BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Akibat Hukum...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Akibat Hukum...
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Akibat Hukum pengemudi kendaraan bermotor roda empat yang
mengakibatkan matinya orang lain dalam kecelakaan lalu lintas di
wilayah Polres Gorontalo.
Undang-Undang melarang seseorang yang melakukan perbuatan
melanggar hukum, larangan mana disertai dengan suatu sanksi bagi pelaku
pelanggaran. Larangan ditujukan kepada seseorang yang berarti bahwa yang
dimaksud dengan barang siapa dalam KUHP adalah orang perseorangan yang
bertindak sebagai orang yang melakukan (pleger), orang yang menyuruh
melakukan (doen pleger), orang yang turut melakukan (mede pleger) dan orang
yang dengan pemberian upah (uitlokker).
4.1.1. Tanggung Jawab Pidana
Dalam hukum pidana bahwa sesorang yang melakukan suatu perbuatan
melawan hukum dapat dapat di jatuhkan sanksi pidana sebagai suatu tanggung
jawab terhadap perbuatan, oleh karena adanya asas pertanggungjawaban yang
menyatakan dengan tegas tidak dipidana tanpa ada kesalahan Geen straf zonder
schuld untuk menentukan apakah seorang pelaku tindak pidana dapat dimintai
pertanggungjawaban dalam hukum pidana, akan dilihat apakah orang tersebut
pada saat melakukan tindak pidana mempunyai kesalahan.
Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya bahwa dalam tindak
pidana, selalu diawali dengan kata “barangsiapa”, yang ditujukan kepada pelaku
36
tindak pidana yang melakukan kesalahan. Perihal kesalahan dapat dilakukan atas
dasar kesengajaan dan karena kelalaiannya. Kesengajaan merupakan perbuatan
manusia dalam kesalahan, terdapat dua sifat dalam hal melaksanakan kesalahan
tersebut, yaitu kesengajaan (dolus) dan kelalaian (culpa). Perbuatan dilakukan
dengan sengaja adalah perbuatan yang dikehendaki dan dilakukan dengan penuh
kesadaran. Bentuk kesengajaan terdiri dari tiga corak, yaitu:
1) Kesengajaan dengan maksud (dolus derictus);
2) Kesengajaan sebagai kepastian, keharusan, dan
3) Kesengajaan sebagai kemungkinan (dolus eventualis).
Pertanggungjawaban pidana kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polres
Gorontalo menurut Kanit Lakalantas Polres Gorontalo IPDA Patras Kasiuhe
mengatakan pertanggungjawaban pengemudi kendaraan bermotor roda empat
yang mengakibatkan matinya orang lain dapat lihat dari kronolgis kejadian.
Kronlogis kejadian dimaksudkan untuk menentukan bahwa kecelakaan tersebut
terjadi karena ada unsur kelalaian (culpa), Murni Kecelakaan atau
kensengajaan(dolus).37
Unsur kelalaian berperan penting terjadinya kecelakaan di jalan raya.
Sebagai contoh kasus yang terjadi di Desa Balahu, Kecamatan Tibawa Kabupaten
Gorontalo dimana sebuah mobil Toyota Avanza yang di kendarai Rahmat S.
Saputra menabrak Abdullah Umar dan Aril warga desa balahu, kecamatan
Tibawa, Kabupaten Gorontalo, karena mengemudi dengan kecepatan tinggi mobil
37 Wawancara dengan Kanit Lakalantas IPDA.Patras Kasiuhe. Pada tanggal 29 Oktober 2012
37
yang di kendarai Rahmat menabrak dua warga tersebut hingga terseret 10 km dan
mengakibatkan salah satu warga meninggal dunia dan salah satu korban lainnya
mengalami luka ringan.38 Kasus di atas disebabkan karena kelalaian (culpa)
pengemudi mengendarai kendaraannya dengan kecepatan tinggi tidak
memperhatikan akan bahaya lalu lintas yang akan terjadi dan tidak mengindahkan
peraturan lalu lintas yang telah di berlakukan dan pertanggunjawabannya
pidananya telah di atur dalam KUHP dan UU No. 22 Tahun 2009 yaitu tentang
kelalaian yang menyebabkan matinya orang lain. Tetapi jika dalam suatu
kecelakaan lalu lintas terdapat unsur kesengajaan kemudian terdapat korban
meninggal maka berbeda juga sanksi pidana yang diterapkan, sanksi
pidananyapun mengacu pada ketentuan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan.
