belum terselesaikan, diakibatkan kurangnya kesigapan para pegawai

102

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam memberikan pelayanan terhadap

masyarakat. Ini dilihat dari Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung kekurangan

pegawai bagian graphis dalam menerbitkan peta bidang tanah. Pegawai bagian

graphis di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung sebanyak 3 orang untuk

mengerjakan seluruh pelayanan pertanahan yang menyangkut pengukuran tanah.

4.2.4 Assurance

Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan yang cukup dalam

memberikan informasi pertanahan, kesopanan dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan masyarakat.

Pengetahuan sumber Daya Manusia atau pegawai merupakan faktor utama dalam

memberikan pelayanan yang terbaik untuk pemohon (masyarakat). Untuk

meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia, Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sistem

administrator dalam rangka peningkatan kemampuan dan keterampilan teknis

pemanfaatan di bidang informasi teknologi. Tujuan dari pendidikan dan pelatihan

(DIKLAT) yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia adalah para pegawai diharapkan memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan aplikasi komputerisasi kantor

pertanahan (KKP).

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung berusaha untuk memberikan

pelayanan yang terbaik dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan dan

pemanfaatan tanah bagi masyarakat. Oleh karena itu, pengetahuan dari pegawai

103

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam memberikan pelayanan kepada

pemohon/masyarakat sangatlah penting. Pengetahuan para pegawai Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung dalam melayani kebutuhan pemohon

(masyarakat), dapat ditunjukkan dengan berusaha memberikan pelayanan yang

baik, cepat dan tepat waktu.

Dengan dikembangkannya komputerisasi kantor pertanahan (KKP) model

pelayanan yang berbasis sistem on-line yang disertai pengetahuan dari para

pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung untuk memberikan pelayanan,

maka pelayanan yang diberikan kepada pemohon (masyarakat) akan cepat dan

tepat waktu. Kendala-kendala dalam pelayanan Program LARASITA di

Kabupaten Bandung, pertama pelayanan pertanahan yang tidak dapat diselesaikan

di mobil Larasita pada hari itu juga, karena dalam pembuatan sertifikat tanah hak

milik melibatkan seksi-seksi teknis. Kedua, Bahwa tugas pelaksanaan pendaftaran

tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan. Akan tetapi, dalam memberikan

pelayanan publik di bidang pertanahan, baik secara langsung maupun tidak

langsung akan melibatkan institusi-institusi yang terkait, seperti Camat/PPATs

dan Lurah/Kepala Desa serta PPAT/Notaris. Dalam rangka memberikan

pelayanan publik dibidang pertanahan, sebaiknya harus ada satu persepsi atau

pemahaman yang sama antara Kantor Pertanahan dengan institusi-institusi terkait,

karena pelayanan pertanahan kepada masyarakat harus "satu garis lurus", agar

masyarakat dapat memperoleh informasi yang sama, sehingga semua layanan

pertanahan menjadi lebih jelas dan tidak membingungkan masyarakat.

104

Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator tim LARASITA Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung12, dalam penyelesaian sertifikat tanah hak milik

diperlukan koordinasi dengan seksi-seksi teknis lainnya. Karena melibatkan seksi-

seksi teknis lainya dalam pembuatan sertifikat tanah hak milik masih adanya

perbedaan persepsi antar pegawai di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

dalam menyelesaikan permohonan sertifikat tanah hak milik. Dalam hal ini

dibutuhkan persamaan persepsi agar informasi yang diberikan jelas dan tidak

membingungkan pemohon (masyarakat) dan tidak akan mengganggu proses

pelayanan pertanahan, karena berkas yang sudah dinyatakan lengkap oleh petugas

pelaksana LARASITA dalam proses penyelesaian tidak akan ada kekurangan

persyaratan yang harus dilengkapi atau diperbaiki oleh pemohon (masyarakat).

