BAB IV GAMBARAN UMUM POTENSI DAN KESEHATAN...

22
BAB IV GAMBARAN UMUM POTENSI DAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA PECUK A. Sejarah Singkat Desa Pecuk Menurut H. Abdullah Mukti yang merupakan juru kunci makam pendiri Desa Pecuk (Makam Mbah Suradi) dan sebagai Carik Desa Pecuk, yang juga mempunyai garis keturunan dengan pendiri Desa Pecuk, asal mula Desa Pecuk dimulai dari pelarian sekumpulan orang dari Kerajaan Mataram yang hijrah ke Daerah Pecuk, yang pada saat itu masih berupa hutan, sebagai orang yang babat pecuk (pendiri Desa Pecuk). Setelah membuka hutan terjadi sengketa lahan dengan orang-orang dari daerah Jleper. Kemudian sengketa dibawa ke Kerajaan Demak untuk meminta keadilan dari pihak kerajaan, maka diputuskan untuk melakukan sayembara dengan cara wakil dari masing- masing daerah yang bersengketa harus menyelam melewati sungai. Pada saat itu daerah Demak masih dominan berupa bandaran (sungai). Siapa yang terlebih dahulu sampai dan selamat sampai ke daerah masing-masing, maka dialah yang benar. Wakil dari daerah Jleper meninggal ditengah perjalanan, sedangkan wakil dari daerah Pecuk selamat sampai ke tempat tujuan dan dapat menyelam dengan cepat, seperti Burung Pecuk. Daerah tersebut oleh Kerajaan Demak dinamakan sebagai Desa Pecuk. Cikal bakal Desa Pecuk dipercaya oleh masyarakat berada di Makam Mbah Buyut (Kakek) Suradi (lihat Gambar 4.1), yang dianggap sebagai keturunan tertua dari pendiri Desa Pecuk. 95

Transcript of BAB IV GAMBARAN UMUM POTENSI DAN KESEHATAN...

BAB IV

GAMBARAN UMUM POTENSI DAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA PECUK

A. Sejarah Singkat Desa Pecuk Menurut H. Abdullah Mukti yang merupakan juru kunci makam pendiri Desa Pecuk (Makam Mbah Suradi) dan sebagai Carik Desa Pecuk, yang juga mempunyai garis keturunan dengan pendiri Desa Pecuk, asal mula Desa Pecuk dimulai dari pelarian sekumpulan orang dari Kerajaan Mataram yang hijrah ke Daerah Pecuk, yang pada saat itu masih berupa hutan, sebagai orang yang babat pecuk (pendiri Desa Pecuk). Setelah membuka hutan terjadi sengketa lahan dengan orang-orang dari daerah Jleper. Kemudian sengketa dibawa ke Kerajaan Demak untuk meminta keadilan dari pihak kerajaan, maka diputuskan untuk melakukan sayembara dengan cara wakil dari masing-masing daerah yang bersengketa harus menyelam melewati sungai. Pada saat itu daerah Demak masih dominan berupa bandaran (sungai). Siapa yang terlebih dahulu sampai dan selamat sampai ke daerah masing-masing, maka dialah yang benar. Wakil dari daerah Jleper meninggal ditengah perjalanan, sedangkan wakil dari daerah Pecuk selamat sampai ke tempat tujuan dan dapat menyelam dengan cepat, seperti Burung Pecuk. Daerah tersebut oleh Kerajaan Demak dinamakan sebagai Desa Pecuk.

Cikal bakal Desa Pecuk dipercaya oleh masyarakat berada di Makam Mbah Buyut (Kakek) Suradi (lihat Gambar 4.1), yang dianggap sebagai keturunan tertua dari pendiri Desa Pecuk.

