1 BAB I DESKRIPSI PROYEK A. Lokasi Berada di kawasan strategis ...
BAB IV - Deskripsi alat dan bahan dalam proyek
description
Transcript of BAB IV - Deskripsi alat dan bahan dalam proyek
BAB IV
BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN
A. Bahan Bangunan
Bahan bangunan merupakan sumber daya proyek yang
menentukan kualitas struktur bangunan yanag memenuhi persyaratan
keamanan. Selain pengawasaha akan mutu bahan diperlukan perhitungan
penempatan dan penyimpanan barang untuk menghindari penurunan mutu
bahan akibat disimpan terlalu lama dan juga untuk menghindari
penempatan barang yang dapat mengganggu pekerjaan. Pengadaan bahan
juga harus diperhitungkan agar tidak terdapat bahan sisa yang nantinya
akan melebihi rencana anggaran biayanya.
Selain itu diperlukan juga syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
suatu bahan bangunan yang akan dipergunakan dalam proyek. Dalam
proyek ini digunakan beberapa macam bahan bangunan, yaitu semen
portland, agregat halus maupun kasar, beton ready mix, air , kayu, baja
tulangan, kawat baja dan bahan material lainnya. Semua bahan tersebut
telah diatur penggunaannya dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS) sesuai
dengan gambar perencanaan yang telah ditetapkan.
Untuk mendapatkan kualitas bahan yang baik guna menunjang
kelancaran proyek, maka perlu diperhatikan cara penyimpanan bahan
material di gudang dan jadwal kedatangan bahan. Bahan-bahan yang
menunjang dalam pembangunan proyek Pembangunan Gedung Kuliah E-6
& E-7 (Twin Building) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah
sebagai berikut :
1. Semen
Semen yang digunakan selama proses pembangunan pada
proyek Pembangunan Gedung Kuliah E-6 & E-7 (Twin Building)
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah semen jenis Portland
yaitu semen gresik dengan kemasan 40 kg. Semen tersebut (semen
gresik) merupakan hasil produksi dalam negeri satu merk (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis atau merk).
Semen yang akan digunakan harus memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
a. Semen Portland harus memenuhi persyaratan standart
international atau spesifikasi bahan bangunan bagian A SNI 3-04-
1989-F atau sesuai SII-00-13-82, type 1 atau NI-8 untuk butir
pengikat awal kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan
susunan kimia.
b. Jika menggunakan semen Portland pozolan (campuransemen
Portland dan bahan pozotan) maka semen tersebut harus
memenuhi ketentuan SII 0132 Mutu dan Cara Uji Semen Portland
Pozolan atau spesifikasi untuk semen hidraulis campuran.
c. Di dalam pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan
jelas jenis semen yang digunakan dalam ketentuan peersyaratan
mutu (semen tipe 1)
d. Penyimpanan Semen harus dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan dibahan atau
pengotoran debu oleh bahan lain. Penyimpanan semen harus
dilakukan di dalam gudang tertutup sedemikian rupa sehingga
semen terhindar dari basah atau kemungkinan lembab dan
terjamin untuk tidak tercampur dengan bahan lain.
e. Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan kedatangan semen
tersebut di lokasi proyek. Semen yang telah rusak karena terlalu
lama disimpan lebih 60 hari sehingga mengeras ataupun
tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan harus
disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak
yang utuh dan terlindung baik terhadap pengaruh cuaca, dengan
ventilasi secukupnya
f. Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo secara tepat
untuk melindungi terhadap penggumpalan semen dalam
penyimpanan
g. Semua semen harus dalam kondisi baru, disetiap pengiriman
harus disertai dengan sertifikat test dari pabrik
h. Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak lebih
dari 2,5%
Gambar 4.1 Material Semen
2. Agregat Halus (Pasir)
Agragat halus (Pasir) adalah bahan batuan yang berukuran
kecil, yang lolos ayakan 5 mm dan tertinggal pada ayakan 0,75 mm.
