BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop...

94
84 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal 1. Sejarah Berdirinya MTs NU 07 Patebon Berdirinya MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal dilatarbelakangi untuk melestarikan kader-kader Nahdlatul Ulama’ di wilayah Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Ky. Muhtas Nuri Azizi yang pada waktu itu menjabat sebagai Ro`is Syuriyah MWC NU Patebon mempunyai insisiatif untuk mendirikan sebuah sarana pendidikan yang berfungsi untuk mendidik kader-kader muda Nahdlatul Ulama. Setelah mengadakan koordinasi dengan pengurus senior di jajaran kepengurusan MWC NU Patebon, pada tanggal 22 Desember 1977 dilaksanakan musyawarah di rumah Ky. Muhtas Nuri Azizi di dukuh Padatan Desa Lanji Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Musyawarah tersebut dihadiri pengurus MWC NU Patebon dan perwakilan dari pengurus ranting NU di wilayah Kecamatan Patebon. Hasil musyawarah tersebut disepakati pendirian lembaga pendidikan menengah yang kini bernama MTs NU 07 Patebon (Dokumentasi, Profil Madrasah : 1). 1 Tahun pertama berdirinya MTs NU 07 Patebon, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada sore hari dengan menumpang gedung di SD Inpres Kebonharjo Patebon. Setelah berjalan selama beberapa tahun, 1 Data ini juga peneliti padukan dengan profil madrasah pada hasil penelitian terdahulu yang tersimpan dalam dokumen di perpustakaan MTs NU 07 Patebon, seperti skripsi karya Lutfi Farid berjudul Pengaruh Keberadaan Pondok Pesantren al-Itqon terhadap Hasil Belajar Siswa MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2005-2016, halaman 75.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

84

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal

1. Sejarah Berdirinya MTs NU 07 Patebon

Berdirinya MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal

dilatarbelakangi untuk melestarikan kader-kader Nahdlatul Ulama’ di

wilayah Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Ky. Muhtas Nuri Azizi

yang pada waktu itu menjabat sebagai Ro`is Syuriyah MWC NU Patebon

mempunyai insisiatif untuk mendirikan sebuah sarana pendidikan yang

berfungsi untuk mendidik kader-kader muda Nahdlatul Ulama. Setelah

mengadakan koordinasi dengan pengurus senior di jajaran kepengurusan

MWC NU Patebon, pada tanggal 22 Desember 1977 dilaksanakan

musyawarah di rumah Ky. Muhtas Nuri Azizi di dukuh Padatan Desa Lanji

Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Musyawarah tersebut dihadiri

pengurus MWC NU Patebon dan perwakilan dari pengurus ranting NU di

wilayah Kecamatan Patebon. Hasil musyawarah tersebut disepakati

pendirian lembaga pendidikan menengah yang kini bernama MTs NU 07

Patebon (Dokumentasi, Profil Madrasah : 1).1

Tahun pertama berdirinya MTs NU 07 Patebon, kegiatan belajar

mengajar dilaksanakan pada sore hari dengan menumpang gedung di SD

Inpres Kebonharjo Patebon. Setelah berjalan selama beberapa tahun,

1 Data ini juga peneliti padukan dengan profil madrasah pada hasil penelitian terdahulu

yang tersimpan dalam dokumen di perpustakaan MTs NU 07 Patebon, seperti skripsi karya Lutfi Farid berjudul Pengaruh Keberadaan Pondok Pesantren al-Itqon terhadap Hasil Belajar Siswa MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2005-2016, halaman 75.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

85

kegiatan belajar mengajar sempat mengalami kefakuman. Namun dengan

semangat dari para pengurus MWC NU Patebon dan dukungan dari semua

pihak, sekolah ini dapat berjalan aktif kembali dengan cara menumpang di

MDA (Madrasah Dinniyah Awwaliyah) al-Itqon Desa Kebonharjo Kecamatan

Patebon Kabupaten Kendal (Dokumentasi, Profil Madrasah : 1-2).

Seiring perkembangan waktu, MTs NU 07 Patebon terus berbenah diri.

Melalui musyawarah yang diperkuat Ky. Muhtas Nuri Azizi, Ky. Munawwar,

dan Ky. Dahlan Aini, disepakati mendirikan gedung madrasah secara mandiri.

Pada tanggal 3 Mei 1983 setelah turunnya SK Pendirian Madrasah Nomor

Wk/5.c/089/Pgm/Ts/1983 dan SK Ijin Operasional pada tanggal tersebut,

secara resmi pelaksanaan proses belajar mengajar menempati gedung baru

dengan sarana prasarana yang masih sederhana (Dokumentasi, Profil Madrasah

: 2).

Perubahan-perubahan terus dilakukan MTs NU 07 Patebon untuk

memenuhi kualitas pendidikan yang terus digulirkan pemerintah melalui

Departemen Agama Kabupaten Kendal dan Lembaga Pendidikan Ma`arif

Kabupaten Kendal. Pada tahun 2010 MTs NU 07 Patebon telah berstatus

terakreditasi B dengan nomor SK Akreditasi Dp.006466. Selanjutnya untuk

meningkatkan kualitas mutu pendidikan dan menampung jumlah murid yang

terus bertambah setiap tahun, pada tahun 2011 gedung madrasah direhab

berlantai II berbentuk U dengan halaman yang luas menghadap ke Utara

(Wawancara, Muchlis : 7 September 2015).

Sampai saat ini MTs NU 07 Patebon tetap eksis sebagai salah satu

lembaga pendidikan Islam di bawah yayasan Lembaga Pendidikan Ma`arif

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

86

Kabupaten Kendal dengan nomor NSM. 121233240033, nomor NPSM.

20364517, dan nomor NPWP. 00.420.401.2-513.000 (Dokumentasi, Data Emis

MTs NU 07 Patebon tahun 2015 : 2). Reputasi madrasah ini terus meningkat

setelah berdirinya Pondok Pesantren al-Itqon yang letaknya bersebelahan

dengan mardrasah. Sejak tahun 2014 kepemimpinan kepala Madrasah dijabat

Ibu Simyanah, S.Ag untuk terus mengawal MTs NU 07 Patebon mencetak

sumber daya manusia berkualitas.

2. Letak MTs NU 07 Patebon

MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal secara geografis terletak di

tengah-tengah pemukiman penduduk, tepatnya di jalan K.H. Abu Bakar No. 08

RT. 05 RW. I Desa Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal, Kode

Pos. 51351 Jawa Tengah, email [email protected] (Dokumentasi,

Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan

Masjid al-Itqon dan Pondok Pesantren al-Itqon Kebonharjo Patebon. Bangunan

pisik madrasah ini berlantai dua dengan cat hijau daun segar menghiasi

bangunan berbentuk U. MTs NU 07 Patebon berdiri di atas tanah wakaf seluas

1775 m2, berada pada dataran rendah dengan ketinggian + 100 m di atas

permukaan air laut Utara Pulau Jawa. Jarak tempuh MTs NU 07 Patebon ini

dengan ibukota Kabupaten + 5 km di sebelah Barat Kota Kendal

(Dokumentasi, Profil Madrasah : 2).

3. Visi, Misi, dan Tujuan MTs NU 07 Patebon

a. Visi MTs NU 07 Patebon

« Religius, Ber-Aswaja, Berprestasi, dan Kreatif »

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

87

Adapun penjelasan tentang visi tersebut melalui rapat pengurus yang

dimotori bapak H. Raharjo, menghasilkan bidang pencapain sebagai berikut :

1) Religius, pencapainya mencakup :

a) Menguasai ilmu agama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-

hari.

b) Santun dalam perkataan dan tingkah laku

c) Bersikap disiplin, jujur, adil, ikhlas dan amanah, serta berbudi pekerti

luhur.

2) Ber-Aswaja, pencapainya mencakup : Mampu dan terbiasa mengamalkan

amalan-amalan ibadah ala Ahlis Sunnah wal Jamaah.

3) Berprestasi, pencapaiannya mencakup : Prestasi akademik dan non

akademik.

4) Kreatif, pencapainya mencakup :

a) Terampil menggunakan teknologi informatika.

b) Terampil membuat kerajinan tangan.

c) Mempunyai life skill. (Raharjo, Powerpoint Sosialisasi Madrasah Tahun

Pelajaran 2015/2016 : 4-12).

b. Misi MTs NU 07 Patebon

1) Menyelenggarakan pembelajaran dan bimbingan yang mengembangkan

nilai religius secara efektif dengan berbagai pendekatan.

2) Membiasakan sikap serta perilaku akhlakul karimah.

3) Mendidik dan menyelenggarakan kegiatan keagamaan ala Aswaja.

4) Melakukan inovasi dalam pembelajaran.

5) Melakukan pengembangan SDM Pendidik dan Tenaga Pendidikan.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

88

6) Melakukan pengembangan manajemen madrasah.

7) Mengembangkan kegiatan keterampilan lokal dan global (Raharjo,

Powerpoint Sosialisasi Madrasah Tahun Pelajaran 2015/2016 : 13).

c. Tujuan MTs Nu 07 Patebon

1) Menghasilkan lulusan yang rajin shalat berjamaah.

2) Menghasilkan lulusan ber-akhlakul karimah.

3) Menghasilkan lulusan yang menguasai, mencintai, dan mengamalkan

ilmu agama ala Aswaja.

4) Menghasilkan lulusan yang hafal juz Amma, Asmaul Husna, dan mampu

memimpin tahlil.

5) Menghasilkan lulusan dengan nilai akademis yang tinggi dan diterima di

sekolah favorit yang lebih tinggi.

6) Menghasilkan lulusan yang mampu menguasai Teknologi informasi.

7) Menghasilkan lulusan yang terampil menjahit.

8) Menghasilkan lulusan yang terampil dalam pengolahan limbah.

9) Menghasilkan lulusan yang terampil membuat kerajinan tangan.

(Raharjo, Powerpoint Sosialisasi Madrasah Tahun Pelajaran 2015/2016 :

14).

4. Keadaan Guru dan Karyawan di MTs NU 07 Patebon

Komitmen MTs NU 07 Patebon dalam memberikan pelayanan terbaik

kepada masyarakat yang menitipkan putera puterinya untuk dididik

mengharuskan sekolah untuk mempersiapkan guru yang profesional dan

dikenal baik oleh masyarakat sebagai sosok yang patut diteladani. Oleh karena

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

89

itu dalam perekrutannya didasarkan pada kualifikasi-kualifikasi tertentu yang

mengarah pada profesialisme. Untuk kualifikasi guru MTs NU 07 Patebon di

tetapkan beberapa persyaratan di antaranya :

a. Berbadan sehat dan memiliki jiwa yang sehat.

b. Beragama Islam yang taat.

c. Memiliki kartu anggota Nahdlatul Ulama`

d. Minimal lulusan S1 dan ahli dalam bidangnya.

e. Memilki akta IV.

f. Memilki nilai IP minimal 3,0.

g. Memiliki minat dan kemampuan mengajar yang baik.

h. Memiliki keterampilan.

i. Memiliki dedikasi yang tinggi dalam masalah agama, pendidikan, dan

kemasyarakatan (Wawancara, Muhammad Isrok : 16 September 2015).

Saat ini kondisi pendidikan di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal

di dukung oleh guru-guru dengan latar belakang pendidikan sesuai dengan

mata pelajaran yang di pegangnya. Di samping itu, madrasah ini juga didukung

guru-guru dari tokoh agama/masyarakat atas pertimbangan strategis

meningkatkan kompetensi peserta didik terhadap materi pelajaran yang

dibutuhkan masyarakat dan meningkatkan kerja sama sekolah dengan

masyarakat dalam rangka penerimaan peserta didik baru. Hal ini sebagaimana

dijelaskan oleh ibu Simyanah, selaku kepala madrasah bahwa keberadaan

tokoh masyarakat dalam kegiatan pembelajaran dapat mendongkrak

kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di MTs NU 07

Patebon (Wawancara, Simyanah : 16 September 2015).

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

90

Jumlah guru di MTs NU 07 Patebon seluruhnya adalah berjumlah 26

orang dengan 16 guru laki-laki dan 10 guru perempuan.2 Sedangkan jumlah

karyawan sebanyak 6 orang yaitu 4 orang tenaga administrasi dan 2 orang

pembantu sekolah. Untuk lebih jelasnya berikut akan ditampilkan tabel keadaan

guru dan karyawan serta jabatan-jabatannya.

Tabel 3

Data Guru dan Karyawan MTs NU 07 Patebon.

No. Uraian PNS Non-PNS

Lk. Pr. Lk. Pr.

1. Jumlah Kepala Madrasah 1

2. Jumlah Wakil Kepala Madrasah 2 1 1

3. Jumlah Pendidik (di luar Kepala & Wakil) 11 8

4. Jumlah Pendidik Sudah Sertifikasi 2 2 5

5. Jumlah Pendidik Berprestasi Tk. Nasional

6. Jumlah Pendidik dari Tokoh Masyarakat

4 1

6. Jumlah Pendidik Sudah Ikut Bimtek K-13 2 2 4

7. Jumlah Tenaga Kependidikan 3 3

(Sumber : Data Emis MTs NU 07 Patebon Tahun 2015/2016)

Tabel 4

Daftar Nama Guru dan Karyawan MTs NU 07 Patebon

No Nama Ijazah

Terakhir Jabatan

Mata Pelajaran

1 Siti Simyanah, S.Ag S.1 Kamad PPKn

2 Mukhamad Isrok, S.Ag S.1 Wakamad Matematika

3 Inayah, S.Pd S.1 Wakamad IPA

4 H.M. Muchlis, S.Ag S.1 Wakamad Akidah Akhlak

2 Kepala madrasah dan guru dari tokoh agama/masyarakat masuk dalam daftar guru di

MTs NU 07 Patebon. Ketentuan tersebut menurut bapak Moh Lazim, selaku wakil kepala madrasah, karena status kepala madrasah bukan Pegawai Negeri Sipil dan beliau memang mengajar mata pelajaran PPKN. Adapun tokoh agama/masyarakat statusnya sudah mendapat SK dari kepala madrasah sebagai guru yang diangkat dari unsur masyarakat. Wawancara dengan ibu Inayah, tanggal 16 September 2015 di ruang tamu.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

91

5 Drs. H. Muh Lazim S.1 Wakamad B. Indonesia

6 K.H. Ahmad Ayub.HM SLTA Guru/Tokoh Masyarakat

Al Quran Hadits

7 K.H. Achmad Chumaidi SLTA Guru/Tokoh Masyarakat

Fiqh

8 K.H. Fatchurrohman SLTA Guru/Tokoh Masyarakat

Al Quran Hadits

9 Mat Rokhim SLTA Guru/Tokoh Masyarakat

Fiqh

10 Umi Faizun SLTA Guru/Tokoh Masyarakat

Fiqh

11 A. Djazuli, BA D.3 Guru Seni Budaya/ Keterampilan

12 Hj. Siti Sutarni, S.Ag S.1 Guru IPA

13 Dra. Hj. Fatchiyah, M.S.I S.2 Guru SKI

14 Fitriyati, A.Md D.3 Guru B. Inggris

15 Dra. Hj. Samiah S.1 Guru Fiqih

16 Maddah Azizi, S.Pd.I S.1 Guru B. Arab

17 Drs. Muntholib S.1 Guru Al Quran Hadits

18 Rosidah Fitriyanti, S.Pd S.1 Guru Matematika

19 Slamet Misbahun, S.Pd S.1 Guru B. Inggris

20 Hari Purwanto, S.Pd S.1 Guru BK Islam

21 Siti Korina Mawaddah, S.Pd.I

S.1 Guru IPS

22 Anisa Ikhwatun, S.Pd.I S.1 Guru B. Inggris

23 Zuhria Firdausie, A.Md D.3 Guru B. Indonesia

24 Ali Usman, S.Pd.I S.1 Guru IPS

25 Imam Yulianto, S.Kom S.1 Guru TIK

26 Aditya Akbar Insani, S.Si S.1 Guru Penjaskes

27 Siti Machmudah SLTA Karyawan

28 Nur Hidayati SLTA Karyawan

29 Hasan Asari SLTA Karyawan

30 Farhatin Nihayah SLTA Karyawan

31 Muhson SLTP Karyawan

32 Muchamad Nashokib SLTA Karyawan

(Sumber : Papan Monografi di ruang tata usaha)

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

92

5. Kondisi Peserta Didik MTs NU 07 Patebon

Kondisi peserta didik di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal bila

dilihat dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan jumlah peserta

didiknya. Peningkatan jumlah peserta didik dari tahun ke tahun ini menunjukan

bahwa minat anak masuk di madrasah ini cukup tinggi. Hal ini lebih

disebabkan adanya sebagian besar masyarakat sekitar madrasah di lingkup

wilayah kecamatan Patebon dan sekitarnya mengakui bahwa MTs NU 07

Patebon Kabupaten Kendal memiliki keunggulan sebagaimana telah

terprogram dalam penjabaran/indikator visi, misi, dan tujuan madrasah

(Wawancara, Inayah : 16 September 2015).

Pada tahun pelajaran 2015-2016 jumlah peserta didik MTs NU 07

Patebon Kabupaten Kendal, terdapat 440 peserta didik, yang terdiri dari 237

laki-laki dan 203 perempuan. Dari jumlah tersebut tersebar mulai dari kelas VII

sebanyak 160, kelas VIII sebanyak 154, dan kelas IX sebanyak 126. Sedangkan

jumlah guru sebanyak 26 orang (Dokumentasi : Papan Monografi di ruang tata

usaha). Dari jumlah tersebut menunjukan bahwa setiap satu orang guru

memiliki beban tanggung jawab terhadap 16 sampai dengan 17 orang peserta

didik, jumlah ini cukup efektif karena banyaknya tatap muka dan atau

komunikasi antara peserta didik dengan guru, peserta didik dengan peserta

didik dapat terjalin secara komunikatif dan dinamika kelas dapat terbentuk

secara efektif.

Untuk lebih jelas dalam mengetahui jumlah peserta didik di MTs NU

07 Patebon Kabupaten Kendal pada Tahun Pelajaran 2015/2016 ini, dijabarkan

dalam tabel di bawah ini.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

93

Tabel 5

Daftar Peserta didik MTs NU 07 Patebon

No Kelas Putera Puteri Jumlah

1 VII A 12 21 33

2 VII B 16 16 32

3 VII C 16 15 31

4 VII D 17 15 32

5 VII E 16 16 32

Jumlah 77 83 160

6 VIII A 21 12 33

7 VIII B 19 12 31

8 VIII C 20 11 31

9 VIII D 16 14 30

10 VIII E 17 12 29

Jumlah 93 61 154

11 X A 17 14 31

12 X B 18 14 32

13 X C 16 16 32

14 X D 16 15 31

Jumlah 67 59 126

Total 237 203 440

(Sumber : Pengolahan Data Emis Tahun Pelajaran 2015/2016)

Sedangkan kondisi lulusan yang dihasilkan MTs NU 07 Patebon hingga

saat ini telah menamatkan peserta didik dengan tingkat kelulusan 100 %

selama kepemimpinan Ibu Simyanah, S.Ag sejak tahun 2013. Representasi data

lulusan (alumni) para peserta didiknya diterima pada berbagai sekolah lanjutan

atas baik negeri maupun swasta. Adapun alumni yang dianggap telah berhasil

berkiprah dengan baik di masyarakat di antaranya adalah :

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

94

a. Dr. Ali Murtadho, M.Ag dari desa Donosari kecamatan Patebon yang saat

ini menjabat sebagai dosen di UIN Walisongo Semarang. Doktor alumni

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, saat ini menjabat sebagai kepala

Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) di instansi yang sama.

b. Luthfiah, M.Pd.I yang saat ini menjabat sebagai dosen di UIN Walisongo

Semarang dan sedang menempuh program doktoral di UIN Walisongo

Semarang.

c. K.H. Muhammad Idris Nor, dari desa Sukolilan kecamatan Patebon, yang

saat ini menjabat sebagai Syuriah NU Kabupaten Kendal (Dokumentasi,

Power Point Penerimaan Siswa Baru Tahun Pelajaran 2015/2016 : 13).

6. Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di MTs NU 07 Patebon

Dalam rangka mencapai target kualitas sekolah yang bermutu, tentunya

tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung yang berupa sarana dan

prasarana yang memadai. Untuk sampai pada pencapaian target tersebut,

sarana dan prasarana baik secara fisik, lingkungan maupun personil yang

terkait harus bisa memberdayagunakan secara efektif dan efisien. Terkait

dengan sarana dan prasarana, tentunya tidak bisa dilupakan pula perekrutan

personil-personil yang ahli dalam bidang sarana dan prasarana penunjang

perkembangan sekolah. Sarana dan prasarana ini dapat berupa gedung,

peralatan kantor, ATK, dan sebagainya.