95

Gambar 4.1: Makam Pendiri Desa Pecuk Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak

Sumber: Data primer

Pecuk adalah nama sejenis burung yang termasuk dalam Phalacrocorax spp. Bentuk badannya seperti itik atau bebek berbulu hitam mulus. Burung ini senang bermain di sekitar rawa atau tambak ikan dan memakan ikan yang ada disitu. Burung pecuk ini juga senang berkelompok di pohon-pohon bakau yang ada, serta pandai menyelam sambil menyambar mangsanya yang berupa ikan atau udang. Oleh karena keahlian menyelam tersebut pada jaman dahulu burung ini dimanfaatkan oleh para nelayan untuk mendapatkan ikan di tengah laut. Para nelayan dengan beberapa ekor burung pecuk yang lehernya yang sudah diberi cincin supaya ikan yang didapat tidak bisa ditelan dan untuk memudahkan mengendalikan burung pecuk ini, maka kaki burung diikat dengan tali panjang. Burung Pecuk ini merupakan ikon atau lambang untuk beberapa kegiatan seperti perkumpulan sepakbola yang ada di Desa Pecuk.

96

Menurut H.Abdullah Mukti, latar belakang terbentuknya Desa Pecuk ini yang diyakini mengkaibatkan perbedaan “sifat dan permusuhan” antara penduduk Desa Pecuk dan Desa Jleper. Di Desa Jleper sampai saat ini selalu diadakan sedekah bumi, masyarakat membawa hajat (makanan beserta lauk pauknya yang biasanya disebut sebagai tumpeng), kemudian dikumpulkan dan setelah selesai doa, maka orang-orang yang hadir akan royokan (berebut) makanan yang ada. Makanan juga untuk sawur-sawuran (disebar-sebarkan), kemudian diteruskan dengan wayangan, hal ini dianggap sebagai pelampiasan rasa marah dan jengkel yang terpendam supaya semua dikeluarkan pada saat ini saja. Ini menggambarkan sifat masyarakat Jleper yang mempunyai tingkat emosional tinggi, termasuk dalam mencari penghasilan mempunyai ambisi yang tinggi.

Desa Pecuk digambarkan seperti Ramayana dalam cerita (lakon) pewayangan “Tambak Romo, Romo Tanding” yang selalu dimunculkan pada saat sedekah bumi. Dalam riwayatnya pernah cerita pewayangan yang dimunculkan merupakan lakon lain, yang kemudian berakibat terjadinya keributan di Desa Pecuk, seperti adanya demo yang berkaitan dengan hasil pemilihan kepala desa pada tahun1998. Sehingga kemudian sampai saat ini lakon yang dipercayai tidak boleh diubah. Hal ini dipercayai menggambarkan sifat masyarakat Desa Pecuk yang 1) selalu menerima keadaan dan banyak bersyukur, serta 2) mempunyai rasa kekeluargaan yang sangat besar, sehingga jarang terjadi keributan-keributan yang berarti, atau jika ada keributan tidak bersifat lama atau menetap (seperti isi dari lakon “Tambak Romo, Romo Tanding”). Dalam riwayatnya permusuhan antara masyarakat Desa Pecuk dan Jleper bahkan sampai mengakibatkan muda-mudi yang akan melakukan perjodohan tidak diijinkan oleh orangtuanya, atau juga pernah diumpamakan rumput Desa Pecuk pun tak akan mau melewati atau tumbuh di Desa Jleper.

97

Dalam sejarah kepemimpinan Desa Pecuk, kepala desa dipimpin oleh kerabat atau orang yang masih berdarah keluarga, seperti yang diceritakan oleh H. Abdullah Mukti:

Yang masih saya ingat adalah, Desa pecuk yang mulai dipimpin oleh Karyadi Kromo Sekep yang merupakan keluarga jauh, kemudian diganti H. Abdul Karim yang merupakan kakek, memimpin selama 40 tahun. Setelah itu pimpinan diganti H. Munawar Ibrahim yang merupakan bapak angkat, memimpin selama kurang lebih 18 tahun, kalau tak salah dari tahun 1971 sampai dengan 1989, dan kemudian dipimpin oleh H. Zaini Kusmanto yang merupakan paklik yang memimpin selama 8 tahun 4 bulan, dari tahun 1989 sampai dengan 1998. Kepemimpinannya diganti oleh karena adanya demo dari masyarakat, kemudian sampai saat ini desa dipimpin oleh YMT dari Kecamatan Mijen. Sedangkan saya sendiri menjabat carik sejak tahun 1971 jadi sudah 38 tahun.

Pada tanggal 29 November 2009 dilakukan pemilihan kepala desa dengan dua orang calon, yang kemudian sejak 10 Desember 2009 telah dilantik Edy Sucipto sebagai kepala desa untuk masa delapan tahun kedepan.

