BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian
4.1.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Koripan 04 dengan subjek
penelitian seluruh siswa kelas 5 sebanyak 25 siswa yang terdiri dari laki-laki 13
siswa dan perempuan 12 siswa. Jumlah siswa dari kelas 1 sampai dengan kelas 6
adalah 156 siswa. Fasilitas sekolah cukup mendukung dalam proses pembelajaran
proses pembelajaran. SD Negeri Koripan 04 berlokasi di Dusun Krandon, Desa
Koripan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Secara geografis SD Negeri
Koripan 04 terletak jauh dari pusat ibu kota kabupaten Semarang.
Kondisi prasiklus merupakan keadaan siswa sebelum penelitian tindakan
kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 5 SD
Negeri Koripan 04 Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 25 siswa pada
pembelajaran IPA, terlihat bahwa hasil belajar siswa masih rendah yaitu sebagian
besar siswa memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Distribusi ketuntasan hasil belajar IPA pada prasiklus dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Prasiklus
No Standar Ketuntasan Jumlah
siswa Persentase
Angka Ketuntasan
1 <70 Tidak tuntas 17 68%
2 ≥70 Tuntas 8 32%
Jumlah 25 100%
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 45
Rata-rata 65,76
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 25 siswa hanya 8 siswa (32%) yang
sudah mencapai KKM (70) dan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 17
24
siswa (68%). Nilai tertinggi yang dicapai oleh siswa adalah 85, nilai terendah 45
dan rata-rata kelas 65,76. Diagram ketuntasan hasil belajar prasiklus dapat dilihat
pada gambar 4.1.
Gambar 4.1
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus
Dari gambar 4.1 tentang ketuntasan hasil belajar prasiklus dapat diketahui
bahwa ketuntasan siswa yang tidak tuntas sebesar 68% dan hanya sebesar 32%
siswa yang sudah tuntas. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan sebelumnya,
guru hanya berceramah saja sehingga siswa tidak terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk berfikir kritis dan
menyampaikan pendapat, siswa menjadi pasif, cenderung berbicara sendiri
dengan teman sebangku dan tidak fokus pada pelajaran saat itu.
4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan siklus I
Dalam Siklus I terdapat 2 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:
4.1.2.1 Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan peneliti merancang RPP menggunakan
pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dengan media alat peraga
tentang materi pesawat sederhana jenis pengungkit dan bidang miring (terlampir),
32%
68%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Siswa yang tuntas
siswa yang tidak tuntas
25
menyusun tes yang akan digunakan (terlampir), menyusun pedoman observasi
(terlampir), menyiapkan media (alat peraga) yaitu alat-alat yang digunakan untuk
kegiatan percobaan seperti pembuka tutup botol, tang, gunting. Merencanakan
personal yang akan dilibatkan dalam penelitian yaitu dengan guru kelas yang
mengajar pada tempat penelitian dilakukan. Merancang tes formatif (lihat
lampiran). Menyiapkan rubrik untuk siswa yaitu LKS (lihat lampiran).
4.1.2.2 Tindakan dan Observasi
4.1.2.2.1 Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 19 April 2013 melalui
kegiatan sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
Pertemuan pertama pada siklus I berlangsung pada hari Jum’at, 19
April 2013 pukul 07.35 WIB. Untuk mengawali pembelajaran ini guru
mengucapkan salam, mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran,
mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan bertanya kepada
siswa “coba perhatikan linggis dan paku kecil yang tertancap pada
kayu yang Pak Guru bawa, mengapa ketika mencabutnya dengan
linggis lebih mudah dari pada dicabut dengan tangan ?”. Berdasarkan
jawaban dari siswa guru menegaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dalam pembelajaran. Selanjutnya guru menjelaskan
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran yaitu menggunakan pendekatan CTL dan penggunaan
media alat peraga.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan selanjutnya yaitu siswa dibagi dalam 5 kelompok heterogen
yang terdiri dari 5 siswa, siswa menerima lembar kerja untuk
membimbing siswa dalam melakukan kegiatan percobaan dan siswa
mengisi lembar kerja tersebut sesuai dengan hasil percobaan yang
dilakukan. Tetapi sebelum siswa melakukan kegiatan percobaan, guru
meminta salah satu siswa untuk mempraktekkan di depan kelas
sebagai contoh agar siswa yang lain tidak merasa kebingungan dalam
26
melakukan kegiatan. Setelah siswa melaksanakan kegiatan percobaan
dan mengisi lembar kerja yang telah disediakan, perwakilan kelompok
maju ke depan kelas untuk melakukan presentasi tentang hasil
percobaan dan diskusi kelompok mereka. Kelompok lain menanggapi
hasil diskusi kelompok tersebut.
