BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran...

29
59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4. 1. 1 Sejarah Singkat Keluraha Tanjung Kramat Menurut sejarah orang orang tua bahwa pada tahun 1870 wilayah ini masih hutan belukar dan belum ada orang yang dapat menempati pantai ini. Kemudian oleh karena perkembangan dan perubahan zaman, maka wilayah ini dapat ditempati oleh beberapa masyarakat yang kesemuanya adalah pendatang. Untuk mengetahui siapa mereka, mungkin sulit untuk ditemukan tetapi kita dapat yakinkan, tinggal marga yang masih ada. Diantaranya marga harmain, ismail, kama, koyo, gani, usman, panti, Ibrahim, dan halada. Kemudian pada tahun 1908 datanglah orang orang Mindanawu bahasa Gorontalo Mangginano, dengan tujuan mereka ingin menguasai hasil bumi dan daerah Gorontalo. Dengan rencana demikian maka seluruh masyarakat pesisir pantai mengadakan perlawanan, karena mereka tidak mau diperas / diperbodok. Dan pada tahun 1910 terjadilah pertempuran antara orang orang Mindanawu dengan masyarakat yang ada sehingga pada saat itu orang orang Mindanawu banyak yang tewas dan yang lain mencari perlindungan disebelah barat dari wilayah ini. Olehnya itu dengan peristiwa ini maka wilayah yang ada dibagi dua. Tempat dan diberi nama sesuai peristiwa yang ada diantaranya ialah :

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4. 1. 1 Sejarah Singkat Keluraha Tanjung Kramat

Menurut sejarah orang – orang tua bahwa pada tahun 1870 wilayah ini masih

hutan belukar dan belum ada orang yang dapat menempati pantai ini. Kemudian oleh

karena perkembangan dan perubahan zaman, maka wilayah ini dapat ditempati oleh

beberapa masyarakat yang kesemuanya adalah pendatang. Untuk mengetahui siapa

mereka, mungkin sulit untuk ditemukan tetapi kita dapat yakinkan, tinggal marga

yang masih ada. Diantaranya marga harmain, ismail, kama, koyo, gani, usman, panti,

Ibrahim, dan halada.

Kemudian pada tahun 1908 datanglah orang – orang Mindanawu bahasa

Gorontalo Mangginano, dengan tujuan mereka ingin menguasai hasil bumi dan

daerah Gorontalo. Dengan rencana demikian maka seluruh masyarakat pesisir pantai

mengadakan perlawanan, karena mereka tidak mau diperas / diperbodok.

Dan pada tahun 1910 terjadilah pertempuran antara orang – orang Mindanawu

dengan masyarakat yang ada sehingga pada saat itu orang – orang Mindanawu

banyak yang tewas dan yang lain mencari perlindungan disebelah barat dari wilayah

ini.

Olehnya itu dengan peristiwa ini maka wilayah yang ada dibagi dua. Tempat

dan diberi nama sesuai peristiwa yang ada diantaranya ialah :

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

60

1. Sebelah timur dinamakan Bayalomilate dengan terjemahannya adalah Muka

Mayat, dimana orang Mindanawu yang tewas, mayatnya dimasukan ke dalam

suatu lubang atau guwa dan samapi sekarang masih ada.

2. Sebelah barat dinamakan Dudetumo dengan terjemahanya adalah penjahitan,

dimana pada pertempuran itu layar kapal mereka yang hancur, dibuka di pasir

pantai dan dijahit.

Kemudian menyusul orang – orang Sulawesi Selatan yang berasal dari Raja

Gowa untuk meninjau daerah Gorontalo dan ingin bersatu melawan orang

Mindanawu (Mangginano) dan mereka masuk ke Gorontalo pertama kali berlabu di

Tanjung karena dapat melihat sinar lampu yang ada dipingir panati malam itu.

Sehingga mereka menamakan bahwa Tanjung Bayolomilate karena menurut bahasa

Bugis ialah Bayola adalah sinar atau cahaya, Milate adalah lampu. Jadi Bayolamilate

adalah sinar cahaya lampu.

Setelah keadaan/situasi sudah aman, dengan tiba – tiba datang seorang manusia

istimewa di Tanjung, dia adalah Wali atau Ta Awuliya dan beliau bernama :

LUBAYA

Dan Bapak tersebut sampai berakhir hidupnya di Tanjung itu, dan tidak

diketahui pada saat mana beliau meninggal, tinggal kuburannya yang ada, dan pada

waktu itu kubur yang ada terdapat keanehan diantaranya : Bawunya harum, disekitar

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

61

kubur itu bersih dan tidak dapat ditumbuhi oleh rumput atau tumbuh – tumbuhan

apapun, sehingga dinamakan :

KUBUR KRAMAT

Pada tahun 1945 sesudah merdeka, wilayah ini sudah menjadi satu Dusun yang

di Wilayahi Pemerintah Desa Pohe. Kemudian dengan adanya perubahan peraturan

Pemerintah, dimana istilah Desa untuk Kota diubah menjadi Kelurahan dan untuk

Dusun diubah menjadi Lingkungan dan Wilayah ini sudah menjadi lingkungan V

Kel. Pohe dari 1980 samapi tahun 2002.

Kemudian pada tahun 2003 dengan aturan Pemerintah mengenai Daerah

Otonom diantaranya pemekaran Daerah atau Wilayah, sehubungan dengan

berlakunya peraturan ini dan mengingat Lingkungan Kelurahan Pohe terlalu jauh

menyampaikan perintah serta menerima dan melaksanakan perintah, maka

masyarakat Lingkungan V bersatu mengajukan aspirasi mereka kepada Pemerintah

Atas, untuk menjadi satu Kelurahan tersendiri demi kelancaran tugas Pemerintahan,

Pembangunan, Kemasyarakatan, terutamanya pelayanan kepada masyarakat.

