BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1...
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 01 Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 01 Sumogawe
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2015/2016 dengan jumlah
siswa 36 terdiri dari 20 siswa perempuan dan 16 siswa laki- laki. Data yang diperoleh
dari guru mengenai hasil ulangan harian mata pelajaran matematika masih rendah.
Dari 36 siswa terdapat 18 siswa atau 50% yang di atas KKM 65, sedangkan 18
siswa atau 50% masih belum tuntas atau berada dibawah KKM 65.
4.1.1 Kondisi Sebelum Tindakan
Kondisi sebelum tindakan merupakan kondisi awal sebelum diterapkannya
strategi Creative Problem Solving pada sisa kelas IV SDN 01 Sumogawe Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang. Berdasarkan data awal, ditemukan bahwa dari total
siswa yaitu 36 siswa, ada 18 siswa (50%) yang dinyatakan tidak tuntas dari nilai
KKM yaitu 65 dan 18 (50%) siswa yang telah tuntas dari nilai KKM. Berdasarkan
kriteria yang ditetapkan sekolah, yaitu siswa harus lulus KKM = 65, maka diperlukan
suatu penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki situasi ketuntasan pada siswa ini.
Berikut disajikan dalam Tabel 4.1 dan grafik 1.
46
Tabel 4.1
Total Jumlah dan Presentase Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 65 18 50 Belum tuntas
2 65 18 50 Tuntas
Jumlah 36 100
Rata-rata 59,30
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 30
Grafik 1
Total Jumlah dan Presentase Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan
Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 1, diketahui bahwa jumlah siswa yang belum
mencapai ketuntasan 65 adalah 18 siswa dari total jumlah siswa 36 dengan nilai
presentase (50%), sedangkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan 65 adalah 18
siswa dari total jumlah siswa 36 dengan nilai presentase (50%). Hasil ini memberikan
gambaran bahwa perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki ketuntasan belajar pada
siswa.
0%
20%
40%
60%
Tuntas Tidak Tuntas
Pra Siklus
Tuntas
Tidak Tuntas
47
4.2 Pelaksanaan Siklus I
Pada siklus I dilaksanakan pada bulan April tepatnya pada tanggal 19 April
sampai 23 April. Dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan menggunakan
strategi Creative Problem Solving. Dijabarkan sebagai berikut.
4.2.1 Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap untuk menyusun strategi dalam rangka
menyelesaikan masalah ketuntasan belajar siswa yang dialami. Setelah melakukan
konsultasi dengan guru kelas, maka hal-hal yang direncanakan untuk selanjutnya
dilaksanakan dalam pelaksanaan kegiatan pada siklus I yang akan dilakukan dalam 3
kali pertemuan. Dua kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali pertemuan
untuk evaluasi dengan menggunakan Creative Problem Solving. Maka dari itu
sebelum melakukan tindakan peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang
proses pembelajaran yang meliputi:
1) Menentukan kompetensi dasar pada materi bangun ruang sederhana bersama
guru kelas.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Menyiapkan media dan video yang akan digunakan untuk proses
pembelajaran, karena Creative Problem Solving menggunakan media sebagai
pemicu kreativitas siswa.
4) Mempersiapkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa untuk proses
pembelajaran.
5) Membuat instrument penilaian hasil belajar berupa tes pilihan ganda.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan I
Sebelum proses belajar mengajar dimulai, peneliti menyiapkan semua peralatan
yang diperlukan dalam proses pembelajaran seperti media dan juga video yang akan
ditayangkan untuk siswa amati. Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi
beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka
pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, melakukan apersepsi “Pernahkah
48
kalian berpikir dengan bentuk kelas kalian ini?”. Siswa diminta menjawab pertanyaan
yang guru berikan. Setelah apersepsi, kemudian pengajar menyampaikan materi dan
juga tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, dalam
langkah ini guru sudah melaksanakan tahap penemuan tujuan.
Pada kegiatan inti, pengajar menyajikan video untuk siswa amati dan setelah
siswa mengamati video pengajar bertanya kepada siswa “Apa yang kalian dapati
setelah mengamati video tersebut?”. Kemudian pengajar menunjukkan beberapa alat
peraga berupa bangun ruang sederhana, guru dan siswa melakukan tanya jawab
terkait dengan materi yang sedang dipelajari guna untuk memecahkan masalah, dalam
langkah ini guru sudah melaksanakan tahap pemecahan masalah. Setelah itu pengajar
menyampaikan cara belajar dengan menggunakan strategi Creative Problem Solving
dan guru membentuk siswa dalam kelompok masing-masing 6-7 siswa perkelompok
dan guru membagikan bangun ruang sederhana berupa kubus dan balok, lem, kertas
warna-warni di setiap kelompok untuk siswa hiasi bangun ruang sederhana tersebut
guna untuk mendefinisikan, mengidentifikasikan dan juga mengetahui sifat-sifat
bangun ruang tersebut, didalam kegiatan ini siswa menciptakan gagasan mereka
terkait dengan masalah yang diberikan, dalam langkah ini guru sudah melaksanakan
tahap penemuan gagasan.