Berdasarkan sejarah singkat Desa Pecuk tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Pecuk masih mempunyai ikatan keluarga atau rasa kekeluargaan yang tinggi. B. Gambaran Potensi Desa Pecuk Gambaran potensi yang dipunyai di Desa Pecuk dapat dinilai dari potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana.

98

1. Potensi sumber daya alam Luas Desa Pecuk berkisar 257,913 ha, yang sebagian besar berupa tanah persawahan, yaitu sebesar 192 ha (74,44%) dengan rincian sawah irigasi teknis 72 ha, irigasi setengah teknis 56 ha dan sawah tadah hujan 64 ha. Tanah kering dipergunakan untuk pemukiman sebesar 34 ha (13,18%) dan sisanya sebesar 31,9 ha (12,38%) merupakan tanah fasilitas umum (Gambar 4.2).

Gambar 4.2: Distribusi penggunaan sumber daya lahan di Desa

Pecuk Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak Sumber: Pemerintah Kabupaten Demak tahun 2008

Komoditas tanaman yang terutama adalah padi, seluas 162 ha (84,37%) dan sisanya berupa tanaman cabe dan bawang merah. Peternakan di Desa Pecuk merupakan peternakan yang bersifat ternak peliharaan atau beberapa merupakan peternakan skala kecil. Sampai dengan tahun 2008, hewan ternak yang tercatat adalah kerbau sebanyak 4 ekor, ayam 1315 ekor, bebek 123 ekor dan kambing 52 ekor. Hasil peternakan dipergunakan untuk konsumsi keluarga dan sebagian untuk menambah penghasilan keluarga.

99

Sumber air minum hampir semua didapat dari sumur gali, walaupun tidak semua rumah mempunyai sumur gali, dari 306 sumur gali yang ada, dimanfaatkan untuk 603 kepala keluarga dan sebagian kecil (11 kepala keluarga) menggunakan sumber air dari Perusahaan Air Minum (PAM). Kondisi air minum cukup memadai (tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna) dengan jumlah yang cukup. Desa Pecuk dilewati oleh dua sungai kecil yaitu Kali Serang dan Kali Wulan, beberapa dengan pendangkalan sungai dan berair keruh. Air sungai ini sebagian besar dipergunakan untuk pengairan sawah (Pemerintah Kabupaten Demak, 2008).

2. Potensi sumber daya manusia Jumlah penduduk Desa Pecuk tahun 2008 sebanyak 2346 orang, yang terdiri dari laki-laki 1154 orang, perempuan 1192 orang, dengan jumlah kepala keluarga 512. Dari jumlah penduduk usia 15 – 55 tahun yang ada, 1.126 orang merupakan tenaga kerja, sedangkan sisanya adalah ibu rumah tangga atau penduduk yang masih sekolah, dengan jumlah balita sebanyak 226 orang (9,6%). Hampir semua penduduk beragama islam dengan etnis Jawa. Tingkat pendidikan penduduk Desa Pecuk dapat dikatakan masih rendah, dengan jumlah terbanyak sampai dengan tamat SD atau sederajat sebesar 1.867 orang atau 79,58% (Gambar 4.3).

Mata pencaharian pokok penduduk Desa Pecuk terbanyak adalah sebagai buruh (843 orang), baik sebagai buruh tani maupun buruh swasta seperti pekerja pabrik rokok, pabrik mebel, supir, buruh bengkel dan toko (Gambar 4.4).

100

Gambar 4.3: Grafik tingkat pendidikan masyarakat Desa Pecuk Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak

Sumber: Pemerintah Kabupaten Demak tahun 2008 Gambar 4.4: Grafik mata pencaharian masyarakat Desa Pecuk

Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak Sumber: Pemerintah Kabupaten Demak tahun 2008

101

Berdasarkan gambaran pendidikan dan mata pencaharian penduduk Desa Pecuk maka gambaran tingkat pendapatan atau kemiskinan yang ada di Desa Pecuk adalah sebagai berikut, dari jumlah kepala keluarga yang ada sebesar 612, maka jumlah terbanyak merupakan kelompok keluarga pra sejahtera sebesar 269 keluarga (43,69%) yang dapat dilihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.5: Grafik gambaran status ekonomi keluarga di Desa

