BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A.
Transcript of BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A.
45
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil
bahwa tepung biji mangga manalagi dan tepung biji mangga
arumanis mengandung karbohidrat. Pada uji kualitatif digunakan
molish dan benedict sebagai reagennya. Berikut ini data yang
diperoleh dari uji molish ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data Hasil Uji Molish
Nama sampel Pengulangan Reaksi yang
terjadi Hasil
Tepung biji
mangga
manalagi (M)
I Terbentuk cincin
ungu +
II Terbentuk cincin
ungu +
III Terbentuk cincin
ungu +
Tepung biji
mangga
arumanis (A)
I Terbentuk cincin
ungu +
II Terbentuk cincin
ungu +
III Terbentuk cincin
ungu +
Ket: Tanda (+) menunjukkan bahwa sampel positif
mengandung karbohidrat.
Sedangkan pada uji benedict, diperoleh hasil penelitian yang
dipaparkan dalam Tabel 4.2. di bawah ini.
46
Tabel 4.2. Data Hasil Uji Benedict
Nama sampel Pengulangan Reaksi yang
terjadi Hasil
Tepung biji
mangga
manalagi (M)
I Terdapat endapan
berwarna merah +
II Terdapat endapan
berwarna merah +
III Terdapat endapan
berwarna merah +
Tepung biji
mangga
arumanis (A)
I Terdapat endapan
berwarna merah +
II Terdapat endapan
berwarna merah +
III Terdapat endapan
berwarna merah +
Ket: Tanda (+) menunjukkan bahwa sampel positif
mengandung karbohidrat.
Dari data tersebut diperoleh hasil bahwa tepung biji mangga
manalagi dan arumanis mengandung zat gizi karbohidrat. Untuk
mengetahui kadar karbohidrat yang terkandung pada kedua tepung
tersebut dilakukan uji kuantitatif. Uji kuantitatif yang digunakan
ialah dengan metode luff-schoorl karena memanfaatkan reagen
luff-schoorl. Berikut ini data yang diperoleh dari uji luff-schoorl
ditunjukkan pada Tabel 4.3.
47
Tabel 4.3. Perubahan Sebelum Dilakukan Titrasi Na2S2O3
pada Uji Luff-Schoorl
Perlakuan Blanko
Sampel
Tepung biji
mangga
manalagi
Tepung biji
mangga
arumanis
+ HCl 30 % Kuning Kuning Kuning
+ Luff –
school Biru Biru Biru
Dipanaskan Hijau lumut Hijau lumut Hijau lumut
Didinginkan Endapan
merah bata
Endapan
merah bata
Endapan
merah bata
+ KI Tetap Tetap Tetap
+ H2SO4
Coklat
kemerahan
Coklat
kemerahan
Coklat
kemerahan
+ Amilum Tetap Tetap Tetap
Setelah melakukan semua langkah tersebut, langkah terakhir
ialah melakukan titrasi Na2S2O3 pada masing-masing larutan
(blanko dan kedua sampel) menggunakan buret. Hasil yang
diperoleh dipaparkan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Volume Na2S2O3 yang Dibutuhkan saat
Uji Luff-Schoorl
Percobaan
ke-
Sampel
Tepung biji
mangga manalagi
Tepung biji mangga
arumanis
1 9,6 ml 12,3 ml
2 10,5 ml 12 ml
3 13,5 ml 10,25 ml
4 9,7 ml 15,2 ml
Rata-rata 10,8 ml 12,44 ml
Ket: Volume Na2S2O3 yang dibutuhkan pada blanko ialah
13,9 ml
48
Kadar karbohidrat diperoleh dari perhitungan kadar
glukosa terlebih dahulu. Kadar glukosa dihitung menggunakan
rumus:
Dimana, f : faktor kesetaraan
p : pengenceran
m : massa sampel
Menurut World Population Food, kadar karbohidrat pada
tepung beras sebesar 70%, yakni 70 gram dari 100 gram.1
Sedangkan kadar karbohidrat yang terdapat pada tepung biji
mangga manalagi dan tepung biji mangga arumanis dapat dilihat
dalam Tabel 4.5. berikut:
Tabel 4.5. Kadar Karbohidrat pada Tepung Biji Mangga
Manalagi dan Tepung Biji Mangga Arumanis
Tepung Biji Mangga
Manalagi
Tepung Biji Mangga
Arumanis
67,05 % 31,54 %
Berdasarkan tabel di atas, maka kadar karbohidrat
dapat dilihat berdasarkan Grafik 4.1. berikut ini:
1 Anonim, “Kandungan Tepung Beras” dalam http://world-
population.net/food/id/28, diakses 15 Desember 2014.