Dalam memberikan pelayanan program LARASITA petugas pelaksana

LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung memakai seragam lengkap

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia disertai tanda pengenal di dada

kiri dan membawa Surat Tugas dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung atau pejabat yang ditunjuk, ini dilakukan untuk pengamanan perangkat

kelembagaan dan untuk menunjukkan kesopanan petugas pelaksana LARASITA

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam melayani masyarakat yang akan

membuat sertifikat tanah hak milik. Pemakaian seragam lengkap disertai tanda

pengenal dan membawa Surat Tugas sudah sesuai dengan Peraturan Kepala

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang

LARASITA Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Menurut

12Wawancara dengan Koordinator tim LARASITA, 13 November 2012.Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

105

Koordinator Tim LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung13 sebagai

berikut :

“Para pelaksana program LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung diharuskan memakai seragam resmi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dengan menggunakan tanda pengenal di dada kiri dan membawa surat tugas yang sudah ditandatangani oleh Kepala Kantor atau pejabat yang ditunjuk di setiap pelayanan program LARASITA dilaksanakan, sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang LARASITA Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator pelaksana LARASITA

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung14, pemakaian seragam lengkap disertai

tanda pengenal di dada kiri dan membawa Surat Tugas dari Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung atau pejabat yang ditunjuk dilakukan pada setiap

pelayanan program LARASITA dilaksanakan setiap Kecamatan-kecamatan di

Kabupaten Bandung, ini dilakukan agar setiap pelayanan program LARASITA di

Kabupaten Bandung dilaksanakan secara resmi dan untuk pengamanan perangkat

kelembagaan serta tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung

jawab.

Bahwa dalam mewujudkan aparat pemerintah yang bersih dan

meningkatkan transparansi pegawai, serta terselenggaranya pelayanan secara adil

dan merata, berkemampuan melaksanakan tugas secara professional dan

bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan terhadap pemohon

(masyarakat). Oleh karena itu pelayanan program LARASITA Kantor Pertanahan

Kabupaten Bandung yang dilaksanakan oleh koordinator pelaksana dan petugas

13Wawancara dengan Koordinator tim LARASITA, 13 November 2012.Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung 14Wawancara dengan Koordinator pelaksana LARASITA, 26 November 2012.Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

106

pelaksana LARASITA kepada pemohon (masyarakat) dilakukan secara

transparan, ini dibuktikan dengan diserahkannya kwitansi pengukuran,

pendaftaran sertifikat dan pemeriksaan panitia oleh petugas pelaksana

LARASITA kepada pemohon (masyarakat) sesuai Peraturan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia nomor 13 tahun 2010 tentang Jenis dan

Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak. Biaya-biaya yang diserahkan oleh

pemohon (masyarakat) kepada petugas pelaksana LARASITA apabila berkas

permohonan sudah dinyatakan lengkap diterima oleh petugas pelaksana

LARASITA. dan diberikan kwitansi sementara oleh petugas pelaksana kepada

pemohon sebagai tanda bukti penerimaan sementara, maka berkas permohonan

sertifikat tanah hak milik yang sudah lengkap tersebut di entry di Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung dan pemohon dapat mengambil kwitansi resmi

serta tanda bukti pengambilan sertifikat apabila sudah selesai.

Menurut koordinator pelaksana LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung15 sebagai berikut :

“Di setiap penerimaan biaya pengukuran, pendaftaran sertifikat dan pemeriksaan panitia A yang diserahkan oleh pemohon (masyarakat) kepada petugas LARASITA. Para pemohon akan diberikan kwitansi sementara untuk ditukarkan dengan kwitansi resmi serta tanda bukti untuk pengambilan sertifikat tanah hak milik dari Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Dikarenakan pelayanan program LARASITA belum dapat dilakukan secara on-line, maka para pemohon diberikan kwitansi sementara. Ini dilakukan agar transparansi biaya terhadap msyarakat dalam pembuatan sertifikat tanah hak milik”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator pelaksana LARASITA

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung, biaya-biaya dalam pembuatan sertifikat

15Wawancara dengan Koordinator pelaksana LARASITA, 26 November 2012.Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

