BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. 4.1.1...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. 4.1.1...
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum SMK Negeri 1 Kendal
Dalam penelitian ini gambaran umum yang disajikan secara rinci sebagai
berikut :
Visi, Misi, dan Jumlah Siswa Tahun 2016
Visi “Menjadikan SMK Negeri 1 Kendal sebagai pusat pendidikan dan
pelatihan yang amanah, mampu mencetak tenaga kerja profesional,
unggul, kompetitif, beriman, dan berakhlak mulia”.
Untuk mewujudkan Visi tersebut, SMK N I Kendal menyatakan misi
sebagai berikut :
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pendidik, tenaga
kependidikan, & siswa.
2. Meningkatkan efektivitas & efisiensi Kegiatan Belajar Mengajar.
3. Meningkatkan kedisiplinan pendidik, tenaga kependidikan serta
siswa.
4. Meningkatkan kualitas pendidik & tenaga kependidikan.
5. Meningkatkan kualitas & kuantitas sarana pendidikan.
6. Mengintensifkan hubungan kerja sama dgn Dunia Usaha/Industri,
serta instansi terkait.
7. Meningkatkan hubungan kemitraan dengan orang tua siswa &
masyarakat.
8. Mengoptimalkan peran Unit Produksi.
9. Meningkatkan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan.
40
10. Supervisi secara teratur & berkesinambungan.
Jumlah Siswa SMK Negeri 1 Kendal tahun 2016 menurut
www.smkn1kendal.sch.id terdapat sebanyak 1181 siswa terbagi ke
dalam tujuh kompetensi keahlian sebagai berikut : Akuntansi 320,
Administrasi Perkantoran 213, Pemasaran 103, Tata Busana 205,
Multimedia 128, Perbankan Syariah 106, dan TP3RP sebanyak 106
siswa.
Struktur Organisasi dan Deskripsi Kompetensi Keahlian Pemasaran
Kompetensi Keahlian Pemasaran dalam Struktur Organisasi di SMK
Negeri 1 Kendal digambarkan sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI
KOMPETENSI KEAHLIAN PEMASARAN
Sumber : Data Primer Struktur Organisasi Kompetensi Keahlian Pemasaran
Struktur Organisasi digunakan untuk menguraikan Tugas secara
langsung pada setiap posisinya. Kedudukan paling utama dimiliki oleh
Kepala sekolah yaitu bertanggungjawab atas terselenggaranya
pendidikan sesuai dengan Visi dan Misi sekolah, serta
menyelenggarakan seluruh kegiatan Program Kerja di Sekolah. Kepala
KEPALA SEKOLAH
KAKOM PEMASARAN
LABORAN
UNIT PRODUKSI
WALI KELAS .
SEKKOM PE
GURU
KALAB. PE
41
sekolah dibantu oleh Ketua Kompetensi Keahlian dalam:
mengembangkan kompetensi keahlian, membantu mengawasi
pelaksanaan magang siswa, dan mengawasi KBM pada Kompetensi
Keahlian Pemasaran.
Dalam melaksanakan tanggungjawab yang diberikan oleh kepala
sekolah untuk mewujudkan program yang telah direncakan, Ketua
Kompetensi Keahlian dibantu oleh : Sekom, Unit Produksi, Ketua dan
Laboran Pemasaran, Wali Kelas serta Guru. Ketua Kompetensi
Keahlian dibantu oleh sekretaris kompetensi keahlian dalam :
Menyiapkan instrumen administrasi untuk menyusun program
semesteran dan tahunan, Mencari tempat magang dan penempatan
siswa, Menjalin kerja sama denga rekan kerja atau DU/DI.
Unit Produksi Pemasaran bertugas: Melaksanakan Pembinaan dan
bimbingan secara Individu / Kelompok untuk peningkatan Prestasi
belajar melalui guru – guru yang terkait, Menjalin Hubungan yang
Konstruktif dengan Dunia Kerja yang relevan, dan Memasarkan dan
menelusuri tamatan.
Selain itu Ketua Laboran Pemasaran bertugas membatu dalam :
Menyusun dan mengkoordinasi program kerja pemanfaatan,
pemeliharaan dan perawatan Lab, Mewakili Ketua Unit Produksi dalam
hal – hal tertentu.
