BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.pdfKelompok A (usia 4-5 tahun), dan lima puluh empat anak di TK...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.pdfKelompok A (usia 4-5 tahun), dan lima puluh empat anak di TK...
61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil PAUD Tunas Kasih Magelang
PAUD Tunas Kasih, Magelang menjadi tempat penelitian
ini dilaksanakan, dan merupakan satu dari total tujuh puluh lima
taman kanak-kanak (TK) dan empat puluh sembilan kelompok
bermain (KB) yang ada di Kota Magelang (Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah, 2018). PAUD Tunas Kasih berada di
Kecamatan Magelang Tengah, di mana terdapat dua puluh tujuh
TK dan tujuh belas KB.
PAUD Tunas Kasih, Magelang bermula dengan pendirian
TK Tunas Kasih tahun 1945, kemudian program KB dibuka
tahun 2004. Mulai tahun 2017, program full day school (FDS)
dibuka untuk melayani kebutuhan orang tua yang ingin
menitipkan anaknya setelah kegiatan bermain dan belajar di
TK/KB selesai, atau pun bagi mereka yang masih belum
bersekolah. Secara struktur, baik program TK, KB maupun FDS
ada di bawah kepemimpinan satu kepala sekolah, dan kepala
sekolah bertanggung jawab kepada Manajemen Operasional
62
YPKI Magelang. Visi yang dimiliki PAUD Tunas Kasih adalah
menjadi komunitas pendidikan yang unggul dalam iman, ilmu
dan pelayanan berdasarkan nilai-nilai Kristiani.
Tahun Ajaran 2018/2019, PAUD Tunas Kasih menerima
total 103 anak, dengan pembagian tiga belas anak di program KB
(anak usia 3-4 tahun), tiga puluh enam anak di tingkat TK
Kelompok A (usia 4-5 tahun), dan lima puluh empat anak di TK
Kelompok B (usia 5-6 tahun). Terdapat sejumlah delapan guru, di
mana satu orang guru bertugas menjadi koordinator sekaligus
pengasuh program FDS, dua orang guru mengajar di KB dan lima
guru mengajar di kelompok TK, termasuk kepala sekolah.
Model pembelajaran yang digunakan di PAUD Tunas
Kasih adalah pembelajaran berbasis sentra, dengan ketersediaan
sentra balok, sentra bahan alam, sentra persiapan dan sentra seni,
menyesuaikan dengan kondisi bangunan dan lahan yang ada.
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian—berdasarkan wawancara, observasi, dan
studi dokumen—yang disajikan dibagi menjadi empat kelompok
63
evaluasi berdasarkan komponen model evaluasi CIPP, yaitu
context, input, process dan product.
1. Evaluasi Konteks
Konteks supervisi akademik berbicara mengenai
dasar-dasar pelaksanaan program tersebut, termasuk
kebutuhan, dasar aturan atau hukum. Selain itu,
pembahasan pemahaman kegiatan supervisi akademik itu
sendiri—termasuk tujuan, manfaat dan sasaran— serta
perencanaan program juga merupakan bagian dari evaluasi
konteks.
a. Pengertian dan Tujuan Supervisi
Kepala sekolah maupun para guru salah
memahami makna konsep supervisi akademik.
Selama ini, pengertian mereka terbatas pada teknik
observasi kelas yang dianggap sebagai satu-satunya
bentuk atau teknik supervisi akademik.
Kesalahpahaman ini juga mempengaruhi jawab-
jawaban wawancara yang diungkapkan kepala
sekolah maupun para guru, yang kembali membatasi
64
supervisi akademik hanya sebagai observasi kelas.
Observasi diadakan sebagai tuntutan kelengkapan
penilaian dan evaluasi pegawai. Akibatnya, supervisi
akademik dicirikan dengan pengamatan, evaluasi atau
penilaian yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan
fokus pada mengamati kekurangan dan kesalahan
guru dalam melaksanakan tugasnya.
“Supervisi itu penilaian cara mengajar, persiapan, rencana pembelajaran, materi, APE yang dipersiapkan. Saya diobservasi. (Wawancaran dengan Guru KY, 25 September 2018) “[Kepala Sekolah] mendatangi saya, mengamati, dan menilai.” (Wawancara dengan Guru IN, 25 September 2018) “Supervisi itu penilaian, Pak. Menilai cara mengajar saya, sampai atau tidak ke anak. Dulu pertama kali saya di sini, saya [merasa] kacau ketika pertama dengar kata supervisi. Nilai [evaluasi] saya di bawah.” (Wawancara dengan Guru MN, 23 Oktober 2018)
Namun demikian, kepala sekolah maupun para
guru mengungkapkan bahwa pada akhirnya, penilaian
atau pengamatan tersebut bermanfaat untuk perbaikan
atau peningkatan kinerja dan kualitas guru—dalam
hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan
65
pembelajaran, administrasi pendukung pembelajaran,
maupun secara pribadi.
“Supervisi bermanfaat supaya guru menjadi lebih baik lagi.” (Wawancara dengan Guru YS, 26 September 2018) “Dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan, kita bisa meningkatkan kinerja maupun kualitas [pembelajaran] dengan anak-anak.” (Wawancara dengan Guru LS, 28 September 2018)
Pendapat terhadap tujuan peningkatan mutu
tersebut juga dimaksudkan secara kolektif, tidak
hanya terhadap satu guru yang disupervisi saja,
karena kepala sekolah mendorong guru yang
disupervisi secara individu untuk membagikan hal
positif yang ada pada guru tersebut. Selain itu, karena
kondisi adanya dua guru yang bertugas di satu ruang,
observasi yang dilakukan terhadap guru juga
dianggap memberikan pengaruh terhadap guru lain
yang ada di kelas tersebut. Hal ini diungkapkan
kepala sekolah dan seorang guru dalam wawancara.
66
“Peningkatan cara mengajar, dan sebagainya. Berarti [supervisi berdampak pada] peningkatan kualitas pembelajaran. … Setelah masing-masing dievaluasi, kelebihan yang ditemukan di satu guru, dapat dijadikan pengalaman atau masukan untuk guru yang lain.” (Wawancara dengan Kepala Sekolah, 25 September 2018) “Ketika teman saya di[observasi], saya juga mengamati guru yang sedang mengajar. Itu melatih saya untuk mengembangkan diri, terutama cara mengajar ke anak-anak.” (Wawancara dengan Guru MN, 23 Oktober 2018)
Secara spesifik, para guru berpendapat bahwa
supervisi bertujuan meningkatkan pengetahuan atau
wawasan, mengembangkan keterampilan untuk
memvariasi metode belajar-mengajar, pengelolaan
kelas, strategi penanganan dan pendampingan anak
yang efektif, dan christian character building atau
penanaman nilai-nilai kristiani dalam pembelajaran.
“Supervisi itu bermanfaat karena ada masukan yang diberikan [terhadap proses pembelajaran] dan dapat saya praktekkan untuk kemudian hari.” (Wawancara seorang Guru KY, 25 September 2018)
67
“Dalam hal penanaman karakter, apalagi Tunas Kasih adalah sekolah Kristen, bahkan untuk menjelaskannya dalam kegiatan bermain. Pengamatan supervisor memberikan masukan kepada saya untuk penanaman karakter dalam pembelajaran.” (Wawancara dengan Guru MW, 28 September 2018)
Tujuan lain yang disebutkan oleh seorang guru
adalah untuk menyamakan persepsi antara kepala
sekolah dengan guru, baik secara individu maupun
secara kolektif, seperti diungkap dalam wawancara
dengan seorang guru.
“[Supervisi] menyamakan persepsi antara yang disupervisi dengan supervisor. Misal, ketika saya mengajak anak melukis lalu menempel, kemudian saya dievaluasi bagaimana kalau dibuat proyek berlanjut di area bermain yang berbeda.” (Wawancara dengan Guru MW, 28 September 2018)
Kesamaan persepsi ini mendukung pelaksanaan
dan perbaikan layanan pendidikan. Hal serupa
diungkapkan oleh guru lain ketika menyebutkan
adanya controlling dalam supervisi, baik dari
supervisor kepada guru maupun dari guru kepada
sesama rekan guru. Supervisi akademik memberikan
pengawasan dan kontrol yang lebih konsisten
68
terhadap kesepakatan maupun prosedur yang perlu
dilakukan oleh para guru.
b. Dasar Hukum atau Aturan
Kepala sekolah menyebutkan bahwa dasar
hukum atau aturan yang melatarbelakangi
dilaksanakannya supervisi pendidikan ada dari dinas
pendidikan. Kepala sekolah juga menyadari adanya
fungsi dan kompetensi supervisi dari tugas seorang
kepala sekolah, namun demikian kepala sekolah yang
bersangkutan belum mempelajari pedoman maupun
dokumen lebih rinci menjabarkan supervisi ataupun
supervisi akademik.
Secara interen, manajemen sekolah menuntut
diadakannya upaya pengembangan kualitas guru,
dengan beberapa teknik atau kegiatan yang
dilaksanakan, termasuk observasi kelas, penilaian
diri, pembinaan atau pelatihan bagi para kepala
sekolah maupun guru, dan rapat-rapat interen. Dalam
69
pengamatan terhadap Buku Peraturan Kepegawaian
YPKI Magelang, secara tertulis tidak disebutkan atau
disinggung adanya tuntutan pengembangan kinerja
dan kualitas pegawai maupun pembelajaran. Namun
demikian, dalam wawancara dengan perwakilan
manajemen operasional, disampaikan adanya tuntutan
untuk kepala sekolah melakukan observasi kelas dan
agar mereka memikirkan upaya dan kegiatan untuk
melaksanakan pengembangan kualitas guru.
c. Kebutuhan dan Kondisi
Terdapat beberapa kebutuhan di PAUD Tunas
Kasih yang mendorong perlunya supervisi akademik.
Pertama, kebutuhan terhadap peningkatan kualitas
pembelajaran paling banyak disebutkan. Kepala
sekolah mengungkapkan bahwa dalam hal
kompetensi mengajar, para guru dinilai masih setara:
tidak ada yang menonjol.
70
“Saya merasakan teman-teman guru itu setara. Dalam hal pengajaran, loh. Kalua hal-hal lain, ada yang menonjol, misal kreatifitas Guru LS, kecekatan Guru YS.” (Wawancara dengan Kepala Sekolah, 25 September 2018)
Namun demikian, kepala sekolah menyebutkan
adanya tuntutan untuk terus belajar dan meng-
upgrade diri dalam menghadapi perubahan dan
perkembangan zaman. Hal ini disetujui oleh para guru
dan disebutkan sebagai kebutuhan terhadap supervisi
akademik.
“Guru itu perlu selalu belajar, perlu terus memperbaiki diri dan mengikuti kemajuan zaman, mengupdate wawasan dan keterampilan. Kondisi anak tiap tahun juga berbeda, Pak. Misal saja dulu bisa pakai ancaman kepada siswa, sekarang tidak bisa atau tidak boleh.” (Wawancara dengan Guru LS, 28 September 2018).
Perubahan dan heterogenitas siswa setiap
tahunnya juga mendorong para guru untuk berubah.
Guru IN menyebutkan bahwa inovasi pembelajaran
itu perlu dan penting. Guru memiliki keterbatasan
dalam pemikiran dan ide, dan supervisi akademik
mendorong mereka berpikir inovatif. Ide mengenai
71
ragam kegiatan yang lebih menarik dan
menyenangkan menjadi kebutuhan bagi para guru.
“Anak-anak senang dengan hal-hal yang menarik. Kami ini kadang terbatas dalam memikirkan ide baru. Kruikulum dan sentra yang ada masih terus dikembangkan. Kami perlu melaksanakan sentra dengan maksimal dan perlu belajar dari sekolah lain. Pergi ke tempat lain selalu ada hal baru untuk dipelajari.” (Wawancara dengan Guru IN, 25 September 2018)
Guru lain menambahkan bahwa ada kebutuhan
pengembangan agar ada perubahan dan kemajuan
untuk menghindari stagnansi. Kemajuan dan
perkembangan guru ini nantinya diharapkan dapat
berdampak pada kualitas serta promosi sekolah, dan
akhirnya, mengakibatkan peningkatan jumlah siswa
yang masuk di PAUD Tunas Kasih. Pendapat tersebut
disampaikan oleh Guru YS dalam wawancara.