107

tanah hak milik seperti biaya pengukuran, biaya pendaftaran sertifikat dan biaya

pemeriksaan panitia sudah dilakukan secara transparan kepada pemohon

(masyarakat), ini mengantisipasi bahwa adanya sebagian masyarakat bahwa biaya

pengurusan sertipikat tanah itu mahal, sehingga masyarakat ketakutan tidak

mampu untuk membayar pengurusan sertipikat tanah. Besaran biaya yang harus

dikeluarkan oleh pemohon (masyarakat) dalam pembutan sertifikat tanah hak

milik itu sesuai dengan besarnya luasan tanah yang akan di sertifikatkan. Karena

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia mempunyai standarisasi dalam

biaya pembuatan sertifikat tanah hak milik, standarisasi itu tercantum dalam

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia nomor 13 tahun

2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Menurut Robbins (2006 : 93) sikap adalah pernyataan-pernyataan evaluatif

baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan memngenai objek, orang atau

peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu, sikap

dibagi menjadi tiga komponen, seperti : pertama, komponen kognitif, segmen

pendapat atau keyakinan dari sikap. Kedua, komponen afektif, segmen emosional

atau perasaan dari sikap yang dicerminkan dalam pernyataan. Ketiga, komponen

perilaku, maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau

sesuatu. Ada tiga tipe sikap yang berkaitan dengan pekerjaan dikemukakan oleh

Robbins (2006 : 94-95), antara lain :

1. Kepuasan kerja, merujuk ke sikap umum individu terhadap pekerjaanya.

Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang

108

positif terhadap kerjaanya, sedangkan seseorang yang tak puas dengan

pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu.

2. Keterlibatan kerja, mengukur derajat sejauh mana seseorang secara psikologis

mengaitkan dirinya ke pekerjaanya dan menganggap tingkat kinerjanya sebagai

hal penting bagi harga dirinya. Pegawai dengan tingkat keterlibatan kerja yang

tinggi dengan kuat mengaitkan dirinya ke jenis kerja yang dilakukan dan

benar-benar peduli dengan jenis kerja itu. Tingkat keterlibatan kerja yang

tinggi terbuti berkaitan dengan rendahnya tingkat keabsenan dan pengunduran

diri.

3. Komitmen pada organisasi, keadaan dimana para pegawai mengaitkan dirinya

kepada organisasi tertentu dan sasarn-sasarannya, serta berharap

mempertahankan keanggotaan dalam organisasi itu. Sehingga, keterlibatan

kerja yang tinggi berarti mengaitkan diri ke pekerjaan khusus seseorang

sedangkan komitmen pada organisasi yang tinggi berarti mengaitkan diri ke

organisasi yang mempekerjannya. Tingkat komitmen pada organisasi

seseorang individu merupakan indikator yang lebih baik mengenai

pengunduran diri pegawai daripada indikator kepuasan kerja yang jauh lebih

sering digunakan. Komitmen organisasi merupakan indikator yang lebih baik

karena hal itu tanggapan yang lebih luas terhadap organisasi secara

keseluruhan dari pada kepuasan kerja. Tetapi ketika ketidakpuasan menjalar ke

organisasi secara keseluruhan, pegawai kemungkinan lebih besar untuk

mempertimbangkan pengunduran diri.

109

Melihat dari hasil wawancara dan observasi mengenai kualitas pelayanan

sertifikat tanah hak milik dalam program layanan rakyat untuk sertifikat tanah

(LARASITA) pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Assurance yang

diberikan oleh para pelaksana program pelayanan LARASITA Kantor Pertanahan

Kabupaten Bandung sudah baik dalam hal kesopanan dan transparansi biaya

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kesopanan para pelaksana

program pelayanan LARASITA ditunjukkan dalam cara memakai seragam resmi

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia disertakan tanda pengenal di dada

kiri. Ini dilakukan untuk pengamanan perangkat kelembagaan dan mengantisipasi

dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Dalam transparansi biaya para