Suasana yang tercipta terhadap ini sangat gaduh karena ada siswa yang merasa
enggan untuk bergabung pada kelompok yang sudah ditentukan oleh pengajar.
Namun, hal tersebut dapat segera diatasi oleh pengajar ketika pengajar memberikan
tugas kelompok di setiap kelompok. Kemudian pengajar memberikan tugas kelompok
untuk siswa kerjakan dan berdiskusi bersama di dalam kelompok mereka masing-
masing sehingga mendapatkan solusi untuk pemecahan masalah dan menerima
gagasan untuk membuat rencana tindakan, dalam langkah ini guru sudah
melaksanakan tahap penemuan solusi dan penerimaan dalam siswa membuat rencana
tindakan baru. Setelah siswa selesai menghiasi alat peraga mereka masing dan
menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan kemudian setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas dan kelompok yang lain
49
memberikan tanggapan mereka tehadap hasil diskusi yang dipresentasikan oleh
kelompok presentasi.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan Creative Problem Solving ini
sebagian besar siswa terlibat aktif dalam berdiskusi dan menghiasi bangun ruang
yang diberikan, meskipun masih ada beberapa siswa yang main-main. Dalam
menyelesaikan lembar kerja sudah ada kerjasama antar anggota meskipun belum
menyeluruh pada semua kelompok. Pada kegiatan akhir pengajar bertanya pada siswa
dengan apa yang belum dipahami oleh siswa, setelah itu pengajar beserta seluruh
siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Kemudian guru
menyampaikan pembelajaran yang akan dilakukan dalam pertemuan selanjutnya.
Pertemuan II
Sebelum proses belajar mengajar dimulai, peneliti menyiapkam semua peralatan
yang diperlukan dalam proses pembelajaran seperti media dan juga video yang akan
ditayangkan untuk siswa amati. Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi
beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka
pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, melakukan apersepsi “Siapa yang
tahu, berbentuk apakah kaleng susu ini?”. Siswa diminta menjawab pertanyaan yang
guru berikan. Setelah apersepsi, kemudian pengajar menyampaikan materi dan juga
tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, dalam langkah ini
guru sudah melakukan tahap penemuan tujuan.
Pada kegiatan inti, pengajar kembali mengingatkan dengan materi yang telah
dipelajari pada pertemuan yang lalu dan menampilkan kembali video tentang bangun
ruang sebelum menyampaikan materi secara singkat tentang sifat-sifat tabung,
kerucut, dan bola, dalam langkah ini guru sudah melakukan tahap pemecahan
masalah karna guru melakukan sesi tanya jawab. Setelah itu pengajar menyampaikan
cara belajar dengan menggunakan strategi Creative Problem Solving dan guru
membentuk siswa dalam kelompok masing-masing 6-7 siswa perkelompok dan guru
membagikan lembar kerja kelompok dan bangun ruang sederhana berupa tabung,
kerucut dan bola, lem, kertas warna-warni di setiap kelompok untuk siswa hiasi
50
bangun ruang sederhana tersebut guna untuk mengidentifiasikan dan mengetahui
sifat-sifat dari tabung, kerucut dan bola, dalam tahap ini siswa di dalam kelompok
mencari gagasan hingga menemukan solusi dalam memecahkan masalah, dalam
langkah ini guru sudah melakukan tahap penemuan gagasan dan penemuan solusi.
Kemudian setelah berdiskusi didalam kelompok siswa membuat rencana tindakan
yaitu setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas, dalam
langkah ini guru sudah melakukan tahap penerimaan yaitu siswa membuat rencana
tindakan.
Pada pertemuan kedua ini siswa tampak antusias dalam mengikuti pembelajaran,
hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
pengajar. Pada kegiatan akhir pengajar bertanya pada siswa dengan apa yang belum
dipahami oleh siswa, setelah itu pengajar beserta seluruh siswa membuat kesimpulan
tentang materi yang telah dipelajari. Kemudian guru menyampaikan pembelajaran
yang akan dilakukan dalam pertemuan selanjutnya.
Pertemuan III
Pada pertemuan ketiga ini yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa
kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka
pembelajaran dengan salam, berdoa dan mengabsen. Kemudian pengajar hanya
mengingatkan kembali dengan materi yang telah dipelajari pada pertemuan pertama
dan kedua yaitu bangun ruang sederhana dengan melakukan tanya jawab. Setelah
melakukan tanya jawab kemudian siswa diberikan soal evaluasi berbentuk pilihan
ganda.
