BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...

27
44 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pra Siklus Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti lakukan di kelas V SDN Regunung 01, ketika pembelajaran IPS banyak siswa yang tidak memperhatikan pada saat gurunya menjelaskan. Ada siswa yang asyik bermain sendiri, ada yang mengobrol dengan teman sebangku, ada yang menguap, dan ada yang malah fokusnya ke luar kelas. Hal seperti ini terjadi, karena memang gurunya masih dominan menggunakan metode ceramah. Masih menggunakan buku yang menjadi sumber satu- satunya belajar siswa. Siswa kelihatan pasif dan banyak yang tidak berani bertanya. Setelah dilakukan ulangan, dari 26 siswa yang nilainya mencapai KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70 adalah 8 anak (36%). Sementara yang lain yakni 18 anak (64%) masih dibawah KKM. Oleh karena itu peneliti dan guru kelas berkolaborasi mencari masalah yang menyebabkan 64% siswa kelas V ini tidak tuntas. Masalah tersebut adalah ketika guru menjelaskan materi secara terus menerus siswa diminta untuk diam dan mendengarkan. Setelah guru berhenti menjelaskan siswa diminta untuk bertanya dan ternyata hanya 3 sampai 4 siswa yang berani bertanya. Kemudian, siswa diminta mengerjakan soal latihan yang ada di LKS (Lembar Kerja Siswa). Model pembelajaran yang seperti ini yaitu guru sebagai pusatnya, sedangkan siswanya dianggap suatu obyek yang diam. Sehingga siswa menjadi sulit untuk megembangkan potensinya masing- masing. Maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa dan yang bisa menarik simpatik siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Metode yang peneliti pilih adalah mind mapping yakni metode yang lebih menekankan pada teknik mencatat. Teknik mencatat yang diterapkan dalam metode mind mapping ini, lebih menarik dan membuat siswa tidak pasif, karena dari teknik mencatat

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...

44

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Pra Siklus

Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti lakukan di kelas V SDN

Regunung 01, ketika pembelajaran IPS banyak siswa yang tidak memperhatikan

pada saat gurunya menjelaskan. Ada siswa yang asyik bermain sendiri, ada yang

mengobrol dengan teman sebangku, ada yang menguap, dan ada yang malah

fokusnya ke luar kelas. Hal seperti ini terjadi, karena memang gurunya masih

dominan menggunakan metode ceramah. Masih menggunakan buku yang

menjadi sumber satu- satunya belajar siswa. Siswa kelihatan pasif dan banyak

yang tidak berani bertanya. Setelah dilakukan ulangan, dari 26 siswa yang

nilainya mencapai KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70 adalah 8 anak

(36%). Sementara yang lain yakni 18 anak (64%) masih dibawah KKM. Oleh

karena itu peneliti dan guru kelas berkolaborasi mencari masalah yang

menyebabkan 64% siswa kelas V ini tidak tuntas. Masalah tersebut adalah ketika

guru menjelaskan materi secara terus menerus siswa diminta untuk diam dan

mendengarkan. Setelah guru berhenti menjelaskan siswa diminta untuk bertanya

dan ternyata hanya 3 sampai 4 siswa yang berani bertanya. Kemudian, siswa

diminta mengerjakan soal latihan yang ada di LKS (Lembar Kerja Siswa). Model

pembelajaran yang seperti ini yaitu guru sebagai pusatnya, sedangkan siswanya

dianggap suatu obyek yang diam. Sehingga siswa menjadi sulit untuk

megembangkan potensinya masing- masing. Maka peneliti merasa perlu

melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa dan yang bisa

menarik simpatik siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Metode yang

peneliti pilih adalah mind mapping yakni metode yang lebih menekankan pada

teknik mencatat. Teknik mencatat yang diterapkan dalam metode mind mapping

ini, lebih menarik dan membuat siswa tidak pasif, karena dari teknik mencatat

45

sudah bisa mengambil simpatik siswa, jadi nanti diharapkan lebih mudah dalam

memahami materi IPS yang disampaikan guru. Setelah dapat dengan mudah

memahaminya, maka nanti hasil belajarnya diharapkan lebih bagus atau paling

tidak mencapai KKM.

Berikut adalah tabel distribusi ketuntasan hasil belajar IPS siswa kelas V SD

Negeri Regunung 01, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang pada Semester

II tahun ajaran 2015- 2016 dengan kompetensi dasar mendiskripsikan perjuangan

para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang.

Tabel 4.1

Distribusi Ketuntasan hasil Belajar IPS pada Pra Siklus

No Standar Ketuntasan

Jumlah Siswa Presentase Angka Ketuntasan

1 < 70 Tidak Tuntas 18 64%

2 > 70 Tuntas 8 36%

Jumlah 26 100%

Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat ketuntasan hasil belajar IPS siswa kelas

V SD Negeri Regunung 01, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang pada

Semester II tahun ajaran 2015- 2016 dengan Kompetensi Dasar mendiskripsikan

perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang, sebanyak 8

siswa atau 36% dinyatakan tuntas dan sisanya 18 siswa atau 64% tidak tuntas.