Dan oleh Pemerintah Tingkat Atas mengingat hal ini aspirasi masyarakat pada

masa reformasi maka hal ini diterima dan disetujui serta disahkan sehingga Wilayah

Lingkungan V Kelurahan Pohe berdiri sebagai satu Kelurahan yang baru, dan

akhirnya dapat diresmikan pada tanggal 12 September 2003 dengan nama Kelurahan

Tanjung Kramat.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

62

4. 1. 2. Letak Geografis Kelurahan Tanjung Kramat

Kelurahan tanjung kramat merupakan bagian dari wilayah pemerintah kota

gorontalo, adalah salah satu kelurahan dari 5 (lima) kelurahan di kecamatan

hulonthalangi. Menurut data yang ada bahwa kelurahan tanjung kramat terbentuk

pada tanggal 12 september 2002 dari hasil pemekaran kelurahan pohe kecamatan kota

selatan.

Bertolak dari data kelurahan yang belum cukup dewasa tersebut, tentu tidak

sedikit hambatan dan kekurangan yang ditemui sehubungan dengan penyelenggaraan

roda pemeritahan, pembangunan dan kemasyarakatan di kelurahan ini. Namun bukan

berarti pembangunan belum dapat dilaksanakan, melainkan pembanguan tetap

berlangsung secara terencana sesuai kondisi serta kemampuan yang dimiliki.

Secara Geografis Topografi Kelurahan Tanjung Kramat adalah salah satu

kelurahan yang berada di Wilayah pesisr pantai yang di apit oleh perbukitan tepatnya

diujung barat wilayah Kecamatan Hulonthalangi dengan luas wilayah kurang lebih

196 Hektare, terbagi atas 3 (tiga) Lingkungan, 3 (tiga) RW dan 8 (delapan) RT.

Sebagian besar wilayahnya dikelilingi laut sehingga masyarakatnya mayoritas

bermata pencaharian Nelayan. Wilayah ini berbatasan dengan beberapa daerah di

sekitarnya yakni :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pohe.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bongo Kabupaten Gorontalo.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

63

4. 1. 3 Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Tanjung Kramat.

Penjabaran tugas dan fungsi sesuai Peraturan Kepala Daerah Kota Gorontalo

Nomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6 Tahun 2005 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan.

Kelurahan mempunyai tugas dibidag pemerintahan sesuai kewenangan yang

dilimpahkan oleh Camat berdasarkan Peraturan Perundang Undangan, maka dari itu

untuk tercipta dan tertibnya Pemerintahan di Kelurahan dengan susunan Organisasi

terdiri dari :

1. Lurah Status : terisi

2. Sekretaris Status : terisi

3. Kepala Seksi Pemerintahan Status : terisi

4. Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Status : terisi

5. Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Status : terisi

6. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Status : terisi

7. Staf Pegawai Kelurahan Jumlah : 5 Orang

8. Staf Honorer Kelurahan Jumlah : 3 Orang

9. Kepala Lingkungan Jumlah : 3 Orang

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

64

4. 1. 4 Kependudukan

Penduduk merupakan unsur terpenting dalam sebuah wilayah, keberadaan

penduduk menjadi vital karena dengan adanya penduduk maka sebuah daerah dapat

dikelolah dan dikembangkan sesuai kebutuhan dari penduduk itu sendiri. Kelurahan

Tanjung Kramat menjadi daerah yang berarti, oleh karena di tempat itu terdapat

penduduk yang terus menerus melakukan proses kehidupan. Keberadaan penduduk

bahkan menjadi syarat utama bagi pembentukan sebuah daerah otonom baik desa,

Kecamatan, Kabupaten, Provinsi hingga Negara.

Untuk saat ini keseluruhan penduduk di Kelurahan Tanjung Kramat berjumlah

1236 jiwa, terdiri dari 622 jiwa penduduk laki – laki dan 614 jiwa penduduk

perempuan. Kejelasan mengenai jumlah penduduk di Kelurahan Tanjung Kramat

dapat di lihat di bawah ini :

Tabel 1 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009 sampai 2012.

Tahun Jumlah KK Laki – laki Perempuan Jumlah Jiwa

2009 275 551 532 1083

2010 297 603 591 1189

2011 305 626 588 1214

2012 309 622 614 1236

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

65

4. 1. 5. Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan hal yang sangat penting dalam masyarakat, oleh

karena segmen ini bersentuhan langsung dengan proses kehidupan manusia dalam

memenuhi kebutuhan pokoknya yang terdiri dari tiga bagian yaitu pangan, papan, dan

sandang. Saat ini sumber mata pencaharian semakin beragam bentuknya, mulai yang

sifatnya sangat praktis seperti petani dan nelayan hingga yang paling rumit seperti

pekerjaan pada sektor jasa. Selain beragamnya sumber mata pencaharian saat ini,

maka mata pencaharian juga sering dijadikan sebagai alat identifikasi sejauhmana

laju perkembangan perekonomian suatu kelompok masyarakat.

Di Indonesia pada umumnya mata pencaharian sangat menyesuaikan dengan

kondisi lingkungan dimana sekelompok masyarakat berdomisili. Misalnya

masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir pada umumnya bekerja (memiliki mata

pencaharian) sebagai nelayan, demikian juga untuk masyarakat yang berdomisili di

wilayah pegunungan kebanyakan bekerja sebagai petani. Saat ini pada umumnya

mata pencaharian masyarakat pesisir yang ada di Kelurahan Tanjung Kramat adalah

sebagai nelayan. Hal ini karena wilayahnya terletak di pesisir pantai. Selain itu masih

ada juga mata pencaharian lain yang sesuai dengan profesi individu masyarakat

Tanjung Kramat seperti pegawai negeri sipil, petani, pedagang, dan jasa lainnya.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

66

Tabel 2 : Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Tanjung Kramat.

