BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1....
-
Upload
phungthien -
Category
Documents
-
view
215 -
download
1
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1....
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
4.1.1. Persiapan Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, penulis terlebih dahulu menyiapkan
segala hal yang diperlukan yaitu perlengkapan materi dan peralatan
pendukung untuk wawancara maupun dalam proses observasi. Materi yang
diperlukan dalam mencari data adalah pedoman wawancara dan pedoman
observasi. Peralatan pendukung yang dibutuhkan antara lain note untuk
mencatat, bolpoin, alat perekam (handphone).
Persiapan yang lain adalah persiapan setting pelaksanaan penelitian.
Penulis mempersiapkan waktu untuk melaksanakan wawancara dengan
subjek penelitian. Selain itu penulis juga perlu menyiapkan tempat yang akan
dipakai dalam melakukan wawancara.
4.1.2. Pelaksanaan Penelitian
Sebelumnya mencari informasi mengenai calon subjek penelitian yaitu
mantan pengguna mariyuana. Pencarian informasi ini berdasarkan wawancara
yang penulis lakukan di komunitas reggae salatiga. Setelah menemukan 5
orang, penulis menyeleksi kembali berdasarkan karakteristik subjek yang
sudah penulis tentukan dan akhirnya menjadi 3 orang.
20
Setelah terpilih 3 orang, penulis meminta kesediaan subjek untuk
diwawancarai. Penulis sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu
menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya wawancara. Dengan adanya
penjelasan tujuan,diharapkan terjadi kepercayaan dan keterbukaan antara
subjek dan penulis. Dengan adanya kepercayaan dan keterbukaan maka
wawancara yang dilakukan tanpa ada rekayasa ataupun jawaban yang dibuat-
buat oleh subjek.
4.1.3. Wawancara
Penulis membuat janji serta menyampaikan tujuan wawancara
dilakukan, setelah itu melakukan proses wawancara pada subjek I,II, dan III.
Sebelum melakukan wawancara penulis meminta ijin terlebih untuk
menggunakan alat perekam berupa handphone selama proses wawancara
berlangsung untuk merekam informasi. Penulis juga menggunakan kamera
foto untuk mendokumentasikan aktifitas selama proses wawancara yang juga
telah memperoleh ijin dari subjek yang bersangkutan.
Wawancara pertama kali dilakukan dengan subjek I, berlangsung pada
hari Sabtu, 3 November 2012. Subjek merupakan ketua SARU (Salatiga
Reggae United) yang berprofesi sebagai wartawan suatu koran di wilayah
Salatiga. Subjek merupakan mantan pengguna mariyuana yang sudah 6 tahun
berhenti. Wawancara ini diadakan di rumah subjek di Salatiga. Subjek I
memberikan informasi yang sangat lengkap serta sempat memberikan
masukan-masukan kepada penulis mengenai mariyuana. Hal ini sangat
21
membantu penulis untuk mengumpulkan data dan memperbaiki cara
wawancara penulis.
Berikutnya, wawancara dilakukan dengan subjek II yang berlangsung
pada hari Minggu, 4 November 2012. Subjek juga merupakan anggota dari
SARU. Subjek dahulu merupakan pemakai dan sempat menjadi pengedar
bahkan sempat masuk penjara 2 kali. Subjek sempat memakai mariyuana
selama hampir 10 tahun dan telah berhenti memakai selama 6 tahun. Subjek
yang kedua cukup aktif dalam proses wawancara. Subjek banyak memberikan
informasi mengenai mariyuana tanpa ditanyai terlebih dahulu sehingga
pewawancara mendapatkan informasi yang lengkap.
Wawancara yag terakhir dilakukan pada hari minggu, 11 November
2012 kepada subjek yang III. Subjek ini merupakan salah satu perempuan
yang sempat mengkonsumsi mariyuana selama 1tahun. Subjek bekerja
sebagai sekretaris dan menjadi anggota SARU juga. Subjek memang sudah
tidak memakai mariyuana hampir 3 tahun tetapi merupakan pecandu alkohol
sampai sekarang. Subjek yang ketiga memberikan informasi secara to the
point dan menjawab sesuai pertanyaan saja, kurang ada pengembangan.