Laboran Pemasaran bertugas membantu dalam kegiatan : menyusun
program perbaikan dan perawatan lab. Komputer, membantu
mempersiapkan pemakaian lab. Kompetensi keahlian, mengadakan
perbaikan dan perawatan peralatan praktik kompetensi keahlian.
42
Wali Kelas bertugas membantu dalam kegiatan : Menyusun program
kerja wali kelas, mewakili Kepala Sekolah dan Orang Tua dalam
pembinaan siswa, Membina kepribadian, ketertiban dan kekeluargaan,
Membantu pengembangan peningkatan kecerdasan dan ketrampilan
siswa, Menyusun Rekapitulasi nilai, Mengisi dan membagi buku rapor,
Mencatat Mutasi Siswa
Guru bertugas membantu Ketua Kompetensi Keahlian dalam kegiatan :
Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah berkenaan dengan kegiatan
KBM sesuai mata diklat yang diajarkan, Melaksanakan seluruh
kegiatan yang berhubungan dengan tugas mengajar, Mengisi daftar nilai
siswa, Melaksanakan kegiatan membimbing / Pembinaan terhadap
siswa, Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa.
Kompetensi Keahlian Pemasaran merupakan salah satu
kompetensi keahlian di SMK N 1 Kendal, bertujuan untuk “Membekali
peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar
kompeten dalam: Melakukan analisa pasar, Menentukan strategi
penjualan dan pemasaran terhadap barang atau jasa, Membantu
kegiatan penjualan dan pemasaran terhadap barang atau jasa,
Mengoperasikan software dan periferal yang dapat mendukung kegiatan
penjualan”.
Peluang tamatan dari Kompetensi Keahlian Pemasaran yaitu : (1)
Bekerja pada bidang – bidang perkantoran, instansi pemerintah dan
swasta, badan – badan usaha, jasa, dll, (2) Melanjutkan ke Perguruan
Tinggi, (3) Menjadi Wirausahawan.
43
4.1.2 Deskripsi Peran Guru Produktif Dalam Meningkatkan Jiwa Wirausaha
Peran Guru Unit Produksi Dalam Meningkatkan Jiwa Wirausaha
didiskripsikan dalam lima elemen, yang meliputi: (1) Pemahaman Guru
Produktif atas jiwa wirausaha (2) Kewenangan Guru Produktif dalam
Meningkatkan Jiwa Wirausaha, (3) Proses Pembelajaran dalam
Meningkatkan Jiwa Wirausaha, (4) Pelaksanaan praktik Peningkatan Jiwa
Wirausaha, (5) Evaluasi dalam Meningkatkan Jiwa Wirausaha. Hasil
penelitian masing-masing elemen didiskripsikan sebagai berikut:
(1) Pemahaman Guru Produktif atas Jiwa Wirausaha
Pemahaman jiwa wirausaha para guru produktif pemasaran
ditunjukan dari penjelasan guru terhadap apa itu jiwa wirausaha, dan
bagaimana jiwa wirausaha dibentuk.
Jiwa wirausahan dijelaskan oleh guru berdasarkan pada sikap-sikap yang
harus dimiliki oleh wirausaha. Adapun sikap tersebut meliputi sikap
kreatif, inovatif, tanggung jawab, tidak mudah putus asa, ulet, disiplin,
sifat – sifat yang positif, tidak mudah menyerah, pandai membaca peluang
dan memanfaatkan peluang yang ada dalam berwirausaha. Sikap–sikap
tersebut merupakan materi pembelajaran sebagai bekal pembentukan sikap
wirausaha bagi peserta didik.
Pembentukan Jiwa wirausaha yang dilakukan oleh guru produktif melalui
proses pembelajaran di dalam kelas dan pelaksanaan praktik
kewirausahaan di Unit Produksi.
44
(2) Kewenangan Guru Produktif dalam Meningkatkan Jiwa Wirausaha
Kewenangan Guru Produktif dalam meningkatkan jiwa wirausaha
ditunjukkan dari kewenangan guru produktif dalam: pemberdayaan, dan
pemanfaatan unit produksi sebagai ajang pembelajaran pembentukan jiwa
wirausaha. .