Skor tertinggi siswa adalah 90 dan yang terendah 35. Rata- rata nilainya sebesar

60, 3 dan standar deviasinya 14, 13. Menurut Sandjaja dalam bukunya yang

berjudul Panduan Penelitian standar deviasi variabilitas suatu data, makin besar

angkanya semakin bervariasi datanya. Semakin bervariasi datanya semakin tinggi

penyimpangan nilai siswa. Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat digambarkan

dengan menggunakan diagram lingkaran sebagai berikut:

46

Gambar 4.1

Diagram Lingkaran Hasil Ketuntasan Belajar IPS Pra Siklus

Berdasarkan gambar diagram lingkaran di atas dapat dilihat bahwa

ketuntasan hasil belajar IPS siswa yang tidak tuntas sebesar 64%. Oleh karena itu,

peneliti melakukan penelitian tindakan kelas ini sesuai rencana seperti yang telah

diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan metode

pembelajaran mind mapping yang akan dilaksanakan pada siklus 1 dan 2.

4.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1

Siklus 1 ini, pelaksanaannya dilakukan 2 kali pertemuan dengan pokok

bahasan pendudukan Belanda di Indonesia. Berikut adalah rinciannya:

4.2.1 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1 Pertemuan 1

1. Perencanaan

a) Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai yaitu KD 2.1 mengenai

mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah

Belanda dan Jepang, dan pokok bahasan pendudukan Belanda di

64%

36%

Tidak Tuntas Tuntas

47

Indonesia dengan menerapkan metode mind mapping dan permainan

kertas lipat.

b) Mempersiapkan media dan alat peraga yang berkaitan dengan materi

perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda seperti

video dan gambar tokoh pejuang, power point, LCD, laptop, speaker,

papan tulis dan alat tulis.

c) Menyusun perangkat evaluasi meliputi rubrik penilaian, dan lembar

observasi pelaksanaan RPP.

2. Implementasi Tindakan dan Observasi

Kegiatan Awal

a. Guru membuka pertemuan dengan mengucapkan salam kemudian

berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing- masing.

Siswa terlihat hikmat dalam berdoa dan antusias menjawab salam.

b. Guru bersama menyanyikan lagu wajib nasional Indonesia Pusaka.

Siswa terlihat semangat dalam bernyanyi, namun juga masih ada

beberapa siswa yang terlihat malu- malu.

c. Guru mengecek kehadiran siswa.

26 siswa hadir semua.

d. Guru memberikan motivasi agar siswa semangat untuk belajar.

Guru memberikan motivasi untuk semangat dalam belajar yaitu

melalui tepuk belajar. Siswa memperhatikan dan antusias melihat guru

memberikan motivasi.

e. Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yaitu sebab dan perjuangan

perlawan pendudukan Belanda di Indonesia.

Guru menuliskan tujuan pembelajaran tersebut dalam power point

yang telah dipersiapkan. Siswa ikut membaca bersama- sama tujuan

pembelajaran pada power point.

48

Kegiatan Inti

f. Untuk lebih menarik perhatian siswa terhadap materi ini, guru

memutarkan video pendudukan Belanda di Indonesia.

Siswa terlihat memperhatikan video yang diputarkan. Semua melihat

dan tidak ada yang asyik sendiri.

g. Siswa diminta bertanya sekaligus untuk melatih sikap berani

berbicara.

Siswa masih malu untuk bertanya sehingga guru harus memberikan

stimulus agar siswa berani bertanya.

h. Siswa dan guru bertanya jawab seputar video pendudukan Belanda di

Indonesia.

i. Guru mulai menjelaskan materi, namun sebelumnya guru memberi

tahu teknik mencatat dengan metode mind mapping.

Siswa terlihat ada yang memperhatikan ada juga yang tidak

memperhatikan.

j. Siswa dibagi dalam kelompok

Pembagian kelompok terlihat lama, karena siswa gaduh.

k. Guru memberikan satu kata kunci. Kata kunci tersebut sama antara

kelompok satu dengan lainnya. Kemudian kelompok diminta

mengeksplorasi atau bebas menuliskan apa yang mereka ketahui

dengan mencabangkan satu kata kunci tersebut. Kelompok bebas

berkreasi membuat mind map seindah dan selengkap mungkin.

Kerja kelompok mereka masih belum kompak, terlihat hanya siswa

yang dianggap pandai atau siswa yang aktif saja yang mengerjakan.

l. Perwakilan kelompok diminta membacakan hasil diskusinya. Di sini

guru membenarkan dan menambahkan materi yang kurang dari hasil

diskusi mereka.

49

Kelompok tidak bisa membacakan hasil diskusinya semua karena

waktunya tidak memungkinkan atau kurang.

Kegiatan Penutup

m. Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan belajar yang

telah dilakukan.