Agregat halus (pasir) yang digunakan dalam proyek ini berasal dari
Sunagi Kaliputih, Muntilan. Pasir untuk pekerjaan beton harus
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, diantaranya adalah :
a. Butir-butir harus tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung
lumpur dan bahan-bahan organis
b. Agregat Halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-partikel
seperti yang telah ditentukan di pasal 3.5 dari NI-2, PBI ‘71
c. Agregat Halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(ditentukan terhadap beerat kering). Yang diartikan dengan
Lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063
mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat halus
harus dicuci sesuai PBI ’71 bab 3.3 atau SII 005 1-82
d. Ukuran butir-butir agregat halus, sisa diatas ayakan 4 mm harus
minimum 2% berat, sisa diatas ayakan 2 mm harus minimum 10%
berat, sisa diatas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% dan
90% berat
e. Tidak boleh menggunakan pasir laut sebagai agregat halus untuk
semua mutu beton
f. Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung
dari pengotoran oleh bahan-bahan lain
Gambar 4.2 Agregat Halus (Pasir)
3. Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)
Agregat yang dipakai pada proyek ini diperoleh dari Celereng,
Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta. Agregat kasar yang
digunakan untuk beton struktur adalah batu pecah dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Agregat beton yang digunakan harus memenuhi seluruh ketentuan
dan persyaratan dari SII 0052-80 tentang ‘Mutu dan Cara Uji
Agregat Beton’. Bila tidak tercakup di dalam SII 0052-80, maka
agregat tersebut harus memnuhi ketentuan dalam ASTM C33
‘Specification for Concrete Aggregares’.
b. Agregat kasar yaitu kerikil hasil desintegrasi alami dari batu-
batuan atau batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu
dengan besar butir lebih dari 5 mm, sesuai P81 71 bab 3.4
c. Mutu Koral ; butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu
pecah jumlah butir-butir pipih maksimum 20% bersih, tidak
mengandung zat alkali , bersifat kekal, tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh cuaca
d. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap berat
kering) yang diartikan Lumpur adalah bagian-bagian yang
melalui ayakan 0,063 mm apabial Kadar Lumpur melalui 1%
maka agregat kasar harus dicuci
e. Ukuran Butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat sisa di
atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98%, selisih
antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan,
adalah hmaksimum 60 % dan minimum 10% berat.
f. Kekasaran butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana
penguji dari Rudeloff dengan beban pengujin 20 t, harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih
dari 24% berat
Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih
dari 22% berat atau dengan mesin
Pengaus Los Angeles, tidak boleh terjadi kehilangan berat
lebih dari 50% sesuai SII 0087775, atau PL 31-71
g. Penyimpanan kerikil atau batu pecah harus sedemikian rupa agar
terlindung dari pengotoran bahan-bahan lain
4. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi
ketentuan-ketentuan berikut :
a. Harus bersih dan tidak mengandung lumpur, minyak dan benda
terapung lainnya yang dapat dilihat secara kasat mata.
b. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2
gram/liter.
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat
merusak beton (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih
dari 15 gram/liter. Kandungan clorida (Cl) tidak lebih dari 500
ppm dan senyawa sulfat (SO3) tidak lebih dari 100 ppm.
d. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan
air suling, maka penurunan kekuatan adukan beton dengan air
yang digunakan tidak lebih dari 10%.
5. Baja Tulangan
Baja Tulangan adalah besi yang biasa digunakan untuk
penulangan dalam konstruksi beton atau yang biasa dikenal dengan
sebutan beton bertulang. Besi beton ini memiliki peran yang sangat
penting dalam sebuah konstruksi. Beton pada prinsipnya mempunyai
kekuatan yang terbatas untuk memikul beban. Oleh sebab itu,
penulangan pada beton biasanya ditambah dengan beton agar
konstruksinya menjadi lebih kuat dan akhirnya dapat memikul beban
– beban atau gaya yang bekerja. Pada proyek Pembangunan Gedung
Kuliah E-6 & E-7 (Twin Building) Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta menggunakan Baja Tulangan dengan merek HANIL, HJI,
dan Krakatau Steel (KS). Baja tulangan yang digunakan harus
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang
atau berlapis-lapis.