Pecuk Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak Sumber: Pemerintah Kabupaten Demak tahun 2008 Keterangan: Prasejahtera : keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan

dasar minimum Sejahtera I : keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan

dasar minimum Sejahtera II : keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar,

kebutuhan psikologis Sejahtera III : keluarga yang memenuhi kebutuhan I dan II,

belum dapat berkontribusi maksimal dalam masya`rakat

Sejahtera III plus : keluarga yang telah memenuhi semua kebutuhan keluarga pada tahap 1 sampai 3

102

3. Potensi kelembagaan Pemerintahan Desa Pecuk dikepalai oleh seorang Kepala Desa, tetapi sejak adanya demonstrasi yang menolak Kepala Desa terpilih pada tahun 1998, maka Kepala Desa Pecuk belum dipilih kembali, dan masih dipimpin oleh salah seorang Kepala Seksi (Kasi) dari Kecamatan Mijen sebagai yang menjalankan tugas (YMT) Kepala Desa. Pada tanggal 29 November 2009 baru dilakukan pemilihan Kepala Desa dengan 2 orang calon, yang kemudian Kepala Desa terpilih dilantik pada tanggal 10 Desember 2009. Aparat Desa berjumlah 9 orang dengan latar belakang pendidikan SLTA dan SLTP. Desa Pecuk terdiri dari 3 Dusun, yaitu Dusun Pecuk, Dusun Bandaran dan Dusun Peranakan dan mempunyai jumlah RT sebanyak 11 RT. Selain lembaga pemerintahan yang berupa pemerintahan desa yang ada, di Desa Pecuk juga terdapat:

a. Lembaga kemasyarakatan yang aktif, yang berupa organisasi perempuan Muslimat, Fatayat, Jama’ah Nurul Islam dan PKK serta organisasi LKMD.

b. Kelembagaan politik, yang berupa partai-partai politik. c. Kelembagaan ekonomi yang berupa koperasi (2 unit)

dan kelompok simpan pinjam (3 unit). d. Lembaga pendidikan yaitu TPA 2 unit, TK 1 unit dan

SD atau yang sederajad 2 unit serta lembaga pendidikan keagamaan 2 unit.

e. Kelembagaan keamanan yang ada berupa Pos Kamling berjumlah 11 unit, yang merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam keamanan lingkungan secara aktif. (Pemerintah Kabupaten Demak 2008)

4. Potensi prasarana dan sarana Sebagian besar jalan antar desa dan kecamatan merupakan jalan aspal, sedangkan jalan antar dusun sebagian

103

besar merupakan jalan makadam (jalan betonisasi yang dibuat berdasarkan adanya bantuan instansi terkait). Sarana transportasi antar desa yang ada merupakan transortasi darat yang berupa bis mini (angkutan pedesaan), ojek, andong atau dokar, dan becak, sedangkan transportasi antar dusun tidak ada. Prasarana komunikasi untuk umum berupa wartel dan hamper semua rumah mempunyai TV atau radio. Prasarana air bersih yang ada sebagian besar berupa sumur gali (306 unit) dan sebagian kecil dari sumur bor (4 unit) serta pengguna PAM (3 kepala keluarga).

Untuk prasarana kesehatan, Desa Pecuk berada dibawah wilayah kerja Puskesmas Mijen II dan mempunyai Puskesmas Pembantu (Pustu) yang berkegiatan di Balai Desa Pecuk. Desa Pecuk juga mempunyai 3 Posyandu yang berperan dalam usaha-usaha kesehatan terutama kesehatan balita, selain itu juga terdapat tempat pelayanan kesehatan swasta yang berupa praktek Bidan, praktek Dokter dan praktek Dukun Bayi terlatih. Prasarana pendidikan yang ada di Desa Pecuk berupa SD atau yang sederajad 2 unit, TK 1 unit, TPA 2 unit dan lembaga pendidikan agama 2 unit. Sedangkan prasarana penerangan yang ada semua sudah menggunakan penerangan listrik (PLN) (Pemerintah Kabupaten Demak 2008).