3) Kegiatan Akhir
Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari
materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan.
4.1.2.2.2 Pertemuan kedua
1) Kegiatan Awal
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 26 April 2013 melalui
kegiatan sebagai berikut: Untuk mengawali pembelajaran ini guru
mengucapkan salam, mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran,
mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan bertanya kepada
siswa “coba perhatikan obeng dan sekrup yang Pak Guru bawa,
mengapa ketika kita menekan sekrup tersebut dengan tangan sulit
untuk tertancap pada kayu? Mengapa setelah sekrup diputar dengan
obeng dapat dengan mudah tertancap pada kayu”. Guru bertanya
jawab dengan siswa tentang pelajaran yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya. Berdasarkan jawaban dari siswa guru
menegaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selanjutnya guru
menjelaskan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan yaitu
menggunakan pendekatan CTL dengan media alat peraga.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan selanjutnya yaitu siswa dibagi dalam 5 kelompok heterogen
yang terdiri dari 5 siswa, siswa menerima lembar kerja untuk
membimbing siswa dalam melakukan kegiatan percobaan dan siswa
mengisi lembar kerja tersebut sesuai dengan hasil percobaan yang
27
dilakukan. Tetapi sebelum siswa melakukan kegiatan percobaan, guru
meminta salah satu siswa untuk mempraktekkan di depan kelas
sebagai contoh agar siswa yang lain tidak merasa kebingungan dalam
melakukan kegiatan. Setelah siswa melaksanakan kegiatan percobaan
dan mengisi lembar kerja yang telah disediakan, perwakilan kelompok
maju ke depan kelas untuk melakukan presentasi tentang hasil
percobaan dan diskusi kelompok mereka. Kelompok lain menanggapi
hasil diskusi kelompok tersebut.
3) Kegiatan Akhir
Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas dari materi yang telah
dipelajari. Guru mengadakan evaluasi pembelajaran pada materi
pesawat sederhana jenis pengungkit dan bidang miring.
4.1.2.3 Hasil tindakan
Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada Siklus I diperoleh data
secara kuantitatif melalui penilaian non tes dan tes. Nilai tes formatif siswa pada
siklus I dapat dilihat pada lampiran.Distribusi hasil belajar dan ketuntasan siklus I
dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Hasil Belajar dan Ketuntasan Siklus I
Dari tabel 4.2 tentang hasil belajar dan ketuntasan siklus I dapat dilihat
terjadi peningkatan hasil belajar setelah tindakan. Jumlah siswa yang telah
No Standar Ketuntasan Jumlah
siswa Persentase
Angka Ketuntasan
1 <70 Tidak tuntas 3 12%
2 ≥70 Tuntas 22 88%
Jumlah 25 100%
Nilai tertinggi 87,5
Nilai terendah 56,25
Rata-rata 75
28
mencapai KKM ≥70 sebanyak 88% dan 12% siswa belum tuntas. Peningkatan
juga terjadi pada skor tertinggi yang dicapai siswa yaitu 87,5 dengan skor
terendah 56,25 dan rata-rata kelas 75. Diagram ketuntasan hasil belajar siklus I
dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Dari gambar 4.2 ketuntasan hasil belajar siklus I siswa yang telah tuntas
sebanyak 88% dan yang belum tuntas 12%. Walaupun persentase ini sudah cukup
besar namun belum memenuhi ketuntasan yang ingin dicapai sebesar 100% dari
seluruh siswa.
4.1.2.4 Refleksi
Hasil observasi atau pengamatan terhadap implementasi RPP pada
siklus I ini dapat dilihat pada tabel 4.3.
88%
12%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Siswa yang tuntas
siswa yang tidak
tuntas
29
Tabel 4.3 Hasil implementasi RPP pada guru siklus I (refleksi siklus I)
No Kekuatan Saran
1
2
3
Dalam mempersiapkan pembelajaran baik materi, lembar kerja, maupun alat peraga sudah baik. Dalam penguasaan kelas sudah baik terbukti dengan kondisi siswa yang mudah untuk dikendalikan Bimbingan yang dilakukan pada saat diskusi kelompok sudah baik dan berjalan dengan lancar
Sudah baik dan perlu ditingkatkan Sudah baik dan perlu ditingkatkan Sudah baik dan perlu ditingkatkan
Kekurangan saran
1 2 3
Guru kurang maksimal dalam penyampaian apersepsi dan motivasi Guru kurang maksimal dalam melakukan tanya jawab, sehingga siswa kurang aktif dalam melakukan tanya jawab
Guru kurang memberikan respon dari hasil kerja kelompok, hanya beberapa kelompok saja yang mendapatkan respon, sehingga ini dapat menimbulkan ketidakadilan.