“Jangan stuck di [kondisi yang ada sekarang], dalam artiak perlu ada perubahan berdasarkan evaluasi atau supervisi. [Observasi] yang dilakukan digunakan untuk memberi evaluasi atau masukan buat perubahan. Perbaikan mutu guru kan berdampak pada intake siswa. Berdampak ke promosi siswa. Laku atau tidaknya sekolah ini.” (Wawancara dengan Guru YS, 26 September 2018
72
Seorang guru menyebutkan adanya kebutuhan
pengembangan kinerja yang didasarkan pada
ketidakkonsistenan mereka dalam menerapkan atau
melaksanakan prosedur atau hal yang sudah
disepakati bersama.
“Butuh pengembangan guru, karena kelemahan guru Tunas Kasih itu ketidakkonsistenan, misal menggunakan kalung dalam sentra [sudah disepakati], tapi kemudian dilupakan atau diabaikan. Nah, supervisi dan evaluasi mengingatkan kesepakatan ini agar kami konsisten dan berkomitmen dengan kesepakatan yang sudah diambil.” (Wawancara dengan Guru MW, 28 September 2018)
Supervisi akademik dinilai dapat menolong
mereka untuk mengawasi, mengontrol atau
mengingatkan kesepakatan tersebut, terutama yang
berlangsung atau memiliki dampak pada kegiatan
belajar-mengajar di kelas. Hal spesifik lain yang
disebutkan, dan menjadi contoh dari fungsi
pengawasan supervisi akademik adalah pemakaian
bahasa yang tepat.
73
“[Guru-guru] saling melengkapi dan saling mengingatkan, misal pemakaian bahasa. Saya sering diingatkan dan mengingatkan teman tentang bahasa yang saya pakai di depan anak-anak.” (Wawancara dengan Guru MN, 23 Oktober 2018)
Guru juga merasa kesulitan untuk mengelola
kelas dan menghadapi anak yang aktif maupun
hiperaktif. Tidak lupa, beberapa guru menyebutkan
adanya kebutuhan supervisi terhadap administrasi
pembelajaran yang menjadi tanggung jawab mereka.
Kondisi lain yang ada di PAUD Tunas Kasih
yang mendorong perlunya supervisi adalah masih
terdapat guru yang berasal dari latar belakang non-
PAUD. Guru MN yang berlatar belakang non-PAUD
menyatakan,
“Background saya dari teologi. Masuk Tunas Kasih, saya harus mengerti banyak hal tentang ke-TK-an. Saya harus terus belajar. [Kepala sekolah] memberi tahu apa yang masih harus ditambah.” (Wawancara dengan Guru MN, 23 Oktober 2018)
Sementara itu, rekan lain, Guru YS, juga mengamati
kebutuhan supervisi akademik untuk menolong rekan
non-PAUD.
74
“Ada teman yang belum berpendidikan S1 PAUD. Jadi supevisi bisa membantu dia untuk mengenal ke-TK-an.” (Wawancara dengan Guru YS, 26 September 2018)
Guru non-PAUD dapat memperlengkapi diri
dan didorong atau difasilitasi oleh supervisor untuk
mengembangkan diri, salah satunya dengan adanya
program supervisi akademik di PAUD Tunas Kasih,
Magelang.
2. Evaluasi Input
Evaluasi terhadap komponen input dari program
supervisi akademik di PAUD Tunas Kasih membahas
perencanaan program supervisi akademik—termasuk teknik
yang direncanakan, kesiapan dan keterampilan supervisor,
pendanaan, sarana prasarana yang mendukung, dan hal-hal
lain yang mendukung terlaksananya program supervisi
akademik.
a. Perencanaan dan Perancangan Program
Di awal tahun ajaran, seperti dijelaskan kepala
sekolah, PAUD Tunas Kasih melaksanakan
75
perencanaan dan perancangan program, termasuk
program supervisi akademik. Hampir semua guru
juga menceritakan hal yang sama.
Kepala sekolah menjelaskan rencana yang telah
disusun, kemudian guru diundang untuk memberikan
pendapat atau masukan terhadap rencana yang telah
disampaikan. Masukan atau usulan yang disampaikan
dapat berupa usulan ide kebutuhan yang diinginkan
atau usulan penjadwalan dan penyusunan waktu
pelaksanaan kegiatan. Seorang guru menjelaskan
bahwa dalam pelaksanaan teknik observasi kelas,
kepala sekolah menawarkan rencana jadwal observasi
kemudian meminta guru untuk melengkapi jadwal
tersebut, sesuai dengan jadwal dan materi mengajar.
“Ya, saya menyusun rencana dulu. Lalu saya minta pendapat guru-guru. Kalau mereka ada masukan, ya saya catat dan pertimbangkan.” (Wawancara dengan Kepala Sekolah, 25 September 2018)
76
“[Kepala Sekolah] menawarkan rencana atau jadwal observasi kelas, kemudian kami diminta menuliskan tanggal yang dipilih. Juga materi yang akan disampaikan di tanggal tersebut.” (Wawancara dengan Guru LS, 28 September 2018)
Dalam pengamatan terhadap dokumen program
kerja, rencana yang tertulis sebagai supervisi kelas
lebih merujuk pada teknik observasi guru, mengingat
kesalahpahaman yang ada. Namun demikian,
dokumen program kerja juga menyertakan beberapa
program kegiatan seperti rapat guru, kegiatan
peningkatan mutu guru dalam bentuk seminar dan
pelatihan, dan juga studi banding.
Dalam perencanaan program, kendala utama
yang dihadapi adalah penjadwalan. Kendala lain
berhubungan dengan perencanaan anggaran atau
budgetting. Perijinan atau persetujuan dari pihak
manajemen operasional YPKI Magelang juga
menjadi kendala dalam perencanaan. Hal ini
diungkapkan baik oleh guru maupun kepala sekolah.
77
“Kami perlu memikirkan anggaran dalam perencanaan program. Harus jelas alokasi dan plot anggarannya.” (Wawancara dengan Guru KY, 25 September 2018)
Terkadang sekolah dan manajemen operasional
memiliki persepsi dan tujuan yang berbeda terhadap
suatu program kegiatan, yang menyebabkan
kemungkinan kegiatan yang diusulkan tidak diterima
atau disetujui. Hal ini juga terjadi ketika mengajukan
proposal untuk kegiatan studi banding. Kendala lain
dalam perencanaan adalah kesulitan mencari pemateri
atau nara sumber untuk kegiatan seminar.
“Kami kesulitan mencari naras umber yang berkualifikasi baik. Seringnya mereka sibuk, jadi perlu menyesuaikan waktu mereka juga.” (Wawancara dengan Guru IN, 25 September 2018)
Teknik-teknik dan kegiatan yang direncanakan
untuk dilakukan antara lain,
1. Observasi Kelas, dilaksanakan empat kali
dalam satu tahun atau dua kali per semester,
untuk masing-masing guru.
78
2. Pelatihan, seminar dan lokakarya, dapat
dibagi berdasarkan pelaksana atau pihak
yang mengadakan, yaitu
a. Interen dalam PAUD Tunas Kasih,
sekali dalam setahun dengan waktu yang
belum ditetapkan sebelumnya dan
menyesuaikan kepadatan kegiatan.
Topik yang akan dibahas adalah
perencanaan kegiatan mengajar dan
metode Beyond Centre and Circle Time
(BCCT).
b. Interen dalam YPKI Magelang,
direncanakan berpartisipasi sebulan
sekali, mengikuti pembinaan jadwal dari
manajemen sekolah.
c. Kegiatan yang diadakan oleh pihak luar,
seperti dinas pendidikan dan institusi
lainnya, sehingga waktu pelaksanaan
kegiatan menyesuaikan. Ini juga
79
termasuk rencana partisipasi kepala-
sekolah dan guru dalam lomba atau
kompetisi untuk guru, untuk memacu
perkembangan kualitas guru.
3. Pertemuan dan partisipasi dalam Kelompok
Kerja Guru (KKG), Kelompok Kepala
Sekolah (KKS), Ikatan Guru TK Indonesia
(IGTKI), dan sejenisnya; waktu
menyesuaikan.
4. Kompetisi Guru Interen, direncanakan
diadakan sekali untuk memacu kreativitas
guru, dengan waktu ditetapkan selanjutnya,
menyesuaikan kelonggaran jadwal.
5. Studi Banding, direncanakan untuk
diadakan sekali dengan waktu
menyesuaikan.
Kegiatan-kegiatan lain, meski disebutkan
(dalam wawancara) oleh kepala sekolah maupun guru
akan direncanakan, namun tidak dijabarkan atau
80
dituliskan dalam dokumen program kerja sekolah.
Kegiatan-kegiatan tersebut—meliputi intervisitasi
(dan team-teaching), konferensi, learning resource
center, dan rapat-rapat.
b. Kesiapan SDM yang terlibat
Target dari program-program supervisi
akademik yang direncanakan di PAUD Tunas Kasih,
sesuai tujuan utamanya, adalah para guru. Mereka
mengungkapkan kesiapan untuk mengikuti kegiatan
yang telah dirancang.
Guru berpendapat bahwa kerja sama tim adalah
hal yang penting untuk mendukung supervisi
akademik secara spesifik, maupun peningkatan
kualitas layanan pendidikan sekolah. Beberapa guru
menyebutkan bahwa support dari rekan kerja itu
bermakna, dan mereka perlu saling memahami
kebutuhan, kekurangan, dan keadaan yang ada.
Dukungan yang diberikan juga dapat dilakukan
81
dengan saling mengingatkan ketika ada rencana atau
tugas yang perlu dilaksanakan, saling konsultasi, dan
perlu adanya keterbukaan untuk saling memberi
masukan. Keterbukaan dalam komunikasi diperlukan.
“Support dari teman, mendoakan, membantu menyiapkan, saling mengingatkan. Juga saling konsultasi, berbicara dengan terbuka jika ada masalah. Selama ini tidak ada kendala atau konflik yang mengganggu. Kalau pun ada masalah ya perlu dibicarakan dengan segera. Disampaikan dengan baik dan terbuka.” (Wawancara dengan Guru YS, 26 September 2018)
Kepala sekolah pernah mengikuti pelatihan bagi
kepala sekolah yang diadakan interen oleh
manajemen operasional dalam hal supervisi
pembelajaran, namun tidak berkala. Hal ini
dikonfirmasi oleh staff manajemen sekolah, bahwa
pernah diadakan pelatihan supervisi akademik secara
interen untuk sekolah-sekolah YPKI Magelang.
Kepala sekolah juga mengikuti kegiatan kelompok
kerja guru maupun kelompok kepala sekolah PAUD
dan pelatihan atau seminar kepala sekolah dari dinas,
82
namun tidak secara spesifik membahas supervisi
pembelajaran
“Saya membaca buku, mengikuti pelatihan yang diadakan di dinas. Sekarang ada KKG Kepala Sekolah TK. Topik yang dibahas sesuai kebutuhan, tapi tentang supervisi sendiri belum ada pelatihan.” (Wawancara dengan Kepala Sekolah, 25 September 2018)
Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai
supervisor, kepala sekolah memiliki peran dalam
memfasilitasi kegiatan belajar para guru. Kepala
sekolah yang mengambil inisiatif mula-mula untuk
merencanakan, merancang, melaksanakan, dan
mengontrol pelaksanaan, sampai kepada
mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan. Kepala
sekolah juga berperan sebagai penghubung antar
sekolah/guru dengan pihak manajemen sekolah
maupun pihak kedinasan dan instansi luar lain, dalam
hal-hal yang berhubungan dengan program supervisi
akademik.
Berhubungan dengan teknik seminar atau
pelatihan, pemateri yang memiliki kapasitas,
83
pengalaman dan keahlian di bidang atau topik tertentu
mendukung terlaksananya kegiatan dengan lebih baik.
“Pemateri yang handal dan memang ahli di bidangnya perlu dipilih supaya seminarnya memang bermanfaat.” (Wawancara dengan Guru LS, 28 September 2018)
Pemilihan pemateri atau nara sumber yang
memang sesuai keahlian atau bidangnya menjadi
faktor SDM yang dipertimbangkan dalam tahap
perencanaan program.
c. Pendanaan
Berbicara mengenai pendanaan, kepala sekolah
menyampaikan bahwa budget yang direncanakan
dapat melibatkan sumber dana dari yayasan atau
sekolah maupun dari dinas (berbentuk dana bantuan
operasional). Dalam pengamatan terhadap dokumen
program kerja sekolah, ditemui juga adanya rencana
budget untuk kegiatan-kegiatan dalam lingkup
supervisi akademik.