4.2.3 Tahap Pengamatan Tindakan Siklus I
Kegiatan pelaksanaan dilakukan pada kegiatan pelaksanaan tindakan. Dalam
penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar pengamatan
yang mengacu pada kegiatan siswa pada saat melakukan pembelajaran. Pada kegiatan
pengamatan ini dilakukan oleh guru observer, hasil pengamatan yang diperoleh untuk
memantau pengaruh dari tindakan perbaikan terhadap tujuan pembelajaran dengan
menggunakan strategi Creative Problem Solving dengan berbantuan media video.
51
Berdasarkan pengamatan yang diakukan observer, pengajar telah menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan strategi Creative Problem Solving dengan
berbantuan video dengan baik. Pengajar dapat mengatur serta mengendalikan
kegiatan pembelajaran.
Pada saat awal pembelajaran dengan menggunakan strategi Creative Problem
Solving dengan berbantuan media video banyak siswa yang masih bingung, tetapi
pengajar dapt mengantisipasi hal tersebut dengan cara menjadi fasilitator dengan
membantu dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. Pengamatan yang
dilakukan pada tahap ini meliputi respon siswa dengan cara mengamati aktivitas
siswa dan guru sesuai dengan indikator respon siswa dan guru pada lembar
pengamatan. Berdasarkan pengamatan respon siswa pada lembar pengamatan
menunjukkan sudah lebih dari sebagian siswa memberikan respon positif dalam
mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan observer pada guru yang
mengajar bahwa guru sudah menguasai tahap-tahap pada pembelajaran dengan
menggunakan strategi Creative Problem Solving dengan berbantuan video. Hasil
observasi respon siswa dan tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar
dapat dilihat di lampiran.
4.2.4 Hasil Analisis Data Siklus I
4.2.4.1 Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, pada pertemuan ketiga siswa
diberikan tes formatif yaitu materi bangun ruang sederhana. Data hasil tes formatif:
nilai tertinggi 90, nilai terendah 50, nilai rata-rata siswa yang mencapai ketuntasan 28
siswa, siswa yang tidak tuntas 8 siswa. Analisis hasil tes formatif siklus I dapat dilihat
pada tabel 4.4 dan grafik 2.
52
Tabel 4.4
Analisis Nilai Tes Formatif Siklus I
No Nilai Siklus I Keterangan
Jumlah siswa Presentase (%)
1 65 8 22,22 Tidak tuntas
2 65 28 77,78 Tuntas
Jumlah 36 100
Rata-rata 71,94
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 50
Grafik 2
Analisis Nilai Tes Formatif Siklus I
Tabel 4.4 dan grafik 2 menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika
dibandingkan dengan sebelum diterapkannya strategi Creative Problem Solving
dengan berbantuan media video dalam pembelajaran. Dengan nilai KKM=65 terdapat
28 siswa yang mendapatkan nilai diatas nilai KKM=65 dengan prsentase 77,78% dan
yang belum tuntas dan belum mencapai nilai KKM=65 terdapat 8 siswa dengan
0%
20%
40%
60%
80%
Tuntas Tidak Tuntas
Siklus I
Tuntas
Tidak Tuntas
53
presentase 22,22% dari jumlah keseluruhan nilai rata-rata pada siklus I adalah 71,94
dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50.
4.2.4.2 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Siklus I
Membandingkan ketuntasan belajar sebelum tindakan dengan setelah tindakan
pada siklus I dimaksudkan untuk melihat apakah penerapan strategi Creative Problem
Solving dengan berbantuan media video memberikan pengaruh dalam meningkatkan
ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi bangun ruang
sederhana . berikut ini disajikan dalam tabel 4.5 dan grafik 3 perbandingan presentase
sebelum dilakukannya tindakan atau pra siklus dan setelah melakukan tindakan pada
siklus I.
Tabel 4.5
Perbandingan Presentase Pra Siklus dan Siklus I
No Nilai Pra Siklus Siklus I
Jumlah
Siswa
Presentase
(%)
Jumlah
Siswa
Presentase
(%)
1 Tuntas 18 50 28 77,78
2 Tidak Tuntas 18 50 8 22,22
Jumlah 36 100 36 100
Grafik 3
Perbandingan Presentase Pra Siklus dan Siklus I
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Pra Siklus Siklus I
Tuntas
Tidak Tuntas
54
Mengacu pada tabel 4.5 dan grafik 3 tersebut, Jika dibandingkan dengan nilai
yang diperoleh pada pra siklus, untuk skor nilai 65 terdapat 18 siswa dengan
presentase 50% dan skor nilai 65 terdapat 18 siswa dengan presentase 50%. Jadi
dilihat dari nilai KKM yaitu 65 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa
dan yang belum tuntas 18 siswa dan pada siklus I untuk skor nilai 65 terdapat 28
siswa dengan presentase 77,78% dan siswa yang mendapatkan skor 65 terdapat 8
siswa dengan presentase 22,22%, jadi dilihat dari nilai KKM yaitu 65 maka jumlah
siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 28 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 8
siswa.
Dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar setelah
diberikan tindakan pada siklus I. dari kondisi awal ke siklus I mengalami peningkatan
ketuntasan belajar, yaitu dari ketuntasan 50,00% menjadi 77,78%.
4.2.5 Tahap Refleksi siklus I
Pada tahap refleksi ini dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan. Refleksi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan baik
secara proses maupun hasil. Dari tindakan yang dilakukan dengan menggunakan
strategi Creative Problem Solving dilihat dari deskripsi data siklus I dapat ditemukan
beberapa permasalahan seperti: dalam kegiatan pembelajaran masih ada beberapa
siswa yang kurang disiplin, seperti bermain bersama teman sebangku dan sibuk
berbicara. Pada kegiatan diskusi kelompok belum semua berjalan dengan baik, dari 5
kelompok hanya 3 kelompok yang bekerja dengan baik. Kerja sama antar anggota
kelompok juga belum berjalan dengan baik karena didalam kelompok yang
beranggotakan 6 siswa hanya 3 atau 4 siswa saja yang bekerja. Sehingga dalam
memecahkan masalah sehingga dalam memecahkan masalah atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja kelompok kurang memuaskan dan juga
dalam melakukan tahap-tahap strategi Creative Problem Solving guru melewati tahap
penemuan fakta dan diharapkan pada siklus kedua akan dilakukan semua tahap
strategi Creative Problem Solving tersebut.
55
Pada siklus I ini terdapat hal positif juga yaitu interaksi antara siswa dengan
pengajar sudah baik karena mereka tidak malu untuk bertanya. Mereka juga berani
maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. Ketika kegiatan
tes yang dilakukan mereka juga tidak melakukan kerjasama dengan siswa yang lain
dengan kata lain mereka sudah mengerti bahwa soal tes dikerjakan secara individu.
Disini yang perlu diperbaiki yaitu guru harus membimbing siswa ketika mereka di
dalam kelompok dan mengerjakan tugas kelompok mereka. Guru juga
memperingatkan siswa untuk tidak sibuk sendiri dan berbicara dengan teman
sebangku pada proses pembelajaran.
4.3 Pelaksanaan Siklus II
4.3.1 Tahap Perencanaan Tindakan Siklus II
Pada tahap perencanaan tindakan siklus II yang akan dilakukan dalam 3 kali
pertemuan. Dua kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk
evaluasi dengan menggunakan Creative Problem Solving. Maka dari itu sebelum
melakukan tindakan peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses
pembelajaran yang meliputi:
1) Menentukan kompetensi dasar pada materi bangun ruang sederhana bersama
guru kelas.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Menyiapkan media dan video yang akan digunakan untuk proses
pembelajaran, karena Creative Problem Solving menggunakan media sebagai
pemicu kreativitas siswa.
4) Mempersiapkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa untuk proses
pembelajaran.
5) Membuat instrument penilaian hasil belajar berupa tes pilihan ganda.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan I
Sebelum proses belajar mengajar dimulai, peneliti menyiapkan semua peralatan
yang diperlukan dalam proses pembelajaran seperti media dan juga video yang akan
56
ditayangkan untuk siswa amati. Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi
beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka
pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, melakukan apersepsi dengan
memperlihatkan kotak pasta gigi dan bertanya “Termasuk bangun ruang apakah kotak
pasta gigi ini?”. Siswa diminta menjawab pertanyaan yang guru berikan. Setalah
apersepsi, kemudian pengajar menyampaikan materi dan juga tujuan pembelajara n
yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, dalam langkah ini guru sudah
melakukan tahap penemuan tujuan.
Pada kegiatan inti, pengajar menyajikan video untuk siswa amati dan setelah
siswa mengamti video pengajar bertanya kepada siswa “Apa yang kalian dapati
setelah mengamati video tersebut?” dan pengajar menyampaikan materi secara
singkat yaitu tentang jaring- jaring bangun ruang balok, ini adalah tahap penemuan
fakta dan siswa bersama guru melakukan tanya jawab guna melakukan tahap
pemecahan masalah. Dalam langkah ini guru sudah melaksanakan tahap penemuan
fakta dan pemecahan masalah.
Setelah itu pengajar menyampaikan cara belajar dengan menggunakan strategi
Creative Problem Solving dan guru membentuk siswa dalam kelompok masing-
masing 6-7 siswa perkelompok dan guru membagikan kertas karton, kertas origami,
lem dan gunting, guna untuk membuat jaring- jaring bangun ruang pada balok dan
menentukan mana sisi tutup dan sisi alas dengan menggunakan bahan yang diberikan
oleh guru didalam kegiatan ini siswa menciptakan gagasan mereka terkait dengan
masalah yang diberikan kemudian mencari solusi dalam menyelesaikan masalah
tersebut, dalam langkah ini guru sudah melaksanakan tahap penemuan gagasan,
mencari solusi dan tahap penerimaan sehingga tahap penerimaan untuk membuat
rencana tindakan tercapai dan setiap kelompok siap mempresentasikan hasil diskusi
mereka di depan kelas dan kelompok yang lain memberikan tanggapan mereka
terhadap hasil diskusi yang dipresentasikan oleh kelompok presentasi.
