Bab IV Goverment Sector (Edited)

27
BAB IV GOVERNMENT SECTOR (SEKTOR PEMERINTAH) Pemasukan dan Pengeluaran Pemerintah Dalam rumus GDP (Gross Domestic Product) dengan pendekatan pengeluaran yakni Y = C + I + G (perekonomian tertutup), kita mengenal G adalah pengeluaran pemerintah. Jika terjadi pengeluaran, maka terdapat pemasukan atau pendapatan. Pendapatan pemerintah salah satu yang paling besar diperoleh dari pajak (T). Karena itulah kebanyakan ekonom mendefinisikan T adalah pemasukan pemerintah. Dampak Pajak (T) terhadap Konsumsi (C) Dari peenjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa government sector (sektor pemerintahan) erat kaitannya dengan pajak. Oleh karena itu, mempelajari pajak menjadi sangat penting untuk mengetahui seberapa jauh peran pemerintah terhadap perekonomian, khususnya konsumsi. Untuk melihat dampak pajak terhadap konsumsi, pertama-tama kita review dahulu fungsi konsumsi yang telah kita pelajari di bab 2 C : Konsumsi a : autonomous consumption (Konsumsi otonom) b : MPC (Marginal Propensity to Consume Y d : Disposable Income / Pendapatan Disposabel (Pendapatan setelah dikurangi Pajak) Dari definisi pendapatan disposable, yaitu pendapatan setelah dikurangi pajak, maka diperoleh rumus sebagai berikut: C = a + b(Y d ) (4.1)

Transcript of Bab IV Goverment Sector (Edited)

Page 1: Bab IV Goverment Sector (Edited)

BAB IVGOVERNMENT SECTOR(SEKTOR PEMERINTAH)

Pemasukan dan Pengeluaran PemerintahDalam rumus GDP (Gross Domestic Product) dengan pendekatan pengeluaran yakni Y = C + I + G (perekonomian tertutup), kita mengenal G adalah pengeluaran pemerintah. Jika terjadi pengeluaran, maka terdapat pemasukan atau pendapatan. Pendapatan pemerintah salah satu yang paling besar diperoleh dari pajak (T). Karena itulah kebanyakan ekonom mendefinisikan T adalah pemasukan pemerintah.

Dampak Pajak (T) terhadap Konsumsi (C)Dari peenjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa government sector (sektor pemerintahan) erat kaitannya dengan pajak. Oleh karena itu, mempelajari pajak menjadi sangat penting untuk mengetahui seberapa jauh peran pemerintah terhadap perekonomian, khususnya konsumsi.Untuk melihat dampak pajak terhadap konsumsi, pertama-tama kita review dahulu fungsi konsumsi yang telah kita pelajari di bab 2

C : Konsumsia : autonomous consumption (Konsumsi otonom)b : MPC (Marginal Propensity to ConsumeYd : Disposable Income / Pendapatan Disposabel (Pendapatan setelah dikurangi

Pajak)

Dari definisi pendapatan disposable, yaitu pendapatan setelah dikurangi pajak, maka diperoleh rumus sebagai berikut:

Y : Pendapatan NasionalYd : Pendapatan disposable (Pendapatan setelah dikurangi Pajak)T : Pajak

Dengan mensubstitusi persamaan 4.2 dengan persamaan 4.1 kita dapat memperoleh rumus sebagai berikut:

Yd = Y – T … (4.2)

C = a + b(Yd) … (4.1)

Page 2: Bab IV Goverment Sector (Edited)

Dari persamaan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa pajak berpengaruh negatif terhadap konsumsi, sehingga semakin tinggi pajak akan semakin menurunkan pendapatan disposabel, dan semakin berkurangnya pendapatan disposabel akan semakin menurunkan konsumsi.

Di dalam perekonomian dikenal dengan 2 jenis pajak. Kedua jenis pajak tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dan memiliki dampak yang berbeda pula terhadap konsumsi:1. Pajak Tetap

Pajak yang nominalnya tidak dipengaruhi oleh besarnya tingkat pendapatan. Berapa pun pendapatan seseorang, maka masing-masing dari mereka akan dikenakan pajak dengan beban yang sama.Contoh:Pemerintah menetapkan kebijakan fixed tax (pajak tetap) sebesar Rp 20.000 per tahun. Tahun 2012, Linda memperoleh pendapatan sebesar Rp 2.000.000. Tahun berikutnya, pendapatan Linda naik sebesar 1 juta. Berapa besarnya pajak yang harus dibayar Linda pada tahun 2013?Jawab: Rp 20.000 Pajak tetap

