BAB IV - Deskripsi alat dan bahan dalam proyek

46
BAB IV BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN A. Bahan Bangunan Bahan bangunan merupakan sumber daya proyek yang menentukan kualitas struktur bangunan yanag memenuhi persyaratan keamanan. Selain pengawasaha akan mutu bahan diperlukan perhitungan penempatan dan penyimpanan barang untuk menghindari penurunan mutu bahan akibat disimpan terlalu lama dan juga untuk menghindari penempatan barang yang dapat mengganggu pekerjaan. Pengadaan bahan juga harus diperhitungkan agar tidak terdapat bahan sisa yang nantinya akan melebihi rencana anggaran biayanya. Selain itu diperlukan juga syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu bahan bangunan yang akan dipergunakan dalam proyek. Dalam proyek ini digunakan beberapa macam bahan bangunan, yaitu semen portland, agregat halus maupun kasar, beton ready mix, air , kayu, baja tulangan, kawat baja dan bahan material lainnya. Semua bahan tersebut telah diatur penggunaannya dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS) sesuai dengan gambar perencanaan yang telah ditetapkan. Untuk mendapatkan kualitas bahan yang baik guna menunjang kelancaran proyek, maka perlu

description

BAB IV - Deskripsi alat dan bahan dalam proyek Pembanguan Gedung Kuliah E6 dan E7 (Twin Building) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Transcript of BAB IV - Deskripsi alat dan bahan dalam proyek

BAB IV

BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

A. Bahan Bangunan

Bahan bangunan merupakan sumber daya proyek yang

menentukan kualitas struktur bangunan yanag memenuhi persyaratan

keamanan. Selain pengawasaha akan mutu bahan diperlukan perhitungan

penempatan dan penyimpanan barang untuk menghindari penurunan mutu

bahan akibat disimpan terlalu lama dan juga untuk menghindari

penempatan barang yang dapat mengganggu pekerjaan. Pengadaan bahan

juga harus diperhitungkan agar tidak terdapat bahan sisa yang nantinya

akan melebihi rencana anggaran biayanya.

Selain itu diperlukan juga syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh

suatu bahan bangunan yang akan dipergunakan dalam proyek. Dalam

proyek ini digunakan beberapa macam bahan bangunan, yaitu semen

portland, agregat halus maupun kasar, beton ready mix, air , kayu, baja

tulangan, kawat baja dan bahan material lainnya. Semua bahan tersebut

telah diatur penggunaannya dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS) sesuai

dengan gambar perencanaan yang telah ditetapkan.

Untuk mendapatkan kualitas bahan yang baik guna menunjang

kelancaran proyek, maka perlu diperhatikan cara penyimpanan bahan

material di gudang dan jadwal kedatangan bahan. Bahan-bahan yang

menunjang dalam pembangunan proyek Pembangunan Gedung Kuliah E-6

& E-7 (Twin Building) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah

sebagai berikut :

1. Semen

Semen yang digunakan selama proses pembangunan pada

proyek Pembangunan Gedung Kuliah E-6 & E-7 (Twin Building)

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah semen jenis Portland

yaitu semen gresik dengan kemasan 40 kg. Semen tersebut (semen

gresik) merupakan hasil produksi dalam negeri satu merk (tidak

diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis atau merk).

Semen yang akan digunakan harus memenuhi ketentuan-ketentuan

sebagai berikut :

a. Semen Portland harus memenuhi persyaratan standart

international atau spesifikasi bahan bangunan bagian A SNI 3-04-

1989-F atau sesuai SII-00-13-82, type 1 atau NI-8 untuk butir

pengikat awal kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan

susunan kimia.

b. Jika menggunakan semen Portland pozolan (campuransemen

Portland dan bahan pozotan) maka semen tersebut harus

memenuhi ketentuan SII 0132 Mutu dan Cara Uji Semen Portland

Pozolan atau spesifikasi untuk semen hidraulis campuran.

c. Di dalam pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan

jelas jenis semen yang digunakan dalam ketentuan peersyaratan

mutu (semen tipe 1)

d. Penyimpanan Semen harus dilaksanakan sedemikian rupa

sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan dibahan atau

pengotoran debu oleh bahan lain. Penyimpanan semen harus

dilakukan di dalam gudang tertutup sedemikian rupa sehingga

semen terhindar dari basah atau kemungkinan lembab dan

terjamin untuk tidak tercampur dengan bahan lain.

e. Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan kedatangan semen

tersebut di lokasi proyek. Semen yang telah rusak karena terlalu

lama disimpan lebih 60 hari sehingga mengeras ataupun

tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan harus

disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak

yang utuh dan terlindung baik terhadap pengaruh cuaca, dengan

ventilasi secukupnya

f. Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo secara tepat

untuk melindungi terhadap penggumpalan semen dalam

penyimpanan

g. Semua semen harus dalam kondisi baru, disetiap pengiriman

harus disertai dengan sertifikat test dari pabrik

h. Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak lebih

dari 2,5%

Gambar 4.1 Material Semen

2. Agregat Halus (Pasir)

Agragat halus (Pasir) adalah bahan batuan yang berukuran

kecil, yang lolos ayakan 5 mm dan tertinggal pada ayakan 0,75 mm.

Agregat halus (pasir) yang digunakan dalam proyek ini berasal dari

Sunagi Kaliputih, Muntilan. Pasir untuk pekerjaan beton harus

memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, diantaranya adalah :

a. Butir-butir harus tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung

lumpur dan bahan-bahan organis

b. Agregat Halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-partikel

seperti yang telah ditentukan di pasal 3.5 dari NI-2, PBI ‘71

c. Agregat Halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%

(ditentukan terhadap beerat kering). Yang diartikan dengan

Lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063

mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat halus

harus dicuci sesuai PBI ’71 bab 3.3 atau SII 005 1-82

d. Ukuran butir-butir agregat halus, sisa diatas ayakan 4 mm harus

minimum 2% berat, sisa diatas ayakan 2 mm harus minimum 10%

berat, sisa diatas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% dan

90% berat

e. Tidak boleh menggunakan pasir laut sebagai agregat halus untuk

semua mutu beton

f. Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung

dari pengotoran oleh bahan-bahan lain

Gambar 4.2 Agregat Halus (Pasir)

3. Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)

Agregat yang dipakai pada proyek ini diperoleh dari Celereng,

Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta. Agregat kasar yang

digunakan untuk beton struktur adalah batu pecah dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. Agregat beton yang digunakan harus memenuhi seluruh ketentuan

dan persyaratan dari SII 0052-80 tentang ‘Mutu dan Cara Uji

Agregat Beton’. Bila tidak tercakup di dalam SII 0052-80, maka

agregat tersebut harus memnuhi ketentuan dalam ASTM C33

‘Specification for Concrete Aggregares’.

b. Agregat kasar yaitu kerikil hasil desintegrasi alami dari batu-

batuan atau batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu

dengan besar butir lebih dari 5 mm, sesuai P81 71 bab 3.4

c. Mutu Koral ; butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu

pecah jumlah butir-butir pipih maksimum 20% bersih, tidak

mengandung zat alkali , bersifat kekal, tidak pecah atau hancur

oleh pengaruh cuaca

d. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap berat

kering) yang diartikan Lumpur adalah bagian-bagian yang

melalui ayakan 0,063 mm apabial Kadar Lumpur melalui 1%

maka agregat kasar harus dicuci

e. Ukuran Butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat sisa di

atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98%, selisih

antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan,

adalah hmaksimum 60 % dan minimum 10% berat.

f. Kekasaran butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana

penguji dari Rudeloff dengan beban pengujin 20 t, harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih

dari 24% berat

Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih

dari 22% berat atau dengan mesin

Pengaus Los Angeles, tidak boleh terjadi kehilangan berat

lebih dari 50% sesuai SII 0087775, atau PL 31-71

g. Penyimpanan kerikil atau batu pecah harus sedemikian rupa agar

terlindung dari pengotoran bahan-bahan lain

4. Air

Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi

ketentuan-ketentuan berikut :

a. Harus bersih dan tidak mengandung lumpur, minyak dan benda

terapung lainnya yang dapat dilihat secara kasat mata.

b. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2

gram/liter.

c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat

merusak beton (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih

dari 15 gram/liter. Kandungan clorida (Cl) tidak lebih dari 500

ppm dan senyawa sulfat (SO3) tidak lebih dari 100 ppm.

d. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan

air suling, maka penurunan kekuatan adukan beton dengan air

yang digunakan tidak lebih dari 10%.