Sebaiknya guru lebih menekankan apersepsi dan motivasi agar siswa siap dalam menerima pengetahuan yang baru serta lebih tertarik dengan materi yang akan dipelajari Sebaiknya guru dapat menghidupkan suasana tanya jawab agar siswa tidak cenderung pasif tetapi aktif untuk bertanya dan menjawab. Sebaiknya guru memberikan apresiasi kepada setiap kelompok yang presentasi, sehingga tidak akan terjadi sikap iri antar siswa.
Dari tabel 4.3 tentang hasil implementasi RPP dengan memperhatikan
kelemahan-kelemahan guru dalam proses pembelajaran maka perlu diadakan
perbaikan-perbaiki. Pada saat guru memberikan apersepsi dan motivasi kurang
maksimal, sehingga siswa cenderung kurang tertarik dengan materi yang akan
disampaikan oleh guru. Kemudian kegiatan tanya jawab juga kurang maksimal,
sehingga kegiatan tanya jawab kurang begitu hidup. Kemudian apresiasi untuk
30
kelompok yang usdah melakukan presentasi juga kurang sehingga siswa bulum
mendapat penghargaan. Observasi tidak hanya ditujukan kepada guru tetapi juga
kepada siswa. Observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat
pada lampiran.
Dari hasil implementasi RPP pada guru dengan memperhatikan
kelemahan-kelemahan siswa dalam proses pembelajaran maka perlu guru perlu
melakukan perbaikan pada siklus II agar keaktifan siswa lebih meningkat.
4.1.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Praktik pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan melihat
kekurangan dan kelebihan pada siklus I (refleksi siklus I). Pelaksanaan siklus II
merupakan upaya perbaikan pada siklus I dengan lebih memberi semangat kepada
siswa dalam proses belajar menggunakan pendekatan CTL dan penggunaan alat
peraga
Dalam siklus II, terdapat dua kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:
4.1.3.1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti merancang RPP menggunakan
pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dengan media alat peraga
tentang materi pesawat sederhana jenis pengungkit dan bidang miring (terlampir),
menyusun tes yang akan digunakan (terlampir), menyusun pedoman observasi
(terlampir), menyiapkan media (alat peraga) yaitu alat-alat yang digunakan untuk
kegiatan percobaan seperti katrol, timbangan, dan mobil-mobilan. Merencanakan
personal yang akan dilibatkan dalam penelitian yaitu dengan guru kelas yang
mengajar pada tempat penelitian dilakukan. Merancang tes formatif (lihat
lampiran). Menyiapkan rubrik untuk siswa yaitu LKS (lihat lampiran).
4.1.3.2 Tindakan dan Observasi
4.1.3.2.1 Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 30 April 2013 melalui kegiatan
sebagai berikut:
31
1) Kegiatan awal
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 30 April 2013 melalui
kegiatan sebagai berikut: Untuk mengawali pembelajaran ini guru
mengucapkan salam, mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran,
mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa
“coba anak-anak siapa yang dirumah, mengambilnya airnya menggunakan
anak timba? Apa yang menyebabkan anak timba bisa bergerak?”.
Berdasarkan jawaban dari siswa guru menegaskan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Selanjutnya guru menjelaskan pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan yaitu menggunakan pendekatan CTL
dengan media alat peraga.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan selanjutnya yaitu siswa dibagi dalam 5 kelompok heterogen yang
terdiri dari 5 siswa, siswa menerima lembar kerja untuk membimbing
siswa dalam melakukan kegiatan percobaan dan siswa mengisi lembar
kerja tersebut sesuai dengan hasil percobaan yang dilakukan. Tetapi
sebelum siswa melakukan kegiatan percobaan, guru meminta salah satu
siswa untuk mempraktekkan di depan kelas sebagai contoh agar siswa
yang lain tidak merasa kebingungan dalam melakukan kegiatan. Setelah
siswa melaksanakan kegiatan percobaan dan mengisi lembar kerja yang
telah disediakan, perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk
melakukan presentasi tentang hasil percobaan dan diskusi kelompok
mereka. Kelompok lain menanggapi hasil diskusi kelompok tersebut.
3) Kegiatan Akhir
Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum jelas dari materi yang telah dipelajari.
Guru mengadakan evaluasi pembelajaran pada materi pesawat sederhana
jenis katrol.