C. Profil Kesehatan Desa Pecuk termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Mijen II, oleh karena itu profil kesehatan Desa Pecuk tidak dapat terlepas dari kinerja yang dihasilkan oleh Puskemas Mijen II. Dimana cakupan wilayah kerja, prasarana dan sarana yang dipunyai akan menentukan beban kerja yang kemudian mempengaruhi kinerja yang dihasilkan oleh Puskemas Mijen II. Luas wilayah kerja Puskesmas Mijen II sebesar 1813,07 km2, yang masuk dalam wilayah Kecamatan Mijen dan berupa dataran rendah, terdiri dari 6 desa dengan batas wilayah sebelah

104

utara Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara, selatan Kecamatan Mijen Kabupaten Demak, barat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Mijen Kabupaten Demak.

Di wilayah Kecamatan Mijen terdapat dua wilayah kerja puskesmas yaitu Puskesmas Mijen I dan Puskesmas Mijen II. Kondisi jalan antar desa ke puskesmas, umumnya sudah berupa jalan aspal, namun ada beberapa jalan desa yang masih berupa jalan tanah, sehingga pada musim hujan cukup sulit untuk dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat. Hal ini mempengaruhi jangkauan pelayanan kesehatan dimana sebagian nasyarakat desa kemudian memilih berobat ke Puskesmas Jepara dengan jalan yang lebih bagus.

Gambaran keadaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Mijen II yang berkaitan dengan prasarana dan sarana, misalnya jumlah yempat pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan yang dipunyai akan mempengaruhi profil kesehatan di Desa Pecuk.

Gambaran keadaan pelayanan kesehatan dapat dilihat melalui indikator-indikator rasio puskesmas pembantu (Pustu) terhadap penduduk, rasio puskesmas keliling (Pusling) terhadap puskesmas, prosentase penduduk yang tercakup jaminan pembiayaan kesehatan, pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan, sebagai berikut:

1. Puskesmas, Pustu, dan Pusling. Rasio puskesmas terhadap penduduk per 100.000 adalah 3,7. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan standart masional yang ada yaitu 4. Rasio puskesmas pembantu (Pustu) terhadap puskesmas adalah 1, hal ini menggambarkan jangkauan pelayanan masih kurang, namun di wilayah Puskesmas Mijen II terdapat 4 PKD dan 6 bidan desa yang tersebar di semua desa sehingga jangkauan pelayanan kesehatan dirasa sudah mencukupi.

105

2. Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk. Rasio tenaga dokter umum terhadap penduduk per 100.000 penduduk sebesar 7,7. Sedangkan dokter gigi tidak ada. Rasio perawat terhadap penduduk per 100.000 penduduk sebesar 23, sedangkan rasio bidan terhadap penduduk per 100.000 penduduk sebesar 30 yang tersebar di 6 desa. Sehingga rasio tersebut menggambarkan jumlah tenaga kesehatan sudah mencukupi.

3. Cakupan jaminan pembiayaan kesehatan. Pada saat ini jenis pembiayaan yang ada di wilayah Puskesmas Mijen II adalah Askes (asuransi kesehatan) untuk pegawai negeri dan bagi penduduk miskin disediakan kartu miskin yang dibiayai oleh pemerintah sehingga mereka tidak perlu membayar pelayanan kesehatan yang digunakan (jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat/ JPKM).

4. Pelayanan antenatal. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standart paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga. Cakupan K1 di wilayah Puskesmas Mijen II sebesar 97,2% dan cakupan K4 sebesar 93,7%.

5. Pertolongan persalinan. Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga profesional ( dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) dan dukun bayi (dukun bayi terlatih dan dukun bayi tidak terlatih). Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (nakes) di wilayah Puskesmas Mijen II sebesar 95,2%.

106

6. Imunisasi Jumlah bayi yang diimunisasi lengkap sebesar 98,6% sedangkan angka drop out (DPT1 – campak) sebesar 2,1%. Hasil pencapaian imunisasi BCG, DPT3, Polio4, HB3, dan campak telah memenuhi target. Semua desa sudah memenuhi Universal Cild Immunization (UCI). (Dinas Kesehatan Kabupaten Demak 2008).