Pasal 359 dan Pasal 338 KUHP mempunyai suatu kesamaan, yaitu hilangnya
nyawa orang lain. Namun demikian, terdapat juga perbedaan mendasar yang pada
akhirnya mempengaruhi berat ringannya ancaman hukuman, yaitu bagaimana
perbuatan itu dilakukan. Apabila seseorang dengan sengaja melakukan perbuatan
itu, maka hukumannya lebih berat ketimbang apabila seseorang karena
kelalaiannya menyebabkan kematian seseorang. Jika satu perbuatan itu telah jahat
dari niatnya (membunuh), sedang perbuatan lainnya hanya merupakan akibat,
bukan niat. Artinya, dalam pembunuhan, seseorang melakukan dengan penuh niat
dan mengetahui akibat dari perbuatan itu, yaitu menghilangkan nyawa orang lain.
38 Gorontalo Post,11 Januari 2012, “Setahun,128Orang Meninggal Lakalantas”,Hlm.9
38
Memperhatikan uraian sebagaimana tersebut di atas dapat dijelaskan
bahwa tanggung jawab pidana bagi seseorang yang melakukan perbuatan yang
dilarang dan kepadanya dikenakan sanksi berupa pidana adalah apabila pelaku
melakukan kesalahan baik yang dilakukan atas dasar kesengajaan (dolus) atau atas
dasar kelalaiannya (culpa), yang berarti bahwa tanggung jawab pidana dari pelaku
tindak pidana adalah karena telah dengan sengaja atau karena kelalaiannya
mengakibatkan terjadi perbuatan melanggar hukum.
Berdasarkan penelitian penulis bahwa segala sesuatu yang berhubungan
dengan pertanggungjawaban pidana pengemudi kendaraan bermotor roda empat
yang mengakibatkan matinya orang lain dalam kecelakaan lalu lintas di wilayah
Polres Gorontalo tentunya dilakukan upaya untuk lebih mengedepankan
penerapan penjatuhan sanksi hukuman kepada pengemudi sehingga efek jera bagi
siapa saja yang melihatnya bisa optimal dan bukan terhadap pelaku yang
menyebabkan matinya seseorang.
4.1.2. Penjatuhan Hukuman
Penjatuhan hukuman bagi para pelaku didasarkan pada pembuktian dan
keyakinan dari hakim serta dengan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang
meringankan, hal ini yang akan menjadi tolak ukur dari berat ringannya hukuman
bagi pelaku.
Sebagaimana pengaturan bagi pelaku kecelakaan lalu lintas yang terjadi di
wilayah Hukum Polres Gorontalo menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku antara lain :
Sanksi pidana bagi pelaku kecelakaan lalu lintas menurut KUHP.
39
Sanksi pidana bagi pelaku kecelakaan lalu lintas menurut KUHP ialah Sebagai
Berikut :
a. Pada pasal 359 KUHP;
b. Pasal 360 Ayat (1) KUHP;
c. Pasal 360 Ayat (2) KUHP;
d. Pasal 361 KUHP.
Sanksi Pidana Bagi Pelaku kecelakaan Lalu Lintas menurut UU Nomor 22
tahun 2009 tentang LLAJ. Sanksi pidana bagi pelaku Tindak Pidana kecelakaan
lalu Lintas menurut UU lalu lintas adalah : Pasal 310 ayat (1) UU LLAJ, Pasal
310 ayat (2) UU LLAJ, Pasal 310 (3) UU LLAJ, Pasal 310 ayat (4), Pasal 311
ayat (1) UU LLAJ, Pasal 311 ayat (2) UU LLAJ, Pasal 311 ayat (3) UU LLAJ,
Pasal 311 ayat (4) UU LLAJ, Pasal 311 ayat (5) UU LLAJ, Pasal 312 UU LLAJ,
Pasal 313 UU LLAJ, Pasal 314 UU LLAJ, Pasal 315 ayat (1) UU LLAJ. Pasal
315 ayat (2) UU LLAJ, Pasal 315 ayat (3) LLAJ.
Berdasarkan pasal diatas tentunya merupakan suatu sanksi
pertanggungjawaban pidana bagi pengemudi yang mengakibatkan matinya orang
lain dalam kecelakaan lalu lintas yang ada di Wilayah Polres Gorontalo guna
memaksimalkan aturan sebagai bentuk efek jera bagi yang melihat dan
mengetahui tentang keberadaan kecelakaan lalu lintas tersebut. Sebagai bentuk
analisis penulis dalam pemberlakuan sanksi pidana tentunya tidak melihat siapa
pelakunya akan tetapi pemberlakuan sanksi adalah merupakan suatu pemerataan
dalam menegakkan rasa keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum yang ada di
wilayah Polres Gorontalo.