Hanya beberapa siswa saja yang terlibat, siswa terlihat masih pasif

tidak mau mengeluarkan pendapatnya.

n. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya kemudian

dilanjutkan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilalui.

Siswa yang aktif

o. Sebagai penutup pembelajaran guru melakukan permainan kertas lipat

dengan disisipi materi pendudukan Belanda di Indonesia. Permainan

kertas lipat ini ternyata sudah tidak asing lagi di mata siswa. Terbukti

siswa banyak yang bisa melipat kertas sesuai yang dicontohkan oleh

guru.

Hasil observasi yang menjadi kendala atau hambatan pada

pertemuan pertama ini, dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Pengalokasian waktu tidak tepat

2. Siswa gaduh sendiri.

3. Siswa pasif.

4. Pemberian apresiasi kepada siswa.

3. Refleksi

Dari kelemahan yang telah ditemukan, peneliti berdiskusi dengan

observer yaitu guru kelas guna memperbaiki pembelajaran pada

pertemuan kedua nantinya. Hasil diskusi tersebut antara lain seperti:

a. pengelolaan waktu harus benar- benar diperhatikan sehingga tidak ada

yang terlihat terburu- buru, atau terlalu cepat dalam melaksanakan

langkah- langkah pembelajaran.

50

b. cara mengantisipasi siswa yang gaduh pada saat pembagian kelompok

yaitu dengan memberikan lebih perhatian, dan cara pembagian

kelompok dibuat lebih menarik siswa yaitu dibantu dengan gambar

kartun sebagai nama kelompok.

c. Cara mengantisipasi siswa yang masih pasif yaitu dengan lebih sering

diberikan kesempatan untuk berbicara seperti membaca bacaan atau

mengeluarkan pendapat.

d. Apresiasi siswa yang menjawab dengan benar atau pun yang salah

yaitu dengan memberikan stiker. Siswa yang berani menjawab atau

berbicara diberikan stiker.

4.2.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1 Pertemuan 2

1. Perencanaan

a. Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai yaitu KD 2.1 mengenai

mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah

Belanda dan Jepang, dan pokok bahasan pendudukan Belanda di

Indonesia dengan menerapkan metode mind mapping dan permainan

kertas lipat.

b. Mempersiapkan media dan alat peraga yang berkaitan dengan materi

perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda seperti

video dan gambar tokoh pejuang, stiker, power point, LCD, laptop,

speaker, papan tulis dan alat tulis.

c. Menyediakan tes formatif.

2. Implementasi Tindakan dan Observasi

Kegiatan awal

a. Guru membuka pertemuan dengan mengucapkan salam kemudian

berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing- masing.

51

Siswa terlihat hikmat dalam berdoa dan antusias menjawab salam.

b. Guru bersama menyanyikan lagu wajib nasional Indonesia Pusaka.

Siswa terlihat semangat dalam bernyanyi, namun juga masih ada

beberapa siswa yang terlihat malu- malu.

c. Guru mengecek kehadiran siswa.

26 siswa hadir semua.

d. Guru memberikan motivasi agar siswa semangat untuk belajar.

Siswa memperhatikan dan antusias melihat guru memberikan

motivasi.

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu kerja rodi pada masa

penjajahan belanda.

Guru menuliskan tujuan pembelajaran tersebut dalam power point

yang telah dipersiapkan. Siswa ikut membaca bersama- sama tujuan

pembelajaran pada power point.

Kegiatan inti

f. Guru memutarkan video kerja rodi.

Siswa terlihat memperhatikan video yang diputarkan. Semua melihat

dan tidak ada yang asyik sendiri.

g. Siswa diminta bertanya terkait video tersebut. Kemudian siswa

bersama guru bertanya jawab tentang kerja rodi.

Guru memberikan hadiah berupa stiker bagi siswa yang berani

bertanya atau mencoba menjawab. Siswa yang berani bertanya terlihat

lebih banyak daripada pertemuan pertama.

h. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok.

Pembagian kelompok dibantu menggunakan gambar kartun, sehingga

siswa lebih tertarik, namun juga masih gaduh walaupun sudah tidak

memakan waktu yang lama seperti pada pertemuan pertama.

i. Setiap kelompok diberi kertas kosong.

52

j. Guru bersama siswa menentukan satu kata kunci untuk dijadikan topik

pembelajaran. Kemudian kelompok diminta berkreasi untuk mebuat

mind map selengkap dan semenarik mungkin. Kerja sama dalam

kelompok sudah terlihat lebih baik daripada pertemuan pertama.

k. Setelah selesai, guru meminta perwakilan dari masing- masing

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

Semua kelompok bisa membacakan hasil diskusinya, namun masih

ada siswa yang tidak memperhatikan ketika temannya sedang

membacakan hasil diskusinya.

l. Siswa bersama guru membahas hasil diskusi.

Siswa yang terlibat hanya siswa yang itu- itu saja, jadi belum

menyeluruh.