Profil kesehatan di Desa Pecuk dapat dinilai dari gambaran derajat kesehatan, keadaan lingkungan, dan keadaan perilaku sehat di masyarakat. Data-data tersebut didapat dari data Puskesmas Mijen II (data sekunder) maupun berupa data primer, yang terdiri dari:

1. Mortalitas Angka kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung, yang dapat memberi gambaran derajat kesehatan dan dapat dinilai dari:

a. Angka kematian bayi. Pada tahun 2009, angka kematian bayi lahir mati sebesar 0% dari total 47 kelahiran. Sedangkan jumlah bayi mati 1 bayi (0,6%) dari jumlah bayi sebanyak 161 bayi.

b. Angka kematian balita 0% dari jumlah balita sebanyak 218 balita.

c. Pada tahun 2009 tidak terdapat kasus kematian ibu maternal di Desa Pecuk. Gambaran ini menunjukan adanya pelayanan kesehatan bayi, balita dan kebidanan yang cukup baik. Hal ini dimungkinkan oleh karena disemua desa sudah terdapat bidan desa dan jangkauan pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sudah sebesar 95,2%.

2. Morbiditas Data morbiditas penyakit didapat dari laporan BP Puskesmas dan laporan surveillance yang berkaitan dengan kasus-kasus

107

penyakit demam berdarah (DBD), penyakit malaria, TBC paru, HIV/AIDS dan penyakit menular seksual serta AFP (acute flaccid paralysis). Dari data yang didapat di Desa Pecuk, tidak ditemukan kasus-kasus penyakit tersebut, kecuali ditemukan adanya kasus DBD sebanyak 1 kasus.

3. Potret status gizi balita di Desa Pecuk Potret status gizi dimasyarakat dalam penelitian ini

difokuskan pada status gizi balita. Gambaran berat badan balita di Desa Pecuk pada bulan Agustus 2009 yang diukur pada saat kegiatan posyandu paling banyak menunjukan berat badan naik yaitu sebesar 68 orang atau sebanyak 89,47% (Tabel 4.1).

Tabel 4.1: Data berat badan balita Desa Pecuk Kecamatan

Mijen, Kabupaten Demak bulan Agustus 2009

Pos Berat badan

BB naik BGT BGM

I. Dusun Bandaran II. Dusun Pecuk III. Peranakan

15 29 24

3 0 1

1 0 3

Jumlah 68

4

4

Sumber: Puskesmas Mijen II , 2009 Keterangan: BB naik : berat badan naik BGM : bawah garis merah BGT : bawah garis tengah

Jika ditinjau berdasarkan gambaran status gizinya, maka terbanyak adalah balita dengan status gizi baik yaitu sebesar 64 orang (84,21%) dan tidak ada balita dengan status gizi buruk (Tabel 4.2).

108

Tabel 4.2: Data status gizi balita Desa Pecuk Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak bulan Agustus 2009

Pos Status Gizi

Lebih Baik Kurang Buruk

I. Dusun Bandaran II. Dusun Pecuk III. Peranakan

1 0 1

14 29 21

4 1 6

0 0 0

Jumlah 2 64 10 0 Sumber: Puskesmas Mijen II , 2009 Gambaran dari faktor-faktor yang berkaitan dengan status gizi balita di Desa Pecuk dapat dilihat antara lain dari gambaran rumah sehat, rumah tangga sehat (PHBS tatanan rumah tangga), pemberian ASI eksklusif, pendapatan keluarga, pendidikan dan pekerjaan ibu serta keberadaan posyandu, sebagai berikut:

a. Rumah sehat Rumah sehat atau rumah yang memenuhi syarat kesehatan, di nilai berdasarkan penilaian yang berkaitan dengan lantai, dinding, atap rumah, ventilasi, cahaya dan fasilitas rumah yang ada, yang berupa penyediaan air bersih, pembuangan tinja, pembuangan air limbah, pembuangan sampah dan fasilitas dapur. Di Desa Pecuk rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 58% dengan jumlah pemanfaatan jamban yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 63,33% dan rumah dengan SPAL (saluran pembuangan air limbah) yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 20% (Dinas Kesehatan Kabupaten Demak 2008)

b. Rumah tangga sehat (PHBS tatanan rumah tangga) Rumah tangga sehat atau PHBS di rumah tangga merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat. Penilaian rumah tangga sehat dilakukan