- Dampak Pajak Tetap terhadap Konsumsi (C) dan Tabungan (S)Untuk menganalisis dampak pajak terhadap konsumsi dan tabungan, pertama-tama mari kita melihat sebuah fungsi konsumsi di perekonomian tanpa pajak di titik ketika semua pendapatan digunakan untuk konsumsi (Y=C). Jika kita menggunakan fungsi konsumsi C = 500 + 0,2Yd maka C dalam persamaan Y = C dapat disubstitusi dengan 500 + 0,2Yd

Kasus 1: Perekonomian tanpa Pajak

C = 500 + 0,2Yd T = 0Yd = Y – T

= Y - 0 Y = CY = 500 + 0,2Yd

Y = 500 + 0,2(Y- 0) 0,8Y = 500

Y = 625 karenaY = C, maka C = 625

C = a + b(Y - T) … (4.3)

↑T ↓Yd ↓C

Page 3: Bab IV Goverment Sector (Edited)

Kita akan menganalisisnya dengan pendapatan yang besarnya sama dengan kasus di atas (Y = 625). Tujuan kita adalah membandingkan bagaimana konsumsi di perekonomian tanpa pajak dan di perekonomian yang dikenakan pajak.Pada contoh kali ini, pajak yang dibebankan adalah sebsar Rp 25

Kasus 2: Perekonomian dengan Pajak TetapT = 25Yd = Y – T

= 625 -25= 600 substutusikan dengan Yd di fungsi konsumsi

C = 500 + 0,2Yd

= 500 + 0,2 (600)= 500 + 120= 620

Untuk mempersingkat pengerjaan soal di atas dapat digunakan rumus fungsi konsumsi dengan pajak tetap sebagai berikut:

C : Konsumsia : autonomous consumption (Konsumsi otonom)b : MPC (Marginal Propensity to ConsumeY : Pendapatan NasionalTf : Pajak Tetap

C = a + b(Y – Tf)= 500 + 0,2 (625 - 25)= 620

Secara Grafis, Ilustrasi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

C = Y

C = 500 + 0,2(Y – 0)

C = 500 + 0,2 (Y – 25)

625

620

625

Y

C

C = a + b(Y – Tf) … (4.5)

Page 4: Bab IV Goverment Sector (Edited)

Y

C

Dari 2 kasus tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa:a. Konsumsi di perekonomian dengan pajak tetap LEBIH KECIL dari pada

konsumsi di perekonomian tanpa pajak.b. MPC di perekonomian dengan pajak tetap SAMA DENGAN MPC di

perekonomian dengan pajak tetap yakni sebesar 0,2

Cpajak tetap < Ctanpa pajak tetap 620 < 625MPC pajak tetap = MPCtanpa pajak tetap 0,2 = 0,2

Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa di perekonomian dengan pajak tetap terdapat pengurangan konsumsi. Secara matematis, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:Sebelum ada pajak, kenaikan Y akan menyebabkan kenaikan C dan S

ΔC = MPC x ΔYd (↑Yd ↑C = MPC x Yd)ΔS = MPS x ΔYd (↑Yd ↑S = MPS x Yd)

Setelah ada pajak tetapΔYd = -TΔYd = -T = ΔC + ΔS

Besarnya pengurangan C dan SΔC = MPC x ΔYd atau ΔC = MPC x (-T) ΔS = MPS x ΔYd atau ΔS = MPS x (-T)

Secara grafis, penjelasan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

DAMPAK PAJAK TETAP TERHADAP KONSUMSI (C)

Gambar di atas menunjukkan bahwa pajak tetap mengurangi autonomous consumption (konsumsi otonom) sebesar b(-T) atau MPC x (-T), tetapi tidak mengubah besar MPC atau MPC tetap

DAMPAK PAJAK TETAP TERHADAP TABUNGAN (S)

ΔC = ΔCautonomous = b(-T) atau MPC x (-T)

C = a + bYd

C = a + b (Y – T)

a - bT

a

Page 5: Bab IV Goverment Sector (Edited)

ΔS = ΔSautonomous = (1-b)(-T) atau MPS x (-T)

Gambar di atas menunjukkan bahwa pajak tetap mengurangi autonomous saving sebesar (1-b)(-T) atau MPS x (-T), tetapi TIDAK mengurangi MPS atau MPS TETAP

2. Pajak ProporsionalPajak yang nominalnya tergantung pada tingkat pendapatan. Biasanya dalam bentuk persen. Semakin besar pendapatan, semakin besar nominal pajak yang harus dikeluarkan.Untuk menentukan nominal pajak proporsional yang harus dibayar, kita menggunakan rumus:

Tproporsional : Nominal pajak proporsional yang dibayarkant : persentase pajak nominal (contoh: 10%, 20%, dst)Y : income / pendapatan

Contoh:Husen pada tahun 2012 mempunyai pendapatan Rp 1.000.000 dan pada 2013 mempunyai pendapatan sebesar 1.500.000. Jika pemerintah menetapkan pajak proporsional pada pendapatan sebesar 10%, maka berapakah selisih pajak yang dibayar Husen pada tahun 2012 dengan 2013?Jawab:T2013 = t x Y2013

= 10% x 1.500.000= 150.000

-a – (1-b)t

-a

S = - a + (1-b)(Y – T)

S = - a + (1-b)Yd

Tproporsional = t x Y … (4.6)

Y

S

Page 6: Bab IV Goverment Sector (Edited)

T2012 = t x Y2012

= 10% x 1.000.000= 100.000

∆T = T2013 - T2012

= 150.000 – 100.000= 50.000

- Dampak Pajak Proporsional terhadap Konsumsi (C) dan Tabungan (S)Dengan menggunakan kasus yang sama dengan pajak tetap yakni dengan fungsi konsumsi C = 500 + 0,2Yd di titik Y = C, atau ketika Y = 625 maka kita akan mendapatkan konsumsi pada perekonomian tanpa pajak adalah 625

Kasus 1: Perekonomian tanpa pajakC = 500 + 0,2Yd Y = Ctanpa pajak = 625Kemudian, kita bandingkan dengan perekonomian yang menggunakan pajak proporsional sebesar 10% dengan asumsi pendapatan sama dengan perekonomian tanpa pajak sebesar 625 (Y = 625)

Kasus 2: Perekonomian dengan Pajak proporsionalJika pemerintah menerapkan pajak proporsional sebesar 10% dari pendapatan makat = 10% / 0,1T = t x Y

= 10% x 625= 62,5

Yd = Y – T= 625 – 62,5= 562,5

C = 500 + 0,2Yd

= 500 + 0,2(562,5)= 500 + 112,5= 612,5

Untuk mempersingkat pengerjaan soal di atas dapat digunakan rumus fungsi konsumsi dengan pajak proporsional sebagai berikut:

C = a + b(1-t)Y … (4.7)

Page 7: Bab IV Goverment Sector (Edited)

C : Konsumsia : autonomous consumption (Konsumsi otonom)b : MPC (Marginal Propensity to ConsumeY : Pendapatan NasionalTf : Pajak Tetap

C = a + b(1 – t)Y= 500 + 0,2 (1 – 0,1)625= 612,5

Secara Grafis, Ilustrasi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Dari 2 kasus tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa:a. Konsumsi di perekonomian dengan pajak proporsional LEBIH KECIL dari

pada konsumsi di perekonomian tanpa pajak.b. MPC di perekonomian dengan pajak proporsional LEBIH KECIL MPC di

perekonomian tanpa pajak yakni sebesar 0,2

Cpajak proporsional < Ctanpa pajak 612,5 < 625MPC pajak proporsional < MPCtanpa pajak 0,18 < 0,2

Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa di perekonomian dengan pajak proporsional terdapat pengurangan konsumsi. Secara matematis, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:Sebelum ada pajak, kenaikan Y akan menyebabkan kenaikan C dan S

ΔC = MPC x ΔYd (↑Yd ↑C = MPC x Yd)ΔS = MPS x ΔYd (↑Yd ↑S = MPS x Yd)

Setelah ada pajak proporsionalΔYd = -tYΔYd = -tY = ΔC + ΔS

Besarnya pengurangan C dan S

C = Y

C = 500 + 0,2(Y – 0)

C = 500 + 0,2 (Y – 0,1Y)= 500 + 0,2(0,9Y)

= 500 + 0,18Y

625

612,5

625

Y

C

Page 8: Bab IV Goverment Sector (Edited)

ΔC = MPC x ΔYd atau ΔC = MPC x (-tY) ΔS = MPS x ΔYd atau ΔS = MPS x (-tY)

Secara grafis, penjelasan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

DAMPAK PAJAK PROPORSIONAL TERHADAP KONSUMSI (C)

Gambar di atas menunjukkan bahwa pajak proporsional TIDAK mengurangi autonomous consumption (konsumsi otonom) atau autonomous consumption TETAP, tetapi mengurangi MPC sebesar b(-t) atau MPC x (-t)

DAMPAK PAJAK PROPORSIONAL TERHADAP TABUNGAN (S)

Gambar di atas menunjukkan bahwa pajak proporsional TIDAK mengurangi autonomous saving (tabungan otonom) atau autonomous saving TETAP , tetapi mengurangi MPS sebesar (1-b)(1-t) atau MPS x (1-t).