Adapun sarana prasarana pendidikan di MTs NU 07 Patebon Kabupaten

Kendal dijabarkan secara rinci dan terpisah mulai dari kondisi bangunan,

sarana pendukung pembelajaran dan sarana pendukung lainnya pada tabel di

bawah ini:

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

95

Tabel 6

Jumlah dan Kondisi Bangunan MTs NU 07 Patebon

No. Jenis Bangunan Jumlah Ruang Menurut Kondisi (Unit)

Baik Rusak Ringan Rusak Berat

1. Ruang Kelas 7 7

2. Ruang Kepala Madrasah 1

3. Ruang Guru 1

4. Ruang Tata Usaha 1

5. Laboratorium Biologi 1

6. Laboratorium Komputer 1

7. Ruang Perpustakaan 1

8. Ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

1

9. Toilet Guru 1

10. Toilet Peserta didik 5

11. Ruang Bimbingan Konseling (BK)

1

12. Ruang OSIS 1

13. Masjid 1

14. Gedung/Ruang Olahraga 1

15. Kantin 1

(Sumber : Observasi, 27 Oktober 2015)

Tabel 7

Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran

No. Jenis Sarana Prasarana

Jumlah Unit Menurut Kondisi

Jumlah Ideal Yang

Seharusnya Ada Baik Rusak

1. Kursi Peserta didik 406 42 448

2. Meja Peserta didik 212 12 224

3. Loker Peserta didik 14 0 14

4. Kursi Guru dalam Kelas 14 0 14

5. Meja Guru dalam Kelas 14 0 14

6. Papan Tulis 14 0 14

7. Lemari dalam Kelas 7 0 14

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

96

8. Alat Peraga PAI 1 0 5

9. Alat Peraga Biologi 1 0 2

10. Bola Voli 1 0 3

11. Bola Basket 1 0 2

12. Meja Pingpong (Tenis Meja)

1 0 2

13. Lapangan Sepakbola/Futsal 1 0 1

(Sumber : Data Emis Madrasah Tahun 2015/2016)

Tabel 8

Sarana dan Prasarana Pendukung Lainnya

No. Jenis Sarana Prasarana Jumlah Sarpras Menurut Kondisi (Unit)

Baik Rusak

1. Laptop 1 0

2. Personal Komputer 4 0

3. Printer 3 0

4. Televisi 1 0

5. Mesin Scanner 1 0

6. LCD Proyektor 3 0

7. Layar (Screen) 2 0

8. Meja Guru & Tenaga Kependidikan

32 0

9. Kursi Guru & Tenaga Kependidikan

32 0

10. Lemari Arsip 4 0

11. Kotak Obat (P3K) 1 0

12. Pengeras Suara 2 0

(Sumber : Data Emis Madrasah Tahun Pelajaran 2015/2016)

7. Struktur Kurikulum di MTs NU 07 Patebon

Kurikulum adalah rancangan pengajaran yang akan diajarkan atau

diterapkan kepada peserta didik. Adapun kurikulum yang dipakai MTs NU 07

Patebon mengacu kepada Kurikulum Nasional (KTSP) sebagai pedoman dalam

pelaksanaan pengajaran. Sedangkan kurikulum lokalnya diterapkan dalam

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

97

bidang keagamaan seperti Fiqh, al-Quran Hadits, dan Bahasa Arab

(Wawancara, M. Isrok : 16 September 2015).

Struktur kurikulum di MTs NU 07 Patebon disusun berdasarkan

Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Berikut

ini garis besar struktur kurikulum rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam dan umum di MTs NU 07 Patebon dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP 2006

b. Alokasi waktu 1 jam pelajaran adalah 40 menit.

c. Jam belajar mulai pukul 07.00 – 13.00 WIB

d. Buku penunjang pembelajaran terdiri dari :

1) Buku teks guru (kondisi: lengkap).

2) Buku teks peserta didik (kondisi: lengkap).

3) Buku referensi lainnya (kondisi; kurang lengkap).

e. Minggu efektif dalam dua semester adalah 34 – 38 minggu.

f. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dialokasikan minimal 2 jam per minggu.

g. Penambahan jam di luar jam pelajaran rumpun mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam untuk materi yang berkaitan dengan masyarakat, seperti : seni

kaligrafi, latihan tahlil, latihan khitobah, latihan maulid nabi, tilawatil

Qur`an, shalat qiyamul lail, dan lain-lain.

h. Kegiatan rutin keagamaan antara lain : Pesantren kilat, shalat berjamaah,

baca tulis al-Quran, tadarus al-Quran dan asmaul husna, khitobah dan lain-lain.

i. Program bidang keterampilan lain yang diselenggarakan antara lain : tata

busana, teknologi informasi, dan kegiatan kewirausahaan.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

98

j. Kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan dalam rangka menggali dan melatih

potensi sesuai bakat dan minat peserta didik (Dokumentasi, Kurikulum MTs

NU 07 Patebon : 7).

Adapun rincian jenis kegiatan ekstrakurikuler dan prestasi yang pernah

diperoleh sebagai berikut :

Tabel 9

Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler di MTs NU 07 Patebon

Tahun Pelajaran 2015/2016

No. Jenis Ekstrakurikuler Jumlah Siswa

Yang Mengikuti Prestasi Yang Pernah Diraih

1. Pramuka 203 Juara Tingkat

Kabupaten

2. Palang Merah Remaja (PMR) 32

3. Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa

33

4. Marching Band 50

5. Sepakbola / Futsal 43

6. Bulutangkis 10 Juara Tingkat

Kabupaten

7. Olahraga Bela Diri (Pencak Silat Pagar Nusa)

48 Juara Tingkat

Kabupaten

8. Tenis Meja 14

9. Seni Suara/Paduan Suara 45 Juara Tingkat

Kabupaten

10. Marawis/Nasyid 26

11. Kaligrafi 24

12. Seni Baca Al-Quran 20 Juara Tingkat

Kecamatan dan Kabupaten

13 Baca Tulis Al-Quran 95

14 FALUBI (Fariq al-Lughah al-Arabiyah)

35

15 English Club 20

16 MC Bahasa Jawa 10

17. Menjahit 26

(Sumber : Data Emis Madrasah Tahun Pelajaran 2015/2016)

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

99

B. Paparan Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti melakukan reduksi data

dengan tujuan untuk dapat menarik kesimpulan akhir. Reduksi data dilakukan

dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak diperlukan

dan mengorganisir data tersebut, secara berkelanjutan selama proses penelitian

berlangsung.

1. Penerapan Community Based Learning dalam Pembelajaran Rumpun

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs NU 07 Patebon

Pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning) di

MTs NU 07 Patebon mulai diterapkan sejak pergantian kepala madrasah,

sekitar bulan Juli 2014 (Wawancara, Ahmad Ayyub : 23 Oktober 2015).

Inisiatif pertama untuk menerapkan pembelajaran berbasis masyarakat

muncul pada saat rapat komite dan pengurus madrasah menghadapi tahun

ajaran baru 2014/2015. Pembahasan utama rapat tersebut yang pertama

adalah mencari konsep pembelajaran yang dapat mendukung terealisasinya

visi, misi, dan tujuan MTs NU 07 Patebon yang baru sebagai hasil dari

perbaikan visi, misi, dan tujuan yang lama tahun 2010, dan persiapan

semester gasal tahun ajaran 2014/2015. Hasil rapat tersebut disepakati

menerapkan pembelajaran berbasis masyarakat. Pihak sekolah segera

menindaklanjuti terkait dengan sosialisasi, perencanaan, dan petunjuk teknis

pelaksanaannya mulai semester gasal tahun ajaran 2014/2015.3

3 Rapat Pengurus dan Komite Madrasah dilaksanakan Kamis, 24 Juli 2014 dihadiri oleh

pengurus dan komite madrasah dengan hasil pembahasan, menerapan pembelajaran berbasis masyarakat dalam rangka merealisasikan butir-butir dalam tujuan madrasah seperti : 1) menghasilkan lulusan yang rajin shalat berjamaah ; 2) menghasilkan lulusan ber-akhlakul karimah ; 3) menghasilkan lulusan yang menguasai, mencintai, dan mengamalkan ilmu agama ala Aswaja ; dan 4) menghasilkan lulusan yang hafal juz Amma, Asmaul Husna, dan mampu memimpin tahlil (Dokumentasi, Buku Notulen Rapat MTs NU 07 Patebon : 12 Agustus 2015).

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

100

Menindaklanjuti hasil rapat pengurus dan komite di atas, MTs NU 07

Patebon mengadakan sosialisasi terkait dengan petunjuk teknis pelaksanaan

pembelajaran berbasis masyarakat kepada para guru dan orang tua peserta didik

dalam rapat wali murid pada hari Rabu, 27 Agustus 2014. Dalam rapat tersebut

Ibu Simyanah selaku kepala madrasah, didampingi ketua pengurus dan komite

madrasah secara rinci menjelaskan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

masyarakat pada mata pelajaran Fiqh dan Al-Quran Hadits di MTs NU 07

Patebon mulai semester gasal tahun pelajaran 2014/2015.4

Pada rapat tersebut ketua pengurus yakni bapak Subari Syam,

menyebutkan tokoh agama/masyarakat yang dilibatkan dalam pembelajaran

berbasis masyarakat yaitu : KH. Ahmad Ayyub, yang merupakan pengasuh

pondok pesantren al-Itqon Kebonharjo, KH. Fatkhurrohman yang merupakan guru

senior di bidang seni baca al-Quran dan seni kaligrafi, KH. Chumaidi Umar yang

merupakan Rois Syuriah MWC Patebon, H. Mat Rokhim yang merupakan modin

desa Purwosari, dan Umi Maizun yang merupakan ibu modin dari desa Sukolilan.

Semua tokoh agama/masyarakat yang telah disebutkan sengaja dihadirkan pihak

sekolah untuk diperkenalkan kepada guru dan orang tua wali. (Dokumentasi,

Buku Agenda Rapat : 12 Agustus 2015).

Pada awal diperkenalkan dan mempelajari pembelajaran berbasis

masyarakat pendidik agak merasa berat terutama guru mata pelajaran Fiqh dan al-

Quran Hadits, karena adanya rasa sungkan (menghormati) terhadap beberapa

4 Rapat Wali Murid dilaksanakan hari Rabu, 27 Agustus 2014 dihadiri oleh ketua

pengurus, ketua komite madrasah, seluruh jajaran pimpinan, guru, dan karyawan di MTs NU Patebon, tokoh agama/masyarakat, dan orang tua wali murid, dengan agenda dasar : 1) Sosialisasi persiapan semester gasal tahun pelajaran 2014/2015; dan 2) Sosialisasi program pembelajaran berbasis masyarakat kepada guru, karyawan, dan orang tua wali murid (Dokumentasi, Buku daftar hadir dan buku Notulen Rapat MTs NU 07 Patebon : 12 Agustus 2015)

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

101

tokoh yang nantinya harus bekerja sama dengan dirinya. Akan tetapi setelah

berjalan pada kelas berbeda (kelas selanjutnya, misalnya dari kelas VII A ke VII

B, dan seterusnya) perasaan tersebut semakin berkurang, meskipun perasaan itu

tetap ada sampai sekarang. Hal tersebut sebagaimana yang diutarakan oleh ibu

Samiyah dan bapak Muntalib kepada peneliti (PPBM-PLK-GR-B.6).5

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, penerapan pembelajaran

berbasis masyarakat di MTs NU 07 Patebon hanya pada mata pelajaran Fiqh dan

al-Quran Hadits dengan materi pelajaran tertentu. Adapun pelaksanaannya

terintegrasi dalam pembelajaran di kelas dan di luar kelas, melalui kegiatan

intrakulikuler dan ekstrakulikuler.6 Berikut ini dijelaskan deskripsi penerapan

pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh dan al-Quran Hadits

di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal.

a. Mata Pelajaran Fiqih

Penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh

di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal dapat didiskripsikan melalui

beberapa kegiatan meliputi : 1) Perencanaan pembelajaran berbasis masyarakat

mata pelajaran Fiqh; 2) Pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat mata

pelajaran Fiqh; dan 3) Evaluasi pembelajaran berbasis masyarakat mata

pelajaran Fiqh.

5 Wawancara ini peneliti lakukan kepada kedua tokoh tersebut pada wal penelitian yakni

tanggal 4 Agustus 2015. Menurut pernyataan ibu Samiah dan bapak Muntalib, rasa sungkan itu muncul karena rasa hormat terhadap tokoh agama/masyarakat terutama kepada bapak Chumaidi Umar yang merupakan ketua Syuriah MWC NU Kecamatan Patebon dan bapak Ahmad Ayub, yang merupakan pengasuh pondok pesantren al-Itqon Patebon. Dalam budaya Nahdliyin, sosok seorang kyai memang punya kharismatik di masyarakat. Adapun terhadap modin karena keduanya merupakan alumni madrasah ini, jadi kesannya biasa saja.

6 Observasi dilaksanakan peneliti terhadap proses pembelajaran Fiqh berbasis masyarakat di kelas dan di luar kelas baik kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler berupa kegiatan pengembangan diri yang dilaksanakan pada hari Jumat dan Sabtu sore. Dalam seluruh kegiatan observasi ini peneliti menggunakan peralatan kamera photo dan film untuk mendukung data ceklist.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

102

1) Perencanaan

Perencanaan merupakan kegiatan awal yang sangat penting sebelum

memulai kegiatan pembelajaran berbasis masyarakat. Suatu kegiatan yang

tidak diawali dengan perencanaan yang baik bukan tidak mungkin kegiatan

berjalan tidak sesuai rencana, lebih-lebih pembelajaran melibatkan masyarakat.

Menurut kepala madrasah, pelaksanaan pembelajaran berbasis

masyarakat pada mata pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon diterapkan dalam

kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas (PPBM-FQ-PRC-KM-

A.1). Adapun materi yang diajarkan seperti perawatan jenazah, penguasaan

bacaan tahlil, penguasaan gerakan dan bacaan shalat, dan shalat jamak (PPBM-

FQ-PRC-KM-A.2).

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala madrasah, guru, tokoh

agama/tokoh masyarakat, orang tua, peserta didik dan hasil observasi peneliti

selama proses pengambilan data penelitian di MTs NU 07 Patebon, bahwa

pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh diawali dengan

pembuatan perencanaan oleh guru mata pelajaran Fiqh dengan melibatkan

tokoh agama/masyarakat sebagai bahan pertimbangan (PPBM-FQ-PRC-KM-

A.5). Perencanaan tersebut dibuat berdasarkan standar minimal BSNP yang

meliputi Identitas, SK, KD, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi, Desain

Pembelajaran, Metode, Media, Peraga, Buku Sumber, dan Evaluasi

Pembelajaran yang pembelajarannya melibatkan masyarakat (PPBM-FQ--

PRC-KM-A.6).

Adapun tokoh agama atau masyarakat yang dilibatkan ada empat

orang dengan pembagian sebagai berikut :

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

103

a) KH. Chumaidi Umar untuk materi penguasaan bacaan dan gerakan shalat

serta pembiasaan shalat berjamaah dhuhur yang di dampingi guru Fiqh.

b) KH. Ahmad Ayub untuk materi shalat jamak dan penguasaan bacaan Tahlil

yang didampingi guru Fiqh

c) H. Mat Rokhim untuk materi perawatan jenasah pada peserta didik laki-laki

yang didampingi guru Fiqh.

d) Umi Maizun untuk materi perawatan jenazah pada peserta didik perempuan

yang didampingi guru Fiqh.

Dalam pembuatan perencanaan pembelajaran berbasis masyarakat,

guru sudah melibatkan tokoh agama/tokoh masyarakat (PPBM-FQ-PRC-GR-

A.2). Adapun bentuk keterlibatan tokoh agama/tokoh masyarakat dalam

penyusunan perencanaan pembelajaran adalah pemberian masukan sebelum

guru menuangkannya dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (PPBM-

FQ-PRC-GR-A.5).

Dengan perencanaan yang sudah melibatkan tokoh agama/tokoh

masyarakat tersebut diharapkan dalam penerapannya di lapangan tidak terjadi

kendala. Kendala yang harus diantisipasi dalam kegiatan penyusunan

perencanaan pembelajaran adalah berkaitan dengan tugas dan fungsi

keterlibatan tokoh agama/tokoh masyarakat tersebut sehingga pembelajaran

berbasis masyarakat bisa berjalan dengan baik. Penyusunan RPP tersebut siap

digunakan sebagai pedoman penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada

mata pelajaran Fiqh setelah ditandatangani guru Fiqh, tokoh agama/masyarakat

yang dilibatkan, dan disahkan kepala madrasah (PPBM-FQ-PRC-KM-A.3)

(PPBM-FQ-PRC-GR-A.3).

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

104

Perencanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran

Fiqh di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal yang menjadi fokus penelitian

ini adalah persiapan mengajar yang dibuat oleh guru bersama tokoh

agama/masyarakat dan pelaksanaan pembelajaran oleh guru itu sendiri bersama

dengan tokoh agama/tokoh masyarakat. Secara garis besar rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru dengan melibatkan tokoh

agama/tokoh masyarakat harus meliputi komponen sebagai berikut : Identitas,

Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Tujuan

Pembelajaran, Materi, Desain Pembelajaran, Metode/Media/Peraga, Buku

Sumber, Evaluasi Pembelajaran (sesuai dengan ketentuan Badan Nasional

Standar Pendidikan) (PPBM-FQ-PRC-KM-A.6).

Berdasarkan hasil wawancara, studi dokumen, dan observasi yang

dilaksanakan peneliti bahwa guru mata pelajaran Fiqh MTs NU 07 Patebon

sudah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan melibatkan

tokoh agama/tokoh masyarakat (PPBM-FQ-PRC-GR-A.2). Rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) tersebut sudah ditandatangani oleh Kepala

Madrasah dengan mengacu komponen rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yang ditentukan oleh Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP)

(PPBM-FQ-PRC-GR-A.6). Media atau alat peraga yang akan digunakan dalam

pembelajaran Fiqh sudah disediakan oleh sekolah dan diusahakan sendiri dari

tokoh agama/masyarakat serta kelengkapan lainnya disediakan sendiri oleh

peserta didik. Rencana penilaian guru mata pelajaran Fiqh sudah membuat

perencanaan secara lengkap sampai dengan pedoman penskoran dan rumusan

nilai akhir (PPBM-FQ-PRC-GR-A.6).

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

105

2) Pelaksanaan

Berdasarkan pengamatan peneliti, pelaksanaan pembelajaran berbasis

masyarakat pada mata pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon Kabupaten

Kendal telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang disusun bersama

antara guru dan tokoh agama/tokoh masyarakat. Keterlibatan tokoh

agama/tokoh masyarakat dalam proses pembelajaran Fiqh adalah

menyampaikan langsung materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar

yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan yang direncanakan dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Adapun peranan guru bidang studi

Fiqh membantu proses pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran

Fiqh di MTs NU 07 Patebon sebagaimana telah dijelaskan di atas hanya

mencakup materi penguasaan bacaan dan gerakan shalat, materi shalat jamak,

dan perawatan jenasah dan tahlil.

a) Materi penguasaan bacaan dan gerakan shalat

Peneliti melakukan observasi pada tanggal 16 September 2015

terhadap pelaksanaan pembelajaran Fiqh dengan materi pokok ibadah shalat

dengan sub tema penguasaan bacaan dan gerakan shalat. Tujuan

pembelajaran ini adalah agar peserta didik dapat menguasai gerakan dan

bacaan shalat dengan benar. Proses pembelajaran melibatkan guru bidang

studi Fiqh yakni ibu Samiah dan tokoh agama/masyarakat yakni KH.

Chumaidi Umar. Alokasi waktu pembelajaran adalah 2 x 40 menit.

Guru Fiqh mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam

kepada semua peserta didik, dilanjutkan dengan menyampaikan kompetensi

yang akan dicapai sebelum masuk pada penjelasan materi, guru melakukan

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

106

apersepsi dan kemudian dilanjutkan dengan penyampaian sedikit materi

sebagai pengantar.

Setelah penyampain materi selesai, guru Fiqh menjelaskan kepada

peserta didik tentang strategi pembelajaran menggunakan metode demonstrasi

berbasis tutor sebaya. Selanjutnya guru membagi peserta didik menjadi 3

kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 9 - 10 peserta didik serta

membagikan LKK kepada masing-masing kelompok.

Selanjutnya pembelajaran diserahkan kepada KH. Chumaidi Umar.

Guru meminta peserta didik memperhatikan demontrasi gerakan dan bacaan

shalat Subuh yang diperagakan tokoh agama/masyarakat. Setelah demonstrasi

selesai, kemudian guru meminta secara bergiliran salah satu wakil dari

kelompok maju ke depan kelas bersama kelompoknya untuk mempresentasikan

bacaan dan gerakan shalat dihadapan kelompoknya, guru memberi bimbingan

dengan benar ketika presentasi dari peserta didik berlangsung sampai semua

kelompok selesai demonstrasi di depan kelas.