pelaksana program pelayanan LARASITA memberikan kwitansi sementara

kepada para pemohon (masyarakat) untuk ditukarkan dengan kwitansi serta tanda

bukti pengambilan sertifikat tanah hak milik yang resmi dari Kantor Pertanahan

Kabupaten Bandung. Ini dilakukan agar masyarakat mengetahui biaya-biaya

pembuatan sertifikat tanah hak milik seperti pengukuran, pendaftaran sertifikat

dan pemeriksaan panitia A. Tetapi dalam hal pengetahuan para pelaksana program

pelayanan LARASITA masih terdapatnya kekurangan dalam segi pengetahuan

menjalankan peralatan-peralatan yang berada di mobil LARASITA.

4.2.5 Empathy

Empati (emphaty) meliputi perhatian yang diberikan Kantor Pertanahan

terhadap pemohon (masyarakat), seperti kemudahan dalam menerima informasi

pelayanan pertanahan.

110

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam melaksanakan pelayanan

Program LARASITA diawali dengan sosialisasi kepada berbagai tingkatan. Tahap

pertama, dimulai dengan sosialisasi di tingkat Kabupaten/Kota dengan sasaran

para pejabat Pemerintah Daerah, para Camat, para Kepala Desa/Lurah dan

organisasi masyarakat, dengan maksud untuk ikut mensukseskan progam

LARASITA. Tahap berikutnya, sosialisasi dilaksanakan yang bertempat di tingkat

Kecamatan atau Kelurahan/Desa dengan melibatkan masyarakat secara langsung.

Sosialisasi terhadap masyarakat dimaksudkan agar masyarakat mengetahui dan

mendaftarkan tanahnya melalui program LARASITA.

Tim Program LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

melaksanakan Program LARASITA dimulai sejak Tahun Anggaran 2009 sesuai

dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung tanggal

15 Januari 2009 Nomor 120-42. Pada Tahun Anggaran 2010, program

LARASITA mengalami perubahan tim LARASITA sesuai dengan Surat

Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung tanggal 04 Januari

2010 Nomor 05/Kep.12-32.04-500/I/2010 tentang Penunjukan/Koordinator dan

petugas pelaksana Tim Layanan Rakyat Untuk Sertifikat Tanah (LARASITA)

Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Tahun 2010.

Sosialisasi oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung kepada

masyarakat dilakukan secara terus-menerus, yang membedakan sosialisasi pada

awal program pelayanan LARASITA dilaksanakan dengan sosialisasi sesudah

program pelayanan program LARASITA dijalankan. Sosialisasi pada awal

program pelayanan LARASITA diselenggarakan di Kantor Kecamatan atau

111

Kantor Desa dengan melibatkan masyarakat langsung, sedangkan sosialisasi yang

dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung sesudah program

LARASITA berjalan tidak dengan masyarakat langsung tetapi menggunakan surat

pemberitahuan kepada pihak Kecamatan untuk diteruskan ke Desa-desa yang

berada dalam ruang lingkup Kecamatan tersebut, dari Desa akan diteruskan

kepada Kadus-Kadus atau RT/RW setempat untuk memberitahukan kepada

masyarakat yang akan mendaftarkan tanahnya melalui program pelayanan

LARASITA. Koordinator tim LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung membuat surat pemberitahuan sekaligus jadwal dalam 1 (satu) bulan

kunjungan ke Kecamatan yang akan didatangani oleh layanan mobil LARASITA.

Proses informasi kepada masyarakat dengan menggunakan surat

pemberitahuan program pelayanan LARASITA yang dilakukan oleh Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung sebagai beikut :

112

Bagan 4.2 Alur Proses Informasi Kepada Msyarakat Dalam Program Pelayanan

LARASITA di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung

Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung, 2012

Surat Pemberitahuan

dari Kantor Pertanahan

Kantor Kecamatan

RT/RW

Kantor Desa

Kepala Dusun

Masyarakat

113

Menurut Koordinator Tim LARASITA Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung16 sebagai berikut :

“Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung melakukan koordinasi dengan pihak Kecamatan dan pihak Desa dalam memberikan informasi pelaksanaan program pelayanan LARASITA menjadi pilihan yang paling efektif untuk dilakukan. Dikarenakan luasnya wilayah Kabupaten Bandung menjadi kendala dalam penyampaian informasi kepada masyarakat. Ini menyebabkan Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung tidak dapat memberitahukan secara langsung kepada masyarakat dalam memberikan informasi pelaksanaan program pelayanan LARASITA. Petugas pelaksana LARASITA memberikan pemberitahuan kembali secara langsung kepada masyarakat dengan lewat pengeras suara yang ada di mobil LARASITA. Ini dilakukan agar masyarakat yang belum diberitahukan oleh aparat Desa atau RT/RW setempat tentang jadwal pelaksanaan pelayanan program LARASITA mengetahui bahwa pelayanan program LARASITA diselenggarakan di Kantor Kecamatan setempat”.

Dengan adanya pelayanan program LARASITA di Kabupaten Bandung

yang mendatangani setiap Kecamatan di Kabupaten Bandung, membuat akses

kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi pertanahan secara

jelas. Tetapi dalam kenyataannya masyarakat tidak mendapatkan informasi

pertanahan secara jelas, dikarenakan masyarakat tidak mengetahui jadwal

kedatangan mobil LARASITA. Jadwal pelayanan program LARASITA hanya

dimiliki oleh pihak Kecamatan tanpa dibagikan kepada pihak Desa yang berada

dalam ruang lingkup Kecamatan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang mendaftarkan

tanahnya melalui pelayanan mobil LARASITA di Kecamatan Cimenyan,

Kecamatan Cileunyi, Kecamatan Rancaekek dan Kecamatan Cicalengka17, bahwa

masyarakat mengetahui kedatangan mobil LARASITA diberitahukan oleh warga

lain atau menanyakan langsung ke Kantor Kecamatan atau Kantor Desa. Tidak

16Wawancara dengan Koordinator tim LARASITA, 26 November 2012.Soreang. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung 17 Wawancara dengan masyarakat, 15 Desember 2012.

114

meratanya pemberitahuan yang disampaikan oleh pihak Desa,Kadus atau RT/RW

kepada masyarakat, membuat masyarakat menunggu tanpa adanya informasi yang

jelas jadwal kedatangan mobil LARASITA berkunjung ke Kantor Kecamatan,

padahal masyarakat menunggu jadwal kedatangan mobil LARASITA. Dengan

adanya layanan program LARASITA biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat

menjadi berkurang dan masyarakat tidak harus pergi ke Kantor Pertanahan

Kabupaten Bandung yang berada di Soreang untuk membuat sertifikat tanah hak

milik. Dalam surat pemberitahuan juga tidak disebutkan syarat-syarat yang harus

disiapkan oleh masyarakat dalam membuat sertifikat tanah hak milik, masyarakat

mengetahui kekurangan berkas permohonan sertifikat tanah hak milik apabila

sudah diperiksa oleh petugas pelaksana LARASITA dan di waktu yang akan

datang apabila mobil LARASITA berkunjung ke Kecamatan tersebut maka

pemohon (masyarakat) bisa memberikan berkas permohonannya yang sudah

dilengkapi atas kekurangan-kekurangan yang sudah diberitahukan sebelumnya

oleh para petugas pelaksana LARASITA.

Dengan adanya pelayanan program LARASITA yang dilaksanakan oleh

Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung, membuat kesadaran masyarakat menjadi

antusias tentang arti pentingnya sertifikat tanah hak milik. Karena pada

kenyataannya masih adanya masyarakat yang masih rendah pemahamannya

mengenai arti pentingnya sertipikat tanah, sebagai bukti kepemilikan yang sah

atas tanah, yang menjamin kepastian hukum hak atas tanahnya, serta dapat

dijadikan sebagai jaminan pinjaman/permodalan (nilai ekonomis). Selain itu,

terdapat juga sebagian masyarakat, yang tidak mendaftarkan tanahnya untuk

115

disertipikatkan, karena mereka memang tidak begitu merasakan manfaat sertifikat

tanah dan membandingkan antara manfaatnya dengan usaha untuk memperoleh

sertipikat tanah itu, tidak sepadan. Melalui petugas pelaksana program Larasita

dilapangan, masyarakat dapat secara terus-menerus diberikan pencerahan dan

informasi melalui sosialisasi langsung, mengenai arti pentingnya sertipikat tanah.