-a – (1-b)t

-a

S = - a + (1-b)(1-t)Y dengan pajak proporsional

S = - a + (1-b)Yd tanpa pajak proporsional

ΔMPC = MPC x (-t) ΔC = ΔMPC x Y

C = a + bYd tanpa pajak proporsional

C = a + b (1 – t)Y dengan pajak proporsional

a

Y

S

Y

C

ΔMPS = MPS x (-t) ΔS = ΔMPS x Y

Page 9: Bab IV Goverment Sector (Edited)

- Dampak Pajak Tetap vs Pajak Proporsional terhadap C dan S

OBJEK ANALISIS

JENIS PAJAKTETAP PROPORSIONAL

EFEK BESAR PERUBAHAN

EFEK BESAR PERUBAHAN

Konsumsi (C) ↓ MPC x (-T) ↓ ΔMPC x YTabungan (S) ↓ MPS x (-T) ↓ ΔMPS x Y

Cautonomous ↓ MPC x (-T) Konstan / tetap

0

Sautonomous ↓ MPS x (-T) Konstan / tetap

0

MPC / Slope fungsi

konsumsi

Konstan / tetap

0 ↓ MPC x (-t)

MPS / Slope fugsi tabungan

Konstan / tetap

0 ↓ MPS x (-t)

Multiplier Effect (Efek Pengganda) PerekonomianDalam setiap pos pendapatan nasional (C, I, atau G) setiap pertambahannya akan menyebabkan pertambahan nasional itu sendiri. Jika pengeluaran pemerintah (G) meningkat 1 satuan, maka Y akan meningkat lebih dari 1 satuan karena adanya multiplier effect ini.- Multiplier Effect pada Sistem Pajak Tetap

Asumsi:– Fungsi konsumsi: C = a + bYd

– Besar pajak tetap: T = Tx

– Fungsi Investasi adalah otonomom: I = I0

– Fungsi Pengeluaran pemerintah adalah otonom: G = G0

Perhitungan:Y = C + I + GY = a + bYd + I + GY = a + b(Y-Tx) + I + GY = a + bY – bTx + I + G

Y – bY = a – bTx + I + G(1-b) Y = a – bTx + I + G

Y = 1

1−b (a – bTx + I + G)

Koefisien Multiplier

Page 10: Bab IV Goverment Sector (Edited)

Contoh:C = 500 + 0,2 YdI = 30G0 = 30Tx = 25 Hitunglah:– Tingkat keseimbangan Pendapatan nasional– Kenaikan pendapatan jika G terjadi peningkatan menjadi 50Jawab:Tingkat keseimbangan Pendapatan Nasional

Y = C + I + GY = 500 + 0,2Yd + 30 + 30Y = 560 + 0,2(Y –T)Y = 560 + 0,2(Y – 25)Y = 560 + 0,2Y – 5

Y – 0,2Y = 5550,8Y = 555

Y = 693,75

Kenaikan pendapatan jika G meningkat menjadi 50ΔG = G0 – G1 ΔG = 50 – 30 ΔG = 20

ΔY= 1

1−bx ΔG

ΔY= 1

1−0,2 x 20

ΔY= 25

- Multiplier Effect pada Sistem Pajak ProporsionalAsumsi:– Fungsi konsumsi: C = a + bYd

– Besar pajak tetap: T = Tx

– Fungsi Investasi adalah otonomom: I = I0

– Fungsi Pengeluaran pemerintah adalah otonom: G = G0

Perhitungan Multiplier:Y = C + I + GY = a + bYd + I + GY = a + b(Y-tY) + I + G

Page 11: Bab IV Goverment Sector (Edited)

Y = a + bY – btY + I + GY – bY + btY = a + I + G (1- b + bt)Y = a + I + G

Y = 1

1−b+bt(a + I + G)

Contoh:C = 500 + 0,2 YdI = 30G0 = 30t = 10% 0,1Y Hitunglah:– Tingkat keseimbangan Pendapatan nasional– Kenaikan pendapatan jika G terjadi peningkatan menjadi 50

Jawab:Tingkat Keseimbangan Pendapatan

Y = C + I + G Y = 500 + 0,2 (Y - 0,1Y) + 30 + 30

Y = 500 + 0,2Y – 0,02 Y+ 60 Y = 560 + 0,18Y

0,82Y = 560Y = 682,92

Kenaikan pendapatan jika G meningkat menjadi 50ΔG = G0 – G1 ΔG = 50 – 30 ΔG = 20

ΔY = 1

1−b+bt x ΔG

ΔY = 1

1−0,2+0,2.0,1x 20

ΔY = 24,39

Fungsi Konsumsi Islami (Penambahan variable Zakat)

Pada zaman Rasulullah SAW, pemasukan pemerintah yang terbesar adalah melalui zakat. Oleh karena itu, pembahasan sektor pemerintahan tidak akan lepas dari pembahasan mengenai Zakat.