Pada kegiatan akhir pengajar bertanya pada siswa dengan apa yang belum
dipahami oleh siswa, setelah itu pengajar beserta seluruh siswa membuat kesimpulan
57
tentang materi yang telah dipelajari. Kemudian guru menyampaikan pembelajaran
yang akan dilakukan dalam pertemuan selanjutnya.
Pertemuan II
Sebelum proses belajar mengajar dimulai, peneliti menyiapkan semua peralatan
yang diperlukan dalam proses pembelajaran seperti media dan juga video yang akan
ditayangkan untuk siswa amati. Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi
beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka
pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, melakukan apersepsi dengan
memperlihatkan kotak yang berbentuk kubus dan bertanya “Termasuk bangun ruang
apakah kotak ini?”. Siswa diminta menjawab pertanyaan yang guru berikan. Setalah
apersepsi, kemudian pengajar menyampaikan materi dan juga tujuan pembelajaran
yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, dalam langkah ini guru sudah
melaksanakan tahap penemuan tujuan.
Pada kegiatan inti, pengajar menyajikan video untuk siswa amati dan setelah
siswa mengamti video, pengajar bertanya kepada siswa “Apa yang kalian dapati
setelah mengamati video tersebut?” dan mengingatkan kembali dengan pembelajaran
tentang jaring-jaring bangun ruang balok sebelumnya setelah itu menyampaikan
materi secara singkat tentang jaring-jaring bangun ruang kubus, dalam langkah ini
guru sudah melaksanakan tahap penemuan fakta dan pemecahan masalah.
Setelah itu pengajar menyampaikan cara belajar dengan menggunakan strategi
Creative Problem Solving dan guru membentuk siswa dalam kelompok masing-
masing 6-7 siswa perkelompok dan guru membagikan kertas karton, kertas origami,
lem dan gunting, guna untuk membuat jaring-jaring bangun ruang pada kubus dan
menentukan mana sisi tutup dan sisi alas dengan menggunakan bahan yang diberikan
oleh guru, di dalam kelompok siswa melakukan tahap penemuan gagasan dan
penemuan solusi guna memecahkan masalah, dalam langkah ini guru sudah
melakukan tahap penemuan gagasan dan penemuan solusi. Kemudian setiap
kelompok melakukan tahap penerimaan yaitu membuat rencana tindakan
mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas dan kelompok yang lain
58
memberikan tanggapan mereka terhadap hasil diskusi yang dipresentasikan oleh
kelompok presentasi, dalam langkah ini guru sudah melakukan tahap penerimaan.
Pada kegiatan akhir pengajar bertanya pada siswa dengan apa yang belum
dipahami oleh siswa, setelah itu pengajar beserta seluruh siswa membuat kesimpulan
tentang materi yang telah dipelajari. Kemudian guru menyampaikan pembelajaran
yang akan dilakukan dalam pertemuan selanjutnya.
Pertemuan III
Pada pertemuan ketiga ini yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa
kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka
pembelajaran dengan salam, berdoa dan mengabsen. Kemudian pengajar hanya
mengingatkan kembali dengan materi yang telah dipelajari pada pertemuan pertama
dan kedua yaitu tentang jaring-jaring balok dan kubus dengan melakukan tanya
jawab. Setelah melakukan tanya jawab kemudian siswa diberikan soal evaluasi
berbentuk pilihan ganda.
4.3.3 Tahap Pengamatan Tindakan Siklus II
Kegiatan pengamatan dilakukan pada kegiatan pelaksanaan tindakan. Sama
halnya pada siklus I yaitu dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan
menggunakan lembar pengamatan yang mengacu pada kegiatan siswa pada saat
melakukan pembelajaran. Pada kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh guru
observer, hasil pengamatan yang diperoleh untuk memantau pengaruh dari tindakan
perbaikan terhadap tujuan pembelajaran dengan menggunakan strategi Creative
Problem Solving dengan berbantuan media video.
Berdasarkan pengamatan pembelajaran dengan menggunakan strategi Creative
Problem Solving dengan berbantuan media video pada siklus II lebih kondusif dan
terkendali dan sebagian besar siswa telah memberikan respon positif dalam
pembelajaran dengan menggunakan strategi Creative Problem Solving dengan
berbantuan media video. Hasil pengamatan tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel
4.5 sedangkan respon siswa siklus II dapat dilihat di lampiran.