Kegiatan penutup

m. Guru bersama siswa membuat penegasan dan kesimpulan sebab dan

akibat kerja rodi.

Guru terlihat terburu- buru dalam menyampaikan kesimpulan.

Siswa yang berani mengungkapkan pendapat lebih banyak, namun

belum semua.

n. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum

mereka pahami.

Siswa terlihat lebih banyak yang bertanya.

o. Guru mengadakan evaluasi pembelajaran dengan memberikan tes

formatif.

p. Setelah selesai dikumpulkan, kemudian ditutup dengan permainan

kertas lipat lagi yang disisipi materi pembelajaran yang telah

dilakukan.

Hasil observasi yang menjadi hambatan atau kendala pada

pertemuan kedua ini dapat dirincikan sebagai berikut:

53

1. Siswa gaduh pada saat pembagian kelompok.

2. Siswa masih belum berani berbicara.

3. Alokasi waktu tidak tepat.

3. Refleksi

Adapun kekurangan- kekurangan yang berada dalam implementasi

tindakan di atas, peneliti bersama observer yaitu guru kelas berkerja sama

agar pada siklus kedua nantinya bisa lebih baik dan efisien. Berikut adalah

hasil diskusi tersebut:

a. Siswa gaduh pada saat pembagian kelompok.

Agar siswa tidak gaduh, guru sebaiknya ketika hendak membagi

kelompok, siswa diberikan instruksi agar tidak gaduh atau misalnya

diberikan semacam reward dan punishment.

b. Siswa masih belum berani berbicara.

Bagi siswa yang masih diam atau pasif, guru harus lebih

mengutamakan atau diberikan kesempatan pertama untuk berbicara.

c. Alokasi waktu tidak tepat sehingga guru terlihat terburu- buru.

Agar bisa tepat dan efisien, seorang guru hendaknya pandai memilah-

milah mana kegiatan yang menggunakan waktu lama dan kegiatan

yang membutuhkan waktu sedikit.

Terkait apa yang telah dilakukan guru dalam langkah kegiatan

pembelajaran tentunya ada umpan balik dari siswa. Salah satunya hasil

belajar siswa yaitu nilai tes formatif yang telah dikerjakan. Pada pra

siklus 64% siswa dinyatakan tidak tuntas, sedangkan pada siklus 1 ini

dapat dilihat pada tabel berikut:

54

Tabel 4.2

Distribusi Ketuntasan hasil Belajar IPS pada Siklus 1

No Standar Ketuntasan Jumlah

Siswa Presentase

Angka Ketuntasan

1 < 70 Tidak Tuntas 11 42%

2 > 70 Tuntas 15 58%

Jumlah 26 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui hasil belajar IPS pada siklus 1

dengan KKM > 70 atau tuntas sebanyak 15 siswa sedangkan yang belum

tuntas sebanyak 11 siswa. Pada siklus 1 skor tertinggi yang dicapai siswa

adalah 93 dan yang terendah 56. Rata- rata nilainya naik menjadi 70,80 dan

standar deviasinya turun menjadi 12,07. Dari data ini menunjukkan bahwa

penyimpangan nilai siswa berkurang berarti ada peningkatan nilai atau hasil

belajar. Apabila digambarkan dengan menggunakan diagram lingkaran

sebagai berikut:

Gambar 4.2

Diagram Lingkaran Hasil Ketuntasan Belajar IPS Siklus 1

42%

58%

Tidak TuntasTuntas

55

Diagram lingkaran di atas menujukkan presentase siswa yang tuntas

pada pra siklus 36% naik menjadi 58%. Hal ini menunjukkan ada

peningkatan hasil belajar namun belum memenuhi indikator kinerja

penelitian yaitu minimal 70% dari semua siswa dinyatakan tuntas maka dari

itu perlu dilakukan tindakan siklus 2.

Berdasarkan pengamatan siklus 1 maka secara keseluruhan hasil

refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus 1 untuk

ditingkatkan lagi pada siklus 2 adalah sebagai berikut:

Kekuatan

Tersedia RPP , kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa,

pembelajaran terlihat aktif dan menyenangkan.

1. Meyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran, membantu siswa

membangun pemahamannya sendiri, membantu siswa lebih kreatif,

memberikan kesempatan siswa untuk berpendapat.

2. Perkembangan belajar siswa dipantau dengan baik, umpan balik

diberikan terhadap hasil belajar, memberikan apresiasi terhadap siswa

yang berani berpendapat.

3. Siswa diberikan permainan dan video pembelajaran sehingga lebih

menarik dan tidak membosankan.

Rekomendasi

1. Dalam mengelola waktu harus benar- benar diperhatikan agar waktu

bisa dialokasikan dengan tepat sesuai rencana pembelajaran.

2. Perlu cara tersendiri dalam mengatasi siswa yang masih suka gaduh

dan pasif.

56

3. Respon terhadap siswa harus ditingkatkan agar siswa timbul percaya

dirinya dalam mengikuti pembelajaran terutama pada saat

mengemukakan pendapat.