Zakat merupakan instrumen yang istimewa. Zakat mempunyai persamaan maupun perbedaan dengan pajak. Keduanya (Zakat dan pajak) sama-sama memiliki pengaruh

Page 12: Bab IV Goverment Sector (Edited)

terhadap perekonomian secara makro. Kali ini akan dibahas mengenai dampak zakat secara makro terhadap konsumsi.

Jika kita memasukkan elemen zakat di dalam perekonomian, maka kita akan menulis model fungsi konsumsi yang sedikit berbeda dengan fungsi konsumsi konvensional oleh J.M. Keynes. Pertama-tama fungsi konsumsi ini akan dibedakan menjadi 2, yakni fungsi konsumsi muzakki (pemberi zakat) dan fungsi konsumsi mustahiq (penerima zakat).

Fungsi konsumsi muzakki:

Ck : Konsumsi muzakkiCok : Autonomous Consumption (Konsumsi otonom) muzakkick : MPC (Marginal Propensity to Consume) muzakkiYk : Pendapatan muzakki sebelum dipotong zakatz : Tarif zakat pendapatan (biasanya 2,5%)

Penjelasan singkat mengenai fungsi konsumsi muzakki:Fungsi konsumsi muzakki di atas hampir sama dengan fungsi konsumsi konvensional pada sistem perpajakan proporsional. Muzakki memberikan sebagian hartanya untuk mustahiq. Besarnya harta yang diberikan adalah (-zYk), di mana hal ini mirip dengan besarnya nominal pajak proporsional yang harus dibayarkan yakni (-tY)

Fungsi konsumsi mustahiq:

Ch : Konsumsi mustahiqCoh : Autonomous Consumption (Konsumsi otonom) mustahiqCh : MPC (Marginal Propensity to Consume) mustahiqYk : Pendapatan muzakki sebelum dipotong zakatYh : Pendapatan mustahiq sebelum ditambah pemberian zakatz : Tarif zakat pendapatan (biasanya 2,5%)

Penjelasan singkat mengenai fungsi konsumsi mustahiq:Fungsi inilah yang paling membedakan dengan antara fungsi konsumsi Islami dengan fungsi konsumsi konvensional. Perbedaan paling mencolok adalah melalui penambahan variable zYk yang mana di sini berarti adalah harta yang diterima mustahiq dari muzakki

Sementara itu, di dalam perekonomian yang Islami (dengan variable zakat) konsumsi agregat merupakan jumlah dari konsumsi muzakki dengan mustahiq. Sehingga rumus konsumsi agregat Islami adalah sebagai berikut:

Ck = Cok + ck (Yk – zYk) … (4.8)

Ch = Coh + ch (Yh + zYk) … (4.9)

C = Ck + Ch … (4.10)

Page 13: Bab IV Goverment Sector (Edited)

Jika kita mensubstitusi persamaan 4.8 dan 4.9 ke persamaan 4.10 maka akan didapatkan sebuah fungsi konsumsi Islami dalam sebuah perekonomian

C = Ck + Ch = Cok + ck (Yk – zYk) + Coh + ch (Yh + zYk)= Cok + ckYk - ckzYk + Coh + chYh + chzYk

= Cok + Coh + chzYk - ckzYk + ckYk + chYh

= Cok + Coh + (ch- ck)zYk + (ck+ ch)Yh

Jika diasumsikan…

Maka didapatkan…C = Co +(ch - ck)zYk + cY

Jika diasumsikan Yk = tY, makaC = Co + cY + (ch - ck)ztY

= Co + [c + (ch - ck) zt]Y

Inilah yang kemudian disebut sebagai fungsi konsumsi Islami…

C : KonsumsiC0 : Konsumsi otonom[c + (ch - ck) zt] : MPC IslamiY : Pendapatan Nasional

Dampak Zakat (z) terhadap Konsumsi (C) dan Tabungan (S)Untuk menganalisis pengaruh zakat terhadap konsumsi mari kita mulai dengan perekonomian tanpa zakat, z = 0, dan kita menggunakan fungsi konsumsi Islami

