BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
�
�
��
�
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dojang Taekwondo Salatiga yang berpusat di
Jalan Widosari No.1 Salatiga. Jumlah populasi di Dojang Taekwondo Salatiga adalah
30 anggota. Subjek penelitian yang diambil adalah 10 anggota Taekwondo
penyandang sabuk merah yang memiliki tingkat kecemasan tinggi.
Tabel 4.1. Data Awal Kecemasan Menghadapi Ujian Kenaikan Tingkat.
Pretest Kelompok Eksperimen Pretest Kelompok Kontrol Nama JenKel Skor Kategori Nama JenKel Skor Kategori BY L 155.0 Tinggi OF L 155.0 Tinggi SR P 168.0 Tingi ML P 160.0 Tinggi AD L 156.0 Tinggi RI L 159.0 Tinggi AG L 157.0 Tinggi ET P 160.0 Tinggi EL P 157.0 Tinggi YB L 159.0 Tinggi
Dari data tersebut didapatkan 10 subjek dalam kelompok tinggi, subjek
tersebut dijadikan subjek dengan membagi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol yang terdiri dari 4 perempuan dan 6 laki-laki.
�
�
��
�
Tabel 4.2. Perbedaan Pretest Kecemasan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap Ujian Kenaikan Tingkat Taekwondo-in Salatiga
Ranks
kelmpok N Mean Rank Sum of Ranks
pretest eksperimen 5 4.70 23.50
kontrol 5 6.30 31.50
Total 10
Test Statisticsb
pretest
Mann-Whitney U 8.500
Wilcoxon W 23.500
Z -.846
Asymp. Sig. (2-tailed) .398
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelmpok
Dalam penelitian eksperimen dibutuhkan jumlah yang sama untuk setiap
kelompoknya. Dalam penelitian ini kesamaan antara kedua kelompok dapat dilihat
dari tingkat sabuk merah serta hasil skala kecemasan. Setelah dilakukan uji beda pada
hasil skala kecemasan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok yang ditunjukkan dengan
asymp. sig. (2-tailed) 0, 398 > 0, 050, maka penulis dapat melanjutkan penelitian.
�
�
�
�
4.2 Pelaksanaan Eksperimen
Dari 10 Taekwondo-in yang mengalami kecemasan berkategori tinggi dalam
menghadapi ujian kenaikan tingkat, dibagi menjadi 2 kelompok yakni 5 Taekwondo-
in kelompok eksperimen dan 5 Taekwondo-in kelompok kontrol.
Dalam melaksanakan eksperimen penulis tidak terikat waktu, sehingga
penulis melakukan eksperimen sesuai dengan kesepakatan penulis dan 5 Taekwondo-
in yang menjadi eksperimen. Konseling mulai dilaksanakan pada 2 Maret sampai 21
April 2012 sebanyak 10 sesi. Kegiatan dikatakan berhasil apabila Taekwondo-in
mampu mengikuti kegiatan dengan baik dan menunjukan antusias untuk mengikuti
kegiatan. Adapun sesi-sesi eksperimen dengan latihan relaksasi pada konseling
kelompok sebagai berikut:
1. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2012.
a. Sesi pengenalan. Pada pertemuan ini penulis membuka kegiatan dengan doa.
Selanjutnya penulis melakukan perkenalan dengan anggota kelompok.
Kemudian penulis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan serta
menjelaskan tujuan kegiatan.
b. Sesi peralihan, penulis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu
membahas mengenai kecemasan ujian kenaikan tingkat. Penulis menjelaskan
tentang kecemasan kemudian anggota kelompok berdiskusi tentang gejala-
gejala atau ciri orang yang mengalami kecemasan terhadap ujian kenaikan
tingkat. Penulis menjelaskan bagaimana cara mengatasi kecemasan
menghadapi ujian kenaikan tingkat. Anggota kelompok mendengarkan dan
�
�
��
�
diminta untuk membuat daftar kecemasan. Dalam kegiatan ini kelompok
sudah akrab satu sama lain. Pada awal kegiatan para anggota sudah mulai
mengikuti kegiatan dengan baik.
2. Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 3 Maret 2012.