4.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2

Siklus 2 ini, pelaksanaannya juga dilakukan 2 kali pertemuan dengan

pokok bahasan pendudukan Jepang di Indonesia. Berikut adalah rinciannya:

4.3.1 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2 Pertemuan 1

1. Perencanaan

a. Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai yaitu KD 2.1 mengenai

mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda

dan Jepang, dan pokok bahasan pendudukan Jepang di Indonesia dengan

menerapkan metode mind mapping dan permainan kertas lipat.

b. Mempersiapkan media dan alat peraga yang berkaitan dengan materi

perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang seperti video

dan gambar tokoh pejuang, power point, LCD, laptop, speaker, papan tulis

dan alat tulis.

c. Menyusun perangkat evaluasi meliputi rubrik penilaian dan lembar

observasi pelaksanaan RPP.

2. Implementasi Tindakan dan Observasi

Kegiatan awal

a. Guru membuka pertemuan dengan mengucapkan salam kemudian

berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing- masing.

Siswa terlihat hikmat dalam berdoa dan antusias menjawab salam.

b. Guru bersama menyanyikan lagu wajib nasional Indonesia Pusaka.

Siswa terlihat semangat dalam bernyanyi.

c. Guru mengecek kehadiran siswa.

57

26 siswa hadir semua.

d. Guru memberikan motivasi agar siswa semangat untuk belajar.

Siswa memperhatikan dan antusias melihat guru memberikan

motivasi.

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sebab dan perjuangan

perlawanan pendudukan Jepang di Indonesia.

Guru menuliskan tujuan pembelajaran tersebut dalam power point

yang telah dipersiapkan. Siswa ikut membaca bersama- sama tujuan

pembelajaran pada power point.

Kegiatan inti

f. Guru memutarkan video Pendudukan Jepang.

Siswa terlihat antusias dan mencatat pokok- pokok materi yang

terdapat dalam video.

g. Siswa diminta bertanya terkait video tersebut. Kemudian siswa

bersama guru bertanya jawab tentang kerja rodi.

Guru memberikan hadiah berupa stiker bagi siswa yang berani

bertanya atau mencoba menjawab. Siswa yang berani bertanya terlihat

lebih banyak daripada pertemuan pertama.

h. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok.

Pembagian kelompok dibantu menggunakan gambar kartun, sehingga

siswa lebih tertarik, siswa juga sudah tidak gaduh karena ada aturan

pembagian kelompok.

i. Setiap kelompok diberi kertas kosong.

j. Guru bersama siswa menentukan satu kata kunci untuk dijadikan topik

pembelajaran. Kemudian kelompok diminta berkreasi untuk mebuat

mind map selengkap dan semenarik mungkin. Kerja sama dalam

kelompok sudah terlihat lebih baik daripada pertemuan sebelum-

sebelumnya.

58

k. Setelah selesai, guru meminta perwakilan dari masing- masing

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

Semua kelompok bisa membacakan hasil diskusinya, namun masih

ada siswa yang tidak memperhatikan ketika temannya sedang

membacakan hasil diskusinya.

l. Siswa bersama guru membahas hasil diskusi.

Siswa yang terlibat hanya siswa yang itu- itu saja, jadi belum

menyeluruh.

Kegiatan penutup

m. Guru bersama siswa membuat penegasan dan kesimpulan sebab dan

perjuangan melawan pendudukan Jepang di Indonesia..

Siswa yang berani mengungkapkan pendapat lebih banyak, namun

belum semua.

n. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum

mereka pahami.

Siswa terlihat lebih banyak yang bertanya.

o. Setelah selesai dikumpulkan, kemudian ditutup dengan permainan

kertas lipat lagi yang disisipi materi pembelajaran yang telah

dilakukan.

Hasil observasi sekaligus yang menjadi kendala dari pertemuan

ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa masih belum berani berbicara.

2. Penyampaian kesimpulan kurang jelas.

3. Refleksi

Adanya hambatan yang terjadi selama implementasi tidakan

pertemuan pertama, peneliti mendiskusikannya lagi bersama observer

atau guru kelas. Hasil diskusi tersebut adalah sebagai berikut:

59

a. Siswa masih belum berani berbicara.

Bagi siswa yang masih diam atau pasif, guru harus lebih

mengutamakan atau diberikan kesempatan pertama untuk berbicara.

b. Penyampaian penjelasan dan penegasan kesimpulan harus lebih

jelas sehingga apa yang dipahami siswa lebih jelas dan mudah.

Refleksi ini berguna untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada

pertemuan pertama, sehingga di pertemuan ke dua diharapkan sudah

tidak mengalami kendala.

4.3.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2 Pertemuan 2

1. Perencanaan

a. Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai yaitu KD 2.1 mengenai

mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah

Belanda dan Jepang, dan pokok bahasan system kerja paksa pada masa

Jepang (romusa) dengan menerapkan metode mind mapping dan

permainan kertas lipat.

b. Mempersiapkan media dan alat peraga yang berkaitan dengan materi

perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda seperti

video dan gambar tokoh pejuang, stiker, power point, LCD, laptop,

speaker, papan tulis dan alat tulis.

c. Menyediakan tes formatif.