Kasus 1: Perekonomian tanpa Zakat

Co = Cok + Coh … (4.11)

cY = ckYk + chYh … (4.12)

C = Co + [c + (ch - ck) zt]Y … (4.13)

Page 14: Bab IV Goverment Sector (Edited)

C = Co + [c + (ch - ck) zt]YC0 = 100c = 0,2z = 0Tidak adanya zakat membuat variable-variabel seperti ch ck dan t menjadi hilang.Sehingga…C = 100 + 0,2YJika Y = C, maka

Y = 100 + 0,2Y0,8Y = 100

Y = 125

Kasus 2: Perekonomian dengan Zakat

C = Co + [c + (ch - ck) zt]YC0 = 100c = 0,2z = 2,5% = 0,025ch = 1ck = 0,2t = 0,8variable ch di dalam perekonomian ditulis 1, hal ini disebabkan mustahiq tidak mempunyai kecenderungan untuk menabung karena pendapatannya tidak cukup untuk menabung.Sehingga…C = 100 + [0,2 + (1 – 0,2)x0,025x0,8]Y

= 100 + 0,216YJika Y = 125, maka…C = 100 + 0,216(125)

= 100 + 27= 127

Secara Grafis, Ilustrasi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

C = Y

C = 100 + 0,216Y

C = 500 + 0,2Y

125

125

127

Y

C

Page 15: Bab IV Goverment Sector (Edited)

Dari 2 kasus tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa:a. Konsumsi di perekonomian dengan zakat LEBIH BESAR dari pada konsumsi di

perekonomian tanpa zakat.b. MPC di perekonomian dengan zakat LEBIH BESAR MPC di perekonomian tanpa

zakat yakni sebesar 0,216

CZAKAT > Ctanpa ZAKAT 127 > 125MPC ZAKAT < MPCtanpa ZAKAT 0,2 > 0,216

Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa di perekonomian dengan pajak zakat terdapat penambahan konsumsi. Secara matematis, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sebelum ada zakat, kenaikan Y akan menyebabkan kenaikan C dan SΔC = MPC x ΔYd (↑Yd ↑C = MPC x Yd)ΔS = MPS x ΔYd (↑Yd ↑S = MPS x Yd)

Setelah ada zakatΔYd = [(ch - ck) zt] YΔYd = [(ch - ck) zt] Y = ΔC + ΔS

Besarnya penambahan C dan SΔC = MPC x ΔYd atau ΔC = MPC x [(ch - ck) zt] Y ΔS = MPS x ΔYd atau ΔS = MPS x [(ch - ck) zt] Y

Secara grafis, penjelasan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

DAMPAK ZAKAT TERHADAP KONSUMSI (C)

Gambar di atas menunjukkan bahwa zakat TIDAK mengurangi autonomous consumption (konsumsi otonom) atau autonomous consumption TETAP , tetapi menaikkan MPC sebesar MPC x (ch - ck) zt

c0

C = c0 + [c + (ch - ck) zt ]Y dengan zakatC

C = c0 + cY tanpa zakat

YΔMPC = MPC x (ch - ck) zt ΔC = ΔMPC x Y

Page 16: Bab IV Goverment Sector (Edited)

DAMPAK ZAKAT TERHADAP TABUNGAN (S)

Gambar di atas menunjukkan bahwa zakat TIDAK mengurangi autonomous saving (tabungan otonom) atau autonomous saving TETAP , tetapi meningkatkan MPS sebesar MPS x (ch - ck) zt

Kebijakan Belanja Pemerintah dalam Ekonomi IslamLandasan pokok : Efisiensi dan efektifitas yang berdasarkan kaidah-kaidah bersumber Al Quran dan Hadis

- Kaidah-kaidah Umum dalam Memandu Kebijakan Belanja Pemerintah (Chapra) a.l :1. Senantiasa mengikuti kaidah maslahah2. Menghindari masyaqqah kesulitan dan mudarat harus didahulukan daripada

pembenahan3. Mudarat individu dapat dijadikan alasan demi menghindari mudharat dalam

skal umum.4. Pengorbanan individu dapat dilakukan demi menghindari kerugian dalam skala

umum5. Kaidah al-giurmu bil gunni : yang mendapatkan manfaat harus siap

menanggung beban6. Kaidah Ma la yatimmu al waajibu illa bihi fahua wajib : menegakkan faktor

penunjang menjadi wajib, bila tanpa faktor penunjang tsb sesuatu yang wajib tidak dapat ditegakkan.

