BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A.

21
45 BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tepung biji mangga manalagi dan tepung biji mangga arumanis mengandung karbohidrat. Pada uji kualitatif digunakan molish dan benedict sebagai reagennya. Berikut ini data yang diperoleh dari uji molish ditunjukkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data Hasil Uji Molish Nama sampel Pengulangan Reaksi yang terjadi Hasil Tepung biji mangga manalagi (M) I Terbentuk cincin ungu + II Terbentuk cincin ungu + III Terbentuk cincin ungu + Tepung biji mangga arumanis (A) I Terbentuk cincin ungu + II Terbentuk cincin ungu + III Terbentuk cincin ungu + Ket: Tanda (+) menunjukkan bahwa sampel positif mengandung karbohidrat. Sedangkan pada uji benedict, diperoleh hasil penelitian yang dipaparkan dalam Tabel 4.2. di bawah ini.

Transcript of BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A.

45

BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Data

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil

bahwa tepung biji mangga manalagi dan tepung biji mangga

arumanis mengandung karbohidrat. Pada uji kualitatif digunakan

molish dan benedict sebagai reagennya. Berikut ini data yang

diperoleh dari uji molish ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data Hasil Uji Molish

Nama sampel Pengulangan Reaksi yang

terjadi Hasil

Tepung biji

mangga

manalagi (M)

I Terbentuk cincin

ungu +

II Terbentuk cincin

ungu +

III Terbentuk cincin

ungu +

Tepung biji

mangga

arumanis (A)

I Terbentuk cincin

ungu +

II Terbentuk cincin

ungu +

III Terbentuk cincin

ungu +

Ket: Tanda (+) menunjukkan bahwa sampel positif

mengandung karbohidrat.

Sedangkan pada uji benedict, diperoleh hasil penelitian yang

dipaparkan dalam Tabel 4.2. di bawah ini.

46

Tabel 4.2. Data Hasil Uji Benedict

Nama sampel Pengulangan Reaksi yang

terjadi Hasil

Tepung biji

mangga

manalagi (M)

I Terdapat endapan

berwarna merah +

II Terdapat endapan

berwarna merah +

III Terdapat endapan

berwarna merah +

Tepung biji

mangga

arumanis (A)

I Terdapat endapan

berwarna merah +

II Terdapat endapan

berwarna merah +

III Terdapat endapan

berwarna merah +

Ket: Tanda (+) menunjukkan bahwa sampel positif

mengandung karbohidrat.

Dari data tersebut diperoleh hasil bahwa tepung biji mangga

manalagi dan arumanis mengandung zat gizi karbohidrat. Untuk

mengetahui kadar karbohidrat yang terkandung pada kedua tepung

tersebut dilakukan uji kuantitatif. Uji kuantitatif yang digunakan

ialah dengan metode luff-schoorl karena memanfaatkan reagen

luff-schoorl. Berikut ini data yang diperoleh dari uji luff-schoorl

ditunjukkan pada Tabel 4.3.

47

Tabel 4.3. Perubahan Sebelum Dilakukan Titrasi Na2S2O3

pada Uji Luff-Schoorl

Perlakuan Blanko

Sampel

Tepung biji

mangga

manalagi

Tepung biji

mangga

arumanis

+ HCl 30 % Kuning Kuning Kuning

+ Luff –

school Biru Biru Biru

Dipanaskan Hijau lumut Hijau lumut Hijau lumut

Didinginkan Endapan

merah bata

Endapan

merah bata

Endapan

merah bata

+ KI Tetap Tetap Tetap

+ H2SO4

Coklat

kemerahan

Coklat

kemerahan

Coklat

kemerahan

+ Amilum Tetap Tetap Tetap

Setelah melakukan semua langkah tersebut, langkah terakhir

ialah melakukan titrasi Na2S2O3 pada masing-masing larutan

(blanko dan kedua sampel) menggunakan buret. Hasil yang

diperoleh dipaparkan dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Volume Na2S2O3 yang Dibutuhkan saat