b. Permukaan batang baja tulangan beton deform harus bersirip
teratur.
c. Sirip-sirip melintang sepanjang batang baja tulangan beton
deform harus terletak pada jarak yang teratur.
d. Untuk tulangan utama harus digunakan baja tulangan deform
(BJTD 40) dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh
lebih dari 70% diameter nominalnya dan tinggi siripnya tidak
boleh kurang dari 5% diameter nominalnya.
e. Tulangan ulir menggunakan BJTD 40 dan tulangan polos
menggunakan BJTP 24.
f. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang digunakan
harus dibuktikan dengan sertifikat pengujian laboratorium yang
pada prinsipnya menyatakan nilai kuat leleh dan berat per meter
panjang dari bahan tulangan yang dimaksud. Penyedia jasa
konstruksi harus mengajukan brosur atau hasil tes tulangan
kepada pihak proyek yang memenuhi syarat dan dapat digunakan
pada pekerjaan ini sebelumnya dan dimasukkan dalam usulan
penawaran data teknis.
g. Kuat leleh aktual berdasarkan pengujian di pabrik tidak
melampaui kuat leleh yang melanpaui sebesar lebih dari 120 Mpa
dalam arti uji ulang tidak boleh memberikan hasil yang
melampaui 20 Mpa (SNI 03-2847-2002 pasal 23.2.5).
h. Rasio kuat tarik aktual terhadap kuat leleh aktual (batas ulur)
tidak kurang dari 1,25 (SNI 03-2847-2002 pasal 23.2.5).
i. Diameter nominal baja tulangan (baik deform atau BJTD) yang
digunakan harus ditentukan dari sertifikat pengujian tersebut dan
harus ditentukan dari rumus :
de=√ 40,785 π
bataude=12,736√b
Dimana :
d = diameter efektif (mm)
b = berat baja tulangan (Kg/m),
j. Toleransi ukuran diameter baja tulangan beton polos :
Tabel 4.1. Tabel Toleransi dan Ukuran Diameter
Diameter tulangan baja tulangan Toleransi berat yang diijinkan
Ø 6 mm ± 0,3 mm
Ø 8 mm ≤ d ≤ Ø 14 mm ± 0,4 mm
Ø 16 mm ≤ d ≤ Ø 25 mm ± 0,5 mm
Ø 28 mm ≤ d ≤ Ø 34 mm ± 0,6 mm
d < 35 mm ± 0,8 mm
Sumber : SNI 2052:2014 tabel 3 (Baja Tulangan Beton)
k. Toleransi berat per batang baja Tulangan Beton
Tabel 4.2. Tabel Toleransi Berat per Batang yang Diijinkan
Diameter tulangan baja tulangan Toleransi berat yang diijinkan
Ø 8 mm ≤ d ≤ Ø 14 mm ± 7%
Ø 16 mm ≤ d ≤ Ø 25 mm ± 6%
Ø 28 mm ≤ d ≤ Ø 34 mm ± 5%
d < 35 mm ± 4%
Sumber : SNI 2052:2014 tabel 4 (Baja Tulangan Beton)
l. Sebelum pengiriman baja tulangan dilakukan, penyedia jasa
konstruksi harus menunjukkan sampel hasil uji tarik, beart dan
diameter material yang akan digunakan. Hal ini akan
mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Dialokasikan proyek
penyedia jasa konstruksi harus menyediakan alat sket mat untuk
mengukur diameter tulangan polos untuk kemudian dimasukkan
dalam dokumen penawaran data teknis.
m. Baja tulangan yang didatangkan harus dalam bentuk lonjong atau
tidak boleh ditekuk kecuali untuk baja tulangan polos bawah Ø 12
mm.
n. Sebagai akibat dari baja tulangan polos yang ditekuk pada pasal
sebelumnya maka tulangan sepanjang 500 mm di daerah tekukan
tidak boleh digunakan.
