BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1 ......Pimpinan perpustakaan dipegang oleh...

31
52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Perpustakaan SMA N 12 Semarang Perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang sudah berdiri sejak tahun 1987. Perpustakaan ini dulu sangat sederhana dengan koleksi yang sedikit, buku- buku penunjang yang ada hanya berkisar buku-buku karya sastra. Perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang menempati gedung sendiri seluas 162 meter persegi dilengkapi, ruang petugas, ruang referensi, gudang, ruang penyimpanan alat multimedia, ruang baca, ruang rak buku, ruang pelayanan, dan ruang kerja petugas perpustakaan. Melalui Surat Keputusan SMA Negeri 12 Semarang sampai Tahun 2010, perpustakaan SMA Negeri 12 mulai dikelola dengan baik, hal ini dengan ditandai dengan ditetapkannya 2 orang guru pustakawan dikirim diklat perpustakaan di Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Setelah itu, Kepala SMA Negeri 12 Semarang mengangkat lulusan S1 Jurusan perpustakaan menjadi pengelola perpustakaan. Bahkan pada tahun 2011 ada salah satu guru pustakawan yang mengikuti Pendidikan Siap Kerja perpustakaan (PSKP) di Perpustakaan Unika Soegijapranata Semarang. Sejak itulah perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang berbenah diri apalagi mengikuti Lomba perpustakaan antar SMA se-Kota Semarang. Tahun 2014 pustakawan lulusan S1

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1 ......Pimpinan perpustakaan dipegang oleh...

  • 52

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    4.1.1 Profil Perpustakaan SMA N 12 Semarang

    Perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang sudah

    berdiri sejak tahun 1987. Perpustakaan ini dulu

    sangat sederhana dengan koleksi yang sedikit, buku-

    buku penunjang yang ada hanya berkisar buku-buku

    karya sastra. Perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang

    menempati gedung sendiri seluas 162 meter persegi

    dilengkapi, ruang petugas, ruang referensi, gudang,

    ruang penyimpanan alat multimedia, ruang baca, ruang

    rak buku, ruang pelayanan, dan ruang kerja petugas

    perpustakaan.

    Melalui Surat Keputusan SMA Negeri 12

    Semarang sampai Tahun 2010, perpustakaan SMA

    Negeri 12 mulai dikelola dengan baik, hal ini dengan

    ditandai dengan ditetapkannya 2 orang guru

    pustakawan dikirim diklat perpustakaan di

    Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Setelah itu, Kepala

    SMA Negeri 12 Semarang mengangkat lulusan S1

    Jurusan perpustakaan menjadi pengelola

    perpustakaan. Bahkan pada tahun 2011 ada salah

    satu guru pustakawan yang mengikuti Pendidikan Siap

    Kerja perpustakaan (PSKP) di Perpustakaan Unika

    Soegijapranata Semarang. Sejak itulah perpustakaan

    SMA Negeri 12 Semarang berbenah diri apalagi

    mengikuti Lomba perpustakaan antar SMA se-Kota

    Semarang. Tahun 2014 pustakawan lulusan S1

  • 53

    mengundurkan diri, kemudian diangkat pustakawan

    lulusan D2.

    Visi perpustakaan sekolah di SMA N 12

    Semarang sebagai pusat layanan informasi dan sumber

    belajar prima menuju sumber daya manusia

    berprestasi dan berakhlak mulia. Misi perpustakaan

    sekolah adalah : (1) Meningkatkan minat baca, iman,

    taqwa melalui pelayanan yang cepat dan professional.

    (2) Meningkatkan dan mengembangkan efisiensi

    pelayanan dengan memanfaatkan teknologi Informatika

    sesuai dengan kemajuan zaman. (3) Meningkatkan

    mutu sumber informasi yang bertumpu pada kearifan

    lokal.

    Untuk mewujudkan visi, misi perpustakaan

    sekolah mempunyai tujuan yaitu : (1) Melayani

    peminjaman buku kepada siswa, guru, karyawan dan

    alumni SMA N 12 Semarang. (2) Menyelenggarakan

    layanan belajar online dan multimedia untuk warga

    sekolah. (3) Meningkatkan mutu sumber informasi dan

    sumber belajar melalui penganekaragaman judul dan

    penambahan sarana belajar.

    Dari hasil observasi di perpustakaan sekolah

    SMA Negeri 12 Semarang diperoleh informasi bahwa

    struktur organisasi ada hubungan kepala sekolah,

    kepala perpustakaan, tiga wakil kepala sekolah dan

    kepala tata usaha. Kepala perpustakaan membawahi

    pustakawan, dan dua tenaga teknis.

    Dapat dilihat pada bagan organisasi

    perpustakaan di bawah ini.

  • 54

    Gambar 4.1

    Struktur Organisasi Perpustakaan SMA N 12 Semarang

    Pimpinan perpustakaan dipegang oleh kepala

    SMA Negeri 12 Semarang yang bernama Drs. Khoirul

    Imdad, Ed.M., kepala sekolah ini memiliki fungsi

    sebagai penanggungjawab segala keputusan yang

    diambil demi pengembangan perpustakaan sekolah. Di

    bawah kepala sekolah selaku pimpinan perpustakaan,

    terdapat kepala perpustakaan yang bernama Faozi

    Hidayah, S.Pd., wakil kepala bidang sarana dan

    prasarana, wakil kepala bidang kurikulum, wakil

    kepala bidang humas, serta kepala tata usaha untuk

    koordinasi. Di bawah kepala perpustakaan yang

    diambil dari guru mata pelajaran, terdapat

    pustakawan, petugas pelayanan dan administrasi yang

    bertugas mengelola perpustakaan sekolah.