Uji Luff-Schoorl

Percobaan

ke-

Sampel

Tepung biji

mangga manalagi

Tepung biji mangga

arumanis

1 9,6 ml 12,3 ml

2 10,5 ml 12 ml

3 13,5 ml 10,25 ml

4 9,7 ml 15,2 ml

Rata-rata 10,8 ml 12,44 ml

Ket: Volume Na2S2O3 yang dibutuhkan pada blanko ialah

13,9 ml

48

Kadar karbohidrat diperoleh dari perhitungan kadar

glukosa terlebih dahulu. Kadar glukosa dihitung menggunakan

rumus:

Dimana, f : faktor kesetaraan

p : pengenceran

m : massa sampel

Menurut World Population Food, kadar karbohidrat pada

tepung beras sebesar 70%, yakni 70 gram dari 100 gram.1

Sedangkan kadar karbohidrat yang terdapat pada tepung biji

mangga manalagi dan tepung biji mangga arumanis dapat dilihat

dalam Tabel 4.5. berikut:

Tabel 4.5. Kadar Karbohidrat pada Tepung Biji Mangga

Manalagi dan Tepung Biji Mangga Arumanis

Tepung Biji Mangga

Manalagi

Tepung Biji Mangga

Arumanis

67,05 % 31,54 %

Berdasarkan tabel di atas, maka kadar karbohidrat

dapat dilihat berdasarkan Grafik 4.1. berikut ini:

1 Anonim, “Kandungan Tepung Beras” dalam http://world-

population.net/food/id/28, diakses 15 Desember 2014.

49

020406080

tepung beras tepung bijimangga

manalagi

tepung bijimangga

arumanis

kad

ar k

arb

oh

idra

t

jenis tepung

Grafik 4.1 Kadar Karbohidrat Tepung Beras, Tepung Biji

Mangga Manalagi dan Tepung Biji Mangga Arumanis

B. Analisis Data

1. Analisis data kualitatif kandungan karbohidrat

Uji kualitatif dilakukan menggunakan uji molish dan

benedict. Berdasarkan uji kualitatif tersebut dihasilkan bahwa

tepung biji mangga manalagi dan arumanis mengandung zat

gizi karbohidrat. Uji yang pertama kali dilakukan adalah uji

molish karena uji ini tidak memiliki spesifikasi terhadap

karbohidrat tertentu. Sesuai dengan pendapat Anna Poedjiadi,

walaupun reaksi molish tidak spesifik untuk karbohidrat

tertentu, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan

dalam analisis kualitatif karbohidrat.2 Uji ini dinamai sesuai

2 Anna Poedjiadi, Dasar-Dasar Biokimia, (Jakarta: UI press, 1994),

hlm. 42

50

dengan penemunya yaitu Hans Molish, seorang ahli botani

dari Australia.

Suatu sampel yang memiliki kandungan karbohidrat

akan terdapat cincin furfural berwarna ungu jika diuji molish.

Berdasarkan data hasil penelitian, terdapat cincin furfural

berwarna ungu yang berada di tengah-tengah larutan sampel

pada tabung reaksi. Warna ungu berbentuk cincin merupakan

hasil dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Cincin

furfural berwarna ungu tersebut berada di antara lapisan asam

dan lapisan sampel.

Pada uji molish, sampel yang diuji dicampur dengan

reagen molish atau α- naphtol. Setelah homogenisasi, asam

sulfat pekat perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung

reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan.

Tujuannya hanya agar membentuk lapisan. Asam sulfat pekat

dapat digantikan asam kuat lainnya, fungsinya tak lain untuk

menghidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida

menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan

reagen molish membentuk cincin yang berwarna ungu.3

Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa tepung biji

mangga manalagi dan arumanis mengandung karbohidrat

karena terdapat cincin furfural berwarna ungu setelah diuji

3 Estien Yazid dan Lisda Nur Santi, Penuntun Praktikum Biokimia

untuk Mahasiswa Analis, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2006), hlm. 4-5

51

molish. Reaksi yang terjadi pada uji molish terdapat pada

Gambar 4.1. berikut ini:

Gambar 4.1. Reaksi pada Uji Molish

Uji kualitatif karbohidrat selanjutnya yakni uji

benedict. Benedict diambil dari nama seorang ahli kimia asal

Amerika yaitu Stanley Rossiter Benedict (17 Maret 1884- 21

Desember 1936). Uji benedict merupakan uji yang

menitikberatkan ada/tidaknya gula pereduksi pada

karbohidrat. Gula pereduksi meliputi semua jenis

monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan

maltosa.