5. Baja Tulangan

Baja Tulangan adalah besi yang biasa digunakan untuk

penulangan dalam konstruksi beton atau yang biasa dikenal dengan

sebutan beton bertulang. Besi beton ini memiliki peran yang sangat

penting dalam sebuah konstruksi. Beton pada prinsipnya mempunyai

kekuatan yang terbatas untuk memikul beban. Oleh sebab itu,

penulangan pada beton biasanya ditambah dengan beton agar

konstruksinya menjadi lebih kuat dan akhirnya dapat memikul beban

– beban atau gaya yang bekerja. Pada proyek Pembangunan Gedung

Kuliah E-6 & E-7 (Twin Building) Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta menggunakan Baja Tulangan dengan merek HANIL, HJI,

dan Krakatau Steel (KS). Baja tulangan yang digunakan harus

memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang

atau berlapis-lapis.

b. Permukaan batang baja tulangan beton deform harus bersirip

teratur.

c. Sirip-sirip melintang sepanjang batang baja tulangan beton

deform harus terletak pada jarak yang teratur.

d. Untuk tulangan utama harus digunakan baja tulangan deform

(BJTD 40) dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh

lebih dari 70% diameter nominalnya dan tinggi siripnya tidak

boleh kurang dari 5% diameter nominalnya.

e. Tulangan ulir menggunakan BJTD 40 dan tulangan polos

menggunakan BJTP 24.

f. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang digunakan

harus dibuktikan dengan sertifikat pengujian laboratorium yang

pada prinsipnya menyatakan nilai kuat leleh dan berat per meter

panjang dari bahan tulangan yang dimaksud. Penyedia jasa

konstruksi harus mengajukan brosur atau hasil tes tulangan

kepada pihak proyek yang memenuhi syarat dan dapat digunakan

pada pekerjaan ini sebelumnya dan dimasukkan dalam usulan

penawaran data teknis.

g. Kuat leleh aktual berdasarkan pengujian di pabrik tidak

melampaui kuat leleh yang melanpaui sebesar lebih dari 120 Mpa

dalam arti uji ulang tidak boleh memberikan hasil yang

melampaui 20 Mpa (SNI 03-2847-2002 pasal 23.2.5).

h. Rasio kuat tarik aktual terhadap kuat leleh aktual (batas ulur)

tidak kurang dari 1,25 (SNI 03-2847-2002 pasal 23.2.5).

i. Diameter nominal baja tulangan (baik deform atau BJTD) yang

digunakan harus ditentukan dari sertifikat pengujian tersebut dan

harus ditentukan dari rumus :

de=√ 40,785 π

bataude=12,736√b

Dimana :

d = diameter efektif (mm)

b = berat baja tulangan (Kg/m),

j. Toleransi ukuran diameter baja tulangan beton polos :

Tabel 4.1. Tabel Toleransi dan Ukuran Diameter

Diameter tulangan baja tulangan Toleransi berat yang diijinkan

Ø 6 mm ± 0,3 mm

Ø 8 mm ≤ d ≤ Ø 14 mm ± 0,4 mm

Ø 16 mm ≤ d ≤ Ø 25 mm ± 0,5 mm

Ø 28 mm ≤ d ≤ Ø 34 mm ± 0,6 mm

d < 35 mm ± 0,8 mm

Sumber : SNI 2052:2014 tabel 3 (Baja Tulangan Beton)

k. Toleransi berat per batang baja Tulangan Beton

Tabel 4.2. Tabel Toleransi Berat per Batang yang Diijinkan

Diameter tulangan baja tulangan Toleransi berat yang diijinkan

Ø 8 mm ≤ d ≤ Ø 14 mm ± 7%

Ø 16 mm ≤ d ≤ Ø 25 mm ± 6%

Ø 28 mm ≤ d ≤ Ø 34 mm ± 5%

d < 35 mm ± 4%

Sumber : SNI 2052:2014 tabel 4 (Baja Tulangan Beton)

l. Sebelum pengiriman baja tulangan dilakukan, penyedia jasa

konstruksi harus menunjukkan sampel hasil uji tarik, beart dan

diameter material yang akan digunakan. Hal ini akan

mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Dialokasikan proyek

penyedia jasa konstruksi harus menyediakan alat sket mat untuk

mengukur diameter tulangan polos untuk kemudian dimasukkan

dalam dokumen penawaran data teknis.

m. Baja tulangan yang didatangkan harus dalam bentuk lonjong atau

tidak boleh ditekuk kecuali untuk baja tulangan polos bawah Ø 12

mm.

n. Sebagai akibat dari baja tulangan polos yang ditekuk pada pasal

sebelumnya maka tulangan sepanjang 500 mm di daerah tekukan

tidak boleh digunakan.