Guru yang menjabat sebagai ketua Unit Produksi memiliki
kewenangan secara langsung dalam melakukan pemberdayaan dan
pemanfaatan di Unit Produksi yaitu : melakukan pengelolaan dan
pengembangan pada Unit Produksi, membuat jadwal jaga piket
pelaksanaan praktik kewirausahaan, melakukan proses pembelajaran
melalui Unit Produksi. Ketua Unit Produksi membagi rata – rata 6 siswa
kedalam satu kelompok jadwal jaga piket praktik kewirausahaan.
Pembagian tersebut bertujuan agar siswa disiplin dam mampu
bersosialisasi, berkoordinasi kepada siswa lainnya dalam melakukan suatu
pekerjaan.
Guru yang tidak menjabat sebagai ketua Unit Produksi tidak memiliki
kewenangan secara langsung dalam melakukan pemberdayaan dan
pemanfaatan di Unit Produksi. Kewenangannya hanya pada proses
pembelajaran di dalam kelas yaitu: memberikan pemahaman mengenai
jiwa wirausaha, melatih siswa untuk berwirausaha, memberikan
pengarahan, memberikan motivasi kepada siswa pemasaran melalui
pembelajaran di dalam kelas.
45
(3) Proses Pembelajaran dalam Meningkatkan Jiwa Wirausaha
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan
jiwa wirausaha yaitu: (a) Melakukan Persiapan Pembelajaran (b)
Menggunakan Model Pembelajaran, (c) Melibatkan Siswa dan
Mengkaitkan Materi Pembelajaran Pada Pelaksanaan Praktik.
a. Melakukan Persiapan Pembelajaran
Guru Produktif melakukan Persiapan pembelajaran di dalam kelas
dan Unit Produksi berupa : Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran), Membuat kalender akademik, Mempersiapkan
kesiapan siswa, Mempersiapkan materi pembelajaran, Mengisi absensi
kehadiran siswa, Mempersiapan alat – alat dan bahan yang akan
digunakan pada saat pelaksanaan praktik.
b. Menggunakan Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan oleh guru pada pembelajaran di
kelas adalah Scientific Learning dan Learning by Doing. Penggunaan
model pembelajaran disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan. Model Pembelajaran yang digunakan dalam Unit
Produksi berbasis project (kerja) secara langsung.
c. Melibatkan Siswa dan Mengkaitkan Materi Pembelajaran Pada
Pelaksanaan Praktik
Guru melibatkan siswa dalam praktik dilakukan dengan cara :
menunjuk dan memberikan tugas kepada siswa untuk menjadi
pelaksana praktik atau sebagai penjual. Tugas tersebut digunakan oleh
siswa sebagai acuan dalam melaksanakan prosedur yang diberikan
46
oleh guru, mulai dari persiapan pembukaan toko hingga penutupan
toko.
Mengkaitkan materi pembelajaran ditunjukkan dari cara guru
membawa materi pembelajaran yang disampaikan dikelas dengan
memberi contoh kasus kejadian nyata yang ditemui pada saat
pelaksanaan praktik di Unit Produksi.
(4) Pelaksanaan Peningkatan Jiwa Wirausaha
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jiwa wirausaha yang
dilakukan oleh guru produktif dilihat dari pembentukan sikap: (a) kreatif,
(b) inovatif, (c) pantang menyerah, yang dibentuk melalui pembelajaran di
kelas maupun di dalam Unit Produksi.
a. Pembentukan Sikap Kreatif
Guru membentuk sikap kreatif dikelas dilakukan dengan memberikan
pembelajaran yang disertai dengan tugas untuk membuat sebuah
proposal usaha. Awalnya siswa diberikan penjelasan terlebih dahulu
mengenai prosedur dan cara – cara dalam membuat sebuah proposal
usaha, kemudian siswa diberikan tugas untuk membuat sendiri secara
individu.
Sedangkan pembentukan sikap kreatif di Unit Produksi diajarkan
dengan cara melakukan perluasan produk dan membuat sebuah voucher
belanja. Usaha – usaha tersebut dilakukan guru produktif pemasaran
untuk membentuk sikap kreatif yang ada dalam diri siswa pemasaran.
47
b. Pembentukan Sikap Inovatif
Pembentukan sikap inovatif dilakukan guru dengan cara memberikan
tugas kepada siswa untuk : melakukan promosi intern dan
memanfaatkan peluang produk.
Promosi Intern (promosi yang dilakukan khusus oleh tim jadwal jaga
piket pada siswa pemasaran dari kelas X, XI, dan XII). Promosi
tersebut harus dilakukan sebelum mereka membuka Unit Produksi
untuk berjualan, sehingga pada saat buka mereka sudah mendapatkan
konsumen.