Setelah selesai, guru mengajak peserta didik berdiskusi untuk

mengevaluasi hasil pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk tetap

belajar di rumah dan menerapkan gerakan dan bacaan shalat yang diperoleh

hari ini dalam praktik shalat di rumah atau di masjid, kemudian guru menutup

pertemuan dan mengucapkan salam (Observasi, 16 September 2015).

b) Materi Shalat Jamak

Peneliti melakukan observasi pada tanggal 1 September 2015 terhadap

pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh

materi shalat jamak. Pelaksanaan pembelajaran di luar kelas, yakni di Masjid

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

107

al-Itqon yang terletak di sebelah barat MTs NU 07 Patebon. Pembelajaran

dengan materi shalat berjamaah ini dipimpin oleh tokoh agama/masyarakat

yakni bapak KH. Ahmad Ayyub dengan didampingi guru bidang studi Fiqh

yakni ibu Samiyah. Semua peserta didik mengenakan pakaian shalat. Adapun

alokasi waktu 2 x 40 menit.

Sebelum pembelajaran dimulai, guru Fiqh mengatur peserta didik agar

berdiri berbaris rapi di halaman dalam masjid. Guru Fiqh menjelaskan kegiatan

pembelajaran hari ini, dan meminta peserta didik betul-betul memperhatikan

dan melarang membuat kegaduhan dan keributan di dalam masjid. Selanjutnya

menjelaskan kepada peserta didik bahwa tokoh agama/masyarakat yang akan

memimpin proses pembelajaran Fiqh. Setelah dirasa cukup, guru Fiqh

mempersilahkan KH. Ahmad Ayyub untuk memimpin pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam, yang

dijawab serentak oleh peserta didik. Kemudian tokoh agama/masyarakat

mengajak peserta didik berdoa bersama. Setelah doa selesai, tokoh

agama/masyarakat memberikan motivasi kepada peserta didik tentang

kegunaan, tata cara, dan pentingnya shalat jamak selama 10 menit.

Adapun kegiatan inti pembelajaran berlangsung selama 70 menit,

dengan rincian sebagai berikut :

(1) Tokoh agama/masyarakat menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah

pembelajaran kepada peserta didik.

(2) Pembelajaran dibagi dalam empat kelompok, dengan materi I shalat jamak

takdim pada shalat dhuhur dan ashar, materi II shalat jamak takhir pada

shalat dhuhur dan ashar, materi III shalat jamak takdim pada shalat

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

108

maghrib dan isyak, dan materi IV shalat jamak takhir pada shalat maghrib

dan isyak.

(3) Tokoh agama/masyarakat mempresentasikan semua materi shalat jamak

kepada peserta didik dengan perlahan-lahan (masing-masing kelompok

melihat dan mendengarkan).

(4) Tokoh agama/masyarakat membagi peserta didik menjadi empat kelompok

dan meminta peserta didik bergabung/berkumpul sesuai kelompoknya.

(5) Tokoh agama/masyarakat bersama peserta didik membagi masing-masing

peran kelompok untuk mendemonstrasikan shalat jamak sesuai dengan

materi yang telah dibagikan sebelumnya.

(6) Tokoh agama/masyarakat meminta kelompok I mendemonstrasikan materi

shalat jamak takdim pada shalat dhuhur dan ashar. Selanjutnya kelompok

II mendemontrasikan materi shalat jamak takhir pada shalat dhuhur dan

ashar, kelompok III mendemonstrasikan materi shalat jamak takdim pada

shalat maghrib dan isyak, dan kelompok IV mendemonstrasikan materi

shalat jamak takhir pada shalat maghrib dan isyak.

(7) Tokoh agama/masyarakat dan guru Fiqh mengamati sekaligus memberikan

bimbingan dan penilaian terhadap hasil kerja peserta didik mempraktikan

masing-masing peran melaksanakan shalat jamak. Setelah demonstrasi

selesai, jumlah nilai yang ditulis di papan tulis kecil oleh guru Fiqh

dijumlah untuk mengetahui perolehan nilai sementara dari peserta didik.

(8) Setelah semua kelompok selesai mendemonstrasikan kaifiyah shalat jamak

dilanjutkan diskusi singkat untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang

baru saja selesai.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

109

(9) Tokoh agama/masyarakat menyimpulkan hasil pembelajaran dan

menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai peserta didik.

(10) Pembelajaran Fiqh materi shalat jamak telah selesai, guru menutup

pelajaran dengan doa bersama dilanjutkan dengan salam dan menyerahkan

kembali kepada guru Fiqh.

(11) Guru Fiqh menyimpulkan materi pembelajaran dan setelah memberikan

pesan kemudian menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

(Observasi, 1 September 2015).

c) Perawatan Jenasah

Pembelajaran berbasis masyarakat pada materi perawatan jenazah ini

dilaksanakan kelas IX pada semester II. Peneliti tidak dapat mengamati

langsung proses pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat dengan materi

perawatan jenasah. Oleh karena itu, pada materi ini, peneliti hanya

mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Fiqh materi perawatan jenazah ini

berdasarkan data hasil interviu kepada guru Fiqh, peserta didik, dan guru dari

tokoh agama dan masyarakat yang pernah memberikan pembelajaran

perawatan jenasah. Di samping interviu, digunakan juga dokumentasi terkait

proses pembelajaran berbasis masyarakat materi perawatan jenasah yang

disediakan oleh tata usaha yang berupa foto-foto kegiatan pembelajaran, dan

dari guru Fiqh berupa daftar hadir dan catatan harian guru.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat materi perawatan

jenazah dilaksanakan di luar kelas yakni di aera parkir sepeda peserta didik

yang terletak di sebelah timur laut MTs NU 07 Patebon. Adapun alokasi waktu

selama 4 jam pelajaran, yaitu dengan menggabungkan jam pelajaran Fiqh yang

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

110

terpisah pada hari berbeda menjadi satu hari secara berurutan. Adapun jam

pada mata pelajaran lain yang digunakan untuk materi ini dipindahkan ke mata

pelajaran Fiqh semula.7

Pembelajaran dengan materi perawatan jenazah ini dipimpin oleh tokoh

agama/masyarakat yakni bapak H. Mat Rokhim8 untuk peserta didik laki-laki

yang didampingi guru yakni bapak Muhlis. Sedangkan untuk pembelajaran

merawat jenasah bagi peserta didik perempuan dipimpin oleh tokoh

agama/masyarakat yakni ibu Umi Maizun9 dengan didampingi guru bidang

studi Fiqh yakni ibu Samiyah. Semua peserta didik mengenakan pakaian

muslim sebagaimana telah diberitahukan satu minggu sebelumnya oleh guru

Fiqh. Sesuai pemberitahuan sebelumnya, peserta didik laki-laki memakai

sarung, baju lengan panjang, memakai peci, dan alas kaki serandal. Peserta

didik perempuan memakai kebaya, baju kurung lengan panjang, memakai

kerudung/jilbab, dan alas kaki serandal. Adapun alokasi waktu 2 x 40 menit.

Adapun media atau peralatan yang digunakan untuk demontrasi

perawatan jenazah menggunakan boneka plastik seukuran manusia, kemudian

bak air sebanyak 3 buah, gayung, handuk, sabun, sampo, bahan-bahan untuk

ramuan pewangi khusus mayat, pakaian pembalut biasa, kain kafan, dan lain-

lain. Semua media tersebut sudah disiapkan di lokasi pembelajaran berdasarkan

7 Berdasarkan wawancara dengan Muchamad Nashokib, selaku penjaga parkir, setiap

ada kegiatan pembelajaran berbasis masyarakat materi perawatan jenasah, guru mata pelajaran Fiqh telah mengkonfikarsikan kegiatan tersebut dua atau tiga hari sebelumnya kepadanya untuk mengkondisikan area parker sebagai tempat pembelajaran. Oleh karena itu sejak pagi, parkir sepeda dipindah ke halaman madrasah (Wawancara, 10 Oktober 2015).

8 H. Mat Rokhim merupakan pejabat modin di Desa Purwosari Kecamatan Patebon yang sengaja didatangkan oleh pihak MTs NU 07 Patebon untuk memberikan pembelajaran Fiqh materi perawatan jenasah, talqin, dan tahlil.

9 Umi Maizun merupakan isteri pejabat modin dari desa Sukolilan Kecamatan Patebon yang sengaja didatangkan oleh pihak MTs NU 07 Patebon untuk memberikan pembelajaran Fiqh materi perawatan jenasah, talqin, dan tahlil.

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

111

kelompok peserta didik laki-laki dan perempuan (Ibu Samiah, Wawancara, 12

Oktober 2015).

Berdasarkan hasil interviu kepada kepala madrasah, guru Fiqh,

tokoh/masyarakat, dan peserta didik, serta didukung dokumentasi foto dan

catatan harian guru, proses pelaksanaan pembelajaran dideskripsikan secara

singkat sebagai berikut :

Sebelum pembelajaran dimulai, guru Fiqh mengatur peserta didik

untuk berkumpul berdasarkan jenis kelamin menghadapi media yang sudah

disediakan. Pada masing-masing kelompok, didampingi guru mata pelajaran

Fiqh dan modin desa. Untuk kelompok peserta didik laki-laki, didampingi guru

Muntalib dan modin dari desa Purwosari yakni bapak H. Mat Rokhim. Adapun

untuk kelompok peserta didik perempuan, didampingi guru Ibu Hj. Samiyah

dan isteri modin dari desa Sukolilan yakni Ibu Umi Maizun.

Pembelajaran dimulai setelah peserta didik tenang, guru mengabsen

kehadiran peserta didik, membuka pelajaran dengan salam, dan doa bersama

yang dilanjutkan pemberian apersepsi kepada peserta didik. Selanjutnya guru

menjelaskan rancangan pembelajaran hari ini, tujuan yang hendak dicapai, dan

memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Sebelum

guru Fiqh menyerahkan pembelajaran kepada tokoh masyarakat (yakni H. Mat

Rokhim yang selanjutnya disebut modin), peserta didik diperkenalkan kepada

tokoh masyarakat yang membimbing langsung pembelajaran Fiqh materi

perawatan jenazah hari ini (Dokumen, Catatan harian guru Fiqh).

Adapun kegiatan inti pembelajaran perawatan jenazah berlangsung

selama 140 menit, dengan deskripsi singkat sebagai berikut :

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

112

Kegiatan pembelajaran Fiqh materi perawatan jenazah diawali oleh

bapak atau ibu modin dengan mengucapkan salam melalui pengeras suara yang

sudah disediakan. Kemudian dilanjutkan apersepsi dan penyampaian tujuan

pembelajaran Fiqh materi perawatan jenazah. Selanjutnya modin

memperkenalkan satu persatu bahan-bahan yang perlu dipersiapkan pada

perawatan jenazah. Semua peserta didik tampak antusias memperhatikan

penjelasan dari modin. Sementara guru bidang studi Fiqh mengamati kegiatan

pembelajaran sambil sesekali berkeliling untuk mengontrol keaktivan peserta

didik selama proses pembelajaran berlangsung.

Pada awal pelaksanaan pembelajaran, modin dengan seksama

menjelaskan kepada peserta didik hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum

jenazah dimandikan, seperti menyiapkan air sabun, air bersih, meramu bahan

pewangi alami, mengukur dan memotong kain kafan dan menjahitnya agar siap

pakai setelah jenazah dimandikan. Modin dengan teliti memperagaan proses

awal penyiapan bahan-bahan tersebut, yang selanjutnya diserahkan kepada

peserta didik untuk mengerjakannya. Secara bergantian modin mengamati

kegiatan peserta didik sambil memberikan bimbingan yang diperlukan.

Sementara guru Fiqh juga terlibat membantu membimbing peserta didik

sebagaimana dilakukan modin, sampai proses penyiapan selesai.

Kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada pemandian jenazah. Modin

terlebih dahulu menjelaskan detail pemandian jenazah kepada peserta didik.

Kemudian guru mendemonstrasikan pemandian jenazah dari awal sampai

selesai. Selanjutnya modin membimbing empat orang peserta didik untuk

praktik mendemonstrasikan pemandian jenazah. Setelah demonstrasi selesai,

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

113

dilanjutkan empat orang peserta didik yang lain, sampai semua peserta didik

secara kelompok berpartisipasi dalam kegiatan pemandian jenazah.

Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan memindahkan jenasah dari

tempat pemandian ke tempat yang sudah disediakan, memberikan mewangian

dan menutup atau membungkus mayat dengan kafan. Adapun rincian kegiatan

ini sama seperti kegiatan sebelumnya. Modin menjelaskan terlebih dahulu

detail kegiatan menutup jenazah dan kemudian dilanjutkan demonstrasi peserta

didik secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat orang peserta

didik untuk bergantian praktik menutup jenasah dengan bimbingan modin.

Pada akhir pembelajaran, guru dan modin bersama-sama mengevaluasi

jalannya proses pembelajaran, memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk bertanya, menjelaskan kompetensi yang belum dikuasi peserta didik,

menyimpulkan hasil pembelajaran, dan menutup pelajaran dengan salam

(Wawancara, Mat Rokim dan Umi Maizun : 1 September 2015).

d) Materi Tahlil

Peneliti melakukan observasi pada tanggal 6 Oktober 2015 terhadap

pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh

materi Tahlil. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran dengan

materi bacaan tahlil ini dipimpin oleh tokoh agama/masyarakat yakni bapak

KH. Chumaidi Umar dengan didampingi guru Fiqh yakni ibu Samiyah.

Pembelajaran dilaksanakan di dalam kelas. Alokasi waktu 2 x 40 menit.

Guru Fiqh mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam kepada

semua peserta didik, dilanjutkan dengan menyampaikan kompetensi yang akan

dicapai sebelum masuk pada penjelasan materi, guru melakukan apersepsi dan

kemudian dilanjutkan dengan penyampaian sedikit materi sebagai pengantar.

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

114

Setelah penyampain materi selesai, guru Fiqh menjelaskan kepada

peserta didik tentang strategi pembelajaran menggunakan metode demonstrasi

berbasis tutor sebaya. Selanjutnya guru membagi peserta didik menjadi 2

kelompok berdasarkan jenis kelamin serta membagikan buku pedoman tahlil

berukuran kecil kepada semua peserta didik.

Selanjutnya pembelajaran diserahkan kepada KH. Chumaidi Umar

(tokoh agama/masyarakat). Tokoh agama/masyarakat meminta peserta didik

memperhatikan dan menirukan demontrasi bacaan tahlil yang diperagakan

tokoh agama/masyarakat. Setelah demonstrasi selesai, kemudian tokoh

agama/masyarakat meminta secara bergiliran dua orang peserta didik maju ke

depan kelas untuk memimpin pembacaan tahlil dan meminta semua peserta

didik menirukan bacaan tahlil tersebut. Selanjutnya tokoh agama/masyarakat

duduk di belakang berbaur dengan peserta didik dan memberi bimbingan

dengan benar ketika presentasi dari peserta didik berlangsung sampai selesai.

Sementara guru Fiqh yakni ibu Samiyah mengamati dan memberikan penilaian

terhadap kompetensi peserta didik pada saat presentasi membaca tahlil di

depan kelas.

Setelah selesai, tokoh agama/masyarakat mengajak peserta didik

berdiskusi untuk mengevaluasi hasil pembelajaran dan memotivasi peserta

didik untuk menghafalkan bacaan tahlil di rumah dan menerapkannya ketika

mengirimkan doa kepada orang tua/saudara/orang lain yang sudah meninggal.

Sebelum menutup pelajaran guru kelas membagikan kartu kontrol kepada

setiap peserta didik yang harus diisi setiap melaksanakan kegiatan tahlil dan

ditanda tangani orang tua sebelum diserahkan kepada guru Fiqh setiap satu

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

115

bulan, setelah selesai guru dan tokoh agama/masyarakat menutup pelajaran

dengan mengucapkan salam (Observasi, 6 Oktober 2015).

3) Evaluasi

Evaluasi dilasanakan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan

pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) atau tidak. Evaluasi juga berfungsi untuk mengetahui sejauh mana

peserta didik menguasai kompetensi dasar mata pelajaran Fiqh yang diajarkan

bersama guru dan tokoh agama/tokoh masyarakat. Berdasarkan pengamatan

peneliti selama proses pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran

Fiqh, evaluasi telah dilaksanakan sesuai rencana, namun sebagian besar hanya

oleh guru, sedangkan tokoh agama/tokoh masyarakat hanya memberikan

masukan saja dalam penilaian (PPBM-FQ-EVS-KM-C.1 dan 2).

Adapun penilaian yang digunakan dalam pembelajaran berbasis

masyarakat pada mata pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon sebagai berikut :

a) Materi perawatan jenazah.

Evaluasi pada materi perawatan jenazah berbentuk tes kognitif dan

tes praktik. Pada evaluasi praktik, penilaian bersifat individu berdasarkan

kinerja kelompok berjumlah 4 orang peserta didik. Pelaksanaan evaluasi

praktik perawatan jenazah ini dilakukan oleh guru Fiqh bersama tokoh

agama/masyarakat. Pemberian nilai dilakukan oleh guru Fiqh sementara

tokoh agama/masyarakat hanya memberi masukan saja. Adapun evaluasi

kognitif, dilaksanakan secara individual yang dilakukan oleh guru Fiqh

melalui tes ulangan harian yang dilaksanakan di kelas dan penugasan

melalui hasil pekerjaan siswa (Wawancara, Samiyah : 12 Oktober 2015).

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

116

b) Materi Tahlil

Evaluasi pada materi tahlil berbentuk tes lisan hafalan tahlil.

Penilaian ini bersifat individu terhadap kemampuan peserta didik memimpin

tahlil di depan kelas. Pelaksanaan evaluasi hafalan tahlil ini dilakukan oleh

guru Fiqh bersama tokoh agama/masyarakat. Pemberian nilai dilakukan oleh

guru Fiqh. Peserta didik yang belum hafal tahlil dinyatakan belum tuntas

(KKM mata pelajaran Fiqh = 75). Remidi dilakukan melalui penugasan di

rumah yang dipandu dengan buku kontrol yang harus ditandatangani orang

tua dan diadakan tes ulang sampai peserta didik hafal sehingga memenuhi

ketuntasan minimal (Observasi, 6 Oktober 2015).

c) Materi Penguasaan Bacaan dan Gerakan Shalat

Evaluasi pada materi penguasaan bacaan dan gerakan shalat

berbentuk tes praktik. Pada evaluasi praktik, penilaian bersifat individu

berdasarkan kinerja kelompok yang terdiri dari 10 orang peserta didik.

Pelaksanaan evaluasi praktik penguasaan bacaan dan gerakan shalat ini

dilakukan oleh guru Fiqh bersama tokoh agama/masyarakat. Pemberian nilai

dilakukan oleh guru Fiqh (Observasi, 16 September 2015)..

d) Materi Shalat Jamak

Evaluasi pada materi shalat jamak berbentuk tes praktik. Pada

evaluasi praktik, penilaian bersifat kelompok yang terdiri dari 10 orang

peserta didik setelah mendemonstrasikan shalat jamak kemudian diberikan

skor oleh guru Fiah. Pelaksanaan evaluasi praktik shalat jamak ini dilakukan

oleh guru Fiqh bersama tokoh agama/masyarakat. Pemberian nilai dilakukan

oleh guru Fiqh (Observasi, 1 September 2015).

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

117

b. Mata Pelajaran al-Quran Hadits

Penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-

Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon didiskripsikan melalui beberapa kegiatan:

1) Perencanaan pembelajaran berbasis masyarakat; 2) Pelaksanaan pembelajaran

berbasis masyarakat; dan 3) Evaluasi pembelajaran berbasis masyarakat.

1) Perencanaan

Perencanaan merupakan kegiatan awal yang sangat penting

sebelum memulai suatu kegiatan pembelajaran berbasis masyarakat. Suatu

kegiatan yang tidak diawali dengan perencanaan yang baik bukan tidak

mungkin kegiatan berjalan tidak sesuai dengan rencana, lebih-lebih

pembelajaran dengan melibatkan masyarakat.

Menurut kepala madrasah, pelaksanaan pembelajaran berbasis

masyarakat pada mata pelajaran al-Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon

diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas.

Adapun materi yang diajarkan seperti hafalan/tartil al-Quran juz `Amma,

Qiroatul Quran, dan seni kaligrafi (PPBM-QH-PRC-KM-A.1).