Gambar 4.3 Baja Tulangan Deform (BJTD)

6. Beton Ready Mix

Beton Ready Mix adalah adukan beton siap pakai yang dibuat

dipabrik (batching plant). Beton ready mix yang dipakai pada proyek

Pembangunan Gedung Kuliah E-6 & E-7 (Twin Building) Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta adalah berasal dari PT. Karya Beton

dengan mutu fc’ = 25 MPa atau K-300 untuk footplate, sloof, kolom,

balok, pilecap dan plat lantai

Alasan utama dipakai beton ready mix adalah mutu beton yang

dihasilkan lebih sesuai dengan mutu beton yang telah direncanakan,

sehingga lebih mendekati dari hasil hitungan, disamping itu waktu

yang digunakan akan lebih efisien. Contoh beton Ready mix

diperliahatkan seperti gambar 4.4

Gambar 4.4 Beton Ready Mix

7. Paku

Paku digunakan sebagai pengait saat melakukan

penyambungan kayu. Ukuran paku dalam pembangunan proyek

bermacam-macam. Akan tetapi yang digunakan pada proyek

Pembangunan Gedung Kuliah E-6 & E-7 (Twin Building) Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta adalah paku dengan ukuran 2” , 5” dan

7”.

Gambar 4.5. Paku

8. Benang

Benang digunakan untuk menarik garis pada saat melakukan

pengukuran supaya antar titik yang satu dengan titik yang lain dapat

membentuk suatu garis lurus dan sejajar terutama pada arah

horizontal.

Gambar 4.6 Benang

9. Kayu

Yang dimaksud kayu di sini adalah balok-balok kayu atau

papan (termasuk didalamnya multipeks) yang digunakan untuk

membuat bekesting atau acuan. Balok kayu yang digunakan harus

berukuran sama. Kayu yang dipakai untuk membuat bekesting harus

lurus, tidak bergelombang dan bebas dari cacat (retak, terpuntir,

adanya mata kayu), kering dan telah diawetkan. Syarat teknis dalam

penggunaan kayu atau multipleks adalah sebagai berikut :

a. Harus berkualitas baik (minimal mutu B), tua, tidak bergetah,

tidak berayap, tidak berbubuk, tidak cacat dan harus dalam

keadaan kering.

b. Kayu diserut sesuai ukuran dengan toleransi maksimal 3 mm.

c. Multipleks harus baik, bersih, tidak pecah-pecah atau berlubang.

Pada proyek Pembangunan Gedung Kuliah E-6 & E-7 (Twin Building)

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan Papan jenis

Multipleks kayu Meranti dan kayu jenis Glugu dengan ukuran 5/7 cm

serta 6/12 cm yang berasal dari daerah Lampung, Salatiga, dan Ciamis

Gambar 4.7 Kayu Multipleks

Gambar 4.8 Balok Kayu Glugu

10. Kawat Baja (bendrat)

Kawat bendrat atau kawat baja digunakan untuk mengikat

sengkang pada tulangan agar sengkang tetap berada pada tempatnya

sehingga jarak antar sengkang tetap sesuai rencana pada saat

dilakukan pengecoran. Kawat baja juga biasa digunakan untuk

memperkuat bekesting kayu. Kawat baja yang dipakai dalam proyek

Pembangunan Gedung Kuliah E-6 & E-7 (Twin Building) Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta adalah kawat baja dengan ukuran

diameter 1 mm.

Gambar 4.9 Kawat Bendrat

11. Batako

Batako pada proyek Pembangunan Gedung Kuliah E-6 & E-7

(Twin Building) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta digunakan

untuk membuat bekisting pada pilecap, sloof dan pondasi pitlift.

Digunakannya batako karena batako cukup kuat untuk menahan

bebena sebagai bekisting serta cukup murah untuk akhirnya ditimbun

bersama saat pengecoran. Batako yang digunakan dalam proyek ini

berasal dari Industri Rumahan dusun Brajan, Bantul Yogyakarta

Gambar 4.10 Batako

12. Sika Bond

Sika Bond adalah zat adiktif yang digunakan sebagai bahan

perekat dengan bahan dasar emulsi polyvinil asetat. Zat adiktif ini

ditambahkan ke dalam semen untuk menambah daya rekat antara

beton lama dengan beton baru. Sika Bond dapat digunakan dengan

semua tipe portland semen termasuk semen tahan sulfat, semen

berkadar alumina tinggi, dan plasteran gipsum. Cara menggunakan

sika Bond untuk bahan Perekat antara Beton lama dengan Beton baru

adalah sebagai berikut :

a. Mencampurkan sikacim : air : semen dengan perbandingan 1 : 1 :

3 lalu aduk hingga merata

b. Tuang atau oleskan adukan tadi dengan kuas kepermukaan beton

lama

c. Dalam kondisi yang masih basah cor dengan beton yang baru.