    Kepala Sekolah

    Waka

    Sarpra

    Waka

    Kurikulum

    Kepala

    Perpustakaan

    Waka

    Humas

    Kepala

    TU

    Pustakawan Unit Pelayanan Administrasi

  • 55

    4.1.2 Pelaksanaan Focus Gorup Discussion (FGD)

    Kondisi Awal Perpustakaan SMA Negeri 12

    Semarang

    FGD tahap pertama dilaksanakan pada hari

    Senin tanggal 10 November 2014 bertempat di

    laboratorium kimia SMA Negeri 12 Semarang. FGD

    dimulai sejak pukul 09.30 pagi sampai dengan pukul

    11.30 WIB. Peserta Focus Group Discussion tahap

    pertama adalah Kepala Sekolah, satu orang kepala

    perpustakaan, satu orang pustakawan, dua orang

    tenaga teknis perpustakaan serta sepuluh guru dengan

    jumlah total peserta FGD sebanyak 17 orang.

    Narasumber FGD adalah DR. Wellius P., M.Pd. dan

    Kepala Sekolah. Sebagai moderator Bapak Sukimin,

    M.Pd., notulen dilaksanakan oleh Ibu Supriatun M. Pd.

    Tahapan awal dimulai dengan sambutan dari

    pihak Kepala Sekolah yang memberikan kesempatan

    kepada peserta FGD untuk menelaah dan mencari

    kelemahan atau kekurangan pengelolaan perpustakaan

    sekolah. Dilanjutkan sambutan dari dosen pendamping

    FGD yang memaparkan tujuan dilakukannya FGD

    sebagai salah satu metode penggalian data agar data

    informasi awal lebih akurat. Kemudian peneliti

    memaparkan tujuan penelitian dan meminta anggota

    forum untuk menemukan permasalahan berkaitan

    dengan enam komponen standar perpustakaan di SMA

    Negeri 12 Semarang. Peneliti juga menyajikan fenomena

    di lapangan yang dilihat dan dirasakan berkaitan

    dengan pengelolaan perpustakaan di SMA Negeri 12

    Semarang. Peneliti menyebarkan sembilan pertanyaan

    yang mengadaptasi enam komponen SNP dalam form

  • 56

    FGD yang harus dibaca, diisi, didiskusikan dan

    disimpulkan oleh semua peserta FGD sehingga

    diperoleh simpulan gambaran atau profil kondisi awal

    pengelolaan perpustakaan sekolah.

    Tahap pertama FGD ini juga membahas hasil

    analisis SWOT yang telah disusun oleh peneliti. Hasil

    analisis SWOT tersebut menyatakan bahwa kelemahan

    dominan pada layanan perpustakaan lambat dan

    bertele-tele dan potensi yang dominan terdapat tenaga

    pustakawan yang yang telah memenuhi klasifikasi

    pendidikan perpustakaan. Lebih jelas disajikan

    gambaran atau profil kondisi awal komponen

    perpustakaan sekolah hasil FGD tahap pertama

    sebagaimana tabel berikut ini :

    Tabel 4.1 Matrik FGD Kondisi Awal Komponen

    Perpustakaan Sekolah

    No Pertanyaan Simpulan

    1. Tanggapan mengenai

    ketersediaan koleksi

    buku yang telah

    dimiliki oleh

    perpustakaan SMAN

    12 Semarang

    1. Buku teks pelajaran

    2. Buku panduan

    pendidik

    3. Buku referensi

    4. Buku fiksi

    5. Koleksi serial

    6. Koleksi digital

    Pengadaan koleksi dari

    sekolah, bantuan

    pemerintah

  • 57

    2. Tanggapan mengenai

    sarana dan prasarana

    yang telah dimiliki

    oleh perpustakaan

    SMAN 12 Semarang

    1. Ruang di lantai dua

    2. Perabot meja kursi

    kurang

    3. Sarana teknologi belum

    lengkap

    4. Media pendidikan

    kurang

    5. Perlengkapan lain

    untuk print kurang

    3. Tanggapan mengenai

    pelayanan yang telah

    diberikan

    Perpustakaan SMAN

    12 Semarang kepada

    pengguna

    1. Kurang prima

    2. Ada tata cara layanan

    3. Sirkulasi masih manual

    4. Memanfaatkan sumber

    daya perpustakaan

    5. Sebagian mengacu SNP

    6. Belum ada kerjasama

    antar perpustakaan

    7. Katalog on-line terbatas

    4. Tanggapan mengenai

    tenaga perpustakaan

    yang telah dimiliki

    oleh perpustakaan

    SMAN 12 Semarang

    1. Kepala perpustakaan

    2. Pustakawan

    3. Tenaga teknis (belum

    bintek/ diklat)

    5. Tanggapan mengenai

    pendanaan

    operasional yang

    telah dimiliki oleh

    perpustakaan SMAN

    12 Semarang

    1. APBN

    2. APBD

    3. Tidak ada dana dari:

    a. Komite

    b. Sumbangan

    masyarakat

    c. Kerja sama

  • 58

    d. Bantuan luar negeri

    e. Hasil usaha jasa

    6 Tanggapan mengenai

    pengelolaan dan

    pengembangan

    perpustakaan sekolah

    yang telah

    dilaksanakan oleh

    perpustakaan SMAN

    12 Semarang selama

    ini

    Perpustakaan jarang

    mengikuti lomba menulis

    resensi buku

    7. Kelemahan dominan

    yang dimiliki oleh

    perpustakaan SMAN

    12 Semarang

    Layanan perpustakaan

    lambat bertele-tele. Hal itu

    dikarenakan dalam

    layanan perpustakaan

    sekolah masih

    menggunakan sistem

    konvensional dengan cara

    mencatat/menulis manual

    dalam buku peminjaman

    untuk kegiatan

    peminjaman,

    pengembalian buku

    8. Kelebihan dominan

    apa saja yang dimiliki

    oleh perpustakaan

    SMAN 12 Semarang

    Terdapat tenaga

    pustakawan yang telah

    memenuhi klasifikasi

    pendidikan perpustakaan.