- Tujuan Pembelanjaan dalam Pemerintahan Islam :– Pengeluaran demi memenuhi kebutuhan hajat masyarakat– Pengeluaran sebagai alat redistribusi kekayaan– Pengeluaran yang yang mengarah pada semakin bertambahnya permintaan

efektif– Pengeluaran yang berkaitan dengan investasi dan produksi

SS = - c0 + [1- c - (ch - ck) zt ]Y dengan zakat

S = - c0 + [1 - c]Y tanpa zakat

Y

ΔMPS = MPS x (ch - ck) zt ΔS = ΔMPS x Y- c0

Page 17: Bab IV Goverment Sector (Edited)

G

C + I

AE

Y

C + I + G

– Pengeluaran yang bertujuan menekan tingkat inflasi dengan kebijakan intervensi pasar

- Belanja umum pemerintah dalam sitem ekonomi Islam dapat dibagi menjadi tiga bagian :– Belanja kebutuhan operasional pemerintah yang rutin– Belanja umum yang dapat dilakukan pemerintah apabila sumber dananya

tersedia– Belanja umum yang berkaitan dengan proyek yang disepakati oleh masyarakat

berikut sistem pendanaannya

- Kaidah syar’iyyah yang berkaitan dengan belanja kebutuhan operasional pemerintah yang rutin:• Kebijakan belanja rutin harus sesuai dengan azas maslahat umum, tidak boleh

dikaitkan dengan kemaslahatan seseorang atau kelompok masyarakat tertentu, apalagi kemaslahatan pejabat pemerintah

• Kaidah atau prinsip efisiensi dalam belanja rutin yaitu mendapatkan sebanyak mungkin manfaat dengan biaya yang semurah-murahnya. Kaidah ini membawa suatu pemerintahan jauh dari sifat mubadzir dan kikir di samping alokasinya pada sektor-sektor yang tidak bertentangan dengan syariah

• Tidak berpihak pada kelompok kaya dalam pembelanjaan, walaupun dibolehkan berpihak pada kelompok miskin. Kaidah tersebut cukup berlandaskan pada nash-nash yang shahih seperti kasus “al-Hima” yaitu tanah yang diblokir oleh pemerintah yang khusus diperuntukkan bagi kepentingan umum.

• Prinsip komitmen dengan aturan syariah, maka alokasi belanja Negara hanya boleh pada hal-hal yang mubah, dan menjauhi yang haram

• Prinsip komitmen dengan skala prioritas syariah, dimulai dari yang wajib, sunah, mubah atau dharruroh, hajjiyat dan kamaliyah

Pengaruh Belanja Pemerintah (G)G merupakan variabel kebijakan untuk mempengaruhi besar belanja agregat (agregate expenditure

Page 18: Bab IV Goverment Sector (Edited)

d

AE

-c.d

Pengaruh Kenaikan Belanja Pemerintah (G) dan Pajak (T)

Faktor yang Mempengaruhi Belanja Pemerintah Belanja pemerintah biasanya diasumsikan eksogen, yakni nilainya tidak dipengaruhi

oleh variabel-variabel ekonomi lain Sebenarnya belanja pemerintah juga merupakan masalah optimasi pencapaian tujuan

yang dikendala oleh penerimaan yang bisa diperoleh Kendala penerimaan pemerintah antara lain:

o Kemampuan pengumpulan pajak

o Kemampuan perolehan utang baik dalam maupun luar negeri

o Penjualan aset

o Bagi hasil dari sumber daya alam

Tujuan Belanja PemerintahTujuan-tujuan yang ingin dipenuhi secara reguler oleh pemerintah pada tiap tahun anggaran antara lain:

o Membiayai pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur

o Membiayai layanan publik pemerintah

o Membayar gaji pegawai negeri

o Memberikan subsidi

Tujuan insidental belanja pemerintah o Mendorong ekonomi di saat krisis

o Membiayai penyelamatan korban bencana dan rekonstruksi pasca bencana

o Membiayai penyelamatan sistem keuangan

Penanggulangan Krisis EkonomiUntuk mencegah resesi ketika terjadi penurunan investasi dan ekspor, pemerintah bisa mengkompensasi penurunan permintaan agregat itu dengan memberikan stimulus pada perekonomian.Bentuk stimulus tersebut antara lain:1. Meningkatkan belanja pemerintah

• AE bertambah sebesar d• Kenaikan pajak lump-sum sebesar

d hanya mengurangi konsumsi sebesar -c.d

• Efek neto kenaikan G dan T sebesar d pada AE adalah d – c.d

• Karena 0 <c <1, maka d – c.d > 0 yakni efek netonya AE meningkat

Page 19: Bab IV Goverment Sector (Edited)