B. Alat- Alat yang Digunakan

Alat kerja merupakan salah satu factor yang menentukan dalam

menciptakan hasil kerja yang memuaskan. Kontraktor harus mengadakan

semua peralatan atau perlengkapan kerja yang dibutuhkan selama

melaksanakan pekerjaan pembangunan. Pemilihan dari jumlah kebutuhan

ditetapkan berdasarkan macam pekerjaan, rencana kerja, keadaan lapanan,

dan volume pekerjaan yang dikerjakan, dengan kata lain harus ada

keseimbangan antara jumlah pekerjaa yang ada dengan alat yang akan

dioperasikan supaya hasil yang didapat optimal. Alat kerja tersebut harus

cukup memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya agar dalam

pelaksanaan pekerjaan tidak terjadi saling pinjam akibat kurangnya alat.

Alat – alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek,

baik itu alat berat maupun ringan bertujuan untuk menunjang kelancaran

pekerjaan proyek itu sendiri.

Berikut beberapa tujuan secara umum :

1. Mempercepat penyelesaian pekerjaan

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan

3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas pekerjaan

4. Menghemat biaya

Dalam pemilihan alat yang akan digunakan dalam pelaksanaan

proyek harus disesuaikan dengan besar volume pekerjaan yang ada,

dengan kata lain harus ada keseimbangan antara jumlah pekerjaan yang

ada dengan alat yang akan dioperassikan. Berikut Beberapa alat – alat

yang digunakan dalam proyek pembangunan ini yaitu :

1. Mobile Crane

Mobile crane yang digunakan dalam proyek ini berjumlah satu

buah. Dalam pelaksanaannya, hampir setiap hari alat ini selalu dipakai.

Hal ini disebabkan oleh luasnya area proyek dan banyaknya pekerjaan

struktur yang memerlukan alat ini untuk memindahkan bahan-bahan

seperti besi dan scaffolding dalam julah yang sangat besar dan tidak

bisa diangkut oleh tenaga manusia. Mobile crane berfungsi dalam

pengecoran dengan bucket, pemasangan Half Slab bergelombang,

pemasangan rangka atap baja, serta membantu dalam pekerjaan

bekisting kolom lantai lower ground. Berikut mengenai spesifikasinya

▪ Merk : TARANO MC 45

▪ Kapasitas : 2 Ton

▪ Tinggi : 45 meter

Gambar 4.11 Mobile Crane

2. Bucket

Kegunaan bucket adalah tempat adonan semen yang berasal

dari concrete mixer. Bucket yang mempunyai kapasitas 0,8 m3 ini diisi

adonan semen kemudian dengan bantuan dari mobile crane, bucket

diangkat ke atas menuju ke tempat yang akan dicor. Apabila akan

mengecor kolom maka pada ujung bucket dipasang selang untuk

mempermudah pelaksanaan dan mengatur tinggi jatuh pengecoran.

Berat bucket adalah 300 kg.

Pada pelaksanaan pengecoran di lokasi yang sulit bucket

dilengkapi dengan pipa tremie sehingga beton yang keluar dari bucket

tidak langsung jatuh dan dapat diarahkan sehingga pelaksanaan

pengecoran dapat menjangkau lokasi lokasi yang sulit.

Gambar 4.12 Bucket

3. Concrete Vibrator dan Trailer

Adanya rongga udara dalam suatu adukan beton, secara tidak

langsung akan mengurangi mutu dan kekuatan beton tersebut. Untuk

menghindari hal ini, maka dalam suatu pengecoran harus diusahakan

adanya rongga udara yang seminimal mungkin.

Vibrator merupakan suatu alat penggetar mekanik yang

digunakan untuk menggetarkan adukan beton yang belum mengeras,

dengan harapan dapat menghilangkan rongga-rongga udara yang ada

sehingga dapat dihasilkan beton yang padat dan bermutu tinggi. Cara

operasionalnya adalah dengan memasukkan selang penggetar ke

dalam adukan beton yang telah dituang ke dalam bekisting, sehingga

beton cair dapat memadat dan meminimalkan terjadinya rongga pada

beton yang dapat mengurangi kekuatan.

Spesifikasi Concrete Vibrator :

• Merek : Honda dan Robin

• Jumlah : Masing -masing 2 unit, jadi total

terdapat 4 unit mesin Concrete Vibrator

Spesifikasi Trailer :

▪ Merek : RRC

▪ Panjang dan jumlah : 6 meter (2 batang) dan

4 meter (2 batang)

Gambar 4.13 Concrete Vibrator dan Trailer

4. Alat Cetak Benda Uji Beton (Silinder)

Alat cetak benda uji beton berfungsi sebagai cetakan dalam

pembuatan benda uji beton. Setiap proses produksi beton, diambil

sample untuk benda uji beton. Setelah itu tiap masing-masing benda

uji diberi nama sesuai dengan lokasi pengecoran dan tipe beton / mutu

betonnya.