Jenis Pekerjaan Jumlah

Nelayan 1068 Orang

Pedagang 6 Orang

Pegawai 4 Orang

Buruh 4 Orang

Tukang 24 Orang

Pensiun PNS/POLRI/TNI 1 Orang

Jasa 176 Orang

4. 1. 6. Keadaan Pendidikan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan salah satu kegiatan sosial dasar

manusia dalam rangka menciptakan kehidupan bangsa yang semakin maju dan

sejahtera. Pendidikan juga senantiasa memberikan andil yang cukup besar dalam

upaya turut mencerdaskan kehidupan kehidupan bangsa dari perpecahan. Dalam

upaya mengembangkan suatu daerah pada umumnya pendidikan sangat penting,

karena dengan pendidikan maka sumber daya manusia dapat dikembangkan. Untuk

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

67

mengetahui keadaan pendidikan di Kelurahan Tanjung Kramat maka dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Jumlah Tamatan Menurut Jenjang Pendidikan di Kelurahan Tanjung Kramat

pada Tahun 2012.

Tingkat Pendidikan Masyarakat Jumlah

Jumlah penduduk usia 3-6 tahun yang masuk TK dan

kelompok bermain anak

40 orang

Jumlah penduduk sedang SD/Sederajat 111 orang

Jumlah penduduk tamat SD/Sederajat 376 orang

Jumlah penduduk tidak tamat SD/Sederajat 12 orang

Jumlah penduduk sedang SLTP/Sederajat 109 orang

Jumlah penduduk tamat SLTP/Sederajat 186 orang

Jumlah penduduk tidak tamat SLTP/Sederajat 18 orang

Jumlah penduduk sedang SLTA/Sederajat 68 orang

Jumlah penduduk tamat SLTA/Sederajat 104 orang

Jumlah penduduk sedang D-1 -

Jumlah penduduk tamat D-1 2 orang

Jumlah penduduk sedang D-2 -

Jumlah penduduk tamat D-2 3 orang

Jumlah penduduk sedang D-3 -

Jumlah penduduk tamat D-3 4 orang

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

68

Jumlah penduduk sedang S-1 12 orang

Jumlah penduduk tamatS-1 10 orang

Jumlah penduduk sedang S-2 1 orang

Jumlah penduduk tamat S-2 1 orang

Berdasarkan tabel di atas dapat dijabarkan bahwa masyarakat Tanjung Kramat

yang belum tamat pendidikan SD jumlahnya yakni 12 orang. Sementara itu, untuk

tamatan sekolah dasar (SD) mencapai 376 orang, sekolah menengah pertama (SMP)

dan sekolah lanjut tingkat atas (SLTA) jumlah tamatanya berada pada kisaran 186

orang sampai dengan 104 orang. Hal yang nampaknya perlu mendapatkan perhatian

serius dari pemerintah adalah keinginan dari masyarakat setempat untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang perguruan tinggi yang masih rendah. Seperti yang terlihat pada

tabel di atas bahwa hingga tahun 2009 – 2012 lulusan perguruan tinggi yang ada di

Kelurahan Tanjung Kramat belum mencapai angka 50 orang.

4. 2 Hasil Penelitian

4. 2. 1 Kehidupan Masyarakat Pesisir Kota Gorontalo Secara Umum.

Kehidupan masyarakat pesisir adalah mereka – mereka yang hidup dan menetap

di kawasan pesisir dan laut. Realita sosial masyarakat pesisir, menunjukkan gambaran

tentang sebuah potret masyarakat yang relatif terbuka dan mudah menerima serta

merespon perubahan yang terjadi. Hal ini dapat dimaklumi mengingat kawasan

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

69

pesisir merupakan kawasan yang sangat terbuka dan memungkinkan bagi

berlangsungnya proses interaksi sosial antara masyarakat setempat dengan

masyarakat pendatang.

Hasil wawancara dengan Suman Harmain (tanggal 23 Maret 2013) mengatakan

bahwa Lingkungan pesisir berkaitan erat dengan kehidupan nelayan, laut dan nelayan

adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Nelayan merupakan profesi seseorang

yang begitu terkait erat dengan keberadaan laut dalam melangsungkan eksistensi

hidupnya. Sebaliknya gelora nuansa laut memebrikan karakter tersendiri terhadap

individu yang menyelami riak gelombang didalamnya secara total. Fenomena ini

memberikan ciri kepribadian nelayan denngan penggambaran karakter yang keras

dari pendirian, kata – kata, jasmani ataupun disiplin dengan sekeras kehidupan

dilautan lepas.

Hasil wawancara dengan Saripin Gani (tanggal, 26 Maret 2013) menjelaskan

bahwa sebagai suatu kesatuan sosial masyarakat nelayan memiliki ciri – ciri perilaku

sosial yang dipengaruhi oleh karakteristik kondisi geografis dan matapencaharian

penduduknya. Sebagian dari ciri – ciri perilaku sosial tersebut adalah sebagai berikut :

1. Etos kerja tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai kemakmuran.

2. Kompetitif dan mengandalkan kemampuan diri untuk mencapai keberhasilan.

3. Apresiasi terhadap prestasi seseorang dan menghargai keahlian.

4. Terbuka dan ekspresif, sehingga cenderung “kasar”.

5. Solidaritas sosial yang kuat dalam menghadapi ancaman bersama atau

membantu sesama ketika menghadapi musibah.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

70

6. Kemampuan adaptasi dan bertahan hidup yang tinggi.

7. Bergaya hidup “konsumtif”.

8. Demonstratif dalam harta-benda (emas, perabotan rumah, kendaraan,

bangunan rumah, dan sebagainya) sebagai manifestasi keberhasilan hidup.

9. Agamis, dengan sentimen keagamaan yang tinggi.

10. Temperamental, khususnya jika terkait dengan “harga diri”.

Hasil wawancara dengan Marino Hantuli (tanggal 27 Maret 2013) Menurutnya

bahwa kehidupan sosial masyarakat pesisir di Kelurahan Tanjung Kramat begitu

sangat erat. Hal ini muncul ketika ada salah seorang warga mengalami suatu musibah

misalnya kematian maka tanpa dikomando masyarakat akan datang secara sukarela

memberi bantuan baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk lainnya.