Gambar 4.3 Baja Tulangan Deform (BJTD)
6. Beton Ready Mix
Beton Ready Mix adalah adukan beton siap pakai yang dibuat
dipabrik (batching plant). Beton ready mix yang dipakai pada proyek
Pembangunan Gedung Kuliah E-6 & E-7 (Twin Building) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta adalah berasal dari PT. Karya Beton
dengan mutu fc’ = 25 MPa atau K-300 untuk footplate, sloof, kolom,
balok, pilecap dan plat lantai
Alasan utama dipakai beton ready mix adalah mutu beton yang
dihasilkan lebih sesuai dengan mutu beton yang telah direncanakan,
sehingga lebih mendekati dari hasil hitungan, disamping itu waktu
yang digunakan akan lebih efisien. Contoh beton Ready mix
diperliahatkan seperti gambar 4.4
Gambar 4.4 Beton Ready Mix
7. Paku
Paku digunakan sebagai pengait saat melakukan
penyambungan kayu. Ukuran paku dalam pembangunan proyek
bermacam-macam. Akan tetapi yang digunakan pada proyek
Pembangunan Gedung Kuliah E-6 & E-7 (Twin Building) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta adalah paku dengan ukuran 2” , 5” dan
7”.
Gambar 4.5. Paku
8. Benang
Benang digunakan untuk menarik garis pada saat melakukan
pengukuran supaya antar titik yang satu dengan titik yang lain dapat
membentuk suatu garis lurus dan sejajar terutama pada arah
horizontal.
Gambar 4.6 Benang
9. Kayu
Yang dimaksud kayu di sini adalah balok-balok kayu atau
papan (termasuk didalamnya multipeks) yang digunakan untuk
membuat bekesting atau acuan. Balok kayu yang digunakan harus
berukuran sama. Kayu yang dipakai untuk membuat bekesting harus
lurus, tidak bergelombang dan bebas dari cacat (retak, terpuntir,
adanya mata kayu), kering dan telah diawetkan. Syarat teknis dalam
penggunaan kayu atau multipleks adalah sebagai berikut :
a. Harus berkualitas baik (minimal mutu B), tua, tidak bergetah,
tidak berayap, tidak berbubuk, tidak cacat dan harus dalam
keadaan kering.
b. Kayu diserut sesuai ukuran dengan toleransi maksimal 3 mm.
c. Multipleks harus baik, bersih, tidak pecah-pecah atau berlubang.
Pada proyek Pembangunan Gedung Kuliah E-6 & E-7 (Twin Building)
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan Papan jenis
Multipleks kayu Meranti dan kayu jenis Glugu dengan ukuran 5/7 cm
serta 6/12 cm yang berasal dari daerah Lampung, Salatiga, dan Ciamis
Gambar 4.7 Kayu Multipleks
Gambar 4.8 Balok Kayu Glugu
10. Kawat Baja (bendrat)
Kawat bendrat atau kawat baja digunakan untuk mengikat
sengkang pada tulangan agar sengkang tetap berada pada tempatnya
sehingga jarak antar sengkang tetap sesuai rencana pada saat
dilakukan pengecoran. Kawat baja juga biasa digunakan untuk
memperkuat bekesting kayu. Kawat baja yang dipakai dalam proyek
Pembangunan Gedung Kuliah E-6 & E-7 (Twin Building) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta adalah kawat baja dengan ukuran
diameter 1 mm.
Gambar 4.9 Kawat Bendrat
11. Batako
Batako pada proyek Pembangunan Gedung Kuliah E-6 & E-7
(Twin Building) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta digunakan
untuk membuat bekisting pada pilecap, sloof dan pondasi pitlift.