84
Ada guru yang menyebutkan bahwa ada
rencana terhadap pendanaan pribadi, seperti
terungkap dalam wawancara berikut,
“Harusnya pendidik ada kesadaran untuk meningkatkan diri, termasuk untuk mendukung secara dana. Ikut seminar, kuliah lagi. Perlu kerelaan pribadi untuk mengeluarkan biaya mengikuti seminar kalau dibutuhkan.” (Wawancara dengan Guru YS, 26 September 2018)
Guru YS telah berupaya lebih proaktif untuk
mengikutsertakan diri dalam kegiatan pengembangan
kualitas seperti seminar atau pelatihan. Guru tersebut
kemudian berharap bahwa rekan yang lain juga
memiliki inisiatif untuk rela membiayai diri dalam
mengikuti kegiatan pengembangan diri.
d. Sarana-Prasarana yang Mendukung
Sarana-prasarana yang digunakan dan
mendukung supervisi akademik memasukkan fasilitas
yang tersedia di PAUD Tunas Kasih, antara lain
LCD, media pembelajaran atau alat permainan
edukatif dalam kelas, dan perlengkapan-perlengkapan
85
dalam kelas atau yang tersedia di sekolah. Guru
menyebutkan bahwa sarana-prasarana yang ada sudah
cukup dan selama mendukung program supervisi
akademik. Jika ada prasarana tambahan yang
dibutuhkan, mereka juga rela untuk mengupayakan
sendiri, terkhusus untuk mendukung kegiatan
observasi dalam kelas di mana para guru perlu
mempersiapkan alat peraga atau bahan penunjang
pembelajaran.
“[Sarana prasarana yang ada] sudah cukup baik. Saya memakai fasilitas yang ada di sekolah. Saya memanfaatkan yang sudah ada, misal pengadaan peraga untuk menunjang kegiatan observasi.” (Wawancara dengan Guru MW, 28 September 2018) “Saya memakai laptop dan LCD, misal saat saya presentasi hasil setelah mengikuti pelatihan.” (Wawancara dengan Guru KY, 25 September 2018) “Sekarang mengusahakan bahan yang bisa dipakai, bahan bekas, dan lainnya untuk menunjang observasi kelas. Harus mempersiapkan sendiri.” (Wawancara dengan Guru MN, 23 Oktober 2018)
Buku-buku referensi yang menunjang
pengembangan wawasan dan keterampilan juga
86
disediakan di PAUD Tunas Kasih. Kepala sekolah
menyusun rencana pengadaan dengan masukan dari
para guru. Sumber bacaan online dapat diakses
namun masih terbatas, karena keterbatasan akses
internet dan hanya tersedia sebuah portable modem.
Para guru memanfaatkan fitur tethering dari ponsel
pribadi. Selain itu, hanya tersedia satu unit computer
sekolah, jadi para guru memanfaatkan laptop pribadi
atau melanjutkan pekerjaan di rumah. Seorang guru
berpendapat perlunya ada niat pribadi untuk
memanfaatkan sarana prasarana dan sumber daya
yang telah tersedia.
“Buku-buku referensi, lebih banyak disediakan kepala sekolah.” (Wawancara dengan Guru IN, 25 September 2018)
“Ya, kadang perlu rela pakai koneksi sendiri. Pakai kuota sendiri, supaya bisa akses internet.” (Wawancara dengan Guru YS, 26 September 2018)
“Cuma ada satu komputer, Pak. Bisa saja saya melanjutkan pekerjaan di rumah.” (Wawancara dengan Guru KY, 25 September 2018)
87
Tabel 8 merangkum perencanaan terhadap kegiatan-
kegiatan dalam program supervisi akademik di PAUD
Tunas Kasih, beserta SDM yang terlibat, pendanaan dan
sarana-prasarana yang mendukung.
3. Evaluasi Proses
Komponen evaluasi terhadap proses dari program
supervisi akademik di PAUD Tunas Kasih membahas
teknik-teknik supervisi akademik yang dilaksanakan,
kesiapan dan keterlibatan para guru, dokumentasi, peran
supervisor, dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
kegiatan program supervisi akademik.
a. Teknik-Tenik yang Dilaksanakan
Program supervisi akademik di PAUD Tunas
Kasih telah dilaksanakan tahun pelajaran 2017/2018
dengan beberapa teknik atau bentuk kegiatan.
88
Tabel 8. Rencana Kegiatan-Kegiatan Supervisi Akademik di PAUD Tunas Kasih, Magelang
No Teknik/Kegiatan SDM yang
terlibat Pendanaan Sarana-Prasarana Rencana Jadwal/ Mekanisme A
1 Observasi Kelas KS dan Guru 0 Instrumen observasi kelas, alat peraga, ATK
4 kali dalam satu tahun (2 kali per semester)
2 Pelatihan, Seminar, atau Lokakarya a. Intern PAUD Tunas Kasih KS dan Guru Intern/SPP LCD Proyektor dan
layer, ruang kelas, ATK
1 kali dalam setahun, waktu menyesuaikan
b. Intern YPKI Magelang KS dan Guru 0 1 bulan sekali, waktu menyesuaikan
c. Partisipasi Kegiatan Luar, termasuk lomba guru
KS dan Guru Intern/SPP ATK Menyesuaikan undangan/ informasi
3 Pertemuan KKG, KKS, IGTKI, dll KS dan Guru Intern/SPP ATK 1 kali sebulan 4 Kompetisi Guru Intern Intern/SPP Menyesuaikan 5 Studi Banding KS dan Guru Intern/SPP Transportasi Menyesuaikan
1 Intervisitasi/ Team-Teaching Guru 0 2 Konferensi KS dan Guru 0 ATK 3 Learning Resource Centre KS dan Guru 0 Buku referensi 4 Rapat KS dan Guru 0 ATK
89
Observasi kelas. Dilaksanakan empat kali
dalam setahun sesuai dengan rencana, dengan
pemberitahuan sebelumnya (announced). Ada guru
yang mengungkapkan perlunya observasi tanpa
pemberitahuan (unannounced). Ketika observasi
dilaksanakan dengan pemberitahuan, hasil observasi
bisa saja menjadi tidak riil karena guru berupaya
maksimal untuk mempersiapkan dan menampilkan
yang terbaik. Observasi yang tidak terjadwal
memberikan gambaran keadaan dan kenyataan yang
lebih otentik, sesuai dengan keseharian yang terjadi di
kelas. Mengenai observasi tidak terjadwal, seorang
guru mengungkapkan keinginan terhadap teknik
tersebut.
“[Kepala Sekolah] butuh mengobservasi guru tanpa sepengetahuan guru, karena ketika [observasi] terjadwal biasanya kondisinya sudah tidak riil. Dengan tidak terjadwal, yang diamati lebih otentik. Seusai apa adanya.” (Wawancara dengan Guru MW, 28 September 2018)
Dalam melaksanakan observasi, kepala sekolah
atau supervisor memiliki instrumen observasi yang
90
dipersiapkan interen, meskipun ada panduan
instrumen dari manajemen operasional, di mana
instrumen yang sudah disesuaikan tersebut
menyesuaikan kondisi yang teramati di kelas.
Pelatihan, workshop dan seminar. Kegiatan ini
diadakan secara interen—dalam lokal PAUD Tunas
Kasih maupun dalam lingkup sekolah-sekolah YPKI
Magelang—maupun eksteren—oleh dinas pendidikan
atau instansi lain.
Secara interen, PAUD Tunas Kasih
melaksanakan sekali pelatihan yang membahas
metode sentra dan penyusunan tema-tema belajar.
Seminar interen dalam lingkup YPKI Magelang
membahas pembinaan kerohanian maupun skill dan
wawasan yang berhubungan dengan pendidikan.
Semula direncanakan sebulan sekali, kegiatan ini
hanya terlaksana bulan Agustus dan September 2017
serta Februari dan April 2018.
91
Untuk kegiatan-kegiatan dari penyelenggara
luar, termasuk kompetisi guru, terdapat total sembilan
kegiatan atau pelatihan yang diikuti oleh guru atau
kepala sekolah PAUD Tunas Kasih, termasuk empat
kegiatan lomba. Guru-guru yang diutus untuk
mengikuti kegiatan ini umumnya dipilih berdasarkan
giliran. Untuk beberapa seminar atau lomba tertentu,
kepala sekolah memilih guru berdasarkan kebutuhan
atau bidang yang diampu guru.
“Seperti kemarin seminar ke Jakarta, karena tentang penggembalaan anak, jadi saya utus Bu IN. Kemudian besok ini, saya utus Bu MN, karena beliau belum PAUD, jadi supaya dilatih.” (Wawancara dengan Kepala Sekolah, 25 September 2018)
“Saya diutus [Kepala Sekolah] untuk ikut lomba bercerita berbahasa Jawa. Saya dalam persiapannya minta tolong teman-teman untuk menjadi pendengar dan memberi evaluasi.” (Wawancara dengan Guru KY, 25 September 2018)
Guru yang diutus mengikuti kegiatan pelatihan,
seminar dan sejenisnya memiliki tanggung jawab
untuk menyusun laporan tertulis dan membagikan
92
informasi yang telah diterima kepada rekan-rekan
yang lain.
Pertemuan Kelompok Guru. Beberapa jenis
kelompok atau forum guru yang dilaksanakan dan
diikuti oleh PAUD Tunas Kasih, antara lain
Kelompok Kerja Guru (KKG), Kelompok Kepala
Sekolah (KKS), dan Ikatan Guru TK Indonesia
(IGKTI).
Pertemuan-pertemuan tersebut dihadiri sesuai
undangan yang diterima, namun tidak semua guru
hadir. Mereka bergiliran menghadiri KKG, sesuai
himbauan dari manajemen operasional, agar tidak
mengganggu pembelajaran. Guru yang mewakili
PAUD Tunas Kasih kemudian bertanggung jawab
untuk membagikan informasi maupun wawasan yang
diterima dari KKG yang telah diikutinya.
Selain itu, beberapa guru juga pernah
berkesempatan untuk berpartisipasi sebagai pemateri
dalam pertemuan KKG. Sebagai pemateri, guru yang
93
bersangkutan dapat menyampaikan pengalaman (best
practice) maupun materi sesuai pilihan atau
kebutuhan yang ada, seperti persiapan akreditasi.
Intervisitasi. Intervisitasi, dan team-teaching,
terlaksana dan memberikan kesempatan bagi para
guru untuk saling mengamati.
“Sesama teman [yang ada di dalam kelas yang sama] diijinkan belajar untuk saling mengamati.” (Wawancara dengan Guru LS, 28 September 2018)
Namun demikian, karena kondisi dan metode
pembelajaran yang digunakan (metode sentra),
intervisitasi antar guru dari kelompok usia anak yang
berbeda tidak dapat dilaksanakan.
Intervisitasi juga mendorong terjadinya diskusi
atau percakapan antar guru dalam kelompok team-
teaching yang dilakukan secara informal, seperti
diceritakan dalam wawancara berikut,
“Sharing dengan [rekan sekelas] saya, dalam suasana santai. Teman guru bisa bertanya tentang kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi. Saya menjawab atau menjelaskan yang saya bisa, dan saya sendiri sangat mau untuk berbagi pengetahuan dan banyak hal lain.” Wawancara dengan Guru LS, 28 September 2018.
94
Konferensi. Teknik ini dilaksanakan utamanya
sebelum dan setelah observasi. Selain berhubungan
dengan observasi kelas, studi dokumen menemukan
adanya konferensi sebagai bagian dari evaluasi
tahunan guru-guru. Kepala sekolah juga menceritakan
kegiatan tersebut. Kepala sekolah menambahkan
bahwa konferensi juga dilakukan dengan beberapa
guru, yang dipilih sehubungan dengan tugas atau
tanggung jawab spesifik yang akan diampu. Tugas
tersebut antara lain tugas pendampingan anak usia
tertentu, tanggung jawab pengembangan program
kerohanian, maupun tugas kepanitiaan. Hal tersebut
diungkapkan dalam wawancara sebagai berikut,
“Saya ajak bicara guru berhubungan dengan tugasnya. Kemudian misal besok, saya diskusi dengan Guru MN dan Guru IN, untuk bahas tentang program kerohanian. Kami perlu duduk bersama.” (Wawancara dengan Kepala Sekolah, 25 September 2018)
Learning resource centre. Pusat belajar para
guru secara interen didapatkan melalui buku-buku
yang tersedia dan menunjang peningkatan kegiatan
95
pembelajaran. Hal ini teramati dalam observasi yang
dilakukan peneliti. Selain itu, PAUD Tunas Kasih
juga pernah menjadi sumber belajar bagi instansi lain,
baik secara kelompok maupun individu, di mana
sekolah lain berkunjung ke PAUD Tunas Kasih untuk
mempelajari hal-hal yang telah diterapkan di sekolah
tersebut. Dengan kata lain, PAUD Tunas Kasih
menjadi target studi banding sekolah lain.