Sebaliknyapun ketika ada warga yang akan mengadakan acara pernikahan masyarakat

saling gotongroyong dan tanpa dipaksakan mereka secara suka rela membantu

masyarakat yang mengadakan acar pernikahan tersebut tanpa mengharapkan imbalan

dalam bentuk apapun.

Dari beberapa keterangan (wawancara) di atas, dapat disimpulkan bahwa

kehidupan masyarakat pesisir di Kota Gorontalo pada umumnya karakter – karakter

yang mereka miliki yaitu berkarakter keras ini disebabkan oleh kerasnya kehidupan di

pesisir pantai yang dipengaruhi oleh alam, dan masyarakat yang tinggal di pesisir

pantai memiliki rasa kekerabatan antara sesama yang sangat kental, saling

gotongroyong dalam melakukan segala sesuatu dan menjunjung tinggi norma –

norma dan adat – istiadat yang berlaku di daerah tersebut.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

71

4. 2. 2 Kehidupan Sosial Ekonomi dan Dampak Perkembangannya Bagi Masyarakt

Pesisir Pantai di Kelurahan Tanjung Kramat.

Kehidupan sosial masyarakat pesisir pantai di Kelurahan Tanjung Kramat, telah

membawa suatu nuansa perubahan dalam masyarakat menjadi lebih meningkat baik

dari segi sosial, ekonomi dan pendidikan. Inilah yang menjadi patokan dalam suatu

perkembangan atau perubahan yang terjadi pada masyarakat pesisir.

Untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir, ditinjau dari

segi sosial, sifat kerja sama masih nampak, selain itu dari segi ekonomi pada

masyarakat nelayan, kehidupan ekonominya meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya (1985). Masyarakat pada saat itu masih menggunakan perahu dayung dan

alat – alat nelayan yang digunakanpun masih sangat tradisional sehingga hasil

tangakap mereka hanya dapat memenuhi kehidupan sehari – hari mereka. Dan

sekarang masyarakat sudah beralih menggunakan perahu dengan mesin yang dapat

menjangkau lautan bebas sehingganya hasil tangkapan mereka lebih banyak dan

mereka bisa memenuhi kebutuhan lainnya terutama pendidikan bagi anak – anak

mereka. Mengenai bantuan atau upaya pemerintah itu sudah diadakan seperti mesin

katintin, mesin tempel dan perlengkapan lainnya. Selanjutnya sosialisasi pemerintah

tak lain adalah tentang cara penangkapan ikan sehingga mendapatkan hasil tangkapan

yang lebih banyak dan memberikan motivasi bagi masyarakat. Faktor teknologi juga

sangat mempengaruhi pola hidup masyarakat nelayan, terutama adanya hendfon dan

alat informasi lainnya. Hal ini sangat mempermudah transaksi jual beli para nelayan

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

72

dengan pengolah ikan. (hasil wawancara dengan Sarjon Usman, tanggal 08 April

2013).

Salah satu faktor yang sangat menentukan perkembangan sosial ekonomi

masyarakat pesisir di Kelurahan Tanjung Kramat adalah keberhasilan usaha

penangkapan ikan. Keberhasilan tersebut banyak ditentukan oleh tersedianya

peralatan penangkapan ikan baik mengenai jumlah maupun mutunya. Peralatan yang

digunakan oleh masyarakat Tanjung Kramat dalam melakukan usaha penagkapan

ikan dapat dibagi dalam dua kategori yakni peralatan tradisional dan peralatan

moderen. (wawancara dengan Iswandi Pakaya, tanggal 10 April 2013)

Selanjutnya, beberapa jenis peralatan tradisonal yang masih digunakan oleh

nelayan di daerah ini sebagaimana diungkapkan oleh Kai Ismail (wawancara tanggal

11 April 2013).

1. Pancing, biasanya dikenal oleh para nelayan sebagai alat yang paling sederhana

yaitu serat sintetik dari ukuran yang paling halus sampai ukuran yang paling

besar diberi mata pancing serta dibantu dengan alat tarik. Dengan menggunakan

pancing maka para nelayan dapat menangkap ikan secara individu, akan tetapi

mereka sering mengalami kesulitan jika pada saat memancing mendapatkan

ikan berukuran besar sementara pancing yang digunakan tidak sesuai (kecil).

Kondisi seperti ini membuktikan bahwa kekurangan dari alat pancing tersebut

dapat mempengaruhi pendapatan dari para nelayan.

2. Jaring insang, alat ini terbuat dari serat sintetik yang halus dirakit seperti jaring

dan memiliki ukuran besar mata antara 1,5 cm sampai 2 cm, dipergunakan oleh

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

73

para nelayan baik didekat pantai maupun diperairan lepas pantai. Jaring ini

diberi pelampung dari kayu yang ringan yang sudah yang terbentuk atau sandal

jepit bekas/gabus yang sudah dibentuk atau di ukir sesuai dengan keinginan

para nelayan, dan dibagian bawah jaring diberi beban berat yang terbuat dari

lingkaran timah. Penggunaan jaring insang dilakukan oleh nelayan secara

individu, penagkapan ikan dengan alat ini juga tidak menetap karena sangat

dipengaruhi oleh musim. Pada musim air laut tenang maka para nelayan dapat

menjaring jenis ikan terbang.

Demikian pula (wawancara dengan Harun Usman 12 April 2013).

Mengungkapkan bahwa, untuk saat ini selain peralatan di atas maka masyarakat

Tanjung Kramat telah mengenal peralatan moderen yang dapat membeikan hasil

berlimpah bagi usaha penagkapan ikan. Penggunaan peralatan moderen dimaksud

berupa pemakaian mesin sebagai sumber tenaga bagi perahu, bahkan sudah banyak

nelayan yang beralih menggunakan perahu body (perahu kayu) dengan menggunakan

mesin tempel yang berkekutan 15 pk. Walupun telah menggunakan peralatan

moderen seperti di atas, namun untuk kelengkapan penagkapan lainnya digunakan

juga peralatan yang sifatnya masih sederhana seperti pancing dan alat – alat

tradisional lainnya.