3. Implementasi Tindakan dan Observasi

Kegiatan awal

a. Guru membuka pertemuan dengan mengucapkan salam kemudian

berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing- masing.

Siswa terlihat hikmat dalam berdoa dan antusias menjawab salam.

b. Guru bersama menyanyikan lagu wajib nasional Tanah Airku.

60

Siswa terlihat semangat dalam bernyanyi, namun juga masih ada

beberapa siswa yang terlihat malu- malu.

c. Guru mengecek kehadiran siswa.

26 siswa hadir semua.

d. Guru memberikan motivasi agar siswa semangat untuk belajar.

Siswa memperhatikan dan antusias melihat guru memberikan

motivasi.

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu kerja paksa (romusa).

Kegiatan inti

f. Guru memutarkan video romusa.

Siswa menyimak dan mencatat hal- hal pokok pada video tersebut.

g. Siswa diminta bertanya terkait video tersebut. Kemudian siswa

bersama guru bertanya jawab tentang romusa.

Guru memberikan hadiah berupa stiker bagi siswa yang berani

bertanya atau mencoba menjawab. Siswa yang berani bertanya terlihat

lebih banyak daripada pertemuan pertama.

h. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok.

Pembagian kelompok dibantu menggunakan gambar kartun, sehingga

siswa lebih tertarik, namun juga masih gaduh walaupun sudah tidak

memakan waktu yang lama seperti pada pertemuan pertama.

i. Setiap kelompok diberi kertas kosong.

j. Guru bersama siswa menentukan satu kata kunci untuk dijadikan topik

pembelajaran. Kemudian kelompok diminta berkreasi untuk mebuat

mind map selengkap dan semenarik mungkin. Kerja sama dalam

kelompok sudah terlihat lebih baik daripada pertemuan pertama.

k. Setelah selesai, guru meminta perwakilan dari masing- masing

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

61

Semua kelompok bisa membacakan hasil diskusinya, namun masih

ada siswa yang tidak memperhatikan ketika temannya sedang

membacakan hasil diskusinya.

l. Siswa bersama guru membahas hasil diskusi.

Siswa yang terlibat hanya siswa yang itu- itu saja, jadi belum

menyeluruh.

Kegiatan penutup

m. Guru bersama siswa membuat penegasan dan kesimpulan sebab dan

akibat romusa.

Guru terlihat terburu- buru dalam menyampaikan kesimpulan.

Siswa yang berani mengungkapkan pendapat lebih banyak, namun

belum semua.

n. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum

mereka pahami.

Siswa terlihat lebih banyak yang bertanya.

o. Guru mengadakan evaluasi pembelajaran dengan memberikan tes

formatif.

p. Setelah selesai dikumpulkan, kemudian ditutup dengan permainan

kertas lipat lagi yang disisipi materi pembelajaran yang telah

dilakukan.

Hasil observasi yang merupakan hambatan dalam kegiatan

belajar mengajar pada pertemuan ini adalah:

1. Siswa masih belum semua berani berbicara.

2. Alokasi waktu kurang tepat.

3. Keaktifan dalam kelompok kurang.

4. Refleksi

Adapun kekurangan- kekurangan yang berada dalam implementasi

tindakan di atas, peneliti bersama observer yaitu guru kelas berkerja sama

62

mendiskusikan evaluasi pembelajaran. Berikut adalah hasil diskusi

tersebut:

a. Siswa masih belum semua berani berbicara.

Siswa tersebut memang sifatnya pendiam atau malu- malu jadi

memang sulit untuk dibuat aktif.

b. Alokasi waktu tidak tepat sehingga guru terlihat terburu- buru.

Agar bisa tepat dan efisien, seorang guru hendaknya pandai memilah-

milah mana kegiatan yang menggunakan waktu lama dan kegiatan

yang membutuhkan waktu sedikit.

c. Keaktifan dalam kelompok masih kurang.

Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 2 dapat diambil

data kuantitatif yaitu hasil tes formatif yang telah dikerjakan. Berikut ini

tabel distribusi ketuntasan hasil belajar IPS pada siklus 2:

Tabel 4.3

Distribusi Ketuntasan hasil Belajar IPS pada Siklus 2

No Standar Ketuntasan Jumlah

Siswa Presentase

Angka Ketuntasan

1 < 70 Tidak Tuntas 5 19%

2 > 70 Tuntas 21 81%

Jumlah 26 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui hasil belajar IPS pada siklus 2

dengan KKM > 70 atau tuntas sebanyak 21 siswa (81%) sedangkan yang

belum tuntas sebanyak 5 siswa (19%). Pada siklus 2 skor tertinggi yang

dicapai siswa adalah 96 dan yang terendah 63. Rata- rata nilainya naik

menjadi 76,65 dan standar deviasinya turun menjadi 8,26. Dari data ini

menunjukkan bahwa penyimpangan nilai siswa berkurang berarti ada

63

peningkatan nilai atau hasil belajar. Apabila digambarkan dengan diagram

lingkaran sebagai berikut:

Gambar 4.3

Diagram Lingkaran Hasil Ketuntasan Belajar IPS Siklus 2

Diagram lingkaran di atas menujukkan presentase siswa yang tuntas

pada pra siklus 36% naik menjadi 58% pada siklus 1 dan pada siklus 2 ini

naik lagi menjadi 81%. Hal ini menunjukkan ada peningkatan hasil belajar.