Digunakannya batako karena batako cukup kuat untuk menahan
bebena sebagai bekisting serta cukup murah untuk akhirnya ditimbun
bersama saat pengecoran. Batako yang digunakan dalam proyek ini
berasal dari Industri Rumahan dusun Brajan, Bantul Yogyakarta
Gambar 4.10 Batako
12. Sika Bond
Sika Bond adalah zat adiktif yang digunakan sebagai bahan
perekat dengan bahan dasar emulsi polyvinil asetat. Zat adiktif ini
ditambahkan ke dalam semen untuk menambah daya rekat antara
beton lama dengan beton baru. Sika Bond dapat digunakan dengan
semua tipe portland semen termasuk semen tahan sulfat, semen
berkadar alumina tinggi, dan plasteran gipsum. Cara menggunakan
sika Bond untuk bahan Perekat antara Beton lama dengan Beton baru
adalah sebagai berikut :
a. Mencampurkan sikacim : air : semen dengan perbandingan 1 : 1 :
3 lalu aduk hingga merata
b. Tuang atau oleskan adukan tadi dengan kuas kepermukaan beton
lama
c. Dalam kondisi yang masih basah cor dengan beton yang baru.
B. Alat- Alat yang Digunakan
Alat kerja merupakan salah satu factor yang menentukan dalam
menciptakan hasil kerja yang memuaskan. Kontraktor harus mengadakan
semua peralatan atau perlengkapan kerja yang dibutuhkan selama
melaksanakan pekerjaan pembangunan. Pemilihan dari jumlah kebutuhan
ditetapkan berdasarkan macam pekerjaan, rencana kerja, keadaan lapanan,
dan volume pekerjaan yang dikerjakan, dengan kata lain harus ada
keseimbangan antara jumlah pekerjaa yang ada dengan alat yang akan
dioperasikan supaya hasil yang didapat optimal. Alat kerja tersebut harus
cukup memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya agar dalam
pelaksanaan pekerjaan tidak terjadi saling pinjam akibat kurangnya alat.
Alat – alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek,
baik itu alat berat maupun ringan bertujuan untuk menunjang kelancaran
pekerjaan proyek itu sendiri.
Berikut beberapa tujuan secara umum :
1. Mempercepat penyelesaian pekerjaan
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas pekerjaan
4. Menghemat biaya
Dalam pemilihan alat yang akan digunakan dalam pelaksanaan
proyek harus disesuaikan dengan besar volume pekerjaan yang ada,
dengan kata lain harus ada keseimbangan antara jumlah pekerjaan yang
ada dengan alat yang akan dioperassikan. Berikut Beberapa alat – alat
yang digunakan dalam proyek pembangunan ini yaitu :
1. Mobile Crane
Mobile crane yang digunakan dalam proyek ini berjumlah satu
buah. Dalam pelaksanaannya, hampir setiap hari alat ini selalu dipakai.
Hal ini disebabkan oleh luasnya area proyek dan banyaknya pekerjaan
struktur yang memerlukan alat ini untuk memindahkan bahan-bahan
seperti besi dan scaffolding dalam julah yang sangat besar dan tidak
bisa diangkut oleh tenaga manusia. Mobile crane berfungsi dalam
pengecoran dengan bucket, pemasangan Half Slab bergelombang,
pemasangan rangka atap baja, serta membantu dalam pekerjaan
bekisting kolom lantai lower ground. Berikut mengenai spesifikasinya
▪ Merk : TARANO MC 45
▪ Kapasitas : 2 Ton
▪ Tinggi : 45 meter
Gambar 4.11 Mobile Crane
2. Bucket
Kegunaan bucket adalah tempat adonan semen yang berasal
dari concrete mixer. Bucket yang mempunyai kapasitas 0,8 m3 ini diisi
adonan semen kemudian dengan bantuan dari mobile crane, bucket
diangkat ke atas menuju ke tempat yang akan dicor. Apabila akan
mengecor kolom maka pada ujung bucket dipasang selang untuk
mempermudah pelaksanaan dan mengatur tinggi jatuh pengecoran.
Berat bucket adalah 300 kg.
Pada pelaksanaan pengecoran di lokasi yang sulit bucket
dilengkapi dengan pipa tremie sehingga beton yang keluar dari bucket
tidak langsung jatuh dan dapat diarahkan sehingga pelaksanaan
pengecoran dapat menjangkau lokasi lokasi yang sulit.