Alat cetak benda uji beton ini mempunyai diameter 15 cm

dengan tinggi 30 cm. Tiap alat cetak mempunyai volume kurang lebih

0,0053 m3.

Gambar 4.14 Alat cetak benda uji

5. Teodolith

Teodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk

menentukan as bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai,

agar bangunan yang dibuat tidak miring. Teodolith juga digunakan

sebagai alat untuk menjaga kevertikalitasan bangunan gedung tinggi.

Spesifikasi Teodolith :

• Merk dan Type : Theodolite Topcon TL-6G

• Buatan : Jepang

• Jumlah : 1 unit

Gambar 4.15 Teodolith

6. Perancah (Scaffolding)

Scaffolding berfungsi sebagai perancah dalam pembuatan

bekisting balok dan plat dan sebagai perancah dalam pengecoran

kolom. Scaffolding terdiri dari beberapa bagian antara lain :

▪ jack base, bagian yang terdapat di bagian paling bawah, dilengkapi

dengan ulir untuk mengatur ketinggian.

▪ main frame, portal besi yang dirangkai di atas jack base.

▪ cross brace, penghubung dua main frame dipasang arah melintang.

▪ ladder, tambahan di atas main frame jika ketinggian mengalami

kekurangan.

▪ joint pin, penghubung main frame dan ladder.

▪ U-head jack, bagian atas main frame dan ladder yang berfungsi

untuk penyangga kayu kaso pada bagian bekisting.

Gambar 4.16. Sketsa Scaffolding

Cara operasionalnnya adalah dengan menggabungkan tiap

bagian di atas, sehingga menjadi suatu konstruksi penyangga

sementara.

U-HEAD JACK

JACK BASE

MAIN FRAME

JOINT PIN

LADDER

CROSS BRACE

Gambar 4.17 Scaffolding

7. Pembengkok Tulangan (Bar Bender)

Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan

tulangan seperti pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan

untuk sambungan tulangan kolom, juga pembengkokan tulangan balok

dan plat. Sudut yang dapat dibentuk oleh pembengkok tulangan dapat

diatur besarnya, yaitu 450, 900,1350 dan1800. Kapasitas alat antara 5

sampai 8 tulangan tergantung dari besarnya diameter tulangan yang

akan ditekuk oleh bar bender. Adapun spepesifikasi bar bender yang

digunakan dalam proyek ini adalah sebagai berikut:

• Merek : INICOR

• Type : Meja

• Buatan : Korea

• Jumlah : 2 unit

• Kapasitas : D 25 atau 4-5 tulangan. Tergantung diameter

tulangan yang akan dibegkokkan

Gambar 4.18 Bar Bender

8. Pemotong Tulangan (Bar Cutter)

Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standar.

Untuk keperluan tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan

pemotongan terhadap tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu

alat pemotong tulangan, yaitu pemotong tulangan (bar cutter) yang

dioperasikan dengan menggunakan tenaga listrik. Jumlah tulangan

yang mampu dipotong dalam sekali tahap umumnya bervariasi antara

4 sampai 5 tulangan, tergantung dari besarnya diameter tulangan yang

akan dipotong. Proyek ini menggunakan Bar cutter listrik jinjing yag

bisa di pindah-pindah dengan sepesifikasi sebagai berikut:

• Merek : INICOR

• Type : Jinjing

• Buatan : Korea

• Jumlah : 2 unit

• Kapasitas : D 25 atau 4-5 tulangan. Tergantung diameter

tulangan yang akan dibegkokkan

Gambar 4.19 Bar Cutter

9. Cut Off Machine

Selain menggunakan Bar Cutter untung memotong baja, pada

proyek ini juga menggunakan cut off machine fungsi dan

peruntukannya juga hampir sama dengan Bar Cutter yaitu sama – sama

digunakan untuk memotong baja. Alat ini menggunakan daya listrik.