Tetapi subjek tetap memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan
Proses wawancara berpedoman pada pedoman wawancara yang sudah
dipersiapkan penulis, pedoman wawancara dapat membantu penulis tetap
fokus pada pokok permasalahan yang ditanyakan.
22
4.2. INTERPRETASI DATA
4.2.1. Subjek I
a. Identitas subjek
Nama : AD
Asal : Salatiga
Usia : 28 tahun
Profesi : Wartawan
Pendidikan akhir : S1 FISIPOL
Status : Menikah
b. Latar belakang subjek
AD merupakan seorang wartawan surat kabar di Salatiga. AD
merupakan anak kedua dari 3 bersaudara yang ayahnya seorang polisi. AD
tumbuh dan perkembang dari keluarga yang cukup harmonis dan penuh
kasih sayang. Sayangnya hal itu tidak menjamin AD untuk tidak
terjerumus ke narkoba. AD berpendapat ia memakai mariyuana untuk
memuaskan keingintahuannya. AD merasa ini adalah proses hidup yang
memang harus dijalaninya. AD mempunyai prinsip lebih baik merasakan
sendiri daripada tahu dari orang lain.
AD mulai mengenal mariyuana atau gelek pada saat duduk kelas 1
SMA di Salatiga. Awal mulanya mengenal mariyuana ketika kakak
kelasnya di SMA meminta uang untuk membeli mariyuana. Karena
keseganan dengan kakak kelas, AD mengikuti kemauan kakak kelasnya.
Setelah itu AD sering diajak untuk memakai mariyuana ramai-ramai
23
dengan kakak kelasnya. Pada saat SMA, AD mengaku hanya sebagai
pemakai pasif yang artinya menggunakan mariyuana kalau kakak kelasnya
mengajaknya.
Mulai saat memasuki kuliah, AD mulai meningkatkan frekuensi
dan intensitas penggunaan mariyuana meningkat. Salah satu faktor adalah
bertambahnya pergaulan AD di kampus dan di komunitas reggae sehingga
mempunyai koneksi untuk mendapatkan mariyuana lebih mudah.
Sayangnya, dengan mudahnya AD mendapat mariyuana, membuatnya
berurusan dengan pihak kepolisian di tahun 2005.
Setelah itu pada tahun 2006, AD memutuskan untuk berhenti
memakai ataupun menyetok mariyuana. Sudah hampir 6 tahun berhenti
memakai, AD sangat menikmati hidupnya sekarang sebagai wartawan
sesuai cita-citanya.
c. Analisis data subjek I
Hasil wawancara terhadap subjek I, dapat diketahui mengenai
dampak-dampak mariyuana bagi mantan pengguna mariyuana.
1) Dampak-dampak yang muncul setelah tidak menggunakan
mariyuana
Pada awal menggunakan mariyuana, subjek merasakan ada
suatu adaptasi tubuh yang aneh. Keanehan yang muncul lebih pada
dampak fisik penggunaan mariyuana. Selain itu ada perasaan takut
karena ada hal yang terjadi di tubuh yang tidak biasa dirasakan seperti
halnya merokok.
24
“Awalnya terasa takut karena gejolak tubuh yang dirasakan
terasa aneh.” (A15)
Subjek juga merasakan adanya dampak –dampak lain seperti
dampak fisik dan psikologis. Dampak fisik yang dialami seperti tubuh
serasa kering sehingga seperti dehidrasi. Sedangkan dampak
psikologis, subjek merasakan tubuh menjadi ringan tetapi untuk
bergerak terasa malas dan berat.
“Ini pengalaman pertama sehingga tubuh melakukan
adaptasi dengan zat – zat yang baru.mungkin kalau rokok lebih
ringan daripada ganja. Saya merasakan tubuh menjadi sangat dingin,
menjadi rileks tetapi untuk bergerak itu berat. Saya merasakan seperti
dehidrasi dan tubuh rasanya kering.merasakan kehausan yang
sangat.”(A17)
Pada saat berhenti menggunakan mariyuana ada dampak-
dampak yang terjadi. Subjek menjelaskan memang tidak terlalu
mencolok dampak-dampak yang dialaminya.
“Kalau fisik saya tidak merasa dampak yang signifikan.