40
Kesalahan pengemudi mobil sering disimpulkan dengan mempergunakan
peraturan lalu lintas, misalnya tidak memberikan tanda akan membelok, atau ia
mengendarai mobil tidak dijalur kiri, atau pada suatu persimpangan tidak
memberikan prioritas kepada kendaraan lain yang datang dari sebelah kiri, atau
menjalankan mobil terlalu cepat melampaui batas kecepatan yang ditentukan
dalam rambu-rambu di jalan yang bersangkutan, jika salah satu pelanggaran
peraturan lalu lintas ini terjadi,maka mudah untuk menganggap adanya culpa
apabila kemudian mobilnya, menabrak mobil lain atau orang dengan akibat ada
orang terluka berat, atau mati.39
Melihat dari contoh kasus di atas terdapat unsur kelalaian (culpa) dalam hal
terjadinya kecelakaan lalu lintas wilayah hukum Polres Gorontalo, dimana akibat
dari mengemudi Mobil dengan kecepatan tinggi salah satu dari korban tersebut
meninggal dunia. Unsur pidanapun di atur dalam Pasal 359 dan 360 KUHP dan
Pasal 310 Ayat 4 UULAJ No. Tahun 2009 tentang kelalaian
Pasal 359 KUHP berbunyi
Bahwa Barang siapa karena kesalahannya (kealpaan) menyebabkan orang lain
mati, diancam dengan pidana kurungan paling lama lima tahun atau pidana
kurungan paling lama satu tahun.
39 Wirjono Prodjodikoro,Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Idonesia,Refika Aditama, Bandung,2008,Hlm.81
41
Pasal 360 KUHP Berbunyi:
(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
mendapat luka-luka berat diancam dengan pidana paling lama lima tahun
atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
(2) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian selamwa waktu tertentu,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat
ratus rupiah.
Dalam UULAJ No 22 tahun 2009 yang menyebabkan matinya orang lain
(meninggal) karena kelalalian di atur dalam pasal 310 Ayat 4 ULLAJ dimana
dijelaskan bahwa dalam hal kecelakaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 3
UULAJ yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia dipidana dengan penjara
paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 12.000.000.00 (dua belas
juta rupiah). Denda yang dimaksudkan dalam pasal tersebut bukanlah jumlah
ganti rugi yang diperoleh oleh keluarga/ahli waris korban, melainkan denda
sebagai sanksi pidana yang harus dibayarkan kepada negara dalam hal ini diwakili
oleh pengadilan, sebagai hukuman atas tindak pidana tertentu.
Pertanggungjawaban pengemudi kendaraan bermotor roda empat yang
mengakibatkan matinya orang lain dalam kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum
Polres Gorontalo mengacu pada KUHP dan UU No 22 Tahun 2009 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan untuk menentukan sanksi pidananya.
42
4.2. Hal apa yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas di wilayah
hukum Polres Gorontalo.
Dalam hal mengetahui Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tindak pidana
kecelakaan Lalu Lintas yang dimulai dengan bertambahnya Jumlah pelanggaran
yang terjadi diwilayah Polres Gorontalo, dimana semakin meningkatnya jumlah
pelanggaran lalu lintas maka akan bertambah pula angka kecelakaan lalu lintas
yang akan terjadi. Menurut klasifikasinya kecelakaan lalu lintas di bedakan
menjadi 2 (dua) yang pertama kecelakaan lalu lintas berat, kecelakaan lalu lintas
ringan.
Beberapa klasifikasi kecelakaan lalu lintas diatas tersebut masing-masing
menunjukan angka yang cukup tinggi terutama pada kecelakaan lalu lintas yang
terjadi di Wilayah Polres Gorontalo yang diklasifikasikan dalam angka sedang
yang korbannya mengalami cidera luka-luka, dalam perkembanagannya selama
lima periode tahun yaitu pada tahun 2007 s/d 2011, yang tertera pada table di
bawah ini :
Tabel IData kecelakaan lalu lintas yang terjadi di wilayah Polres Gorontalo
NO PERIODETAHUN
KORBAN JUMLAH %MD LB LR1 2007 116 357 382 855 17,492 2008 115 370 618 1103 22,563 2009 66 127 663 856 17,514 2010 137 155 569 861 17,615 2011 138 163 913 1214 24,83
Jumlah 572 1172 3145 4889 100%
Sumber data. Satlantas Polres Gorontalo 2012.
43
Ket : MD : Meninggal Dunia
LB : Luka Berat
LR : Luka Ringan
Table diatas, dapat diperhatikan kasus kecelakaan lalu lintas di Wilayah
Polres Gorontalo dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini dapat dilihat
pada tahun 2011 menunjukan angka yang cukup signifikan, jika dibandingkan
dengan tahun 2009 yang menunjukan angka yang lebih sedikit. Namun angka
kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kematian mengalami peningkatan pada
tahun 2007 yang menunjukan angka lebih tinggi dibandingkan tahun – tahun
lainnya.
