BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Masyarakat Desa Huluduotamo Secara khusus masyarakat yang ada di Desa Huluduotamo Kecamatan Suwawa Induk adalah masyarakat yang terbilang majemuk kalau dilihat secara vertikal struktur masyarakat yang ada di daerah ini memiliki perbedaan dari berbagai segi. Perbedaan tersebut dapat dilihat baik dari tingkat ekonomi serta strata pendidikan dimana terdiri dari masyarakat lapisan bawah. Pada masyarakat lapisan atas terdiri dari masyarakat berpendidikan memadai serta tingkat ekonomi yang terbilang cukup sedangkan masyarakat lapisan bawah merupakan masyarakat yang masih tertinggal dari segi pendidikan maupun ekonominya. Perbedaan itu berpengaruh pula pada pola hidup dan pandangan hidup (kepercayaan) masyarakat, hal ini menimbulkan pengaruh budaya yang di miliki masyarakat tersebut. Seperti halnya masyarakat lain disekitarnya, masyarakat Desa Huluduotamo juga mempunyai adat dan kebudayaan yang masih diupayakan untuk dipertahankan, salah satu budaya yang dimiliki oleh masyarakat Desa Huluduotamo adalah perkawinan secara adat. Adat perkawinan merupakan salah satu budaya yang dimiliki oleh masyarakat Desa Huluduotamo yang perlu dijaga kelestariannya. Sejalan dengan perubahan sosial, ekonomi, politik dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti sekarang ini memungkinkan terjadinya perubahan dan pergeseran terhadap nilai-nilai budaya tradisional (daerah) seperti pada

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Masyarakat Desa Huluduotamo

Secara khusus masyarakat yang ada di Desa Huluduotamo Kecamatan

Suwawa Induk adalah masyarakat yang terbilang majemuk kalau dilihat secara

vertikal struktur masyarakat yang ada di daerah ini memiliki perbedaan dari

berbagai segi. Perbedaan tersebut dapat dilihat baik dari tingkat ekonomi serta

strata pendidikan dimana terdiri dari masyarakat lapisan bawah. Pada masyarakat

lapisan atas terdiri dari masyarakat berpendidikan memadai serta tingkat ekonomi

yang terbilang cukup sedangkan masyarakat lapisan bawah merupakan

masyarakat yang masih tertinggal dari segi pendidikan maupun ekonominya.

Perbedaan itu berpengaruh pula pada pola hidup dan pandangan hidup

(kepercayaan) masyarakat, hal ini menimbulkan pengaruh budaya yang di miliki

masyarakat tersebut. Seperti halnya masyarakat lain disekitarnya, masyarakat

Desa Huluduotamo juga mempunyai adat dan kebudayaan yang masih diupayakan

untuk dipertahankan, salah satu budaya yang dimiliki oleh masyarakat Desa

Huluduotamo adalah perkawinan secara adat.

Adat perkawinan merupakan salah satu budaya yang dimiliki oleh

masyarakat Desa Huluduotamo yang perlu dijaga kelestariannya. Sejalan dengan

perubahan sosial, ekonomi, politik dan perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi seperti sekarang ini memungkinkan terjadinya perubahan dan

pergeseran terhadap nilai-nilai budaya tradisional (daerah) seperti pada

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

dari luar. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi dikhawatirkan membawa

dampak yang mengubah pandangan masyarakat dan pada akhirnya akan

melupakan budaya leluhur khususnya generasi muda sebagai pewaris budaya

tersebut.

4.1.2 Sejarah Singkat Desa Huluduotamo

Desa Huluduotamo dahulunya masih menjadi satu dengan Desa Bube,

karena begitu luasnya Desa Bube maka di adakan pemekaran, bagian dari Desa

Bube yang di mekarkan di beri nama Desa Huluduotamo yang kemudian di

resmikan pada tahun 1985 kepala desanya yaitu Bapak Atuaji.

Adapun nama Desa Huluduotamo yang berarti Bukit yang memanjang,

yang bernama Huluduo yang berarti bukit yang memanjang dan berbatasan

dengan Desa Moutong Kecamatan Kabila yang berada di sebuah dataran yang

bernama dataran Paya.

Apapun kata Otama adalah suatu tempat yang mana air yang terkumpul

menjadi satu di bawah kaki bukit. Huluduo, yang akhirnya dipakai untuk

pengairan persawahan.

Jadi Desa Huluduotamo terdiri dari dua suku kata Huluduo adalah bukit

yang memanjang, Otama adalah air yang terkumpul menjadi satu, maka dua suku

kata tersebut di rangkaikan menjadi satu suku kata yaitu Huluduotamo.

4.1.3 Letak Geografis

Kebijakan sektoral pembangunan di Kabupaten Bone Bolango di arahkan

untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat di

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

segala lapisan secara merata, serta meletakkan landasan yang kuat untuk tahap

pembangunan selanjutnya. Sehingga kedepan pelaksanaan pembangunan di Desa

Huluduotamo dapat benar-benar mencerminkan keterpaduan dan keserasian antar

program-program sektoral, dengan demikian sumber-sumber potensi daerah dapat

dioptimalkan pemanfaatannya dan dapat di kembangkan secara merata.

Pelaksanaan pembangunan tentunya tidak terlepas dari upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, hal ini berkaitan dengan kondisi ekonomi dan

kemakmuran masyarakatnya. Di lihat dari tingkat ekonomi masyarakat, maka

pertumbuhan dan perkembangan kecamatan akan sangat berpengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangan desa yang ada di sekitarnya.

Desa Huluduotamo yang secara struktural merupakan Ibukota Kecamatan

Suwawa, secara geografis Desa Huluduotamo terletak di tengah-tengah pedesaan

di wilayah Kecamatan Suwawa, memiliki potensi yang cukup strategis dengan

luas wilayah 93 Ha yang terbagi menjadi 3 dusun, yakni : Dusun Harapan, Teratai

dan Tabuliti dengan perbatasan wilayah sebagai berikut :

Utara : Berbatasan dengan Desa Ulanta

Barat : Berbatasan dengan Desa Moutong

Selatan : Berbatasan dengan Desa Helumo

Timur : Berbatasan dengan Desa Duano

Desa Huluduotamo Kecamatan Suwawa yang merupakan daerah otonom

desa dengan jumlah penduduk 655 jiwa yang terdiri dari 327 jiwa penduduk laki-

laki dan 328 jiwa penduduk perempuan dan terdiri dari 171 kepala keluarga.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Potensi Desa Huluduotamo cukup besar, baik potensi yang sudah di

manfaatkan maupun yang belum di manfaatkan secara maksimal. Potensi yang

ada baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya perlu terus di gali

dan di kembangkan untuk kemakmuran masyarakat secara umum.

4.1.4 Keadaan Penduduk

Desa Huluduotamo secara struktural merupakan Ibu kota Kecamatan

Suwawa yang terletak di tengah-tengah pedesaan di wilayah Kecamatan Suwawa

terbagi dalam 3 Dusun yaitu Dusun Harapan, Dusun Teratai, Dusun Tabuliti. Pada

aspek demografis, Desa Huluduotamo memiliki penduduk sejumlah 655 Jiwa.

Dengan jumlah penduduk perdusun adalah Dusun Harapan yakni 288 jiwa,

kemudian Dusun Teratai sejumlah 170 jiwa, dan Dusun Tabuliti sejumlah 197

Jiwa.

Dari jumlah penduduk di atas maka dapat di kategorikan berdasarkan

jumlah penduduk antar dusun seperti dalam tabel berikut:

Tabel 1 : Jumlah Penduduk Antar Dusun, Tahun 2012

No Dusun

Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Harapan 155 133 288

2 Teratai 82 88 170

3 Tabuliti 90 107 197

Jumlah 327 328 655

Sumber data : kantor Desa Huluduotamo Tahun 2012

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

4.1.5 Keadaan Sosial Desa

Kondisi sosial budaya masyarakat di tunjukkan masih rendahnya kualitas

dari sebagian SDM masyarakat di Desa Huluduotamo, serta cenderung masih

kuatnya budaya paternalistik. Meskipun demikian pola budaya seperti ini dapat di

kembangkan sebagai kekuatan dalam pembangunan yang bersifat mobilisasi

masa. Di samping itu masyarakat Desa Huluduotamo yang cenderung memiliki

sifat ekspretif, agamis dan terbuka dapat di manfaatkan sebagai pendorong budaya

transparansi dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksnaan

pembangunan. Munculnya masalah kemiskinan, ketenaga kerjaan dan perburuhan

menyangkut pendapatan, status pemanfaatan lahan pada fasilitas umum

menunjukkan masih adanya kelemahan pemahaman masyarakat terhadap hukum

yang ada saat ini. Kondisi ini akan dapat menjadi pemicu timbulnya benih

kecemburuan sosial dan sengketa yang berkepanjangan jika tidak di selesaikan

sejak dini.

4.1.6 Keadaan Pendidikan

Desa Huluduotamo dalam penyelenggaraan pendidikan saat ini cukup

bagus, hal ini di tunjukkan dengan minimnya jumlah penduduk buta huruf.

Sedangkan sarana pendidikan formal kurang memadai dalam rangka

meningkatkan kualitas peserta didik, pemerintah desa Huluduotamo beserta warga

masyarakat kurang memperhatikan peningkatan sarana pendidikan. Hal ini dapat

berakibat pada timbulnya pengangguran yang akan berdampak pada timbulnya

menurunnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan pada desa.

Dalam kondisi seperti ini pemerintah desa harus mampu mengatasi persoalan-

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

persoalan yang mungkin akan timbul yaitu dengan mengadakan program-program

pemberdayaan melalui kerjasama dengan pemerintah kabupaten Bone-bolango

dan pemerintah Desa Huluduotamo perlu menyiapkan berbagai strategi kegiatan

yang sinersis atau kerjasama dengan semua institusi atau komponen baik

pemerintah maupun swasta sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing.

Berikut ini tabel dari tingkat pendidikan penduduk

Tabel 2 : Tingkat Pendidikan Penduduk

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan

Usia 3-6 tahun yang belum

masuk TK

173 orang 10 orang

Usia 3-6 tahun yang sedang TK

/ play group

4 orang 6 orang

Usia 7-18 tahun yang sedang

sekolah

60 orang 58 orang

Usia 18-56 tahun yang tidak

pernah sekolah

2 orang -

Tamat SD / sederajat 86 orang 69 orang

Jumlah usia 12-56 tahun tidak

tamat SLTP

- 1 orang

Tamat SMP / sederajat 15 orang 25 orang

Tamat SMA / sederajat 63 orang 55 orang

Tamat S1 / sederajat 10 orang 18 orang

Jumlah 413 orang 242 orang

Jumlah total 655 orang

Sumber Data : Kantor Desa Huluduotamo, Tahun 2012

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Berdasarkan data tersebut di atas, maka jumlah penduduk yang tamat SD /

sederajat lebih besar jumlahnya di bandingkan dengan yang tamat SMP /

sederajat, SMA / sederajat dan Perguruan Tinggi. Hal ini dapat di tarik

kesimpulan bahwa penduduk Desa Huluduotamo masih banyak yang tidak peduli

terhadap keberlanjutan pendidikan ke arah yang lebih tinggi.