Gambar 4.12 Bucket
3. Concrete Vibrator dan Trailer
Adanya rongga udara dalam suatu adukan beton, secara tidak
langsung akan mengurangi mutu dan kekuatan beton tersebut. Untuk
menghindari hal ini, maka dalam suatu pengecoran harus diusahakan
adanya rongga udara yang seminimal mungkin.
Vibrator merupakan suatu alat penggetar mekanik yang
digunakan untuk menggetarkan adukan beton yang belum mengeras,
dengan harapan dapat menghilangkan rongga-rongga udara yang ada
sehingga dapat dihasilkan beton yang padat dan bermutu tinggi. Cara
operasionalnya adalah dengan memasukkan selang penggetar ke
dalam adukan beton yang telah dituang ke dalam bekisting, sehingga
beton cair dapat memadat dan meminimalkan terjadinya rongga pada
beton yang dapat mengurangi kekuatan.
Spesifikasi Concrete Vibrator :
• Merek : Honda dan Robin
• Jumlah : Masing -masing 2 unit, jadi total
terdapat 4 unit mesin Concrete Vibrator
Spesifikasi Trailer :
▪ Merek : RRC
▪ Panjang dan jumlah : 6 meter (2 batang) dan
4 meter (2 batang)
Gambar 4.13 Concrete Vibrator dan Trailer
4. Alat Cetak Benda Uji Beton (Silinder)
Alat cetak benda uji beton berfungsi sebagai cetakan dalam
pembuatan benda uji beton. Setiap proses produksi beton, diambil
sample untuk benda uji beton. Setelah itu tiap masing-masing benda
uji diberi nama sesuai dengan lokasi pengecoran dan tipe beton / mutu
betonnya.
Alat cetak benda uji beton ini mempunyai diameter 15 cm
dengan tinggi 30 cm. Tiap alat cetak mempunyai volume kurang lebih
0,0053 m3.
Gambar 4.14 Alat cetak benda uji
5. Teodolith
Teodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk
menentukan as bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai,
agar bangunan yang dibuat tidak miring. Teodolith juga digunakan
sebagai alat untuk menjaga kevertikalitasan bangunan gedung tinggi.
Spesifikasi Teodolith :
• Merk dan Type : Theodolite Topcon TL-6G
• Buatan : Jepang
• Jumlah : 1 unit
Gambar 4.15 Teodolith
6. Perancah (Scaffolding)
Scaffolding berfungsi sebagai perancah dalam pembuatan
bekisting balok dan plat dan sebagai perancah dalam pengecoran
kolom. Scaffolding terdiri dari beberapa bagian antara lain :
▪ jack base, bagian yang terdapat di bagian paling bawah, dilengkapi
dengan ulir untuk mengatur ketinggian.
▪ main frame, portal besi yang dirangkai di atas jack base.
▪ cross brace, penghubung dua main frame dipasang arah melintang.
▪ ladder, tambahan di atas main frame jika ketinggian mengalami
kekurangan.
▪ joint pin, penghubung main frame dan ladder.
▪ U-head jack, bagian atas main frame dan ladder yang berfungsi
untuk penyangga kayu kaso pada bagian bekisting.
Gambar 4.16. Sketsa Scaffolding
Cara operasionalnnya adalah dengan menggabungkan tiap
bagian di atas, sehingga menjadi suatu konstruksi penyangga
sementara.
U-HEAD JACK
JACK BASE
MAIN FRAME
JOINT PIN
LADDER
CROSS BRACE
Gambar 4.17 Scaffolding
7. Pembengkok Tulangan (Bar Bender)
Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan
tulangan seperti pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan
untuk sambungan tulangan kolom, juga pembengkokan tulangan balok
dan plat. Sudut yang dapat dibentuk oleh pembengkok tulangan dapat
diatur besarnya, yaitu 450, 900,1350 dan1800. Kapasitas alat antara 5
sampai 8 tulangan tergantung dari besarnya diameter tulangan yang
akan ditekuk oleh bar bender. Adapun spepesifikasi bar bender yang
digunakan dalam proyek ini adalah sebagai berikut:
• Merek : INICOR
• Type : Meja
• Buatan : Korea
• Jumlah : 2 unit
• Kapasitas : D 25 atau 4-5 tulangan. Tergantung diameter
tulangan yang akan dibegkokkan
Gambar 4.18 Bar Bender
8. Pemotong Tulangan (Bar Cutter)
Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standar.