Mungkin karena penggunaan mariyuana hampir sama dengan
rokok,jadi lebih pada pernafasan. Sedangkan faktor psikis tidak
terlalu jauh berbeda saat saya menggunakan mariyuana” (A30).
“Saya merasa lebih nyaman. Saya juga merasakan
imajinasinya lebih hidup serta saya lebih punya banyak waktu untuk
25
lebih produktif. Saya lebih bisa membaca, menulis, bermain dengan
anak. Intinya pikir saya tidak terkuras di ganja.”(A37)
“Secara detail saya tidak tahu. Tetapi yang saya rasakan
tidak ada masalah. Dari pernafasan memang agak berat karena saya
banyak merokok” (A38)
2) Dampak lain yang muncul setelah tidak menggunakan
mariyuana
Ternyata ada dampak atau permasalahan lain yang muncul.
Subjek merasakan bukan dampak fisik atau psikis yang utama tetapi
dampak sosial. Dampak atau permasalahan ini yang dirasakan hal
yang paling berat daripada dampak yang lain. Pandangan masyarakat
awam terhadap mantan pengguna mariyuana masih negatif dan belum
bisa percaya sepenuhnya bahwa subjek telah berhenti sebagai
pengguna.
“Sebenarnya lebih pada faktor sosial. Dulu saat masih
menggunakan mariyuana, saya lebih suka menyendiri di kamar. Saat
saya berhenti saya lebih open minded” (A30)
“Pertama, dari faktor keamanan saya tidak ada beban,
faktor lingkungan sosial saya tidak bermasalah. Terkadang ada
stigma dari masyarakat yang membuat kita paranoid tetapi saya
dapat menjaga itu sehingga tidak tergoda.”(A37)
Dampak sosial ini tentu akan mempengaruhi subjek dalam
menjalankan kehidupannya setelah menjadi mantan pengguna
26
mariyuana. Subjek berusaha untuk menangani permasalahan sosial
tersebut dengan mengalihkan ke kegiatan yang lebih baik dan disukai
misalnya bekerja, menghabiskan waktu dengan orang terdekat,
melakukan hobi.
“Saya lebih open minded atau lebih terbuka pada
lingkungan. Saya kembali berorganisasi, kembali berpolitik karena
saya suka hal itu, kembali bergaul. Saya kembali mencari pacar
menurut saya relationship itu sangat penting. Dulu saat saya
menggunakan gelek saya tidak berpikir untuk menjalin suatu
hubungan karena menurut saya buat apa bergaul jika pakai gelek saja
sudah bisa senang. Tetapi secara psikis, saya butuh
pendamping.”(A31)
“Tentu godaan itu sangat banyak, apalagi saya pernah
merasakan enaknya. Saya juga pernah merasakan tidak enaknya yaitu
berurusan dengan polisi dan bermasalah dengan orang tua. Jadi saya
menjaga komitmen diri saya demi orang tua saya,keluarga saya
khususnya anak saya dan istri saya.”(A 35)
“Saya banyak meluangkan waktu untuk keluarga serta
pekerjaan saya. Pekerjaan saya sekarang ini cukup menyita waktu,
pikiran, serta fisik saya.” (A36)
27
4.2.2. Subjek II
a. Identitas subjek
Nama : BY
Asal : Salatiga
Usia : 33 tahun
Profesi : EO (event organizer)
Pendidikan akhir : SMA
Status : Menikah
b. Latar belakang subjek
BY merupakan anak sulung dari 2 bersaudara. Ayahnya seorang
wirausaha. BY memang berasal dari keluarga yang broken home sehingga
sempat menjadikan mariyuana salah satu pelariannya untuk mencari
kedamaian hidup.
BY mulai mengenal mariyuana secara langsung saat masih duduk
di bangku SMP kelas 2. Awal mulanya BY berkunjung ke Bekasi yang
merupakan tempat saudaranya. Di sana BY mendapatkan teman yang
memperkenalkannya dengan mariyuana. Saat itu BY bertempat tinggal di
Yogyakarta. BY mulai memakai mariyuana sebenarnya tidak ada paksaan
dari siapapun tetapi karena rasa penasaran yang muncul.
Saat di Bekasi,BY hanya menggunakan sebagai pengguna pasif.