Table pertama diatas, akibat peningkatan angka kecelakaan lalu lintas pada
tiap periode tahunnya, maka jumlah korban akibat kecelakaan lalu lintas pun
mengalami hal yang sama, hal ini dapat dilihat dari pelonjakan jumlah korban
yang semakin bertambah pada tiap periode tahun, mengalami jumlah korban
akibat kecelakaan lalu lintas di Wilayah Polres Gorontalo periode tahun 2007 s/d
2011 dapat dilihat pada table yang tertera dibawah ini :
44
Tabel IIData Korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi di wilayah Polres
Gorontalo
NO
PeriodeTahun
KEJADIANJumlah %Pelaku Tertangkap Pelaku Lolos
K L M K L M
1 2007 94 506 125 7 7 5 744 18,18
2 2008 72 577 195 34 82 11 971 23,723 2009 60 491 108 6 25 2 692 16,91
4 2010 70 440 98 30 59 10 707 17,275 2011 55 550 117 47 187 23 979 23,92
Jumlah 351 2564 643 124 360 51 4093 100%
Sumber data. Satlantas Polres Gorontalo 2012.
Ket : K : Kematian
L : Luka
M : Materi
Table diatas, Jumlah korban akibat kecelakaan lalu lintas di Wilayah Polres
Gorontalo dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini dapat dilihat pada tahun
2011 menunjukan angka yang cukup signifikan, ini membuktikan bahwa kasus
kecelakaan lalu lintas tersebut bukan persoalan yang mudah akan tetapi perlu di
perhatikan secara maksimal. Dalam kasus kecelakaan lalu lintas korban
mengalami kerugian yang cukup besar, mengenai kerugian yang diderita korban
akibat kecelakaan lalu lintas pada periode tahun 2007 s/d 2011.
Melihat dari dari table-tabel yang tercantum diatas dapat disimpulkan
bahwa, kecelakaan lalu lintas di Indonesia yang lebih khusus lagi di Wilayah
45
Polres Gorontalo menunjukan pada angka yang cukup tinggi, tingginya angka
kecelakaan tersebut di sebabkan oleh faktor-faktor tertentu.
Berdasarkan penelitian dan disertai dengan wawancara dengan pihak
kepolisian Resort Gorontalo Bapak IPDA Patras. Kasiuhe (pada hari senin, 29
Oktober 2012) yang disini berperan sebagai Kanit lantas Polres Gorontalo, dimana
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalulintas di sebabkan
oleh 4 (Empat) Faktor Yaitu Faktor Manusia,Faktor Kendaraan,Faktor Sarana
Prasarana,Faktor Cuaca dan Alam.40
1. Faktor Manusia
Melihat dari jumlah kecelakaan lalulintas pada tabel di atas, bahwa
kecelakaan terjadi sebagian besar di sebabkan oleh manusia (Human Error).
Presentase Tingkat kecelakaan pada kurun waktu 5 (lima) Tahun di wilayah
hukum Polres Gorontalo mulai dari tahun 2007-2011 mengalami peningkatan dan
jumlah korban meninggal pada periode tersebut menunjukan angka yang sangat
tinggi. Tingginya angka kecelakaan yang meninggal tersebut terjadi pada tahun
2011 dengan angka kematian sebanyak 138 orang, angka luka berat 163 orang,
dan luka ringan 913 orang. Dari jumlah angka korban tersebut, 70% disebabkan
oleh Faktor manusia dan jumlah korban terbesar adalah usia produktif dari umur
15 Tahun sampai umur 29 tahun.
Faktor manusia merupakan salah satu yang mempengaruhi terjadinya lalu
lintas dan faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam
40 Wawancara dengan Kanit Lakalantas IPDA.Patras Kasiuhe. Pada tanggal 29 Oktober 2012
46
kecelakaan lalu lintas. Hampir semua kecelakaan lalu lintas didahului dengan
pelanggaran. Pelanggaran dari Faktor manusia (Human Error) Meliputi:
Pengemudi:
1) Perlengkapan Pengemudi
a) Tidak menggunakan Helm (pelindung kepala) bagi kendaraan roda dua
b) Tidak menggunakan sabuk keselamatan bagi kendaraan Roda empat
2) Pengemudi tidak mendahulukan terdiri dari:
a) Pemakai jalan yang harus didahulukan
b) Orang yang hendak berjalan
c) Waktu keluar perkarangan/lapangan,masuk ke jalan raya
d) Lalu lintas dari depannya waktu membelok kanan
e) Lalu lintas dibelakangnya waktu membelok ke kanan
f) Trem/KA pada Persimpangan
3) Pengemudi Sewaktu Mendahului
a) Tidak cukup minggir kekanan
b) Pemandangan terhalang
c) Sewaktu mendahului berada ditikungan
d) Menyalip mendahului dari sebelah kiri
e) Menyalip ditempat terlarang
f) Mendahului kereta trem yang berhenti di jalur pengatur pada sebelah
tempat menurunkan / menaikkan dimana tidak ada jalur pengatur pada
sisi tersebut
47
4) Pengemudi sewaktu didahului
a) Menambah kecepatan
b) Tidak cukup minggir kekiri
5) Pengemudi tidak memberi tanda
a) Sewaktu membelok ke kiri
b) Sewaktu membelok ke kanan
c) Sewaktu mengurangi kecepatan
d) Sewaktu akan berhenti
6) Kecepatan
a) Melewati batas kecepatan
b) Terlalu cepat untuk kondisi lalu lintas setempat/ngebut