Reagen benedict merupakan campuran dari kupri

sulfat, natrium sitrat, natrium karbonat serta akuades. Larutan

sampel yang sudah dicampur dengan reagen benedict

kemudian dipanaskan dalam waterbath. Selama proses ini

larutan akan berubah menjadi warna biru jika tidak

mengandung gula pereduksi dan berwarna hijau, kuning,

orange, merah bata atau coklat jika mengandung gula

pereduksi. Reaksi yang terjadi pada uji benedict terdapat pada

Gambar 4.2. berikut ini:

52

Gambar 4.2. Reaksi pada Uji Benedict

Dalam penelitian ini, sampel yang diteliti, yaitu

tepung biji mangga manalagi dan arumanis terdapat endapan

merah bata. Hal ini membuktikan bahwa dalam kedua tepung

tersebut positif mengandung zat gizi karbohidrat.

2. Analisis data kuantitatif kandungan karbohidrat

Luff schrool merupakan salah satu metode yang dapat

digunakan dalam penentuan kadar karbohidrat. Sampel yang

dipergunakan dalam praktikum ini adalah tepung biji mangga

manalagi dan arumanis. Mula-mula, biji mangga manalagi dan

arumanis dibuat tepung kemudian dilarutkan dengan akuades

perbandingan 1:100. Sampel sebanyak 1 gram dilarutkan

hingga 100 ml.

Larutan sampel kemudian ditambah dengan asam

klorida dan reagen luff-schoorl yang berisi CuO. CuO akan

direduksi oleh glukosa yang merupakan gula pereduksi

menjadi Cu2O. Untuk mempercepat proses reduksi maka

larutan dipanaskan sampai mendidih. Pemanasan tersebut

membuat larutan yang semula berwarna biru menjadi

53

berwarna hijau lumut. Hal ini menandakan bahwa CuO sudah

direduksi. Reaksi yang terjadi ialah:

R-COH + CuO → Cu2O + R-COOH

Hasil reaksi tersebut kemudian akan bereaksi dengan

KI yang ditambahkan serta asam sulfat pekat. Reaksi tersebut

kemudian menghasilkan I2 bebas. Setelah ditambahkan

amilum, larutan dititrasi dengan Na2S2O3. Reaksi yang terjadi

ialah:

I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + NaI

Dalam proses itu, titrasi harus dilakukan secara

langsung untuk mencegah penguapan dari KI. Banyaknya

volume Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan I2

inilah yang menjadi sumber penentuan kadar glukosa. Pada

dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan dalam luff-

schoorl ini adalah Iodometri karena analisa dilakukan

terhadap I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar.

Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium

(I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat

(misalnya H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau

sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat

zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang

setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2

bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar

Na2S2O3 sehingga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum

54

yang tidak larut dalam air. Titrasi dilakukan sampai larutan

berwarna putih susu.

Hasil titrasi yang diperoleh pada blanko, larutan

tepung biji mangga manalagi dan arumanis tidaklah sama.

Pada blanko dibutuhkan Na2S2O3 sebanyak 13,9 ml agar

larutan berwarna putih susu. Sedangkan pada tepung biji

mangga manalagi lebih sedikit membutuhkan titrasi Na2S2O3

dibandingkan tepung biji mangga arumanis. Rata-rata yang

diperoleh ialah masing-masing 10,8 ml dan 12,44 ml. Dari

data tersebut dapat digunakan untuk menentukan kadar

glukosa dan kadar karbohidrat masing-masing sampel. Kadar

glukosa tepung biji mangga manalagi diperoleh sebanyak

74,5% dan tepung biji mangga arumanis sebanyak 35,04%.

Sedangkan kadar karbohidratnya ialah 67,05% pada tepung

biji mangga manalagi dan 31,54% pada tepung biji mangga

arumanis.