109

berdasarkan 16 indikator yang berupa kelompok KIA dan Gizi, kelompok kesehatan lingkungan dan kelompok gaya hidup. Rumah tangga sehat di Desa Pecuk sebesar 58%, yaitu rumah tangga yang termasuk dalam rumah tangga utama dan paripurna (sesuai dengan Keputusam Gubernur Jateng No. 71 tahun 2004 tentang SPM-BK Kabupaten/Kota di Prov Jateng).

c. Pemberian ASI eksklusif Khusus perilaku tentang pemberian ASI eksklusif di Desa Pecuk, dimana balita hanya diberi ASI saja sampai dengan usia 6 bulan, didapatkan angka sebesar 44% (Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, 2008). Beberapa halangan yang menyebabkan ibu tak dapat memberikan ASI eksklusif adalah karena ibu sakit sehingga tidak dapat memberikan ASI nya, anak sakit sehingga tidak dapat menerima ASI, ibu bekerja, pemberian makanan padat sebelum waktunya.

d. Pendidikan ibu Gambaran pendidikan 224 orang ibu yang mempunyai balita di Desa Pecuk, terbanyak adalah berpendidikan SLTP (52%), sedangkan lainnya berpendidikan SD 29,16%, SLTA 14,16%, D3 2,5% dan S1 1,6% (Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, 2008).

e. Pekerjaan ibu Pekerjaan ibu balita dalam hal ini dikelompokan menjadi ibu yang bekerja yaitu sebesar 48,34% dan yang tidak bekerja sebesar 51,66%. Kebanyakan ibu bekerja sebagai buruh (karyawati di pabrik rokok) di Kabupaten Jepara, sebagian lagi mencari penghasilan dengan berdagang makanan jajanan atau sebagai penjaja dagangan keliling yang bekerja rata-rata dari pagi hingga siang hari.

110

f. Keberadaan posyandu Posyandu (pos pelayanan terpadu) di Desa Pecuk merupakan organisasi kemasyarakatan di bawah koordinasi Puskesmas Mijen 2 yang sangat berperan dalam perkembangan status gizi balita di Desa Pecuk. Koordinasi dilakukan oleh seorang bidan yang ditugasi sebagai bidan desa. Struktur organisasi Posyandu di Desa Pecuk sampai dengan tahun 2009 dibagi menjadi 3 pos yang semuanya berkategori posyandu madya yaitu Pos Melati I, Pos melati II dan Pos Melati III dengan susunan struktur organisasi seperti yang terlihat pada Gambar 4.6. Jumlah kader dimasing-masing pos ada 5 orang, hanya di Pos Melati I yang jumlah kadernya hanya 4 orang oleh karena satu orang yang telah ditunjuk menyatakan mengundurkan diri karena tidak dapat membagi waktu dengan pekerjaan yang dijalani dan hingga tahun 2009 belum ada pengganti yang ditunjuk. Pada akhir tahun 2009 seorang kader posyandu yang sangat aktif dan berkedudukan sebagai sekretaris posyandu meninggal oleh karena sakit, sehingga pada akhir tahun 2009 jumlah kader posyandu menjadi 13 orang ibu. Kader lebih banyak merupakan ibu yang mempunyai usaha untuk membantu ekonomi keluarga, seperti yang diceritakan oleh Ibu Masmirah, sebagai berikut:

Hampir semua kader nyambi (kerja sampingan) cari tambahan, Sofiatun sebagai bakul jajan di pasar dan pembuat coro, Masyumi menerima pesanan kue, Aridewi membantu suami membuat siomai, Asrifah sebagai buruh sawah, Nanik Rosidah berjual beras keliling, Sumirah sebagai guru TK, Asih jualan jajanan dan minyak tanah di rumah, Trisnawati sebagai guru bantu TK . Jadi kalau ada kegiatan posyandu maka

111

kebanyakan kader ngatur waktu atau bahkan meliburkan usaha sampingannya.