c) Terlalu lambat untuk kondisi lalu lintas setempat
7) Sewaktu mengikuti kendaraan lain tidak mempertahankan jarak yang
aman
8) Salah dalam menggunakan jalur jalan selain dari yang ditentukan :
a) Berjalan sebelah kanan jalan tidak dengan sebab
b) Menggunakan jalur jalan selain yang ditentukan
9) Salah berangkat dari tempat parkir
10) Pelanggaran parkir
a) Parkir dibelokan,tikungan,dipersimpangan / jembatan
b) Melanggar tanda larangan parkir
11) Pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas,lampu lantas,marka lantas
a) Kelalaian tanda perlahan-lahan
48
b) Kelalaian tanda pesawat lantas (tanda berhenti dan berjalan)
c) Melalaikan sinar kuning
d) Meninggalkan jalur sebelum aman
e) Melanggar tanda garis berhenti
12) Pelanggaran terhadap pejalan kaki
a) Tidak memberi Ruang pada pejalan kaki dipersimpangan yang diatur
dengan lampu
b) Tidak menghormati pejalan kaki
13) Kondisi pengemudi
a) Kondisi kesehatan kurang baik
b) Terlalu capek dan ngantuk
c) Mengonsumsi minuman beralkohol
d) Penglihatan /pendengaran kurang baik
2. Faktor Kendaraan
Pada faktor kendaraan tingkat persentase yang timbul yang diakibatkan
oleh faktor kendaraan kecil dibandingkan dengan faktor manusia yang memiliki
persentase 70%. Pada dasarnya kendaraan di kemudikan oleh manusia. Jika faktor
yang disebabkan oleh faktor kendaraan diluar dari faktor manusia, faktor
kendaraan memiliki tingkat persentase yaitu 15%. Dari 15% tersebut di
penggaruhi oleh:
Perlengkapan kendaraan
1) Alat-alat rem tidak bekerja
49
rem tidak berfungsi sebagimana seharusnya hal ini biasanya diakibatkan
tidak ada penggantian kanpas rem atau pengisian minyak rem secara
teratur atau kelelahan logam.
2) Alat-alat kemudi tidak bekerja
Misalnya, setir pengemudi tidak pada posisi normal, atau berada pada
kemiringan 15 derajat dari posisi normal. setir pengemudi tidak pada
posisi stabil, dapat memperngaruhi kestabilan kendaraan.
3) Ban roda berada pada kondisi yang tidak baik (gundul)
Ban pecah akibat alur ban yang sudah terlalu lama atau terkena paku pada
saat melaju dengan kecepatan tinggi
4) As Muka / belakang patah
bagian as roda akibat kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi,
peralatan yang sudah aus tidak diganti seperti misalnya baut pada roda
korosi dan dapat mengakibatkan terlepasnya bagian roda kendaraan.
5) Tidak laik jalan
1) Tidak memenuhi aturan penerangan
Misalnya, Balon lampu berada dalam keadaan redup kemudian di
paksakan berjalan
2) Menggunakan lampu yang menyilaukan pengemudi kendaraan lain.
Misalnya, memberikan lampu panjang pada saat berpapasan dengan
dengan kendaraan yang berada dari arah berlawanan atau balon lampu
bawaan kendaraan dari pabrikan (orignal) di ganti dengan lampu yang
memiliki tegangan lampu tinggi yang mengeluarkan cahaya yang besar
50
sehingga dapat menggangu penglihatan para pengemudi kendaraan
lain.
Kendaraan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
terjadinya kecelakaan lalu lintas, Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait
dengan teknologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan.
Untuk menguraangi faktor kendaraan, perawatan dan perbaikan kendaraan
sangatlah diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian
kendaraan bermotor secara regular.
3. Faktor Sarana dan Prasarana
Tidak hanya faktor manusia (human error) atau faktor kendaraan tapi faktor
lainnya. Menurutnya selain tingkat kepatuhan pengendara terhadap alat
pengaman berkendaraan keselamatan lalu lintas di dukung oleh sarana dan
prasarana pendukung. Beberapa faktor yang menyebabkan angka kecelakaan lalu
lintas tahun 2011 juga di sebabkan karena kondisi dan fasilitas jalan yang kurang
memadai.
Faktor yang turut mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas dijalan
raya ialah sarana dan prasarana khusunya jalan. Persentase yang di sebabkan oleh
sarana dan prasarana jalan lebih kecil dibandingkan faktor kendaraan yaitu hanya
10%. 10 % lebih dominan di sebabkan oleh kondisi jalan. Kondisi jalan dapat
dapat dilihat di wilayah Kec. Batudaa Kabupaten Gorontalo, sepanjang jalan di
Kec.Batudaa dan Jalan arah menuju Bandara dapat lihat dimana kondisi jalan
yang sangat memprihatinkan. Banyaknya jalan berlubang dan adanya perbaikan
51
jalan oleh pemerintah sehingga dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas dan
keselamatan para pengguna jalan lainya.