Rapat. Kegiatan rapat terkendala dengan
ketersediaan waktu. Selepas kegiatan belajar-
mengajar, terdapat guru yang bergiliran bertugas di
program full day school. Selain itu kesibukan dan
padatnya kegiatan mengakibatkan rapat guru tidak
diadakan dengan rutin.
Kepala sekolah menyampaikan bahwa dalam
kondisi tertentu, berdasarkan kebutuhan yang urgen,
dimungkinkan untuk merencanakan atau
menjadwalkan rapat formal. Penjadwalan ini bersifat
fleksibel dan menyesuaikan prioritas topik atau
96
kebutuhan yang ingin dibahas atau dikoordinasikan.
Rapat-rapat ini terkhusus yang berhubungan dengan
persiapan kegiatan maupun penyampaian informasi
yang berdampak secara kolektif dan butuh perhatian
khusus dari para guru maupun memakan waktu lebih.
Kepala sekolah menyebutkan contoh penyampaian
materi seminar topik kesehatan jiwa anak yang
pernah diikuti, yang kemudian membutuhkan
penjadwalan rapat khusus untuk mensosialisasikan
hasil seminar tersebut.
Selain rapat guru yang terjadwal dan formal,
setiap pagi, para guru bersama kepala sekolah dan
staff tata usaha melaksanakan briefing pagi dengan
rutin. Briefing pagi ini diawali dengan doa dan
pembacaan artikel rohani singkat (saat teduh),
kemudian dilanjutkan dengan rapat atau pembahasan
singkat terhadap topik tertentu. Beberapa guru
mengevaluasi bahwa materi yang disampaikan dalam
briefing pagi ini sebagian besar masih bersifat
97
informatif. Hal ini dipahami karena keterbatasan
waktu di pagi hari. Briefing ini juga dirasa terburu-
buru, sehingga kurang efektif untuk membahas hal-
hal yang membutuhkan diskusi lebih lanjut, termasuk
hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran atau
permasalahan yang dihadapi dalam penanganan anak.
“Dengan penerapan sentra, tidak memungkinkan [rapat] rutin. [Rapat] setelah renungan pagi tidak efekti, karena buru-buru, Pak.” (Wawancara dengan Guru KY, 25 September 2018)
Kesempatan rutin untuk berkomunikasi dan
berdiskusi secara kelompok dimungkinkan dalam
waktu istirahat siang. Para guru berkumpul dalam
suasana yang santai, sembari menikmati makan siang
dan beristirahat. Mereka berbagi informasi dan ide
maupun berkoodinasi di siang hari, selepas kegiatan
bermain dan belajar bersama anak-anak. Beberapa
guru mengungkapkan bahwa suasana santai ini
mendorong adanya keterbukaan dan percakapan yang
lebih nyaman dibandingkan dengan rapat formal.
Dalam kesempatan diskusi santai ini, guru juga dapat
98
membahas permasalahan yang baru saja dihadapi di
dalam kelas, dibandingkan dengan menunggu rencana
atau jadwal rapat yang lebih formal.
“Pas makan, istirahat siang, tadi [pagi] ada cerita tentang apa, teman-teman menanggapi di situ langsung. Tidak usah menunggu waktu [khusus/terjadwal].” (Wawancara dengan Kepala Sekolah, 25 September 2018)
Teknik supervisi akademik yang semula
direncanakan namun tidak terlaksana adalah
kompetisi guru interen dan studi banding. Kesibukan
kegiatan mengakibatkan kedua kegiatan tersebut tidak
terlaksana.
b. Kendala dalam Pelaksanaan
Beberapa guru menceritakan bahwa sering
terjadi kendala berhubungan dengan waktu
pelaksanaan kegiatan-kegiatan supervisi akademik
yang telah direncanakan. Hal ini terutama pada
kegiatan-kegiatan yang bertabrakan dan ada di luar
kendali sekolah, missal kegiatan atau undangan dari
99
dinas pendidikan atau instansi lain di luar sekolah.
Menghadapi kendala ini, kepala sekolah memikirkan
dan menetapkan prioritas yang lebih didahulukan,
kemudian menjadi pengambil keputusan.
Terhadap kegiatan interen lain yang dirasa
genting dan penting dalam sekolah maupun dalam
YPKI Magelang, kegiatan supervisi akademik yang
semula telah terencana beberapa kali perlu
disesuaikan waktu atau jadwal pelaksanaannya.
Selain itu, secara spesifik untuk pelaksanaan teknik
pelatihan yang dilaksanakan interen di PAUD Tunas
Kasih, ada penyesuaian untuk waktu pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan ketersediaan waktu dari
pemateri, tetapi hal ini tidak dianggap mengganggu
atau memberatkan. Perubahan atau penyesuaian
waktu pelaksanaan ini diusahakan agar tidak
mengganggu proses belajar mengajar bersama para
murid.
100
Kendala berhubungan dengan perijinan dan
persetujuan dari pihak manajemen sekolah juga
dialami dalam partisipasi atau keterlibatan dalam
kegiatan seminar atau pelatihan guru. Kepala sekolah
menyampaikan bahwa dalam beberapa kali
merencanakan untuk mengutus guru mengikuti
pelatihan, pihak manajemen dapat tidak menyetujui
usulan. Kepala sekolah kemudian menangani kendala
ini dengan memutuskan secara mandiri untuk
pengutusan guru dalam mengikuti seminar atau
pelatihan, tanpa mengajukan permohonan atau
persetujuan dari pihak manajemen, dengan
pertimbangan guru yang diutus tidak meninggalkan
tugas mengajar.
Kendala lain datang dari pribadi guru: rasa
malas, capai, dan tidak fokus untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan dalam program supervisi akademik.
Beberapa guru menyebutkan pengamatan bahwa ada
guru yang masih kurang memiliki inisiatif untuk
101
meningkatkan diri. Kepala sekolah juga
menyampaikan bahwa para guru juga belum
melakukan praktik penyusunan PTK, meskipun sudah
mengikuti pelatihan topik tersebut. Hal ini dijelaskan
karena faktor kekurangtahuan dalam penyusunan
PTK maupun kesibukan guru. Kepala sekolah
maupun rekan guru lain memiliki peran untuk
mengingatkan dan memberikan dukungan, agar guru
lebih aktif atau bersemangat untuk memacu diri.
“Ketika malas, atau mood-nya tidak baik, ya jadi tidak semangat. Tapi lebih karena faktor luar dan suasana hati yang tidak menyenangkan.” (Wawancara dengan guru YS, 26 September 2018) Berhubungan dengan sarana prasarana,
keterbatasan internet dan peralatan komputer dan
printer (hanya ada satu di masing-masing unit TK dan
KB) menjadi kendala dalam pelaksanaan supervisi
akademik, seperti telah disebutkan sebelumnya di
bagian Evaluasi Input. Keterbatasan ini cukup
memperlambat kinerja guru—seperti menyusun
102
laporan, mencetak administrasi pembelajaran,
membuat alat peraga edukasi, meskipun ada upaya
guru untuk mengerjakan pekerjaan menggunakan
laptop pribadi ataupun mengerjakan tugas-tugas
tersebut di rumah.
c. Keterlibatan Kepala Sekolah dan Guru
Secara umum, guru menilai kepala sekolah
sudah cukup baik dan tegas dalam melasakanakan
fungsinya sebagai supervisor. Supervisor berperan
sebagai inisiator, baik dalam merencanakan,
mengawal, melaksanakan, dan bertanggung jawab
terhadap suatu kegiatan.
Kepala sekolah sudah berupaya untuk
mendorong para guru untuk mau maju dan berani
berubah. Hal ini teramati salah satunya dalam rapat
koordinasi yang dilaksanakan kepala sekolah bersama
dengan para guru. Kepala sekolah memberikan
support bagi para guru untuk tidak takut menghadapi
103
hal baru dan perubahan. Seorang guru senior
menambahkan opini bahwa supervisor sudah tegas
dalam menegur, jika memang ada kesalahan, namun
tetap memberikan dukungan untuk memperbaiki
kesalahan.
“[Kepala sekolah] sudah baik dan tegas. Beliau menegur dan mengingatkan. Juga mendorong kami untuk lebih maju atau berani berubah. Saya sudah merasakan sendiri. Mengalami sendiri [ditegur kepala sekolah].” (Wawancara dengan Guru LS, 28 September 2018) Hal positif lain yang dirasakan guru adalah
adanya dorongan untuk terus meningkatkan
kemandirian dan diberikan kebebeasan kebebasan
untuk mengembangkan ide-ide kreatif dalam
pembelajaran. Hal ini juga terucap dalam wawancara
dengan kepala sekolah: ada pengalaman kepala
sekolah mendorong guru, yang telah memikirkan
ragam metode pembelajaran yang kreatif dan dinilai
bermanfaat, untuk membagikan ide tersebut dengan
rekan-rekan yang lain.
104
Ketika diperlukan, kepala sekolah beberapa kali
melakukan delegasi kepada beberapa guru senior.
Guru senior yang ditunjuk diberi kesempatan untuk
membina atau mendampingi rekan guru lain, misal
ketika ada guru yang akan maju lomba. Delegasi juga
diberikan kepada guru yang dipandang mampu untuk
melaksanakan tanggung jawab memimpin
kepanitiaan.
Seorang guru menyebutkan bahwa dalam
melaksanakan konferensi, kepala sekolah masih
memberikan informasi dan masukan yang lebih
berhubungan dengan administrasi. Ada harapan
bahwa kepala sekolah memberi input atau wawasan
yang berhubungan dengan pengembangan kualitas
pembelajaran. Selain itu, guru yang bersangkutan
juga berpendapat bahwa supervisor sering memiliki
atau menyampaikan ekspektasi yang belum cukup
jelas yang diminta kepada guru.
“Menurut saya masih bersifat informasi. Memang kami diberi kebebasan dan kemandirian. Itu hal
105
yang positif. Tapi karang kami bingung karena ekspektasinya belum jelas.” (Wawancara dengan Guru MW, 28 September 2018) Para guru terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
supervisi akademik. Seorang guru berpendapat bahwa
secara pribadi guru harus bertanggung jawab dan
mempersiapkan diri. Secara spesifik dalam persiapan
diri mereka untuk diobservasi, beberapa guru
menyampaikan bahwa mengatur prioritas menjadi hal
yang penting.
“Kadang ada tabrakan tugas, terutama kalau tugas dari dinas atau dari luar sekolah. Kita perlu memikirkan prioritas, mendahulukan mana yang harus diikuti.” (Wawancara dengan Guru LS, 28 September 2018) Selain itu, koordinasi berperan penting, baik
yang dilakukan antar pimpinan dengan guru maupun
antar sesama rekan guru. Partisipasi yang aktif juga
muncul dari para guru ketika terlibat beberapa teknik
supervisi akademik, termasuk konferensi, rapat guru
dan seminar, dialog dan komunikasi antar guru juga
teramati, termasuk yang berhubungan dengan
pembahasan kegiatan pembelajaran. Di dalam teknik
106
rapat, kepala sekolah sebagai pimpinan rapat
memberikan kesempatan bagi para guru untuk
memberikan masukan atau tanggapan dalam diskusi
yang berlangsung. Beberapa guru aktif menanyakan
atau menyampaikan kebutuhan mereka.
Keterlibatan lain dari para guru adalah menjadi
utusan seminar atau pelatihan, seperti telah
disinggung dalam teknik lokakarya atau seminar.
Ketika guru mengikuti atau diutus untuk hadir dalam
seminar atau pelatihan, guru ybs. bertanggung jawab
menyusun laporan dan membagikannya kepada rekan
guru yang lain, baik dalam pertemuan rapat formal
maupun diskusi nonformal. Pembahasan terhadap
informasi atau materi yang didapat dari seminar
dilakukan untuk kemudian mendiskusikan hal atau
ide mana yang dapat diadaptasi dan diterapkan di
PAUD Tunas Kasih. Seorang guru senior juga
menyebutkan pernah diutus untuk membagikan hasil
107
karya atau best practice dalam KKG, selain diutus
juga untuk mengikuti lomba guru berprestasi.
“Saya pernah diutus untuk ikut seminar waktu itu di dinas pendidikan, dan saya malah diminta untuk share best practice atau hasil karya saya. … Saya juga diutus untuk ikut lomba guru berprestasi, mewakili Kecamatan Magelang Tengah.” (Wawancara dengan Guru LS, 28 September 2018) Keterlibatan guru selain sebagai peserta juga
dalam membagikan informasi, wawasan maupun
keterampilan dengan sesama rekan guru. Sharing
wawasan dan keterampilan ini umumnya
dilaksanakan dalam pertemuan nonformal di siang
hari, seperti telah dibahas sebelumnya dalam
pelaksanaan teknik rapat.
d. Dokumentasi Kegiatan
Kepala sekolah menyebutkan bahwa dalam
kegiatan-kegiatan sekolah yang membutuhkan
pendokumentasian catatan atau notula, staff tata
usaha bertuga menyusun notula tersebut, termasuk
untuk kegiatan rapat dan seminar atau pelatihan.