Setelah pindah ke Salatiga dan bertemu seorang teman, BY mulai rutin
menggunakan mariyuana. Pada waktu itu mariyuana masih belum terkenal
dan masih sulit di Salatiga sehingga BY memakai apabila ada stok saja.
28
Intensitas pemakaian mulai sering pada saat di Yogyakarta. Tidak
dipungkiri setiap BY berada di satu komunitas, maka pasti ada yang
memakai mariyuana.
Mulai di SMA kelas 2, BY mulai aktif tidak hanya menggunakan
tetapi juga mengedarkan di tahun 1994/1995. BY sempat menjadi pecandu
sekitar 3 sampai 4 tahun lamanya. BY mempunyai pergaulan yang cukup
luas tidak hanya di Salatiga tetapi di Yogyakarta sehingga mempunyai
koneksi yang cukup banyak. Selain itu memang pergaulannya sebagian
besar dari orang-orang yang berlatarbelakang keluarga yang berantakan.
Teman-temannya pun suka menggunakan mariyuana walau bukan sebagai
pecandu berat. Dari hal tersebut, membuat BY harus berurusan dengan
pihak kepolisian.
BY harus berurusan dengan polisi bahkan sempat masuk penjara
sebanyak 2kali. Pertama kalinya BY tertangkap di Yogyakarta. Ia didakwa
1 tahun penjara tetapi menjalani hukuman selama 8 bulan kurungan.
Selang 6 bulan setelah keluar dari penjara, BY tertangkap lagi di
Yogyakarta. Pada dakwaan kedua BY dikenakan 11 bulan kurungan dari 2
tahun kurungan. Pada tahun 2005, BY pindah di Salatiga dan masih
menggunakan mariyuana tetapi sudah tidak sebagai pengedar.
Sekitar 2006, BY memutuskan untuk berhenti total sampai
sekarang. Faktor utama BY berhenti adalah ketika ibunya meninggal. Ada
yang bilang ibunya meninggal karena terlalu memikirkan BY yang sampai
dipenjara. Mulai saat itu BY memutuskan berhenti sebagai pemakai.
29
c. Analisis data subjek II
Hasil wawancara terhadap subjek II, dapat diketahui mengenai
dampak-dampak mariyuana bagi mantan pengguna mariyuana.
1) Dampak-dampak yang muncul setelah tidak menggunakan
mariyuana
Subjek II saat menggunakan mariyuana pada awalnya
merasakan dampak-dampaknya. Pada saat awal mencoba, subjek
mengalami batuk-batuk karena merokok mariyuana berbeda dengan
rokok biasa.
“Batuk – batuk. Hal itu mungkin karena baru pertama
kalinya dan belum terbiasa.” (B13)
Mariyuana apabila dipakai terus menerusakan memberikan
dampak psikologis juga. Salah satu dampak yang muncul adalah
adanya perasaan rileks. Subjek menjelaskan bahwa saat menggunakan
mariyuana seolah – olah tidak ada masalah.
“Saya merasa seperti di dunia lain. Seolah – olah hidup tidak
ada masalah. Slow saja.” (B18)
“Mungkin fisik tidak terlalu. Saya merasakan dampak psikis
yaitu saya kalau menanggapi masalah terlalu santai, easy going. Sifat
itu pun masih terbawa sampai sekarang jadi yang terlalu santai.”
(B29)
Setelah memutuskan berhenti menggunakan mariyuana,
muncul beberapa permasalahan. Subjek mengalami permasalahan atau
30
dampak pada fisiknya yaitu pernafasan sedikit terganggu. Dampak
pada pernafasan ini juga didukung jumlah rokok yang banyak sebagai
pelampiasan setelah tidak menggunakan mariyuana.
“Kalau secara fisik tidak terlalu nampak. Soalnya saya juga
perokok berat sehingga nafasnya juga pendek-pendek.” (B 40)
Subjek mengalami dampak lain tidak hanya dampak fisik
yaitu dampak psikologis. Dampak ini dialami subjek pada satu tahun
awal saat berhenti menggunakan mariyuana. Subjek merasakan
ketakutan dan menjadi tertutup terutama kepada masyarakat awam
yang tidak menggunakan mariyuana.