59
4.3.4 Hasil Analisis Data Hasil Belajar Siklus II
4.3.4.1 Siklus II
Siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, pada pertemuan ketiga siswa
diberikan tes formatif yaitu materi jaring-jaring kubus dan balok. Data hasil tes
formatif. Nilai tertinggi 100, nilai terendah 60, nilai rata-rata siswa yang mencapai
ketuntasan 34 siswa, siswa yang tidak tuntas 2 siswa. Analisis hasil tes formatif siklus
II dapat dilihat pada tabel 4.8 dan grafik 4.
Tabel 4.8
Analisis Nilai Tes Formatif Siklus II
Grafik 4
Analisis Nilai Tes Formatif Siklus II
No Nilai Siklus II Keterangan
Jumlah siswa Presentase (%)
1 65 2 5,56 Tidak tuntas
2 65 34 94,44 Tuntas
Jumlah 36 100
Rata-rata 83,61
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 60
0.00%
50.00%
100.00%
Tuntas Tidak
Tuntas
Siklus II
Tuntas
Tidak Tuntas
60
Dari tabel 4.8 dan grafik 4 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan strategi
Creative Problem Solving berbantuan media video ada peningkatan jika dibandingkan
dengan nilai yang diperoleh pada pra siklus, untuk skor nilai 65 terdapat 2 siswa
dengan presentase 5.56% dan skor nilai 65 terdapat 34 siswa dengan presentase
94.44%. jadi dilihat dari nilai KKM yaitu 65 maka jumlah siswa yang tuntas
sebanyak 34 siswa dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 2 siswa.
4.3.4.2 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Membandingkan ketuntasan belajar sebelum tindakan dengan setelah tindakan
pada siklus II dimaksudkan untuk melihat apakah penerapan strategi Creative
Problem Solving dengan berbantuan media video , memberikan pengaruh dalam
meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi
jaring-jaring balok dan kubus, berikut ini disajikan dalam tabel 4.13 dan grafik 4
perbandingan ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan pada
siklus II. Berikut ini disajikan dalam tabel 4.9 dan grafik 5 perbandingan jumlah
ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II.
Tabel 4.9
Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II
No
Ketuntasan
Siklus I
Siklus II
Jumlah Siswa % Jumlah Siswa %
1 Tidak Tuntas 8 22,22 2 5,56
2 Tuntas 28 77,78 34 94,44
Total 36 100 36 100
61
Grafik 5
Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan tabel 4.9 dan grafik 5 diketahui terjadi peningkatan jumlah maupun
presentase ketuntasan belajar siswa. Jika siklus I siswa yang tuntas belajar adalah 28
siswa (77.78%) dari total jumlah siswa terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan
tindakan pada siklus II, dimana siswa yang tuntas menjadi 34 siswa (94,44%) dari
total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah
ketuntasan belajar siswa yaitu 6 siswa (16,66%). Jumlah siswa yang belum tuntas
siklus I adalah 8 siswa (22,22%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada
siklus II menjadi 2 siswa (5,56%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi
siswa yang belum tuntas 6 siswa (16,66%).
Peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan siklus II
diketahui bahwa ketuntasan belajar ini sudah memberikan hasil yang diharapkan
yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang ditetapkan
sekolah = 65. Dengan kata lain, dengan hasil ini tidak diperlukan lagi tindakan yang
harus dilaksanakan.
4.3.4.3 Tahap Refleksi Siklus II
Setelah selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II maka diadakan
evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi
pembelajaran. Dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) hasil evaluasi yang
dicapai siswa sebanyak 34 siswa mendapatkan skor nilai 65 dari total jumlah siswa
kelas IV berjumlah 36 siswa. Jadi, dapat dikatakan bahwa hasil ketuntasan sudah
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Siklus I Siklus II
Tuntas
Tidak Tuntas
62
mencapai ketuntasan kelas minimlal 80%. Ketuntasan tersebut berdasarkan
inidikator kinerja yang telah ditentukan, yaitu tercapai KKM=65 dari semua siswa.
Peneliti memberikan patokan ketuntasan sebesar 80% dari jumlah keseluruhan siswa
untuk hasil belajar siswa. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, maka terlihat
bahwa hasil belajar siswa meningkat hingga mencapai presentase 80% dari 36 siswa
yang mendapat nilai lebih dari nilai KKM sebanyak 34 siswa dari 36 siswa.
Berdasarkan hasil evaluasi siswa siklus II, ketuntasan yang dilakukan telah
meningkat. Ketuntasan tersebut meningkat dari 77,78% pada siklus I menjadi 94,44%
pada siklus II. Nilai rata-rata pada siklus I 71,94 meningkat menjadi 83,61 pada siklus
II. Dengan demikian berarti evaluasi tertulis siswa pada siklus II telah mencapai
indikator kerja dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus
II saat siswa melakukan diskusi lebih aktif dan mendominasi jalannya diskusi,
pengajar mengajak siswa untuk membuat kesepakatan jika ada siswa yang melanggar
kesepakatan tersebut maka skor kelompoknya akan dikurangi dan nilai kelompoknya
akan dikurangi, hal tersebut dilakukan sebagai tambahan agar siswa lebih
bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan melakukan proses
pembelajaran dan melakukan diskusi.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan data di atas serta indikator keberhasilan
(ketuntasan belajar) matematika telah tercapai 94,44% dari total jumlah siswa kelas
IV SDN 01 Sumogawe Kecamatan getasan Kabupaten Semarang, maka penelitian
tindakan kelas ini dihentikan sampai siklus II.