4.1.7 Agama

Tabel 3 : Agama

Agama Laki-Laki Perempuan

Islam 323 orang 323 orang

Kristen 4 orang 5 orang

Jumlah 327 orang 328 Orang

Sumber Data : Kantor Desa Huluduotamo, Tahun 2012

Berdasarkan tabel di atas tersebut bahwa masyarakat Desa Huluduotamo

yaitu mayoritas agama Islam dengan jumlah 323 laki-laki dan 323 perempuan,

dan untuk beragama kristen laki-laki berjumlah 4 orang dan perempuan 5 orang.

4.1.8 Kondisi Ekonomi Objek Penelitian

4.1.8.1 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4 : Mata Pencaharian Pokok

Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan

Petani 87 orang -

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Pegawai Negeri Sipil 12 orang 13 orang

Pedagang Keliling 3 orang 3 orang

Peternak 83 orang -

Montir 2 orang -

Pembantu Rumah Tangga - 1 orang

TNI 1 orang -

POLRI 2 orang -

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 3 orang -

Pengusaha kecil dan menengah 1 orang -

Dukun Kampung Terlatih - 1 orang

Jumlah Total Penduduk 212 orang

Sumber Data : Kantor Desa Huluduotamo, tahun 2012

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari jumlah total 655 jiwa yang ada

di Desa Huluduotamo sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai

petani dengan jumlah 87 orang dan peternak dengan jumlah 83 orang dan

sebagian masyarakat Desa Huluduotamo yang tidak tercantum sebagian adalah

anak-anak, pelajar, mahasiswa, pengangguran dan lain-lain.

4.1.8.2 Keadaan Ekonomi Desa Huluduotamo

Perekonomian Desa Huluduotamo secara umum di dominasi pada sektor

pertanian yang sistem pengelolaannya masih sangat tradisional (pengolahan

lahan, pola tanam maupun pemilihan komoditas produk pertaniannya). Produk

pertanian desa Huluduotamo untuk lahan basah (sawah) masih monoton pada

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

unggulan padi dan sedikit palawija, hal ini di akibatkan adanya struktur tanah

yang mungkin belum tepat untuk produk unggulan pertanian di luar sentra padi

dan persoalan mendasar lainnya adalah sistem pengairan yang kurang baik.

Sehingga berdampak adanya kekurangan air jika pada saat musim kemarau. Oleh

karenanya harus ada langkah strategis dalam mengatasi persoalan pertanian

dengan melakukan berbagai upaya-upaya : perbaikan sistem irigasi/pengairan ;

penggunaan teknologi tepat guna ; perbaikan pola tanam dan pemilihan komoditas

alternatif dengan mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak terkait (dinas

pengairan, dinas pertanian). Sedangkan untuk lahan kering (tegal) produk

unggulan masih di dominasi oleh tanaman tebu, di samping itu masih banyak

lahan yang belum termanfaatkan secara produktif untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat. Langkah alternatif yang bisa di lakukan untuk

mengatasi hal tersebut adalah melakukan penyuluhan-penyuluhan untuk

meningkatkan pemanfaatan lahan seperti : pengadaan bibit-bibit tanaman

produktif dengan melibatkan instasi terkait (dinas kehutanan, dinas pertanian dan

perkebunan).

Pertahanan : luas wilayah pertahanan yang ada adalah + 2206 ha dengan

rincian status dan penggunaannya sebagai berikut:

Tabel 5 : Penggunaan Lahan Pertanian

NO Jenis Tanaman Luas (Ha)

1. Tanaman Padi 10 H

2. Tanaman Jagung 30 H

Hasil per ha 8.000.000

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Biaya Pemupukan per ha 704.000

Biaya bibit per ha 540.000

Biaya obat per ha 500.000

Sumber Data: Kantor Desa Huluduotamo

Sesuai dengan data dari penduduk berdasarkan pekerjaan bahwa sebagian

besar masyarakat yang bermata pencaharian petani dengan 2 jenis tanaman

pertanian yaitu tanaman padi dengan luas 10 H dan tanaman jagung dengan luas

30 H yang paling banyak di tanam oleh masyarakat Desa Huluduotamo.

4.2 Pembahasan

4.2.8 Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Adat Perkawinan Gorontalo

Pernikahan adalah kewajiban yang harus di laksanakan oleh dua insan

yang berbeda jenis, selain itu dalam pernikahan harus menggunakan tahapan-

tahapan yang di tentukan. Perkawinan dianggap suci, agung, bahagia, dan

berkesan. Itu sebabnya makna perkawinan harus dirasakan oleh kedua mempelai.

Mereka tidak boleh menganggap bahwa perkawinan itu mudah, gampang dan

karena itu pula gampang untuk bercerai. Menurut adat, perkawinan secara ideal

hanya bercerai karena meninggal. Adat berharap agar pasangan suami istri akan

kekal, hidup rukun dan damai seperti yang tampak dalam nasehat (palebohu) yang

ditujukan kepada pasangan suami istri pada waktu mereka duduk dipelaminan.

Proses perkawinan itu tidak hanya sekali jadi ia melewati tahap-tahap yang

disebut proses perkawinan (lenggota lo nika). Tahap proses perkawinan bukan

dibuat untuk memperlama atau mempersulit perkawinan, tetapi semata-mata

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

bertujuan agar kedua calon suami istri dapat merasakan apa makna perkawinan

yang ditandai oleh perjuangan dan kerja keras.

1. Tahap Mongilalo

Tahap pertama adlah tahap mongilalo (meninjau). Pada tahapan ini dua

pasangan (biasanya laki dan istri) di utus kerumah calon pengantin perempuan.

Tahap ini penting untuk menentukan, apakah calon pengantin (=kekasih sang

pria) dapat dikawinin atau tidak. Pasangan suami istri tadi biasanya bertemu

ketetangga calon pengantin. Hal itu penting juga karena gadis zaman dahulu

biasanya di pingit, tidak mudah keluar rumah. Karena dipingit maka kadang-

kadang perjumpaan antara gadis dan jejaka hampir-hampir tidak pernah ada.

Karena itu perlu sekali mongilalo (meninjau) tersebut.

Tahapan mongilalo bertujuan mengetahui sikap dan peranggai sang gadis.

Ada tiga faktor yang menentukan langkah-langkah selanjutnya. Ketiga hal itu

adalah:

a. Sikapnya

b. Cara berpakaian

c. Kegiatannya ketika diadakan peninjauan tersebut.

Dahulu peninjauan itu dihubungkan dengan keadaan alam sekitar. Jika

dalam peninjauan itu sang gadis sedang duduk atau berdiri menghadap timur dan

utara, hal itu dinandakan bahwa sang gadis tersebut bersikap baik. Lebih baik lagi

kalau si gadis kebetulan menghadap para peninjau, seperti itu menandakan bahwa

perkawinan akan bahagia. Sebaliknya kalau gadis tersebut menghadap kearah

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

barat atau selatan, menandakan bahwa gadis tersebut sebaliknya jangan di kawin

karena hal itu telah menandakan kesialan.

Hal yang perlu dilihat dari cara berpakaian misalnya cara menata rambut

dan berpakaian. Kalau gadis itu ditemukan dalam keadaan rambut terurai

menandakan bahwa gadis tersebut pemalas, mengurus diripun tak mampu, bila

baju yang dipainya harus diperhatikan pula, apakah kombinasi warna sesuai atau

tidak. Kombinasi baju sesuai dengan keadaan kulit gadis. Kalau tidak hal itu

menandakan bahwa gadis tersebut kurang teliti, tidak terampil, dan tidak cakak

mengurus diri.

Selanjutnya hal yang berhubungan dengan kegiatan yakni apabila gadis itu

bekerja atau tidak. Kalau gadis tersebut dijumpai sedang tidur sedangkan

peninjauan dilaksanakan setelah azhar, itu menandakan bahwa gadis itu pemalas.

Demikian pula kalau gadis itu didapati hanya mencari kutu sambil menghadap

jalan. Sebab hal itu menandakan bahwa gadis itu bersifat suka menggunjing

(momite), suka membuang-buang waktu. Yang paling tidak disukai yakni, kalau

sang gadis didapati sedang bekerja dan memakai baju yang serasi serta

menghadap kearah timur atau utara.

Apa yang diutarakan diatas sebagiannya telah ditinggalkan orang zaman

sekarang, namun hal yang berhubungan dengan kegiatan dianggap sangat

menentukan. Hal ini terbukti dengan nasehat seorang ibu terhadap anaknya seperti

diutarakan diatas dan juga ada anjuran untuk mencari orang yang banyak

kegiatannya, banyak karya pololohelo taa okaraja (carilah orang yang mempunyai

karya atau pekerjaan).

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Acara mongilalo (meninjau) kini telah ditinggalkan karena sigadis dan si

jejaka sudah sering bertemu dan bahkan sudah selalu diizinkan keluar bersama-

sama. Dengan demikian, baik si gadis maupun si jejaka sudah mengetahui lebih

dahulu sifat dan perangai bakal suami atau istri.

Kalau si peninjau merasa yakni bahwa gadis tersebut baik untuk dikawini

maka mereka melaporkan hasil peninjauan tersebut, kepada orangtua laki-laki.

Laporan tersebut yang dijadikan dasar untuk melaksanakan peminangan atau

tidak. Kalau laporan peninjauan baik,maka dilaksanakan tahap berikut yakni tahap

mohabari (mencari berita).1

2. Tahap Mohabari

Tahap mohabari dilakukan oleh kedua orangtua laki-laki secara rahasia

kepada orangtua perempuan. Kedatangan merekapun tidak diberitahukan kepada

orangtua perempuan karena kunjungan ini merupakan kunjungan tidsk resmi,

tetapi yang paling penting karena merupakan kunjungan awal untuk menentukan

segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan perkawinan.

Pada tahap mohabari ini kedua orangtua hanya membawa sirih, pinang,

gambir, tembakau, dam kapur yang dibungkus dengan dua kain yang polos indah

serta tapahula yang berisikan 10 kati. Setelah mereka tiba dirumah sang gadis,

mereka memberi salam yang tentu akan di undang masuk dan dipersilahkan

duduk diatas tikar (dahulu belum ada kursi seperti sekarang). Mereka segera

meminta tempat sirih pinang (poamama). Sirih pinang yang mereka bawah diisi

1 Medi Botutihe. Tata upacara adat gorontalo. Gorontalo, 2003. Hal. 98

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

dalam tempatnya. Baik orangtua laki-laki maupun orangtua perempuan. Makanlah

sirih pinag bersama-sama.