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala madrasah, guru, tokoh

agama/tokoh masyarakat, orang tua, peserta didik dan hasil observasi

peneliti selama proses pengambilan data penelitian di MTs NU 07 Patebon,

pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-Quran Hadits

diawali pembuatan perencanaan oleh guru. Perencanaan tersebut dibuat

berdasarkan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

pembelajarannya melibatkan masyarakat. Adapun tokoh agama/masyarakat

yang dilibatkan ada dua orang dengan pembagian sebagai berikut :

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

118

a) KH. Ahmad Ayub untuk hafalan/tartil al-Quran juz `Amma dengan

didampingi guru al-Quran Hadits.

b) H. Fatkhurrahman untuk materi Qiro`atul Quran dan seni kaligrafi

dengan didampingi guru al-Quran Hadits.

Dalam pembuatan perencanaan pembelajaran berbasis masyarakat,

guru sudah melibatkan tokoh agama/tokoh masyarakat (PPBM-QH-PRC-

KM-A.5). Adapun bentuk keterlibatan tokoh agama/tokoh masyarakat

dalam penyusunan perencanaan pembelajaran adalah pemberian masukan

sebelum guru menuangkannya dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) (PPBM-QH-PRC-GR-A.5). Dengan perencanaan yang sudah

melibatkan tokoh agama/tokoh masyarakat tersebut diharapkan dalam

penerapannya di lapangan tidak terjadi kendala. Kendala yang harus

diantisipasi dalam kegiatan penyusunan perencanaan pembelajaran adalah

berkaitan dengan tugas dan fungsi keterlibatan tokoh agama/tokoh

masyarakat tersebut sehingga pembelajaran berbasis masyarakat bisa

berjalan dengan baik.

Perencanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran

al-Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal yang menjadi

fokus penelitian adalah persiapan mengajar yang dibuat oleh guru dan

pelaksanaan pembelajaran oleh guru itu sendiri bersama dengan tokoh

agama/tokoh masyarakat. Secara garis besar rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru dengan melibatkan tokoh

agama/tokoh masyarakat harus meliputi komponen sebagai berikut :

Identitas, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator,

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

119

Tujuan Pembelajaran, Materi, Desain Pembelajaran, Metode/Media/Peraga,

Buku Sumber, Evaluasi Pembelajaran (sesuai dengan ketentuan BNSP)

(PPBM-QH-PRC-GR-A.6).

Berdasarkan hasil wawancara, studi dokumen, dan observasi yang

dilaksanakan peneliti pada tanggal 6 Oktober 2015 (dengan instrumen

terlampir) diperoleh data bahwa guru mata pelajaran al-Quran Hadits MTs

NU 07 Patebon sudah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

dengan melibatkan tokoh agama/tokoh masyarakat (PPBM-QH-PRC-KM-

A.5). Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tersebut sudah

ditandatangani oleh Kepala Madrasah dengan mengacu komponen RPP

yang ditentukan oleh BNSP (PPBM-QH-PRC-GR-A.3). Media atau alat

peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran al-Quran Hadits sudah

disediakan oleh sekolah dan diusahakan sendiri dari tokoh

agama/masyarakat serta kelengkapan lainnya disediakan sendiri oleh peserta

didik. Rencana penilaian guru mata pelajaran al-Quran Hadits sudah

membuat perencanaan secara lengkap sampai dengan pedoman penskoran

dan rumusan nilai akhir (PPBM-QH-PRC-GR-A.6).

2) Pelaksanaan

Berdasarkan pengamatan dan hasil interviu peneliti, pelaksanaan

pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-Quran Hadits di MTs

NU 07 Patebon Kabupaten Kendal telah dilaksanakan sesuai dengan

perencanaan yang disusun bersama antara guru dan tokoh agama/tokoh

masyarakat (PPBM-QH-PLK-GR-B.1). Keterlibatan tokoh agama/tokoh

masyarakat dalam proses pembelajaran al-Quran Hadits adalah menyampaikan

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

120

langsung materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus

dikuasai peserta didik sesuai dengan yang direncanakan dalam RPP (PPBM-

QH-PLK-GR-B.4). Meskipun dalam penerapannya, kadang-kadang ada

pengembangan di lapangan, misalnya ketika muncul pertanyaan atau permintaan

dari peserta didik yang memerlukan penjelasan (PPBM-QH-PLK-GR-B.5).

Adapun peranan guru bidang studi al-Quran Hadits membantu proses

pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-

Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal sebagaimana telah

dijelaskan di atas hanya mencakup materi hafalan al-Quran juz `Amma, Qiro`atul

Qur`an, dan seni kaligrafi.

a) Materi Hafalan al-Quran (Tartil al-Quran)

Peneliti melakukan observasi pada tanggal 6 Oktober 2015 terhadap

pelaksanaan pembelajaran al-Quran Hadits dengan materi pokok hafalan juz

`Amma. Proses pembelajaran melibatkan guru bidang studi al-Quran Hadits

yakni bapak Muntalib dan tokoh agama/masyarakat yakni KH. Ahmad Ayyub.

Alokasi waktu pembelajaran adalah 2 x 40 menit.

Guru al-Quran Hadits mengawali pertemuan dengan mengucapkan

salam kepada semua peserta didik, dilanjutkan dengan menyampaikan

kompetensi yang akan dicapai sebelum masuk pada penjelasan materi, guru

melakukan apersepsi dan kemudian dilanjutkan dengan penyampaian sedikit

materi sebagai pengantar.

Setelah penyampain materi selesai, guru al-Quran Hadits menjelaskan

kepada peserta didik tentang strategi pembelajaran menggunakan metode

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

121

demonstrasi. Pada tahun ajaran 2014/2015 pembelajaran berbasis masyarakat

masih berbentuk ektra kurikuler yaitu pada hari sabtu sore dan semua peserta

didik dari kelas tujuh sampai kelas sembilan terjadwal kelas tujuh dari jam 1-

jam 2, kelas delapan dari jam 2- jam 3, dan untuk kelas sembilan dari jam 3-

jam 4. Tokoh masyarakat di dampingi oleh guru mata pelajaran al-Quran

Hadits walikelas masing yang melaksanakan pembelajaran tersebut.

Pelaksanaan pembelajaran di atas, setelah dievaluasi hasilnya kurang

maksimal dan kurang efektif, sehingga pada tahun pelajaran 2015/2016

pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran al-Quran Hadits

masing-masing dibagi tiga kelompok. Kelas tujuh dari surat an-Nas sampai ad-

Dhuha, kelas delapan dari surat as-Samsi sampai surat at-Buruuj, dan kelas

sembilan dari surat al-Insyiqoq sampai surat an Naba. Pelaksanaannya

terjadwal setiap kelas perminggu satu jam dan masuk pada jadwal pelajaran.

Adapun pelaksanaanya guru al-Quran Hadits memberi contoh cara

membaca setiap ayat sesuai tajwid dan makhorijul khuruf-nya, selanjutnya

pembelajaran diserahkan kepada KH. Ahmad Ayyub. Guru meminta peserta

didik memperhatikan demontrasi hafalan yang sudah dikuasai. Setelah

demonstrasi selesai, guru meminta secara bergiliran satu persatu peserta didik

untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hafalan yang telah

dikuasainya. Guru memberi bimbingan dengan benar ketika presentasi dari

peserta didik berlangsung sampai semua kelompok selesai demonstrasi di

depan kelas.

Setelah selesai, guru mengajak peserta didik berdiskusi untuk

mengevaluasi hasil pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk tetap

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

122

belajar menghafal sesuai dengan bacaan yang benar di rumah dan menerapkan

hafalan tersebut dalam bacaan shalat di rumah atau di masjid. Apabila masing

peserta didik sesuai dengan target dan kelas belum mampu menguasai hafalan

sesuai dengan ketentuan, peserta didik diremidi setiap hari Sabtu, dan apabila

tidak tepenuhi juga, peserta didik dalam masa 3 tahun tidak menyelesaikan

hafalan juz amma atau juz ke-30 maka ijazah dan rapot tidak bisa diberikan

sampai peserta didik yang remedial memenuhi target menghafal juz amma.

Kemudian guru menutup pertemuan dan mengucapkan salam (Observasi, 6

Oktober 2015).

b) Materi Qiroa`tul Quran

Peneliti melakukan observasi kembali di MTs NU 07 Patebon pada

tanggal 1 September 2015 terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis

masyarakat pada mata pelajaran al-Quran hadits materi Qiroatul Qur`an.

Pelaksanaan pembelajaran di luar kelas yakni di Masjid al-Itqon di sebelah

barat madrasah. Pembelajaran dengan materi Qiro`atul Quran ini dipimpin oleh

tokoh agama/masyarakat yakni bapak H. Fatkhurrrahman didampingi guru

bidang studi tokoh agama/masyarakat yakni bapak Muntalib. Adapun alokasi

waktu 2 x 40 menit.

Sebelum pembelajaran dimulai, guru mengucapkan salam dan meminta

peserta didik mengeluarkan kitab al-Quran yang sudah dipesankan

sebelumnya. Guru al-Quran Hadits menjelaskan kegiatan pembelajaran hari ini,

dan meminta peserta didik untuk betul-betul memperhatikan dan memahami

materi pembelajaran hari ini. Selanjutnya guru mempersilahkan kepada tokoh

agama/masyarakat untuk meimpin pembelajaran.

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

123

Kegiatan pembelajaran diawali tokoh agama/masyarakat mengucapkan

salam. Kemudian tokoh agama/masyarakat mengingatkan kepada peserta didik

untuk berwudlu terlebih dahulu sebelum memegang kitab al-Quran. Beberapa

peserta didik berlarian keluar untuk mengambil air wudlu dan masuk kelas

kembali. Setelah keadaan tenang, tokoh agama/masyarakat memberikan

motivasi kepada peserta didik tentang kegunaan, tata cara, dan pentingnya

Qiroatul Qur`an selama 5 menit.

Adapun kegiatan inti pembelajaran berlangsung selama 70 menit,

dengan rincian sebagai berikut :

Tokoh masyarakat bersama guru mengawali pertemuan dengan

membaca sholawat atas nabi Muhammad saw., yang kemudian dilanjutkan

dengan membaca dasar-dasar lagu Qiroatul Quran. Setelah itu tokoh agama

atau masyarakat membacakan satu contoh lagu nahawan setelah diulang

beberapa kali, peserta didik mengikuti secara bersama-sama dan diulang juga

beberapa kali. Selanjutnya tokoh agama/masyarakat menunjuk satu persatu

peserta didik berdasarkan nomor urut absen. Banyak peserta didik yang

mengikuti dengan mudah, banyak pula peserta didik yang belum bisa

mengikuti sesuai harapan. Apabila peserta didik ada yang belum bisa

mengikuti sesuai dengan harapan, tokoh masyarakat memberikan remedial

kepada peserta didik tersebut dengan cara peserta didik membaca perkata

dengan memperjelas cengkokan bacaan yang sulit secara perlahan-lahan.

Selanjutnya apabila sampai pada akhir pertemuan, peserta didik dalam

penguasaan materi tetap tidak sesuai harapan, guru memberikan tugas kepada

peserta didik untuk lebih banyak latihan di rumah.

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

124

Setelah pembelajaran al-Quran Hadits materi Qiroatul Qur`an dari

tokoh agama/masyarakat selesai, guru mengumumkan peserta didik yang

remidi dan belajar di rumah. Selanjutnya guru mengevaluasi pembelajaran Fiqh

materi Qiroatul Quran hari ini, dan memotivasi peserta didik untuk lebih giat

berlatih di rumah, musholla, masjid, organisasi sosial keagamaan, dan di

masyarakat. Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mengutarakan permasalahan atau kesulitan yang mungkin dihadapi

terkait pembelajaran seni baca al-Quran. Pada akhir pelajaran, guru menutup

pertemuan dengan mengucapkan salam (Observasi, 1 September 2015).

c) Seni Kaligrafi

Peneliti melakukan observasi di MTs NU 07 Patebon pada tanggal 7

September 2015 terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada

mata pelajaran al-Quran Hadits materi seni kaligrafi. Pelaksanaan

pembelajaran di luar kelas yakni di gedung madrasah diniyah pondok pesantren

al-Itqon Patebon yang letaknya bersebelahan dengan sekolah. Peralatan

kaligrafi telah disedikan oleh pondok pesantren, adapun peserta didik cukup

menyediakan sendiri kertas manila sebagai tempat menulis/melukis kaligrafi.

Pembelajaran dengan materi seni kaligrafi ini dipimpin oleh bapak Muntalib

selaku guru al-Quran Hadits dan didampingi tokoh agama/masyarakat yakni

bapak H. Fatkhurrrahman. Adapun alokasi waktu 2 x 40 menit.

Guru al-Quran Hadits memberikan salam dan memberikan arahan

tentang alat dan bahan yang harus disediakan. Kemudian guru menyerahkan

kepada tokoh agama/masyarakat melanjutkan pembelajaran kaligrafi. Tokoh

agama/masyarakat menjelaskan materi khot dan cara menulis kaligrafi.

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

125

Selanjutnya tokoh agama/masyarakat menyuruh peserta didik menirukan cara

memegang pensil khot dengan benar, beberapa saat guru al-Quran Hadits

memberikan bimbingan kepada peserta didik yang merasa kesulitan memegang

pensil. Setelah semua peserta didik siap, tokoh agama/masyarakat memberi

contoh satu huruf yang kemudian diikuti oleh peserta didik dan kemudian

dilanjutkan menulis satu kata yang juga diikuti peserta didik.

Tokoh agama/masyarakat dalam pembelajaran seni menulis kaligrafi ini

dengan sabar menjelaskan kepada peserta didik bahwa setiap huruf harus

memiliki ketebalan yang berbeda, dan menyuruh peserta didik untuk belajar

menulis huruf maupun kata sesuai dengan arahan dari tokoh

agama/masyarakat. Kemudian tokoh agama/masyarakat memberikan beberapa

contoh tulisan kaligrafi dan beberapa kertas kosong yang diedarkan guru al-

Quran Hadits kepada setiap peserta didik. Tokoh agama/masyarakat

memberikan tugas agar peserta didik membuat kaligrafi sebagaimana contoh.

Setelah sepuluh menit, hasil kerja peserta didik dikumpukan untuk dikoreksi

tokoh agama/masyarakat.

Pada akhir pembelajaran, tokoh agama/masyarakat melakukan sharing

dengan guru al-Quran hadits dalam menghadapi hasil kerja peserta didik.

Setelah selesai, tokoh agama/masyarakat memberikan apresiasi kepada peserta

didik untuk terus mengasah kemampuannya dalam kaligrafi. Selanjutnya tokoh

agama/masyarakat menyerahkan pembelajaran kembali kepada guru al-Quran

Hadits. Setelah mengucapkan terima kasih kepada tokoh agama/masyarakat,

guru al-Quran Hadits memberikan motivasi kepada peserta didik agar mau

berlatih secara serius di rumah. Guru memberikan tugas membuat kaligrafi di

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

126

rumah dan menyerahkannya pada pertemuan yang akan datang, akhirnya guru

mengakhiri pertemuan dengan ucapan salam (Observasi, 7 September 2015).

3) Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran

dilaksanakan sesuai rencana atau tidak. Evaluasi juga berfungsi mengetahui

peserta didik menguasai kompetensi dasar mata pelajaran al-Quran Hadits yang

diajarkan bersama guru dan tokoh agama/tokoh masyarakat. Berdasarkan

pengamatan peneliti selama proses pembelajaran berbasis masyarakat, dan juga

berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala madarasah, guru, tokoh

agama/masyarakat, peserta didik, dan orang tua, evaluasi telah dilaksanakan

sesuai rencana (PPBM-QH-EVS-GR-C.2). Guru bersama-sama tokoh

agama/masyarakat memberikan evaluasi terhadap kompetensi peserta didik,

memberikan remidi. Adapun penilaian dilakukan oleh tokoh agama/msyarakat,

adapun guru al-Quran Hadits hanya memberikan masukan saja (PPBM-QH-

EVS-GR-C.1).

Adapun bentuk evaluasi dan penilaian yang digunakan dalam

pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-Quran Hadits di MTs

NU 07 Patebon sebagai berikut :

a) Materi Hafalan Juz `Amma.

Evaluasi pada materi hafalan juz `Amma berbentuk tes lisan/praktik.

Pada evaluasi praktik/lisan, penilaian bersifat individu berdasarkan

kompetensi peserta didik dalam menghafal juz `Amma disertai dengan

tartilnya. Pelaksanaan evaluasi praktik hafalan juz `Amma ini dilakukan

oleh tokoh agama/masyarakat dengan cara memanggil peserta didik untuk

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

127

presentasi hafalan dengan tartil di depan kelas berhadapan dengan tokoh

agama/masyarakat dan disaksikan oleh seluruh kelas. Pemberian nilai

dilakukan oleh tokoh agama/masyarkat. Adapun ketuntasan belajar (KKM)

mata pelajaran al-Quran Hadits adalah 75. Peserta didik yang belum tuntas

wajib mengikuti remidi melalui kegiatan pengembangan diri pada kegiatan

ekstrakurikuler Baca Tulis al-Quran yang dilaksanakan oleh tokoh

agama/masyarakat yang bersangkutan di pondok pesantren al-Itqon Patebon.

(Observasi dan dokumentasi Film, 18 September 2015).

b) Materi Qiro`tul Qur`an (seni baca al-Qur`an)

Evaluasi pada materi Qiro`tul Qur`an berbentuk tes lisan/praktik.

Penilaian ini bersifat individu terhadap kemampuan (keindahan dan

kefasihan) peserta didik mengalunkan ayat-ayat suci al-Qur`an di hadapan

tokoh agama/masyarakat. Pelaksanaan evaluasi Qiro`tul Qur`an ini

dilakukan oleh tokoh agama/masyarakat dengan didampingi guru al-Quran

Hadits (pendampingan dilakukan seperlunya saja). Pemberian nilai awal

dilakukan oleh tokoh agama/masyarakat dan selanjutnya oleh tokoh

agama/masyarakat diserahkan sepenuhnya kewenangan pemberian nilai

peserta didik kepada guru al-Quran Hadits.

Adapun bentuk penilaian awal dari tokoh agama/masyarakat

berbentuk Skala Linkert yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, dan kurang

sekali. Peserta didik yang belum fasih, harus mengikuti kegiatan

pengembangan diri pada ekstrakurikuler Qiro`atul Quran yang dilaksanakan

setiap Sabtu sore oleh tokoh agama/masyarakat yang bersangkutan

(Wawancara, Munthalib : 16 September 2015).

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

128

c) Materi Seni Kaligrafi

Evaluasi pada materi seni kaligrafi berbentuk tes praktik. Pada

evaluasi praktik, penilaian bersifat individu berdasarkan kemampuan peserta

didik menulis keindahan dan kehalusan ayat-ayat al-Quran. Pelaksanaan

evaluasi praktik seni kaligrafi ini dilakukan oleh tokoh agama/masyarakat

dengan didampingi guru al-Quran Hadits. Pemberian nilai dilakukan oleh

tokoh agama/masyarakat dengan pedoman penilaian mengacu pada standar

aturan seni kaligrafi. Berdasarkan pedoman penilian tersebut, kemudian

tokoh agama/masyarakat memberikan peringkat juara I, juara II, dan juara

III kepada peserta didik sesuai dengan jumlah skor yang diperoleh masing-

masing peserta didik (Observasi, 16 September 2015).

2. Dampak Penerapan Community Based Learning dalam Pembelajaran

Rumpun Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs NU 07 Patebon

a. Mata Pelajaran Fiqh

Dampak penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata

pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon berdasarkan hasil wawancara peneliti

dengan kepala madrasah, guru, tokoh agama/tokoh masyarakat, orang tua

dan peserta didik dapat peneliti simpulkan sebagai berikut :

1) Pembelajaran berbasis masyarakat sangat bermanfaat bagi peserta didik

dalam memperoleh pengalaman langsung terkait materi pelajaran Fiqh

dari masyarakat.

2) Peserta didik menjadi lebih bersemangat dalam belajar, karena suasana

belajar yang berbeda, seperti guru, strategi pembelajaran, media yang

digunakan, dan pembelajaran yang sering dilaksanakan di luar kelas.

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

129

3) Peserta didik memperoleh pengalaman langsung tentang penerapan

materi pelajaran Fiqh yang belum tentu diperoleh dari gurunya.

4) Meningkatnya pemahaman dan keterampilan peserta didik terhadap

materi pelajaran Fiqh yang diajarkan melalui pembelajaran berbasis

masyarakat yang nantinya dapat menunjang kompetensi peserta didik

pada materi yang lain.

5) Masyarakat sekitar sekolah mengetahui proses pembelajaran yang

dilangsungkan dan dapat memberikan masukan.

6) Selama dua tahun dilaksanakan pembelajaran berbasis masyarakat,

kepercayaan masyarakat terhadap mutu sekolah meningkat. Hal ini

dibuktikan dengan animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di

MTs NU 07 Patebon meningkat (DPBM-FQ--KM-GR-TM-OTS-PD).