    9 Kritik dan saran

    terhadap pengelolaan

    dan pengembangan

    Pengelolaan dan

    pengembangan agar

    menerapkan otomasi dan

  • 59

    perpustakaan sekolah

    yang telah dilakukan

    oleh perpustakaan

    SMAN 12 Semarang.

    aplikasi IT, penggunaan

    kartu perpustakaan

    dilengkapi barcode secara

    bertahap untuk sirkulasi

    buku

    Sumber: Data Primer Penelitian 2014 yang diolah

    Berdasarkan hasil studi pendahuluan

    mengenai gambaran aktual pengelolaan

    perpustakaan sekolah SMA Negeri 12 Semarang,

    peneliti mengambil simpulan hasil FGD berdasarkan

    data atau informasi dari peserta FGD dan

    pertimbangan tertentu. Peneliti dalam merumuskan

    hasil FGD tahap pertama juga meminta

    pertimbangan dari dosen pembimbing dan dosen ahli

    untuk validasi format pertanyaan FGD tahap kedua.

    Dinyatakan bahwa pengelolaan dan pengembangan

    seyogyanya menerapkan otomasi dan aplikasi

    teknologi informasi, penggunaan kartu perpustakaan

    siswa dilengkapi barcode secara bertahap untuk

    sirkulasi buku. Saran tersebut kemudian dimasukan

    dalam model pengembangan komponen standar

    perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang.

    Hasil analisis SWOT juga disampaikan dalam

    tahap pertama FGD. Lebih jelas berikut ditampilkan

    empat kuadran analisis SWOT yang telah disusun

    oleh peneliti.

  • 60

    Tabel 4.2 Analisis SWOT Komponen Standar

    Perpustakaan SMA 12 Semarang

    No Elemen SWOT

    Kekuatan (S)

    Bobot Skor Total

    skor

    1. Kepedulian kepala

    sekolah

    0,30 3 0,90

    2. Satu pustakawan

    memenuhi kualifikasi

    pendidikan

    0,20 4 0,80

    3. Gedung 0,20 3 0,60

    4. Koleksi buku pelajaran 0,20 3 0,60

    5. Dana APBN/ APBD/

    Komite

    0,10 2 0,20

    Jumlah skor 1.00 3,10

    No Elemen SWOT

    Kelemahan (w)

    Bobot Skor Total

    skor

    1 Layanan belum

    menerapkan TI

    0,30 4 1,20

    2 Dana pengadaan sarana

    belum mencukupi

    0,20 4 0,80

    3 Tidak ada tenaga teknis

    perpustakaan

    0,20 2 0,40

    4 Sarana belum memadai 0,30 1 0,30

    Jumlah skor 1,00 2,70

  • 61

    No Elemen SWOT Peluang

    (O)

    Bobot Skor Total

    skor

    1. Pengiriman tenaga

    perpustakaan untuk

    diklat

    0,40 4 1,60

    2. Kerja sama dengan

    perpustakaan daerah

    0,30 3 0,90

    3. Kerja sama dengan

    institusi lain

    0,30 3 0,90

    Jumlah skor 1,00 3,40

    No Elemen SWOT Ancaman (T)

    Bobot Skor Total skor

    1. Masih menggunakan kartu kertas

    0,30 3 0,90

    2. Sulit melacak buku

    yang hilang

    0,30 3 0,90

    3. Guru dan karyawan

    belum semua peduli terhadap perkembangan

    perpustakaan

    0,20 2 0,40

    4. Koleksi buku pelajaran terbitan lama

    0, 20 3 0,60

    Jumlah skor 1,00 2,80

  • 62

    Tabel 4.3 Perhitungan Analisis SWOT SMA Negeri 12

    Semarang Skor akhir IFAS dan EFAS

    IFAS (Matriks Internal Factor

    Analysis Summary)

    EFAS (Matriks Eksternal Factor

    Analysis Summary)

    Total Skor

    Kekuatan (S)

    3,10 Total Skor

    Peluang (O)

    3,40

    Total skor

    Kelemahan (W)

    2,70 Total Skor

    Ancaman (T)

    2,80

    S-W

    0,40 O - T 0,60

    Berdasarkan hasil analisis data kuadran

    kekuatan (S) di atas, didapat keterangan bahwa peserta

    FGD memberikan skor 4 pada komponen satu

    pustakawan memenuhi kualifikasi pendidikan.

    Maknanya tenaga pustakawan tersebut memiliki

    keahlian dan ketrampilan sesuai bidang yang ditekuni

    yaitu menjadi tenaga pustakawan di perpustakaan SMA

    12 Semarang. Peserta FGD berpendapat bahwa tenaga

    pustakawan telah memenuhi kualifikasi pendidikan

    yang diperlukan, memiliki pengetahuan kepustakaan,

    memiliki ketrampilan mengelola perpustakaan sekolah.

    Faktor ini dianggap dapat dijadikan kekuatan untuk

    meningkatkan kualitas layanan perpustakaan sekolah.

    Faktor ini diberi bobot 0,20 dan skor 4. Faktor

    kepedulian kepala sekolah dianggap memberikan

    pengaruh positif terhadap pengelolaan perpustakaan

    sekolah sesuai dengan komponen standar

    perpustakaan sekolah. Hal itu merupakan wujud

    dukungan struktur organisasi formal perpustakaan

    bahwa pimpinan mendukung pengembangan

  • 63

    perpustakaan sekolah dengan bobot 0,30 dan skor 3.

    Faktor gedung perpustakaan dianggap telah

    memenuhi standar sarana dan prasarana perpustakaan

    sekolah dengan bobot 0,20 dan skor 3. Selanjutnya

    koleksi buku pelajaran dianggap telah memenuhi

    komponen standar perpustakaan sekolah bahwa

    perpustakaan di lingkungan sekolah memiliki fungsi

    menyediakan koleksi buku pelajaran bagi siswa dengan

    bobot 0,20 dan skor 3. Faktor dana pembiayaan dan

    operasional berasal dari APBN/ APBD/ Komite

    dianggap memenuhi komponen standar perpustakaan

    dikarenakan secara legal formal pembiayaan utama

    perpustakaan sekolah dibawah naungan resmi APBN/

    APBD/ Komite dengan bobot 0,10 dan skor 2.

    Faktor kelemahan yaitu diketahui pengelolaan

    perpustakaan SMA 12 Semarang belum menerapkan TI.

    Perpustakaan menggunakan sistem layanan

    konvensional yang membutuhakan banyak waktu,

    bertele-tele dan kurang efektif. Komponen ini diberi

    bobot 0,30 dan skor 4 yang menyebabkan pengelolaan

    komponen standar perpustakaan belum berjalan

    maksimal padahal untuk saat ini penerapan sistem IT

    merupakan kebutuhan dan tuntutan pengelolaan

    perpustakaan modern, inovatif dan kreatif yang harus

    dilaksanakan untuk mengotimalkan fungsi

    perpustakaan sekolah bagi pemakai atau pengguna.

    Komponen dana pengadaan sarana dan prasarana

    pendukung perpustakaan menjadi faktor kelemahan

    berikutnya dengan bobot 0,20 dan skor 4. Kelengkapan

    sarana dan prasarana perpustakaan dipengaruhi oleh

    alokasi dana. Semakin besar dana yang dialokasikan

  • 64

    maka semakin lengkap sarana dan prasarana yang

    dapat dimiliki, sebaliknya semakin kecil alokasi dana

    maka semakin sedikit sarana dan prasarana yang

    dimiliki.

    Hasil analisis data kuadran peluang dapat

    dijelaskan bahwa faktor pengiriman tenaga

    perpustakaan untuk mengikuti bintek/ diklat.

    Komponen ini menjadi faktor peluang dikarenakan

    dapat meningkatkan pengetahuan, skill, ketrampilan

    tenaga perpustakaan dalam menjalankan tugas dan

    kewajiban. Faktor ini oleh para peserta FGD diberi

    bobot 0,40 dengan skor 4. Selanjutnya kerja sama

    dengan perpustakaan daerah dianggap sebagai

    peluang yang besar disebabkan dapat membantu

    pendanaan dengan menambah koleksi dengan bobot

    0,30 dan skor 3. Faktor ketiga adalah kerjasama

    dengan institusi lain dikarenakan dapat meningkatkan

    ketersediaan koleksi perpustakaan dengan bobot 0,30

    dan skor 3.

    Ancaman terbesar berdasarkan matrik komponen

    standar perpustakaan di atas adalah masih digunakan

    kartu perpustakaan konvensional yaitu kartu kertas.

    Hal ini dianggap sebagai ancaman utama dikarenakan

    jika kartu kertas masih digunakan dan sistem

    konvensional tetap dipertahankan maka pengelolaan

    perpustakaan tidak optimal serta tidak dapat

    memenuhi enam komponen standar perpustakaan

    sekolah. Faktor ini diberi bobot 0,30 dengan skor 3.

    Sulit melacak buku yang hilang dikarenakan belum

    maksimal menggunakan sistem otomasi dengan bobot

    0,30 dan skor 3. Faktor guru dan karyawan belum

  • 65

    semua peduli terhadap perkembangan perpustakaan

    dianggap sebagai kendala yang menghambat

    pengelolaan perpustakaan sekolah dengan bobot 0,20

    dan skor 2. Koleksi buku pelajaran terbitan lama juga

    menjadi kendala untuk memenuhi komponen standar

    perpustakaan dengan bobot 0, 20 dan skor 3.

    Berdasarkan perhitungan analisis SWOT, dapat

    diketahui bahwa total skor kekuatan sebesar 3,10

    dikurangi total skor kelemahan sebesar 2,70 dengan

    hasil 0,40. Total skor peluang 3,40 dikurangi total skor

    ancaman sebesar 2,80 dengan hasil 0,60. Dapat

    dinyatakan bahwa komponen standar perpustakaan

    sekolah yaitu layanan perpustakaan belum

    menerapkan TI. Diketahui pula bahwa terdapat

    pustakawan yang memenuhi kualifikasi pendidikan

    perpustakaan. Hal tersebut dapat dijadikan kekuatan

    untuk meningkatkan layanan perpustakaan sekolah.

  • 66

    DIAGRAM ANALISIS SWOT

    Gambar 4.2

    Diagram Analisis SWOT

    Dari diagram analisis di atas, diperoleh hasil

    bahwa skor kekuatan dikurangi skor kelemahan

    adalah 3,10 – 2,70 dengan hasil 0,40 , sedangkan

    skor peluang dikurangi ancaman adalah 3,40 – 2,80

    dengan hasil 0,60. Data ini menghasilkan strategi di

    kuadran S – O ( strengths – opportunity ) yaitu

    strategi di mana kekuatan yang ada dimaksimalkan

    untuk menangkap peluang.

  • 67

    4.1.3 Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)

    Model Pengembangan Komponen Standar

    Perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang

    FGD tahap kedua dilaksanakan pada hari Senin

    tanggal 10 November 2014 bertempat di ruang

    laboratorium kimia SMA Negeri 12 Semarang. FGD

    dimulai sejak pukul 09.30 pagi sampai dengan pukul

    11.30 WIB. Peserta Focus Group Discussion tahap

    kedua adalah Kepala Sekolah, satu orang kepala

    perpustakaan, satu orang pustakawan, dua orang

    tenaga teknis perpustakaan serta sepuluh guru dengan

    jumlah total peserta FGD sebanyak 17 orang.

    Narasumber FGD adalah DR. Wellius P., M.Pd. dan

    Kepala Sekolah. Sebagai moderator Bapak Sukimin,

    M.Pd. notulen dilaksanakan oleh Ibu Supriatun M. Pd.

    Tahapan awal dimulai dengan sambutan dari

    pihak Kepala Sekolah yang memberikan kesempatan

    kepada peserta FGD untuk menemukan model

    pengembangan komponen standar perpustakaan.

    Dilanjutkan sambutan dari dosen pendamping FGD

    yang memaparkan tujuan dilakukannya FGD tahap

    kedua untuk menemukan model pengembangan

    komponen standar perpustakaan sekolah yang tepat

    dan aplikatif. Kemudian peneliti memaparkan model

    pengembangan komponen standar perpustakaan

    sekolah berdasar hasil FGD pada tahap pertama dan

    meminta anggota forum untuk merumuskan model

    pengembangan komponen standar perpustakaan di

    SMA Negeri 12 Semarang. Peneliti menyebarkan enam

    pertanyaan yang berisi masukan untuk enam

    komponen standar perpustakaan yang harus dibaca,

  • 68

    diisi, didiskusikan dan disimpulkan oleh semua peserta

    FGD sehingga diperoleh model pengembangan

    komponen standar perpustakaan sekolah. Lebih jelas

    disajikan hasil FGD kedua berisi model pengembangan

    komponen standar perpustakaan sekolah sebagaimana

    tabel berikut ini :

    Tabel 4.4 Matrik FGD Model Pengembangan

    Komponen Standar Perpustakaan Sekolah

    No Pernyataan Simpulan

    1. Saran mengenai

    ketersediaan koleksi di

    perpustakaan SMAN

    12 Semarang

    1. Buku teks pelajaran

    2. Buku panduan pendidik

    3. Buku referensi

    4. Buku fiksi

    5. Koleksi serial

    6. Koleksi digital

    Pengadaan koleksi dari

    sekolah, bantuan

    pemerintah serta koleksi

    buku fiksi hibah dari

    siswa

    2. Saran mengenai sarana

    dan prasarana di

    perpustakaan SMAN

    12 Semarang

    1. Ruang di lantai dua

    2. Perabot teknologi

    informasi dilengkapi

    3. Media pendidikan kurang

    Penambahan fasilitas

    printer IP 2770 hitam dan

    warna serta catridge

    Canon 810.

    3. Saran mengenai

    pelayanan

    perpustakaan SMAN

    12 Semarang kepada

    1. Secara bertahap

    meningkatkan mutu

    2. Ada tata cara layanan

    3. Sirkulasi dengan otomasi

  • 69

    pengguna 4. Memanfaatkan sumber

    daya perpustakaan

    5. Secara bertahap mengacu

    SNP

    6. Menjalin kerjasama antar

    perpustakaan

    7. Katalog on-line

    dikembangkan

    4. Saran mengenai tenaga

    perpustakaan SMAN

    12 Semarang

    1. Kepala perpustakaan

    2. Pustakawan

    3. Tenaga teknis (dikirim

    bintek/ diklat)

    5. Saran mengenai

    sumber pendanaan

    operasional

    perpustakaan SMAN

    12 Semarang

    1. APBN

    2. APBD

    3. Pengajuan bantuan

    kepada Perpusda Jateng

    6. Saran mengenai

    pengelolaan dan

    pengembangan

    perpustakaan yang

    seyogyanya

    dilaksanakan oleh

    perpustakaan SMAN

    12 Semarang

    1. Perpustakaan mengikuti

    lomba menulis resensi

    buku minimal satu tahun

    sekali

    2. Koleksi serial secara

    bertahap diberi barcode

    3. Koleksi digital

    diinventaris otomasi

    Sumber: Data Primer 2014 yang diolah

    Berdasarkan hasil FGD mengenai masukan

    terhadap enam komponen SNP perpustakaan

    sekolah, peneliti mengambil simpulan untuk

    dijadikan model pengembangan komponen standar

    perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang. Peneliti

    dalam menyusun model pengembangan juga

  • 70

    meminta pertimbangan dari dosen pembimbing dan

    dosen ahli untuk validasi model pengembangan yang

    akan diterapkan.

    Berikut disajikan hasil validasi model

    pengembangan dari dosen ahli; (1) UU Perpustakaan

    Nomor 43 dengan model pengembangan otomasi

    perpustakaan SMA Negeri 12 sesuai; (2)

    pengembangan koleksi buku fiksi di SMAN 12

    Semarang berasal hibah dari siswa perpustakaan; (3)

    pengembangan sarana dan prasarana berupa

    pengadaan print iP 2770 hitam putih dan warna

    serta penyediaan catrid Canon 810; (4)

    pengembangan layanan berbasis IT di SMAN 12

    Semarang sesuai dengan SNP (5) pengembangan

    kemampuan skill tenaga teknis perpustakaan SMAN

    12 Semarang dengan mengikuti bintek dan diklat; (6)

    pengembangan sumber operasional pendanaan

    berupa pengajuan bantuan ke perpusda sesuai dan

    dapat dilakukan; (7) pengembangan inventarisasi

    koleksi digital secara otomatis, pemberian barcode

    dan partisipasi dalam lomba resensi buku yang

    dilakukan oleh perpustakaan SMAN 12 Semarang

    sesuai dan dapat dilakukan. Berdasarkan

    keterangan di atas maka pakar atau dosen ahli

    menyarankan model pengembangan komponen

    standar perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12

    Semarang dinyatakan valid dan siap dilanjutkan

    untuk dilaksanakan uji coba terbatas.

  • 71

    4.1.4 Model Pengembangan

    4.1.4.1 Disain Produk dan Model Pengembangan

    Komponen Standar Perpustakaan

    Sekolah SMA Negeri 12 Semarang

    Enam komponen standar perpustakaan dapat

    dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah.

    Komponen pengadaan koleksi buku perpustakaan yang

    mengandalkan pembelian sekolah dan bantuan

    pemerintah dapat memperoleh buku fiksi hibah dari

    siswa, guru dan staf sekolah. Pengembangan komponen

    koleksi buku dilakukan oleh 35 siswa kelas XI MIA 2

    dengan menghibahkan bacaan fiksi berupa novel. Dari

    kegiatan ini diperoleh 7 buah novel.

    Pengembangan komponen sarana dan prasarana

    dilakukan dengan menambahkan fasilitas catridCanon

    iP 2770 hitam dan warna. Pengembangan telah

    dilaksanakan dan dirasakan hasilnya yaitu mencetak

    foto warna anggota perpustakaan SMA Negeri 12

    Semarang.

    Pengembangan layanan perpustakaan dengan

    penerapan sirkulasi otomasi secara bertahap tidak

    tergantung catatan atau tulisan manual.Katalog on-line

    mulai digunakan sehingga siswa dapat mengakses

    layanan sirkulasi menggunakan koneksi internet, tidak

    harus datang langsung, antri dan berebut di meja

    katalog buku.Telah dilaksanakan kerjasama dengan

    Perpusda Jateng untuk membantu pengadaan dan

    peminjaman koleksi buku.

    Pengembangan tenaga perpustakaan dengan

    mengirim dua orang tenaga teknis mengikuti bintek

    atau diklat. Materi bintek berupa pengolahan buku,

  • 72

    layanan sirkulasi, administrasi perpustakaan dan

    selving dimaksudkan dapat meningkatkan kompetensi

    kepustakaan.

    Pengembangan Komponen pendanaan berupa

    pengajuan bantuan kepada Perpusda Jateng.

    Komponen ini dapat dilaksanakan dengan wujud

    bantuan peminjaman koleksi buku.

    Pengembangan pengelolaan dan pengembangan

    perpustakaan sekolah adalah dengan; (1) keikutsertaan

    aktif dalam lomba menulis resensi buku minimal satu

    tahun sekali dan telah dilaksanakan pada semester I

    tahun pelajaran 2011/2012; (2) Pemberian barcode

    pada koleksi serial; (3) menginventaris koleksi digital

    pada semester I tahun pelajaran 2014/2015.

    Lebih jelas model pengembangan komponen

    standar perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12

    Semarang disajikan dalam bagan berikut ini.

  • 73

    Gambar 4.3 Model Pengembangan Komponen Standar

    Perpustakaan Sekolah di SMA Negeri 12 Semarang

    Pendanaan 1. APBN 2. APBD

    Pengajuan bantuan kepada: a. Perpustakaan

    daerah Jateng

    Layanan

    1. Secara bertahap meningkatkan mutu

    2. Ada tata cara layanan

    3. Sirkulasi dengan otomasi

    4. Memanfaatkan sumber daya perpustakaan

    5. Secara bertahap mengacu SNP

    6. menjalin kerjasama antarperpustakaan

    7. Katalog on-line dikembangkan

    Tenaga perpustakaan 1. Kepala perpustakaan 2. Pustakawan

    3. Tenaga teknis (dikirim bintek/ diklat)

    Pengelolaan dan pengembangan

    1. Ada lomba menulis resensi buku minimal satu tahun sekali

    2. Koleksi serial secara bertahap diberi barcode

    3. Koleksi digital diinventaris secara otomasi

    Koleksi buku fiksi

    hibbah dari siswa

    Koleksi 1. Buku teks

    pelajaran 2. Buku

    panduan pendidik

    3. Buku referensi

    4. Buku fiksi 5. Koleksi serial 6. Koleksi digital

    Pengadaan koleksi dari sekolah, bantuan

    Sarana dan

    prasarana

    1. Ruang di lantai dua

    2. Buku 3. Perabot teknologi

    informasi dilengkapi

    4. Media pendidikan 5. Perlengkapan lain

    Fasilitas

    pembelian

    catridge ip 2770

    warna dan

    hitam

  • 74

    4.1.4.2 Validasi Produk dan Revisi Model

    Desain produk berupa kartu anggota

    perpustakaan digital dibuat, kemudian dilanjutkan

    dengan validasi disain dengan memperhatikan

    masukan dari dosen ahli dan rekan sejawat. Validasi

    desain yang dilakukan oleh disain ahli dan rekan

    sejawat menyatakan bahwa: (1) prototype kartu anggota

    perpustakaan digital layak untuk diujicobakan pada

    anggota perpustakaan; (2) prototype produk sesuai

    dengan SNP perpustakaan sekolah; (3) secara rasional

    efektif meningkatkan pengelolaan dan pengembangan

    layanan perpustakaan ditinjau dari waktu dan tenaga.

    4.1.4.3 Uji Coba Terbatas Produk Model

    Pengembangan Komponen Standar

    Perpustakaan Sekolah

    Prototipe produk pengembangan model

    komponen perpustakaan sekolah yang dapat

    diujicobakan secara terbatas adalah kartu anggota

    perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang. Kartu anggota

    digital tersebut di bagian depan terdiri dari nama

    sekolah, nama siswa, NIM, masa berlaku foto siswa,

    nama kepala perpustakaan sekolah, dan kode barcode.

    Sedangkan di bagian belakang terdapat peraturan

    perpustakaan sekolah yang harus ditaati oleh siswa.

    Cara pembuatan kartu digital pada awalnya

    pengelola perpustakaan sekolah menentukan terlebih

    dahulu kode pada masing-masing buku. Seperti kode

    klasifikasi, kode sekolah, kode buku, kode rak dan kode

    cek buku. Selanjutnya petugas Perpustakaan

    menginput kode yang telah ditentukan pada masing-

  • 75

    masing buku ke sistem. Selanjutnya sistem akan

    mengubah angka-angka yang diinputkan menjadi

    batangan barcode dalam bentuk gambar. Kemudian

    gambar barcode tersebut di cetak ke kertas stiker yang

    telah disediakan.Tahap yang terakhir adalah, setelah

    barcode tercetak, petugas perpustakaan menempelkan

    hasilnya ke setiap buku. Setelah semua buku diberikan

    label oleh petugas perpustakaan maka informasi

    terhadap buku tersebut dapat dimasukan ke dalam

    sistem sehingga kinerja dari petugas perpustakaan

    menjadi lebih efisien.

    Barcode adalah suatu kode dalam bentuk

    sejumlah baris tegak.Dalam bahasa Indonesia sering

    disebut juga kode baris atau kode batang atau sandi

    lurik.Kode berbentuk baris tegak ini dapat dibaca

    dengan suatu alat baca tertentu (barcode reader) yang

    kemudian hasilnya dapat disalurkan ke komputer

    untuk diolah.Berikut ini adalah contoh barcode.

    Sistem pengkodean yang digunakan tidak sama

    antara satu dengan lainnya, disesuaikan dengan

    teknologi/sistem yang diterapkan. Barcode merupakan

    metode yang paling mudah, paling efektif dan paling

    dapat diandalkan (reliable) untuk mengindentifikasikan

    dan memasukkan informasi ke dalam sebuah komputer

    yang berbasis sistem informasi.

    Dalam pembuatan kartu anggota perpustakaan

    digital, keberadaan barcode mempermudah pengelola

  • 76

    perpusakaan dalam melaksanakan tugasnya. Hal itu

    dikarenakan dengan menggunakan kartu anggota

    digital, petugas perpustakaan hanya perlu

    menggunakan barcode reader (pembaca barcode) untuk

    memasukan data siswa yang akan meminjam atau

    mengembalikan buku ke dalam sistem di komputer.

    Jadi pengelola perpustakaan tidak perlu menulis nama,

    judul buku, tanggal peminjaman atau pengembalian

    buku yang dilakukan oleh siswa.

    Berikut ini adalah contoh kartu anggota

    perpustakaan digital yang dikembangkan oleh peneliti

    di SMA N 12 Semarang.

    Gambar 4.4

    Kartu anggota perpustakaan digital

  • 77

    Gambar 4.5

    Barcode reader (Pembaca barcode)

    Setelah model kartu anggota perpustakaan digital

    selesai dibuat kemudian dicetak untuk dilakukan uji

    coba. Peneliti mencetak 36 kartu anggota digital untuk

    diujicobakan kepada siswa kelas X MIA 1. Dalam uji

    coba tersebut, masing-masing siswa di berikan kartu

    anggota digital untuk melakukan kegiatan peminjaman

    dan kegiatan pengembalian buku. Uji coba dilakukan

    untuk mengetahui efektifitas dari kartu anggota digital

    yang telah dibuat. Uji coba dilaksanakan pada semester

    satu tahun pelajaran 2014/2015. Hasil uji coba dapat

    dideskripsikan bahwa siswa dengan mandiri dapat

    menggunakan kartu digital di depan barcode reader

    serta siswa tidak perlu antre di meja peminjaman buku.

    Kondisi tersebut mengindikasikan jumlah antrean

    dapat berkurang, waktu pelayanan cepat dan tidak

    bergantung pada tenaga teknis perpustakaan. Dapat

    dikatakan penggunaan kartu perpustakaan digital

    sebagai model pengembangan komponen standar

    perpustakaan efektif meningkatkan fungsi

    perpustakaan bagi pengguna dapat diterima.

  • 78

    4.1.4.4 Evaluasi Perbaikan

    Setelah dilakukan uji coba penggunaan kartu

    perpustakaan digital terhadap 36 siswa diketahui

    kekurangan dan kelebihan dari penggunaan kartu

    anggota perpustakaan tersebut. Poin kekurangan dan

    kelebihan tersebut dapat dijadikan acuan untuk

    melakukan perbaikan.

    Berdasarkan hasil uji coba dapat diketahui

    bahwa penggunaan kartu anggota perpustakaan digital

    di SMA N 12 Semarang memberikan manfaat yang

    sangat besar. Hal itu dapat dilihat dari efisiensi waktu

    dan tenaga petugas perpustakaan dalam melakukan

    kegiatan layanan di perpustakaan. Sebelum

    menggunakan kartu anggota perpustakaan digital,

    petugas perpustakaan harus menulis nama siswa,

    judul buku dan tanggal peminjaman ke dalam buku

    besar. Petugas juga harus mencatat judul buku dan

    tanggal peminjaman ke dalam kartu anggota siswa.

    Berbeda dengan penggunaan kartu anggota

    perpustakaan digital dimana siswa hanya menyerahkan

    kartu dan buku yang akan dipinjam atau

    dikembalikan. Kemudian petugas perpustakaan akan

    mengecek barcode dengan alat barcode reader untuk

    mengetahui nama dan judul buku yang akan dipinjam

    atau dikembalikan oleh siswa. Penggunaan kartu

    anggota perpustakaan digital di SMA N 12 Semarang

    memberikan kemudahan bagi pengelola perpustakaan

    dalam melakukan kegiatan layanan. Sehingga

    pembuatan kartu anggota perpustakaan digital dapat

    diperbanyak dan segera digunakan oleh semua siswa di

    lingkungan SMA N 12 Semarang.

  • 79

    4.2 Pembahasan

    Perpustakaan menjadi bagian integral yang

    mendukung proses belajar-mengajar. Perpustakaan

    sekolah berfungsi sebagai sumber belajar sehingga

    dapat membantu pengembangan dan peningkatan

    minat baca, literasi informasi, serta kemampuan

    peserta didik.

    Pengembangan pengelolaan dan pengembangan

    perpustakaan sekolah harus mengacu pada enam

    komponen dasar SNP dalam UU Perpustakaan Nomor

    43 Tahun 2007 mencakup; (1) pengadaan koleksi; (2)

    sarana dan prasarana; (3) layanan; (4) tenaga

    perpustakaan; (5) pendanaan; (6) pengelolaan dan

    pengembangan. Semua komponen saling terkait dan

    tidak dapat dipisahkan.

    Pengembangan komponen koleksi yang semula

    pengadaan koleksi buku hanya berasal dari pemerintah

    dan sekolah, dapat pula melibatkan siswa untuk

    memberi sumbangan koleksi buku fiksi/novel.

    Komponen ini telah dilaksanakan dengan hibah koleksi

    5 buku fiksi dari siswa.

    Pengembangan komponen sarana dan prasarana

    yang semula memiliki keterbatasan dalam mencetak

    dilengkapi dengan fasilitas catridge hitam dan warna

    untuk printer Canon iP 2770 sehingga perpustakaan

    sekolah dapat mencetak foto warna secara mandiri.

    Komponen pelayanan yang semula

    mengandalkan katalog off line secara bertahap

    mengembangkan katalog on line. Komponen ini telah

    dilaksanakan terintegrasi dengan sistem otomasi

    pelayanan perpustakaan.

  • 80

    Komponen tenaga perpustakaan yang semula

    mengandalkan satu orang pustakawan tersertifikasi

    dengan mengirimkan tenaga teknis perpustakaan

    mengikuti bintek atau diklat kepustakaan.

    Komponen sumber pendanaan operasional yang

    semua mengandalkan sumber dana dari APBN dan

    APBD, dikembangkan dengan mengajukan bantuan

    kepada perpustakaan daerah Jateng. Bantuan dana

    diwujudkan dengan peminjaman koleksi buku dari

    Perpustakaan daerah Jawa Tengah.

    Komponen pengelolaan dan pengembangan yang

    semula koleksi digital belum diinventaris belum diberi

    label atau barcode dikembangkan dengan otomasi

    koleksi digital.

    Wujud produk pengembangan komponen standar

    perpustakaan yang dapat dilaksanakan di SMA 12

    Semarang berupa pembuatan kartu digital anggota

    perpustakaan yang dilengkapi dengan barcode.

    Pembuatan kartu tersebut sebagai sebuah produk telah

    mewakili model pengembangan enam komponen

    standar perpustakaan yang saling terkait dan tidak

    dapat dipisahkan.

    Kelemahan layanan perpustakaan SMA 12

    Semarang yang selama ini cenderung menggunakan

    sistem konvensional dapat diatasi dengan sistem

    otomasi perpustakaan menggunakan kartu

    perpustakaan digital dan barcode. Kondisi itu dapat

    diatasi dengan mengirim tenaga teknis perpustakaan

    mengikuti bintek atau diklat kepustakaan untuk

    meningkatkan kompetensi tenaga perpustakaan dalam

    bidang layanan otomasi perpustakaan digital.

  • 81

    Perpustakaan sekolah sebagai produsen

    informasi sangat memungkinkan memanfaatkan

    inovasi teknologi informasi. Perangkat barcode dalam

    proses sirkulasi perpustakaan sangat dibutuhkan

    untuk memasukan data anggota dan buku dikarenakan

    perangkat barcode merupakan sebuah alat yang lebih

    cepat dan akurat dalam membaca data dibandingkan

    menggunakan jari. Kegiatan layanan perpustakaan

    dengan aktifitas siswa datang ke meja petugas

    perpustakaan untuk meminjam buku kemudian

    petugas secara manual menuliskan data buku yang

    dipinjam (kode dan judul buku) ke dalam file excel

    membutuhkan banyak waktu sehingga dapat

    menimbulkan antrian panjang.

    Sistem baru yang dirancang untuk

    menyederhanakan kegiatan layanan perpustakaan SMA

    12 Semarang memanfaatkan teknologi barcode. Barcode

    digunakan untuk mempercepat proses pencatatan

    kegiatan peminjaman dan pengembalian koleksi. Alat

    ini mampu meminimalkan kesalahan penulisan kode

    koleksi, baik buku ataupun media. Keberadaan barcode

    scanner dalam kegiatan layanan perpustakaan

    membantu petugas perpustakaan tidak perlu mencatat

    transaksi secara manual, cukup melakukan scan pada

    koleksi buku yang dipinjam/dikembalikan, dan data

    langsung dikelola dalam sistem basis data.

    Keefektifan produk model pengembangan standar

    layanan perpustakaan berupa penggunaan kartu

    perpustakaan digital di SMA Negeri 12 Semarang dapat

    diketahui dari perbandingan kegiatan layanan untuk

    peminjaman dan pengembalian buku yang semula

  • 82

    membutuhkan waktu kurang lebih 3-5 menit karena

    petugas harus menulis secara manual ke dalam buku

    peminjaman. Dengan adanya sistem barcode petugas

    cukup melakukan scan pada barcode membutuhkan

    waktu kurang dari 1 menit. Sistem secara otomatis

    akan menentukan tanggal berapa buku itu harus

    dikembalikan serta menghitung apabila terdapat

    perhitungan denda karena adanya keterlambatan

    pengembalian buku.