Untuk keperluan tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan
pemotongan terhadap tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu
alat pemotong tulangan, yaitu pemotong tulangan (bar cutter) yang
dioperasikan dengan menggunakan tenaga listrik. Jumlah tulangan
yang mampu dipotong dalam sekali tahap umumnya bervariasi antara
4 sampai 5 tulangan, tergantung dari besarnya diameter tulangan yang
akan dipotong. Proyek ini menggunakan Bar cutter listrik jinjing yag
bisa di pindah-pindah dengan sepesifikasi sebagai berikut:
• Merek : INICOR
• Type : Jinjing
• Buatan : Korea
• Jumlah : 2 unit
• Kapasitas : D 25 atau 4-5 tulangan. Tergantung diameter
tulangan yang akan dibegkokkan
Gambar 4.19 Bar Cutter
9. Cut Off Machine
Selain menggunakan Bar Cutter untung memotong baja, pada
proyek ini juga menggunakan cut off machine fungsi dan
peruntukannya juga hampir sama dengan Bar Cutter yaitu sama – sama
digunakan untuk memotong baja. Alat ini menggunakan daya listrik.
Dengan spesifikasi sebagai berikut :
• Merek : BOSCH
• Type : Jinjing / Portable
• Jumlah : 2 unit
Gambar 4.20 Cut Off Machine
10. Back hoe
Back hoe adalah alat yang digunakan dalam pekerjaan galian
tanah. Keuntungan dari penggunaan back hoe adalah dapat melakukan
pekerjaan penggalian dengan lebih cepat dan lebih efisien. Selain itu
back hoe juga dapat digunakan sebagai alat pemuat yang jauh lebih
efisien dibandingkan jika menggunakan tenaga manusia. Dalam proyek
ini keberadaan back hoe sangat diperlukan mengingat banyaknya
volume galian yang harus dikerjakan terutama pada pekerjaan galian
ground water tank, sewage treatment plant, pile cap, dan lain-lain..
Adapun spesifikasi alat adalah sebagai berikut :
• Merek : Takeuchi TB 150 C
• Buatan : Jepang
• Kapasitas Bucket :
• Jumlah : 1 buah
Gambar 4.21 Bac hoe
11. Mobile Concrete Pump
Mobile Concrete Pump merupakan alat untuk memompa beton
ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran. Penggunaan concrete
pump ini untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi pengecoran. Alat
ini sangat berguna untuk lokasi yang sulit dijangkau seperti bangunan
gedung bertingkat yang luas sehingga dapat dengan mudah dijangkau.
Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin
pompa yang dilengkapi dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel,
pipa-pipa besi berdiameter 15 cm serta beberapa alat tambahan berupa
klem penyambung pipa-pipa tersebut. Adapun spesifikasi mobile
concrete pump dalam proyek ini dalah sebagai berikut :
• Merek : Isuzu
• Buatan : Jepang
• Kapasitas : 10-90 m3/jam, (diameter selinder 95 mm)
Gambar 4.22 Mobile Concrete Pump
12. Concrete Mixer Truck
Concrete Mixer truck merupakan truk khusus yang dilengkapi
dengan concrete mixer dengan kapasitas bervariasi, yaitu kapasitas 5;
5,5; 6; dan 6 m3. Truk ini mengangkut beton siap pakai (ready mix)
dari tempat pencampuran beton (batching plan) sampai ke lokasi
pengecoran. Selama pengangkutan, truk ini terus berputar searah
jarum jam dengan kecepatan 8-12 putaran per menit agar adukan
beton tersebut terus homogen dan tidak mengeras.
Dalam pengangkutan perlu diperhatikan interval waktu, karena
bila terlalu lama beton akan mengeras dalam mixer, sehingga akan
menimbulkan kesulitan dan menghambat kelancaran pelaksanaan
pengecoran.