108
Kepala sekolah memiliki buku sendiri yang
digunakan untuk mencatat hal-hal yang ingin
disampaikan dalam rapat atau briefing pagi, termasuk
mencatat informasi-informasi penting yang didapat
kepala sekolah dalam rapat atau pelatihan/seminar
yang dia ikuti baik dari manajemen operasional
maupun dari kedinasan dan instansi luar lain.
Masing-masing guru memiliki buku catatan dan
secara aktif melakukan pencatatan informasi penting
yang disampaikan dalam rapat, konferensi, atau
seminar/pelatihan yang diikuti; beberapa memisahkan
buku catatan rapat dengan buku catatan materi
seminar/pelatihan.
“Saya nulis, Pak, punya buku sendiri untuk mencatat. Kita rapat, juga punya buku rapat sendiri. Jadi setiap ada kegiatan, pasti kita catat.” Wawancara dengan Guru MN, 23 Oktober 2018. Hasil pelatihan/seminar yang diikuti guru
dilaporkan dalam bentuk laporan tertulis dan secara
lisan disampaikan kepada rekan guru dan kepala
sekolah dalam forum briefing atau diskusi informal.
109
Namun demikian, pendokumentasikan atau
pencatatan informasi diskusi informal di siang hari
tidak dilakukan sama sekali.
Foto-foto dokumentasi dilakukan secara
pribadi, dan belum terdokumentasi dengan rutin atau
rapi oleh sekolah. Guru senior yang telah memiliki
sertifikasi guru merasakan perlu mendokumentasikan
undangan seminar dan kegiatan sejenis, sebagai
pelengkap administrasi dokumen untuk menunjang
sertifikasi.
Dalam teknik observasi kelas, kepala sekolah
bertanggung jawab membuat laporan. Lembar
penilaian observasi, yang ditandatangani oleh guru
yang diobservasi dan kepala sekolah,
didokumentasikan. Setelah itu, dengan bantuan staff
tata usaha, kepala sekolah menyusun laporan
pelaksanaan observasi untuk diserahkan kepada
manajemen operasional. Hal ini dikonfirmasi staff
manajemen sekolah dan nampak bukti dokumentasi
110
laporan observasi yang dikumpulkan oleh kepala
sekolah.
Tabel 9 merangkum temuan pelaksanaan teknik-
teknik supervisi akademik di PAUD Tunas Kasih.
111
Tabel 9. Pelaksanaan Program Supervisi Akademik No Teknik/Kegiatan Rencana Jadwal/ Mekanisme Realisasi/Pelaksanaan
Teknik atau Kegiatan yang Tertulis dalam Buku Program Kerja PAUD Tunas Kasih, Magelang 1 Observasi Kelas 4 kali dalam satu tahun
(2 kali per semester) September 2017, November 2017, Maret 2018, Mei 2018
2 Pelatihan, Seminar, atau Lokakarya
d. Intern PAUD Tunas Kasih
1 kali dalam setahun, waktu menyesuaikan
Februari 2018
e. Intern YPKI Magelang 1 bulan sekali, waktu menyesuaikan
2017: Agustus, September 2018: Februari, April
f. Partisipasi Kegiatan Luar, termasuk lomba guru
Menyesuaikan undangan/ informasi
1. Parenting Education dari Dinas Pendidikan, Juli 2017 2. Pretes Guru dan KS, Agustus 2017 3. Penguatan Organisasi, Maret 2018 4. Pelatihan Asesor, Maret 2018 5. Pelatihan dan Pendidikan Perawatan Anak Balita, April 2018 6. Lomba Permainan Anak Ciptaan Guru (Juara 2), November 2017 7. Lomba Pembuatan APE, April 2018 8. Lomba Guru Berprestasi, April 2018 9. Lomba Senam, April 2018
3 Pertemuan KKG, KKS, IGTKI, dll
1 kali sebulan 1. IGTKI, 2017: Juli, Agustus, November; 2018: Februari 2. KKG, 2017: Juli, Agustus, September, Oktober, November; 2018: Februari,
April, Mei 3. KKS, 2017: Oktober, November
4 Kompetisi Guru Intern Menyesuaikan Belum terlaksana 5 Studi Banding Menyesuaikan Belum terlaksana
112
Teknik atau Kegiatan yang Tidak Tertulis dalam Buku Program Kerja PAUD Tunas Kasih, Magelang 1 Intervisitasi/ Team-
Teaching Terlaksana setiap hari, menyesuaikan jadwal kegiatan dan pendamping
2 Konferensi Terlaksana rutin untuk konferensi paska observasi, konferensi dalam rangka evaluasi guru
3 Learning Resource Centre Tersedia, namun belum dimanfaatkan dengan maksimal 4 Rapat Rapat formal, terlaksana,
2017: Oktober, Rapat Koordinasi; Desember, Rapat Koordinasi Kegiatan Natal 2018: Februari, Rapat Koordinasi Lomba Perpustakaan TK; Maret, Rapat koordinasi kegiatan Open House Rapat informal dilaksanakan melalui briefing rutin pagi dan juga obrolan informal di jam istirahat siang hari.
113
4. Evaluasi Produk
Evaluasi produk untuk program supervisi akademik di
PAUD Tunas Kasih melibatkan komponen efektifitas dan
dampak supervisi, respon dan persepsi para guru, tindak
lanjut dari supervisi akademik, evaluasi kegiatan dan
program, dan umpan balik dan harapan dari guru.
a. Efektivitas dan Dampak Supervisi Akademik
Dalam wawancara, para guru berpendapat
bahwa program supervisi akademik yang
dilaksanakan sudah cukup efektif. Mereka merasakan
dan mengamati manfaat dari kegiatan tersebut.
Masukan atau evaluasi yang diberikan kepada para
guru dan dipandang berdampak positif untuk usaha
perbaikan kinerja mereka, terkhusus berhubungan
dengan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Seorang
guru senior menyampaikan bahwa supervisi
akademik membantu dalam mengingatkan ketika
guru tidak sadar telah melakukan kesalahan.
Supervisi akademik dinilai memberikan kontrol dan
114
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang lebih efektif.
Para guru berpendapat bahwa kemampuan dan
keterampilan mereka meningkat, secara spesifik
sebagai dampak dari keikutsertaan mereka dalam
kegiatan seminar. Seminar yang diikuti para guru
tidak hanya dipahami sebagai pemberian informasi
atau membuat sekedar tahu, namun dipandang
mampu memperlengkapi diri dalam mengembangkan
kegiatan belajar-mengajar. Selain itu, dalam
partisipasi mereka di kegiatan seminar, workshop,
maupun kelompok kerja, mereka mendapatkan
kesempatan untuk bertemu guru dari komunitas
sekolah lain, berkomunikasi, belajar, dan bahkan
mengadaptasi praktik-praktik yang dilakukan dari
komunitas lain tersebut.
“[Supervisi akademik] menambah pengetahuan. Saya banyak belajar. Saya menilai kemampuan diri, memahami kekurangan dan kelebihan diri.” (Wawancara dengan Guru IN, 25 September 2018)
115
Monitoring dari kepala sekolah sebagai bagian
dari tujuan supervisi meningkatkan kedisiplinan para
guru, terkhusus untuk administrasi pembelajaran. Hal
ini dimungkinkan dengan teknik observasi yang
dilakukan kepala sekolah, di mana para guru wajib
menyusun rencana pembelajaran sebelum
diobservasi. Terlepas dari observasi, para guru juga
memiliki kewajiban untuk mengumpulkan
administrasi rencana pembelajaran setiap hari Jumat,
untuk diperiksa dan disetujui kepala sekolah.
Kedisiplinan administrasi ini nantinya bermanfaat
ketika sekolah melaksanakan akreditasi, seperti
diungkapkan seorang guru senior. Dengan
administrasi mengajar yang didokumentasikan
dengan tertib dan rapi, guru lebih siap dan tidak
terbeban dalam mempersiapkan akreditasi sekolah.
116
“[Kepala Sekolah] mendorong kami untuk jadi lebih disiplin. Itu juga meringankan tugas [administrasi] agar tidak jadi menumpuk, apalagi untuk akreditasi. Sekarang tidak lagi merasa jengkel kalau misal RPPH tidak ditandatangani. Kedisiplinannya dinilai baik sekarang. Itu nilai plus buat Tunas Kasih.”
Berhubungan dengan kegiatan rapat guru,
beberapa guru menyebutkan bahwa rapat guru
bermanfaat dengan memberikan kontrol, koordinasi,
dan penyatuan/penyamaan persepsi. Kesepakatan
bersama diambil dalam rapat guru.
Seorang guru berpendapat bahwa supervisi
akademik masih belum banyak memberikan dampak
yang signifikan untuk sekolah/PAUD Tunas Kasih
sendiri. Namun demikian, guru tersebut melanjutkan
bahwa penilaian tersebut dapat salah karena
menganggap masih belum terlibat lama sebagai
seorang guru baru.
“Kok saya belum mengamati adanya dampak yang signifikan untuk komunitas atau sekolah ini. Mungkin karena saya juga masih baru, masih terbatas.” (Wawancara dengan Guru MW, 28 September 2018)
117
Hal ini berlawanan dengan pendapat dari
seorang guru senior, yang mengamati adanya
peningkatan yang berdampak terhadap komunitas
sekolah.
“Efektif, Pak, dan berpengaruh terhadap pembelajaran. Ada sekolah lain yang malah justru ingin belajar tentang [persiapan] akreditasi maupun pembelajaran ke anak di Tunas Kasih. Dari Jakarta sudah mengunjungi. Dari pengawas dinas justru yang juga mendorong TK Lain untuk belajar ke Tunas Kasih. Ini jadi kebanggan tersendiri.” (Wawancara dengan Guru LS, 28 September 2018) Kepercayaan dari dinas pendidikan maupun
sekolah-sekolah lain disebutkan guru tersebut sebagai
salah satu dampak dari kegiatan-kegiatan dalam
program supervisi akademik. PAUD Tunas Kasih
menjadi sumber belajar bagi sekolah lain dan pernah
menjadi target studi banding, baik secara kelompok
maupun secara pribadi (kepala sekolah atau guru
sekolah lain datang berkunjung untuk mengamati dan
berkonsultasi).
118
“Ternyata Tunas Kasih itu lebih dari [sekolah] yang lain, karena mau belajar dan memperbaiki kualitas yang ada. Sekolah lain bisa melihat kita, jadi ada yang mau studi banding ke sini.” (Wawancara dengan Guru MN, 23 Oktober 2018) Selain itu, seorang guru senior yang lain
menambahkan bahwa dengan kualitas pembelajaran
yang meningkat, promosi sekolah dapat lebih
dimaksimalkan dan ini berdampak kepada
peningkatan minat atau kepercayaan dari orang tua
untuk menyekolahkan anaknya di PAUD Tunas
Kasih. Guru yang lain juga menyetujui pendapat ini.
“Sekolah jadi banyak peminatnya. Kan kelihatan kalau kegiatannya sekolah ini beragam. Bisa buat promosi.” (Wawancara dengan Guru YS, 26 September 2018) “SDM-nya Tunas Kasih semakin baik, jadi nama baik sekolah juga makin baik. Orang tua tambah percaya.” (Wawancara dengan Guru KY, 25 September 2019)
Seorang guru senior menambahkan manfaat lain
yang sebenarnya dimiliki oleh para guru ketika
mereka berkembang, sebagai dampak dari supervisi
akademik, seperti disampaikan dalam wawancara
berikut,
119
“Kalau misal besok keluar dari Tunas Kasih, guru-guru ini tidak akan sulit mencari pekerjaan. Kami sudah dibentuk karena bantuan supervisi akademik di sekolah ini.” (Wawancara dengan Guru LS, 28 September 2018)
Guru-guru, dengan kapasitas dan kemampuan yang
sudah berkembang, jika sudah tidak mengajar di
PAUD Tunas Kasih, dipandang tidak akan kesulitan
untuk mencari pekerjaan karena sudah dibina dan
memiliki kemampuan yang memang dinilai baik.
b. Respon Kepala Sekolah dan Guru
Kepala sekolah menyatakan bahwa para guru
memberikan respon yang positif terhadap program
supervisi akademik. Para guru bersemangat ketika
dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan supervisi yang
ada. Hal ini dikonfirmasi oleh para guru yang
menyebutkan bahwa mereka merasa nyaman dan
senang ketika berpartisipasi di dalam kegiatan-
kegiatan tersebut.