Berkaitan dengan kasus kecelakaan lalu-lintas tersebut, selama 2010
tercatat sebanyak 861 dengan persentase angka kecelakaan 17,61 % kecelakaan
yang terjadi di jalan yang masuk dalam ranah hukum Polres Gorontalo sebanyak
722 Kasus Kecelakaan lalu lintas. Sementara pada tahun 2011 total kasus
kecelakaan dibawah itu yakni sebanyak 1214 kasus kecelakaan lalu lintas dengan
angka persentase kecelakaan 23,92%.
Dalam tahun 2011 merupakan tingkat kecelakaan lalu lintas tertinggi di
Wilayah Hukum Polres Gorontalo terdapat 138 korban Meninggal Dunia, 163
Luka Berat, 913 Luka Ringan, semua korban kecelakaan tersebut terjadi dalam
faktor sarana dan prasarana khususnya jalan.
Dari sejumlah kasus tersebut, disebutkan jam rawan kecelakaan terjadi
pada pukul 16.00 sampai 20.00 WIB. Diketahui pada rentang waktu ini aktivitas
masyarakat pulang kerja juga beriringan dengan saat masyarakat menikmati jam
santai di luar rumah. Rentang waktu yang paling banyak terjadi laka-lantas ini
juga terjadi pada pukul 20.00 sampai pukul 24.00 WIB. Selain itu juga pada
rentang jam 08.00 sampai 12.00
Faktor utama dalam sarana prasarana yaitu faktor jalan. Faktor jalan
terkait dengan kecelakaan rencana jalan, geometric jalan, pagar pengamanan di
daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, kondisi pemukiman jalan, tidak
memadainya bahu jalan fasilitas pejalan kaki yang sering kali diabaikan atau
52
bahkan tidak tersedia.jalan berlubang juga sangat membahayakan para pengguna
jalan terutama bagi pengendara sepeda motor.
4. Faktor Cuaca dan alam
Faktor cuaca dan alam memiliki persentase kecelakaan 5% lebih sedikit di
bandingkan faktor sarana prasarana. 5 % tersebut diperoleh karena faktor cuaca
dan alam hanya terjadi pada kurun waktu tertentu yang bersifat sementara tidak
terjadi pada setiap harinya mengalami kondisi cuaca yang kurang baik, dan
kondisi alam datang secara tiba-tiba tanpa disadari oleh manusia.
Faktor cuaca dan alam merupakan faktor yang juga mempengaruhi
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Faktor cuaca seperti hari hujan juga dapat
mempengaruhi untuk kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi labih
jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang yang juga terpengaruh akibat
lebatnya hujan yang turun dan debu yang mengakibatkan jarak pandang yang
menjadi lebih pendek.
Sedangkan faktor alam dapat diakibatkan karena kabut yang dapat menggangu
jarak pandang pengendara, tumbangnya pohon besar karena sudah lapuk termakan
usia yang dapat mengakibatkan para pengendara kendaraan bermotor berhenti
mendadak, longsornya tanah akibat gempa bumi yang biasanya sering terjadi di
daerah pegunungan.
Upaya penanggulangan tindak pidana kecelakaan lalu lintas menurut
penerapan konsep sebagai salah satu strategi penanggulangan kecelakaan lalu
53
lintas, berdasarkan kecelakaan situasi dan kondisi saat ini dapat dijabarkan dalam
tiga garis besar, yaitu :41
1. Pencegahan Kecelakaan lalu lintas
Pada tahapan ini yang menjadi fokus pembahasan adalah fungsi koordinasi,
karena salah satu faktor mendasar yang menghambat tercapainya tujuan dari
suatu kebijakan lalu lintas adalah minimnya kordinasi lintas instansi maupun
pihak-pihak terkait, dimana menyangkut kecelakaan lalu lintas yang terjadi di
wilayah Polres Gorontalo itu tentunya tidak adanya perhatian dari masyarakat
terhadap simbol-simbol hukum serta kurang kehati-hatiannya masyarakat di
jalan. Hal ini berdampak pada munculnya kepentingan tertentu dari setiap
pihak yang seharusnya bekerjasama tetapi justru bertindak kontradiksi yang
cenderung mengarah timbulnya konflik. Faktanya antara lain adanya selisih
yang cukup jauh tentang data kecelakaan pada Polri dan data yang ada di
Departemen Perhubungan sebagai sumber informasi data lalu lintas yang
memiliki kewenangan resmi.