“Hanya pada awalnya ada rasa paranoid, takut, dan tertutup
dengan orang di luar komunitas, tetapi setelah itu biasa saja. Itu
terjadi pada setahun awal berhenti saja.” (B 41)
2) Permasalahan lain yang muncul setelah tidak menggunakan
mariyuana
Subjek II merasakan permasalahan sosial pada satu tahun
awal tidak menggunakan mariyuana. Subjek mengalami kesulitan
berinteraksi dengan orang awam di luar komunitas. Hal ini
disebabkan karena belum bisanya orang awam menerima mantan
pengguna narkoba khususnya mariyuana. Adanya paradigma dari
masyarakat membuat subjek merasakan kesulitan untuk
bersosialisasi.
31
“Pada awal 1 tahun setelah berhenti memakai mariyuana,
saya sulit untuk berinteraksi dengan orang umum. Mungkin
karena saya sudah di black list dan di cap sebagai pengguna,
mereka cenderung jaga jarak untuk berinteraksi dengan saya.”
(B 35)
“Setahun setelah berhenti, jarang berkomunikasi dengan
orang. Saya juga sulit berinteraksi dengan orang – orang awam
yang tidak tahu atau tidak menggunakan mariyuana. Setelah satu
tahun, saya bisa berinteraksi dengan baik.” (B37)
4.2.3. Subjek III
a. Identitas subjek
Nama : NL
Asal : Salatiga
Usia : 31 tahun
Profesi : karyawan swasta
Pendidikan akhir : S1 Ekonomi Akuntansi
Status : Belum menikah
b. Latar belakang subjek
NL adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Ayah dan ibunya
merupakan mantan karyawan Damatex Salatiga. Keluarga NL merupakan
keluarga yang baik dan sangat memperhatikan anak-anaknya. Hal ini
32
ditunjukkan dengan orang tuanya yang mampu menguliahkan NL di Solo
sampai menjadi sarjana.
NL awalnya hanya mengetahui mariyuana dari simbol-simbol daun
lima jari. Pada saat kuliah, NL pun belum tahu bentuk mariyuana secara
langsung. Setelah lulus dan bekerja di Salatiga, ada teman yang memakai
dan akhirnya tahu bentuk mariyuana secara langsung. Pada tahun 2007
sebenarnya NL sudah mulai tahu tentang mariyuana tetapi tidak tertarik
dan lebih sering merokok serta mengkonsumsi alkohol saja.
Pada awal tahu, NL tidak terlalu tertarik untuk langsung
menggunakan mariyuana dan hanya melihat teman yang memakai saja. NL
hanya sharing saja dengan teman-teman pemakai mengenai bagaimana
rasa dan efeknya saja. Kemudian beberapa lama kemudian,NL mulai
mencoba karena penasaran. Rasa penasaran itu muncul dari hasil opini
teman-teman yang sangat menikmati mariyuana.
Mulai tahun 2009, NL sudah mulai sering memakai mariyuana. NL
menggunakan mariyuana tidak secara kontinue. Biasanya memakai 1-2
kali dalam satu bulan. NL menyatakan hanya sebagai pemakai dan bukan
pecandu karena NL lebih mencandu alkohol. Frekuensi pemakaian
mariyuana sempat meningkat pada awal 2010. Hal ini didukung dengan
koneksi teman-teman yang cukup banyak terutama di Solo. NL lebih
sering memakai mariyuana di kota Solo.
Pada pertengah tahun 2010, NL mulai mengurangi frekuensi
penggunaan mariyuana. Di tahun yang samapun akhirnya NL memutuskan
33
untuk berhenti. Akhir tahun 2010,NL berhenti memakai mariyuana sampai
saat ini. Faktor yang membuat NL berhenti lebih pada dorongan internal.
Ada perasaan takut yang NL rasakan melihat teman-teman yang menjadi
pecandu dan harus berurusan dengan pihak kepolisian.
Setelah NL berhenti memakai mariyuana, maka lebih sering
mengkonsumsi alkohol. Menurut NL mengkonsumsi mariyuana dan
alkohol sama-sama memberi efek pusing tetapi lebih aman alkohol dari
segi keamanannya. Walaupun masih ada tawaran-tawaran untuk memakai
mariyuana,NL menolak untuk menggunakan lagi.
c. Analisis data subjek III
Hasil wawancara terhadap subjek III, dapat diketahui mengenai
dampak-dampak mariyuana bagi mantan pengguna mariyuana.