Penunjukan kader dilakukan oleh Ibu Carik atas rekomendasi atau masukan dari kader-kader yang sudah ada, dengan persyaratan berdasarkan adanya kemampuan, kemauan termasuk dapat menyediakan waktu untuk kegiatan dan ikhlas (tanpa mengharapkan imbalan). Penunjukan dilakukan secara lisan, tanpa surat keputusan maupun pelantikan. Tugas dari kader yang dilakukan selama ini adalah sebagai berikut:

(i) Mempersiapkan tempat dan makanan tambahan (PMT)

(ii) Melakukan pendaftaran balita yang datang (iii) Menimbang, mencatat berat badan dan status gizi (iv) Membagikan PMT

112

Gambar 4.6: Struktur organisasi posyandu Desa Pecuk Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak tahun 2009

Ketua

Tim Penggerak PKK/Ibu Carik (Ibu Hj. Asriyah) Wakil Ketua Ibu Masmirah

Sekretaris Bendahara Ibu Hasunah Ibu Nanik Rosida

Sumber: Wakil ketua Posyandu Desa Pecuk, 2009

Pos Melati I Pos Melati II Pos Melati III Ds. Bandaran Ds. Pecuk Ds. Peranakan

1. Ibu Saifatun 1. Ibu Masmirah 1. Ibu Nanik Rosidah (koordinator) (koordinator) (koordinator) 2. Ibu Ari Dewi 2. Ibu Hasunah 2. Ibu Sumirah 3. Ibu Yatin 3. Nurul Alfa 3. Ibu Asih 4. Ibu Yumi 4. Ibu Asrifah 4. Ibu Trisnawati 5. Ibu Zakiah 5. Ibu Eny

Pelayanan imunisasi, pengobatan, konsultasi yang diperlukan oleh ibu balita dilakukan oleh bidan desa yang berada di Pos Desa Pecuk bersamaan dengan kegiatan Pustu (puskesmas pembantu), yang bertempat dibalai desa. Sehingga balita yang berumur kurang dari 9

113

bulan atau yang berkaitan dengan imunisasi dasar, pelayanan posyandu berada di Pos Desa Pecuk, tetapi setelah balita berumur lebih dari 9 bulan pelayanan poyandu berada di pos yang sesuai dengan tempat tinggalnya. Pencatatan oleh kader dilakukan dibuku besar yang berisi nomor urut, nama anak, tanggal lahir, nama orangtua (bapak dan ibu), berat badan, umur, status gizi dengan keterangan-keterangan yang dapat berupa: B1 : pertama mendaftar T1 : BB turun ringan T2 : BB turun sedang T3 : BB turun berat (dibawah garis merah)

Laporan oleh kader dilakukan setiap bulan pada saat selesai penimbangan kepada bidan desa secara lisan, terutama berkaitan dengan hasil penimbangan dengan kasus-kasus yang perlu mendapat perhatian, misalnya berat badan turun, gizi buruk.

Kegiatan posyandu dapat berhasil dan berjalan setiap bulannya oleh karena: 1) kesadaran dan keaktivan dari para kader, 2) kerjasama yang baik dari aparat desa, 3) adanya figur dari pemimpin desa yang dominan dan disegani, 4) adanya kesadaran dari masyarakat tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan tumbuh kembang balita yang dianggap penting, untuk menjadikan anak sehat dan berkualitas, salah satunya dengan melihat perkembangan berat badan anak di posyandu, 5) koordinasi dan kerjasama yang baik dengan pihak Puskesmas Mijen 2.

Berdasarkan profil kesehatan yang ada di Desa Pecuk dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Pecuk mempunyai derajad kesehatan yang cukup baik, yang tergambar dari rendahnya angka mortalitas, morbiditas dan status gizi balita yang baik. Walaupun tidak didukung gambaran yang berkaitan

114

dengan lingkungan runah sehat, PHBS, pendidikan dan pekerjaan. Derajad kesehatan yang baik ini dapat terjadi antara lain oleh karena peran penunjang dari prasarana dan sarana kesehatan yang ada, yaitu jumlah tempat pelayanan kesehatan yang tersedia, ratio tenaga kesehatan yang mencukupi, adanya jaminan pembiayaan kesehatan dan besarnya cakupan pelayanan preventif yang telah dilakukan, seperti pelayanan antenatal dan imunisasi, serta keaktivan dari UKBM (upaya kesehatan berbasis masyarakat) yang ada di Desa Pecuk. Dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan gambaran status gizi balita di Desa Pecuk, maka UKBM yang berperan adalah posyandu. Tingkat keaktivan posyandu berkaitan dengan petugas posyandu, dalam hal ini kader posyandu dan model manajemen yang ada di masyarakat Desa Pecuk.

115

116