Menurut kepala madrasah, dampak pembelajaran berbasis masyarakat

pada mata pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon adalah tokoh masyarakat

terlibat dalam pemberian materi sesuai dengan kompetensi dasar yang

diajarkan, dalam rangka pencapaian kompetensi peserta didik. Melalui

pembelajaran berbasis masyarakat, peserta didik memiliki banyak pengalaman

dan pengetahuan praktis dalam penerapan atau implementasi materi pelajaran

Fiqh di sekolah dan di masyarakat (DPBM-FQ-KM-2). Dampak pembelajaran

masyarakat bagi guru mata pelajaran Fiqh adalah guru menjadi tambah

pengalaman dalam teknis penyampaian materi pelajaran dan meningkatkan

hubungan personal guru dengan tokoh agama/masyarakat (DPBM-FQ-KM-3).

Menurut kepala madrasah, dampak pembelajaran berbasis masyarakat

bagi masyarakat sekitar adalah masyarakat sekitar bisa mengetahui proses

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

130

pembelajaran yang dilaksanakan oleh sekolah bersama tokoh agama/tokoh

masyarakat terkait dengan materi Fiqh yang nantinya dapat diterapkan dan

sesuai dengan budaya dan kebiasaan masyarakat (DPBM-FQ-KM-4).

Berdasarkan penjelasan tersebut, masyarakat juga dapat memberikan

masukan agar pembelajaran mata pelajaran Fiqh yang akan datang semakin

baik dan lebih kontekstual. Selain itu, yang juga sangat penting adalah dengan

program pembelajaran berbasis masyarakat ini memudahkan sekolah menjalin

kerjasama dalam rangka meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

eksistensi dan mutu sekolah. Kerja sama ini nantinya sangat penting dalam

proses penerimaan peserta didik baru di awal tahun ajaran baru. Sejak dua

tahun MTs NU 07 menerapkan pembelajaran berbasis masyarakat, jumlah

penerimaaan peserta didik baru meningkat, kalau dahulu hanya 4 kelas, sejak

diterapkan pembelajaran berbasis masyarakat menjadi 5 kelas. Selain itu juga,

akses informasi terhadap mutu pembelajaran di masyarakat menjadi lebih luas.

Hal ini dibuktikan dari asal daerah peserta didik yang mendaftar sudah

merambah luas di wilayah Kendal dan Batang (DPBM-FQ-KM-5).

Dampak pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh

menurut orang tua dapat dideskripsikan sebagai berikut : Anak saya menjadi

tahu bagaimana mengkafani orang yang sudah meninggal dunia. Anak saya

juga sudah dapat mengerjakan shalat jamak sendiri ketika ada studi tour yang

diselenggarakan MTs NU 07 Patebon di akhir tahun pelajaran. Anak saya juga

sudah dapat membaca tahlil, hal ini sangat menggembirakan kami, karena doa

anak yang saleh melalui tahlil dalam tradisi NU sudah dapat dilakukan anak,

fakta ini dapat membuat perasaan orang tua menjadi tenang. Anak juga lebih

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

131

banyak melakukan shalat berjamaah. Masjid di sekitar tempat tinggal menjadi

ramai karena banyak anak yang melakukan shalat berjamaah (DPBM-FQ-

OTW-1).

Adapun menurut guru mata pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon,

dampak pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh sangat

bagus dalam mengantarkan peserta didik menguasai kompetensi yang diajarkan

(DPBM-FQ-GR-1). Peserta didik memiliki penguasaan kompetensi yang lebih

baik dibandingkan dengan pembelajaran tidak melibatkan tokoh agama/tokoh

masyarakat (DPBM-FQ-GR-2). Guru semakin termotivasi untuk melaksanakan

pembelajaran berbasis masyarakat agar lebih baik lagi. Masyarakat menjadi

terbantu dalam memberikan perannya untuk ikut mendidik anak (DPBM-FQ-

GR-3). Bagi madrasah, pembelajaran berbasis masyarakat dapat meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap madrasah dan untuk menunjang penerimaan

siswa baru (DPBM-FQ-GR-4). Adapun bagi masyarakat, pembelajaran

berbasis masyarakat dapat meningkatkan peran masyarakat dalam mendidik

anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal (DPBM-FQ-GR-5).

Selanjutnya dampak pembelajaran berbasis masyarakat pada mata

pelajaran Fiqh menurut peserta didik di MTs NU 07 Patebon adalah peserta

didik memiliki pengetahuan semakin banyak karena tidak hanya dari guru saja,

tetapi juga dari tokoh agama/tokoh masyarakat (DPBM-FQ-PD-1). Peserta

didik juga antusias dalam mengikuti proses pembelajaran Fiqh disebabkan

pembelajaran tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas. Peserta didik

juga mudah memahami materi pelajaran, karena proses pembelajaran sering

dilakukan dengan peragaan dan praktik (DPBM-FQ-PD-2).

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

132

Berdasarkan pendapat responden tentang dampak pembelajaran

berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon dapat

disimpulkan bahwa peserta didik memiliki penguasaan kompetensi materi Fiqh

yang lebih baik dibanding dengan pembelajaran tidak melibatkan masyarakat.

Peserta didik memiliki pengetahuan yang semakin banyak dan beragam seperti

peserta didik mampu menguasai tata cara perawatan jenazah, menguasai

ucapan dan gerakan shalat dengan benar, mampu mengikuti shalat secara

berjamaah dengan benar, dan peserta didik mampu melaksanakan shalat jamak

dengan benar. Beragamnya pengetahuan peserta didik seperti telah disebutkan

di atas diperoleh peserta didik tidak hanya dari guru saja, tetapi juga dari tokoh

agama/tokoh masyarakat.

b. Mata Pelajaran al-Quran Hadits

Dampak penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata

pelajaran al-Quran Hadits berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala

madrasah, guru, tokoh agama/masyarakat, orang tua dan peserta didik yaitu :

1) Pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-Quran Hadits

memudahkan madrasah dalam mewujudkan tercapainya visi, misi, dan

tujuan madrasah, seperti menghasilkan peserta didik yang hafal juz amma,

asmaul husna, rajin shalat berjamaah, berakhlakul karimah, menguasai,

mencintai, dan mengamalkan ilmu agama ala Aswaja.

2) Pembelajaran berbasis masyarakat dapat memenuhi harapan masyarakat,

orang tua peserta didik, dan instansi terkait hubungannya dengan materi

pelajaran al Quran Hadits yang diadukan pada rapat pengurus dan rapat

orang tua wali pada setiap awal tahun ajaran baru.

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

133

3) Pembelajaran berbasis masyarakat dapat meningkatkan prestasi belajar

peserta didik pada mata pelajaran al-Quran Hadits, baik pada aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

4) Pembelajaran berbasis masyarakat dapat meningkatkan kepuasan

masyarakat terhadap produk pembelajaran al-Quran Hadits.

5) Pembelajaran berbasis masyarakat dapat meningkatkan hubungan personal

dan interpersonal penyelenggara pendidikan di madrasah dengan pengurus,

komite madrasah, orang tua, dan tokoh agama/masyarakat.

6) Pembelajaran berbasis masyarakat sangat bermanfaat bagi peserta didik

dalam memperoleh pengalaman langsung terkait materi pelajaran al-Quran

Hadits dari masyarakat.

7) Pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-Quran Hadits

memudahkan peserta didik menempatkan diri sebagai bagian dari anggota

masyarakatnya.

8) Peserta didik memperoleh pengalaman langsung tentang penerapan materi

pelajaran al-Quran Hadits dari tokoh agama/masyarakat yang belum tentu

diperoleh dari gurunya.

9) Memudahkan peserta didik dalam menghafalkan al-Quran juz 30 (juz

`Amma) yang nantinya digunakan dalam bacaan shalat.

10) Memudahkan peserta didik dapat membaca kitab suci al-Quran dengan

fasih dan benar sesuai dengan ilmu tajwid dan makhorijul hurufnya.

11) Peserta didik memperoleh keterampilan tentang seni menulis khot dan seni

membaca al-Quran yang dapat dibanggakan di masyarakat.

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

134

12) Masyarakat sekitar mengetahui proses pembelajaran yang dilangsungkan

dan dapat memberikan masukan terkait materi pelajaran al-Quran Hadits.

13) Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mutu pendidikan

madrasah.

14) Meningkatkan jumlah pendaftaran peserta didik baru pada setiap tahun

ajaran. (DPBM-QH--KM-GR-TM-OTS-PD).

Menurut kepala madrasah, dampak pembelajaran berbasis masyarakat

pada mata pelajaran al-Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon adalah

memudahkan madrasah dalam mewujudkan tercapainya visi, misi, dan tujuan

madrasah (DPBM-QH-KM-1), seperti menghasilkan peserta didik yang hafal

juz amma, asmaul husna, rajin shalat berjamaah, berakhlakul karimah,

menguasai, mencintai, dan mengamalkan ilmu agama ala Aswaja.

Pembelajaran berbasis masyarakat juga dapat memenuhi harapan masyarakat,

orang tua peserta didik, dan instansi terkait seperti sekolah lanjutan atas

(seperti MAN Kendal yang menuntut kompetensi bacaan al-Quran dan bahasa

Arab yang baik) hubungannya dengan materi pelajaran al Quran Hadits yang

diadukan pada rapat pengurus dan rapat orang tua wali pada setiap awal tahun

ajaran baru.

Menurut kepala madrasah, pembelajaran berbasis masyarakat dapat

meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap produk pembelajaran al-Quran

Hadits (DPBM-QH-KM-4). Pembelajaran berbasis masyarakat dapat

meningkatkan hubungan personal dan interpersonal penyelenggara pendidikan

di madrasah dengan yayasan/pengurus, komite madrasah, orang tua, dan tokoh

agama/masyarakat (DPBM-QH-KM-3). Tokoh masyarakat terlibat dalam

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

135

pemberian materi sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan, dalam

rangka pencapaian kompetensi peserta didik. Melalui pembelajaran berbasis

masyarakat, peserta didik memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan

praktis dalam penerapan atau implementasi materi pelajaran al-Quran Hadits di

sekolah (DPBM-QH-KM-2).

Adapun dampak pembelajaran berbasis masyarakat bagi masyarakat

sekitar adalah masyarakat sekitar bisa mengetahui proses pembelajaran yang

dilaksanakan oleh sekolah bersama tokoh agama/tokoh masyarakat terkait

dengan materi al-Quran Hadits yang nantinya dapat diterapkan dan sesuai

dengan budaya dan kebiasaan masyarakat. Masyarakat juga dapat memberikan

masukan agar pembelajaran mata pelajaran al-Quran Hadits yang akan datang

semakin baik dan lebih kontekstual (DPBM-QH-KM-4).

Selain itu, yang juga sangat penting adalah dengan program

pembelajaran berbasis masyarakat ini memudahkan sekolah menjalin

kerjasama dalam rangka meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

eksistensi dan mutu sekolah. Pembelajaran berbasis masyarakat juga dapat

memenuhi harapan masyarakat, orang tua peserta didik, dan instansi terkait

hubungannya dengan materi pelajaran al Quran Hadits yang diadukan pada

rapat pengurus dan rapat orang tua wali pada setiap awal tahun ajaran baru.

Selain itu, pembelajaran berbasis masyarakat dapat meningkatkan hubungan

personal dan interpersonal penyelenggara pendidikan di madrasah dengan

yayasan/pengurus, komite madrasah, orang tua, dan tokoh agama/masyarakat

(DPBM-QH-KM-3). Pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

136

Quran Hadits juga memudahkan peserta didik menempatkan diri sebagai

bagian dari anggota masyarakatnya.

Dampak pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-

Quran Hadits menurut orang tua dapat dideskripsikan sebagai berikut : Anak

saya menjadi rajin membaca al-Quran, semakin lancar dan fasih. Anak saya

juga semakin aktif dalam kegiatan organisasi, karena di sana disuruh menjadi

MC, atau menjadi qori (DPBM-QH-PD-2). Anak saya juga lebih sering

menyanyikan lagu-lagu islami atau melantunkan ayat suci al-Quran. Pada

bulan suci Ramadhan kemarin, anak saya sering ikut tadarus di masjid (DPBM-

QH-OTW-1).

Adapun menurut guru al-Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon, dampak

pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-Quran Hadits sangat

bagus dalam mengantarkan peserta didik menguasai kompetensi yang diajarkan

(DPBM-QH-GR-1). Peserta didik memiliki penguasaan kompetensi yang lebih

baik dibandingkan dengan pembelajaran tidak melibatkan tokoh masyarakat.

Kompetensi yang diajarkan pada pembelajaran berbasis masyarakat menunjang

peningkatan pestasi belajar peserta didik (DPBM-QH-GR-2). Institusi

madrasah dapat menjalin hubungan yang baik dengan tokoh

agama/masyarakat, karena tokoh tersebut merupakan pengurus/komite sekolah

dan tokoh agama yang dihormati di masyarakat (DPBM-QH-GR-4). Guru

semakin termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran berbasis masyarakat

agar lebih baik lagi (DPBM-QH-GR-3). Masyarakat menjadi terbantu dalam

memberikan perannya untuk ikut mendidik anak di MTs NU 07 Patebon

(DPBM-QH-GR-5).

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

137

Selanjutnya dampak pembelajaran berbasis masyarakat (Qommunity

Based Learning) pada mata pelajaran al-Quran Hadits menurut peserta didik

MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal adalah peserta didik memiliki

pengetahuan yang semakin banyak karena tidak hanya dari guru saja, tetapi

juga dari tokoh agama/ masyarakat (DPBM-QH-PD-2). Peserta didik juga

antusias mengikuti proses pembelajaran al-Quran Hadits disebabkan

pembelajaran tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas. Alasan

utamanya adalah agar peserta didik juga mudah memahami materi pelajaran,

karena proses pembelajaran sering dilakukan dengan peragaan dan praktik

(DPBM-QH-PD-1).

Berdasarkan pendapat responden di atas tentang dampak pembelajaran

berbasis masyarakat (Qommunity Based Learning) pada mata pelajaran al-

Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal dapat disimpulkan

bahwa peserta didik memiliki penguasaan kompetensi materi al-Quran Hadits

yang lebih baik dibanding dengan pembelajaran tidak melibatkan masyarakat.

Peserta didik memiliki pengetahuan yang semakin banyak dan beragam seperti

peserta didik mampu menghafal al-Quran juz 30 (juz `Amma), dapat membaca

al-Quran dengan tartil, fasih dan benar sesuai dengan ilmu tajwid, memiliki

kompetensi seni baca al-Quran, memiliki kompetensi seni kaligrafi, dan hafal

asmaul husna. Beragamnya pengetahuan peserta didik seperti telah disebutkan

di atas diperoleh peserta didik tidak hanya dari guru saja, tetapi juga dari tokoh

agama/tokoh masyarakat.

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

138

3. Faktor Penghambat dan Pendukung Penerapan Community Based

Learning dalam Pembelajaran Rumpun Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam di MTs NU 07 Patebon

a. Mata Pelajaran Fiqih

1) Faktor Penghambat Penerepan Community Based Learning dalam

Pembelajaran Fiqh

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala madrasah,

guru, tokoh agama/masyarakat, orang tua, dan peserta didik, faktor

penghambat penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata

pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal antara lain :

menurut kepala madrasah salah satunya terbatasnya dana, dan untuk

mengatasinya, dana yang ada dan tersedia di madrasah harus digunakan

seefisien mungkin (P3BM-FQ-FPHB-KM-A.2).

Selanjutnya menurut guru mata pelajaran Fiqh, faktor

penghambat pembelajaran berbasis masyarakat di MTs NU 07 Patebon

adalah tidak ada, kalaupun ada tentu tidak mengganggu pelaksanaan

pembelajaran, karena semua telah terprogram dan adanya kerja sama

dengan pihak masyarakat. Kalau ada yang menghambat biasanya diatasi

dengan mengadakan koordinasi antar panitia maupun dengan masyarakat

(P3BM-FQ-FPHB-GR-A.1-4).

Selanjutnya menurut tokoh agama/masyarakat, tidak ada karena

sudah terjadwal sebelumnya. Seandainya ada faktor penghambatnya

biasanya diatasi dengan mengadakan kordinasi dengan pihak panitia

sekolah (P3BM-FQ-FPHB-MS-A.1-4).

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

139

2) Faktor Pendukung Penerepan Community Based Learning dalam

Pembelajaran Fiqh

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala madrasah, guru, tokoh

agama/masyarakat, orang tua dan peserta didik, faktor pendukung penerapan

pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh menurut kepala

madrasah adalah dengan tersedianya fasilitas di masyarakat, dan dukungan

dari tokoh agama/masyarakat (P3BM-FQ-FPDK-KM-B.2). Sedangkan

menurut pendapat guru, faktor pendukung penerapan pembelajaran berbasis

masyarakat adalah adanya dukungan kepala madrasah dan masyarakat.

Kepala sekolah memberikan dukungan sepenuhnya, termasuk pendanaan

(P3BM-FQ-FPDK-GR-B.3). Sedangkan menurut pendapat tokoh

agama/masyarakat, faktor pendukung penerapan pembelajaran berbasis

masyarakat pada mata pelajaran Fiqh adalah adanya dukungan sekolah,

masyarakat, dan orang tua. Masyarakat memberikan dukungan dalam

bentuk kesediaan menjadi guru, penceramah, memberikan contoh, dan lain-

lain (P3BM-FQ-FPDK-MS-B.3).

b. Mata Pelajaran al-Quran Hadits

1) Faktor Penghambat Penerepan Community Based Learning dalam

Pembelajaran al-Quran Hadits

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala madrasah,

guru, tokoh agama/masyarakat, orang tua, dan peserta didik, faktor

penghambat penerapan pembelajaran berbasis masyarakat (community

Based learning) pada mata pelajaran al-Quran Hadits di MTs NU 07

Patebon Kabupaten Kendal antara lain : menurut kepala madrasah salah

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

140

satunya terbatasnya dana, untuk mengatasinya dana yang ada harus

digunakan seefisien mungkin (P3BM-QH-FPHB-KM-A.3). Selanjutnya

menurut guru adalah tidak ada, kalaupun ada tentu tidak mengganggu

pelaksanaan pembelajaran, karena semua telah terprogram dan adanya kerja

sama dengan pihak masyarakat. Kalau ada yang menghambat penerapan

biasanya diatasi dengan mengadakan koordinasi antar panitia maupun

dengan masyarakat (P3BM-QH-FPHB-GR-A.4). Selanjutnya menurut tokoh

agama/masyarakat tidak ada karena sudah terjadwal sebelumnya.

Seandainya ada faktor penghambatnya yang biasanya diatasi dengan

mengadakan kordinasi dengan pihak panitia sekolah di MTs NU 07 Patebon

(P3BM-QH-FPHB-MS-A.4).

2) Faktor Pendukung Penerepan Community Based Learning dalam

Pembelajaran al-Quran Hadits

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala madrasah, guru, dan

tokoh agama/masyarakat, bahwa faktor pendukung penerapan pembelajaran

berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-Quran Hadits menurut kepala

madrasah adalah tersedianya fasilitas di masyarakat, dan dukungan dari

tokoh agama/masyarakat (P3BM-QH-FPDK-KM-B.2). Menurut guru,

faktor pendukung penerapan pembelajaran berbasis masyarakat adalah

dukungan kepala madrasah dan masyarakat. Kepala madrasah memberikan

dukungan sepenuhnya, termasuk pendanaan, sedangkan masyarakat juga

memberikan dukungan dalam bentuk kesediaan menjadi guru, penceramah,

memberikan contoh, dan menyediakan tempat atau fasilitas belajar (P3BM-

QH-FPDK-MS-B.4).

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

141

C. Pembahasan Hasil Temuan

1. Penerapan Community Based Learning dalam Pembelajaran Rumpun

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs NU 07 Patebon

MTs NU 07 Patebon merupakan salah satu dari sembilan sekolah

tingkat lanjutan pertama (SLTP) di kecamatan Patebon Kendal.10 Madrasah

ini terus berupaya mengembangkan kualitas pembelajaran melalui

perpaduan beberapa metode pembelajaran, salah satunya adalah

pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning) pada

rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Tujuan diterapkannya

pembelajaran berbasis masyarakat ini adalah untuk memperbaiki kualitas

pembelajaran rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang

kondusif dalam upaya menghasilkan lulusan yang berkualitas dan sinergi

dengan kebutuhan masyarakat.