Fungsi dan kewenangan setiap pihak yang bertanggung jawab sudah
diatur oleh negara baik dalam bentuk perundang-undangan maupun ketentuan-
ketentuan lain dalam bentuk peraturan. Sehingga yang perlu ditingkatkan
dalam dalam berkoordinasi adalah pengaktifan fungsi masing-masing pihak
terkait tanpa mengutamakan kepentingan pribadi dari individu yang berperan
41 Wawancara dengan Kanit Lakalantas IPDA.Patras Kasihue. Pada tanggal 29 Oktober 2012
54
dalam instansi tersebut serta dapat menghasilkan suatu produk kebijakan yang
sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi masyarakat.
Berdasarkan faktor penyebab terjadinya kecelakaan dimuka unsur-
unsur yang terlibat kordinasi dalam rangka upaya pencegahan lalu lintas
adalah Polri, Departemen Perhubungan, Jasa Raharja, Departemen PU,
Departemen Pendidikan Nasional, Pemprov atau Pemda setempat, LSM,
Perusahaan Transportasi, tokoh masyarakat/tokoh adat/tokoh agama.
Diharapkan dari pelaksanaan kordinasi yang baik dan efektif antar pihak-pihak
tersebut dapat mengumpulkan berbagai data yang akurat sehingga dapat
dijadikan sebagai dasar perumusan suatu kebijakan lalu lintas yang tepat
sasaran serta pemanfaatan data-data tersebut sebagai suatu sistem informasi
bagi masyarakat maupun pihak terkait.
Hasil wawancara dengan pihak kepolisian, upaya-upaya
penanggulangan yang telah dilakukan oleh pihak Polri dalam upaya
pencegahan kecelakaan lalu lintas adalah memberikan penyuluhan-
penyuluhan tentang tertib berlalu lintas yang dilakukan mulai dari tingkat TK,
SD, SMP, SMA dan bahkan ke tingkat Perguruan Tinggi. Seperti yang telah
dilakukan dalam beberapa waktu dekat ini penyuluhan lalu lintas dengan tema
Police Go To Campus yang telah dilakukan dibeberapa universitas yang ada di
Jakarta. Penyuluhan-penyuluhan tersebut diberikan karena mengingat dari usia
mereka yang masih terbilang usia produktif dan mengingat banyaknya
kecelakaan lalu lintas yang dimana para pelakunya adalah pelajar atau
55
mahasiswa, hal ini terjadi karena mereka belum benar-benar mengerti apa
yang disebut dengan tertib lalu lintas.
2. Penerapan Kebijakan Penanggulangan Kecelakaan lalu Lintas
Setelah terbentuknya suatu kesepakatan formal dalam bentuk kebijakan maka
diperlukan konsep penerapan yang tepat sasaran, efektif dan efisien sesuai
pola kerawanan kecelakaan lalu lintas yang telah diidentifikasi. Permasalahan
dalam penerapan kebijakan lalu lintas sebagai upaya penanggulangan
kecelakaan adalah perbedaan persepsi tentang pemahaman konsep kebijakan
resebut sehingga sering menyebabkan tumpang tindih dalam pelaksanaan
kebijakan.
Hal ini dipengaruhi oleh sistem manajemen yang tidak terkendali
dengan baik. Elemen-elemen dalam sistem kebijakan lalu lintas masih
menyimpang dari sistem kebijakan dalam arti tidak mengaktifkan fungsi
masing-masing sebagai pendukung utama siklus sistem yang telah disepakati
bersama. Latar belakang terjadinya hal ini antara lain karena minimnya fungsi
pengawasan dan pengendalian dari internal pihak-pihak terkait, kemudian
kontinyuitas dari kordinasi tidak berlangsung secara efektif, serta minimnya
latar belakang pengetahuan tentang konsep dasar lalu lintas. Secara teori,
konsep, dan regulasi tentang kebijakan kecelakaan lalu lintas selalu memiliki
terobosan atau inovasi yang sangat baik, namun dalam penerapannya
seringkali masih mengalami jalan buntu atau missing link, sehingga tidak
dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.
56
Oleh karena itu dalam penerapan kebijakan lalu lintas di wilayah Polres
Gorontalo tentang kecelakaan diperlukan peningkatan sistem pengawasan dan
pengendalian yang ketat baik secara internal maupun pengawasan oleh
pemerintah sebagai pusat control dan kajian dalam pelaksanaan kegiatan.
Kejelasan dalam pemberian reward dan punishment merupakan salah satu
tolok ukur utama standarisasi keberhasilan.
3. Penanganan Kecelakaan lalu Lintas.
Konsep ideal pada tahapan ini adalah proses setelah terjadinya suatu
kecelakaan lalu lintas yang membutuhkan penanganan secara cepat, tepat, dan
efisien oleh komponen terkait yang bertanggung jawab secara langsung dan
berkewajiban untuk bergerak secara simultan pada saat mendapatkan
informasi tentang terjadinya kecelakaan.