49
020406080
tepung beras tepung bijimangga
manalagi
tepung bijimangga
arumanis
kad
ar k
arb
oh
idra
t
jenis tepung
Grafik 4.1 Kadar Karbohidrat Tepung Beras, Tepung Biji
Mangga Manalagi dan Tepung Biji Mangga Arumanis
B. Analisis Data
1. Analisis data kualitatif kandungan karbohidrat
Uji kualitatif dilakukan menggunakan uji molish dan
benedict. Berdasarkan uji kualitatif tersebut dihasilkan bahwa
tepung biji mangga manalagi dan arumanis mengandung zat
gizi karbohidrat. Uji yang pertama kali dilakukan adalah uji
molish karena uji ini tidak memiliki spesifikasi terhadap
karbohidrat tertentu. Sesuai dengan pendapat Anna Poedjiadi,
walaupun reaksi molish tidak spesifik untuk karbohidrat
tertentu, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan
dalam analisis kualitatif karbohidrat.2 Uji ini dinamai sesuai
2 Anna Poedjiadi, Dasar-Dasar Biokimia, (Jakarta: UI press, 1994),
hlm. 42
50
dengan penemunya yaitu Hans Molish, seorang ahli botani
dari Australia.
Suatu sampel yang memiliki kandungan karbohidrat
akan terdapat cincin furfural berwarna ungu jika diuji molish.
Berdasarkan data hasil penelitian, terdapat cincin furfural
berwarna ungu yang berada di tengah-tengah larutan sampel
pada tabung reaksi. Warna ungu berbentuk cincin merupakan
hasil dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Cincin
furfural berwarna ungu tersebut berada di antara lapisan asam
dan lapisan sampel.
Pada uji molish, sampel yang diuji dicampur dengan
reagen molish atau α- naphtol. Setelah homogenisasi, asam
sulfat pekat perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung
reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan.
Tujuannya hanya agar membentuk lapisan. Asam sulfat pekat
dapat digantikan asam kuat lainnya, fungsinya tak lain untuk
menghidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida
menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan
reagen molish membentuk cincin yang berwarna ungu.3
Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa tepung biji
mangga manalagi dan arumanis mengandung karbohidrat
karena terdapat cincin furfural berwarna ungu setelah diuji
3 Estien Yazid dan Lisda Nur Santi, Penuntun Praktikum Biokimia
untuk Mahasiswa Analis, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2006), hlm. 4-5
51
molish. Reaksi yang terjadi pada uji molish terdapat pada
Gambar 4.1. berikut ini:
Gambar 4.1. Reaksi pada Uji Molish
Uji kualitatif karbohidrat selanjutnya yakni uji
benedict. Benedict diambil dari nama seorang ahli kimia asal
Amerika yaitu Stanley Rossiter Benedict (17 Maret 1884- 21
Desember 1936). Uji benedict merupakan uji yang
menitikberatkan ada/tidaknya gula pereduksi pada
karbohidrat. Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan
maltosa.