32
4.1.3.2.2 Pertemuan Kedua
1) Kegiatan Awal
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 30 April 2013 melalui
kegiatan sebagai berikut: Untuk mengawali pembelajaran ini guru
mengucapkan salam, mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran,
mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa
“siapa yang pernah naik sepeda ? apa yang membuat sepeda bisa begerak
dan dapat dinaiki?”. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang pelajaran
yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Berdasarkan jawaban
dari siswa guru menegaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Selanjutnya guru menjelaskan pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan yaitu menggunakan pendekatan CTL dengan media alat peraga.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan selanjutnya yaitu siswa dibagi dalam 5 kelompok heterogen yang
terdiri dari 5 siswa, siswa menerima lembar kerja untuk membimbing
siswa dalam melakukan kegiatan percobaan dan siswa mengisi lembar
kerja tersebut sesuai dengan hasil percobaan yang dilakukan. Tetapi
sebelum siswa melakukan kegiatan percobaan, guru meminta salah satu
siswa untuk mempraktekkan di depan kelas sebagai contoh agar siswa
yang lain tidak merasa kebingungan dalam melakukan kegiatan. Setelah
siswa melaksanakan kegiatan percobaan dan mengisi lembar kerja yang
telah disediakan, perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk
melakukan presentasi tentang hasil percobaan dan diskusi kelompok
mereka. Kelompok lain menanggapi hasil diskusi kelompok tersebut.
3) Kegiatan Akhir
Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum jelas. Guru mengadakan evaluasi
pembelajaran pada materi pesawat sederhana jenis roda berporos.
33
4.1.3.3 Hasil tindakan
Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II diperoleh data
secara kuantitatif melalui penilaian non tes dan tes. Nilai tes formatif siswa pada
siklus I dapat dilihat pada lampiran.Distribusi hasil belajar dan ketuntasan siklus
II dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Distribusi hasil belajar dan ketuntasan siklus II
No Standar Ketuntasan Jumlah
siswa persentase
Angka Ketuntasan 1 <70 Tidak tuntas 0 0% 2 ≥70 Tuntas 25 100%
Jumlah 25 100% Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 75 Rata-rata 95,5
Dari tabel 4.4 ketuntasan hasil belajar siklus II dapat dilihat terjadi
peningkatan hasil belajar dari siklus I. Jumlah siswa yang telah mencapai KKM
≥70 adalah 25 siswa atau seluruh siswa (100%). Peningkatan juga terjadi pada
skor tertinggi yang dicapai siswa yaitu 100 dengan skor terendah 75 sedangkan
rata-rata kelas meningkat menjadi 95,5. Diagram ketuntasan hasil belajar siklus II
dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Siswa yang tuntas
siswa yang tidak tuntas
34
Dari gambar 4.3 ketuntasan hasil belajar siklus II siswa yang telah tuntas
mencapai 100%. Berdasarkan indikator kinerja dengan KKM 70 dan dicapai
100% siswa pada siklus II ini indikator kinerja telah tercapai.
4.1.3.4 Refleksi
Hasil observasi atau pengamatan terhadap implementasi RPP pada guru
Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil implementasi RPP pada guru siklus II (refleksi siklus II)
No Kekuatan Saran
1
2
3
Dalam mempersiapkan materi, alat peraga dan lembar kerja siswa sudah baik dalam penguasaan kelas sudah baik terbukti kelas menjadi terkendali dan tidak gaduh, biasanya kalau melakukan praktek ataupun percobaan, siswanya cenderung gaduh dan susah diatur, tetapi pada saat siklus I yang telah dilaksanakan situasi kelas terkendali dan mudah untuk diatur. Yang selanjutnya adalah guru dalam melakukan bimbingan kepada setiap kelompok sudah berjalan dengan baik dan lancar.
lebih ditingkatan dan perlu dipertahankan Sudah baik dan perlu ditingkatkan Sudah baik dan perlu ditingkatkan
Kekurangan saran
1
Pada siklus II ini semuanya cenderung berjalan dengan baik dan tidak ada kekurangan yang mengganggu jalannya pembelajaran
Hal-hal yang sudah baik ini sebaiknya dapat dipertahankan dan ditingkatkan lagi.
Dari tabel 4.5 terlihat bahwa guru sudah melakukan perbaikan-perbaikan
pada siklus II. Seperti halnya pada siklus I, Observasi tidak hanya dilakukan pada
guru saja tetapi juga pada siswa. Hasil implementasi RPP pada guru yang sangat
35
baik maka akan membuat aktifitas siswa pada siklus II juga sangat baik.