1) Dampak-dampak yang muncul setelah tidak menggunakan
mariyuana
Dampak awal penggunaan mariyuana, subjek merasakan
pusing. Timbulnya rasa pusing itu karena bau khas yang ditimbulkan
mariyuana saat dibakar. Efek pusing ini yang menimbulkan rasa mual
dan ingin muntah.
“Pusing. Menurut saya baunya membuat saya pusing pada
awalnya. Saya merasa kaget awal pemakaiannya istilahnya di
tembak.” (N13)
“Saya merasa ingin muntah. Pada saat itu saya juga minum
beer mungkin bawaan pusing itu jadi ingin muntah.”(N 15)
34
“Pusing tapi awal penggunaan saja setelah itu biasa.” (N24)
Saat intensitas penggunaan mariyuana meningkat efek
psikologisnya pun semakin dirasakan subjek. Dampak psikologis
timbul seperti rasa malas sehingga badan serasa berat untuk
berkegiatan.
“Yang saya rasakan itu bawaannya jadi males. Badan untuk
berkegiatan tidak enerjik dan memang cenderung jadi malas. Sering
bengong saja.” (N21)
“Ya, bawaannya jadi males. Pengennya diam.” (N23)
Setelah memutuskan untuk berhenti menggunakan
mariyuana, ada dampak-dampak positif yang dirasakan subjek. Dari
segi fisik, subjek merasakan badan menjadi lebih segar dan tidak
menjadi lemas seperti saat masih menggunakan mariyuana.
“Badan jadi seger. Badan juga tidak jadi lemes.” (N30)
Dampak psikologis juga dialami subjek pada saat berhenti
menggunakan mariyuana. Dampak psikologis yang muncul yaitu
kembalinya rasa semangat untuk melakukan suatu hal. Subjek
merasakan dampak yang lebih baik saat berhenti memakai mariyuana.
“Jadi semangat lagi melakukan sesuatu hal. Yang pasti saya
merasa lebih enak.” (N31)
35
2) Permasalahan lain yang muncul setelah tidak menggunakan
mariyuana
Subjek tidak merasakan dampak-dampak lain atau
permasalahan setelah memutuskan untuk berhenti. Subjek mengatakan
bahwa setelah berhenti ada perasaan aman dari rasa takut terutama
takut berurusan dengan hukum.
“Ada perasaan takut apabila seperti teman – teman yang
jadi pecandu. Saya juga berpikir akibat yang timbul apalagi
berurusan dengan polisi. Saat saya berhenti menggunakan mariyuana
saya jadi merasa lebih tenang dari segi keamanan.” (N26)
4.3. PEMBAHASAN
Dari hasil wawancara dengan subjek I,II, dan III terlihat bahwa ada
beberapa dampak yang dirasakan setelah tidak menggunakan mariyuana.
Dampak-dampak ini dapat berupa dampakpositif maupun negatif yang dirasakan
subjek tersebut. Setelah penggunaan mariyuana dihentikan ada dampak fisik yang
dirasakan,secara psikologis, keamanan, dan sosial bagi mantan penggunanya.
Salah satu dampak yang ditimbulkan akibat pernah menghisap mariyuana
adalah adanya gangguan fisik. Bagi mantan pengguna yang telah menghisap
mariyuana selama 18 bulan akan ada pengaruh pada otak dan kesehatannya
(Powelson, dalam Wilson Nadeak, 1978). Adanya gangguan ginjal dan limpa
serta kurangnya konsentrasi juga dirasakan mantan pengguna mariyuana (Jones,
dalam Nadeak,1978). Subjek I,II, dan III mengatakan bahwa dampak fisik setelah
tidak menggunakan tidak jauh berbeda dengan saat menggunakan mariyuana.
36
Subjek I dan II menyatakan pernafasan yang dirasakan memang berat dan
pendek-pendek. Ada gangguan dipernafasan bagi mantan pengguna mariyuana.