Reagen benedict merupakan campuran dari kupri
sulfat, natrium sitrat, natrium karbonat serta akuades. Larutan
sampel yang sudah dicampur dengan reagen benedict
kemudian dipanaskan dalam waterbath. Selama proses ini
larutan akan berubah menjadi warna biru jika tidak
mengandung gula pereduksi dan berwarna hijau, kuning,
orange, merah bata atau coklat jika mengandung gula
pereduksi. Reaksi yang terjadi pada uji benedict terdapat pada
Gambar 4.2. berikut ini:
52
Gambar 4.2. Reaksi pada Uji Benedict
Dalam penelitian ini, sampel yang diteliti, yaitu
tepung biji mangga manalagi dan arumanis terdapat endapan
merah bata. Hal ini membuktikan bahwa dalam kedua tepung
tersebut positif mengandung zat gizi karbohidrat.
2. Analisis data kuantitatif kandungan karbohidrat
Luff schrool merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan dalam penentuan kadar karbohidrat. Sampel yang
dipergunakan dalam praktikum ini adalah tepung biji mangga
manalagi dan arumanis. Mula-mula, biji mangga manalagi dan
arumanis dibuat tepung kemudian dilarutkan dengan akuades
perbandingan 1:100. Sampel sebanyak 1 gram dilarutkan
hingga 100 ml.
Larutan sampel kemudian ditambah dengan asam
klorida dan reagen luff-schoorl yang berisi CuO. CuO akan
direduksi oleh glukosa yang merupakan gula pereduksi
menjadi Cu2O. Untuk mempercepat proses reduksi maka
larutan dipanaskan sampai mendidih. Pemanasan tersebut
membuat larutan yang semula berwarna biru menjadi
53
berwarna hijau lumut. Hal ini menandakan bahwa CuO sudah
direduksi. Reaksi yang terjadi ialah:
R-COH + CuO → Cu2O + R-COOH
Hasil reaksi tersebut kemudian akan bereaksi dengan
KI yang ditambahkan serta asam sulfat pekat. Reaksi tersebut
kemudian menghasilkan I2 bebas. Setelah ditambahkan
amilum, larutan dititrasi dengan Na2S2O3. Reaksi yang terjadi
ialah:
I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + NaI
Dalam proses itu, titrasi harus dilakukan secara
langsung untuk mencegah penguapan dari KI. Banyaknya
volume Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan I2
inilah yang menjadi sumber penentuan kadar glukosa. Pada
dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan dalam luff-
schoorl ini adalah Iodometri karena analisa dilakukan
terhadap I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar.
Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium
(I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat
(misalnya H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau
sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat
zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang
setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2
bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar
Na2S2O3 sehingga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum
54
yang tidak larut dalam air. Titrasi dilakukan sampai larutan
berwarna putih susu.
Hasil titrasi yang diperoleh pada blanko, larutan
tepung biji mangga manalagi dan arumanis tidaklah sama.
Pada blanko dibutuhkan Na2S2O3 sebanyak 13,9 ml agar
larutan berwarna putih susu. Sedangkan pada tepung biji
mangga manalagi lebih sedikit membutuhkan titrasi Na2S2O3
dibandingkan tepung biji mangga arumanis. Rata-rata yang
diperoleh ialah masing-masing 10,8 ml dan 12,44 ml. Dari
data tersebut dapat digunakan untuk menentukan kadar
glukosa dan kadar karbohidrat masing-masing sampel. Kadar
glukosa tepung biji mangga manalagi diperoleh sebanyak
74,5% dan tepung biji mangga arumanis sebanyak 35,04%.
Sedangkan kadar karbohidratnya ialah 67,05% pada tepung
biji mangga manalagi dan 31,54% pada tepung biji mangga
arumanis.