120
“Senang, karena supervisi akademik menambah pengetahuan saya. Saya banyak belajar dari supervisi tersebut. Saya menilai kemampuan diri saya, dan bisa memahami kekurangan dan kelebihan diri.” (Wawancara dengan Guru IN, 25 September 2018)
Seorang guru mengakui ada semangat dan
perasaan senang ketika diobservasi oleh supervisor.
Dengan observasi, ada pengamatan dan pemberian
masukan untuk tujuan perbaikan diri. Seorang guru
senior menyebutkan bahwa supervisi akademik
menolongnya lebih memahami kelemahan dan
kelebihan pribadi. Kepala sekolah mengonfirmasi
adanya respon positif dan upaya para guru untuk
meningkatkan diri. Opini positif juga disampaikan
sehubungan dengan usaha untuk meningkatkan
wawasan atau keterampilan guru melalui kegiatan-
kegiatan dalam program supervisi akademik.
“Saya senang diobservasi, karena mendapat manfaat dan bisa ada masukan untuk memperbaiki diri saya. Wawasan dan pengalaman saya bertambah. Saya juga mengenal orang-orang baru, terutama jika diutus untuk mengikuti seminar atau workshop.” (Wawancara dengan Guru YS, 26 September 2018)
121
Teknik konferensi yang dilaksanakan
memberikan kesempatan komunikasi yang terbuka
antara pimpinan/kepala PAUD Tunas Kasih dan guru.
Di samping itu, guru menilai positif adanya upaya
untuk menyediakan kesempatan berkonsultasi,
dimana mereka bisa meminta atau mendapatkan
masukan dan umpan balik, baik terhadap observasi
yang sudah dilaksanakan maupun dalam pelaksanaan
tugas keseharian. Seorang guru senior merasa nyaman
karena diberikan kebebasan untuk terlibat serta
menyampaikan pendapat dan mengungkapkan
kebutuhan dalam perencanaan maupun pelaksanaan
program supervisi akademik.
Respon yang berbeda disampaikan oleh
beberapa guru. Seorang guru yang baru dua tahun
mengajar mengungkapkan keraguan untuk terlibat
lebih jauh dan aktif, karena masih mencoba
mengamati. Selain itu, guru yang bersangkutan
beropini bahwa dia tidak ingin dianggap menggurui
122
atau sok tahu, sehingga memutuskan untuk tidak
terlalu banyak memberikan ide atau masukan. Masih
ada juga guru yang merasa kurang bisa mengikuti
ritme kerja yang ada dengan sehubungan dengan
kegiatan-kegiatan supervisi akademik, namun guru
yang bersangkutan tidak merasa keberatan untuk
terlibat.
Berhubungan dengan partisipasi guru dalam
kegiatan pelatihan atau seminar, seorang guru
menyampaikan adanya perasaan senang ketika diutus
karena memiliki kesempatan untuk menambah
wawasan dan pengalaman, di samping kesempatan
untuk bertemu orang-orang baru dan memperluas
jejaring. Guru yang lain mengungkapkan sebuah
kekhawatiran ketika dipilih sebagai utusan untuk
mengikuti pelatihan, terutama ketika diadakan di luar
kota dan membutuhkan waktu lebih dari satu hari.
Namun perasaan ini tidak menghambat atau
123
mengganggu pelaksanaan dan keterlibatan guru di
dalam kegiatan itu.
“Kalau pas tabrakan kegiatan, kemudian saya harus meninggalkan anak-anak, baik anak-anak di sekolah maupun di rumah. Kalau acara workshop yang sampai nginap, dua hari, merasa berat meninggalkan rumah.” (Wawancara dengan Guru MN, 23 Oktober 2018) Selain itu, disebutkan ada perasaan berat
sepulang mengikuti seminar, karena merasa adanya
tuntutan penerapan materi yang sudah diterima. Guru
yang menceritakan hal ini menjelaskan bahwa
perasaan tersebut muncul karena masih belum dapat
memikirkan dengan jelas bagaimana rencana atau
strategi implementasi materi itu di lapangan atau juga
ada keraguan bahwa penerapan yang direncanakan
nantinya tidak memberikan hasil yang nyata.
Menambahkan hal ini, ketidakpuasan
disampaikan oleh seorang guru senior berhubungan
dengan penerapan materi yang sudah diperoleh dari
kegiatan seminar atau studi banding. Guru tersebut
menyebutkan bahwa dalam praktiknya, mereka tidak
124
dapat segera menerapkan atau mengadaptasi karena
adanya kendala persetujuan dari manajemen sekolah
maupun pendanaan.
c. Umpan Balik dan Harapan dari Para Guru
Para guru menyampaikan harapan bahwa
kegiatan dalam program supervisi akademik dapat
dilanjutkan dan dikembangkan, terutama yang
dirasakan berdampak langsung terhadap peningkatan
pengetahuan maupun keterampilan mengajar. Selain
itu, supervisi akademik yang direncanakan
selanjutnya dapat memberi dampak yang menjawab
kebutuhan yang ada di sekolah dan dapat diterapkan
atau diadaptasi dengan nyata. Guru-guru
menyampaikan beberapa topik sehubungan dengan
kebutuhan peningkatan kapasitas diri dalam hal
ragam metode mengajar kreatif, kemampuan
berbahasa asing, dan pemanfaatan TI untuk
pembelajaran.
125
Dalam upaya peningkatan kapasitas guru,
seorang guru mengusulkan adanya keterlibatan guru
yang lebih dalam kegiatan parent sharing (pertemuan
guru/wali kelas dengan orang tua murid) yang
diadakan oleh PAUD Tunas Kasih. Keterlibatan yang
dimaksudkan bukan sekedar dalam persiapan, namun
juga secara langsung menyampaikan materi atau
sosialisasi kepada orang tua. Hal ini dapat
meningkatkan kepercayaan orang tua terhadap guru
dan juga sekolah.
“Jadi guru bisa diminta untuk mengisi parent sharing. Materi parent sharing dari guru kelas sendiri. Justru ketika guru yang menyampaikan, dia yang lebih tahu kondisi anak dan kelasnya, dan bisa mendapat kepercayaan dari orang tua, karena guru dianggap pintar dan bisa. Dan guru terdorong untuk menyiapkan dengan lebih baik.” (Wawancara dengan Guru MW, 25 September 2018) Terhadap kepala sekolah yang bertugas sebagai
supervisor, guru menyampaikan harapan bahwa
kepala sekolah lebih memfasilitasi pengembangan
kualitas guru dan mengontrol penerapan atau
pelaksanaan hal-hal yang berhubungan dengan hasil
126
dari program supervisi akademik. Seorang guru
menyampaikan harapan bahwa kepala sekolah tidak
menjadi observer tunggal dan dapat melibatkan peran
supervisor dari luar, seperti dari manajemen sekolah
atau guru senior lain, ketika melaksanakan observasi
maupun visitasi kelas.
“Observasi sudah efektif, Pak, tapi hanya dari kepala sekolah. … Dulu ada rencana observer-nya dari manajemen [sekolah]. Meskipun beda perasaan kalau dari manajemen, tapi justru saya malah terpacu atau bersemangat untuk diobservasi.” (Wawancara dengan Guru IN, 25 September 2018) Berhubungan dengan sarana prasarana yang
menunjang, beberapa guru menyampaikan adanya
kebutuhan peningkatan untuk sarana internet maupun
buku-buku referensi yang menunjang upaya
peningkatan kualitas diri guru.
d. Tindak Lanjut
Beberapa tindak lanjut telah dilakukan,
sementara beberapa rencana tindak lanjut juga
disusun untuk diprogramkan atau dilaksanakan di
127
kemudian hari. Kepala sekolah menyebutkan bahwa
para guru didorong untuk meningkatkan kinerja
maupun memperbaiki kegiatan pembelajaran, sebagai
follow-up dari observasi dan konferensi yang
dilakukan. Selain itu, dari teknik seminar atau
pelatihan, para guru menerapkan pengetahuan
maupun wawasan yang telah mereka dapatkan. Hal
ini kemudian menjadi masukan bahwa pemilihan
seminar atau pelatihan yang akan diikuti harus lebih
cermat, agar seminar dan materi yang diikuti memang
sesuai dengan kebutuhan dan berbobot.
Beberapa kegiatan tindak lanjut yang masih
direncanakan antara lain pelatihan-pelatihan dan
seminar yang berhubungan dengan penanaman
karakter kristen, metode mengajar berbasis sentra,
penyusunan tema pembelajaran, dan teknik atau
keterampilan bercerita. Topik-topik ini sebagai
contoh hasil pengamatan atau penilaian kepala
sekolah terhadap kebutuhan peningkatan kualitas
128
guru dan sekolah maupun kebutuhan perkembangan
anak sendiri. Kembali lagi, kepala sekolah
menyebutkan bahwa rencana tindak lanjut ini juga
didasari adanya kebutuhan kesiapan menghadapi
tantangan perubahan zaman. Tindak lanjut berupa
perencanaan ulang juga dilakukan terhadap kegiatan
yang tidak terlaksana, yaitu studi banding.
Tindak lanjut lain yang dipikirkan kepala
sekolah adalah kebutuhan akan penyusunan pedoman
pelaksanaan supervisi yang lebih jelas, seperti
disampaikan dalam wawancara.
“Standar saya dan standar dari [staff manajemen] kan berbeda. Ternyata standarnya berbeda. Dan itu pun tidak jelas disampaikannya. Pas Bu X ikut [observasi] dan menilai. Standarnya [manajemen dan pengurus] tidak sinkron dengan standar saya. Yang bener itu yang mana. Perlu disamakan.” (Wawancara dengan kepala sekolah¸ 25 September 2018)
Terdapat perbedaan standar dalam memberikan
evaluasi atau penilaian kepada para guru, akibatnya
terkadang penilaian kepala sekolah bisa berbeda
dengan penilaian guru lain atau staf manajemen. Oleh
129
karena itu dibutuhkan adanya pedoman dan instrumen
yang lebih rinci dan jelas.
e. Evaluasi Kegiatan dan Program
Evaluasi dilakukan untuk beberapa kegiatan
supervisi akademik. Salah satunya adalah evaluasi
terhadap teknik seminar in-house yang dilaksanakan.
Guru dilibatkan untuk memberikan masukan dan
evaluasi, untuk perbaikan kegiatan ke depan. Evaluasi
sejenis tidak dapat dilakukan terhadap pelatihan yang
diadakan oleh instansi luar atau dinas pendidikan.
Namun demikian, pemilihan topik materi seminar
dapat dilakukan, sehingga guru diutus hanya untuk
seminar atau pelatihan yang dianggap sesuai
kebutuhan berdasarkan pengalaman yang telah ada.
“Untuk pelatihan-pelatihan yang ada, selama ini tidak ada evaluasi, misal yang diadakan dari dinas. Kita hanya sebatas menyampaikan apa yang diperoleh, itu pun tidak selalu.” (Wawancara dengan Guru MW, 28 September 2018)
130
“Ada evaluasi, meskipun tidak formal. Misal, kami memberi kritikan terhadap narasumber. Kami terlibat memberi masukan untuk evaluasi kegiatan supervisi akademik juga.” (Wawancara dengan guru IN, 25 September 2018)
Kepala sekolah juga melakukan pengamatan
dan penilaian dalam upaya mengevaluasi dampak dari
kegiatan supervisi akademik. Pengamatan dan
penilaian tersebut dilaksanakan secara informal
dengan melihat apakah ada tindak lanjut atau
penerapan materi atau informasi yang telah didapat.
Evaluasi ini tidak didokumentasikan dengan resmi,
namun disampaikan kepada para guru, terutama
dalam kesempatan rapat atau briefing.
131
C. Pembahasan
Hasil dan temuan penelitian yang dikumpulkan dari
lapangan menjadi dasar pembahasan. Pembahasan dilakukan
sesuai kelompok aspek evaluasi dalam model evaluasi CIPP.
1. Evaluasi Konteks
Supervisi akademik, atau supervisi pembelajaran,
bertujuan untuk menjamin dan mengembangkan kualitas
guru yang berhubungan langsung dengan kegiatan belajar-
mengajar (Umiarso & Gojali, 2010; Mulyasa, 2012:249).