Hal ini sesuai dengan temuan dari Moore,et,al (2004) bahwa penghisap mariyuana
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kesehatan pernafasan seperti
batuk-batuk tiap hari, produksi lendir yang berlebihan serta sangat rentan
terserang penyakit pernafasan.
Subjek III lebih merasakan dampak positif yang terjadi pada tubuhnya saat
berhenti menghisap mariyuana. Subjek menyatakan setelah tidak menggunakan
mariyuana, badan terasa lebih segar. Saat masih menggunakan mariyuana
biasanya badan terasa lemas dan kurang produktif. Setelah berhenti menggunakan
mariyuana subjek cenderung segar.
Dampak lain seperti yang diungkapkan Silverstein (dalam Nadeak, 1978)
bahwa ada kerusakan gigi dan gusi yang lebih banyak ditemukan dikalangan
pemakai mariyuana. Pada awal putus obat biasanya akan muncul gejala seperti
insomnia, hiperaktif, nafsu makan berkurang, mengalami psikosomatis seperti
migran bahkan pusing berkali-kali (Joshua Tobing dan Udut Hutabarat, 2009;
Budney, dkk dalam Kalat, 2010). Hasil wawancara dengan ketiga subjek
menyatakan tidak mengalami hal tersebut, bahkan subjek III menyatakan badan
menjadi lebih segar dan bersemangat. Dampak-dampak fisik yang dialami subjek
penelitian mempengaruhi pula psikisnya.
Dampak psikologis yang disebabkan mariyuana bagi mantan
penggunanya, antara lain adanya ilusi seolah-olah waktu berjalan sangat lambat,
bahkan menimbulkan kerusakan memori dan kemampuan kognitif (Kalat, 2010).
37
Dampak tersebut langsung cukup lama bahkan bagi yang sudah putus obat.
Mantan pengguna akan berangsur-angsur mengalami pemulihan memori serta
ilusi dan halusinasi juga berkurang (Pope,Grober, Hudson, Huestis, dan Yurgelun-
Todd, dalam Kalat,2010). Adanya pemulihan secara psikologis juga dialami oleh
ketiga subjek penelitian. Secara psikologis, subjek mengalami dampak-dampak
yang terjadi setelah tidak memakai mariyuana.
Pada awal putus obat, Subjek I dan II sempat merasakan paranoid,perasaan
yang tidak jelas, dan ketakutan khususnya kepada lingkungan dan orang-orang
diluar komunitasnya. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Tennant dan Groesbeck
(dalam Nadaek, 1978) bahwa ada perasaan kacau, dan ketakutan kepada suatu hal
yang mungkin tidak terjadi. Tingkat ketakutan yang dialami mantan pengguna
mariyuana tidak sebesar halusinasi yang dialami pada saat masih menggunakan
mariyuana.
Subjek I menyatakan tidak terlalu merasakan dampak psikologis yang
signifikan dibandingkan saat menggunakan mariyuana. Saat berhenti, subjek
merasakan imajinasinya lebih hidup dan dalam berkarya juga dirasa lebih
produktif. Subjek dapat bekerja dengan semangat karena pikirannya tidak tersita
pada mariyuana saja. Sedangkan pada subjek III juga merasakan lebih
bersemangat lagi dalam melakukan aktifitas dibanding saat sebagai pengguna.
Ada perubahan psikologis secara positif saat berhenti menggunakan mariyuana.
Berdasarkan temuan di lapangan, subjek ternyata tidak hanya mengalami dampak
fisik dan psikologis saja tetapi ada permasalahan lain yang dialami subjek.
38
Dampak yang dirasakan subjek selain dampak yang telah dibahas di atas
adalah dampak sosial. Dampak sosial ini lebih pada penarikkan diri mantan
pengguna mariyuana. Budney, dkk (dalam Kalat, 2010) berpendapat apabila
seseorang telah berhenti menggunakan mariyuana, maka akan ada gejala
penarikan diri walaupun tidak separah gejala penarikan diri pada opiat. Gejala
penarikan diri ini disebabkan adanya ketakutan dan keraguan mantan pengguna
terhadap lingkungan sekitar terutama orang awam yang tidak mengenal
mariyuana.