Setelah mereka makan sirih maka orangtua laki-laki menyampaikan isi

hati dengan kata-kata sebagai berikut:

a. Wonu ito (kepada orangtua si gadis) tahu-tahu iintani, de amiaatia taa

mameqiyangomai (kalau bapak/ibu memiliki intan, biarlah kami yang

membentuknya menjadi cincin);

b. Wonu ito opolohungo, de amiaatia taa lalaaita ma meqibuhuto (kalau

bapak/ibu memelihara bunga hias, bairlah kami yang akan menyirainya,

selalu);

c. Wonu ito bia-biahe burungi; de amiaatia ta maa hemopoqaami (kalau

bapak/ibu) memelihara burung, biarlah kami yang akan memeliharanya,

memberinya makan).

Kata-kata intan, iintani, polohungo, bunga hias dan dan kata burung hanya

merupakan simbol belaka. Kata iintani menandakan bahwa orangtua si gadis yang

dihadapi adalah raja, kata polohungo menandakan orangtua gadis yang dihadapi

adalah rakyat biasa. Pada waktu dahulu, pada masa pemerintah raja-raja, wuku

Gorontalo mengenal golongan penduduk yakni : A. Olanggiya (raja) dan

keluarganya. B. Wali-wali (bangsawan). C. Wato (budak).

Mendengar kata-kata seperti yang diuraikan diatas, ayah (orangtua) si

gadis berkata: „‟amiaatia mohile maqapu‟‟. Wonu maali amiaatia donggo

moqoota-awapo wolo u ngaalaqa. Sababu bo donggo to delomo ombongo walao

ta duulato, dobo toqu maa yilumualai ode dunia, tio ma loali walao ta daadaata

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

(kami minta maaf. Kalau dapat kami bermusyawarah lebih dahulu dengan

keluarga. Sebab dalam ketika masih berada di dalam kandungan, anak itu adalah

anak kami berdua, tetapi setelah lahir maka anak itu sudah merupakan milik

keluarga). Dari jawaban ini perkawinan bukan saja urusan si gadis dan si jejaka,

bukan saja urusan orangtua kedua belah pihak, tetapi menjadi kurusan seluruh

keluarga bahkan umum.2

3. Tahapan Momatata U Pilo’otawa

Pihak laki-laki mencari penghubung (ti utoliya). 3 hari kemudian si utoliya

kembali ke rumah orangtua perempuan dengan membawa amanat denganembawa

alamat dari kedua orangtua laki-laki. Si utoliya hanya membawa selembar kain

yang indah yang di isi dalam tapahula dan tonggu. Tahap ini di sebut tahapan

momatata u pilo‟otawa (meminta ketegasan).

Kedatangan utoliya di tunggu oleh kedua orangtua si gadis dengan

keluarga terdekat karena sifatnya masih merupakan rahasia. Setelah di persilahkan

duduk „‟amiaatia INSYA ALLAH loqotapu izini lonto Allahu Taqaala u mai

mototalua wolo mongowutata wau mongodulaqa. Amiaatia loqotapu hihile lonto

oli (di sebut namanya dengan nama sapaannya) u mei peqihabarialio maqo

heeluma li (di sebut nama orangtua laki-laki) to ombongi mongolio‟‟. Artinya :

(insya allah kami beroleh izin allah untuk berjmpa dengan saudara-saudara dan

bapak/ibu disini. Kami beroleh permintaan dari bapak........ untuk datang kesini

memohonan kabar tentang permufakatan antara bapak dan ibu.... dan bapak......

mengenai anak anda yang akan direncanakan akan di jadikan menantu mereka”.

2 Ibid. Hal. 102

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Orang tua perempuan menjawab : botiitieli da bolo bilo-bilohulo wau

molameta yiyintu lemei..... wau lilei.... (disebut nama orang tua laki-laki dengan

sapaannya) yi ma moali ooliamai dequ polelemai diaalu, de wolua, polelemai

woluo de diaahu, artinya “dikatakan tidak ada padahal ada, dikatakan ada padahal

tidak ada”. Ini berarti permintaan pihak laki-laki disetujui.

Mendengar jawaban seperti itu, si utolia berkata ” allhamdulilah amiaatia

mosukuru, potala bolo woluwo umuru ito mohu-mohualia moali masahuru (kami

bersyukur dan berdoa semoga ada umur dan kita menyebarkan kabar perkawinan

ini pada orang banyak).3

4. Acara Motolobalango

Rombongn pihak laki-laki yang dipimpin oleh utolia (penghubung)

mendatangi rumah pihak perempuan. Si utolia dari pihak laki-laki disebut Utolia

Luntu dulungo laiqo dan di pihak perempuan disebut ti utolia luntu dulungo

walato. Mereka membawa sirih-pinang, tembakau, gambir, kapur, kain sutra indah

yang diisi ditapaula dan tonggu, mereka diterima oleh pihak keluarga permpuan.

Kedua belah pihak duduk beralaskan tikar atau permadani sambil duduk

berhadap-hadapan.4

5. Tahap Monga’ata Dalalo

Istilah monga‟ata dalalo disini yakni suatu rangkaian kegiatan yang

dilaksanakan sebelum hari perkawinan yang di maksud untuk meratakan proses

perkawinan. seperti telah dikatakan di atas bahwa tahap motolobalango (sama

3 Ibid. Hal. 109

4 Ibid. Hal. 115

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

dengan meminang) bermakna permintaan secara resmi dari pihak laki-laki kepada

pihak perempuan mengenai calon istri. Telah dijelaskan di atas bahwa persetujuan

telah ada ketika orangtua laki-laki telah bertamu ke rumah orangtua perempuan.

Persetujuan tersebut kemudian diresmikan pada tahap motolabalango di mana

hadir keluarga terdekat terutama pada pihak perempuan. Persetujuan ini diperluas

lagi secara resmi akan di saksikan oleh anak atau anak-saudara, pemerintah dan

pegawai syara. Persiapannya perlu usaha meratakan proses tersebut. Usaha

meratakan jalan tersebut yang di sebut monga‟ata dalalo.

Tahap monga‟ata dalalo rombongan si utoliya membawa (a) sirih, pinang

dan 5 macam (tembakau, sirih, pinang, gambir dan kapur), (b) 10 kati, (c) tonggu,

yang semuanya di bungkus pada kain yang indah kemudian di payungi. Orang

yang melihat bawaan seperti ini pasti akan mengetahui hal itu adalah simbol dan

rombongan sedang mengadakan apa yang di sebut tahap monga‟ata dalalo yang di

antar di kediaman pihak perempuan.5

6. Tahap Molenilo

Kata molenilo datang dari kata tenilo yakni alat yang dipergunakan untuk

mengalirkan atau menampung air pada sambungan rumah. Tenilo merupakan alat

penghubung antara bagian rumah dan bagian yang lain. Jadi molenilo berarti

menampung atau mengalirkan air dari 2 tahap bahagian rumah. Hal ini bermakna

bahwa molenilo menghubungkan antara kedua keluarga.

Yang di bawah pada tahapan molenilo adalah (a) seperangkat kain untuk

calon pengantin perempuan, sebagai lambang cinta kasih kasih kekasihnya yang

5 Ibid. Hal. 134

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

bakal menjadi suami, (b) tonggu, dan (c) sirih pinang. Acara di dahului oleh

pemberitahuan tentang kedatangan rombongan yang akan melaksanakan acara

tahap molenilo. Rombongan tetap di pimpin oleh si utoliya tadi. Rombongan

pihak laki-laki di sebut tetap terdiri dari keluarga terdekat pihak laki-laki. Mereka

datang tanpa di iringi bunyi-bunyian.

Rombongan pihak laki-laki di tunggu oleh keluarga terdekat dari pihak

perempuan. Mereka belum boleh mengundang pemerintah dan pegawai sya‟riah

sebab acara ini baru pada tahap memantapkan hubungan antara keluarga laki-laki

dan keluarga perempuan.

Pertemuan di laksanakan secara kekeluargaan tanpa kata-kata yang puitis

sudah jelas si utoliyo menyampaikan bingkisan tersebut dengan kata-kata yang

tersusun baik, demikian pula si utoliya dari pihak perempuan akan menggunakan

kata dan kalimat yang baik. Dalam setiap pertemuan dalam proses perkawinan,

tonggu yang akan lebih dahulu di serahkan sebagai petanda bahwa acara segera di

mulai. Kalau tonggu telah di terima si otoliya dari pihak laki-laki dengan leluasa

menyampaikan amanat yang mereka bawa.

Seperangkat kain tentu saja di teruskan kepada calon pengantin

perempuan, sirih pinang menjadi bagian mereka yang hadir. Sebelum rombongan

pihak laki-laki kembali maka segera di beritahukan kapan tahap momuo nagango

membuka maksud kepada keluarga, pemerintah dan pegawai syara yang akan di

laksanakan.6

6 Ibid. Hal. 138

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

7. Tahap Momu’o Ngango

Rombongan kola-kola dari pihak keluarga laki-laki, turun 25 meter dari

pintu masuk pintu rumah orangtua perempuan, atau rumah tempat menunggu

untuk pelaksanaan acara tersebut. Si balaanga (penghubung), memberitahukan

kepada keluarga pihak perempuan bahwa perangkat Hu‟o Lo Ngango telah tiba.

Dengan di pimpin oleh Utoliya Luntu Dulungo Layi‟o, maka rombongan

berjalan perlahan-lahan, juga para pembawa baki, dengan urutan baki sirih pinang

di depan dan buah-buahan di belakang, berbanjar empat-empat dengan iringan

hantalo. Utoliya Walato, telah menunggu di depan pintu masuk (pintu gerbang

arkus), maka Utoliya Luntu Dulungo Layi‟o mengucapkan tuja‟i.