Pembelajaran berbasis masyarakat pada rumpun mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di MTs NU 07 Patebon mulai diterapkan pada

tahun pelajaran 2014/2015. Penerapan pembelajaran berbasis masyarakat

tersebut muncul dari kebijakan kepala madrasah yang baru bersama komite

dan pengurus madrasah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan

madrasah yang baru saja mengalami perubahan. Kebijakan ini berdasarkan

beberapa pertimbangan yaitu :

Pertama, tujuan pembelajarannya, bahwa proses pembelajaran

selama ini belum sesuai dengan kondisi kebutuhan perkembangan peserta

10 Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Pertama di kecamatan Patebon adalah :

1) MTs NU 07 Patebon; 2) MTs NU 012 Pidodowetan Patebon; 3) MTs Darul Hikmah Lanji Patebon; 3) SMP Unggulan Pondok Modern Selamat Patebon; 4) SMP Negeri 1 Patebon; 5) SMP Negeri 2 Patebon; 6) SMP Negeri 3 Patebon; 7) SMP PGRI 08 Patebon; 8) SMP Darul Muqorrobin Purwokerto Patebon; dan 9) SMP Pondok Modern Selamat Patebon Kendal.

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

142

didik dan kebutuhan masyarakatnya. Kedua, karakteristik pembelajaran rumpun

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam harus dapat mengintegrasikan berbagai

materi pelajaran sebagai persiapan penerapan kurikulum 2013, dan ini memberi

ruang bagi guru untuk mengembangkannya termasuk dengan mengintegrasikan

rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai ciri khas lembaga

pendidikan Islam. Realita di lapangan, guru sangat mengharapkan inovasi-inovasi

pembelajaran dengan metode/strategi yang bervariasi, untuk dapat membantu

mereka dalam meningkatkan kualitas pembelajaran rumpun mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam.

Ketiga, tuntutan masyarakat terhadap madrasah sebagai lembaga

pendidikan Islam untuk menghasilkan lulusan yang siap pakai sesuai dengan

tradisi dan karakteristik keagamaan masyarakatnya.

Keempat, kondisi objektif MTs, khususnya keberadaan sarana prasarana

penunjang pembelajaran di kelas awal yang masih minim, terutama dalam

ketersediaan media dan sumber belajar sehingga membutuhkan perhatian yang

cukup dari pengelola pendidikan dan masyarakat untuk mempermudah para

peserta didik mengikuti setiap tahapan pengalaman belajarnya.

Implikasi kajian di atas terhadap penerapan pembelajaran berbasis

masyarakat adalah bagaimana agar pembelajaran rumpun mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dapat secara kondusif mengembangkan potensi peserta

didik secara optimal dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dimana peserta

didik tersebut berasal. Salah satu alternatif pemecahan adalah dengan menerapkan

pembelajaran multi metode yang melibatkan peran guru dan masyarakat berporos

pada tema agama yang kondusif di masyarakat.

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

143

Di samping itu, pembelajaran berbasis masyarakat dapat dijadikan

alternatif pembelajaran berbasis karakter/akhlak yang ada dalam kurikulum dan

sesuai kebutuhan perkembangan peserta didik, di mana pembelajaran

mengedepankan penguasaan bahan ajar yang bermakna bagi kehidupan peserta

didik di masyarakatnya dan sebagai bekal melanjutkan pendidikan pada jenjang

berikutnya di SLTA.

Madrasah merupakan lembaga sosial, yang wujud perkembangannya

bergantung dengan gerak kehidupan di masyarakatnya. Madrasah sebagai media

pendidikan bagi generasi muda, ditentukan oleh beberapa faktor yang di antaranya

pendidik profesional. Pendidik profesional tidak hanya mampu mengajar mata

pelajaran tertentu tetapi juga dituntut mampu mengembangkan nilai dan sikap,

pengetahuan, dan kemahiran kepada peserta didik melalui mata pelajaran yang

diajarkan. Suasana pembelajaran menjadikan peserta didik merasa senang dan

bersemangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Hal ini

tidak akan tercapai jika tanpa didukung kurikulum sekolah yang bagus yang

mampu mengenai sasaran, metode pembelajaran dengan berbagai model dan

bahan-bahan pembelajaran serta alat penilaiannya. Oleh karena itu, agar

pembelajaran itu berjalan efektif, pendidik dalam pembelajaran harus pandai

memilih dan mempraktikkan metode dengan materi yang akan disampaikan.

Lebih-lebih kalau menyangkut dengan materi-materi pendidikan agama Islam

yang sesuai dengan karakteristik masyarakatnya. Dimana materi agama yang

diajarkan di madrasah dengan tradisi agama di masyarakat harus

berkesinambungan dan menuntut peserta didik untuk selalu dan mampu

memahami serta mempraktikkan secara sempurna.

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

144

Tuntutan kesinambungan materi dengan kurikulum tadi tidak terkecuali

dengan materi pembelajaran berbasis masyarakat pada rumpun mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam. Sebagaimana telah dijelaskan berdasarkan hasil

observasi pada awal bab ini bahwa kegiatan pembelajaran berbasis masyarakat di

MTs NU 07 Patebon dilaksanakan dalam 4 (empat) strategi, yaitu: (1) Penerapan

pembelajaran berbasis masyarakat melalui kegiatan belajar di dalam kelas yang

melibatkan peran masyarakat dalam kegiatan pembelajaran; (2) Memadukan

pembelajaran berbasis masyarakat dengan aktivitas ekstrakurikuler yaitu kegiatan

belajar di luar kelas yang terkait langsung pada suatu materi dari suatu mata

pelajaran, (3) Ditautkan dengan kegiatan ekstrakurikuler semisal seni baca al-

Quran, seni kaligrafi, baca tulis al-Quran, dan kegiatan ekstrakuler lainnya di

madrasah, dan (4) Pembelajaran berbasis masyarakat melibatkan orang tua peserta

didik dan tokoh agama/masyarakat sekitar untuk ikut berpartisipasi dalam

membimbing dan membangun pembiasaan yang selaras dengan yang

dikembangkan di madrasah. Oleh karenanya, pembelajaran berbasis masyarakat

harus seyogyanya masuk dalam setiap aspek pembelajaran di ruang kelas, praktik

keseharian di madrasah, dan terintegrasi dengan setiap kegiatan ekstrakurikuler.

Setelah itu setiap peserta didik diharapkan mampu menerapkan di rumah dan

lingkungan sekitarnya. Semua aspek pendidikan mulai dari ruang kelas hingga

lingkungan tempat tinggal harus tetap berkesinambungan dalam menjaga

humanisasi nilai-nilai agama yang diajarkan di madrasah dengan yang hidup di

masyarakat.

Berdasarkan keunggulan yang dimiliki pembelajaran berbasis

masyarakat, diyakini bahwa alternatif pembelajaran berbasis masyarakat yang

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

145

diterapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran rumpun mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam. Indikator keberhasilan yang diharapkan dari penerapan

pembelajaran berbasis masyarakat pada rumpun mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam akan berdampak pula pada meningkatnya motivasi belajar peserta

didik dan meningkatnya kompetensi peserta didik pada ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Adapun dalam penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada

rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut, disesuaikan dengan

pesan-pesan yang terdapat pada kurikulum KTSP di MTs NU 07 Patebon

menyangkut materi pelajaran agama yang mempunyai implikasi praktis di

masyarakat seperti mata pelajaran Fiqh dan al-Quran Hadits.

Beradasarkan pembahasan di atas, agar dapat memperbaiki kondisi yang

ada di lapangan, maka orientasi pembelajaran berbasis masyarakat di madrasah

lebih mengutamakan hal-hal berikut : 1) Kinerja guru dalam perencanaan

pembelajaran berbasis masyarakat pada rumpun mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam adalah dengan melibatkan tokoh agama/masyarakat dalam proses

pembelajaran dengan fokus pada pengembangan kompetensi peserta didik pada

mata pelajaran Fiqh dan al-Quran Hadits; 2) Proses pembelajaran berbasis

masyarakat pada rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dengan fokus

pada pelibatan tokoh agama atau masyarakat yang kondusif untuk

menumbuhkembangkan kompetensi peserta didik pada mata pelajaran Fiqh dan

al-Quran Hadits; 3) Dampak pembelajaran berbasis masyarakat pada rumpun mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah berkembangnya kompetensi peserta

didik terhadap materi pelajaran Fiqh dan al-Quran Hadits yang sinergi dengan

karakteristik dan kebutuhan masyarakat; 4) Daya dukung dan kendala penerapan

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

146

pembelajaran berbasis masyarakat pada rumpun mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik

dalam menguasai kompetensi pembelajaran Fiqh dan al-Quran Hadits.

a. Mata Pelajaran Fiqih

Penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh

di MTs NU 07 Patebon telah rencanakan sebelumnya dalam kurikulum

madrasah. Adapun pada pelaksanaannya melibatkan peran tokoh agama atau

masyarakat dalam kegiatan perencanaan, proses pembelajaran dan evaluasinya.

Pada kegiatan perencanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada

mata pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon dengan cara melibatkan tokoh

agama/masyarakat dalam menyusun silabus, pemilihan materi pelajaran,

pemetaan kompetensi dasar, penyusunan RPP, pemilihan media/sumber

belajar, dan evaluasinya.

Penyusunan silabus pada pembelajaran berbasis masyarakat mata

pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon menggunakan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan hasil rapat penyempurnaan kurikulum

KTSP yang dituangkan dalam kebijakan kepala madrasah, menghasilkan

beberapa pedoman penting terkait pelaksanaan pembelajaran berbasis

masyarakat. Melalui pedoman tersebut pelibatan tokoh agama/masyarakat

dalam pembelajaran Fiqh hanya pada materi tertentu seperti perawatan jenazah

dan materi shalat. Selain itu, peran tokoh agama/masyarakat juga dilibatkan

dalam kegiatan pengembangan diri dan kegiatan ekstrakurikuler. Peran yang

kedua ini dalam rangka menunjang penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran di kelas agar peserta didik dapat mengembangkan bakatnya secara

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

147

optimal. Beberapa prestasi yang diraih di tingkat kecamatan dan kabupaten

merupakan hasil pembinaan kegiatan pengembangan diri dan ekstrakurikuler

dari tokoh agama/masyarakat.

Pada prinsipnya pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada

mata pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon mengacu pada penerapan metode

yang tepat. Ketepatan metode yang digunakan untuk membahas materi

pelajaran Fiqh yang sedang berlangsung. Pada prinsipnya pembelajaran

dilakukan agar peserta didik mengenal dan menerima norma-norma hukum

Islam sebagai milik peserta didik dan bertanggung jawab atas keputusan yang

diambil. keputusan itu tentu melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan,

menentukan pendirian, menerapkan dan membiasakan, dan selanjutnya

menjadikan suatu nilai sebagai keyakinan diri. Keyakinan diri ini merupakan

refleksi keimanan peserta didik terhadap ajaran Islam.

Prinsip tersebut, menjadikan peserta didik belajar melalui proses

berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menerapkan ajaran Islam

dalam kehidupan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri

sebagai makhluk sosial (Wawancara, Samiyah : 15 September 2015).

Berangkat dari hal di atas, maka MTs NU 07 Patebon dalam proses

pelaksanaan pembelajaran di kelas selalu mengarah kepada ketiga hal tersebut.

Sedangkan yang terkait dengan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata

pelajaran Fiqh, langkah yang ditempuh guru bidang studi Fiqh bersama tokoh

agama/masyarakat melalui 3 (tiga) kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

148

Tahap pertama, kegiatan awal (persiapan, apersepsi) biasanya

dilakukan oleh guru Fiqh. Terlebih dahulu guru Fiqh memberikan salam,

mengabsen, mengkondisikan kelas, dan memberi semangat kepada peserta

didik untuk mengikuti proses pembelajaran. Setelah itu guru Fiqh

memperkenalkan dan menjelaskan kehadiran tokoh agama/masyarakat dalam

proses pembelajaran. Guru Fiqh juga mengkomunikasikan tujuan, materi, hasil

akhir yang diharapkan dan penilaian yang diterapkan seperti yang terkandung

dalam SK dan KD.

Tahap kedua, pelaksanaan pembelajaran, setelah terjadi kesepakatan

tentang materi yang akan disampaikan atau dibahas antara guru bidang studi

Fiqh, tokoh agama/masyarakat dan peserta didik. Kemudian pendidik dari

tokoh agama/masyarakat menerangkan atau memberikan teori yang telah

digariskan dalam kurikulum MTs NU 07 Patebon tentang materi Fiqh yang

diajarkan melalui pembelajaran berbasis masyarakat. Materi tersebut seperti

shalat jamak, keseuaian gerakan dan bacaan shalat, atau perawatan jenazah

dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan metode ceramah,

demonstrasi, tanya jawab, dan latihan. Sehingga dengan beberapa metode

tersebut (yang ditentukan dengan materi) peserta didik mampu belajar untuk

melakukan, sehingga mampu mencapai SK dan KD yang telah digariskan.

Beberapa metode tersebut ditempuh agar peserta didik dalam mengikuti

pembelajaran merasa senang dan tidak bosan serta lebih aktif, dan kreatif.

Kemudian peserta didik melakukan eksplorasi terhadap materi yang

dikaji dengan berbagai cara, seperti: membaca, observasi, melakukan

demonstrasi (praktik atau percobaan), dan sebagainya. Langkah ini mampu

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

149

merangsang keingintahuan peserta didik sehingga mampu memacu kreativitas

belajarnya. Sebelum melakukan latihan peserta didik terlebih dahulu diberikan

penjelasan tentang hal-hal yang terkait dengan materi Fiqh yang diajarkan.

Sehingga peserta didik mampu melatih keterampilan melaksanakan ibadah

dalam kehidupan sehari-hari, mampu memperoleh pemahaman tentang suatu

konsep atau prinsip, dan peserta didik terlatih untuk mengembangkan sikap

disiplin dalam menjalankan hukum Islam.

Langkah pada tahap pembelajaran ini berdasarkan analisis peneliti

secara umum dapat diilustrasikan sebagai berikut: (1) Pendidik memberikan

menyampaikan ilustrasi materi yang akan diajarkan; (2) pendidik memberikan

pemahaman terhadap materi yang akan diajarkan; (3) pendidik

mendemonstrasikan keterampilan mengerjakan materi dengan baik dan benar

di hadapan peserta didik; (4) pendidik menyuruh peserta didik

mendemonstrasikan sesuai contoh dengan baik dan benar; (5) pendidik

memberikan tugas dalam bentuk lembar kerja yang harus diisi oleh peserta

didik; (4) pendidik memberikan penguatan kepada peserta didik terhadap

materi dan menjelaskan bahwa materi tersebut diperdalam lagi melalui

kegiatan pengembangan diri dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler; (5)

pendidik bersama peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah

diajarkan; dan (6) langkah penutup, pendidik atau guru Fiqh memberi tugas

kepada peserta didik untuk mengamalkan dan membiasakan dalam kehidupan

sehari-hari di rumah, tempat-tempat ibadah dan di masyarakat.

Tahap ketiga evaluasi pembelajaran, yaitu tahap ”penilaian” tentang

sejauhmana materi yang diberikan mampu diterima peserta didik, yaitu dengan

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

150

cara mengamati kompetensi peserta didik dalam pemahaman, sikap dan

keterampilan peserta didik berkaitan dengan materi pelajaran yang dihasilkan

peserta didik. Adapun kriteria penilaian dapat disepakati bersama pada saat

persiapan pembelajaran. Dalam hal penilaian, guru Fiqh bersama tokoh

agama/masyarakat melakukan penilaian secara berkala dan berkesinambungan

secara menyeluruh baik dari proses dan hasil pembelajaran. Untuk mencapai

hal itu, digunakan model penilaian berbasis portofolio dengan tujuan untuk

memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan

menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan

pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik bersumber dari catatan dan

dokumentasi pengalaman belajarnya.

Berdasar pada uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa penerapan

pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh di MTs NU 07

Patebon sudah berjalan dengan baik. Hal itu dibuktikan dengan kenyataan

bahwa peserta didik mampu dan mengerti tentang materi pelajaran Fiqh yang

khusus diajarkan dengan melibatkan masyarakat seperti:

1) Keserasian bacaan dan gerakan shalat, mulai dari bacaan dalam shalat

dengan yang benar, melakukan gerakan shalat dengan benar, dan

keterpaduan antara bacaan dengan gerakan shalat. Kompetensi ini telah

diujikan dan dinilai pada saat peserta didik melakukan demonstrasi pada

proses pembelajaran Fiqh oleh guru dan tokoh agama/masyarakat.

2) Mampu mengerjakan shalat jamak, kompetensi peserta didik ini mulai dari

mampu melaksanakan shalat jamak taqdim pada shalat dhuhur dan ashar,

jamak ta`khir pada shalat dhuhur dan ashar, jamak taqdim pada shalat

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

151

maghrib dan isyak, dan jamak ta`khir pada shalat maghrib dan isyak.

Kompetensi ini sudah dibuktikan pada saat demonstrasi dihadapan guru

dan tokoh agama/masyarakat pada proses pembelajaran Fiqh. Di samping

itu juga dibuktikan pada saat peserta didik melakukan shalat jamak ketika

mengikuti studi tour pada akhir tahun pelajaran.

3) Rajin shalat berjamaah, peserta didik sudah dibiasakan melaksanakan

shalat dhuhur berjamaah bersama guru dan masyarakat di Masjid al-Itqon

dipimpin oleh K.H. Ahmad Ayyub yang merupakan pendidik dari tokoh

agama/masyarakat mata pelajaran Fiqh dan al-Quran Hadits. Di samping

itu berdasarkan catatan dari kartu dan buku penghubung yang

ditandatangani orang tua, peserta didik sudah rajin mengerjakan shalat

berjamaah di mushola atau di masjid di tempat tinggalnya masing-masing.

4) Shalat tepat waktu, kompetensi tepat waktu dalam mengerjakan shalat lima

waktu ini diperoleh dari kartu dan buku penghubung yang ditandatangani

orang tua peserta didik.

5) Mampu merawat jenazah, mulai dari persiapan bahan yang diperlukan

untuk merawat jenazah, memandikan jenazah, mengkafani jenazah,

mengerjakan shalat untuk jenazah, serta menguburkan jenazah.

Berdasarkan hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa MTs NU

07 Patebon telah melaksanakan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata

pelajaran Fiqh baik di kelas maupun di luar kelas dalam kegiatan kurikuler dan

dalam kegiatan pengembangan diri di luar mata pelajaran yang

diselenggarakan madrasah yang masih terkait dengan materi pelajaran Fiqh

(Muhammad Isrok, wawancara: 10 Nopember 2015).

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

152

Pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran

Fiqh di MTs NU 07 Patebon yang dilakukan oleh guru Fiqh secara kolaboratif

dengan tokoh agama/masyarakat selaras dengan apa yang telah digariskan

dalam landasan teori, bahwa dalam penerapan pembelajaran berbasis

masyarakat di sekolah/madrasah, tokoh agama/masyarakat dilibatkan dalam

kegiatan perencanaan, proses pembelajaran, dan evaluasi dalam kegiatan

kurikuler, serta pelibatan dalam kegiatan pengembangan diri terkait materi

pelajaran Fiqh.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran

Fiqh di MTs NU 07 Patebon selaras dengan 4 (empat) pilar pendidikan yang

ditetapkan UNESCO, yaitu belajar mengetahui (learning to know), menjadi

dirinya sendiri (learning to be), belajar bekerja (learning to do) dan belajar

hidup bersama (learning to live together).

b. Mata Pelajaran al-Quran Hadits

Penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-

Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon telah direncanakan sebelumnya dalam

kurikulum madrasah. Adapun pada pelaksanaannya melibatkan peran tokoh

agama atau masyarakat dalam kegiatan perencanaan, proses pembelajaran dan

evaluasinya.

Pada kegiatan perencanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada

mata pelajaran al-Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon dengan cara melibatkan

tokoh agama/masyarakat dalam menyusun silabus, pemilihan materi pelajaran,

pemetaan kompetensi dasar, penyusunan RPP, pemilihan media/sumber

belajar, dan evaluasinya.

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

153

Penyusunan silabus pada pembelajaran berbasis masyarakat mata

pelajaran al-Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon menggunakan KTSP.

Berdasarkan hasil rapat penyempurnaan kurikulum KTSP yang dituangkan dalam

kebijakan kepala madrasah, menghasilkan beberapa pedoman penting terkait

pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat. Melalui pedoman tersebut

pelibatan tokoh agama/masyarakat dalam pembelajaran al-Quran Hadits hanya

pada materi tertentu seperti baca tulis al-Quran, hafalan al-Quran, Qiro`atul

Qur`an, dan seni kaligrafi. Selain itu, peran tokoh agama/masyarakat juga

dilibatkan dalam kegiatan pengembangan diri dan kegiatan ekstrakurikuler seperti

kegiatan setoran hafalan al-Quran dan seni kaligrafi setiap hari Sabtu sore, serta

seni membaca al-Quran setiap Jumat sore.

Peran tokoh agama/masyarakat dalam kegiatan pengembangan diri ini

dalam rangka menunjang penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran di

kelas agar peserta didik dapat mengembangkan bakatnya secara optimal. Prestasi

yang dihasilkan dari kegiatan pengembangan ini sangat baik. Pada kejuaraan

lomba MTQ pelajar tingkat kabupaten Kendal memperoleh juara I untuk kategori

pelajaran putera tahun 2014 dan 2015, dan memperoleh juara II untuk kategori

puteri tahun 2014 dan 2015 (lihat tabel 9).