Subjek merasakan bahwa ketakutan itu muncul akibat paradigma
masyarakat terhadap mantan pengguna narkoba. Subjek I dan II mengalami
ketakutan terhadap penerimaan dan pandangan masyarakat kepadanya. Cap
negatif dari masyarakat pada awalnya sangat terasa. Hal itu menyebabkan subjel I
dan II sempat tertutup, jarang berkomunikasi dan menjaga jarak dengan orang di
luar komunitasnya. Gejala tersebut hanya berlangsung pada satu tahun awal saat
berhenti menggunakan mariyuana.
Penerimaan dan penghargaan dari masyarakat sekitar terhadap mantan
pengguna mariyuana sangat diperlukan untuk menambah rasa percaya diri
mantan. Penerimaan yang baik akan membuat mantan merasa ada kesempatan
untuk memperbaiki diri dan lebih open minded secara positif. Dukungan dari
orang-orang disekitarnya juga mampu membuat mantan pengguna ini berkarya
lebih baik tanpa harus kembali menggunakan narkoba khususnya mariyuana.
Perlu adanya suatu program pencegahan agar tidak banyak generasi muda
khususnya yang menggunakan mariyuana.
39
Salah satu program pencegahan narkoba terutama mariyuana adalah
dengan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah menengah. Layanan
BK tersebut dapat berupa layanan bimbingan pribadi. Adanya program
pencegahan narkoba akan mampu menangkal maraknya penggunaan narkoba
dikalangan anak muda khususnya usia pelajar.
Layanan BK pribadi merupakan merupakan layanan bimbingan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah pribadinya. Permasalahan yang
tergolong masalah pribadi adalah masalah yang berhubungan dengan konflik diri
sendiri bahkan bisa merupakan konflik antar keinginan mencoba narkoba dengan
efek yang akan dialami saat menggunakan narkoba maupun sesudahnya.
Layanan BK untuk pencegahan ini dapat berupa klasikal maupun
kelompok. Penyusunan program ini perlu menggunakan metode dan media yang
kreatif. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa antusias untuk mengikuti layanan
BK pribadi terutama untuk meningkatkan harga diri siswa.
Dalam penyampaian layanan BK pribadi terutama mengenai pencegahan
penggunaan narkoba khususnya mariyuana dapat dibagi menjadi 4 topik. Topik
tersebut antara lain informasi mengenai pengertian mariyuana, bentuk-bentuk
mariyuana, dampak penggunaan mariyuana, serta dampak setelah tidak
mengkonsumsi mariyuana.
Kegiatan pencegahan narkoba khususnya mariyuana dapat berupa
kegiatan-kegiatan klasikal seperti seminar, talkshow, ataupun diberikan ditiap-tiap
kelas. Dukungan media yang kreatif akan membuat siswa antusias dan dapat
40
mengena tujuannya yaitu memberikan informasi mengenai bahaya narkoba.
Selain kegiatan klasikal, ada juga kegiatan secara berkelompok.
Layanan BK secara berkelompok dapat berupa bimbingan kelompok
ataupun bimbingan teman sebaya (peer group). Siswa dapat dibuat menjadi
beberapa kelompok sesuai kebutuhan dan identifikasi permasalahannya.
Bimbingan kelompok dapat disajikan secara berkala dengan berbagai teknik yang
bisa membuat siswa tertarik dan antusias mengikuti kegiatan. Adanya antusiasme
serta perhatian siswa maka tujuan yang dibuat dapat dicapai.
Satuan layanan Bimbingan dan Konseling perlu diberikan kepada mantan
pengguna narkoba terutama untuk mencegah agar mantan pengguna mariyuana
tidak mencoba kembali memakai. Selain itu untuk membantu mantan pengguna
mariyuana kembali bermasyarakat dengan normal. Hal itu perlu karena mantan
pengguna pada awal berhenti merasa paranoid terhadap pandangan masyarakat.
Mantan pengguna merasa bahwa masyarakat sudah memberikan stereotipe buruk
kepada pengguna sehingga membuat mantan pengguna kesulitan untuk
bermasyarakat.
Topik yang dapat diberikan adalah konsep diri. Konsep diri merupakan
semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart
dan Sundeen dalam Keliat,1992). Mantan pengguna perlu menanamkan konsep
diri yang positif agar dapat berhubungan dengan lingkungan secara positif.