Pada pertemuan kedua ini kegiatan yang dilakukan adalah setiap anggota
kelompok mengungkapkan permasalahan mereka tentang kecemasan terhadap
ujian kenaikan tingkat. Selanjutnya Anggota saling sharing bagaimana mengatasi
kecemasan tersebut. Kemudian bersama dengan anggota kelompok penulis
menentukan tujuan yang ingin dicapai. Lalu penulis menetapkan teknik relaksasi
untuk mengurangi kecemasan terhadap ujian kenikan tingkat. Pada tahap ini
anggota kelompok terlihat aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan.
3. Pertemuan ketiga dilakukan pada tanggal 10 Maret 2012.
Kegiatan dalam pertemuan ini anggota kelompok mulai melakukan
relaksasi. Setiap anggota kelompok dikatakan bisa melakukan relaksasi dengan
baik jika persentase lebih dari 75%. Pada pertemuan ini penulis memberikan
contoh dahulu bagaimana relaksasi dengan menggunakan rekaman yang telah
disediakan selanjutnya anggota ikut juga melakukan relaksasi sesuai petunjuk
dalam contoh. Anggota kelompok tampak antusias melihat dan mengikuti contoh.
Beberapa anggota juga ada yang tertawa ketika melakukan gerakan dalam contoh.
Dari hasil observasi ketika kegiatan berlangsung persentase keberhasilan R1 60%,
R2 sebanyak 80%, R3 sebanyak 65%, R4 sebanyak 70% dan R5 sebanyak 55%.
�
�
��
�
Jadi pada relaksasi sesi pertama ini sebanyak 20% peserta melakukan relaksasi
dengan baik.
4. Pertemuan keempat dilakukan pada tanggal 16 Maret 2012.
Dalam pertemuan ini kelompok melakukan relaksasi kembali yang dipandu
oleh peneliti. Pada pertemuan ini ada 3 anggota kelompok yang masih belum bisa
berkonsentrasi ketika melakukan relaksasi. Dari hasil observasi ketika kegiatan
berlangsung persentase keberhasilan R1 adalah 60%, R2 adalah 85 %, R3 adalah
69%, R4 77%, dan R5 adalah 60%. Secara keseluruhan sebanyak 40% anggota
melakukan relaksasi dengan baik.
5. Pertemuan kelima dilakukan pada tanggal 22 Maret 2012.
Dalam pertemuan ini kegiatan masih sama yaitu kembali melakukan
relaksasi yang dipandu oleh peneliti. Pada pertemuan ini anggota sudah mulai
melakukan relaksasi dengan baik namun ada satu anggota yang masih belum bisa
berkonsentrasi. Dari hasil observasi ketika kegiatan berlangsung persentase
keberhasilan R1 adalah 70%, persentase keberhasilan R2 adalah 85%, R3 adalah
73%, R4 adalah 80% dan R5 adalah 55%. Secara keseluruhan sebanyak 40%
anggota melakukan relaksasi dengan baik.
6. Pertemuan keenam dilakukan pada tanggal 24 Maret 2012.
Kegiatan dalam pertemuan ini masih sama yaitu melakukan relaksasi
kembali. Anggota sudah bisa melakukan relaksasi dengan baik namun masih ada
satu anggota yang tampak tidak tenang dalam melakukan relaksasi. Dari hasil
observasi ketika kegiatan berlangsung persentase keberhasilan R1 adalah 75%,
�
�
��
�
R2 adalah 88%, R3 adalah 73%, R4 adalah 80% dan R5 adalah 58%. Secara
keseluruhan sebanyak 60% peserta melakukan relaksasi dengan baik.
7. Pertemun ketujuh dilakukan pada tanggal 31 Maret 2012.
Kegiatan yang dilakukan adalah kembali melakukan relaksasi. Dari hasil
observasi ketika kegiatan berlangsung persentase keberhasilan R1 adalah 85%,
R2 adalah 85%, R3 adalah 75%, R4 adalah 88% dan R5 adalah 65%. Secara
keseluruhan sebanyak 80% anggota melakukan relaksasi dengan baik.