Selain itu siswa juga dilatih untuk memanfaataan peluang dari produk –
produk baru yang belum ada sehingga menghasilkan keuntungan dan
memanfaatkan ide – ide pemasaran yang bersifat baru.
c. Pembentukan Sikap Pantang Menyerah
Pembentukan sikap pantang menyerah juga dilakukan melalui :
pemberian tugas dalam membuat proposal usaha, mengatasi produk
yang tidak laku, penjualan voucher belanja.
Dalam membuat proposal usaha menggunakan tata cara penulisan yang
benar dan harus sesuai dengan prosedur. Hal tersebut dapat melatih
siswa untuk tidak mudah menyerah dalam membuat proposal usaha
dan harus menyelesaikan suatu pekerjaan yang .
Jika pada saat pelaksanaan praktik di Unit Produksi ada barang
dagangan yang masih tersisa, siswa diberikan tugas oleh guru untuk
48
mengatasi hal tersebut dengan cara menjual keliling di setiap kelas,
supaya barang dagangan terjual dan bisa mengurangi kerugian.
Selain itu sikap pantang menyerah juga dibentuk melalui penjualan
voucher belanja, yang mengharuskan siswa untuk bisa menjualkan
kepada konsumen.
(5) Evaluasi dalam Meningkatkan Jiwa Wirausaha.
Evaluasi dalam meningkatkan jiwa wirausaha dilakukan oleh guru
produktif setiap hari di dalam kelas dan Unit Produksi diantaranya :
penggunaan model pembelajaran, kecakapan materi yang disampaikan,
dan sejauh mana siswa mengerti apa yang disampaikan.
Guru memberi catatan juga penilaian secara langsung untuk
memudahkan dalam mengetahui perkembangan dari siswa. Evaluasi pada
penggunaan model pembelajaran ditunjukkan dengan memberikan
pertanyaan kepada siswa pada setiap selesai pembelajaran. Jika dirasa
model pembelajaran yang digunakan kurang efektif, guru sewaktu – waktu
bisa mengganti dengan model yang lainnya.
Evaluasi pada kecakapan materi yang disampaikan dilakukan melalui
penilaian pada tugas yang diberikan setiap harinya. Guru menanyakan
kepada siswa sejauh mana siswa dapat memahami materi yang telah
disampaikan. Apabila siswa merasa masih belum memahami materi yang
disampaikan guru mengulangi untuk menjelaskan lagi.
Proses evaluasi pada setiap harinya dilakukan untuk mempermudah
dalam mengetahui hambatan dikelas maupun di dalam pemberdayaan Unit
49
Produksi, sehingga guru mempunyai harapan dan usaha untuk
memperbaiki kedepannya menjadi lebih baik. Usaha perbaikan tersebut
berupa perbaikan dalam hal pembelajaran di kelas dan fasilitas yang ada di
Unit Produksi sehinga memudahkan siswa dalam melaksanakan tugasnya
pada saat praktik.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan pedoman wawancara
menunjukkan bahwa guru produktif pemasaran tergolong dalam kategori
memiliki peran didalam pemberdayaan Unit Produksi untuk meningkatkan
jiwa wirausaha di Komoetensi Keahlian Pemasaran SMK Negeri 1 Kendal. 1
responden melakukan semua tahapan hanya 2 responden yang tidak memiliki
kedudukan di Unit Produksi tetapi mereka melaksanakan setiap tahapan.
Jadi, Peran guru produktif dalam pemberdayaan Unit Produksi dalam
meningkatkan jiwa wirausaha di Kompetensi Keahlian Pemasaran yaitu:
Memiliki pemahaman atas jiwa wirausaha, Kedudukan Guru Produktif dalam
Meningkatkan Jiwa Wirausaha, melakukan proses pembelajaran dikelas dan
di Unit Produksi, pada pelaksanaannya ada usaha melakukan peningkatan
jiwa wirausaha, dan melakukan evaluasi.