Sedangkan pada lomba MTQ pelajar di tingkat kecamatan memperoleh

juara I. Adapun untuk lomba menulis kaligrafi baik di tingkat kabupaten maupun

di tingkat kecamatan belum memperoleh juara. Namun untuk kegiatan lomba-

lomba di tingkat desa yang biasanya diselenggarakan dalam acara peringatan

HUT Kemerdekaan Repubik Indonesia, peserta didik MTs NU 07 Patebon banyak

menorehkan prestasi sebagai juara. Beberapa prestasi yang diraih di tingkat

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

154

kecamatan dan kabupaten sebagaimana telah disebutkan di atas, merupakan hasil

pembinaan kegiatan pengembangan diri dan ekstrakurikuler dari tokoh

agama/masyarakat.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-

Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon masih mengacu pada penerapan metode

mengajar konvensional seperti metode hafalan dan demonstrasi. Hal ini karena

latar belakang materi pelajaran hafalan juz `Amma, seni baca al-Qur`an, dan seni

kaligrafi memang lebih menekankan pada kemampuan hafalan dan latihan

keterampilan dasar motorik halus. Namun demikian, peserta didik tetap antusias

mengikuti proses pembelajaran.

Pada prinsipnya pembelajaran dilakukan agar peserta didik mampu

menguasai tata cara membaca dan menulis al-Quran dengan baik dan benar sesuai

dengan kaidah ilmu tajwid. Dalam pembelajaran menghafal al-Quran (juz

`Amma) terdapat banyak faktor yang mempengaruhi di dalam menerapkan suatu

metode pembelajaran, sebenarnya cukup sulit untuk menetapkan metode yang

paling baik dan harus dipakai pada kegiatan pembelajaran agar berhasil. Metode

pembelajaran ada yang dianggap kurang baik dengan guru tertentu tetapi

diterapkan guru yang lainnya menjadi baik. Sebaliknya ada metode pembelajaran

yang baik akan gagal diterapkan guru yang tidak mengetahui teknik

pelaksanaannya. Pada dasarnya, metode pembelajaran yang baik adalah metode

mengajar yang dapat menumbuhkan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif,

dan menyenangkan bagi peserta didik, dan upaya guru dalam memilih metode

yang baik merupakan upaya mempertinggi mutu pembelajaran yang menjadi

tanggung jawabnya sebagai seorang guru profesional.

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

155

Berangkat dari hal di atas, maka MTs NU 07 Patebon dalam proses

pelaksanaan pembelajaran al-Quran Hadits selalu mengarah kepada ketiga hal

tersebut. Sedangkan yang terkait dengan pembelajaran berbasis masyarakat

pada mata pelajaran al-Quran Hadits, langkah yang ditempuh guru bidang studi

al-Quran Hadits bersama tokoh agama/masyarakat melalui 3 (tiga) kegiatan,

yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Tahap pertama, kegiatan awal (persiapan, apersepsi) biasanya

dilakukan oleh guru al-Quran Hadits. Terlebih dahulu guru al-Quran Hadits

memberikan salam, mengabsen, mengkondisikan kelas, dan memberi semangat

kepada peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran. Setelah itu guru al-

Quran Hadits memperkenalkan dan menjelaskan kehadiran tokoh

agama/masyarakat dalam proses pembelajaran. Guru al-Quran Hadits juga

mengkomunikasikan tujuan, materi, hasil akhir yang diharapkan dan penilaian

yang diterapkan seperti yang terkandung dalam SK dan KD.

Tahap kedua, pelaksanaan pembelajaran, setelah terjadi kesepakatan

tentang materi yang akan disampaikan atau dibahas antara guru bidang studi al-

Quran Hadits, tokoh agama/masyarakat dan peserta didik. Kemudian pendidik

dari tokoh agama/masyarakat menerangkan atau memberikan teori yang telah

digariskan dalam kurikulum MTs NU 07 Patebon tentang materi al-Quran

Hadits yang diajarkan melalui pembelajaran berbasis masyarakat. Materi

tersebut seperti cara membaca al-Quran dengan baik dan benar, bagaimana

menghafal juz `Amma dengan baik dan lancar sehingga dapat diterapkan dalam

bacaan shalat lima waktu dan dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang

digunakan adalah metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

156

latihan/demonstrasi. Sehingga dengan beberapa metode tersebut (yang

ditentukan dengan materi) peserta didik mampu belajar untuk melakukan,

sehingga mampu mencapai SK dan KD yang telah digariskan. Beberapa

metode tersebut ditempuh agar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran

merasa senang dan tidak bosan serta lebih aktif, dan kreatif.

Kemudian peserta didik melakukan eksplorasi terhadap materi yang

dikaji dengan berbagai cara, seperti: membaca, observasi, melakukan

demonstrasi (praktik atau percobaan), dan sebagainya. Langkah ini mampu

merangsang keingintahuan peserta didik sehingga mampu memacu kreativitas

belajarnya. Sebelum melakukan latihan peserta didik terlebih dahulu diberikan

penjelasan tentang hal-hal yang terkait dengan materi al-Quran Hadits yang

diajarkan. Sehingga peserta didik mampu melatih keterampilan membaca ayat-

ayat al-Quran dengan fasih dan benar dan peserta didik mampu menghafal juz

`Amma dengan benar dan lancar.

Langkah pada tahap pembelajaran ini berdasarkan analisis peneliti

secara umum dapat diilustrasikan sebagai berikut: (1) Pendidik memberikan

menyampaikan ilustrasi materi yang akan diajarkan; (2) pendidik memberikan

pemahaman terhadap materi yang akan diajarkan; (3) pendidik

mendemonstrasikan keterampilan mengerjakan materi dengan baik dan benar

di hadapan peserta didik; (4) pendidik menyuruh peserta didik

mendemonstrasikan sesuai contoh dengan baik dan benar; (5) pendidik

memberikan tugas dalam bentuk lembar kerja yang harus diisi oleh peserta

didik; (4) pendidik memberikan penguatan kepada peserta didik terhadap

materi dan menjelaskan bahwa materi tersebut diperdalam lagi melalui

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

157

kegiatan pengembangan diri dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler; (5)

pendidik bersama peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah

diajarkan; dan (6) langkah penutup, pendidik atau guru al-Quran Hadits

memberi tugas kepada peserta didik untuk rajin berlatih dengan cara

mengamalkan dan membiasakan dalam kehidupan sehari-hari di rumah,

tempat-tempat ibadah dan di masyarakat.

Tahap ketiga evaluasi pembelajaran, yaitu tahap ”penilaian” tentang

sejauhmana materi yang diberikan mampu diterima peserta didik, yaitu dengan

cara mengamati kompetensi peserta didik dalam pemahaman, sikap dan

keterampilan peserta didik berkaitan dengan materi pelajaran yang dihasilkan

peserta didik. Adapun kriteria penilaian dapat disepakati bersama pada saat

persiapan pembelajaran.

Dalam hal penilaian, guru al-Quran Hadits bersama tokoh

agama/masyarakat melakukan penilaian secara berkala dan berkesinambungan

secara menyeluruh baik dari proses dan hasil pembelajaran. Untuk mencapai

hal itu, digunakan model penilaian berbasis portofolio dengan tujuan untuk

memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan

menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan

pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik bersumber dari catatan dan

dokumentasi pengalaman belajarnya.

Berdasar pada uraian di atas, dapat diketahui bahwa penerapan

pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-Quran Hadits di MTs

NU 07 Patebon sudah berjalan dengan baik. Hal itu dibuktikan dengan

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

158

kenyataan bahwa peserta didik mengerti tentang materi pelajaran al-Quran

Hadits yang khusus diajarkan dengan melibatkan masyarakat seperti:

1) Kemampuan membaca ayat-ayat al-Quran dengan fasih dan benar sesuai

dengan kaidah ilmu tajwid. Kompetensi ini telah diujikan dan dinilai pada

saat peserta didik melakukan demonstrasi pada proses pembelajaran al-

Quran Hadits oleh guru dan tokoh agama/masyarakat.

2) Mampu menghafalkan ayat-ayat pendek dalam al-Quran, kegiatan ini

dikembangkan melalui kegiatan pengembangan diri setiap hari Sabtu sore

yang bertempat di Masjid al-Itqon. Setiap siswa secara berpasangan saling

menguji kemampuan hafalannya sebelum setoran hafalan di hadapan guru

al-Quran Hadits dan pendidik dari tokoh agama/masyarakat (KH. Ahmad

Ayyub). Kompetensi ini sudah dibuktikan pada saat demonstrasi dihadapan

guru dan tokoh agama/masyarakat pada proses pembelajaran al-Quran

Hadits di kelas dan di Masjid setiap Sabtu sore. Di samping itu juga

dibuktikan pada saat peserta didik menerapkannya dalam shalat wajib lima

waktu atau dalam kegiatan mengaji di rumah sebagaimana catatan orang

tua dalam buku kontrol dari madrasah.

3) Mampu menulis ayat-ayat al-Quran dengan seni tinggi. Kegiatan seni

kaligrafi ini merupakan bagian dari pengembangan diri dari mata pelajaran

al-Quran Hadits yang diselenggarakan pada setiap Jumat sore.

4) Mampu membaca ayat-ayat al-Quran dengan seni khusus. Kegiatan seni

qiro`atil Qur`an ini merupakan bagian dari pengembangan diri dari mata

pelajaran al-Quran Hadits yang diselenggarakan pada setiap Sabtu sore.

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

159

Berdasarkan hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa MTs NU

07 Patebon telah melaksanakan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata

pelajaran al-Quran Hadits baik di kelas maupun di luar kelas dalam kegiatan

kurikuler dan dalam kegiatan pengembangan diri di luar mata pelajaran yang

diselenggarakan madrasah yang masih terkait dengan materi pelajaran al-Quran

Hadits (Muhammad Isrok, wawancara: 10 Nopember 2015).

Pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran

al-Quran Hadits yang dilakukan oleh guru al-Quran Hadits secara kolaboratif

dengan tokoh agama/masyarakat selaras dengan apa yang telah digariskan

dalam landasan teori (Fajarwati, 2012 : 6), bahwa dalam penerapan

pembelajaran berbasis masyarakat di sekolah, tokoh agama/masyarakat

dilibatkan dalam kegiatan perencanaan, proses pembelajaran, dan evaluasi

dalam kegiatan kurikuler, serta pelibatan dalam kegiatan pengembangan diri

terkait materi pelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran

al-Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon selaras dengan 4 (empat) pilar

pendidikan yang ditetapkan UNESCO, yaitu belajar mengetahui (learning to

know), menjadi dirinya sendiri (learning to be), belajar bekerja (learning to do)

dan belajar hidup bersama (learning to live together).

2. Dampak Penerapan Community Based Learning dalam Pembelajaran

Rumpun Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs NU 07 Patebon

a. Mata Pelajaran Fiqh

Berdasarkan paparan data terkait dampak penerapan pembelajaran

berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon

Page 77: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

160

Kabupaten Kendal di atas, dapat dianalisis bahwa penerapan pembelajaran

berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh berdampak positif bagi siswa, guru,

institusi madrasah, orang tua, dan masyarakat.

Bagi peserta didik, pembelajaran berbasis masayarakat sangat bermanfaat

dalam memperoleh pengalaman langsung terkait materi pelajaran Fiqh dari

masyarakat. Peserta didik menjadi lebih bersemangat dalam belajar, karena

suasana belajar yang berbeda seperti guru, strategi pembelajaran, media yang

digunakan, dan suasana pembelajaran yang sering dilaksanakan di luar kelas.

Peserta didik memperoleh pengalaman langsung tentang penerapan materi

pelajaran Fiqh yang belum tentu diperoleh dari gurunya. Peserta didik memiliki

pengetahuan semakin banyak karena tidak hanya dari guru saja, tetapi juga dari

tokoh agama/tokoh masyarakat.

Peserta didik juga mudah memahami materi pelajaran, karena proses

pembelajaran sering dilakukan dengan peragaan dan praktik sehingga dapat

meningkatnya pemahaman dan keterampilan peserta didik terhadap materi

pelajaran Fiqh yang diajarkan melalui pembelajaran berbasis masyarakat yang

nantinya dapat menunjang kompetensi peserta didik pada materi yang lain, dan

sebagai persiapan mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Selain itu,

dengan kompetensi yang dimilikinya, dapat memudahkan peserta didik berbaur

dengan masyarakatnya dalam rangka mencari dan membentuk identitas diri demi

masa depannya yang lebih baik.

Adapun kompetensi yang dimiliki peserta didik sebagai dampak

pembelajaran berbasis masyarakat yaitu : 1) Kompetensi keserasian bacaan dan

gerakan shalat, mulai dari bacaan dalam shalat dengan yang benar, melakukan

Page 78: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

161

gerakan shalat dengan benar, dan keterpaduan antara bacaan dengan gerakan

shalat; 2) Peserta didik mampu mengerjakan shalat jamak, mulai dari mampu

melaksanakan shalat jamak taqdim pada shalat dhuhur dan ashar, jamak ta`khir

pada shalat dhuhur dan ashar, jamak taqdim pada shalat maghrib dan isyak, dan

jamak ta`khir pada shalat maghrib dan isyak; 3) Peserta didik rajin mengerjakan

shalat berjamaah, peserta didik sudah dibiasakan melaksanakan shalat dhuhur

berjamaah bersama guru dan masyarakat di Masjid al-Itqon. Peserta didik juga

rajin mengerjakan shalat berjamaah di mushola atau di masjid di tempat

tinggalnya masing-masing; 4) Kedisiplinan mengerjakan shalat; dan 4) Mampu

merawat jenazah, mulai dari persiapan bahan yang diperlukan untuk merawat

jenazah, memandikan jenazah, mengkafani jenazah, mengerjakan shalat untuk

jenazah, serta menguburkan jenazah.

Bagi orang tua, penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata

pelajaran Fiqh memiliki dampak positip untuk mendukung pendidikan agama

dalam keluarga yang telah ditanamkan sejak dini. Sinergitas materi yang diajarkan

di madrasah dengan materi yang diajarakan dalam keluarga akan menciptakan

kontinuitas program pendidikan yang dibina orang tua dalam keluarga. Kenyataan

seperti ini dapat membuat perasaan orang tua menjadi tenang dan semakin

percaya dengan program pendidikan madrasah. Berdasarkan kondisi seperti ini,

dapat memudahkan kerjasama madrasah dengan orang tua peserta didik dalam

rangka mewujudkan ketercapaian visi, misi, dan tujuan MTs NU 07 Patebon.

Bagi masyarakat, dampak penerapan pembelajaran berbasis masyarakat

pada mata pelajaran Fiqh adalah turut melestarikan budaya dan karakteristik

masyarakat di bidang pengamalan ajaran-ajaran Islam. Masyarakat di lingkungan

Page 79: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

162

MTs NU 07 Patebon memiliki basis keagamaan Nahdlatul Ulama. Output dari

sekolah seyogyanya sinergi dengan ajaran Nahdlatul Ulama. Melalui penerapan

pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh, masyarakat sekitar

mengetahui proses pembelajaran yang dilangsungkan dan dapat memberikan

masukan terkait dengan tata cara dan tradisi dalam mengerjakan ibadah yang

sesuai dan selama ini diterapkan di masyarakat.

Melalui kegiatan pembelajaran berbasis masyarakat tersebut, kompetensi

terkait dengan materi Fiqh yang dimiliki peserta didik dapat mudah diterapkan di

dalam masyarakatnya. Kompetensi yang dimiliki dan diamalkan peserta didik

dalam aktivitas kehidupan di masyarakat, akan membuahkan penilaian masyarakat

terhadap output sekolah. Dalam posisi seperti ini, dapat menumbuhkan

kepercayaan masyarakat terhadap produk sekolah/madrasah. Selama dua tahun

dilaksanakan pembelajaran berbasis masyarakat, kepercayaan masyarakat

terhadap mutu sekolah meningkat. Hal ini dibuktikan dengan animo masyarakat

untuk menyekolahkan anaknya di MTs NU 07 Patebon meningkat.

Bagi institusi madrasah, penerapan pembelajaran berbasis masyarakat

pada mata pelajaran Fiqh memiliki dampak penting terhadap hubungan madrasah

dengan masyarakat. Program pembelajaran berbasis masyarakat ini memudahkan

sekolah menjalin kerjasama dalam rangka meningkatkan kepercayaan masyarakat

terhadap eksistensi dan mutu sekolah. Kerja sama ini nantinya sangat penting

dalam proses penerimaan peserta didik baru di awal tahun ajaran baru. Sejak dua

tahun MTs NU 07 menerapkan pembelajaran berbasis masyarakat, jumlah

penerimaaan peserta didik baru meningkat, kalau dahulu hanya 4 kelas, sejak

diterapkan pembelajaran berbasis masyarakat menjadi 5 kelas. Selain itu juga,

Page 80: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

163

akses informasi terhadap mutu pembelajaran di masyarakat menjadi lebih luas.

Hal ini dibuktikan dari asal daerah peserta didik yang mendaftar sudah

merambah luas di wilayah Kendal dan Batang.

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

penerapan pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning)

pada mata pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal

mempunyai dampak yang positip bagi peserta didik, guru Fiqh, orang tua,

masyarakat, dan institusi Madrasah.

b. Mata Pelajaran al-Quran Hadits

Dampak penerapan pembelajaran berbasis masyarakat (Community

Based Learning) pada mata pelajaran al-Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon

Kabupaten Kendal berdasarkan paparan data hasil penelitian berdampak positip

bagi peserta didik, guru mata pelajaran al-Quran Hadits, masyarakat, orang tua

dan institusi madrasah.

Bagi peserta didik, penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada

mata pelajaran al-Quran Hadits dapat meningkatkan kemampuan peserta didik

dalam membaca ayat-ayat al-Quran dengan fasih dan benar sesuai dengan

kaidah ilmu tajwid. Mampu menghafalkan ayat-ayat pendek dalam al-Quran

(juz `Amma). Mampu menulis ayat-ayat al-Quran dengan seni tinggi. Mampu

membaca ayat-ayat al-Quran dengan seni khusus. Prestasi peserta didik di

bidang ini mampu menjuarai lomba MTQ pelajar tingkat kecamatan Patebon

dan kabupaten Kendal pada tahun 2014 dan 2015. Kompetensi yang dimiliki

peserta didik sebagaimana disebutkan di atas sangat bermanfaat bagi peserta

didik dalam kehidupan di masyarakat, karena kompetensi tersebut sangat

Page 81: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

164

dibutuhkan dalam aktivitas keagamaan di masyarakat, sehingga memudahkan

peserta didik untuk menempatkan diri sebagai bagian dari anggota

masyarakatnya.

Dampak lain terkait dengan proses pembelajaran melalui penerapan

pembelajaran berbasis masyarakat menjadikan peserta didik antusias dalam

mengikuti proses pembelajaran al-Quran Hadits. Hal tersebut disebabkan

pembelajaran al-Quran Hadits tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar

kelas. Peserta didik juga mudah memahami materi pelajaran, karena proses

pembelajaran sering dilakukan dengan peragaan dan praktik. Melalui

pembelajaran berbasis masyarakat, peserta didik memiliki banyak pengalaman

dan pengetahuan praktis dalam penerapan atau implementasi materi pelajaran

al-Quran Hadits di madrasah.

Bagi guru al-Quran Hadits, penerapan pembelajaran berbasis

masyarakat pada mata pelajaran al-Quran Hadits dapat meningkatkan

hubungan yang baik antara guru dengan tokoh agama/masyarakat, karena

tokoh tersebut merupakan pengurus/komite sekolah dan tokoh di masyarakat.

Keberadaan tokoh agama/masyarakat sebagai patner guru dalam proses

pembelajaran di kelas maupun di luar kelas dengan sendirinya memacu guru

untuk meningkatkan kompetensinya sebagai guru yang profesional. Munculnya

motivasi dari guru tersebut disebabkan tokoh agama/masyarakat yang menjadi

patner tersebut berasal dari komite atau pengurus madrasah, atau bahkan dari

tokoh yang dihormati di masyarakat. Kondisi demikian berdampak positip bagi

guru sehingga semakin termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran berbasis

masyarakat agar lebih baik lagi.

Page 82: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

165

Bagi orang tua, penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada

mata pelajaran al-Quran Hadits memiliki dampak positip bagi orang tua. Orang

tua merasa puas dengan kompetensi yang dimiliki anak di bidang baca tulis al-

Quran. Perasaan puas tersebut muncul ketika anak dapat membaca al-Quran

dengan baik dan benar ketika mengaji setiap hari setelah shalat maghrib, ketika

tadarus bulan puasa di mushola atau masjid, atau ketika tampil sebagai qori

atau sari tilawah pada kegiatan-kegiatan organisasi di masyarakat dan

sebagainya. Kompetensi yang dicapai peserta didik tersebut merupakan

dampak penerapan pembelajaran berbasis masyarakat untuk mendukung

pendidikan agama dalam keluarga.