Dengan spesifikasi sebagai berikut :

• Merek : BOSCH

• Type : Jinjing / Portable

• Jumlah : 2 unit

Gambar 4.20 Cut Off Machine

10. Back hoe

Back hoe adalah alat yang digunakan dalam pekerjaan galian

tanah. Keuntungan dari penggunaan back hoe adalah dapat melakukan

pekerjaan penggalian dengan lebih cepat dan lebih efisien. Selain itu

back hoe juga dapat digunakan sebagai alat pemuat yang jauh lebih

efisien dibandingkan jika menggunakan tenaga manusia. Dalam proyek

ini keberadaan back hoe sangat diperlukan mengingat banyaknya

volume galian yang harus dikerjakan terutama pada pekerjaan galian

ground water tank, sewage treatment plant, pile cap, dan lain-lain..

Adapun spesifikasi alat adalah sebagai berikut :

• Merek : Takeuchi TB 150 C

• Buatan : Jepang

• Kapasitas Bucket :

• Jumlah : 1 buah

Gambar 4.21 Bac hoe

11. Mobile Concrete Pump

Mobile Concrete Pump merupakan alat untuk memompa beton

ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran. Penggunaan concrete

pump ini untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi pengecoran. Alat

ini sangat berguna untuk lokasi yang sulit dijangkau seperti bangunan

gedung bertingkat yang luas sehingga dapat dengan mudah dijangkau.

Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin

pompa yang dilengkapi dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel,

pipa-pipa besi berdiameter 15 cm serta beberapa alat tambahan berupa

klem penyambung pipa-pipa tersebut. Adapun spesifikasi mobile

concrete pump dalam proyek ini dalah sebagai berikut :

• Merek : Isuzu

• Buatan : Jepang

• Kapasitas : 10-90 m3/jam, (diameter selinder 95 mm)

Gambar 4.22 Mobile Concrete Pump

12. Concrete Mixer Truck

Concrete Mixer truck merupakan truk khusus yang dilengkapi

dengan concrete mixer dengan kapasitas bervariasi, yaitu kapasitas 5;

5,5; 6; dan 6 m3. Truk ini mengangkut beton siap pakai (ready mix)

dari tempat pencampuran beton (batching plan) sampai ke lokasi

pengecoran. Selama pengangkutan, truk ini terus berputar searah

jarum jam dengan kecepatan 8-12 putaran per menit agar adukan

beton tersebut terus homogen dan tidak mengeras.

Dalam pengangkutan perlu diperhatikan interval waktu, karena

bila terlalu lama beton akan mengeras dalam mixer, sehingga akan

menimbulkan kesulitan dan menghambat kelancaran pelaksanaan

pengecoran.

Spesifikasi Mixer truck yang digunakan pada proyek ini adalah

sebagai berikut:

• Merk : Nissan Diesel

• Buatan : Jepang

• Kapasitas : 6 m3

Gambar 4.23 Concrete Mixer Truck

13. Lift Kerja

Lift Kerja merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut

material bahan dari lantai bahan ke lantai atas, adanya alat ini

mempermudah pengangkutan material. Lift Kerja ada yang

menggunakan sumber tenaga dari listrik dan ada juga yang dari

diesel.

Spesifikasi Lift Kerja yang digunakan pada proyek ini adalah

sebagai berikut :

• Daya : Menggunakan Listrik

• Tinggi jangkauan : 36 meter

• Jumlah : 1 unit

• Kapasitas : 1 ton

Gambar 4.24 Lift Kerja

14. Waterpass

Fungsi utama dari alat ini adalah untuk menentukan

ketinggian elevasi rencana pada suatu bangunan . Alat ini biasanya

digunakan untuk mengetahui elevasi lantai ketika lantai akan dicor,

sehingga apabila terjadi perbedaan antara elevasi rencana dengan

elevasi dilapangan dapat dikoreksi dan dilakukan perbaikan dengan

segera. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi tanah

dan elevasi tanah galian timbunan.

Spesifikasi Waterpass yang digunakan pada proyek ini

adalah sebagai berikut :

• Merek :

• Buatan : Jepang

• Jumlah : 1 Unit

Gambar 4.25 Proses Levelling dengan Waterpass

15. Air Compressor

Air compressor adalah alat pemancar air bertekanan tinggi yang

digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang dapat mengurangi

mutu dan daya lekatan tulangan pada beton seperti: debu-debu, potongan-

potongan kawat bendrat, dan serbuk-serbuk kayu. Kegiatan pembersihan

ini dilakukan sesaat sebelum dilakukan pengecoran pada bagian bangunan

tertentu.