Hal serupa telah diungkapkan oleh kepala sekolah maupun
guru yang telah memahami bahwa tujuan akhir dari
supervisi akademik di PAUD Tunas Kasih, Magelang
adalah peningkatan mutu guru. Dalam beberapa kegiatan
yang direncanakan, seperti tertuang di dokumen program
kerja PAUD Tunas Kasih, tujuan tersebut juga disinggung.
Namun demikian, pemahaman awal mengenai makna
supervisi akademik masih rancu di PAUD Tunas Kasih,
baik dari kepala sekolah maupun guru. Kesalahpahaman
konsep supervisi akademik juga dilaporkan oleh Merukh &
132
Sulasmono (2016) dan Widodo (2014a), yang menemukan
keterbatasan pemahaman dari kepala sekolah maupun
pengawas yang kemudian berhubungan dengan
perencanaan dan pelaksanaan supervisi yang kurang efektif.
Zepeda (2006) mengingatkan agar kepala sekolah
memandang supervisi lebih luas dari sebatas evaluasi.
Dalam penelitiannya, Saputra (2011) juga mengeluhkan
kesalahpahaman supervisi dan praktik pengawasan yang
salah dan lebih menekankan sisi administratif alih-alih
pengembangan kualitas guru yang lebih luas. Wanzare
(2012) mengingatkan bahwa pemahaman yang baik dari
supervisi akademik menjamin keberhasilan supervisi
tersebut dan relasi antar supervisor dan supervisee juga
akan lebih efektif terjalin. Oleh karena itu, diperlukan
adanya sosialisasi mengenai supervisi yang lebih lengkap di
awal, untuk menjelaskan program supervisi akademik yang
lebih komprehensif dan membangun kerja sama yang baik
antara supervisor dan para guru, seperti diingatkan oleh
Lukum (2013) dan Ngatini & Ismanto (2015).
133
Dasar hukum dan aturan yang melandasi
dilaksanakannya supervisi akademik di PAUD Tunas Kasih
adalah pedoman dari dinas pendidikan, seperti temuan
Riyanto (2016) di lokasi penelitiannya, dan juga tuntutan
dari manajemen sekolah YPKI Magelang. Namun
demikian, pedoman dari manajemen sekolah masih belum
lengkap, serupa dengan temuan Merukh dan Sulasmono
(2016), sehingga penyusunan pedoman yang merinci
kebutuhan dan tuntutan dalam pengembangan dan
pelaksanaan supervisi akademik dibutuhkan.
Identifikasi kebutuhan diingatkan oleh Umiarso dan
Gojali (2010) serta Sagala (2010), menjadi dasar untuk
pemilihan dan perancangan teknik supervisi akademik yang
tepat. Kepala sekolah maupun guru PAUD Tunas Kasih
sudah menyebutkan beberapa kebutuhan dan kondisi di
lapangan dan menjadikan dasar kebutuhan tersebut sebagai
alasan perlunya diadakan supervisi akademik—berbeda
dengan catatan Merukh & Sulasmono (2016) yang
mendapati kesalahan program supervisi yang belum
134
menjawab kebutuhan sekolah. Kebutuhan di PAUD Tunas
Kasih mencakup tuntutan untuk meng-upgrade diri,
heterogenitas siswa yang berbeda setiap tahunnya,
kebutuhan ide-ide pembelajaran yang inovatif dan efektif
untuk anak usia diri, fungsi kontrol dan pengawasan dari
pimpinan maupun rekan kerja (terhadap kesepakatan
bersama), dan memperlengkapi atau mengembangkan mutu
pendidik yang tidak berasal dari latar belakang PAUD.
Kebutuhan-kebutuhan ini pun perlu kembali ditinjau di
kemudian hari, secara berkala, dan dipahami dengan baik,
karena mempengaruhi teknik supervisi akademik yang akan
dirancang dan dilaksanakan.
Dapat disimpulkan bahwa pemahaman umum
terhadap tujuan akhir supervisi akademik telah dimiliki oleh
para guru dan kepala sekolah, namun demikian mereka
perlu kembali diperlengkapi untuk memahami konsep yang
benar dari supervisi akademik. Dasar hukum dan pedoman
yang tersedia untuk program supervisi akademik perlu
dipelajari dan dipersiapkan lebih baik lagi. Sementara
135
kebutuhan yang ada di PAUD Tunas Kasih sudah
diidentifikasi dan dipertimbangkan untuk menjadi dasar
perencanaan lebih lanjut.
2. Evaluasi Input
Dalam perencanaan dan perancangan program
supervisi akademik, di awal tahun pembelajaran, kepala
sekolah melibatkan guru untuk menyusun rencana program
kerja sekolah secara luas, yang juga menyertakan
program/kegiatan supervisi akademik. Partisipasi guru
tersebut merupakan hal yang perlu dilakukan seperti
disampaikan Zepeda (2006), meskipun bentuk partisipasi
dan kolaborasi dengan guru itu perlu diperluas. Namun
demikian, kegiatan yang dirancang masih terkesan terpisah-
pisah dikarenakan kesalahpahaman terhadap istilah
supervisi.
Kegiatan yang direncanakan di PAUD Tunas Kasih
sebagian telah dituliskan dalam buku program kerja,
sementara beberapa lain tidak dituliskan meskipun
136
terungkap dalam wawancara. Teknik-teknik atau kegiatan
dalam program supervisi akademik yang direncanakan di
PAUD Tunas Kasih terangkum dalam Tabel 10.
Tabel 10. Rencana Kegiatan Supervisi Akademik Teknik Individu Teknik KelompokTertulis dalam dokumen program kerja sekolah
1. Observasi kelas
1. Pelatihan, seminar dan lokakarya; termasuk partisipasi lomba guru
2. Pertemuan KKG, KKS, IGTKI, dll.
3. Kompetisi guru interen
4. Studi BandingTidak tertulis dalam dokumen program kerja sekolah 1. Konferensi 1. Intervisitasi dan
team-teaching 2. Learning resource
centre 3. Rapat
Ketika membahas perencanaan, karena ada
kesalahpahaman makna supervisi tersebut, lebih banyak
guru menyoroti perencanaan dan persiapan teknik observasi
kelas. Perencanaan kegiatan observasi sendiri sudah
dilakukan dengan baik, dimana kepala sekolah
mengedarkan jadwal yang kemudian diisi oleh masing-
masing guru dengan ketersediaan waktu mereka untuk
137
diobservasi, serupa yang ditemukan Ngatini & Simanto
(2015) dan Widodo (2014b) di sekolah yang ditelitinya.
Program supervisi di PAUD Tunas Kasih didukung
kesiapan para guru, dengan dukungan kerja sama tim dalam
suasana yang suportif antar rekan sejawat, komunikasi yang
terbuka dan kolaborasi dengan rekan sejawat. Kepala
sekolah sudah berupaya cukup baik dalam menjalankan
perannya sebagai supervisor utama di PAUD Tunas Kasih.
Meskipun demikian, untuk memperlengkapi dan
memperkuat pelaksanaan fungsi supervisi tersebut,
pembekalan atau pelatihan perlu diberikan kepada kepala
sekolah. Hal ini mengingat dalam evaluasi konteks, terdapat
kesalahpahaman terhadap makna supervisi sendiri masih
perlu dibenahi. Wanzare (2011) dan Sarfo & Cudjoe (2016)
juga menyoroti perlunya pelatihan bagi para pimpinan
sekolah untuk menolong mereka dalam menjalankan fungsi
supervisi di sekolah. Kesiapan SDM dari pemateri yang
memang ahli di bidangnya disebutkan sebagai faktor yang
mendukung pelaksanaan seminar yang berdampak.
138
Rencana pendanaan untuk program supervisi
akademik di PAUD Tunas Kasih berasal dari sumber
interen, yaitu yayasan atau sekolah, maupun eksteren dari
dinas, yang berbentuk dana bantuan operasional—dana
bantuan serupa diungkapkan Riyanto (2016). Budgetting
sudah dirincikan dalam rencana kegiatan di buku program
kerja. Ada guru yang berpendapat perlunya keaktifan dan
kerelaan guru untuk juga mengeluarkan dana pribadi,
terkhusus untuk mengikuti kegiatan seminar atau pelatihan,
jika keikutsertaan tersebut tidak dapat didanai dari sekolah
Kepala sekolah—atau malahan manajemen sekolah—perlu
memfasilitasi pendanaan kegiatan yang akan diikuti guru,
terkhusus untuk mereka yang menunjukkan antusiasme
untuk mengembangkan diri lewat kegiatan pelatihan atau
seminar yang memang mendukung pengembangan
pembelajaran. .
139
Meskipun sarana-prasarana standar sudah tersedia,
masih dilaporkan adanya keterbatasan fasilitas internet dan
perangkat komputer. Ini perlu mendapat sorotan khusus,
mengingat teknologi dan informasi di zaman ini memang
mendukung pembelajaran. Keterbatasan alat juga
dilaporkan Saputra (2011) sebagai kendala teknis dalam
pelaksanaan pengawasan di sekolah, meskipun tidak
dirincikan sarana prasarana apa. Buku-buku referensi yang
juga telah tersedia, perlu diperbaharui dan ditambah
koleksinya serta dimanfaatkan dengan lebih sebagai sumber
ajar para guru.
Secara ringkas, evaluasi input menemukan adanya
perencanaan terhadap kegiatan-kegiatan dalam program
supervisi akademik di PAUD Tunas Kasih, baik untuk
teknik individual maupupun kelompok, berdasarkan
kebutuhan yang ada di lapangan. Para guru melaporkan
kesiapan keterlibatan mereka dengan dukungan beberapa
faktor, sementara kepala sekolah direkomendasikan untuk
mendapat pelatihan atau penguatan dalam menjalankan
140
perannya sebagai supervisor. Pendanaan dan sarana
prasarana di PAUD Tunas Kasih mendukung perencanaan
program supervisi akademik.
3. Evaluasi Proses
Sebagian besar kegiatan dalam program supervisi
akademik yang direncanakan telah dilaksanakan di PAUD
Tunas Kasih, baik yang bersifat individual maupun
kelompok, dengan beberapa perubahan dan penyesuaian
dalam jadwal pelaksanaan. Dua kegiatan yang tidak
terlaksana di PAUD Tunas Kasih adalah kompetisi guru
interen dan studi banding.
Terlaksananya teknik superviai akademik yang cukup
beragam tersebut berbeda dengan pelaksanaan supervisi
akademik yang ditemukan oleh Riyanto (2016), Merukh &
Sulasmono (2016), dan Widodo (2014a) yang masih
terfokus atau terbatas hanya pada teknik supervisi
kunjungan kelas/observasi kelas. Berikut pembahasan lebih
lanjut dari pelaksanaan teknik-teknik yang ada.
141
Observasi kelas. Teknik ini dilaksanakan secara
terjadwal di PAUD Tunas Kasih, seperti dilaksanakan di
beberapa sekolah lain (Widodo, 2014a; Widodo, 2014b;
Riyanto, 2016; Merukh & Sulasmono, 2016). Guru-guru
PAUD Tunas Kasih sudah terbiasa diobservasi dan siap
untuk berpartisipasi dalamnya, berbeda dengan laporan
penelitian Lukum (2013) yang menyebutkan masih adanya
guru yang takut untuk diobservasi. Usulan dilaksanakannya
observasi tanpa pemberitahuan sebelumnya (unnancouced),
perlu dipertimbangkan, dan instrumen observasi perlu
diperbaiki.
Pelatihan, lokakarya atau seminar, dan pertemuan
kelompok guru. Kepala sekolah telah berupaya mendorong
partisipasi guru dengan memilih dan mengutus guru. Guru
yang diutus juga berusaha bertanggung jawab menyusun
laporan dan membagikan informasi ke rekan yang lain.
Guru yang dinilai kompeten juga didorong untuk mengikuti
kompetisi atau lomba. Upaya kepala sekolah untuk
142
meningkatkan partisipasi, yang kembali bertujuan untuk
peningkatan kompetensi, ini perlu diapresiasi.
Intervisitasi dan rapat guru. Fleksibilitas dan
penyesuaian, terhadap situasi dan kebutuhan, untuk
pelaksanaan teknik di PAUD Tunas Kasih juga nampak,
seperti pelaksanaan intervisitasi yang menyesuaikan situasi
team-teaching, serta rapat guru yang dapat dilaksanakan
menyesuaikan urgensi dan prioritas pembahasan. Selain
itu, upaya untuk menciptakan suasana yang nyaman, alih-
alih kaku dan formal, dengan memanfaatkan jam istirahat
siang, juga mendukung efektifitas teknik rapat. Namun
demikian, perlu diperhatikan perlu adanya pencatatan
diskusi yang terjadi.