Peralatan yang disebut di atas masih tergolong sederhana sifatnya, namun

apabila dibandingkan dengan peralatan sebelumnya (tradisional), maka alat – alat ini

telah menunjang hasil yang cukup menggembirakan oleh karena menunjukkan hasil

produksi yang cukup tinggi.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

74

Dalam perubahan yang terjadi dimasyarakat pesisir seperti yang sudah

dijelaskan pada wawancara di atas, maka kehidupan para nelayan dengan

penangkapan ikan dengan jaring lepas ada yang bersifat individu dan ada juga

kelompok. Hal senada pula (wawancara dengan Kai Ismail 13 April 2013) bahwa

“setiap kelompok nelayan terdiri dari 6 orang dengan penangkapan ikan tiap

malamnya tidak menetap tergantung musim. Organisasi dan hubungan kerjasama di

antara nelayan tidaklah terlalu ketat, tidak semata – mata didasarkan pada hubungan

ekonomi – bisnis, faktor – faktor yang bersifat “kekeluargaan” juga mewarnai pola

relasi kerjasama di antara mereka. Artinya siapapun orangnya, dia dapat masuk dalam

kelompok penagkapan ikan tanpa memihak secara sukarela, tanpa ada paksaan”.

Beberapa keterangan (wawancara) di atas, dapat disimpulkan bahwa

perkembangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir bukan hanya satu faktor

yang mempengaruhi, seperti alat teknologi, tetapi pendidikan juga sangat mendukung

pada perkembangan atau perubahan pola pemikiran masyarakat Tanjung Kramat. Hal

ini tidak bisa dipungkiri bahwa berbagai aspek kehidupan yang berlangsung di

masyarakat, berjalan sesuai dengan yang sudah ditetapkan oleh aturan – aturan yang

berlaku di masyarakat tersebut.

Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa, dampak yang mempengaruhi

perkembangan kehidupan sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat pesisir dalam

hal ini nelayan di Keluraan Tanjung Kramat dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

75

1. Dampak dari Alam

Kondisi fisik kelurahan tanjung kramat yang terletak di pesisir pantai dengan

Topografi lahan yang membentuk perbukitan menjadi kendala bagi nelayan untuk

menjual hasil tangkapannya, bila melalui laut jarak yang harus di tempuh cukup jauh.

Hasil wawancara dengan Ridwan Ma’ruf (25 April 2013) yang menegaskan

bahwa kondisi perbukitan di Tanjung Kramat menyebabkan nelayan kurang

mendapatkan hasil jual yang maksimal. Hal ini disebabkan susahnya akses jalur darat

menuju tempat penjualan ikan hasil tangkapan mereka.

2. Dampak dari Teknologi

Faktor teknologi merupakan faktor lain yang menyebabkan perkembangan atau

perubahan sosial ekonomi masyarakat nelayan di Keluraan Tanjung Kramat. Hal ini

dapat dilihat dari perkembangan alat yang digunakan nelayan dalam meningkatkan

usahanya. Sebelumnya para nelayana masih menggunakan peralatan yang sederhana

untuk menangkap ikan, tentunya alat tersebut belum begitu menghasilkan tangkapan

ikan yang maksimal pada pendapatan para nelayan, maka hal tersebut sedikit

mengalami perubahan.

Hal ini menunjukkan, nelayan pada umumnya menyadari bahwa kesederhanaan

(tradisional) peralatan nelayan kurang memberi kontribusi yang efektif bagi

pengembangan usaha jika dibandingkan dengan penggunaan teknologi canggih. Oleh

karenanya sebagian besar masyarakat nelayan yang ada di Kelurahan Tanjung

Kramat secara kontinu sudah mulai memanfaatkan teknologi canggih dalam

penangkapan ikan.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

76

Hal tersebut sesuai (hasil wawancara dengan Saripin Gani tanggal 15 April

2013) bahwa teknologi juga sangat mempengaruhi perkembangan, apalagi dengan

zaman sekaran ini, adanya handphone, itu juga memudahkan para nelayan atau

masyarakat pada umumnya untuk berkomunikasi dengan siapa saja, seperti para

pebisinis ikan, sudah jelas tentu memerlukan informasi secara langsung berbicara,

tanpa berhadapan langsung.

4. 3 Pembahasan

4. 3. 1 Kehidupan Masyarakat Pesisir Kota Gorontalo Secara Umum.

Wilayah pesisir mempunyai batasan antara pertemuan air laut dan daratan. Ada

beberapa pengertian mengenai wilayah pesisir, yaitu pesisir adalah tempat dimana

daratan dan lautan bertemu. Bila garis pertemuan ini tidak bergerak atau pindah,

mendefinisikan pesisir menjadi hal yang mudah hanya akan berarti suatu garis pada

peta, namun proses alami yang membentuk pesisir sangatlah dinamis, bervariasi baik

dalam hal ruang maupun waktu. Jadi garis yang menyatukan daratan dan lautan

bergerak atau pindah secara konstan dengan pasang surut dan lewatnya badai,

menciptakan suatu wilayah interaksi antara daratan dan lautan.

Wilayah pesisir adalah interaksi antara tujuan – tujuan dan pemanfaatan –

pemanfaatan kelautan dan terestrial, wilayah pesisir terdiri dari daratan yang

berinteraksi dengan lautan dan ruang lautan yang berinteraksi dengan daratan. Jadi

wilayah pesisir adalah :

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

77

Terdiri dari komponen daratan dan komponen lautan.

Memiliki batas – batas daratan dan lautan yang ditentukan oleh tingkat

pengaruh dari daratan terhadap lautan dan lautan terhadap daratan.