Acara momu‟o ngango atau modutu, adalah pengresmian / pengukuhan

secara umum, dengan di saksikan oleh pemerintah setempat, bahwa pesta

pernikahan akan berlangsung dengan waktu dekat. Pelaksanaan gemblengan,

kedua calon pengantin, untuk persiapan mereka memasuki gerbang perkawinan.7

8. Tahapan Modepita Maharu

Acara di dahului oleh pemberitahuan tentang kedatangan rombongan yang

akan melaksanakan adat Modepita Maharu. Rombongan tetap di pimpin oleh si

Utoliya, tanpa Hantalo. Setibanya di rumah pihak perempuan rombongan di

persilahkan duduk di atas tikar atau permadani. Di atas alas kain berhias, di

letakkan semua perlengkapan berupa benda-benda yang menjadi atribut adat,

sejumlah 13 macam. Tonggu di sodorkan sebagai tanda Utoliya Luntu Dulungo

Layi‟o akan memulai pembicaraan. Pembicaraan di mulai dengan maksud

7 Ibid. Hal. 142

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

kedatangan mereka sebagai mukaddimah, lalu di lanjutkan dengan mengundang

Utoliya dan orangtua perempuan yang akan menerimanya, kecuali Tonelo yang di

terima langsung oleh kedua orangtua perempuan / walinya. Selesai Utoliya Luntu

Dulungo Layi‟o, menyerahkan perangkat adat tersebut, pembicaraan di alihkan

pada penetapan hari untuk mengantar Dilanggato, atau perlengkapan di dapur

yang terdiri dari jenis-jenis rempah-rempah yang di pakai untuk mengolah

makanan pada hari H (pesta pernikahan). Acara di akhiri dengan minum teh teh /

kopi dan makan kue bersama, setelah itu Utoliya dan rombongan dari pihak laki-

laki kembali.

Acara adat Modepito Maharu, adalah merupakan inti pelaksanaan

perkawinan karena sesuai yang telah di syare‟atkan. Besar kecilnya Tonelo, di

serahkan pada kemampuan pihak laki-laki. Tonelo bukan saja berupa uang, tetapi

dapat juga berupa benda seperti sebidang sawah, pohon-pohon kelapa, Al-Qur‟an

dan sajadah dan lain-lain.8

9. Tahap Modepita Dilonggato

Acara Modepita Dilanggato, adalah penyempurnaan dari acara adat

sebelumnya yang menyangkut bahan-bahan persiapan konsumsi dan

pemberitahuan acara kesenian daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan adat

perkawinan. Dengan adanya Dilanggato bagian konsumsi sudah dapat mengetahui

kekurangan yang perlu di perbaiki untuk lancarnya pelaksanaan konsumsi pada

acara perkawinan.

8. Ibid. Hal. 154

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Dilonggato ialah bahan-bahan konsumsi lengkap untuk pesta pernikahan

yang di siapkan oleh keluarga calon pengantin pria kemudian di antarkan ke

rumah keluarga calon pengantin wanita pada saat H-2 atau H-1 atau bersamaan

dengan acara penghantaran adat harta pernikahan „dutu‟ apabila dutu tersebut di

laksanakan saat H-2 atau H-1.

Bahan konsumsi di paparkan di ruang belakang atau peralatan dapur terisi

benda piring dan di letakkan di atas baki, setiap baki @ 3 atau 4 piring sesuai

dengan pemaparan bahan hantaran adat pernikahan, maksudnya kalau dutu 3 baki

setiap jenis maka dilonggato 3 piring setiap 1 baki dan seterusnya.

Bahan dilonggato terdiri dari:

1. Beras

2. Ikan berupa sapi / kambing (tidak di paparkan)

3. Rica 3 atau 4 piring 1 baki

4. Tomat 3 atau 4 piring 1 baki

5. Bawang merah 3 atau 4 piring 1 baki

6. Lengkuas 3 atau 4 piring 1 baki

7. Serey 3 atau 4 piring 1 baki

8. Lemon nipis 3 atau 4 piring 1 baki

9. Garam 3 atau 4 piring 1 baki

10. Lombok 3 atau 4 piring 1 baki

11. Bawang putih 3 atau 4 piring 1 baki

12. Jahe / geraka 3 atau 4 piring 1 baki

13. Kunyit 3 atau 4 piring 1 baki

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

14. Pala 3 atau 4 piring 1 baki

15. Kayu manis 3 atau 4 piring 1 baki

16. Gintar 3 atau 4 piring 1 baki

17. Ketumbar 3 atau 4 piring 1 baki

18. Aneis (denggu-denggu) 3 atau 4 piring 1 baki

19. Lada 3 atau 4 piring 1 baki

20. Cingkeh 3 atau 4 piring 1 baki

21. Laksa 3 atau 4 piring 1 baki

22. Makaroni 3 atau 4 piring 1 baki

23. Bahan penyedap 3 atau 4 piring 1 baki

24. Minyak kelapa 3 atau 4 botol

25. Kue kering 3 atau 4 toples

26. Kopi 3 atau 4 bungkus

27. Teh 3 atau 4 bungkus

28. Gula 3 atau 4 Kg

29. Susu 3 atau 4 blek

30. Pepaya 3 atau 4 buah

31. Pisang 3 atau 4 sisir

32. Alat dapur (totalu‟o dan o‟aahu)

33. Kelapa sengearo (bode‟o) 3 atau 4 bungkus 1 piring

34. Kelapa biji 6 atau 8 buah

35. Kayu api 3 atau 4 ikat.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Utusan keluarga calon pengantin pria terdiri dari seorang kimalaha atau taa

uda‟a kalau pelaksanaannya secara biasa di sertai 2 orang ibu dan berapa orang

sikili atau remaja sebagai pembawa bahan dilonggato.

Setelah selesai di paparkan utusan calon pengantin pria mempersilahkan

kepada wakil keluarga calon pengantin wanita untuk memperhatikan dan

menerima adat dilonggato tersebut dengan ungkapan sebagai berikut:

Dilonggato maa hilandalo dilonggato sudah terpapar

Toduwolo ito mongilalo silahkan untuk memperhatikan

Potala maa odi-odiyalo mudah-mudahan sudah sesuai.

Di jawab oleh wakil keluarga calon pengantin wanita dengan kata-kata

sebagai berikut:

Eleponu didu ilolowalo biarlah kami tidak memperhatikan lagi

Debo maa odi-odiyalo sudah tepat dan sesuai.

Kemudian salah seorang ibu (juru masak) dari keluarga calon pengantin

wanita menyalin bahan-bahan tersebut dan membawanya masuk ke dapur. Para

pengantar di suguhi minum lalu pamit pulang.9

4.2.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Adat Perkawinan

Pelaksanaan adat perkawinan di Desa Huluduotamo sebagian besar masih

menggunakan Adat Gorontalo. Karena penduduk yang ada di Desa Huluduotamo

seluruhnya masih suku Gorontalo dan sebagian besar memeluk agama Islam dan

yang lainnya memeluk agama Kristen . Untuk itu ada semboyan yang selalu di

pegang oleh masyarakat Huluduotamo, yaitu „‟Adati hula-hula Sareate-sareati

9 Ibid. Hal. 162

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Hula-hula to Kitabullah‟‟ yang artinya, Adat Bersendikan Syara, Syara

Bersendikan Kitabullah. Pengaruh Islam menjadi hukum tidak tertulis di Desa

Huluduotamo sehingga mengatur segala kehidupan masyarakatnya dengan

bersendikan Islam. Prosesi pernikahan di laksanakan menurut Upacara adat yang

sesuai tahapan-tahapan atau Lenggota Lo Nikah.

Pernikahan adalah kewajiban yang harus di laksanakan oleh dua insan

yang berbeda jenis, selain itu dalam pernikahan harus menggunakan tahapan-

tahapan yang di tentukan. Yang menjadi tujuan utama dalam pernikahan ialah

memiliki keluarga sakina, mawada, warohma. Berdasarkan hasil wawancara

dengan bapak Amin Urusi ialah:

“Kalau untuk pernikahan setiap daerah punya adatnya sendiri,

maka kalau dilaksanakan pernikahan harus sesuai dengan adat yang

sudah ada supaya rumah tangga bisa mo jadi samawa, di samping

itu tujuannya mendapatkan keturunan.”10

Adat pernikahan merupakan salah satu ciri khas dari daerah itu sendiri,

sehingga adat pernikahan ini wajib di laksanakan, selain itu tujuan utama di

laksanakan adat ini adalah untuk memperbaiki rumah tangga yang sakina,

mawada, warohma dan juga untuk mendapatkan keturunan.

Namun dengan melihat perkembangan yang sudah modern maka untuk

pelaksanaan pernikahan menyesuaikan dengan perkembangan sekarang. Seperti

halnya yang di katakan oleh bapak Nani Pi‟inga:

“Kalau saya lihat anak muda sekarang yang sudah gaul sebagian

besar mereka itu sudah melupakan budaya dari nenek moyang kita,

pelaksanaan adat pernikahan yang dulu dengan sekarang so

10

Wawancara. Amin Urusi. 15 Maret 2013

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

berbeda padahal ini merupakan kebudayaan yang di wariskan

secara turun temurun.”11

Anak muda sekarang ini sudah tidak memperhatikan lagi adat warisan dari

nenek moyang dulu, mereka lebih mengutamakan perubahan-perubahan yang

sekarang tanpa melihat lagi adat yang sudah di jalankan sejak dulu.

Hal yang sama juga di sampaikan oleh bapak Edi Harun:

“Kalau mo di lihat pelaksanaan perkawinan skarang itu so tidak

menggunakan lagi pelaksanaan perkawinan yang memang

sebenarnya, rata-rata mereka tinggal menyesuaikan saja dengan

perkembangan zaman dan perkembangan masyarakat yang

sekarang, makanya adat yang memang sebenarnya yang memang

dari nenek moyang kita so mulai di lupakan”12

Generasi muda sekarang tidak dapat lagi melaksanakan adat yang

sebenarnya, karena anak muda sekarang ini sudah terpengaruh oleh

perkembangan zaman, jadi mereka tinggal menyesuaikan saja dengan adat yang

di jalankan sekarang. Sehingga adat Gorontalo yang ada di Desa Huluduotamo

kini mulai terlupakan.

Ada kekhawatiran tersendiri serta rasa pesimis dari segelintir orang

mengenai kejadian ini, seperti halnya bapak Dirwan Todolo yang mengemukakan

bahwa:

“Saya melihat pelaksanaan pernikahan sekarang ini memang so ada

perubahan, bagaimana tidak mo ada perubahan orang tua saja tidak

menggunakan adat yang sebenarnya apalagi generasi muda,

padahal kalau mo di bilang adat ini memang warisan dari nenek

11

Wawancara. Nani Pi’inga. 16 Maret 3013 12

Wawancara. Edi Harun. 25 Maret 2013

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

moyang kita yang dulu, dan adat tetap adat dan itu harus di

laksanakan”13

Jangankan generasi muda orangtua sekarang saja sudah tidak

menggunakan lagi adat yang sebenarnya, apalagi generasi muda. Padahal adat ini

merupakan warisan dari nenek moyang yang menjadi turun temurun yang

mempunyai nilai dan makna tersendiri.