4.1.3 Deskripsi Siswa Terhadap Pembelajaran dan Praktik Kewirausahaan
Pembelajaran dan praktik kewirausahaan yang dilaksanakan di kelas
dan di Unit Produksi oleh guru produktif memberikan ilmu, pengetahuan, dan
pengalaman pada siswa kompetensi keahlian pemasaran. Pengetahuan yang
diperoleh siswa pada saat pembelajaran digunakan sebagai bekal dalam
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di DU/DI. Selain itu siswa juga
menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari – hari untuk
50
menjalankan sebuah usaha yang bisa dijalankan di bangku sekolah, seperti
berbisnis baju, sepatu, tas secara online. Peningkatan jiwa wirausaha pada
siswa salah satunya terlihat dari sikap siswa yang menjadi percaya diri,
kreatif, inovatif, dan pantang menyerah dalam melaksanakan sebuah usaha
serta Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Hasil penelitian menunjukkan beberapa siswa menuturkan, setelah
siswa melaksanakan praktik di Unit Produksi mereka tidak merasa canggung
dan bingung dalam menyelesaikan pekerjaannya pada saat magang di DU/DI.
Kebiasaan yang siswa laksanakan dari awal hingga akhir pelaksanaan praktik
diterapkan secara langsung sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh guru
produktif. Siswa merasa ada perbedaan sebelum dan sesudah melaksanakan
praktik di Unit Produksi, mereka mempunyai bekal tersendiri sebelum terjun
langsung pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL). .
4.1.4 Deskripsi Faktor Penghambat dalam Pemberdayaan Unit Produksi
Hambatan dalam pemberdayaan Unit Produksi yang dialamai oleh guru
produktif diantaranya: (a) Persaingan, (b) Susahnya penentuan jadwal jaga,
(c) Fasilitas Unit Produksi, (d) Mempersiapkan siswanya dalam pelaksanaan
praktik. Hal – hal tersebut yang menyebabkan pemberdayaan tidak dapat
berjalan setiap harinya.
a. Faktor Persaingan
Lokasi tempat praktik yang berdampingan dengan kantin yang sudah
professional, hal tersebut mengakibatkan terjadinya persaingan antar
masing – masing penjual. Selain Unit Produksi, kantin yang saling
berdampingan bukanlah naungan dari sekolah. Sekolah hanya
51
menyewakan tempat setiap tahunnya, sehingga menimbulkan persaingan
dalam berjualan.
b. Kesulitan dalam Penentuan Jadwal Jaga
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada guru produktif
pemasaran menuturkan susahnya penentuan jadwal jaga, salah satunya
dalam mengurus ijin keluar kepada guru mapel yang bersangkutan.
Mengingat waktu jaga 10 menit sebelum istirahat dan sesudah istirahat.
Belum semua guru satu presepsi dan memahami program pembelajaran
di Unit Produksi. Hal ini terkadang yang menyebabkan guru mapel yang
mengajar di kelas keberatan jika siswanya mengikuti kegiatan di Unit
Produksi, dengan alasan takut tertinggal pelajaran mapel lainnya.
c. Fasilitas Unit Produksi
Hal lain yang dapat mempengaruhi minat siswa untuk membeli
terdapat pada fasilitas tempat berjualan yang kurang memadai seperti
penerangan, air, dan ukuran ruangannya yang masih terlalu sempit.
d. Mempersiapkan Siswa dalam Pelaksanaan Praktik
Minimnya motivasi dan kesadaran yang dimiliki siswa akan
pentingnya belajar berwirausaha sejak dini, mengakibatkan siswa kurang
antusias dalam pelaksanaan praktik. Terkadang ada juga siswa yang
terlambat dan tidak mengikuti praktik. Hal tersebut yang membuat guru
produktif harus bekerja lebih keras dalam mempersiapkan siswanya
dalam pelaksanaan praktik di Unit Produksi.
52
Jadi hambatan dalam melakukan pemberdayaan Unit Produksi bukan
berasal dari faktor peran guru produktifnya, melaikan berasal dari
beberapa faktor lain yaitu : Faktor Persaingan, Faktor Kesulitan dalam
menentuan jadwal jaga, Faktor Fasilitas Unit Produksi, dan Faktor
Kurangnya kesiapan siswa dalam pelaksanaan praktik.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Peran Guru Produktif dalam Pemberdayaan Unit Produksi
Kompetensi Keahlian Pemasaran
Guru berperan sebagai pihak yang bertanggungjawab mengarahkan dan
membimbing untuk mengembangkan ketrampilan yang dimiliki oleh siswa
dalam berwirausaha, melalui proses pembelajaran di sekolah. Menurut Agus
Wibowo dan Hamrin (2012:94) Para guru harus menyadari bahwa proses
pengembangan karakter kewirausahaan itu merupakan sebuah proses panjang
dan berkelanjutan dimulai dari awal anak masuk sampai selesai dari suatu
satuan pendidikan dan hendaknya para guru menggunakan metode
pembelajaran aktif dan menyenangkan, prinsip ini mengisyaratkan bahwa
proses pendidikan nilai – nilai kewirausahaan itu dilakukan oleh anak didik
bukan oleh guru.