3. Analisis uji organoleptik jajanan jenang pelok

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh

hasil uji organoleptik jajanan jenang pelok, ditunjukkan pada

tabel 4.6. di bawah ini:

55

Tabel 4.6. Hasil Uji Organoleptik Jajanan Jenang Pelok

Jenis

Mangga

Variasi

Kadar

Tepung

Kriteria

Penilaian

Organleptik

Hasil Uji

Organoleptik

Manalagi M1 R 80

T 73

W 67

A 90

M2 R 82

T 83

W 72

A 77

M3 R 77

T 70

W 79

A 78

Arumanis A1 R 88

T 83

W 79

A 76

A2 R 74

T 75

W 83

A 82

A3 R 76

T 89

W 76

A 74

Keterangan:

M1 : jenang pelok yang terbuat dari 75% tepung biji

mangga manalagi dan 25% tepung beras

M2 : jenang pelok yang terbuat dari 50% tepung biji

mangga manalagi dan 50% tepung beras

56

M3 : jenang pelok yang terbuat dari 25% tepung biji

mangga manalagi dan 75% tepung beras

A1 : jenang pelok yang terbuat dari 75% tepung biji

mangga arumanis dan 25% tepung beras

A2 : jenang pelok yang terbuat dari 50% tepung biji

mangga arumanis dan 50% tepung beras

A3 : jenang pelok yang terbuat dari 25% tepung biji

mangga arumanis dan 75% tepung beras

Setelah diuji dengan ANOVA, data yang dihasilkan

ditunjukkan pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Hasil Uji Two-Way Anova

Sumber

varian

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Derajat

Kebebasan

(DK)

Rerata

Kuadrat

(RK)

F

F

kritis

pada

taraf

5%

Kesimpulan

Jenis

mangga

(A)

30.375 1 30.375 0.771 4.414 Tidak Sign

Kadar

tepung

(B)

18.083 2 9.042 0.230 3.555 Tidak Sign

interaksi

(A*B) 16.750 2 8.375 0.213 3.555 Tidak Sign

DALAM 708.705 18 39.375

TOTAL 773.958 23

Berdasarkan tabel distribusi F, harga Ftabel pada taraf

signifikansi 5% dengan dkA 1 lawan dkD 18 sebesar 4,414

sehingga harga Fhitung lebih kecil daripada Ftabel. Hal ini

57

rasa tekstur warna aroma

M1 80 73 67 90

M2 82 83 72 77

M3 77 70 79 78

020406080

100

ha

sil

pe

nil

aia

n

menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga

tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil uji organoleptik

berdasarkan jenis mangga. Begitu pula pada hasil kedua,

harga Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dkA 2 lawan dkD

18 sebesar 3,555 sehingga harga Fhitung lebih kecil daripada

Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.

Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil uji

oganoleptik berdasarkan kadar tepung. Pada hipotesis yang

ketiga diperoleh hasil bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.

Tidak terdapat interaksi antara jenis mangga dengan kadar

tepung dalam mempengaruhi uji organoleptik.

Hasil uji organoleptik yang meliputi rasa, tekstur,

warna, dan aroma terhadap jenang pelok yang terbuat dari

tepung biji mangga manalagi ditunjukkan pada grafik 4.2.

Grafik 4.2. Hasil uji organoleptik pada jajanan jenang pelok

yang terbuat dari tepung biji mangga manalagi.

58

rasa tekstur warna aroma

A1 88 83 79 76

A2 74 75 83 82

A3 76 89 76 74

0

20

40

60

80

100

ha

sil

pe

nil

aia

n

Berdasarkan grafik 4.2. dapat diketahui bahwa rasa

dan tekstur yang paling disukai dari jenang pelok yang terbuat

dari tepung biji mangga manalagi yaitu tipe M2 yakni dengan

komposisi 50% tepung biji mangga manalagi dan 50% tepung

beras. Pada warna jenang, panelis lebih menyukai jenang

pelok tipe M3. Sedangkan pada jenang pelok tipe M1 lebih

disukai aromanya. Dalam hal ini, jenang pelok yang memiliki

komposisi tepung biji mangga manalagi lebih banyak

memiliki aroma yang lebih disukai oleh para panelis. Menurut

Astutik Ulfa, salah satu panelis, aroma jenang pelok tipe M1

lebih sedap dari pada yang lainnya.