8. Pertemuan kedelapan dilakukan pada tanggal 6 April 2012.
Kegiatan masih sama yaitu melakukan relaksasi kembali. Dari hasil
observasi ketika kegiatan berlangsung persentase keberhasilan pada saat relaksasi
R1 adalah 88, %, R2 adalah 90%, R3 adalah 78%, R4 adalah 88 % dan R5 adalah
69%. Secara keseluruhan sebanyak 80% anggota melakukan relaksasi dengan
baik.
9. Pertemuan kesembilan dilakukan pada tanggal 20 April 2012.
Kegiatan yang dilakukan adalah kembali melakukan relaksasi. Dari hasil
observasi ketika kegiatan berlangsung persentase keberhasilan R1 adalah 88%,
R2 adalah 90%, R3 adalah 80%, R4 adalah 90% dan R5 adalah 70%. Secara
keseluruhan sebanyak 80% anggota melakukan relaksasi dengan baik.
10. Pertemuan kesepuluh dilakukan pada tanggal 21 April 2012.
Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan relaksasi untuk yang terakhir
dan memberikan postes. Dari hasil observasi ketika kegiatan berlangsung
persentase keberhasilan R1 adalah 88%, R2 adalah 90%, R3 adalah 85%, R4
�
�
��
�
adalah 90% dan R5 adalah 73%. Secara keseluruhan di sesi terakhir relaksasi ini
sebanyak 80% anggota melakukan relaksasi dengan baik. Jadi disimpulkan
sebanyak 20% anggota atau sebanyak 1 anggota belum bisa melakukan relaksasi
dengan baik.
4.3 Analisis Data
Setelah dilakukan perlakuan pada kelompok eksperimen pada tanggal 2 Maret
sampai 21 April 2012 yang membahas tentang efektivitas latihan relaksasi dalam
pendekatan behavior untuk menurunkan kecemasan pada taekwondo-in Salatiga
menghadapi ujian kenaikan tingkat sebanyak 10 sesi. Kemudian diadakan posttest
untuk mengetahui penurunan kecemasan dalam menghadapi ujian kenaikan tingkat
dengan menyebarkan kembali skala kecemasan. Hasil analisis posttest dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3. Uji Mann Whitney ( U-Test) Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Ranks
klmpk N Mean Rank Sum of Ranks
kcmasan eksperimen 5 3.10 15.50
kontrol 5 7.90 39.50
Total 10
�
�
��
�
Test Statisticsb
kcmasan
Mann-Whitney U .500 Wilcoxon W 15.500 Z -2.514 Asymp. Sig. (2-tailed) .012 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: klmpk
Pada pengolahan hasil uji statistik terhadap hasil post test antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan teknik Mann Whitney nampak bahwa p =
0,012 < 0,050 dengan mean rank post test kelompok eksperimen adalah 3,10 dan
mean rank post test kelompok kontrol adalah 7,90. Selisih mean rank post test antara
kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 4,80, dengan demkian dapat diyatakan ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok yang diberi layanan konseling kelompok
latihan relaksasi dengan kelompok yang tidak diberi layanan.
Tabel 4.4. Uji Mann Whitney ( U-Test) Pretest dan Posttest
Kelompok Eksperimen
Ranks
grup N Mean Rank Sum of Ranks
cemasan pretest 5 8.00 40.00
posttest 5 3.00 15.00
Total 10
�
�
�
�
Test Statisticsb
cemasan
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: grup
Pada pengolahan hasil uji statistik terhadap hasil pre test dan post test
kelompok eksperimen dengan teknik Mann Whitney nampak bahwa p = 0,009 <
0,050 dengan mean rank pada pre test adalah 8,00. Sedangkan mean rank pada post
test adalah 3,00. Ada penurunan mean rank kelompok eksperimen sebesar 5,00,
dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengurangan yang signifikan
kelompok eksperimen dalam hal kecemasan menghadapi ujian kenaikan tingkat.