“Sebenarnya sebuah perkawinan ini punya nilai yang sangat tinggi,

dan mungkin saja karena ada pengaruh besar dari luar maka

masyarakat terikut arus sehingga nilai ini mulai memudar”14

Semua tahap-tahap dalam perkawinan secara adat di Desa Huluduotamo

sebenarnya punya nilai sosial yang tinggi akan tetapi mungkin karena ada

pengaruh-pengaruh dari luar sehingga nilai-nilai itu sekarang sudah jarang di

perhatikan.

Dari hasil wawancara dapat di simpulkan bahwa di lokasi penelitian telah

terjadi pergeseran perkawinan secara adat. Adapun pergeseran pelaksanaan

upacara perkawinan secara adat di masyarakat Desa Huluduotamo tersebut telah

dapat terlihat dari sudah tidak dipakainya tahapan dalam prosesi perkawinan

sekarang yang sebenarnya mengandung nilai luhur yang bermanfaat seperti

modepita dilanggato. Tahapan penting yang ditinggalkan ini sebenarnya memiliki

nilai-nilai sosial kehidupan yang tinggi sehingga apabila di laksanakan maka akan

membawa dampak positif baik bagi kelangsungan hidup kedua mempelai yang

melakukan pernikahan maupun pihak sanak keluarga dan masyarakat sekitar.

Namun demikian di tengah makin merosotnya pamahaman tentang nilai-nilai adat

13

Wawancara. Dirwan Todolo. 1 April 2013 14

Wawancara. Suwardi Wartabone. 30 April 2013

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

tersebut, masih ada segelintir masyarakat yang merasa prihatin dengan kondisi ini.

Ada suatu kekhawatiran tersendiri bahwa lama-kelamaan nilai-nilai luhur yang

terkandung dalam upacara perkawinan secara adat akan lenyap sehingga di

butuhkan semacam upaya untuk tetap melestarikannya sehingga kelestarian serta

kemurnian adat dapat tetap terpelihara dengan baik.

4.2.3 Tingkat Ekonomi Masyarakat Pada Pelaksanaan Perkawinan

Pernikahan di anggap suci, agung, bahagia dan berkesan. Itu sebabnya

makna pernikahan harus dirasakan oleh kedua mempelai, mereka tidak boleh

menganggap bahwa pernikahan itu mudah, gampang dan karena itu pula gampang

untuk bercerai. Menurut adat pernikahan secara ideal hanya bercerai karena

meninggal. Adat berharap agar pasangan suami istri akan tetap kekal, hidup rukun

dan damai seperti yang tampak dalam nasihat (palebohu) yang di tujukan kepada

pasangan suami istri pada waktu mereka duduk di pelaminan. Untuk itulah proses

pernikahan itu hanya sekali jadi ia melewati tahap-tahap yang di sebut prose

pernikahan (lenggota lo nikah). Tahap proses pernikahan bukan di buat untuk

memperlama atau mempersulit pernikahan, tetapi semata-mata bertujuan agar

kedua calon suami istri dapat merasakan apa makna pernikahan yang di tandai

oleh perjuangan dan kerja keras.

Persoalan ekonomi merupakan persoalan yang sangat penting sehubungan

dengan kelangsungan hidup manusia. Dimana persoalan ini menyentuh langsung

dengan kehidupan masyarakat itu sendiri. Di dalam penggunaan kebutuhan hidup

terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat mendalam karena tidak semua

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik (layak) tetapi

disesuaikan dengan kemampuan dan status sosialnya seperti halnya Desa

Huluduotamo yang sebagian besar masyarakatnya merupakan masyarakat yang

tingkat ekonominya tergolong lemah dan merasa tidak mampu untuk

melaksanakan pernikahan dengan baik dan sempurna.

4.2.3.1 Pelaksanaan Perkawinan Bagi Masyarakat Yang Mampu

Dari hasil penelitian di lapangan bahwa masyarakat yang ada di Desa

Huluduotamo pada pelaksanaan perkawinan untuk masyarakat yang mampu

masih menggunakan adat yang sebenarnya yang sesuai dengan tahapan-tahapan

perkawinan. Hal ini seperti yang di katakan oleh Bapak Abdullah Mahmud selaku

pemangku adat yaitu:

“Kalo yang mampu ini kalo tahapan perkawinan pada mongilalo

masih tetap berlaku karena ini hak wali dari perempuan, artinya

mongilalo ini memperhatikan. Kalo yang mohabari masih sama

tetap masih menggunakan karena ini menentukan pada

pelaksanaan perkawinan, begitu juga dengan momatata u

pilo‟otawa masih tetap ada itu kalo ada acara perkawinan. Setelah

itu molenilo masih ada juga. Begitu juga pada tahapan yang lain

tetap masih ada itu, karena kan orang yang mampu orang yang

punya banyak kelebihan jadi tidak masalah pa dorang kalau

melaksanakan acara perkawinan yang sesuai dengan tahapan

perkawinan yang ada, karena ini juga adat yang musti di

jalankan.”15

Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa untuk masyarakat

yang mampu pastinya melalui tahapan-tahapan pelaksanaan perkawinan. Karena

semuanya membutuhkan biaya dan cukup banyak dan masyarakat yang mampu

dapat memenuhinya.

15

Wawancara. Abdullah Mahmud. 16 Juli 2013

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Hal yang sama juga di katakan oleh Bapak Ali Tune yakni :

“Io, masyarakat yang mampu itu masih menggunakan tahapan

mongilalo, itu kan memang perlu skali itu jadi masyarakat yang

mampu masih tetap menggunakan. Tahapan mohabari hampir sama

dengan mongilalo, yang mo dilia di mohabari itu biasanya

keturunan dari mana, keluarganya dari mana karena itu yang

penting dan itu yang menentukan, karena yang kita kawin itu yang

mo di lia dalam perkawinan itu yang perempuan yang di kawini itu

yang dia cantik, asal dari keluarga mana, dan punya akhlak yang

bagus atau tidak, agama, punya harta, tapi biasa harta itu tidak

begitu menunjang Cuma akhlak dan agama itu yang penting, jadi

alangkah baiknya itu semuanya mo di nilai. Karena itu memang

dalam agama itu yang kita kawini seperti yang saya katakan tadi.

Tahapan momatata u pilo‟otawa memang ada itu, karena memang

harus melalui tahapan ini, yang pertama musyawarah dulu,

musyawarah itu untuk mempertemukan artinya permintaan atau

persetujuan dari kedua belah pihak begitu, kalau misalnya

permintaan itu di setujui oleh kedua belah pihak maka itulah jadi

itu, dari musyawarah itu abis itu peminangan, peminangan itu antar

harta. Nah itulah tolobalango itu so itu peminangan, depe tahapan

selanjutnya itu. Monga‟ata dalalo tetap juga masih ada itu,

peminangan dengan antar harta itu, biasanya orang yang di atas itu

lebe dulu di laksanakan dari akad nikah, biasanya di ambil dari

jauh hari itu peminangan dan antar harta itu lain kali masih 1 bulan

sebelum hari H begitu. Tahap molenilo tetap saja masih

menggunakan. Tahap momu‟o ngango juga masih menggunakan.

Modepita maharu yang di dalamnya berisi hiasan-hiasan

perempuan, baju-baju perempuan, alat kosmetik pengantin

perempuan, ada cipu dan lain-lain, pokonya kalau orang yang

sanggup itu lengkap skali depe isi itu. Dilonggato ada dan tetap

masih ada mereka memang sempurnakan itu misalnya seperti

ongkos 50 juta dia antar dulu baru mereka mengantar konsumsi itu

3 hari sebelum hari H ada beras, ada sapi, ada rempah-rempah

genap dan pokoknya untuk alat masak di dapur semua.”16

Dari hasil wawancara di atas tetap saja masih menggunakan adat

perkawinan yang sebenarnya sampai pada masa sekarang, dan belum ada

16

Wawancara. Ali Tune. 16 Juli 2013

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

pergeseran atau perubahan baik dalam 1 tahapan perkawinan. seperti yang di

katakan oleh pemangku adat di Desa Huluduotamo ialah berikut:

“Yang kalau masyarakat mampu masih ada tahap mongilalo kan

yang mampu jadi samua adat ada, karena mongilalo itu kan mo lia

itu perempuan bagimana mo raba-raba bagitu. Tetap masih ada itu

kalau mohabari pada masyarakat yang mampu. Tetap ada

pelaksanaan momatata u pilo otawa alasannya kita selaku

pemangku adat mo hubungi orangtua yang mana di mana mo baku

tau akan. Tolobalango tetap juga masih ada karena kekuatannya itu

tolobalango. Monga‟ata dalalo itu tetapa ada juga, misalnya ada 4

emplop yang di dalamnya berisi uang. Lanjut yang molenilo masih

di pakai, yang membawa sirih, tonggu pinang itu tetap masih ada.

Momu‟o ngango itu tonggu lo adati. Antar harta dia antar waktu

dia modutu, mongaata dalalo dulu habis satu minggu tolobalango 2

minggu kemudian lagi mo dutu, baru mo dutu baru pelaksanaan

kawin. Modepita dilonggato, ada sapi, beras, rempah-rempah, ada

minyak, ada kelapa, ada kue lagi pokoknya samua kurang mo ba

rampah dorang di sana, laki-laki itu yang ba antar itu samua.”17

Tetap saja masih menggunakan adat yang sebenarnya baik dalam tahapan

mongilalo, mohabari, momatata u pilo‟otawa, motolobalango, monga‟ata dalalo,

molenilo, momu‟o ngango, modepita maharu, dan modepita dilonggato tetap saja

masyarakat di Desa Huluduotamo masih menggunakan adat tersebut.

Dari hasil penelitian saya di lapangan bahwa pada masyarakat Desa

Huluduotamo masih menggunakan adat yang sebenarnya dan itu belum adanya

pergeseran atau perubahan, namun semua ini berlaku pada masyarakat yang

mampu atau masyarakat yang status sosialnya tingkat atas.

4.2.3.2 Pelaksanaan Perkawinan Bagi Masyarakat Yang Kurang Mampu

Dari hasil penelitian di lapangan bahwa masyarakat yang ada di Desa

Huluduotamo pada pelaksanaan perkawinan untuk masyarakat yang kurang

17

Wawancara. Niko Kiayi. 17 Juli 2013

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

mampu sebagian masih menggunakan sesuai tahapan dan ada juga yang tidak

menggunakannya lagi. Hal ini seperti yang di katakan oleh Bapak Abdullah

Mahmud selaku pemangku adat, yaitu

“Kalo mongilalo tetap masih ada sampe sekarang itu, kalo yang

mohabari sama juga tetap masih saja berlaku, yang berikut

momatata u pilo‟otawa pelaksanaannya sudah sederhana

tergantung dari jumlah uang juga cuma pelaksanaannya masih

sederhana karena dorang pe dana hanya sedikit, kalo yang

motolobalango masih saja menggunakan tetapi hanya sederhana,

kalo yang monga‟ata dalalo so jarang di gunakan itu yang

masyarakat yang kurang mampu, yang intinya semua itu

tergantung dari kemampuan pihak laki-laki itu semua.”18

Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan untuk masyarakat kurang

mampu bahwa pada tahapan perkawinan masih sederhana, karena tergantung dari

kemampuan. Hal yang sama juga di sampaikan oleh Bapak Ali Tune, seperti :

“Mongilalo itu sama deng meraba-raba, perempuan ini bisa di

kawini atau tidak, mongilalo itu sama saja menilai perempuan ini

apa perempuan ini baik, punya akhlak yang baik, punya keturunan

yang bagaimana, itu namanya mongilalo itu. Tahapan mohabari

kalo yang masyarakat kurang mampu tetap masih ada juga itu,

kalau memang sama-sama sederhana saling pengertian saja. Kalo

tahapan momatata u pilo‟otawa macam peminangan memang

masih ada itu kalo masyarakat yang kurang mampu. Tahapan

selanjutnya tolobalango tetap masih menggunakan adat itu pada

masyarakat kurang mampu namanya kalu kawin melalui adat

semuanya menggunakan itu.Tetap masih ada juga tahap monga‟ata

dalalo cuman pelaksanaannya sederhana kan masyarakat yang

kurang mampu, kalau orang yang sederhana yang ingin artinya

tidak supaya satu kali acara artinya pembiayaan begitu supaya

tidak banyak kali pengeluaran, artinya mereka ambil satu kali pada

hari akad nikah waktu hari H nya itu. Masyarakat yang sederhana

pun tetap melaksanakan tahapan molenilo, dan sesuai kemampuan

dari pihak laki-laki. Namanya kalau orang kawin secara ada

walaupun hanya sederhana tetap masih menggunakan dan melalui

tahapan-tahapan perkawinan itu. Momu‟o ngango seperti antar

harta tetap ada pada masyarakat yang kurang mampu. Modepita

18

Wawancara. Abdullah Mahmud. 16 Juli 2013

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

maharu untuk masyarakat yang kurang mampu tetap ada hanya

saja ukuran dan isi dari maharu itu tidak lengkap, karena hanya

sesuai kemampuan mereka. Dilonggato untuk masyarakat kurang

mampu biasanya sudah di uangkan satu kali itu artinya sudah di

satukan dalam biaya ongkos.”19

Dari hasil wawancara di atas tahapan yang bergeser seperti tahapan

monga‟ata dalalo pada pelaksanaannya yang masih sederhana, tahapan molenilo

juga masih sederhana karena sesuai dengan kemampuan, modepita maharu

perubahan dalam bentuk ukuran dan isi dari maharu tersebut tidak lengkap karena

sesuai dengan kemampuan dan tahapan modepita dilonggato di mana untuk

bahan-bahan dapur sudah di uangkan yang sudah di satukan dalam biaya ongkos,

semua tahapan ini masih ada namun yang pelaksanaannya hanya sederhana saja

dan ukurannya yang berbeda.

Berikut hasil wawancara oleh Bapak Niko Kiayi selaku pemangku adat di

Desa Huluduotamo, yaitu:

“Yang kalau kurang mampu paling kurang akad nikah saja, kalau

yang kurang mampu dengan yang tidak mampu itu sama.

Pelaksanaan momatata u pilo‟otawa untuk masyarakat yang kurang

mampu sederhana depe pelaksanaan. Masyarakat yang kurang

mampu motolobalango masih ada, pokox yang sesuai dengan

kemampuan itu. Untuk monga‟ata dalalo itu emplop atau sedekah

cuman 1 saja. Modepita maharu itu so satu kali itu depe

pelaksanaan cuma di bikin satu hari itu. Yang kurang mampu so

tidak ada lagi modepita dilonggato alasannya karena orang lia ini

kasihan yang tidak mampu mo bekeng apa lagi ini, jadi so di

uangkan semua, umpamanya qt laki-laki kita antar kasana itu uang

yang 5 juta jadi so satu kali itu.”20

19

Wawancara. Ali Tune. 16 Juli 2013 20

Wawancara. Niko Kiayi. 17 Juli 2013

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Untuk masyarakat yang kurang mampu pelaksanannya masih saja

sederhana terkecuali untuk tahapan modepita dilonggato yang sudah bergeser atau

berubah karena sudah di uangkan di biaya ongkos.

Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan pada tahapan pelaksanaan

perkawinan di Desa Huluduotamo untuk masyarakat yang kurang mampu

pelaksanaannya masih ada namun ukurannya saja yang berbeda dan pelaksanaan

yang masih sederhana, adapula yang sudah bergeser seperti pada tahapan

modepita dilonggato di mana masyarakat sudah tidak menggunakannya lagi.

4.2.3.3 Pelaksanaan Perkawinan Bagi Masyarakat Yang Tidak Mampu

Adapun pelaksanaan perkawinan untuk masyarakat yang tidak mampu

yang pada prosesi pernikahannya sudah tidak menggunakan lagi adat yang

sebenarnya atau dalam pelaksanaannya yang masih sederhana, ini di karenakan

kurangnya dana atau kemampuan mereka belum mampu. Hal ini sesuai di

ungkapkan oleh bapak Abdullah Mahmud selaku pemangku adat, yaitu:

“Kalo yang mongilalo tetap saja masih menggunakan karena

tahapan ini artinya memperhatikan jadi memang masih ada ini

tahap mongilalo, berikut tahap mohabari sama masih ada itu di

Desa Huluduotamo, baru kalo yang momatata u pilo‟otawa sudah

tidak menggunakan lagi karena ini menggunakan dana yang cukup

banyak kasian masyarakat yang miskin kan dorang tidak ada

kelebihan, yang motolobalango masih ada itu cuman acaranya

hanya sekedar karena tergantung dari keuangan, paling banyak

sekarang itu sudah di laksanakan di kantor agama yang ada cuma

wali sekalian juga meringankan beban kepada kedua orang tua.

Deng pelaksanaan yang tidak mampu ini kasiang bo biasa-biasa,

bagi mereka itu asal depe anak so selamat kasana tidak penting

gaga atau tidak itu pesta yang penting so kaweng. Deng masih

banyak dari realita sekarang mereka itu so terburu-buru karena ada

kesalahan (hamil duluan) yang terjadi antara dua insan, apalagi so

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

zaman skarang anak-anak skarang beda dengan yang lalu-lalu, kalo

sekarang dorang salalu kaluar malam jadi banyak kesempatan

untuk pacaran, kalo lalu ini tidak ada ini anak-anak cewe mo

dapalia di jalan kalo malam-malam, sehingga kalo pelaksanaan

perkawinan sekarang itu so tidak lagi mengikuti tahapan

perkawinan yang seharusnya di lakukan.”21

Kebanyakan untuk masyarakat yang tidak mampu pelaksanaannya hanya

biasa-biasa yang sesuai dengan kecukupan mereka, dan ada juga mengambil

langkah yang cepat yaitu paling banyak untuk masyarakat tingkat bawah

melaksanakan perkawinan di laksanakaan di kantor agama dan yang hadir hanya

wali dengan tujuan meringankan beban kepada kedua orangtua mereka. Dan

sekarang banyak realita bahwa pelaksanaan perkawinan hanya terburu-buru di

akibatkan adanya terjadi kesalahan atau sudah hamil duluan, sehingga

pelaksanaan perkawinan sekarang sudah tidak mengikuti lagi pelaksanaan

perkawinan yang sebenarnya.

Berikut hasil wawancara dari Bapak Ali Tune yaitu:

“Masyarakat yang di bawah itu biasanya so tidak menggunakan,

ada juga yang so ta salah duluan itu lagi so tidak pake adat

mongilalo, mongilalo ini meraba-raba bagimana kalo so ta salah ini

biasanya orang yang menggunakan mongilalo ini orang yang blum

ta salah atau masih bae-bae, biasanya begitu. Tahapan mohabari

pada masyarakat yang tidak mampu tetap saja masih ada itu sampe

sekarang. Tetap masih ada itu pada tahapan momatata u pilo‟otawa

biar pada masyarakat yang tidak mampu tetap masih menggunakan

itu. Selanjutnya tolobalango tetap masih ada itu, masih

menggunakan terkecuali orang yang kawin sirih itu yang tidak

menggunakan hal-hal yang seperti itu. Monga‟ata dalalo tetap juga

masih ada, kalau masyarakat yang tidak mampu pelaksanaannya

hanya sederhana, biasanya kasian orang yang tidak mampu mereka

ambil satu kali itu sekalian dengan akad nikah dengan tujuan untuk

mengurangi biaya agar tidak banyak yang mo kaluar. Tahap

molenilo juga masih tetap ada, cuman pelaksanaannya tetap saja

21

Wawancara. Abdullah Mahmud. 16 Juli 2013

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

sederhana karena itu sesuai kemampuan dari pihak laki-laki. Yang

momu‟o ngango tetap ada juga namun pelaksanaannya juga masih

saja sederhana. Modepita maharu tetap ada juga namun isi dari

maharu itu hanya secukupnya sesuai kemampuan. Dilonggato

untuk ekonomi di bawah biasanya di uangkan satu kali itu dalam

ongkos misalnya 20 juta so di situ semua begitu.22

Untuk masyarakat yang tidak mampu pada pelaksanaan perkawinan untuk

tahapan mongilalo masih tetap ada, selanjutnya tahapan mohabari tetap saja masih

ada, momatata u pilo‟otawa juga masih di gunakan, untuk tolobalango masih tetap

ada, untuk monga‟ata dalalo, molenilo dan momu‟o ngango juga masih ada

namun pelaksanaannya hanya sederhana, modepita maharu juga ada namun isi

dari mahar hanya secukupnya sesuai dengan kemampuan dari pihak laki-laki,

selanjutnya modepita dilonggato sudah sekalian dengan biaya ongkos.

Berikut hasil wawancara dengan Bapak Niko Laiya:

“Yang tidak mampu juga bagitu kurang akad nikah saja tidak ada

pelaksanaannya itu berbeda-beda, bedanya yang tidak mampu

kasihan kurang langsung akad nikah saja. Begitu juga yang cuma

sederhana depe pelaksanaan momatata u pilo‟otawa. Begitu juga

masyarakat yang tidak mampu masih ada itu tolobalango cuma

sederhana juga depe pelaksanaan. Kalau motolobalango emplop itu

cuman 1, cuman ayahanda yang dapat itu. Begitu juga yang tidak

mampu dia so bekeng satu kali itu artinya 1 hari itu dia mo bekeng

itu pelaksanaan. So tidak lagi modepita dilonggato, samua itu

bahan-bahan dapur pada saat hari H itu so diuangkan semuanya.”23

Untuk masyarakat yang kurang mampu pelaksanaan perkawinannya hanya

se sederhana mungkin karena melihat status sosialnya yang masih di bawah,

sehingga pelaksanaan perkawinannya hanya akad nikah saja.

22

Wawancara. Ali Tune. 16 Juli 2013 23

Wawancara. Niko Kiayi. 17 Juli 2013

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Selanjutnya pergeseran atau perubahan pernikahan di lihat dari beberapa

segi tujuan, ekonomi, adat dan kesenian pada pelaksanaan dahulu hingga masa

kini menurut Bapak Rilli Abudi:

“Kalau mo dilihat dari segi tujuan dahulu orang yang melakukan

pernikahan karena mo kase banyak keturunan dan dorang pe

pegangan makin banyak anak makin banyak rezeki, sekalian

dengan hubungan keluarga tidak akan putus, sehingga banyak anak

yang nikah dengan keluarga saja, dan itu harta tidak akan terbagi

pa orang lain, kalau sekarang kan orang yang bekeng pernikahan

dengan di dasari oleh motivasi kebahagiaan dan lebih suka

memakai KB dan di masyarakat yang mampu juga itu sama itu

begitu juga yang tidak mampu dengan yang kurang mampu. Kalo

di lihat dari segi ekonomi waktu dulu biaya nikah dan mahar di

tentukan dengan benda-benda seperti tanah, pohon kelapa, sawah

atau ternak namun sekarang di tentukan dengan uang, semua

masyarakat itu sama begitu cuma yang bedanya di ukuran,

masyarakat yang mampu uangnya lebih banyak dan sebaliknya.

Trus di lihat dari segi adat dahulu itu adat dupito atau wo’opo

(seorang nenek tidur bersama dengan pengantin baru pada waktu

malam pertama pernikahan), dan kalo sekarang adat itu so hilang

di masyarakat yang mampu. Kurang mampu maupun tidak mampu

memang so ilang itu adat. Dari segi kesenian pengiring dahulu itu

acara di ramaikan dengan kesenian seperti sulunani dan buruda,

tapi kalau sekarang apa lagi sudah zaman modern di ramaikan

dengan band atau alat elektronika lainnya, kalo masyarakat yang

mampu ada itu biasa pake organ karna dorang bisa ba bayar tapi

kalau masyarakat yang kurang mampu biasa ada pake dan biasa

tidak ada, masyarakat yang tidak mampu tidak ada lagi begitu,

karena kasihan tidak ada biaya untuk ba bayar akan.”24

Dari hasil penelitian di lapangan dapat di simpulkan bahwa pelaksanaan

perkawinan pada masyarakat yang tidak mampu pelaksanaannya tidak terlalu

begitu mewah hanya ada sesederhana mungkin, karena dengan melihat tingkat

ekonomi yang masih di bawah dan status sosialnya pun masih di bawah.

24

Wawacara. Rilli Abudi. 17 Juli 2013

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

4.2.4 Pergeseran Tahapan Perkawinan Pada Modepita Dilanggato

Pergeseran atau perubahan nilai-nilai pada suatu daerah atau desa

merupakan salah satu faktor yang melanda satu kelompok masyarakat dan turun

temurun yang akan berpengaruh pada sistem nilai dan serta pola tingkah laku

kelompok masyarakat tertentu. Desa Huluduotamo merupakan salah satu desa

yang di pandang mengalami pergeseran nilai pernikahan secara adat, salah satu

pergeseran nilai adat pernikahan di Desa Huluduotamo yaitu Modepita

Dilonggato dimana modepita dilonggato ini merupakan satu adat yang sudah

mulai mengalami pergeseran. Masyarakat Desa Huluduotamo sudah tidak

menggunakan lagi Modepita Dilonggato, jadi di sini sangat jelas sekali bahwa

pelaksanaan adat pernikahan yang ada di Desa Huluduotamo sekarang ini sudah

terjadi perubahan atau pergeseran.

Berikut hasil wawancara dengan pemangku adat Desa Huluduotamo yaitu

bapak Niko Kiayi:

“Kalau modepita dilanggato kan berarti penghantaran harta,

dilanggato itu sekalian dengan harta uang, kalau zaman sekarang

pokoknya ada ba jalan dua-dua ini tolo-tolobalango lomao, dutu-

dutu lomao, nikah-nikah lomao, tapi penghantaran harta lagi satu

minggu pernikahan sebelumnya dia somo antar harta sekalian

dengan dilonggato itu, kalau yang dulu tolobalango dulu lalu dutu,

tolobalango dengan harta satu kali dutu dengan dilonggato. Jadi

untuk perubahannya sudah terjadi, ini ada dua tahapan ada yang

masih di bawah kasiank kalau pelaksanaan masyarakat yang di

bawah tolo-tolobalango loma‟o, dutu-dutu loma‟o, nikah-nikah

loma‟o, tapi satu minggu sebelumnya sudah di antar itu harta tapi

semua itu sudah di uangkan”.25

25

Wawancara Niko Kiayi. 5 April 2013

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Modepita dilonggato berarti penghantaran harta. Pelaksanaannya masih

tetap berjalan tapi semua tergantung dari kemampuan masyarakat, kalau untuk

yang dulu tolobalango dulu lalu dutu, tolobalango dengan harta satu kali dutu

dengan dilonggato. Kalau untuk pelaksanaannya sekarang tolo-tolobalango

lomao, dutu-dutu lomao, nikah-nikah lomao, tapi penghantaran harta lagi satu

minggu pernikahan sebelumnya di antar antar harta sekalian dengan dilonggato,

namun semua itu sudah di uangkan dari pihak laki-laki.

Hal yang sama di katakan oleh bapak Ali Tune,yaitu:

“Biasanya kalau misalnya zaman dahulu itu antar harta boleh satu

minggu sebelum pesta di antar dilanggato seperti rempah-rempah,

sapi semua itu sudah termasuk di situ, lalu kalau misalnya sudah

zaman sekarang itu sudah langsung itu biasanya cuman uang yang

di antar misalnya sekitar 10 juta di situ sudah dari pihak

perempuan yang atur itu, semua sudah termasuk beli rempah-

rempah, beli ikan, daging di siapkan perempuan semua itu. Semua

itu sesuai dengan persetujuan dari kedua belah pihak atau

persetujuan dari musyawarah. Kalo tanggapan saya tidak adanya

modepita dilanggato ini sebenarnya tidak boleh di tinggalkan itu

kalau kita kembalikan pada masa dulu itu harus di lestarikan

sekarang itu karena sekarang sudah mulai hilang skarang kan orang

sudah mengambil langsung.”26

Pelaksanaan perkawinan pada modepita dilonggato ini terdapat perbedaan

pelaksanaan dari yang zaman dahulu dengan sekarang. Perbedaannya kalau untuk

zaman dahulu pada pihak laki-laki mengantarkan dilonggato atau bahan-bahan

dapur yang sesuai dengan berapa hewannya di antarkan pada pihak perempuan.

Namun untuk pelaksanaan sekarang sudah di uangkan semuanya. Tapi semuanya

sesuai dengan persetujuan dari musyawarah kedua belah pihak. Namun sebagian

besar pada pelaksanaan pernikahan di Desa Huluduotamo dari hasil musyawarah

26

Wawancara Ali Tune. 15 April 2013

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

dari pihak laki-laki sudah di uangkan saja, jadi pihak perempuan yang mengatur

untuk bahan-bahan dapur.

“Dilonggato merupakan ongkos perkawinan misalnya uang yang di

bicarakan misalnya 20 juta kemudian ada beras, sapi dan bahan-

bahan dapur. Pelaksanaan modepita dilonggato di antar sesudah

pada acara peminangan dan dutu. Kalau untuk masyarakat yang

mampu pelaksanaannya sesuai dengan tahapan perkawinan dan

untuk masyarakat yang ekonominya di bawah pelaksanaannya

berbeda, dalam artian pelaksanaan perkawinan masyarakat di

bawah dan masyarakat di atas sama cuma perbedaannya dalam

bentuk dan ukurannya saja yang berbeda.”27

Dilonggato merupakan ongkos perkawinan, untuk prosesi adatnya tetap

ada cuman perbedaan pelaksanaan pada masyarakat tingkat atas dan tingkat

bawah ialah bentuk dan ukuran.

Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa pernikahan adat

Gorontalo yang ada di Desa Huluduotamo ini perlu di lestarikan karena

mengandung nilai-nilai budaya yang tinggi. Adat Gorontalo yang ada di Desa

Huluduotamo ini semakin hari semakin terkontaminasi dengan perubahan zaman.

Terlihat di mana-mana pernikahan di Desa Huluduotamo tanpa melewati lagi

prosesi adat Gorontalo yang sebenarnya.

4.2.5 Perubahan Hantaran

4.2.5.1 Pelaksanaan Perkawinan Masyarakat Yang Masih Melaksanakan

Dari hasil penelitian di lapangan bahwa masyarakat yang masih

melaksanakan pelaksanaan perkawinan yang sebenarnya pada dutu (hantaran adat

harta pernikahan).

27

Wawancara Udin Maksum. 28 April 2013

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Berikut hasil wawancara dari Bapak Ali Tune, seperti:

“Hantaran artinya dutu, antar harta dan dilonggato untuk

masyarakat yang sanggup itu biasanya permintaan dari perempuan

misalnya 50 juta sama laki-laki semua, di luar dilonggato jadi laki-

laki adakan semua itu, semuanya itu harus ada beras 100 kilo, ada

sapi 1 ekor, hiburan, organ, tempat duduk, dari laki-laki itu

tanggungan dari laki-laki itu namanya, laki-laki yang ongkos itu

begitu namanya kalau ini, itu sesuai persetujuan dari musyawarah,

karena musyawarah itu yang menentukkan semua begitu.

Sedangkan ada yang mengisi kamar kalau ada yang kawin dengan

orang kaya, dia mo beli akan koi dan lemari jadi kalau orang

memang mampu itu no‟u, misalnya seperti orang luar dan mereka

kawin dengan orang gorontalo, mereka kan cari adat gorontalo

bagaimana nah mereka adakan itu semua, baru ada lagi yang

permintaan dari laki-laki itu kalau pa parampuan tidak ada yang

namanya menghidupkan api artinya dorang yang adakan konsumsi

semua itu, tidak ada lagi kerepotan dari perempuan semua itu dari

laki-laki jadi perempuan memang so tidak kase kaluar uang lagi

kurang terima bersih, itu memang kawin dengan orang mampu

yang memang orang kaya.”28

Untuk memenuhi hantar tersebut kebanyak pada masyarakat yang status

sosialnya di atas, yang dapat mengadakan semuanya yang sesuai dengan

persetujuan dari hasil musyawarah kedua belah pihak.

Berikut hasil wawancara dengan Bapak Niko Kiayi:

“hantaran itu antar harta karena itu memang harus, paling banyak

kalau yang masih melaksanakan itu kebanyakan orang-orang yang

mampu”29

Hantaran di katakan antar harta dan itu merupakan suatu kewajiban dan

keharusan, biasanyan yang melaksanakan pada masyarakat-masyarakat yang

mampu.

28

Wawancara. Ali Tune. 16 Juli 2013 29

Wawancara. Niko Kiayi. 17 Juli 2013

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

4.2.5.2 Pelaksanaan Perkawinan Yang Sudah Tidak Melaksanakan Atau

Menggantinya Dengan Uang

Adapun hantaran yang sudah tidak melaksanakan lagi atau di katakan di

ganti dengan uang. Berikut hasil wawancara dari Bapak Ali Tune:

“Dilonggato biasa sudah sekalian dengan ongkos so satu kali itu,

sudah menjadi keputusan pada musyawarah itu biasanya begitu,

macam itu beras, sapi dan bahan-bahan konsumsi so satu kali itu

semuanya di situ, kan kasihan masyarakat yang di bawah dorang

pe kemampuan cuma sampe begitu.”30

Hantaran bisa di katakan modepita dilonggato, adapun yang sudah tidak

melaksanakan karena semuanya sudah di uangkan untuk bahan-bahan konsumsi.

“Yang menggantinya dengan uang artinya borongan itu,

dilonggato juga bisa dikatakan hantaran yang so di uangkan itu

masyarakat yang tidak mampu itu, biasa juga untuk mengurangi

kerepotan dan mempersingkat waktu.”31

Menggantinya dengan uang di katakan borongan, dilonggato juga

dikatakan hantaran yang tidak menggunakan lagi karena sudah di uangkan

semuanya, dengan tujuan mengurangi kerepotan dan mempersingkat waktu.

“Orang yang mengurangi biaya orang yang mengurangi

pengeluaran yang banyak cukup saja mereka itu menyiapkan uang

akad nikah uang pencatatan dan langsung mereka cuman mo suruh

akad sama KUA (Kantor Urusan Agama) dan itu halal itu tercatat

begitu, kalau yang tidak tercatat itu seperti kawin lari itu biasanya

yang kawin lari itu ada masalah, tempat pelarian mereka itu di

sana, misalnya sudah beristri kemudian ingin beristri lagi da tidak

mendapatkan izin dari istrinya maka jalan mereka itu kesana

begitu. Tapi dalam agama mereka itu halal namun dalam hukum di

larang karena tidak mendapatkan buku nikah.”32

30

Wawancara. Ali Tune. 16 Juli 2013 31

Wawancara. Niko Kiayi. 17 Juli 2013 32

Wawancara. Rilli Abudi. 17 Juli 2013

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Ada juga untuk mengurangi biaya dan pengeluaran yang banyak biasanya

akad nya di Kantor Urusan Agama sebab mereka fikir itu suatu yang halal, dan

ada juga yang mengambil langkah cepat seperti kawin lari, sehingga sudah tidak

ada lagi untuk melalui pelaksanaan. Jadi untuk pelaksanaan hantaran sudah tidak

ada lagi.

4.2.6 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pergeseran

Adapun faktor-faktor penyebab yang terjadinya pergeseran sebagai

berikut:

4.2.6.1 Faktor Perkembangan Zaman Dan Teknologi

Salah faktor penyebab terjadinya pergeseran yaitu dngan adanya

perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi seperti

yang sudah ada sekarang ini tentu membawa banyak perubahan yang begitu baik

dan kurang baik terhadap kehidupan manusia. Perkembangan itu baik adanya jika

sesuai dengan apa yang di harapkan. Berikut ini hasil wawancara oleh bapak Edi

Harun:

“Menurut saya adanya perkembangan teknologi yang sangat

berpengaruh negatif di dalam kehidupan sehari-hari, saking

moderennya teknologi sekarang masyarakat begitu banyak pilihan,

jadi teknologi ini memang sangat berpengaruh pada terjadinya

pergeseran perkawinan.”33

33

Wawancara Edi Harun. 25 Maret 2013

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Perkembangan teknologi saat ini juga membawa pengaruh kurang baik

atau negatif dalam kehidupan manusia. Kehadiran teknologi yang begitu canggih

membuat masyarakat umum begitu banyak pilihan untuk memilih apa yang di

kehendakinya, perkembangan teknologi ini juga merupakan salah satu faktor

penyebab terjadinya pergeseran terhadap pelaksanaan adat pernikahan Gorontalo

yang ada di Desa Huluduotamo.

Menurut ki Hadjar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi manusia

yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap 2 pengaruh yang kuat yaitu

alam dan zaman (kodrat dan masyarakat). Sesuai dengan teori di atas maka

berikut ini hasil wawancara dari bapak Amin Urusi:

“Masyarakat sekarang untuk prosesi adat pernikahannya mengikuti

adat yang di jalankan sekarang. Dalam artian masyarakat telah

terpengaruh oleh perkembangan zaman dan kemajuan teknologi,

dan dengan adanya faktor ini maka adat yang sebenarnya telah

pudar.”34

Salah satu penyebab terjadinya perubahan atau pergeseran yang ada di

Desa Huluduotamo yaitu di karenakan perkembangan zaman dan kemajuan

teknologi, dengan adanya kemajuan teknologi ini maka adat pernikahan yang

sebenarnya sudah mulai terlupakan karena masyarakat Desa Huluduotamo sudah

mengikuti adat yang di jalankan sekarang.

“Anak-anak muda sekarang ini so tidak mampu lagi menjaga nilai-

nilai luhur, karena zaman yang lebih modern lagi sehingga mereka

cepat terkontaminasi oleh pengaruh yang berasal dari budaya luar.

Biasanya yang menjadi pengaruh bagi mereka itu pada negara yang

sudah maju atau yang lebih modern”.35

34

Wawancara Amin Urusi. 15 Maret 2013 35

Wawancara Kamelia Pakaya 27 Maret 2013

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Faktor yang menyebabkan adanya pergeseran nilai budaya masyarakat

Desa Huluduotamo adalah ketidakmampuan generasi muda sebagai generasi

penerus dalam menjaga nilai-nilai leluhur. Hal ini di sebabkan karena adanya

pengaruh dari budaya luar / modern yang secara tidak langsung atau tidak telah

mengontaminasi masyarakat terutama para pemuda yang merupakan golongan

yang muda dengan cepat menerima pengaruh dari budaya luar. Biasanya yang di

jadikan tuntutan oleh para pemuda ini adalah budaya pada negara maju / modern

sehingga individualitas mewarnai kehidupan masyarakat saat ini.

Terjadinya perubahan ini hanya sebagian dari masyarakat Desa

Huluduotamo yang melaksnakan adat pernikahan yang sudah berjalan sekarang

dan yang lainnya masih menggunakan adat yang sebenarnya, adat yang

bersendikan syara, syara bersendikan kitabullah mereka adalah masyarakat yang

masih memahami pelaksnaan adat yang sebenarnya yang merupakan adat turun

temurun. Dan tidak menutup kemungkinan adat yang sebenarnya ini bisa

berkembang atau di pertahankan karena masyarakat sekarang ini sudah mulai

terpengaruh oleh perkembangan zaman dan kemajuan teknologi begitu juga

kepada generasi muda tidak menutup kemungkinan bisa melanjutkan adat yang

sebenarnya.

4.2.6.2 Faktor Ekonomi

Persoalan ekonomi juga merupakan salah satu persoalan yang sangat

penting demi kelangsungan hidup manusia. Di mana persoalan ekonomi ini sangat

menyentuh langsung dengan kehidupan masyarakat itu sendiri. Seperti halnya di

Desa Huluduotamo yang sebagian besarnya masyarakatnya merupakan

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

masyarakat yang tingkat ekonominya tergolong lemah dan merasa tidak mampu

untuk melaksanakan pernikahan dengan baik sempurna. Hal ini sesuai dengan

pengakuan bapak Niko Kiayi:

“Karena kasihan masyarakat yang di bawah artinya masyarakat

yang tidak mampu, jadi pelaksanaannya di ambil satu kali. Kalau

yang memang tingkat atas artinya yang mampu mereka

motolobalango dulu habis itu 1 minggu sebelum pesta modutu

dengan dilonggato kemudian dengan pelaksanaan perkawinan,

kasihan ekonomi yang lemah itu dia buat begitu, karena mereka ini

mo ba undang ayah handa kan mo kase makan, kase minum, kase

rokok, mo sadakah lagi. Tapi kalo biasanya ada juga yang

ekonominya di atas ada juga yang buat begitu, karena mereka itu

menghilangkan kerepotan”.36

Masyarakat yang ekonominya di bawah pada pelaksanaan pernikahan

prosesinya di laksanakan satu kali atau satu hari. Karena jika di laksnakan berhari-

hari maka biayanya mahal di samping itu juga mereka ingin menghilangkan

kerepotan. Kalau untuk masyarakat yang tingkat atas prosesinya bertahap karena

mereka mampu.

Hal yang sama juga di katakan oleh Maryam Mahmud:

“Kami tidak mampu kalau di laksanakan adat yang sebenarnya,

jangankan untuk adat untuk makan sehari-hari saja kami masih di

cari-cari. Kalau yang adat sebenarnya itu khusus untuk orang-

orang yang mampu karena biayanya sangat mahal.”37

Kami merasa belum mampu untuk melaksanakan adat perkawinan tersebut

karena faktor ekonomi kami yang lemah, untuk makan saja masih di cari-cari.

Adat perkawinan tersebut sebaiknya di lakukan oleh orang-orang atau masyarakat

yang ekonominya sudah tinggi dan tidak mampu untuk melaksanakan karena

upacara tersebut membutuhkan biaya yang sangat banyak.

36

Wawancara Niko Kiayi. 5 April 2013 37

Wawancara Maryam Mahmud. 21 April 2013

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2543/10/2013-1-69201-281409045-bab4...pelaksanaan modepita dilonggato karena dipengaruhi oleh budaya yang berasal

Berdasarkan hasil wawancara sebagaimana yang telah di sebutkan di atas

maka peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan adat pernikahan yang ada di

Desa Huluduotamo Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone-Bolango ini sudah

terjadi pergeseran atau perubahan.

Penyebab terjadinya perubahan atau pergeseran dalam pelaksanaan adat Di Desa

Huluduotamo Kecamatan Suwawa di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Perkembangan zaman dan teknologi

2. Kurangnya perekonomian

Ke dua inilah penyebab terjadinya perubahan atau pegeseran dalam

pelaksanaan adat pernikahan yang ada di Desa Huluduotamo.