Kepada masyarakat juga disampaikan hal-hal tentang kekuatan hukum dan

keuntungan-keuntungan atas tanah bersertipikat dengan tanah yang belum

bersertipikat, dengan demikian diharapkan hal itu dapat menumbuhkan kesadaran

masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya.

Masyarakat ternyata juga memiliki kendala selain persyaratan membuat

sertifikat tanah hak milik yang menyebabkan tidak antusiasnya dalam membuat

sertifikat tanah hak milik. Sebagian masyarakat merasa kurang nyaman dengan

hal-hal formal. Misalnya, harus memahami istilah-istilah formal di kantor

pertanahan, seperti : Pengakuan Hak, Penegasan Hak, Peralihan Hak (balik nama),

Roya (penghapusan Hak Tanggungan) dan Hak Tanggungan. Dengan kehadiran

pelayanan program LARASITA, masyarakat dapat menggunakan layanan

pertanahan dengan leluasa dan lepas dari hal-hal formal. Dengan pelayanan

program LARASITA, masyarakat dapat mengakses layanan pertanahan dengan

nyaman. Lebih dari itu, masyarakat dapat leluasa dengan gaya dan bahasa yang

dianut oleh budayanya, berkomunikasi dengan petugas pelaksana LARASITA

tentang layanan-layanan pertanahan.

Pelayanan program LARASITA juga bisa menjadi akses keluhan

masyarakat untuk menanyakan berkas permohonan sertifikat tanah hak milik. Para

116

pemohon (masyarakat) dapat menanyakan langsung kepada petugas pelaksana

LARASITA yang sedang bertugas di Kantor Kecamatan setempat, tetapi karena

peralatan yang berada di mobil LARASITA belum berjalan maka masyarakat

tidak dapat mengetahui secara langsung proses berkas permohonan sertifikat

tanah hak miliknya. Cara mengantisipasinya petugas pelaksana LARASITA

dengan belum berjalannya peralatan yang berada di mobil LARASITA, petugas

pelaksana LARASITA akan menanyakan nomor berkas permohonan sertifikat

tanah hak milik pemohon (masyarakat) untuk mengecek proses berkas di Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung. Petugas pelaksana LARASITA Kantor

Pertanahan Kabupaten Bandung akan meminta nomer Handphone/rumah yang

bisa dihubungi untuk memberitahukan apabila petugas pelaksana sudah mengecek

berkas permohonan tersebut di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Selain

dengan menanyakan langsung kepada petugas pelaksana LARASITA yang sedang

bertugas di Kantor Kecamatan, keluhan masyarakat bisa disampaikan baik secara

lisan atau tulisan yang langsung diterima oleh Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung serta dapat melaui website bpn.go.id.

Komunikasi menjalankan empat fungsi utama di dalam kelompok atau

organisasi yaitu, pertama, pengendalian, setiap organisasi mempunyai hierarki

wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh pegawai. Kedua,

motivasi, dengan menjelaskan kepada pegawai apa yang harus dilakukan dan apa

yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerjanya yang dibawah standar.

Ketiga, pengungkapan emosi, komunikasi yang terjadi dalam kelompok itu

merupakan mekanisme fundamental dimana para pegawai menunjukkan

117

kekecewaan dan kepuasan. Oleh karena itu, komunikasi memfasilitasi pelepasan

ungkapan emosi perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial. Keempat, informasi,

memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil

keputusan melalui penyampaian data guna mengenali dan mengevaluasi pilihan-

pilihan alternatif.