4.4 Uji Hipotesis
Pada pengolahan hasil uji beda post test kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol nampak p = 0,012 < 0,050 yang menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
antara kelompok yang diberi layanan konseling kelompok latihan relaksasi dengan
kelompok yang tidak diberi layanan. Sedangkan pada pengolahan data pre test dan
post test kelompok eksperimen diperoleh hasil selisih mean rank sebesar 5,00 dan p =
0,009 < 0,050 yang berarti ada pengurangan yang signifikan kelompok eksperimen
�
�
�
�
dalam hal kecemasan menghadapi ujian kenaikan tingkat
Dengan demikian hipotesis yang diajukan penulis bahwa ”Latihan relaksasi
dalam pendekatan behavior efektif untuk mengurangi kecemasan taekwondo-in
Salatiga sebelum menghadapi ujian kenaikan tingkat” dinyatakan diterima.
4.5 Pembahasan
Hasil post test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan
teknik Mann Whitney nampak bahwa p = 0,012 < 0,050 dengan mean rank post test
kelompok eksperimen adalah 3,10 dan mean rank post test kelompok kontrol adalah
7,90. Selisih mean rank post test antara kelompok eksperimen dan kontrol sebesar
4,80, dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang diberi
layanan konseling kelompok latihan relaksasi dengan kelompok yang tidak diberi
layanan.
Hasil pre test dan post test kelompok eksperimen dengan teknik Mann
Whitney nampak bahwa n mean rank pada pre test adalah 8,00 dan mean rank pada
post test adalah 3,00. Ada selisih mean rank kelompok eksperimen sebesar 5,00
dengan p = 0,009 < 0,050, sehingga ada pengurangan yang signifikan kelompok
eksperimen dalam hal kecemasan menghadapi ujian kenaikan tingkat.
Dilihat hasil pengisian daftar cek kecemasan pada postest, serta hasil
wawancara dengan anggota kelompok eksperimen menyatakan anggota Taekwondo
sudah tidak mengalami gejala-gejala kecemasan terhadap ujian kenaikan tingkat.
Sebelum diberi layanan dengan teknik relaksasi saat tes gejala fisik yang dialami
�
�
��
�
adalah jantung berdebar-debar, berkeringat, tegang, gugup, susah tidur. Sedangkan
gejala kognitif yang dirasakan adalah ragu-ragu dalam mengikuti ujian, takut jika
tidak lulus. Setelah diberi layanan dengan teknik relaksasi gejala-gejala tersebut
mulai berkurang. Secara fisik dampak yang dirasakan setelah mengikuti sesi latihan
relaksasi adalah badan lebih segar, tidur tenang, dan lebih santai. Dengan demikian,
hasil penelitian yang dilakukan penulis sesuai dengan penelitian yang dipaparkan
oleh Ghazalba (2009) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat
digunakan untuk menghilangkan kecemasan adalah adanya peregangan-peregangan
yang dapat membuat otot dan fikiran menjadi rileks, hal ini disebut dengan relaksasi.
Dari penelitian ini didapat hasil bahwa ada pengurangan kecemasan setelah atlet
karate melakukan relaksasi.
Benson (dalam Abimanyu, 1996) melaporkan hasil penelitian Porter dan
Peters terhadap 120 subjek yang dibagi ke dalam tiga kelompok, yakni kelompok
yang melakukan relaksasi dengan prosedur biasa, kelompok yang hanya diminta
relaks sejenak, serta kelompok yang sama sekali tidak melakukan relaksasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok yang melakukan relaksasi mengalami
penurunan tekanan darah dan bebas dari simptom-simptom kecemasan.
Relaksasi merupakan teknik yang dipakai untuk menyadari tegangan –
tegangan yang dirasakan pada saat proses kontraksi kemudian otot dilemaskan
kembali. Hal ini membuat subjek merasakan relaks dengan asumsi bahwa apabila otot
– otot relaks akan membantu mengurangi ketegangan kejiwaan. Subjek akan lebih
tenang dalam menghadapi kecemasan pada saat menghadapi ujian kenaikan tingkat.
�
�
��
�
Dengan demikian latihan relaksasi efektif untuk mengurangi kecemasan
anggota Taekwondo yang akan menghadapi ujian kenaikan tingkat. Selain itu
relaksasi yang telah dilakukan memberikan efek ketenangan kepada subjek penelitian
sehingga lebih tenang dalam menghadapi ujian.
�
�
�
�
�
�
