BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Uji Korosirepository.unair.ac.id/25590/14/14. Bab...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Uji Korosirepository.unair.ac.id/25590/14/14. Bab...
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Uji Korosi
Dari pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa data
hasil perhitungan weight loss, laju korosi dan efisiensi inhibitor dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil perhitungan weight loss, laju korosi dan efisiensi inhibitor
dalam variasi konsentrasi larutan NaCl, variasi konsentrasi
inhibitor Quinoline dan variasi waktu uji
Konsentrasi
Nacl (%)
Konsentrasi
Inhibitor
Quinoline
(miliMolar)
Temperatur
(°C)
Weight
Loss
(mg)
Laju Korosi
(MPY)
Efisiensi
Inhibitor (%)
1,5
0
50 0.9 5.960071073 -
60 1.1 7.734275294 -
70 1.4 9.324357443 -
5
50 0.7 4.708416828 22.22222222
60 0.8 5.456637153 27.27272727
70 0.8 5.463713824 42.85714286
10
50 0.4 2.652156959 55.55555556
60 0.4 2.672443813 63.63636364
70 0.5 3.315989778 64.28571429
20
50 0.1 0.660156675 88.88888889
60 0 0 100
70 0.2 1.330382039 85.71428571
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
3,5
0
50 1.5 10.30591677 -
60 1.7 11.28659258 -
70 2.2 14.94852023 -
5
50 1.3 8.787285247 13.33333333
60 1.4 9.457341243 17.64705882
70 1.5 9.989230567 31.81818182
10
50 0.8 5.317018502 46.66666667
60 0.9 5.991201457 47.05882353
70 1.1 7.55025736 50
20
50 0 0 100
60 0.1 0.676736993 94.11764706
70 0.3 2.002987554 86.36363636
5
0
50 2.4 15.79329674 -
60 2.6 17.51529197 -
70 2.9 19.3514558 -
5
50 1.9 12.63657331 20.83333333
60 2.1 14.1467966 19.23076923
70 2.4 15.99498383 17.24137931
10
50 1.1 7.325648017 54.16666667
60 1.3 8.675343983 50
70 1.3 8.714220366 55.17241379
20
50 0.3 2.001846488 87.5
60 0.4 2.696290443 84.61538462
70 0.5 3.438363603 82.75862069
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
Untuk mendapatkan weight loss (mg) diperoleh dari pengurangan massa
sebelum uji korosi (m1) dengan massa setelah proses pengujian (m2) sehingga
diperoleh data weight loss (W). Pengujian ini didasarkan pada reduksi berat
yang terjadi pada material ketika dicelupkan ke dalam media korosi dengan
lama pencelupan selama tiga jam. Reduksi berat ini kemudian dikonversikan
menjadi Laju Korosi. Penentuan laju korosi diperoleh dari rumus laju korosi
dengan menggunakan metodeberat hilang. Untuk menghitung laju
korosi,digunakan rumus MPY, mill per year ( mili per tahun) dimana sudah
disebutkan dalam persamaan (3.5).
Kemudian selanjutnya menghitung nilai efisiensi inhibitor quinoline
menggunakan cara pengurangan [(weight loss (mg) sebelum ditambahkan dengan
inhibitor - weight loss (mg) sesudah penambahan inhibitor) / weight loss (mg)
sebelum ditambahkan dengan inhibitor] × 100%.
Dengan menggunakan data hasil perhitungan dari Tabel 4.1 diatas, dapat
dikonversikan kedalam Gambar 4.1 sampai dengan Gambar 4.12.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan Weight
Loss Dalam Konsentrasi NaCl 1,5%
Berdasarkan Gambar 4.1
Stainless Steel 316L
dilarutkan. NilaiW rata
pada media korosi tanpa
Nilai penurunan
inhibitor quinoline yang kurang dari 20 milimolar yaitu sebesar 0,7
dalam temperatur 50°C. Setelah menyentuh penambahan inhibitor quin
milimolar terlihat cukup signifikan perbedaan weight loss yang terjadi yaitu
sebesar 0,1 (mg) dalam
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan Weight Loss
Dalam Konsentrasi NaCl 3,5%
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
0
We
igh
t Lo
ss (
mg
)
Konsentrasi Inhibitor (milimolar)
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan
Weight Loss Dalam Konsentrasi NaCl 1,5%
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan Weight
Loss Dalam Konsentrasi NaCl 1,5%
Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat tren penurunan weight loss
dengan semakin besarnya konsentrasiinhibitor yang
rata-rata terbesar terdapat pada spesimen yang dicelupkan
tanpa adanya penambahan inhibitor quinoline.
Nilai penurunan weight loss yang tertinggi itu terjadi sebelum penambahan
inhibitor quinoline yang kurang dari 20 milimolar yaitu sebesar 0,7
50°C. Setelah menyentuh penambahan inhibitor quin
milimolar terlihat cukup signifikan perbedaan weight loss yang terjadi yaitu
temperatur 50°C.
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan Weight Loss
Dalam Konsentrasi NaCl 3,5% dan 5 % pada gambar 4.2 dan gambar 4.3.
10 20 30
Konsentrasi Inhibitor (milimolar)
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan
Weight Loss Dalam Konsentrasi NaCl 1,5%
Dalam Temperatur
50°C
Dalam Temperatur
60°C
Dalam Temperatur
70°C
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan Weight
weight loss pada
bitor yang
rata terbesar terdapat pada spesimen yang dicelupkan
yang tertinggi itu terjadi sebelum penambahan
inhibitor quinoline yang kurang dari 20 milimolar yaitu sebesar 0,7-0,4 (mg)
50°C. Setelah menyentuh penambahan inhibitor quinoline 20
milimolar terlihat cukup signifikan perbedaan weight loss yang terjadi yaitu
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan Weight Loss
dan 5 % pada gambar 4.2 dan gambar 4.3.
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan Weight Loss
Dalam Konsentrasi NaCl 3,5 %
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan Weight Loss
Dalam Konsentrasi NaCl 5 %
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0
We
igh
t Lo
ss (
mg
)
Konsentrasi Inhibitor (milimolar)
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan
Weight Loss Dalam Konsentrasi NaCl 3,5%
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
0
We
igh
t Lo
ss (
mg
)
Konsentrasi Inhibitor (milimolar)
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan
Weight Loss Dalam Konsentrasi NaCl 5%
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan Weight Loss
Dalam Konsentrasi NaCl 3,5 %
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan Weight Loss
Dalam Konsentrasi NaCl 5 %
10 20 30Konsentrasi Inhibitor (milimolar)
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan
Weight Loss Dalam Konsentrasi NaCl 3,5%
Dalam Temperatur
50°C
Dalam Temperatur
60°C
Dalam Temperatur
70°C
10 20 30Konsentrasi Inhibitor (milimolar)
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan
Weight Loss Dalam Konsentrasi NaCl 5%
Dalam Temperatur
50°CDalam Temperatur
60°CDalam Temperatur
70°C
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan Weight Loss
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan Weight Loss
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
Berdasarkan Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 masih sangat jelas
penurunan weight loss
konsentrasiinhibitor yang dilarutkan. NilaiW
spesimen yang dicelupkan pada media
inhibitor quinoline.
Nilai penurunan
penambahan inhibitor quinoline yang kurang dari 20 m
menyentuh penambahan inhibitor quinoline 20 milimolar terlihat cukup signifikan
perbedaan weight loss yang terjadi.
Untuk penjelasan hubungan antara konsentrasi inhibitor dengan laju korosi
(MPY) semana mestinya pada Gambar 4.4 sampai den
berikut :
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan
Dalam Konsentrasi NaCl
0
2
4
6
8
10
0
Laju
Ko
rosi
(M
PY
)
Konsentrasi Inhibitor (milimolar)
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan
Laju Korosi (MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 1,5%
rdasarkan Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 masih sangat jelas terlihat tren
pada Stainless Steel 316L dengan semakin besarnya
bitor yang dilarutkan. NilaiW rata-rata terbesar terdapat pada
spesimen yang dicelupkan pada media korosi tanpa adanya penambahan
Nilai penurunan weight loss yang tertinggi itu masih tetap terjadi sebelum
penambahan inhibitor quinoline yang kurang dari 20 milimolar, Setelah
menyentuh penambahan inhibitor quinoline 20 milimolar terlihat cukup signifikan
perbedaan weight loss yang terjadi.
Untuk penjelasan hubungan antara konsentrasi inhibitor dengan laju korosi
(MPY) semana mestinya pada Gambar 4.4 sampai dengan Gambar 4.6 sebagai
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan laju korosi (MPY)
Dalam Konsentrasi NaCl 1,5 %
10 20 30Konsentrasi Inhibitor (milimolar)
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan
Laju Korosi (MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 1,5%
Dalam Temperatur
50°C
Dalam Temperatur
60°C
terlihat tren
dengan semakin besarnya
rata terbesar terdapat pada
adanya penambahan
yang tertinggi itu masih tetap terjadi sebelum
ilimolar, Setelah
menyentuh penambahan inhibitor quinoline 20 milimolar terlihat cukup signifikan
Untuk penjelasan hubungan antara konsentrasi inhibitor dengan laju korosi
gan Gambar 4.6 sebagai
laju korosi (MPY)
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan laju korosi (MPY)
Dalam Konsentrasi NaCl 3,5
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan laju korosi (MPY)
Dalam Konsentrasi NaCl 5 %
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0
Laju
Ko
rosi
(M
PY
)
Konsentrasi Inhibitor (milimolar)
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan
Laju Korosi (MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 3,5%
0
5
10
15
20
25
0
Laju
Ko
rosi
(M
PY
)
Konsentrasi Inhibitor (milimolar)
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan
Laju Korosi (MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 5%
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan laju korosi (MPY)
Dalam Konsentrasi NaCl 3,5 %
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan laju korosi (MPY)
Dalam Konsentrasi NaCl 5 %
10 20 30
Konsentrasi Inhibitor (milimolar)
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan
Laju Korosi (MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 3,5%
Dalam Temperatur
50°C
Dalam Temperatur
60°C
Dalam Temperatur
70°C
10 20 30
Konsentrasi Inhibitor (milimolar)
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan
Laju Korosi (MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 5%
Dalam Temperatur
50°CDalam Temperatur
60°CDalam Temperatur
70°C
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan laju korosi (MPY)
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Inhibitor dengan laju korosi (MPY)
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
Dari kurva tersebut terlihat penurunan laju korosi pada Stainless Steel
316L dengan semakin besarnya konsentrasi inhibitor yang dilarutkan. Nilai
laju korosi rata-rata terbesar terdapat pada spesimen yang dicelupkan pada
media korosi tanpa adanya penambahan inhibitor quinoline.
Nilai laju korosi dari masing-masing konsentrasi larutan NaCl terjadi
perbedaan, namun hal tersebut tetap membuktikan bahwa adanya perbedaan laju
korosi tanpa adanya penambahan inhibitor quinoline dengan adanya penambahan
inhibitor quinoline. Nilai laju korosi terkecil ditunjukkan oleh spesimen yang
dicelupkan pada media korosi NaCl 1,5 % dan 3,5 % dengan penambahan
konsentrasi inhibitor 20 milimolar pada suhu 60°C dan 50°C yaitu sebesar 0 mpy.
Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh yang terjadi pada perilaku
korosi spesimen dengan adanya penambahan inhibitor quinoline. Selanjutnya
dengan penambahan inhibitor yang lebih besar akan didapatkan penurunan
kembali dari nilai laju korosi.Penurunan ini dikarenakan adanya inhibitor yang
membentuk lapisan tipis pada permukaan specimen (SS 316L) dan adanya
adsorbsi jumlah dan wilayah dari inhibitor pada spesimen meningkat dengan
adanya penambahan konsentrasi inhibitor. Adsorbsi ini akan menjadi
semacam pembatas yang memisahkan permukaan spesimen dari media korosi.
Selanjutnya apabila laju korosi yang dihasilkan dibandingkan dengan
efisiensi inhibitor quinoline akan terlihat seperti pada grafik di Gambar 4.7
sampai dengan 4.9 dengan Dalam Konsentrasi NaCl 1,5% ; 3,5% ; 1,5% berikut
ini.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi
Quinoline
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi
Quinoline
0
20
40
60
80
100
120
0
Efi
sie
nsi
In
hib
ito
r Q
uin
oli
ne
(%
)
Laju Korosi (MPY)
Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi
Inhibitor Quinoline
0
20
40
60
80
100
120
0
Efi
sie
nsi
In
hib
ito
r Q
uin
oli
ne
(%
)
Laju Korosi (MPY)
Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi
Inhibitor Quinoline
Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi
Quinoline Dalam Konsentrasi NaCl 1,5%
Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi
Quinoline Dalam Konsentrasi NaCl 3,5%
2 4 6
Laju Korosi (MPY)
Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi
Inhibitor Quinoline Dalam Konsentrasi NaCl 1,5%
Dalam Temperatur
50°C
Dalam Temperatur
60°C
Dalam Temperatur
70°C
5 10 15
Laju Korosi (MPY)
Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi
Inhibitor Quinoline Dalam Konsentrasi NaCl 3,5%
Dalam Temperatur
50°C
Dalam Temperatur
60°C
Dalam Temperatur
70°C
Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi Inhibitor
Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi Inhibitor
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
Gambar 4.9 Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi
Quinoline
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin besar efisiensi inhibitor
bekerja dalam sistem uji korosi tersebut, semakin besar pul
dalammenekan laju korosi (MPY) tersebut.
Mekanisme perlindungan yang diberikan inhibitor organik adalah
pelapisan secara merata pada permukaan katoda dan anoda. Mula
teradsorpsi ke permukaan logam, kemudian diikuti absorpsi seca
membentuk ikatan koordinasi dengan larutan korosifnya
membentuk suatu ikatan kovalen, maka sejumlah energi akan dilepaskan baik
berupa panas atau energi yang lain (Fessenden, 1996).
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
Efi
sie
nsi
In
hib
ito
r Q
uin
oli
ne
(%
)
Laju Korosi (MPY)
Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi
Inhibitor Quinoline
Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi
Quinoline Dalam Konsentrasi NaCl 5%
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin besar efisiensi inhibitor
bekerja dalam sistem uji korosi tersebut, semakin besar pula peranannya
dalammenekan laju korosi (MPY) tersebut.
Mekanisme perlindungan yang diberikan inhibitor organik adalah
pelapisan secara merata pada permukaan katoda dan anoda. Mula-mula inhibitor
teradsorpsi ke permukaan logam, kemudian diikuti absorpsi seca
uk ikatan koordinasi dengan larutan korosifnya. Bila atom-atom terikat
membentuk suatu ikatan kovalen, maka sejumlah energi akan dilepaskan baik
berupa panas atau energi yang lain (Fessenden, 1996).
54.16666667
87.582.75862069
5 10 15 20
Laju Korosi (MPY)
Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi
Inhibitor Quinoline Dalam Konsentrasi NaCl 5%
Dalam Temperatur
50°C
Dalam Temperatur
60°C
Dalam Temperatur
70°C
Grafik Hubungan Antara Laju Korosi terhadap efisiensi Inhibitor
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin besar efisiensi inhibitor
a peranannya
Mekanisme perlindungan yang diberikan inhibitor organik adalah
mula inhibitor
teradsorpsi ke permukaan logam, kemudian diikuti absorpsi secara kimia
atom terikat
membentuk suatu ikatan kovalen, maka sejumlah energi akan dilepaskan baik
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
Dalam Temperatur
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
Pada konsentrasi inhibitor yang lebih tinggi, kemampuan adsorbsi dari
inhibitor pada spesimen akan cenderung lebih cepat. Hal ini menghasilkan
penurunan laju korosi yang lebih cepat hingga mencapai suatu titik tertentu.
Keadaan ini tentunya akibat adanya inhibitor quinoline yang teradsorbsi pada
permukaan Stainless Steel 316L.
Ada sedikit perbedaan yg ditunjukkan pada Gambar 4.9 yaitu grafik
hubungan antara laju korosi terhadap efisiensi Inhibitor Quinoline Dalam Konsentrasi
NaCl 5% dalam temperatur 70°C. untuk efisiensi inhibitor 5 milimolar terhitung bahwa
besar laju korosinya 82.75862069 MPY kemudian efisiensi inhibitor 10 milimolar
yang seharusnya laju korosinya semakin turun akibat penambahan inhibitor
quinoline justru laju korosinya bertambah besar yaitu sebesar 87.5 MPY dan yg
terakhir tren positif untuk efisiensi inhibitor 20 milimolar yang menunjukkan
semakin menurunnya laju korosinya sebesar 54.16666667 MPY.
Hal tersebut dikarenakan pada saat konsentrasi NaCl sebesar 5%,uji
temperatur 60°C dan konsentrasi inhibitor sebesar 10 milimolar dimana keadaan
tersebut kinerja quinoline tidah bisa bekerja secara maksimal, adsorbsi dari
inhibitor terhadap spesimen cenderung melambat dan tidak ter adsorbs ke seluruh
permukaan specimen (SS 316L).
Apabila laju korosi yang dihasilkan dibandingkan dengan temperatur
uji akan terlihat pada Gambar 4.10 sampai dengan 4.12 dengan Dalam
Konsentrasi NaCl 1,5% ; 3,5% ; 1,5% sebagai berikut :
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
Gambar 4.10 Grafik hubungan antara
(MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 1,5%
Gambar 4.11 Grafik hubungan antara
(MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 3,5%
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0 20
Laju
Ko
rosi
(M
PY
)
temperatur (
Grafik hubungan antara temperatur (
korosi (MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 1,5%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 20
Laju
Ko
rosi
(M
PY
)
temperatur (
Grafik hubungan antara temperatur (
korosi (MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 3,5%
Grafik hubungan antara temperatur ( 0C ) dengan laju korosi
(MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 1,5%
Grafik hubungan antara temperatur ( 0C ) dengan laju korosi
(MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 3,5%
20 40 60 80
temperatur ( 0C )
Grafik hubungan antara temperatur ( 0C ) dengan laju
korosi (MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 1,5%
Konsentrasi Inhibitor
0 milimolar
Konsentrasi Inhibitor
5 milimolar
Konsentrasi Inhibitor
10 milimolar
Konsentrasi Inhibitor
20 milimolar
20 40 60 80
temperatur ( 0C )
Grafik hubungan antara temperatur ( 0C ) dengan laju
korosi (MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 3,5%
Konsentrasi Inhibitor
0 milimolar
Konsentrasi Inhibitor
5 milimolar
Konsentrasi Inhibitor
10 milimolar
Konsentrasi Inhibitor
20 milimolar
C ) dengan laju korosi
C ) dengan laju korosi
Konsentrasi Inhibitor
Konsentrasi Inhibitor
Konsentrasi Inhibitor
Konsentrasi Inhibitor
Konsentrasi Inhibitor
Konsentrasi Inhibitor
Konsentrasi Inhibitor
Konsentrasi Inhibitor
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
Gambar 4.12 Grafik hubungan antara
(MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 5%
Sesuai dengan teori korosi maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar
temperatur uji yang digunakan
tinggi/panas temperatur
Hal tersebut merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Selain bisa
merusak struktur permukaan baja juga memperlambat dan men
quinoline untuk meng-adsorbsi ke
secara homogen. Ini juga dikarenakan larutan NaCl yang mengandung ion klorida
yang sanggup memecah lapisan pasif
lapisan metal-oksida melalui penipisan lapisan oksida akibat pelarutan di lapisan
0
5
10
15
20
25
0
Laju
Ko
rosi
(M
PY
)
temperatur (
Grafik hubungan antara temperatur (
korosi (MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 5%
Grafik hubungan antara temperatur ( 0C ) dengan laju korosi
(MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 5%
teori korosi maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar
uji yang digunakan maka laju korosi akan meningkat, karena semakin
mempercepat proses terjadinya korosi pada suatu logam.
Hal tersebut merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Selain bisa
merusak struktur permukaan baja juga memperlambat dan menghadang inhibitor
adsorbsi ke seluruh permukaan logam (Stainless Steel
Ini juga dikarenakan larutan NaCl yang mengandung ion klorida
yang sanggup memecah lapisan pasif akibat tegangan konsentrasi lok
oksida melalui penipisan lapisan oksida akibat pelarutan di lapisan
20 40 60 80
temperatur ( 0C )
Grafik hubungan antara temperatur ( 0C ) dengan laju
korosi (MPY) Dalam Konsentrasi NaCl 5%
Konsentrasi Inhibitor
0 milimolar
Konsentrasi Inhibitor
5 milimolar
Konsentrasi Inhibitor
10 milimolar
Konsentrasi Inhibitor
20 milimolar
C ) dengan laju korosi
teori korosi maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar
arena semakin
a korosi pada suatu logam.