3. Analisis uji organoleptik jajanan jenang pelok
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh
hasil uji organoleptik jajanan jenang pelok, ditunjukkan pada
tabel 4.6. di bawah ini:
55
Tabel 4.6. Hasil Uji Organoleptik Jajanan Jenang Pelok
Jenis
Mangga
Variasi
Kadar
Tepung
Kriteria
Penilaian
Organleptik
Hasil Uji
Organoleptik
Manalagi M1 R 80
T 73
W 67
A 90
M2 R 82
T 83
W 72
A 77
M3 R 77
T 70
W 79
A 78
Arumanis A1 R 88
T 83
W 79
A 76
A2 R 74
T 75
W 83
A 82
A3 R 76
T 89
W 76
A 74
Keterangan:
M1 : jenang pelok yang terbuat dari 75% tepung biji
mangga manalagi dan 25% tepung beras
M2 : jenang pelok yang terbuat dari 50% tepung biji
mangga manalagi dan 50% tepung beras
56
M3 : jenang pelok yang terbuat dari 25% tepung biji
mangga manalagi dan 75% tepung beras
A1 : jenang pelok yang terbuat dari 75% tepung biji
mangga arumanis dan 25% tepung beras
A2 : jenang pelok yang terbuat dari 50% tepung biji
mangga arumanis dan 50% tepung beras
A3 : jenang pelok yang terbuat dari 25% tepung biji
mangga arumanis dan 75% tepung beras
Setelah diuji dengan ANOVA, data yang dihasilkan
ditunjukkan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Hasil Uji Two-Way Anova
Sumber
varian
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Derajat
Kebebasan
(DK)
Rerata
Kuadrat
(RK)
F
F
kritis
pada
taraf
5%
Kesimpulan
Jenis
mangga
(A)
30.375 1 30.375 0.771 4.414 Tidak Sign
Kadar
tepung
(B)
18.083 2 9.042 0.230 3.555 Tidak Sign
interaksi
(A*B) 16.750 2 8.375 0.213 3.555 Tidak Sign
DALAM 708.705 18 39.375
TOTAL 773.958 23
Berdasarkan tabel distribusi F, harga Ftabel pada taraf
signifikansi 5% dengan dkA 1 lawan dkD 18 sebesar 4,414
sehingga harga Fhitung lebih kecil daripada Ftabel. Hal ini
57
rasa tekstur warna aroma
M1 80 73 67 90
M2 82 83 72 77
M3 77 70 79 78
020406080
100
ha
sil
pe
nil
aia
n
menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga
tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil uji organoleptik
berdasarkan jenis mangga. Begitu pula pada hasil kedua,
harga Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dkA 2 lawan dkD
18 sebesar 3,555 sehingga harga Fhitung lebih kecil daripada
Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.
Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil uji
oganoleptik berdasarkan kadar tepung. Pada hipotesis yang
ketiga diperoleh hasil bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.
Tidak terdapat interaksi antara jenis mangga dengan kadar
tepung dalam mempengaruhi uji organoleptik.
Hasil uji organoleptik yang meliputi rasa, tekstur,
warna, dan aroma terhadap jenang pelok yang terbuat dari
tepung biji mangga manalagi ditunjukkan pada grafik 4.2.
Grafik 4.2. Hasil uji organoleptik pada jajanan jenang pelok
yang terbuat dari tepung biji mangga manalagi.
58
rasa tekstur warna aroma
A1 88 83 79 76
A2 74 75 83 82
A3 76 89 76 74
0
20
40
60
80
100
ha
sil
pe
nil
aia
n
Berdasarkan grafik 4.2. dapat diketahui bahwa rasa
dan tekstur yang paling disukai dari jenang pelok yang terbuat
dari tepung biji mangga manalagi yaitu tipe M2 yakni dengan
komposisi 50% tepung biji mangga manalagi dan 50% tepung
beras. Pada warna jenang, panelis lebih menyukai jenang
pelok tipe M3. Sedangkan pada jenang pelok tipe M1 lebih
disukai aromanya. Dalam hal ini, jenang pelok yang memiliki
komposisi tepung biji mangga manalagi lebih banyak
memiliki aroma yang lebih disukai oleh para panelis. Menurut
Astutik Ulfa, salah satu panelis, aroma jenang pelok tipe M1
lebih sedap dari pada yang lainnya.
Jenang pelok yang terbuat dari tepung biji mangga
arumanis telah dilakukan uji organoleptik. Hasil yang
diperoleh yaitu sesuai grafik 4.3. berikut ini:
Grafik 4.3. Hasil uji organoleptik pada jajanan jenang pelok
yang terbuat dari tepung biji mangga arumanis.