4.4 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Pencapaian hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut:
63
Tabel 4.10
Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No Nilai Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah
Siswa
Presentase
(%)
Jumlah
Siswa
Presentase
(%)
Jumlah
Siswa
Presentase
(%)
1 Tuntas 18 50 28 77,78 34 94,46
2 Tidak
Tuntas
18 50 8 22,22 2 5,56
Jumlah 36 100 36 100 36 100
Rata-rata 59,30 71,94 83,61
Nilai tertinggi 80 90 100
Nilai terandah 30 50 60
Grafik 6
Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan tabel 4.10 dan grafik 6, penelitian tindakan dengan menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan strategi Creative Problem Solving dengan
berbantuan media video ini telah meningkatkan Ketuntasan Kriteria Minimal
(KKM=65) sebanyak 18 siswa dari 36 siswa atau 22,22%. nilai rata-rata yang
diperoleh pada kondisi awal 62,1 dengan pencapaian nilai tertinggi 80 dan nilai
terendah 30. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I mendapatkan hasil peningkatan
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Pra
Siklus
Siklus I Siklus II
Tuntas
Tidak Tuntas
64
yang signifikan, yaitu sebanyak 28 siswa telah memperoleh nilai diatas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=65), jika dalam presentase siswa yang telah tuntas
sebanyak 77,78%. Nilai rata-rata yang dicapai juga meningkat menjadi 71,94 %
ddengan pencapaian nilai tertinggi 90 dan terendah 50.
Hasil dari penelitian tindakan siklus II juga mengalami peningkatan lagi, dengan
ketuntasan menjadi 94,46%. Sebanyak 34 siswa yang mencapai nilai lebih dari KKM.
Nilai rata-rata yang dicapai setelah siklus II ini juga mengalami peningkatan dari
siklus sebelumnya yaitu 83,61 dengan pencapaian nilai tertinggi 100 dan nilai
terendah 60. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan strategi Creative Problem Solving dengan berbantuan media video
dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika materi bangun
ruang sederhana dan jaring- jaring balok dan kubus pada siswa kelas IV SDN 01
Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. hasil tersebut disajikan pada
grafik perbandingan ketuntasan hasil belajar pada pra siklus, siklus I dan siklus II
berikut:
4.5 Pembahasan
Penelitian tindakan ini difokuskan untuk meningkatkan hasil belajar matematika
kelas IV SDN 01 Sumpgawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dengan
menggunakan Creative Problem Solving berbantuan media video. Berdasarkan
observasi yang dilakukan sebelum dilakukannya tindakan dengan menggunakan
strategi Creative Problem Solving berbantuan media video pada pembelajaran
matematika hasil belajar pada siswa masih rendah, ini disebabkan karna siswa belum
memahami apa yang disampaikan oleh guru tentang materi pembelajaran. Proses
pembelajaran sebelum dilakukannya tindakan menunjukkan siswa masih pasif di
dalam proses pembelajaran dan yang aktif hanya guru sehingga siswa juga cenderung
hanya mendengarkan ketika guru menjelaskan sehingga pelajaran terkesan
membosankan tanpa adanya peran aktif dari siswa. Siswa masih bekerja secara
individu sehingga kreatifitas siswa menjadi terbatas karena tidak dibiasakan untuk
mengembangkan ketrampilan dan bekerja sama dalam proses pembelajaran. Siswa
65
terlihat jenuh pada proses pembelajaran yang bersifat monoton dan hanya berpusat
pada guru sehingga hasil belajar yang diperolehpun masih rendah, hasil belajar siswa
dalam rata-rata sebelum tindakan adalah 59,30. Siswa yang mencapai KKM=65
hanya 18 siswa dari total jumlah siswa 36 dengan presentase 50%, sedangkan siswa
yang belum mencapai KKM=65 sejumlah 18 siswa dari total jumlah siswa 36 dengan
presentase 50%. Nilai tertinggi yang berhasil didapatkan oleh siswa sebelum
dilakukannya tindakan adalah 80 sedangkan nilai terendah adalah 30.