Sinergitas materi yang diajarkan di madrasah dengan materi yang

diajarakan dalam keluarga akan menciptakan kontinuitas program pendidikan

yang dibina orang tua dalam keluarga. Kenyataan seperti ini dapat membuat

perasaan orang tua menjadi tenang dan semakin percaya dengan program

pendidikan madrasah. Berdasarkan kondisi seperti ini, dapat memudahkan

kerjasama madrasah dengan orang tua peserta didik dalam rangka mewujudkan

ketercapaian visi, misi, dan tujuan MTs NU 07 Patebon.

Bagi masyarakat, penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada

mata pelajaran al-Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon dapat memenuhi

harapan masyarakat terhadap produk pembelajaran al-Quran Hadits yang

diselenggarakan madrasah. Pembelajaran berbasis masyarakat dapat

meningkatkan hubungan personal dan interpersonal penyelenggara pendidikan

di madrasah dengan yayasan/pengurus, komite madrasah, orang tua, dan tokoh

agama/masyarakat. Masyarakat sekitar sekolah dapat mengetahui proses

Page 83: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

166

pembelajaran yang dilangsungkan dan dapat memberikan masukan terkait

materi pelajaran al-Quran Hadits. Kondisi pembelajaran yang demikian

tentunya dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mutu

pendidikan madrasah.

Bagi institusi madrasah, penerapan pembelajaran berbasis masyarakat

pada mata pelajaran al-Quran Hadits memudahkan madrasah dalam

mewujudkan tercapainya visi, misi, dan tujuan madrasah, seperti menghasilkan

peserta didik yang hafal juz amma, asmaul husna, rajin shalat berjamaah,

berakhlakul karimah, menguasai, mencintai, dan mengamalkan ilmu agama ala

Aswaja. Melalui penerapan pembelajaran berbasis masyarakat dapat

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mutu pembelajaran al-Quran

Hadits pada khususnya dan institusi madrasah pada umumnya.

Kepercayaan masyarakat merupakan modal utama madrasah swasta

pada program pendaftaran siswa baru. Oleh karena itu, penerapan

pembelajaran berbasis masyarakat di MTs NU 07 Patebon mempunyai

implikasi positif meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi

madarasah sehingga dapat mendorong meningkatnya minat masyarakat untuk

menyekolahkan anaknya ke MTs NU 07 Patebon. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebelum diterapkan pembelajaran berbasis masyarakat,

jumlah penerimaan siswa baru memperoleh empat kelas, dan setelah

menerapkan pembelajaran berbasis masyarakat, jumlah siswa yang masuk

bertambah satu kelas sehingga menjadi lima kelas (Lihat tabel 5).

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan

pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning) pada mata

Page 84: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

167

pelajaran al-Quran Hadits di MTs NU 07 Patebon mempunyai dampak positip

bagi peserta didik, guru mata pelajaran al-Quran Hadits, orang tua peserta

didik, masyarakat dimana peserta didik tinggal, dan institusi MTs NU 07

Patebon Kabupaten Kendal.

3. Faktor Penghambat dan Pendukung Penerapan Community Based

Learning dalam Pembelajaran Rumpun Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam di MTs NU 07 Patebon

a. Mata Pelajaran Fiqih

1) Faktor Penghambat Penerepan Community Based Learning dalam

Pembelajaran Fiqh

Berdasarkan paparan data hasil penelitian terkait dengan faktor

penghambat penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata

pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal, bahwa kendala

terbut relatif minim. Sebagian besar responden justeru menganggap tidak

ada kendala yang berarti terkait penerapan pembelajaran berbasis

masyarakat pada mata pelajaran Fiqh. Satu-satunya kendala yang muncul

terkait dengan penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata

pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon adalah masalah pembiayaan.

Kendala tersebut diungkapkan kepala madrasah, karena kepala madrasah

sebagai kepala manager mengetahui kebutuhan dana dan pembagian

aloasi dana di setiap lini program kerja pada madrasah yang dipimpinnya.

Sebagaimana telah dituturkan pada paparan data hasil penelitian

di atas bahwa faktor penghambat penerapan pembelajaran berbasis

masyarakat pada mata pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon adalah

Page 85: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

168

faktor terbatasnya dana. Mengundang tokoh agama/masyarakat untuk mengajar

memang memerlukan dana khusus agar program dalam terlaksana sesuai

target. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, selama ini kepala madarasah

menganggarkanya dari anggaran BOS.

Madrasah perlu memikirkan kebijakan anggaran dari sumber yang lain

untuk mensuplai anggaran program pembelajaran berbasis masyarakat. Hal ini

sangat penting, mengingat honor untuk tokoh masyarakat umumnya lebih

tinggi dari guru bidang studi. Alasan ini masuk akal, karena tokoh

agama/masyarakat memiliki nilai-nilai tertentu menyangkut, kompetensi,

kharisma, kedudukan, dan popularitas di masyarakat yang dibutuhkan

madrasah (pengguna).

Di samping honor guru, dana juga dibutuhkan untuk penyediaan alat

atau sumber belajar pada pembelajaran berbasis masyarakat. Sebagai contoh,

pada materi perawatan jenazah, alat, bahan, dan media yang dibutuhkan seperti

boneka, kain kafan tiga lapis, pewangi, sabun, shampo, jarus, bak mandi,

gayung, bunga, papan untuk peti mayat, paku, handuk, pakaian basah, dan

sebagainya, memerlukan anggaran dana yang berbeda dengan dengan

pembelajaran di kelas.

Berdasarkan kendala yang saat ini dihadapi terkait anggaran dana

penerapan pembelajaran berbasis masyarakat tersebut. Kepala madrasah telah

menganggarkan dana khusus dari sumbangan orang tua/wali siswa yang akan

dialokasikan pada pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat, termasuk

untuk materi perawatan jenazah yang pelaksanaannya (sesuai kalender

akademik) pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

Page 86: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

169

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kendala

penerapan pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning)

pada mata pelajaran Fiqh di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal hanya

pada penganggaran dana saja.

2) Faktor Pendukung Penerepan Community Based Learning dalam

Pembelajaran Fiqh

Berdasarkan paparan data hasil penelitian bahwa faktor pendukung

penerapan pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran fiqh di MTs

NU 07 Patebon Kabupaten Kendal meliputi : 1) dukungan kepala madrasah ; 2)

dukungan dari masyarakat; 3) tersedianya fasilitas di masyarakat; 4) dukungan

dari tokoh agama/masyarakat; dan 5) dukungan dari orang tua.

Kepala madrasah merupakan desain maker atau perancang program

kegiatan di madrasah. Segala keputusan terhadap kegiatan di madrasah yang

bertanggung jawab adalah kepala madrasah. Kebijakan pelaksanaan

pembelajaran berbasis masyarakat merupakan implikasi terwujudnya kerja

sama pendidikan antara sekolah, orang tua murid, masyarakat dan negara

dalam proses pembelajaran di lembaga pendidikan Islam. Sehingga visi, misi,

dan tujuan madrasah sebagai bagian dari dinamika masyarakat tercapai.

Lembaga pendidikan menjadi lebih membumi dan output pendidikan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat.

Melalui perubahan seperti ini madrasah sebagai lembaga pendidikan

Islam memperoleh kepercayaan dari masyarakat karena dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran melibatkan peran masyarakat.

Menurut Mulyasa, (2005 : 3) jika sudah ada sinergi antara sekolah, orang tua

Page 87: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

170

murid, pemerintah, dan masyarakat, maka transformasi pendidikan Islam akan

cepat bisa terealisir. Dengan begitu tujuan madrasah untuk mencetak generasi

muslim yang berguna bagi agama dan bangsanya terasa lebih mudah tercapai.

Dukungan dari masyarakat juga turut mempengaruhi pelaksanaan

pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajara Fiqh. Salah satu bentuk

dukungan masyarakat adalah menyediakan sarana atau sumber belajar bagi

kegiatan pembelajaran Fiqh seperti perawatan jenazah, shalat berjamaah di

masjid, dan sebagainya sebagai bentuk rasa memiliki masyarakat terhadap

program pendidikan di madrasah.

Dukungan dari masyarakat yang lain adalah menyediakan sumber

daya manusia yang dibutuhkan bagi pengembangan madrasah. Sumber daya

tersebut dapat berasal dari tokoh agama/masyarakat yang punya keahlian di

bidang Fiqh seperti para pengasuh pondok pesantren atau modin di desa untuk

berpartisipasi memberikan ilmu dan pengalamannya dalam proses

pembelajaran Fiqh kepada peserta didik. Hal ini sejalan dengan konsep

pembelajaran berbasis masyarakat merupakan yang dikemukakan Suharto

(2005 : 325) bahwa kegiatan pembelajaran berbasis masyarakat adalah

mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan.

Atas dasar tersebut pembelajaran berbasis masyarakat yang bertumpu

pada tiga pilar utama yaitu “dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk

masyarakat”, artinya pendidikan merupakan jawaban dari kebutuhan

masyarakat. Pembelajaran oleh masyarakat artinya masyarakat merupakan

pelaku atau subjek pendidikan yang aktif, bukan hanya sekedar sebagai objek

pendidikan sehingga masyarakat betul-betul memiliki, bertangungjawab dan

Page 88: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

171

peduli terhadap pendidikan. Pembelajaran untuk masyarakat artinya

masyarakat secara aktif terlibat dalam program pembelajaran seperti

perencanaan, implementasi, pengelolaan, dan evaluasi yang dirancang untuk

menjawab kebutuhan masyarakat.

c. Mata Pelajaran al-Quran Hadits

1) Faktor Penghambat Penerepan Community Based Learning dalam

Pembelajaran al-Quran Hadits

Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan pada bab sebelumnya

dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat penerapan pembelajaran

berbasis masyarakat pada mata pelajaran al-Quran Hadits hampir sama

dengan mata pelajaran Fiqh salah satunya terbatasnya dana dan minat

peserta didik dalam mengikuti pembelajaran al-Quran Hadits.

Seperti telah peneliti jelaskan sebelumnya terkait kendala dana.

Madrasah melalui beberapa kebijakan kepala madrasah disertai dukungan

dari komponen sekolah, orang tua dan masyarakat, telah mengalokasikan

pos-pos sumber dana untuk anggaran peningkatan program pembelajaran

berbasis masyarakat pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 ini.

Pos-pos tersebut berasal dari sumbangan orang tua, sisa anggaran BOS, dan

sumbangan dari donatur masyarakat. Berdasarkan pengakuan dari kepala

madrasah, banyak mahasiswa yang meneliti di MTs 07 Patebon

memberikan kenang-kenangan yang mendukung pembelajaran berbasis

masyarakat seperti satu paket kitab tahlil, satu paket kitab juz `Amma, dan

terakhir mahasiswa dari Unisula memberikan seperangkat alat untuk

menulis kaligrafi yang ditaksir seharga Rp. 700.000 rupiah.

Page 89: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

172

Terlepas dari dari mana sumber dana tersebut diperoleh, perlu kiranya

madrasah untuk mengajak masyarakat turut ambil bagian dalam mendanai

penyelenggaraan pembelajaran berbasis masyarakat. Dalam konteks inilah

kegiatan kehumasan di madrasah menjadi bagian penting. Menurut Iriantara

(2013 : iv), humas sekolah bertujuan membangun komunikasi dan relasi

dengan stakeholder-nya untuk membangun saling pengertian dan

mengembangkan kemaslahatan bersama. Kegiatan kehumasan juga menunjang

kegiatan utama lembaga pendidikan yaitu pembelajaran. Berdasarkan konsep

tersebut, kegiatan kehumasan secara teoritik maupun aplikatif mempunyai

peran sentral mendukung kelancaran dan kesuksesan program pembelajaran

berbasis masyarakat yang diselenggarakan madrasah.

2) Faktor Pendukung Penerepan Community Based Learning dalam

Pembelajaran al-Quran Hadits

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor pendukung penerapan

pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran Al Quran Hadits di

MTs NU 07 Patebon adalah dukungan kepala madrasah, guru, tokoh

agama/masyarakat, orang tua, dan masyarakat.

Dukungan tersebut merupakan salah satu bentuk kepemilikan

masyarakat terhadap MTs NU 07 Patebon seperti menyediakan sumber daya

yang berkualitas di bidang ilmu-ilmu al Quran seperti tajwid, seni kaligrafi dan

seni tiwatil Quran. Secara teknis tokoh masyarakat tersebut bekerja sama

dengan guru Al Quran Hadits membuat perencanaan pembelajaran,

memberikan materi pelajaran, menyediakan saran pembelajaran, dan

mengadakan evaluasi berkelanjutan seperti pemberian remidi bagi yang belum

Page 90: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

173

tuntas, membimbing siswa dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

seperti dalam shalat, dalam acara-acara khusus organisasi sosial keagamaan,

serta dalam kejuaraan MTQ baik di tingkat desa, kecamatan, maupun

kabupaten. Dukungan tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Suharto

(2012 : vii) bahwa dukungan masyarakat terhadap pembelajaran di madrasah

adalah dalam bentuk pelibatan menyusun kurikulum, membantu pendanaan

sekolah, dan melayani pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya

sendiri (Suharto, 2012 : vii).

Dukungan masyarakat di atas juga mendukung prinsip-prinsip

pembelajaran berbasis masyarakat sebagaimana diungkapkan Kerezi (2013 : 8)

bahwa bentuk-bentuk partisipasi masyarakat terhadap lembaga pendidikan

yaitu : komitmen bersama memajukan mutu sekolah, memberikan informasi

dan menjaga komunikasi, menjadi patner, membantu pengadaan sarana dan

teknologi pendidikan yang dibutuhkan sekolah, bekerja sama dalam

pembelajaran, bekerja sama memecahkan problem sekolah dan lain-lain.

Hasil penelitian Juma Abdu Wamaungo, menunjukkan siinergitas

antara sekolah atau madrasah, masyarakat, dan pemerintah sangat potensial

untuk memajukan kualitas pendidikan dan menggirahkan masyarakat untuk

menjalin hubungan dengan sekolah. Melalui hasil penelitiannya Wamaungo

(2014 : 98) menemukan ada tiga jenis partisipasi masyarakat yaitu partisipasi

pasif, partisipasi pemberian informasi, dan partisipasi konsultasi. Berdasarkan

hasil temuan tersebut apabila diterapkan pada madrasah harus sering

melakukan sosialisasi program-program yang sudah, sedang dan akan

dilaksanakan. Gambaran dan kondisi madrasah harus senantiasa

Page 91: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

174

diinformasikan kepada masyarakat agar masyarakat memahami betul

perkembangan dan dinamika madrasah. Cara seperti ini merupakan salah satu

media untuk menarik dan mengikutsertakan masyarakat dalam proses

pendidikan dan pembelajaran di madrasah (Jhonson, 2007 : 47).

Hubungan madrasah dengan masyarakat idealnya harus terjaga. Jika

hubungan tersebut sudah terjaga secara harmonis, akan tercipta saling

pengertian antara madrasah, masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada

di masyarakat. Hal ini pada gilirannya akan membantu terciptanya jalinan

kerjasama dan saling membantu antara madrasah dan masyarakat karena

mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing. Strategi ini

pada dasarnya dimaksudkan agar masyarakat merasa ikut bertanggung jawab

atas sukses dan tidaknya pendidikan di madrasah.

Pembelajaran berbasis masyarakat di MTs NU 07 Patebon juga sangat

potensial dikembangkan dalam rangka penerimaan siswa baru. Di tengah

persaingan yang kompetitif dengan beberapa sekolah negeri dan swasta yang

lain, program pembelajaran berbasis masyarakat ternyata dalam segi ini

memiliki nilai potensial mengembangkan jalinan sosial yang luas di

masyarakat di wilayah kabupaten Kendal dan Batang. Sejak diterapkannya

program pembelajaran berbasis masyarakat, jumlah siswa yang masuk di

madrasah bertambah satu kelas. Masyarakat yang merasa sudah memiliki dan

membutuhkan madrasah dengan sendirinya memiliki kepercayaan untuk

menyekolahkan anaknya. Hal ini sejalan temuan Waras Kamdi, dalam salah

satu penelitiannya terhadap sekolah/madrasah yang menyelenggarakan

pembelajaran berbasis masyarakat di Malang ditemukan memiliki jaringan

Page 92: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

175

kerja sosial yang luas dan mengembangkan kerja sama dengan pos-pos

organisasi penting di masyarakat, sehingga setiap penerimaan siswa baru setiap

tahun pelajaran tetap melimpah dan tetap menyelenggarakan seleksi siswa baru

dengan proporsional (Kamdi, 2014 : 218-219).

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, maka konsep

pembelajaran berbasis masyarakat yang ideal menurut peneliti adalah sebagai

berikut :

a. Guru bersama masyarakatan melakukan pemetaan materi pelajaran rumpun mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam yakni mata pelajaran Fiqh dan al-Quran

Hadits sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

memerlukan pembelajaran berbasis masyarakat

b. Guru bersama masyarakat membuat perencanaan pelaksanaaan pembelajaran

(RPP), di mana dalam menyusun perencanaan pembelajaran ini, masyarakat

benar-benar terlibat secara aktif tidak hanya sekedar memberi masukan,

sehingga mulai dari strategi pelaksanaan pembelajaran, evaluasi dan tindak

lanjutnya, masyarakat benar-benar mengetahui perencanaannya.

c. Sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan guru bersama-sama dengan

masyarakat melaksanakan pembelajaran berbasis masyarakat dengan mengacu

pada rencana yang telah disusun bersama (RPP). Mengingat pentingnya

tahapan ini bagi keberhasilan pembelajaran berbasis masyarakat, maka antara

guru dan masyarakat harus benar-benar terjadi kerja sama yang baik untuk

melaksanakan setiap tahapan dalam perencanaan.

d. Penilaian untuk mencapai kompetensi peserta didik dalam pembelajaran

berbasis masyarakat harus dilakukan secara bersama-sama oleh guru dan

Page 93: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

176

masyarakat. Dalam hal ini masyarakat benar-benar ikut menilai, tidak

sekedar memberikan masukan kepada guru, atau sebaliknya tokoh

masyarakat yang memberi nilai, sementara guru hanya memberi masukan

saja. Melalui kerjasama dalam penilaian ini antara guru dan masyarakat

sehingga penilaian berjalan objektif.

e. Analisa hasil penilaian untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik

sesuai KKM harus dilaksanakan bersama antara guru dan masyarakat.

f. Dalam melaksanakan tindak lanjut hasil analisa penilaian, guru harus

melibatkan masyarakat dalam bentuk masyarakat memberikan pertimbangan

g. Evaluasi pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat dalam rangka

untuk peningkatan pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat pada

tahun berikutnya, guru harus meminta masukan dari masyarakat, sehingga

perencanaan semakin baik dan diharapkan pelaksanaannya juga semakin

baik.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian yang penulis lakukan, terdapat keterbatasan-

keterbatasan di antaranya:

1. Keterbatasan waktu penelitian, ada beberapa materi pelajaran di MTs NU 07

Patebon seperti perawatan jenasah yang tidak dapat diamati secara langsung

oleh peneliti. Hal ini disebabkan materi pelajaran tersebut diberika pada

akhir semester II. Untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran berbasis

masyarakat pada materi perawatan jenazah tersebut diperoleh hanya dari

data intervieu dan dokumentasi.

Page 94: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.walisongo.ac.id/7521/5/135112034_bab4.pdf · Kop Surat). Posisi madrasah ini menghadap ke utara, bersebelahan dengan Masjid al-Itqon

177

2. Keterbatasan dokumen pendukung. Ada beberapa dokumen yang diperlukan

sebagai pendukung tidak dapat peneliti peroleh di lapangan. Hal ini

disebabkan karena ketidaktahuan siapa yang menyimpan data atau di tempat

mana data tersebut disimpan.

3. Adanya rasa sungkan dari peneliti ketika mengadakan wawancara

mendalam kepada para tokoh agama/masyarakat. Hal ini tentunya

mengurangi kekuatan atau respek peneliti dalam memberikan persepsi dan

umpan balik dari hasil proses wawancara tersebut. Meskipun demikian,

peneliti tetap melakukan intervieu sesuai pedoman wawancara yang telah

disusun sebelumnya.

4. Penelitian ini merupakan penelitian awal yang hanya menjelaskan hasil

penelitian berdasarkan data deskriptif. Peneliti berharap di masa yang akan

datang diadakan penelitian pengembangan agar ditemukan model

pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning) yang lebih

baik kualitasnya.