Tidak seragam dalam hal kelebaran, kedalaman atau ketinggian.

Menurut Rakhmat Hidayat (2008) Nelayan sebagai bagian dari masyarakat

pesisir merupakan salah satu kelompok sosial yang masih perlu diberdayakan dan

harkat hidup mereka perlu diangkat. Lebih-lebih pada krisis ekonomi yang terus

berlangsung dewasa ini nelayan tradisional kian terkucil dari lahan mereka. Fakta itu

tak terbantahkan jika melihat posisi Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim

sejak berabad-abad silam. Namun kesadaran sebagai bangsa maritim masih jauh dari

harapan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki perairan terpanjang. Dari

total perairan 5,8 juta km2, lebih dari separo atau 3,1 juta km2 merupakan perairan

Nusantara (laut wilayah dan teritorial). Adapun sisanya, sekitar 2,7 juta km2, adalah

wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Mengingat lebih dari 20 juta

kilometer persegi luasnya berupa laut. Bahkan sebanyak lebih kurang 50 juta

penduduknya tinggal di kawasan pesisir pantai.

Dalam kaitan ini, pengembangan masyarakat pantai merupakan bagian integral

dari pengelolaan sumber pesisir dan laut bagi kemakmuran masyarakatnya, sehingga

perlu digunakan suatu pendekatan dimana masyarakat sebagai obyek sekaligus

sebagai subyek pembangunan. Sementara, ketertinggalan dalam strategi

pengembangan masyarakat pantai, tidak hanya dilihat sebagai masalah sosial dan

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

78

budaya sehingga perlu perubahan ekstrem dalam sistem sosial atau nilai-nilai budaya,

melainkan lebih sebagai masalah integral. Oleh karena itu, penyelesaiannya perlu

dilakukan melalui strategi yang komprehensif dengan menempatkan sistem sosial-

ekonomi dan nilai budaya yang sudah melekat didalam masyarakat sebagai faktor

pendorong perubahan.

Salah satu karakteristik masyarakat nelayan adalah ketergantungan yang kuat

terhadap lingkungan pesisir. Baik dan buruknya lingkungan pesisir akan berdampak

secara langsung terhadap kehidupan mereka. Hal ini terkait dengan sumber daya

perikanan yang ada di Tanjung Kramat seperti ikan tuna, lajang, cumi – cumi dan

sebagainya. Hal ini membentuk hubungan atau relasi timbal balik antara manusia dan

alam. Dan sistem kekerabatan masyarakat Tanjung Kramat yang tinggal di pesisir

pantai masih sangat kental. Dan itu menjadi salah satu hal utama mengapa

masyarakat Tanjung Kramat selalu hidup rukun dan tidak pernah terjadi bentrok atau

konflik yang berskala besar. Sistem kemasyarakatan yang terus terpelihara dan

berjalan dengan baik hingga saat ini adalah hidup bergotong-royong dan

menyelesaikan masalah atau persoalan secara bersama-sama, musyawarah dan

mufakat.

Sebagai suatu kesatuan sosial – budaya, masyarakat nelayan memiliki ciri - ciri

perilaku sosial yang dipengaruhi oleh karakteristik kondisi geografis dan

matapencaharian penduduknya. Sebagian dari ciri – ciri perilaku sosial tersebut

adalah sebagai berikut :

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

79

1. Etos kerja tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai kemakmuran.

2. Kompetitif dan mengandalkan kemampuan diri untuk mencapai keberhasilan.

3. Apresiasi terhadap prestasi seseorang dan menghargai keahlian.

4. Terbuka dan ekspresif, sehingga cenderung “kasar”.

5. Solidaritas sosial yang kuat dalam menghadapi ancaman bersama atau

membantu sesama ketika menghadapi musibah.

6. Kemampuan adaptasi dan bertahan hidup yang tinggi.

7. Bergaya hidup “konsumtif”.

8. Demonstratif dalam harta – benda (emas, perabotan rumah, kendaraan,

bangunan rumah, dan sebagainya) sebagai manifestasi keberhasilan hidup.

9. Agamis, dengan sentimen keagamaan yang tinggi.

10. Temperamental, khususnya jika terkait dengan “harga diri”.

Salah satu ciri perilaku sosial dari masyarakat pesisir yang terkait dengan sikap

temperamental dan harga diri tersebut dapat disimak dalam pernyataan antropolog

Belanda di bawah ini Boelaars (dalam Kusnadi) : Orang pesisir memiliki orientasi

yang kuat untuk merebut dan meningkatkan kewibawaan atau status sosial. Mereka

sendiri mengakui bahwa mereka cepat marah, mudah tersinggung, lekas

menggunakan kekerasan, dan gampang cenderung balas – membalas sampai dengan

pembunuhan. Orang pesisir memiliki rasa harga diri yang amat tinggi dan sangat

peka. Perasaan itu bersumber pada kesadaran mereka bahwa pola hidup pesisir

memang pantas mendapat penghargaan yang tinggi.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

80

Ciri – ciri perilaku sosial di atas memiliki relevansi dengan ciri – ciri

kepemimpinan sosial masyarakat pesisir. Berdasarkan kajian filologis atas naskah -

naskah klasik (kuno) yang banyak dipengaruhi oleh ajaran agama Islam, seperti Kitab

Sindujoyo Pesisiran dan Babad Gresik Pesisiran, syarat-syarat pemimpin di kalangan

masyarakat pesisir adalah sebagai berikut (Widayati, 2001:3):