Setelah dilakukannya tindakan dalam kelas dengan menggunakan strategi
Creative Problem Solving dengan berbantuan media video hasil belajar pada siswa
meningkat ini terlihat pada sikus I siswa yang berhasil mencapai nilai KKM=65
sebanyak 28 siswa dengan presentase 77,78% sedangkan siswa yang belum tuntas
dan mencapai nilai KKM=65 sebanyak 8 siswa dengan presentase 22,22% dan pada
siklus I siswa yang aktif sudah merata dan siswa sudah bekerja sama dengan baik
didalam kelompok pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh juga meningkat yaitu
71,94 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Pada siklus II hasil belajar pada
siswa semakin meningkat dan sudah memenuhi nilai patokan dari peneliti yaitu
minimal 80%, pada siklus II siswa yang berhasil mencapai nilai KKM=65 sebanyak
34 siswa dengan presentase 94,46% sedangkan siswa yang belum tuntas sbanyak 2
siswa dengan presentase 5,56%. Dari pengamatan terhadap proses pembelajaran yang
terjadi pada siklus II, siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan partisipatif dalam bekerja
sama didalam kelompok.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Kusuma
Wardani (2013), dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas
IV SDN Siderejo Kidul 03 Salatiga Melalui Strategi Creative Problem Solving Tahun
Pelajaran 2012/2013”, setelah guru menggunakan strategi Creative Problem Solving
untuk memperbaiki proses hingga hasil belajar siswa pada siswa kelas IV di mata
pelajaran matematika terdapat peningkatan yang terjadi. Dengan peningkatan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa setelah diterapkannya strategi yang dilakukan oleh
peneliti maka dapat disimpulkan bahwa strategi Creative Problem Solving dapat
66
meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran matematika dikelas IV di SDN
Siderejo Kidul 03 Salatiga. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Dewi
Kurniawati (2014) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan
Menerapkan Model Creative Problem Solving pada siswa kelas II SDN Purwodadi
Margoyoso Pati Semester I Tahun 2013/2014”, dari penelitian yang dilakukan dalam
menggunakan model Creative Problem Solving pada siswa kelas II dimata pelajaran
matematika dapat disimpulkan bahwa model Creative Problem Solving dapat
meningkatkan kinerja guru beserta hasil belajar siswa.
Selain mendukung dua hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini juga
mendukung pernyataan teoritis tentang strategi Creative Problem Solving
Dikembangkan oleh pencipta ‘brainstroming’ Alex Osborn (1979) dan Dr. Sidney
Parnes (1992), Creative Problem Solving merupakan perangkat fleksibel yang dapat
diterapkan untuk menguji problem dan isu- isu nyata, enam tahap dalam model ini
mempresentasikan prosedur sistematis dalam mengidentifikasi tantangan,
menciptakan gagasan, dan menerapkan solusi-solusi inovatif. Melalui praktik dan
penerapan proses tersebut secara berkelanjutan, siswa dapat memperkuat teknik-
teknik kreatif mereka dan belajar menerapkannya dalam situasi-situasi baru (Miftahul
Huda, 2013). Penyelesaian masalah memungkinkan kita untuk mengadopsi tingkah
laku yang kreatif, ‘dorongan yang sangat kuat untuk berubah’(Parners 1985:4) dalam
(Florence Beetlestone, 1998), dan oleh sebab itu merupakan bagian penting dari
pembelajaran kretifitas. Dengan melakukan langkah pembelajaran strategi Creative
Problem Solving dengan berbantuan media video dengan tepat dan dengan
memperhatikan karakteristik siswa sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran
yang memiliki keunggulan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa, hal
tersebut dapat dilihat dari hasil belajar pada siswa yang meningkat disetiap siklus
yang dilakukan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian pembahasan tersebut maka dapat dipaparkan implikasi teortis
dan implikasi praktis:
67
1. Implikasi teoritis
Pembelajaran dengan menggunakan strategi Creative Problem Solving dapat
digunakan sebagai strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar matematika dengan syarat guru dapat menguasai langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan strategi Creative Problem Solving dengan
berbantuan media video.
2. Implikasi Praktis
1. Pembelajaran dengan menggunakan strategi Creative Problem Solving dengan
berbantuan media video dapat digunakan dalam pembelajaran matematika dan
dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini terjadi karena penggunaan media
dalam pembelajaran ini lebih menarik perhatian dan minat siswa.
2. Pada pembelajaran dengan menggunakan strategi Creative Problem Solving
dengan berbantuan media video siswa dituntut memecahkan masalah dengan
cara mereka sendiri. Pada pembelajaran dengan menggunakan strategi
Creative Problem Solving dengan berbantuan media video siswa dituntut
untuk dapat memecahkan masalah dengan cara mereka sendiri. Dalam hal ini
daya nalar pikir siswa dapat meningkat sehingga hasil belajar siswa juga
meningkat. Setelah siswa menyelesaikan masalah, siswa juga ditanya
bagaimana cara mereka menemukan penyelesaian tersebut shingga siswa juga
dituntut untuk mampu mengungkapkan pendapat agar siswa lain dapat
mengetahui cara-cara memecahkan masalah menurut temannya dan agar
siswa mampu bersaing dalam menciptakan cara-cara yang lain.