Konferensi. Percakapan individual dilaksanakan
terutama sebelum dan sesudah observasi. Sesuai
pengamatan dan hasil wawancara, para guru melaporkan
adanya ada relasi yang saling mempercayai, umpan balik
yang cukup konstruktif dan jelas, terutama berbicara
tentang area-area yang perlu dikembangkan guru. Hal ini
143
sesuai apa yang diingatkan oleh Range, Young dan
Hvidston (2013). Kepala sekolah juga perlu mendorong dan
memberikan kesempatan berefleksi bagi para guru
(Martinez, Taut, & Schaaf; 2016), seperti yang telah
terlaksana di lokasi penelitian Ngatini & Ismanto (2015).
Hal ini membantu mereka memaknai apa yang telah didapat
dari hasil observasi atau konferensi.
Kendala-kendala yang ditemui dalam proses
pelaksanaan program supervisi akademik berhubungan
dengan pengaturan prioritas pelaksanaan kegiatan yang
bertabrakan dengan kegiatan lain, baik yang diadakan oleh
pihak interen dalam satu yayasan maupun eksteren.
Permasalahan serupa dalam kesibukan pekerjaan dan
adanya kegiatan lain yang mendadak disebutkan Riyanto
(2016) sebagai faktor penghambat pelaksanaan supervisi
akademik. Meskipun kepala sekolah juga menyampaikan
keluhan terhadap kesibukan tugas yang dimilikinya, seperti
yang ditemukan Mawarni, Chiar & Sukmawati (2017)
maupun Merukh & Sulasmono (2016), namun kendala
144
tersebut tidak mempengaruhi pelaksanaan supervisi
akademik di PAUD Tunas Kasih karena adanya koordinasi
dan pengaturan prioritas kegiatan.
Kendala-kendala yang ditemui dalam proses
pelaksanaan program supervisi akademik berhubungan
dengan pengaturan jadwal dan prioritas pelaksanaan
kegiatan, serupa dengan permasalahan yang menghambat
pelaksanaan supervisi akademik yang diteliti Riyanto
(2016). Meskipun kepala sekolah juga menyampaikan
keluhan terhadap kesibukan tugas yang dimilikinya, seperti
temuan Mawarni, Chiar & Sukmawati (2017) dan Merukh
& Sulasmono (2016), namun kendala tersebut tidak
mempengaruhi pelaksanaan supervisi akademik di PAUD
Tunas Kasih karena adanya koordinasi dan pengaturan
prioritas kegiatan. Kendala persetujuan atau perijinan dari
pihak manajemen sekolah perlu ditangani dan
dikomunikasikan dengan baik antara kedua pihak.
Sementara kendala-kendala yang berasal dari pribadi
guru—kemalasan, kelelahan, ketidakfokusan pekerjaan, dan
145
kurangnya inisiatif—perlu dibahas sebagai bahan
pembinaan guru. Keterbatasan internet dan sarpras
mengurangi kelancaran penyusunan administrasi dan alat
peraga yang mendukung pembelajaran.
Mengamati keterlibatan dan kesiapan para guru, yang
berangkat dari kesadaran manfaat yang akan diperoleh
(seperti juga ditemukan temuan Riyanto [2016]), hal
tersebut perlu diapresiasi, karena itu menjadi faktor
pendukung terlaksananya supervisi akademik yang efektif
(Mawarni, Chiar & Sukmawati, 2017). Pengaturan
prioritas, koordinasi, dan partisipasi aktif menjadi
pendukung terlaksananya supervisi akademik yang efektif.
Keterlibatan para guru nampak, lebih dari sekedar
partisipasi atau kehadiran dalam kegaitan atau pengutusan
tugas, namun juga penyampaian ide atau masukan dan
membagikan (sharing) pengalaman atau materi, baik dalam
kegiatan interen maupun eksteren.
Di sisi lain, meski pemahamannya konsep supervisi
masih belum sempurna, kepala sekolah telah berupaya
146
melaksanakan perannya sebagai supervisor dengan baik dan
tegas. Dukungan, teguran atas kesalahan atau kelalaian
tugas yang dilakukan, dan dorongan untuk terus
berkembang diberikan oleh supervisor. Kepala sekolah
berupaya membangun iklim sekolah yang kondusif dan
mendorong adanya perubahan dan inovasi selain
mengembangkan budaya kepercayaan dan keterbukaan—
hal-hal yang dicatat Argiani & Slameto (2015), Gaol &
Siburian (2018) dan Moye, Henkin, & Egle (2005) dapat
efektif meningkatkan efektivitas pendidikan dan kinerja
guru. Perasaan cepat puas, merasa sudah berpengalaman,
takut salah dan dicemoohkan, kehilangan semangat,
mencari keamanan dan menghindari tantangan (Saputra,
2011)—yang kesemuanya menjadi faktor penghambat—
tidak ditemukan dalam diri Kepala Sekolah. Menyoroti
delegasi yang diberikan, perlu disusun tim supervisi, seperti
dilaporkan Mawarni, Chiar & Sukmawati (2017), karena
tim tersebut justru dapat menolong tugas supervisi kepala
sekolah dan mengefektifkan kegiatan yang dilaksanakan.
147
Selain itu masukkan diberikan agar kepala sekolah
memberikan feedback yang bukan sekedar informatif dan
administratif, selain bahwa ekspektasi dari supervisor perlu
disampaikan dengan jelas.
Dokumentasi kegiatan supervisi akademik tersedia.
Kepala sekolah dan para guru memiliki catatan tersendiri
untuk merekam informasi yang bermanfaat atau penting
dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Dalam
keikutsertaan kegiatan seminar atau lokakarya, para guru
berkewajiban membuat laporan dan membagikannya dalam
forum kepada rekan-rekan guru PAUD Tunas Kasih. Foto-
foto dokumentasi dilakukan secara pribadi, dan sebenarnya
perlu dikoleksi secara kelompok untuk keperluan sekolah.
Dokumen administrasi lain adalah laporan observasi
yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dan diserahkan
secara rutin kepada manajemen sekolah. Instrumen panduan
dan penilaian observasi dan yang ada sudah cukup baik,
dibandingkan dengan ketidaktersediaan instrumen atau
tersedianya instrumen yang kurang baik atau tidak rinci,
148
seperti dicatat dalam temuan penelitian Merukh &
Sulasmono (2016). Namun demikian, perlu diadakan
peninjauan dan revisi atau pengembangan terhadap
instrumen observasi yang sudah tersedia. Format atau
instrumen lain, seperti format Penilaian Kinerja Guru
(PKG) yang digunakan di tempat penelitian Widodo
(2014a), dapat diadaptasi atau melengkapi item observasi
dan evaluasi yang sudah ada agar memberikan indikator
yang lebih komprehensif.
Aspek evaluasi proses terhadap program supervisi
PAUD Tunas Kasih menemukan bahwa meski terdapat dua
kegiatan yang tidak terlaksana, sebagian besar teknik yang
direncanakan telah terlaksana dengan perubahan dan
penyesuaian jadwal pelaksanaan. Penyesuaian tersebut juga
sebagai antisipasi terjadap kendala penjadwalan dan
kepadatan tugas. Para guru telah berpartisipasi dan terlibat
dalam kegiatan yang ada dan kepala sekolah telah berupaya
melaksanakan perannya sebagai supervisor dengan baik.
149
Dokumentasi kegiatan telah dilaksanakan dan perlu
dilakukan dengan lebih rapi.
4. Evaluasi Produk
Program supervisi akademik yang dilaksanakan di
PAUD Tunas Kasih dianggap efektif oleh para guru dan
kepala sekolah dan menjawab kebutuhan yang telah diamati
dalam evaluasi konteks. Dampak yang disampaikan tidak
hanya berhubungan dengan pribadi dan tugas guru, namun
juga secara kolektif terhadap situasi kerja dan citra sekolah.
Hal ini berbeda dengan laporan dari Sarfo & Cudjoe (2016)
yang mengeluhkan rendahnya pelaksanaan dan efektifitas
supervisi akademis di sekolah-sekolah umum di Ghana.
Kepala sekolah dan guru PAUD Tunas Kasih
mendaftarkan beberapa manfaat yang didapat dari supervisi
akademik, seperti temuan Wanzare (2012). Dampak positif
yang disebutkan antara lain perbaikan kualitas dan kinerja
guru dan peningkatan kolaborasi antar guru, yang
150
semuanya berdampak pada peningkatan kualitas
pembelajaran di kelas.
Penyamaan persepsi dan kontrol atau pengawasan
yang lebih baik dari pimpinan juga merupakan manfaat dari
supervisi akademik, seperti temuan manfaat yang
diasumsikan oleh para guru dari penelitian Wanzare.
Kontrol juga berdampak pada ketertiban administrasi
penunjang pembelajaran, serupa temuan Widodo (2014a).
Namun demikian, seperti disoroti Widodo, hendaknya
supervisor tidak semata-mata menitikberatkan pemeriksaan
administrasi dalam supervisi. Guru juga menyadari
terciptanya kesempatan untuk membangun jejaring dengan
guru atau komunitas PAUD lain, dan ini menjadi dorongan
untuk mereka lebih aktif terlibat dalam kegiatan seminar
dan sejenisnya.
Dampak jangka panjang berupa peningkatan
kepercayaan dari pihak luar terhadap PAUD Tunas Kasih,
yang juga berpengaruh pada promosi sekolah, dapat
menjadi motivasi bagi kepala sekolah untuk melaksanakan
151
supervisi akademik. Bagi para guru sendiri, kualitas dan
reputasi yang unggul sebagai dampak supervisi akademik
juga dapat menjadi pemacu semangat untuk terus
mengembangkan diri.
Respon positif para guru nampak, berupa antusiasme
untuk berpartisipasi dan kesiapan untuk mendapat masukan
yang bermanfaat untuk pengembangan diri, serupa yang
disampaikan para guru dalam penelitian Riyanto (2016).
Guru PAUD Tunas Kasih juga mengapresiasi adanya
kebebasan untuk mengungkapkan pemikiran dan memberi
masukan. Kepala sekolah perlu memanfaatkan komunikasi
dan keterbukaan tersebut untuk menanggapi respon negatif
mereka, seperti keraguan untuk terlibat lebih aktif atau
kekhawatiran untuk mengikuti seminar. Komunikasi serupa
dapat menampung beban atau ketidakpuasan guru yang
dirasakan karena belum dapat memikirkan implementasi
ide yang didapat dari seminar.
152
Kembali, kepala sekolah perlu membangun
komunikasi yang terbuka dan mencermati harapan dan
masukan yang disampaikan para guru. Masukan terhadap
kepala sekolah dalam menjalankan peran supervisor-nya
menyoroti upaya memfasilitasi pengembangan kualitas dan
melaksankan fungsi kontrol dan pengawasan. Usulan lain
adalah agar supervisi dapat didelegasikan kepada guru lain
atau dengan melibatkan pihak manajemen sekolah.
Rekomendasi serupa disampaikan oleh Widodo (2014b)
dan Slameto (2016) yang mengusulkan keterlibatan
pengawas sekolah dari dinas pendidikan, atau melibatkan
guru senior seperti yang ditemukan Riyanto (2016) atau
Mawarni, Chiar, & Sukmawati (2017) dan disarankan
Zepeda (2006). Masukan untuk penambahan sarpras yang
menunjang, secara spesifik adalah buku referensi dan
fasilitas internet, juga diungkapkan oleh beberapa guru.
Evaluasi terhadap kegiatan maupun program perlu
dilaksanakan, dan hal-hal yang perlu ditindaklanjuti sebagai
temuan evaluasi tersebut juga perlu dicermati. Tindak lanjut
153
yang dirancang berdasar hasil supervisi akademik sudah
menjadi sorotan kepala sekolah, dan perlu dikomunikasikan
dengan pihak manajemen sekolah agar juga dapat
difasilitasi.
Secara ringkas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
produk program supervisi akademik di PAUD Tunas Kasih
menemukan beberapa dampak positif nyata yang
bermanfaat untuk peningkatan kualitas guru maupun
pembelajaran dalam kelas. Hal ini sudah sesuai dengan
tujuan utama supervisi akademik. Dampak lain, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, juga terungkap dalam
evaluasi produk. Para guru umumnya memberikan respon
positif dan harapan terhadap keberlangsungan dan
perbaikan program supervisi akademik, meskipun ada
respon negatif yang berhubungan dengan pribadi maupun
kendala yang ada di luar kendali guru maupun sekolah.
Kepala sekolah perlu meninjau harapan dan masukan yang
diberikan dalam merancang program supervisi akademik
selanjutnya. Tindak lanjut direncanakan dan feedback untuk