2. Pemotongan pajak• Potongan pajak akan meningkatkan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable

income), sehingga meningkatkan konsumsi T ↓ Yd ↑ C ↑ Y ↑

• Potongan pajak akan lebih efektif jika diberikan pada penduduk miskin, karena MPC mereka lebih besar dari orang kaya

• Tapi penduduk termiskin biasanya belum terkena pajak penghasilan, sehingga jarang mendapat manfaat dari potongan pajak ini

- Efektivitas Stimulus: Teori memprediksi bahwa efektivitas stimulus bergantung pada apakah

penerima manfaat menduga bahwa stimulus itu bersifat permanen atau temporer

Penerima stimulus cenderung tidak mengubah pola konsumsi jika menduga bahwa stimulus tersebut hanya sementara, karena konsumsi mereka didasarkan pada pendapatan jangka panjang (permanent income hypothesis).

Penerima stimulus yang selama ini konsumsinya terbatasi karena sulit mendapat utang (credit constraint), cenderung langsung menggunakan tambahan pendapatannya untuk konsumsi

- Dilema antara Stimulus dan Defisit Stimulus potongan pajak jika dibarengi penurunan belanja menjadi tidak

efektif G ↓ Y ↓

Sebaliknya, peningkatan belanja menjadi kurang efektif jika dibiayai dengan peningkatan pajak T↑ Yd↓ C ↓ Y ↓

Potongan pajak mengurangi pendapatan, jika belanja tidak diturunkan, anggaran negara akan defisit. Kenaikan belanja juga menyebabkan defisit jika pajak tidak ikut dinaikkan.

Jika ingin memberikan stimulus yang efektif maka pemerintah harus menanggung risiko deficit

Bagan stimulus yang efektifPeningkatan belanja pemerintah : G ↑ Pemotongan Pajak : T ↓ Yd ↑ C ↑

Penyebab Defisit:Penerimaan < Pengeluaran

T < G

Y ↑

Page 20: Bab IV Goverment Sector (Edited)

Metode Penutupan DefisitUntuk menutup defisit, pemerintah mempunyai tiga cara yakni:1. Pembiayaan Domestik / Utang Dalam Negeri

Defisit bisa dibiayai dengan penerbitan surat utang/sukuk di dalam negeri Jika sumber pembiayaan dari dalam negeri, permintaan di pasar pendanaan akan

naik sehingga meningkatkan tingkat imbal, yang berpotensi menurunkan investasi (crowding out)

2. Pembiayaan Luar Negri / Utang Luar Negeri Penggunaan sumber dana dari luar negeri tidak akan menyebabkan kenaikan imbal

di pasar pendanaan domestik, sehingga tidak terjadi pendesakan investasi Pembiayaan defisit ini sulit dilakukan jika krisis tidak hanya terjadi di dalam

negeri, tetapi juga di negara-negara lain, karena biaya dana (bunga atau ijarah yang diminta pemiliki dana) akan jauh lebih besar

Pembiayaan luar negeri juga menghadapi risiko kurs. Jika nilai tukar mata uang domestik melemah, maka beban pembayaran kembali akan meningkat

3. Pencetakan Uang Cara pembiayaan defisit yang kini jarang dilakukan adalah dengan mencetak uang Pencetakan uang dengan motif menutup defisit dihindari karena menyebabkan

inflasi tinggi Pencetakan uang merupakan cara pembiayaan defisit paling mudah karena kendali

pencetakan uang sepenuhnya di tangan pemerintah Dalam kasus penerbitan mata uang dikendalikan oleh bank sentral, pencetakan

uang ini dapat dilakukan secara tidak langsung dengan bank sentral membeli surat utang pemerintah

Peran Pemerintah dalam Perekonomian Seberapa besar peran pemerintah dalam perekonomian menjadi kontroversi Kubu klasik liberal tidak menghendaki peran pemerintah yang terlampau besar Keynesian menganggap intervensi pemerintah adalah solusi pada masalah

kegagalan pasar Klasik menanggapi bahwa pemerintah sendiri mengalami kegagalan. Mantan

Presiden AS Ronald Reagan berujar, “the state is not the solution, the state is the problem”

Peran pemerintah yang Islami: Imam Nawawi berusaha membatasi pajak agar hanya dikumpulkan jika kas

negara dari zakat tidak cukup untuk membiayai keperluan mendasar Ibnu Khaldun mengemukakan teori bahwa tingkat pajak yang terlalu besar

akan mengendurkan semangat berusaha sehingga perekonomian akan stagnan è diperkenalkan kembali sebagai kurva Laffer dalam ekonomi Barat

Page 21: Bab IV Goverment Sector (Edited)