Hal tersebut merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Selain bisa
hadang inhibitor
Stainless Steel 316)
Ini juga dikarenakan larutan NaCl yang mengandung ion klorida
akibat tegangan konsentrasi lokal pada
oksida melalui penipisan lapisan oksida akibat pelarutan di lapisan
Konsentrasi Inhibitor
Konsentrasi Inhibitor
Konsentrasi Inhibitor
10 milimolar
Konsentrasi Inhibitor
20 milimolar
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
oksida-elektrolit. Pengaruh temperatur juga mepermudah penetrasi ion klorida
masuk dan bereaksi dengan oksida film, sehingga pecah lapisannya.
4.2 Hasil Uji Metalografi
Logam akan terlarut sambil melepaskan elektron jika dimasukkan dalam
larutan elektrolit. Akibat yang timbul adalah terjadinya korosi pada bagian
permukaan yang anodik. Perbedaan potensial ini dapat diakibatkan oleh adanya
komposisi kimia yang tidak sama pada masing-masing butir kristal atau perbedaan
fase pada permukaan logam yang kontak dengan elektrolit. Tekstur permukaan
yang lebih kasar akan menyebabkan luas permukaan yang kontak dengan larutan
menjadi lebih luas, sehingga reaksi reduksi maupun oksidasi yang terjadi semakin
banyak.
Untuk melihat struktur permukaan logam akibat dari serangan NaCl
beserta penambahan inhibitor quinoline dengan lama pencelupan tiga jam dapat
dilakukan uji metalografi dengan menggunakan mikroskop optik.
(a) (b)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
(c) (d)
Gambar 4.13Hasil uji mikroskop optik spesimen SS-316L dalam larutan NaCl
pada temperatur 60°C dan konsentrasi 3,5% dengan variasi
konsentrasi inhibitor Quinoline (a) 0 miliMolar, (b) 5
miliMolar, (c) 10 miliMolar dan (d)20 miliMolar.
Berdasarkan Gambar 4.13 terlihat adanya perbedaan antara keempat
spesimen. Spesimen yang tidak mendapatkan penambahan inhibitor (a)
mengalami korosi yang lebih banyak daripada spesimen yang sudah mendapatkan
penambahan inhibitor Quinoline. Setelah mendapatkan penambahan inhibitor
Quinoline sebanyak 5 milimolar (b) laju korosi mulai menurun, karena inhibitor
sudah mulai terabsorbsi ke permukaan logam (Baja SS-316L). Baja dengan
penambahan inhibitor quinoline sebanyak 10 milimolar (c) mengalami laju korosi
yang lebih kecil dari pada penambahan inhibitor sebanyak 5 milimolar. Kinerja
inhibitor dapat maksimal pada saat penambahan 20 milimolar (d), sehingga dapat
menekan laju korosi dan inhibitor Quinoline terabsorbsi ke seluruh permukaan
logam secara homogen.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
Untuk melihat adanya perbedaan struktur metalografi pada variasi suhu
dapat dilihat pada Gambar 4.14.
(a)
(b) (c)
Gambar 4.14Hasil uji mikroskop optik spesimen baja SS-316L dalam larutan
NaCl dengan konsentrasi 3,5% dan penambahan inhibitor
Quinoline sebanyak 20 miliMolar dengan variasi temperatur
(a) 50°C, (b) 60°C dan (c) 70°C.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja
Berdasarkan Gambar 4.14 terlihat adanya perbedaan antara ketiga
spesimen dikarenakan adanya variasi temperatur dalam uji spesimen tersebut.
Kinerja inhibitor sudah maksimal pada saat penambahan 20 milimolar, akan tetapi
mengalami sedikit penambahan laju korosi jika dibandingkan antara ketiga
spesimen dikarenakan ada faktor variasi temperatur tersebut.
Semakin besar temperatur uji laju korosi pun ikut meningkat, karena
mengganggu kinerja inhibitor Quinoline untuk mengabsorbsi ke permukaan
logam (Baja SS-316L) dan juga menurunkan efisiensi inhibitor Quinoline.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi STUDI LAJU KOROSI BAJA SS-316L TERHADAP VARIASI KONSENTRASI INHIBITORQUINOLINE (C9H7N) DAN TEMPERATUR DALAM LARUTAN NaCl
Artha Hutama Wiraraja