Spesifikasi Waterpass yang digunakan pada proyek ini adalah

sebagai berikut :

• Merek : BOSCH AQT 33-11

• Type : Portable /Jinjing

• Jumlah : 1 Unit

Gambar 4.26 Air Compressor

Gambar 4.27 Proses Pembersihan dengan Air Compressor

Sebelum dilakukan pengecoran

16. Alat -alat pengelasan

Alat-alat pengelasan dalam proyek ini berguna untuk pengerjaan

rangka atap baja, proses pengerjaan bekisting untuk ground water tank,

dan pemotongan berbagai tulangan baja.

17. Alat Ukur Meteran

Alat ukur meteran yang ada pada proyek ini terdiri dari berbagai

jenis dan macam. Alat ukur ini sendiri berfungsi untuk mengukur jarak,

letak, ketinggian, dan sebagainya

Gambar 4.28 Meteran

18. Alat Penunjang pekerjaan

Selain alat-alat yang disebutkan diatas, pada proyek ini juga

digunakan alat-alat pendukung lainnya yang berupa perkakas tangan untuk

membantu kelancaran pembangunan, alat-alat tersebut antara lain :

a. Gergaji

Gergaji adalah alat yang digunakan untuk memotong atau mengurangi

ketebalan suatu benda tertentu. Gergaji yang digunakan dalam proyek

ini ada yangdigunakan untuk memotong besi dan ada juga untuk

memotong kayu.

Gambar 4.29 Gergaji

b. Palu

Palu atau sering juga disebut martil adalah salah satu alat yang paling

penting dan sering digunakan oleh tukang. Setiap tukang kayu harus

memiliki minimal satu palu di kantong alat mereka. Meski tidak

digunakan dalam hampir setiap waktu tetapi alat ini harus tetap

tersedia dalam suatu proses konstruksi. Palu yang paling sering

digunakan adalah palu besi. Palu sendiri digunakan untuk memasnag

paku.

c. Cetok

Cetok adalah alat yang biasanya digunakan untuk memplester atau

mengaci tembok. Alat ini juga biasa digunakan untuk mencampur

adonan pasir dan semen.

d. Cangkul dan Sekop

Cangkul dan sekop adalah alat yang digunakan oleh para pekerja

bangunan untuk mencampur adonan pasir, gamping dan semen. Serta

biasa digunakan untuk pekerjaan galian

e. Ember

Ember adalah sebuah alat kedap air berbentuk silinder maupun

terpotong kedap air dan vertikal dengan bagian atas terbuka dan

bagian bawah yang datar. Biasanya dilengkapi dengan timbaan

berbentuk setengah lingkaran. Pada proyek ini Ember berfungsi untuk

memuat pasir atau bahan lainnya seuai kebutuhan.

f. Gerobak Dorong

Gerobak dorong proyek biasanya digunakan untuk mengangkut

barang atau material bahan bangunan seperti halnya dengan ember

namun kapasitasnya dalam jumlah besar supaya lebih efisien dari segi

tenaga dan waktu.

Gambar 4.30 Gerobak dorong

g. Unting-Unting

Unting-unting atau sering juga disebut dengan bandul adalah salah

satu alat tukang yang biasanya dipergunakan untuk mengukur

ketegakan suatu bidang. Prinsipnya kurang lebih seperti menggunaan

waterpass, namun alat ini lebih sederhana. Beberapa pemakaian yang

sering dijumpai dalam pekerjaan bangunan adalah untuk pengukuran

ketegakan bekesting, ketegakan kayu saat setting kusen pintu dan

jendela, pembuatan benang horizontal, pemasangan dinding bata,

penarikan titik pusat suatu jarak dan beberapa jenis pekerjaan lainnya.

h. Catut dan Tang

Alat ini digunakan untuk mengencangkan kawat bendrat yang dipakai

saat merangkai merangkai tulangan

i. Kunci Pass

Alat ini digunakan untuk melepas dan mengencangkan baut pada

proses pemasangan dan pelepasan bekesting

j. Saringan pasir

Alat ini digunakan untuk menyaring atau memisahkan antara agregat

kasar dan agregat halus agak tidak tercampur serta kotoran lainnya.

Gambar 4.31 Saringan Pasir

k. Lampu

Lampu adalah sebuah piranti yang dapat memancarkan cahaya. Pada

proyek ini Lampu di gunakan di malam hari atau pada saat kondisi

sudah mulai gelap supaya memudahkan para pekerja dalam

melakukan pekerjaannya.

Gambar 4.32 Lampu

l. Alat Pembengkok tulangan manual

Alat ini digunakan untuk membengkokkkan tulangan secara manual

dengan menggunakan tenaga manusia. Besi Tulangan yang dapat

dibegkokkan dengan alat ini hanya mampu untuk besi dengan

diameter 16 mm ke bawah