Keaktivan siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Perbandingan Keberhasilan hasil belajar prasiklus, siklus I, siklus II dapat
dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Belajar Prasiklus, Siklus I, Siklus II
No Angka Ketun
tasan
Prasiklus Siklus I Siklus II
Jumlah presen
tase
jumlah presen
tase
jumlah presen
tase
1 <70 Tidak
tuntas
17 68% 3 12% 0 0%
2 ≥70 Tuntas 8 32% 22 88% 25 100%
Jumlah 25 100% 25 100% 25 100%
Nilai tertinggi 85 87,5 100
Nilai terendah 45 56,25 75
Rata-rata 65,76 75 95,5
Dari tabel 4.6 dapat dilihat pada prasiklus skor rata-rata 65,76 dengan nilai
tertinggi 85 dan nilai terendah 45. Setelah diadakan tindakan penelitian pada
siklus I skor rata-rata meningkat menjadi 75 dengan skor tertinggi 87,5 dan skor
terendah 56,25. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar
dengan tingkat keberhasilan 88% dari jumlah siswa sebanyak 25 siswa, tetapi
masih terdapat 12% siswa belum tuntas sehingga perlu diadakan pelaksanaan
tindakan siklus II. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat mencapai
100% dan skor rata-rata meningkat menjadi 95,5 dengan skor tertinggi 100 dan
skor terendah 75. Diagram batang perbandingan ketuntasan prasiklus, siklus I,
siklus II dapat dilihat pada gambar 4.4.
36
Gambar 4.4 Diagram perbandingan ketuntasan prasiklus, siklus I, siklus II
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa peningkatan ketuntasan hasil
belajar siswa pada pra siklus 68% siswa tidak tuntas dan 32% siswa tuntas, siklus
I terdapat 12% siswa tidak tuntas dan 88% siswa tuntas serta pada siklus II 100%
siswa tuntas.
Selain pada tingkat ketuntasan persentase hasil belajar yang meningkat
perolehan skor maksimal, skor minimal, rata-rata meningkat juga meningkat.
Grafik perbandingan skor maksimal, skor minimal, dan rata-rata, antara prasiklus,
siklus I, siklus II dapat dilihat pada gambar 4.5.
0
5
10
15
20
25
30
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Tuntas
Tidak Tuntas
32%
68%
88%
12%
100%
0%
37
Gambar 4.5 Perbandingan skor maksimal, skor minimal, dan rata-rata
pada prasiklus, siklus I, siklus II
Dari gambar 4.5 dapat diketahui peningkatan terjadi pada skor maksimal
yaitu pada prasiklus sebesar 5 pada siklus I menjadi 87,5 dan pada siklus II
meningkat menjadi 100. Adapun perolehan skor minimal juga meningkat yaitu
pada prasiklus sebesar 45 pada siklus I meningkat menjadi 56,25 dan pada siklus
II meningkat menjadi 75. Perolehan rata-rata juga meningkat yaitu pada prasiklus
sebesar 65,76 pada siklus I meningkat menjadi 75 dan pada siklus II meningkat
menjadi 95,5.
Kenaikan hasil belajar siswa karena pembelajaran yang dilakukan
menggunakan pendekatan CTL dan penggunaan alat peraga. Pendekatan CTL
menekankan pada berfikir tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan lintas
disiplin, serta pengumpulan, penganalisaan dan pensintesisan informasi dan data
dari berbagai sumber dan pandangan. Di samping itu, telah diidentifikasi enam
unsur kunci CTL yaitu Pembelajaran bermakna, Penerapan pengetahuan, Berfikir
tingkat lebih tinggi, Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar,
Responsif terhadap budaya, Penilaian Autentik. Owens, dalam Johnson
(2011:309)
85 87,5
100
45
56,5
75
65,76
75
95,5
0
20
40
60
80
100
120
Prasiklus Siklus I siklus II
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata
38
Pembelajaran menggunakan pendekatan CTL dilakukan melalui tahap-
tahap mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya, melaksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topik, mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya, menciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-kelompok),
menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, melakukan refleksi diakhir
pertemuan, melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Hamruni
(2012:142)
Hasil belajar ini dapat meningkat karena pembelajaran juga menggunakan
alat peraga. Menurut Sudjana (2002: 59), alat peraga dalam pengajaran memegang
peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar
yang efektif. Setiap proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa
unsur, antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode
dan alat tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara
atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran aar sampai kepada tujuan. Dalam
pencapaian tujuan tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan
penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dapat dengan mudah dipahami
siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan
untuk membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Nurul Puadiyah (2012) dan Nur Faizah (2009) yang menggunakan
pendekatan CTL untuk meningkatkan hasil belajar IPA.
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti bahwa melalui pendekatan CTL dan penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Koripan 04 tahun ajaran 2012/2013.