59
Dari grafik 4.3. tersebut diketahui bahwa panelis lebih
menyukai rasa jenang pelok yang terbuat dari tepung biji
mangga arumanis tipe A1 yakni jenang yang terbuat dari 75%
tepung biji mangga arumanis dan 25% tepung beras. Namun,
dilihat dari teksturnya, panelis lebih menyukai jenang pelok
tipe A3. Pada jenang pelok tipe A2, lebih unggul pada warna
dan aromanya.
Berikut ini pedoman untuk memberikan penilaian
terhadap nilai yang diberikan panelis:
0-19 : sangat tidak disukai dan sangat tidak enak
20-39 : tidak disukai dan tidak enak
40-59 : cukup/ sedang
60-79 : disukai dan enak
80-100 : sangat disukai dan sangat enak
1. Rasa
Hasil penilaian panelis terhadap rasa
menunjukkan bahwa jenang pelok A1 lebih disukai dari
pada jenang pelok lainnya. Skor yang diperolehnya yaitu
88. Dari enam sampel, jenang pelok yang mendapatkan
skor >80 ialah tipe A1, M1, dan M2. Sedangkan jenang
pelok tipe M3, A2, dan A3 mendapatkan skor 60-79 yang
menunjukkan bahwa rasa yang dimiliki enak dan disukai
panelis.
Grafik 4.4. berikut merupakan hasil uji
organoleptik rasa pada keenam sampel jenang pelok.
60
65
70
75
80
85
90
Ha
sil
pe
nil
aia
n
Tipe jenang pelok
M1
M2
M3
A1
A2
A3
Grafik 4.4. Hasil Uji Organoleptik Rasa
Dari 20 panelis yang dilibatkan, lima orang
memberikan nilai 5 pada jenang pelok tipe M1 yang
menunjukkan bahwa panelis sangat menyukainya. Nilai
lima yang diberikan pada jenang pelok tipe M2 oleh
enam panelis sama dengan jumlah yang diberikan panelis
pada jenang pelok tipe M3.
2. Tekstur
Tekstur memiliki pengaruh penting dalam
produk makanan, misalnya dari tingkat kelembutan,
keempukan, dan kekerasan, dan sebagainya. Tekstur
merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan
mulut (pada waktu digigit, dikunyah, dan ditelan)
ataupun perabaan dengan jari. Perabaan dengan ujung
jari dapat dirasakan oleh selaput lendir rongga mulut dan
akan menambah asupan bagi reaksi selera makan.
61
0
20
40
60
80
100
Ha
sil
p
en
ila
ian
Tipe jenang pelok
M1
M2
M3
A1
A2
A3
Makanan yang teraba terasa empuk, tidak terlalu lembek
tetapi tidak pula terlalu keras akan lebih menarik.4
Hasil penilaian terhadap 20 panelis menunjukkan
bahwa jenang pelok tipe A3 lebih disukai teksturnya dari
pada jenang pelok tipe lainnya. Panelis memberikan skor
sebanyak 89 pada jenang pelok tipe A3. Seorang panelis
menyatakan lebih menyukai tekstur jenang pelok A3
karena lebih lembut dibandingkan jenang pelok lainnya.
Grafik 4.5. berikut merupakan hasil uji organoleptik
tekstur jenang pelok.
Grafik 4.5. Hasil Uji Organoleptik Tekstur
4 Ari Istiany dan Rusilanti, Gizi Terapan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), hlm. 233.
62
3. Warna
Warna makanan yang menarik akan membuat
seseorang tergugah seleranya untuk makan. Sebaliknya
jika tampilan makanan tidak menarik, maka selera makan
akan terhambat dan keinginan untuk mengonsumsi
makanan tersebut menurun, bahkan dapat hilang sama
sekali.5 Warna keseluruhan jenang pelok yang hampir
tidak berbeda satu sama lainnya mengakibatkan panelis
kesulitan membedakan warna dari enam sampel yang
tersedia.