Jenang pelok yang terbuat dari tepung biji mangga

arumanis telah dilakukan uji organoleptik. Hasil yang

diperoleh yaitu sesuai grafik 4.3. berikut ini:

Grafik 4.3. Hasil uji organoleptik pada jajanan jenang pelok

yang terbuat dari tepung biji mangga arumanis.

59

Dari grafik 4.3. tersebut diketahui bahwa panelis lebih

menyukai rasa jenang pelok yang terbuat dari tepung biji

mangga arumanis tipe A1 yakni jenang yang terbuat dari 75%

tepung biji mangga arumanis dan 25% tepung beras. Namun,

dilihat dari teksturnya, panelis lebih menyukai jenang pelok

tipe A3. Pada jenang pelok tipe A2, lebih unggul pada warna

dan aromanya.

Berikut ini pedoman untuk memberikan penilaian

terhadap nilai yang diberikan panelis:

0-19 : sangat tidak disukai dan sangat tidak enak

20-39 : tidak disukai dan tidak enak

40-59 : cukup/ sedang

60-79 : disukai dan enak

80-100 : sangat disukai dan sangat enak

1. Rasa

Hasil penilaian panelis terhadap rasa

menunjukkan bahwa jenang pelok A1 lebih disukai dari

pada jenang pelok lainnya. Skor yang diperolehnya yaitu

88. Dari enam sampel, jenang pelok yang mendapatkan

skor >80 ialah tipe A1, M1, dan M2. Sedangkan jenang

pelok tipe M3, A2, dan A3 mendapatkan skor 60-79 yang

menunjukkan bahwa rasa yang dimiliki enak dan disukai

panelis.

Grafik 4.4. berikut merupakan hasil uji

organoleptik rasa pada keenam sampel jenang pelok.

60

65

70

75

80

85

90

Ha

sil

pe

nil

aia

n

Tipe jenang pelok

M1

M2

M3

A1

A2

A3

Grafik 4.4. Hasil Uji Organoleptik Rasa

Dari 20 panelis yang dilibatkan, lima orang

memberikan nilai 5 pada jenang pelok tipe M1 yang

menunjukkan bahwa panelis sangat menyukainya. Nilai

lima yang diberikan pada jenang pelok tipe M2 oleh

enam panelis sama dengan jumlah yang diberikan panelis

pada jenang pelok tipe M3.

2. Tekstur

Tekstur memiliki pengaruh penting dalam

produk makanan, misalnya dari tingkat kelembutan,

keempukan, dan kekerasan, dan sebagainya. Tekstur

merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan

mulut (pada waktu digigit, dikunyah, dan ditelan)

ataupun perabaan dengan jari. Perabaan dengan ujung

jari dapat dirasakan oleh selaput lendir rongga mulut dan

akan menambah asupan bagi reaksi selera makan.

61

0

20

40

60

80

100

Ha

sil

p

en

ila

ian

Tipe jenang pelok

M1

M2

M3

A1

A2

A3

Makanan yang teraba terasa empuk, tidak terlalu lembek

tetapi tidak pula terlalu keras akan lebih menarik.4

Hasil penilaian terhadap 20 panelis menunjukkan

bahwa jenang pelok tipe A3 lebih disukai teksturnya dari

pada jenang pelok tipe lainnya. Panelis memberikan skor

sebanyak 89 pada jenang pelok tipe A3. Seorang panelis

menyatakan lebih menyukai tekstur jenang pelok A3

karena lebih lembut dibandingkan jenang pelok lainnya.

Grafik 4.5. berikut merupakan hasil uji organoleptik

tekstur jenang pelok.

Grafik 4.5. Hasil Uji Organoleptik Tekstur

4 Ari Istiany dan Rusilanti, Gizi Terapan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013), hlm. 233.

62

3. Warna

Warna makanan yang menarik akan membuat

seseorang tergugah seleranya untuk makan. Sebaliknya

jika tampilan makanan tidak menarik, maka selera makan

akan terhambat dan keinginan untuk mengonsumsi

makanan tersebut menurun, bahkan dapat hilang sama

sekali.5 Warna keseluruhan jenang pelok yang hampir

tidak berbeda satu sama lainnya mengakibatkan panelis

kesulitan membedakan warna dari enam sampel yang

tersedia.