1. Siap menolong siapa saja yang meminta bantuan.

2. Mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri.

3. Dermawan kepada semua orang.

4. Selalu menuntut ilmu dunia dan akhirat untuk keseimbangan kehidupan.

5. Tidak berambisi terhadap jabatan atau kedudukan walaupun banyak berjasa.

6. Rendah hati (tidak sombong), tetapi tidak rendah diri (minder).

7. Sangat benci penindasan dan berbuat adil kepada siapa saja.

8. Rajin bekerja dan beribadah, khususnya shalat lima waktu.

9. Sabar dan bijaksana.

10. Berusaha membahagiakan orang lain.

Sebagian nilai-nilai perilaku sosial di atas merupakan modal sosial yang sangat

berharga jika didayagunakan untuk membangun masyarakat nelayan atau masyarakat

pesisir. Demikian juga, syarat-syarat pemimpin dan kepemimpinan masyarakat

pesisir memiliki relevansi yang baik untuk merekonstruksi kepemimpinan bangsa dan

negara Indonesia. Penjelajahan terhadap nilai – nilai budaya kepesisiran ini tentu saja

memiliki kontribusi yang sangat strategis untuk membangun masa depan bangsa yang

berbasis pada potensi sumber daya kemaritiman nasional.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

81

4. 3. 2 Kehidupan Sosial Ekonomi dan Dampak Perkembangannya Bagi Masyarakt

Pesisir Pantai di Kelurahan Tanjung Kramat.

Kelurahan Tanjung Kramat merupakan daerah yang letaknya tepat dibagian

pesisir pantai. Dengan berbagai perkembangan yang terjadi saat ini, yang menjadi

permasalah yang dihadapi masyarakat pesisir di Kelurahan Tanjung Kramat adalah

beralihnya peralatan tradisional ke moderen serta sistem kehidupan lainnya yang

terjadi di masyarakat pesisir Tanjung Kramat, seperti ekonomi, sosial, pendidikan dan

politik.

Sebelum perubahan terjadi, pada umumnya masyarakat di wilayah pesisir

masih sangat terbelakang, baik dari segi ekonomi, sosial, pendidikan dan politik.

Sistem adat – istiadatpun masih sangat terlihat dikalangan masyarakat. Seperti tradisi

gotongroyong dalam bahasa asli masyarakat Gorontalo dikenal dengan huyula/ti’ayo.

Pada pemerintahan yang sentralistik, kebanyakan masyarakat pesisir pantai

kurang diperhatikan oleh pemerintah. Sehingga kemiskinan yang terjadi dikalangan

masyarakat pesisir pantai sangat nampak, baik dibidang ekonomi, sosial dan

pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa ternyata sebelum perubahan, terjadi

kemisikinan masyarakat nelayan di pesisir Tanjung Kramat pada khusunya dan

masyarakat pesisir pantai di Indonesia pada umumnya.

Dari segi kehidupan sosial, kepadatan penduduk terus berkembang., sedangkan

program keluarga berencana belum ada pada saat itu. Sehingga bertambahnya

penduduk sangat mempengaruhi perkembangan di wilayah pesisir pantai, baik

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

82

dipandang dari segi negatif atau segi positif. Seharusnya pemerintah merencanakan

program keluarga berencana (KB), sehingga masyarakat pesisir tidak mengalami

kepadatan penduduk dan kemiskinan dapat diatasi pemerintah. Selain itu kebanyakan

masyarakat pesisr pantai (orang tua dulu) mempunyai pemahaman bahwa “banyak

anak banyak rezeki” itu dalam segi positifnya. Kemudian dalam pemahaman orang

zaman sekarang bahwa kepadatan penduduk dapat mempengaruhi lapangan kerja

sangat menyempit (segi negatifnya). Dalam segi positifnya, kepadatan penduduk juga

dapat menciptakan hal – hal atau pekerjaan baru.

Berbagai perubahan yang terjadi dilingkungan masyarakat pesisir pantai

mengakibatkan masalah sosial ekonomi yang harus selalu diperhatikan oleh

pemerintah. Seperti alat teknologi yang merupakan salah satu pendukung

perkembangan atau perubahan yang berlangsung dimasyarakat nelayan Tanjung

Kramat saat ini. Oleh karena itu selayaknya pemerintah memperhatikan kebutuhan

masyarakat pesisir pantai khususnya pada sarana penunjang dalam penagkapan ikan.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Irianto 2011), dampak berarti

pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif), secara

ekonomi dampak berarti pengaruh suatu penyelenggaraan kegiatan terhadap

perekonomian yaitu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Secara

sosial mendatangkan akibat, atau melanggar, menumbuk, membentur aturan – aturan

yang sudah baik menjadi rusak. Dampak yang mempengaruhi perkembangan

kehidupan sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat pesisir dalam hal ini nelayan

di Keluraan Tanjung Kramat dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

83

1. Dampak dari Alam

Menurut Syarif Moeis (2008) faktor sumber alam dalam ekosistem masyarakat

pesisir adalah yang berhubungan dengan berbagai komponen di lingkungan sekitar

pesisir itu, dan keterlibatan manusia dengan ekosistem tersebut tentunya berkisar

pada aspek lingkungan yang berfungsi untuk memenuhi seperangkat kebutuhan

masyarakat pesisir itu sendiri. Salah satu kebutuhan pokok dari masyarakat pesisir

adalah mencari dan mendapatkan ikan dari sumber kelautan, yaitu untuk kebutuhan

konsumsi sendiri selain dari komoditi penjualan (ekonomi).

Aktivitas kerja untuk mencari dan mendapatkan ikan ini sebenarnya menujuk

pada pola kerja berburu dan meramu (food gatherings economics), pola mana bila

dilihat dalam proses evolusi matapencaharian hidup hampir sama dengan pola

berburu dan meramu yang hidup pada masyarakat yang masih sangat sederhana,

hanya tingkatannya lebih tinggi karena teknologi yang dikembangkan lebih kompleks

Koentjaraningrat dalam Syarif Moeis (2008 ). Dengan melihat polanya, aktivitas

masyarakat pesisir ini dapat digolongkan sebagai bentuk kehidupan yang masih

tradisional, walaupun teknologi dan peralatan yang dikembangkan telah modern.