Hasil penilaian panelis terhadap jajanan jenang
pelok yang dibuat dari tepung biji mangga manalagi dan
arumanis menunjukkan bahwa jenang pelok yang
memiliki warna paling disukai panelis adalah jenang
pelok tipe A2. Skor yang diberikan panelis yaitu sebesar
83. Tipe A2 merupakan satu-satunya jenang pelok yang
mendapatkan respon sangat disukai oleh panelis dari
tampilan warna. Sedangkan tipe-tipe lainnya, yakni M1,
M2, M3, A1, dan A3 mendapatkan respon disukai oleh
panelis dengan skor 60-79.
5 Ari Istiany dan Rusilanti, Gizi Terapan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), hlm. 232.
63
0
20
40
60
80
100
Ha
sil
pe
nil
aia
n
Tipe jenang pelok
M1
M2
M3
A1
A2
A3
Grafik 4.6. Hasil Uji Organoleptik Warna
4. Aroma
Pengujian organoleptik berdasarkan aroma terdiri
dari komponen bau dan rangsangan mulut. Bau yang
dihasilkan dari makanan banyak menentukan kelezatan
bahan pangan tersebut. Dalam hal bau lebih
menitikberatkan pada alat indra penciuman. Dengan
mencium bau harum makanan, seseorang akan tertarik
perhatiannya dan tergugah seleranya untuk makan.
Sebaliknya bila bau tidak disukai maka selera makan
akan terganggu dan tidak berminat mengonsumsinya.6
Hasil uji organoleptik dalam hal aroma
menunjukkan bahwa jenang pelok tipe M1 paling
6 Ari Istiany dan Rusilanti, Gizi Terapan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), hlm. 232.
64
disukai dari pada jenang pelok lainnya yaitu dengan skor
90. Kemudian disusul dengan jenang pelok tipe A2, M3,
M2, A1 dan A3. Dari segi aroma, jenang pelok yang
mendapatkan respon sangat disukai ialah M1 dan A2,
sedangkan tipe lainnya mendapatkan respon disukai.
0
20
40
60
80
100
Has
il pe
nila
ian
Tipe jenang pelok
M1
M2
M3
A1
A2
A3
Grafik 4.7. Hasil Uji Organoleptik Aroma
C. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan.
Keterbatasan tersebut berupa keterbatasan objek penelitian,
keterbatasan waktu dan tempat penelitian, serta keterbatasan
kemampuan. Penelitian ini hanya terbatas pada biji mangga
manalagi dan arumanis yang beredar di Kota Kudus sehingga tidak
bisa mewakili semua jenis mangga tersebut. Pada penelitian kali ini
pun hanya terbatas pada penelitian kandungan karbohidrat pada
kedua tepung tersebut, sedangkan kandungan gizi yang lain tidak
dihitung. Jadi sekiranya diperlukan penelitian lanjutan tentang
65
kandungan gizi secara keseluruhan yang terdapat pada tepung
tersebut agar memperoleh keterangan yang jelas.
Selain itu, laboratorium yang kami gunakan masih terbatas
dalam alat dan bahan yang digunakan. Alat keamanan yang
terdapat di Laboratorium Biologi IAIN Walisongo dan
laboratorium Kimia Universitas Negeri Semarang masih terbatas,
misalnya alat yang digunakan untuk pengambilan asam sulfat dan
asam klorida serta pelindung untuk wajah dan tangan belum
maksmial.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak keterbatasan dalam
kemampuan khususnya dalam bidang metodologi. Akan tetapi,
peneliti berusaha semaksimal mungkin memahami dan
melaksanakan setiap langkah penelitian berdasarkan sumber
referensi dan arahan dosen pembimbing.
Dari kendala dan hambatan dalam penelitian yang dijelaskan
diatas, peneliti berharap dapat dijadikan evaluasi untuk penelitian
selanjutnya. Hingga pada akhirnya penelitian selanjutnya dapat
berjalan dengan baik dan benar. Akan tetapi penulis bersyukur atas
terselesaikannya penelitian ini dengan baik dan benar. Semoga
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Amin.