Hasil penilaian panelis terhadap jajanan jenang

pelok yang dibuat dari tepung biji mangga manalagi dan

arumanis menunjukkan bahwa jenang pelok yang

memiliki warna paling disukai panelis adalah jenang

pelok tipe A2. Skor yang diberikan panelis yaitu sebesar

83. Tipe A2 merupakan satu-satunya jenang pelok yang

mendapatkan respon sangat disukai oleh panelis dari

tampilan warna. Sedangkan tipe-tipe lainnya, yakni M1,

M2, M3, A1, dan A3 mendapatkan respon disukai oleh

panelis dengan skor 60-79.

5 Ari Istiany dan Rusilanti, Gizi Terapan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013), hlm. 232.

63

0

20

40

60

80

100

Ha

sil

pe

nil

aia

n

Tipe jenang pelok

M1

M2

M3

A1

A2

A3

Grafik 4.6. Hasil Uji Organoleptik Warna

4. Aroma

Pengujian organoleptik berdasarkan aroma terdiri

dari komponen bau dan rangsangan mulut. Bau yang

dihasilkan dari makanan banyak menentukan kelezatan

bahan pangan tersebut. Dalam hal bau lebih

menitikberatkan pada alat indra penciuman. Dengan

mencium bau harum makanan, seseorang akan tertarik

perhatiannya dan tergugah seleranya untuk makan.

Sebaliknya bila bau tidak disukai maka selera makan

akan terganggu dan tidak berminat mengonsumsinya.6

Hasil uji organoleptik dalam hal aroma

menunjukkan bahwa jenang pelok tipe M1 paling

6 Ari Istiany dan Rusilanti, Gizi Terapan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013), hlm. 232.

64

disukai dari pada jenang pelok lainnya yaitu dengan skor

90. Kemudian disusul dengan jenang pelok tipe A2, M3,

M2, A1 dan A3. Dari segi aroma, jenang pelok yang

mendapatkan respon sangat disukai ialah M1 dan A2,

sedangkan tipe lainnya mendapatkan respon disukai.

0

20

40

60

80

100

Has

il pe

nila

ian

Tipe jenang pelok

M1

M2

M3

A1

A2

A3

Grafik 4.7. Hasil Uji Organoleptik Aroma

C. Keterbatasan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan.

Keterbatasan tersebut berupa keterbatasan objek penelitian,

keterbatasan waktu dan tempat penelitian, serta keterbatasan

kemampuan. Penelitian ini hanya terbatas pada biji mangga

manalagi dan arumanis yang beredar di Kota Kudus sehingga tidak

bisa mewakili semua jenis mangga tersebut. Pada penelitian kali ini

pun hanya terbatas pada penelitian kandungan karbohidrat pada

kedua tepung tersebut, sedangkan kandungan gizi yang lain tidak

dihitung. Jadi sekiranya diperlukan penelitian lanjutan tentang

65

kandungan gizi secara keseluruhan yang terdapat pada tepung

tersebut agar memperoleh keterangan yang jelas.

Selain itu, laboratorium yang kami gunakan masih terbatas

dalam alat dan bahan yang digunakan. Alat keamanan yang

terdapat di Laboratorium Biologi IAIN Walisongo dan

laboratorium Kimia Universitas Negeri Semarang masih terbatas,

misalnya alat yang digunakan untuk pengambilan asam sulfat dan

asam klorida serta pelindung untuk wajah dan tangan belum

maksmial.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak keterbatasan dalam

kemampuan khususnya dalam bidang metodologi. Akan tetapi,

peneliti berusaha semaksimal mungkin memahami dan

melaksanakan setiap langkah penelitian berdasarkan sumber

referensi dan arahan dosen pembimbing.

Dari kendala dan hambatan dalam penelitian yang dijelaskan

diatas, peneliti berharap dapat dijadikan evaluasi untuk penelitian

selanjutnya. Hingga pada akhirnya penelitian selanjutnya dapat

berjalan dengan baik dan benar. Akan tetapi penulis bersyukur atas

terselesaikannya penelitian ini dengan baik dan benar. Semoga

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya. Amin.