Disebutkan taraf tradisional karena pada hakekatnya masyarakat pesisir itu hanya

melakukan kegiatan pengumpulan, mencari dan mendapatkan segala apa yang telah

ada di alam, tanpa ada usaha untuk membudidayakannya kemudian.

Menangkap ikan di laut ternyata membutuhkan seperangkat pengetahuan yang

berhubungan dengan sifat jenis penangkapan, mekanisme penangkapan ikan dari

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

84

berbagai pengaruh alam lainnya, sehingga kegiatan ini sekurangnya melibatkan

unsure – unsur yang berhubungan dengan antara lain yaitu :

1. Jenis dan sifat ikan

Dengan pertimbangan tertentu nelayan menentukan jenis ikan apa yang akan

ditangkap dan bagaimana sifat dari ikan tersebut, karena ini tentu disesuaikan dengan

kemampuan, peralatan yang ada, tenaga kerja, prospek jual, konsumsi serta berbagai

pantangan tentangnya.

2. Waktu dan masa (musim) penangkapan

Ini berkaitan dengan penentuan saat – saat yang tepat untuk mendapatkan ikan.

Waktu dan masa ini berhubungan dengan kondisi lingkungan alam, iklim, cuaca,

angin, keadaan air laut, tanda – tanda keberadaan ikan serta tumbuhan tertentu, tidak

sembarang waktu nelayan dapat menangkap ikan, karena pengalaman yang

mengajarkan mereka untuk tahu keberadaan ikan itu dalam lingkup ekosistem yang

berlaku di sana.

3. Lokasi penangkapan

Dari sisterm pengetahuan yang berkembang disana, nelayan dapat menduga di

tempat mana sebaiknya mereka menangkap ikan; unsur peralatan juga amat

menentukan smapai batas kejauhan mana mereka dapat melakukan aktivitasnya.

Pola kerja yang dikembangkan masyarakat pesisir menunjukkan bahwa faktor

ketergantungan manusia terhadap alam sangat besar, kehidupan manusia relatif

mengikuti ritme alam. Perputaran alam yang lambat diterapkan dalam kehidupan

manusia, waktu yang mulur bukan merupakan massalah untuk bentuk masyarakat ini.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

85

Ketergantungan terhadap alam, keterbatasan kemampuan fisik manusia dan rumitnya

proses kerja menyebabkan keterlibatan invidu lain dalam suatu aktivitas sangat

diperlukan, baik sebagai pengendali kegiatan, tenaga pembantu, mitra kerja, lembaga

penampung hasil tangkapan maupun sosok individu yang memberikan petunjuk gaib.

Walaupun pola matapencaharian hidup yang dikembangkan masyarakat pesisir

tergolong tradisional, namun teknologi, peralatan serta pendistrbusian kerja tidak

termasuk termasuk dalam sistem ekonomi tradisional. Prinsip – prinsip yang

mengacu pada pola pertukaran barang (barter) ataupun „kesama rataan‟ (share of

poverty) yang kerap hidup dalam komusitas sederhana kurang berkembang pada

masyarakat pesisir ini, satu sebabnya kerena faktor kemajemukan etnis dan interaksi

soial yang relatif terbuka denngan masyarkat lain sebagai pengaruh dari

pengembangan daerah wisata. Pola hubungan kerja berjalan menurut sistem ekonomi

yang relatif maju, disamping ketatnya pembagian kerja juga disertai dengan

pengelolaan managerial yang sistemik. Banyak nelayan yang berusaha untuk mandiri,

mendorong pola hubungan kerjanya bersifat kontraktual baik dalam bentuk sewa

menyewa maupun jual beli, pola yang sedikit demi sedikit menyisihkan peranan

pemilik modal yang sebelumnya mengembangkan pola hubungan kerja yang bersifat

feodal yang didalamnya terwujud hubungan majikan-buruh dengan prinsip patron –

klien.

Ketatnya pola hubungan kerja yang dikembangkan pada kehidupan nelayan ini

tidak seluruhnya menunjukkan kecenderungan hubungan business – like, terutama

bagi nelayan yang sama-sama melaut. Hubungan antar manusia disini secara

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

86

emosional lebih erat dan terikat satu sama lain, karena pada dasarnya mereka satu

nasib dengan sama-sama bergumul di laut, keselamatan dan keberuntungan seseorang

berarti keselamatan dan keberuntungan anggota lainnya, demikian sebaliknya.

2. Dampak dari Teknologi

Menurut Syarif Moeis (2008) Teknologi penangkapan ikan memang agak

kompleks, karena di dalamnya akan terkandung berbagai hal yang bersifat teknis dan

nonteknis. Hal-hal yang bersifat teknisdiantaranya berupa peralatan, cara menangkap

ikan, dan jenis-jenis ikan hasil tangkapan. Adapun unsur-unsur nonteknis tidak lain

berupa tradisi yang turut mewarnai kegiatan mereka di laut. Aktivitas nelayan di laut

ternyata tidak lepas dari unsur kepercayaan dan tradisi yang menyertainya, walaupun

tidak dilakukan secara kolektif oleh para nelayan, sekurangnya nelayan yang akan

pergi ke laut melalkukan secamam upacara ritual secara perorangan. Sebelum melaut

mereka menyimpan sesaji di perahu atau di tempat-tempat tertentu yang tujuannya

adalah untuk memohon kepada Tuhan dan „penguasa laut‟ untuk keselamatan daan

keberhasilan mereka dalam mendapatkan ikan.

Masyarakat nelayan Tanjung Kramat mengembangkan beberapa cara dalam

menangkap ikan; sekurangnya ada dua tipe penangkapan, (1) penangkapan di tengah

laut, dan (2) penangkapan di pinggir pantai; masing-masing cara memerlukan

mekanisme dan perangkat kerja yang berbeda, tergantung dari lokasi penangkapan

dan jenis ikan.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2840/9/2013-1-87201-231409081-bab4-26072013115137.pdfNomor 11 Tahun 2005 Tentang pelaksanaan Perda Nomor 6

87