Indikator kinerja penelitian yaitu minimal 70% dari semua siswa dinyatakan

tuntas sudah terpenuhi.

Berdasarkan pengamatan siklus 1 maka secara keseluruhan hasil

refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus 1 untuk

ditingkatkan lagi pada siklus 2 adalah sebagai berikut:

Kekuatan

1. Tersedia RPP , kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa,

pembelajaran terlihat aktif dan menyenangkan.

2. Meyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran, membantu siswa

membangun pemahamannya sendiri, membantu siswa lebih kreatif,

memberikan kesempatan siswa untuk berpendapat.

19%

81%

Tidak TuntasTuntas

64

3. Perkembangan belajar siswa dipantau dengan baik, umpan balik

diberikan terhadap hasil belajar, memberikan apresiasi terhadap siswa

yang berani berpendapat.

4. Siswa diberikan permainan dan video pembelajaran sehingga lebih

menarik dan tidak membosankan.

Rekomendasi

1. Strategi pembelajaran sudah baik untuk membuat siswa aktif, tidak

membosankan, lebih kreatif dan menarik pembelajarannya.

2. Pemerhatian terhadap siswa yang masih pasif dan asyik sendiri perlu

ditingkatkan lagi.

4.4 Hasil Penelitian

Berdasar hasil tindakan yang telah dilakukan pada 2 siklus telah

diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa melalui metode mind

mapping dan permainan kertas lipat pada mata pelajaran IPS dengan

kompetensi dasar mengenai mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang

pada penjajah Belanda dan Jepang, bagi siswa kelas V SD Negeri regunung

01 pada semester II tahun ajaran 2015- 2016. Peningkatan tersebut dapat

dilihat pada table berikut:

Tabel 4.4

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPS

Pra Siklus, siklus 1, Siklus 2

Ketuntasan

Belajar

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

Tidak Tuntas 18 64% 11 42% 5 19%

Tuntas 8 36% 15 58% 21 81%

Jumlah 26 100% 26 100% 26 100%

65

Tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadi eningkatan ketuntasan

hasil belajar siswa mata pelajaran IPS, pada pra siklus 64% siswa tidak tuntas

dan 36% siswa tuntas, siklus 1 42% siswa tidak tuntas dan 58% siswa tuntas,

siklus 2 19% siswa tidak tuntas dan 81% siswa tuntas. Berikut adalah gambar

diagram perbandingan berdasarkan table di atas:

Gambar 4.4 Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar

Pra Siklus, Siklu 1, Siklus 2

Selain tingkat ketuntasan hasil belajar yang meningkat, skor maksimal

juga meningkat. Pada pra siklus 90, siklus 1 sebesar 93, dan siklus 2 sebesar

96. Hasil tersebut dapat digambarkan pada grafik skor maksimal berikut:

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Pra siklusSiklus 1

Siklus 2

64%

42%

19%

36%

58%

81%

Tidak Tuntas Tuntas

66

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Skor Maksimal

Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2

Adapun perolehan skor minimal juga meningkat yaitu pada pra siklus

sebesar 35, pada siklus 1 sebesar 56, dan siklus 2 meningkat menjadi 63.

Adapun grafik skor minimal ddapat dilihat di bawah ini:

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Skor Minimal

Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2

Selain skor maksimal, skor minimal, juga terdapat rata- rata skor siswa

(mean). Rata- rata pada pra siklus adalah 60, 38. Pada siklus 1 adalah 70,80.

Dan siklus 2 adalah 76,65. Dari data tersebut juga terlihat kenaikan rata- rata

90

93

96

86

88

90

92

94

96

98

Pra siklus Siklus 1 Siklus 2

Skor Maksimal

Skor Maksimal

35

56 63

0

20

40

60

80

Pra siklus Siklus 1 siklus 2

Skor Minimal

Skor Minimal

67

nilai siswa. Berikut grafik rata- rata skor siswa dari mulai pra siklus, siklus 1,

dan siklus 2:

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan SkorRata- Rata

Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2

Standar deviasi nilai juga mengalami penurunan, dari mulai pra siklus

yaitu sebesar 14,13 pada siklus 1 menurun menjadi 12,07 kemudian pasa

siklus 2 menurun lagi menjadi 8,26. Semakin kecil angka standar deviasi

menandakan semakin kecil pula penyimpaangan nilai yang dilakukan siswa.