Beberapa komponen terkait dalam penanganan kecelakaan lalu lintas
adalah Polres Gorontalo sebagai penananggung jawab olah TKP, Rumah Sakit
dunda yang bertanggung jawab dalam upaya penanganan pertama (UGD)
hingga proses perawatan, serta Jasa Raharja sebagai penanggung jawab
asuransi kecelakaan sesuai klasifikasi korban. Namun fakta yang terjadi
dilapangan seringkali tidak menunjukkan hal yang diharapkan tersebut.
Melihat perkembangan yang ada saat ini seiring dengan perkembangan
teknologi yang ada, pemerintah melalui instansi yang terkait telah
menyediakan fasilitas sarana dan prasarana dengan tingkat kecanggihan yang
mengikuti trend kebutuhan masyarakat.
57
Hal ini merupakan suatu fakta kontradiksi yang cukup ironis sehingga
perlu adanya kajian tentang missing link dalam proses tersebut. Analisa yang
dilakukan, beberapa kendala atau faktor penyebab terdinya missing link dalam
proses penanganan kecelakaan lalu lintas adalah minimnya sumber daya
manusia dalam operasionalisasi kecanggihan fasilitas dan sarana prasarana
yang ada, pemeliharaan dan perawatan barang yang tidak konsisten, serta
konsep manajemen anggaran yang tidak berorientasi pada kebutuhan logistik.
Salah satu contohnya saat ini Polri, Rumah Sakit, dan Jasa Raharja sudah
dilengkapi dengan kenderaan dinas penanganan kecelakaan lalu lintas yang
menggunakan sistem jaringan satelit dan computer, namun fakta kontradiksi
yang sering dapat dilihat secara kasat mata dimana tidak sedikit dari
kenderaan dinas tersebut yang hanya menjadi hiasan kantor di halaman parkir
karena kondisi rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi.
Beberapa fakta diatas dapat disimpulkan bahwa perlunya
pelatihan– pelatihan yang berkelanjutan terhadap operator sistem yang ada,
peningkatan anggaran pemeliharaan dan perawatan alat maupun kendaraan,
serta melakukan audit rutin terhadap setiap instansi dalam penggunaan sistem
anggarannya. Dengan demikian dalam penanganan kecelakaan lalu lintas
sebagai penjabaran dari kebijakan yang telah ditetapkan dapat mencapai
kualitas target pelayanan terhadaap korban kecelakaan lalu lintas.
58
Adapun buku pedoman keselamatan jalan yang dikeluarkan ADB (Asian
Development Bank)42 bersama dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat ada
tiga tahapan pendekatan intervensi peningkatan keselamatan jalan :
1. Membangkitkan kepedulian, hal ini merupakan salah satu permasalahan yang
cukup memprihatinkan di Indonesia sehingga perlu perhatian yang tinggi
untuk menigkatkan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya keselamatan
dalam berlalu lintas yang dapat dilakukan melalui menyebar luaskan dampak
kecelakaan, angka kecelakaan kepada para pengambil keputusan untuk
menggugah mereka seperti Dewan Perwakilan Rakyat baik nasional maupun
tingkat daerah, Pejabat Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Langkah lain yang perlu dilakukan pada tahapan ini adalah identifikasi dari
permasalahan keselamatan lalu lintas termasuk meninjau kembali program
keselamatan yang telah dan sedang dilaksanakan;
2. Rencana aksi prioritas, setelah mengenali permasalahan yang ditemukan
dalam tahap I maka langkah selanjutnya adalah merumuskan program
prioritas yang perlu segera dilaksanakan, apakah merumuskan kembali
peraturan perundangan untuk meningkatkan keselamatan, menyempurnakan
organisasi yang menangani permasalahan kecelakaan dan perumusan program
keselamatan disertai dengan langkah untuk melakukan penertiban terhadap
angka pelanggaran lalu lintas. Hal ini penting mengingat bahwa sebagian
42 http://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Lalu_Lintas/Keselamatan_lalu_lintas di Akses Pada20/11/2013
59
besar kecelakaan yang terjadi didahului oleh pelanggaran ketentuan atau
aturan lalu lintas;
3. Program 5 tahun untuk keselamatan jalan, langkah strategis lebih lanjut adalah
menyusun program keselamatan yang lebih makro untuk menurunkan angka
kecelakaan secara nyata, misalnya dengan merubah undang-undang seperti
yang telah dilaksanakan dengan telah terbitnya undang-undang No 22 tahun
2012 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan, yang masih harus ditindak
lanjuti dengan perumusan peraturan pelaksanaannya seperti misalnya
peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan penerapan penegakan hukum
elektronik. Langkah lain yang perlu dilaksanakan dalam program 5 tahun
adalah identifikasi dan analisis black spot lokasi yang rawan kecelakaan dan
dilanjutkan audit keselamatan, untuk kemudian dilakukan langkah perbaikan