Hambatan-hambatan komunikasi yang efektif terbagi menjadi enam

bagian menurut Robbins (2006 : 408-412), adalah :

1. Penyaringan

Penyaringan mengacu ke pengirim yang memanipulasi informasi sedemikian

rupa sehingga akan tampak lebih menguntungkan untuk penerima. Penentu

utama dari penyaringan adalah jumlah level dalam struktur organisasi. Semakin

vertikal level dalam hierarki organisasi semakin banyak terjadi penyaringan.

2. Persepsi selektif

Konsep ini muncul karena penerima dalam proses komunikasi secara selektif

melihat dan mendengar berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, latar

belakang dan karakteristik personal lainnya. Para penerima juga menjelaskan

minat dan harapan ke dalam komunikasi ketika mendekodekannya.

3. Informasi berlebih

Setiap penerima informasi memiliki kapasitas terbatas untuk mengolah data,

bila informasi dalam bekerja melebihi kemampuan pengolahan data maka

terjadilah informasi yang berlebihan. Apabila terjadi informasi yang berlebih,

maka penerima cenderung menyeleksi, mengabaikan, melewati atau

melupakan informasi tersebut.

118

4. Emosi

Perasaan penerima informasi pada saat menerima komunikasi akan

mempengaruhi dalam menginterpretasikannya. Emosi yang berlebihan seperti

depresi paling mungkin menghambat komunikasi yang efektif.

5. Bahasa

Usia, pendidikan dan latar belakang budaya merupakan tiga variabel-variabel

yang begitu mempengaruhi bahasa yang digunakan seseorang dan definisi

informasi yang diberikan.

6. Kegelisahan komunikasi

Kegelisahan komunikasi merupakan masalah yang paling serius karena

mempengaruhi kategori teknik komunikasi. Apabila menderita kegelisahan

komunikasi mengalami ketegangan dan kecemasan yang tidak pada tempatnya

dalam komunikasi lisan, tulisan maupun keduanya.

Melihat dari hasil wawancara dan observasi mengenai kualitas pelayanan

sertifikat tanah hak milik dalam program layanan rakyat untuk sertifikat tanah

(LARASITA) pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung. Empaty yang selama

ini diberikan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam program

pelayanan LARASITA belum baik. Ini dapat terlihat dari tidak meratanya

informasi yang didapatkan oleh masyarakat. Menyebabkan masyarakat

menanyakan secara langsung jadwal pelaksanaan program pelayanan LARASITA

kepada pihak Desa atau kepada pihak Kecamatan. Meskipun sudah diberitahukan

kembali oleh petugas pelaksana program LARASITA dengan menggunakan

pengeras suara, tetapi cara ini belum membuat masyarakat mengetahui jadwal

119

kedatangan mobil LARASITA. Dengan informasi jadwal kedatangan mobil

LARASITA yang didapatkan oleh masyarakat tidak merata, menyebabkan

keluhan masyarakat tidak dapat disampaikan kepada petugas pelaksana.

Berdasarkan temuan dilapangan, pengembangan teori dalam penelitian ini

dalam memberikan informasi jadwal pelayanan LARASITA, Kantor Pertanahan

Kabupaten Bandung melibatkan pihak Kecamatan dan pihak Desa, dari pihak

Desa diteruskan ke Kepala Dusun atau langsung melalui RT/RW untuk

disampaikan kepada masyarakat. Maka dengan adanya beberapa pihak dalam

penyampaian informasi tentang jadwal pelayanan LARASITA kepada

masyarakat, perasaan dari masing-masing pihak yang terlibat dalam penyampaian

informasi jadwal pelayanan LARASITA akan mempengaruhi informasi yang akan

disampaikan kepada masyarakat. Oleh karena itu informasi yang diterima oleh

masyarakat tentang jadwal pelayanan LARASITA tidak merata. Dengan adanya

teknologi dalam penyampaian informasi maka jadwal pelayanan LARASITA

dapat diberitahukan melalui website atau melalui media elektronik dan media

massa.