Dan pada penelitian ini menunjukkan penyimpangan semakin berkurang,

terbukti angka standar deviasi semakin kecil dari mulai pra siklus, siklus 1,

sampai siklus 2. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 4.8 Grafik Standar Deviasi

Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2

60,38 70,8

76,65

0

20

40

60

80

100

Pra Siklus Siklus 1 siklus 2

Mean

Mean

0

5

10

15

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Standar Deviasi

Standar Deviasi

68

Berdasarkan data di atas yang meliputi data tingkat ketuntasan, nilai

rata- rata, nilai tertinggi, nilai terendah dan standar deviasi dari mulai pra

siklus, siklus 1, dan siklus 2, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.5

Perbandingan

Ketuntasan, Nilai Rata- Rata, Nilai Tertinggi, Nilai Terendah dan

Standar Deviasi Hasil Belajar IPS

Pra Siklus, siklus 1, Siklus 2

Ketuntasan

Belajar

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Frekuensi Frekuensi Frekuensi

Tidak Tuntas 64% 42% 19%

Tuntas 36% 58% 81%

Nilai Rata- Rata 60,38 70,8 76,65

Nilai Tertinggi 90 93 96

Nilai Terendah 35 56 63

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan deskripsi yang telah diuraiakan sebelumnya, fokusnya

adalah terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa. Nilai ketuntasan meningkat

dari yang semula pada pra siklus 36%, siklus 1 naik menjadi 42%, dan siklus 2

naik menjadi 81%. Nilai rata- rata meningkat dari 60,38 menjadi 70,80

kemudian meningkat lagi menjadi 76,65.

Dalam sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh Ivandra Bagus

Irawan, dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Tahun 2012,

dengan judul “Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Menggunakan

Metode Pembelajaran Mind Mapping Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

69

Sosial di Kelas IV SDN Kutowinangun 09 Semester Genap Tahun Pelajaran

2011/ 2012” terbukti bisa meningkatkan hasil belajar IPS yang semula 41%

meningkat menjadi 73%. Penelitian yang telah dilakukan kali ini juga berhasil.

Penerapan Metode Mind Mapping dan Permainan Kertas Lipat Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada mata Pelajaran IPS di Kelas V SD

Negeri Regunung 01 Semester II Tahun Pelajaran 2015/ 2016 terbukti bisa

meningkatkan hasil belajar IPS dari yang semula 36% naik menjadi 81%.

4.5.1 Hasil Penelitian Siklus 1

Pada siklus 1 ini hasil yang diperoleh sudah menunjukkan perubahan yang

baik. Nilai rata- rata siswa yang semula 60,38 meningkat menjadi 70,80. Siswa

yang tuntas sebanyak 15 siswa (58%). Hal ini meningkat dibandingkan pada pra

siklus hanya 8 siswa (36%). Dari data ini menunjukkan bahwa metode mind

mapping dan permainan kertas lipat berhasil mengupayakan peeningkatan hasil

belajar IPS di siswa kelas V SD Negeri Regunung 01. Tetapi dari hasil data di

tas masih 11 siswa (42%) yang belum tuntas. Padahal indikator kinerja

penelitian ini minimal 70% dari semua siswa dinyatakan tuntas. Maka dari itu

perlu dilaksanakan siklus 2 untuk membantu mencapai indikator kinerja.

4.5.2 Hasil Penelitian Siklus 2

Pada siklus II ini hasil yang diperoleh sudah menunjukkan perubahan

yang signifikan, yaitu rata-rata nilai dari siswa adalah 76,65 dan siswa yang

memperoleh nilai ≥ 70 yaitu 21 siswa atau 81% dari 26 siswa. Sesuai dengan

rencana pembelajaran sebelumnya, pembelajaran di siklus II dikatakan

berhasil apabila siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 mencapai 70%. Dengan

demikian siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 21 siswa atau 21% dari

26 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode

mind mapping dikatakan berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi bila

dibandingkan dengan nilai pada siklus I.

70

4.5.3 Perbandingan Hasil Penelitian Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2

Pada pra siklus sebelum diadakan peenelitian tindakan di kelas V SD

Negeri Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang skor rata-

rata 60,38 dan setelah diadakan penelitian pada siklus 1 skor rata- rata

menjadi 70,80. Hasil ini menunjukkan peningkatan hasil belajar dengan

tingkat keberhasilan 58% dari jumlah siswa sebanyak 26 siswa. Tetapi masih

terdapat 42% siswa belum tentus sehingga per diadakan pelaksanaan tindakan

siklus 2. Pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 81%

dengan skor rata- rata 76,65. Meskipun belum mencapai 100% siswa yang

tuntas, namun dapat dikatakan bahwa penelitian ini berhasil, sebab telah

memenuhi indikator kinerjanya yaitu siswa mencapai nilai KKM sebesar

70,00 dan siswa yang tuntas minimal 70% dari seluruhnya.