Peran yang dilakukan untuk meningkatkan jiwa wirausaha siswa oleh
guru produktif SMK Negeri 1 Kendal melalui beberapa proses dan tahapan
dimulai dari siswa kelas X hingga XII. Proses tersebut Terlihat pada upaya
yang dilakukan dalam pemberdayaan Unit Produksi untuk mengembangkan
keterampilan siswa dalam berwirausaha. Guru sadar dan memiliki
pemahaman bahwa dalam memberikan pendidikan kewirausahaan
53
dibutuhkan proses panjang yang harus dilaksanakan. Pada pelaksanaannya
pada proses pembelajaran guru menggunakan berbagai model pembelajaran
untuk menumbuhkan kreativias dan keaktifan siswa yaitu : Scientific
Learning, Learning by doing, dan berbasis project (kerja).
Peran yang dilakukan oleh guru produktif sudah sesuai dengan teori
menurut Agus Wibowo dan Hamrin (2012:94), tetapi hasilnya belum bisa
secara maksimal mengingat masih banyak mengalami hambatan dalam
pelaksanaan pemberdayaan Unit Produksi.
Hambatan tersebut dilihat dari kurangnya motivasi siswa dalam pelaksanaan
praktik, sebagian siswa belum menyadari betapa pentingnya pelaksanaan
prakik tersebut. Adapula hambatan lain berasal dari persaingan dengan
kantin yang sudah professional, fasilitas tempat berjualan yang kurang
memadai seperti penerangan, air, dan ukuran ruangan yang masih terlalu
sempit.
Pada saat evaluasi dilakukan, terkadang siswa ada yang takut untuk
menyampaikan pendapatnya kepada guru. Selain itu kurangnya kesadaran
akan pentingnya berwirausaha dan kurangnya komunikasi antara guru
produktif dengan guru adaptif lainnya, mengakibatkan susahnya pembagian
jadwal dan ijin jaga.
Hambatan yang dialami tersebut menimbulkan keinginan guru produktif
untuk melakukan tindak lanjut perbaikan pemberdayaan Unit Produksi
diantaranya : melakukan perbaikan pada pembelajaran, melakukan perbaikan
pada fasilitas di Unit Produksi, melakukan perbaikan pada pemberian
motivasi dan monitoring serta evaluasi terhadap keberhasilan siswa.
54
Perbaikan pada pembelajaran yang akan dilakukan kedepannya oleh guru
produktif dengan cara memperluas materi yang diajarkan. Apabila dirasa
model pembelajaran yang digunakan kurang efektif, maka guru akan
mengganti dengan model yang baru dan disesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan. Jika diperlukan guru akan menggunakan alat – alat pembelajaran
yang lebih modern untuk mempermudah proses pembelajaran.
Perbaikan pada fasilitas akan dilakukan oleh guru seperti : memperluas
lokasi tempat berjualan, memperbaiki saluran air dan penerangan,
memperbaiki dan mengganti alat – alat yang lebih modern untuk
mempermudah dalam melakukan transaksi penjualan.
Guru melakukan perbaikan pada pemberian motivasi kepada siswa
dengan cara bertindak secara tegas kepada siswa yang melanggar peraturan
atau tidak hadir ketika jadwal piket. Hal ini dilakukan supaya siswa sungguh
– sungguh dan tidak memudahkan sebuah pekerjaan, sehingga siswa
termotivasi untuk menyelesaikan segala tugas yang diberikan oleh guru.
Perbaikan pada tahap evaluasi yang lebih mendalam juga dilakukan oleh
semua guru produktif berupa pencatatan dan penilaian lebih rinci pada setiap
harinya untuk memudahkan dalam mengetahui sejauh mana materi dan
pengetahuan dapat diterima oleh siswa.