Spesifikasi Mixer truck yang digunakan pada proyek ini adalah
sebagai berikut:
• Merk : Nissan Diesel
• Buatan : Jepang
• Kapasitas : 6 m3
Gambar 4.23 Concrete Mixer Truck
13. Lift Kerja
Lift Kerja merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut
material bahan dari lantai bahan ke lantai atas, adanya alat ini
mempermudah pengangkutan material. Lift Kerja ada yang
menggunakan sumber tenaga dari listrik dan ada juga yang dari
diesel.
Spesifikasi Lift Kerja yang digunakan pada proyek ini adalah
sebagai berikut :
• Daya : Menggunakan Listrik
• Tinggi jangkauan : 36 meter
• Jumlah : 1 unit
• Kapasitas : 1 ton
Gambar 4.24 Lift Kerja
14. Waterpass
Fungsi utama dari alat ini adalah untuk menentukan
ketinggian elevasi rencana pada suatu bangunan . Alat ini biasanya
digunakan untuk mengetahui elevasi lantai ketika lantai akan dicor,
sehingga apabila terjadi perbedaan antara elevasi rencana dengan
elevasi dilapangan dapat dikoreksi dan dilakukan perbaikan dengan
segera. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi tanah
dan elevasi tanah galian timbunan.
Spesifikasi Waterpass yang digunakan pada proyek ini
adalah sebagai berikut :
• Merek :
• Buatan : Jepang
• Jumlah : 1 Unit
Gambar 4.25 Proses Levelling dengan Waterpass
15. Air Compressor
Air compressor adalah alat pemancar air bertekanan tinggi yang
digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang dapat mengurangi
mutu dan daya lekatan tulangan pada beton seperti: debu-debu, potongan-
potongan kawat bendrat, dan serbuk-serbuk kayu. Kegiatan pembersihan
ini dilakukan sesaat sebelum dilakukan pengecoran pada bagian bangunan
tertentu.
Spesifikasi Waterpass yang digunakan pada proyek ini adalah
sebagai berikut :
• Merek : BOSCH AQT 33-11
• Type : Portable /Jinjing
• Jumlah : 1 Unit
Gambar 4.26 Air Compressor
Gambar 4.27 Proses Pembersihan dengan Air Compressor
Sebelum dilakukan pengecoran
16. Alat -alat pengelasan
Alat-alat pengelasan dalam proyek ini berguna untuk pengerjaan
rangka atap baja, proses pengerjaan bekisting untuk ground water tank,
dan pemotongan berbagai tulangan baja.
17. Alat Ukur Meteran
Alat ukur meteran yang ada pada proyek ini terdiri dari berbagai
jenis dan macam. Alat ukur ini sendiri berfungsi untuk mengukur jarak,
letak, ketinggian, dan sebagainya
Gambar 4.28 Meteran
18. Alat Penunjang pekerjaan
Selain alat-alat yang disebutkan diatas, pada proyek ini juga
digunakan alat-alat pendukung lainnya yang berupa perkakas tangan untuk
membantu kelancaran pembangunan, alat-alat tersebut antara lain :
a. Gergaji
Gergaji adalah alat yang digunakan untuk memotong atau mengurangi
ketebalan suatu benda tertentu. Gergaji yang digunakan dalam proyek
ini ada yangdigunakan untuk memotong besi dan ada juga untuk
memotong kayu.
Gambar 4.29 Gergaji
b. Palu
Palu atau sering juga disebut martil adalah salah satu alat yang paling
penting dan sering digunakan oleh tukang. Setiap tukang kayu harus
memiliki minimal satu palu di kantong alat mereka. Meski tidak
digunakan dalam hampir setiap waktu tetapi alat ini harus tetap
tersedia dalam suatu proses konstruksi. Palu yang paling sering
digunakan adalah palu besi. Palu sendiri digunakan untuk memasnag
paku.
c. Cetok
Cetok adalah alat yang biasanya digunakan untuk memplester atau
mengaci tembok. Alat ini juga biasa digunakan untuk mencampur
adonan pasir dan semen.
d. Cangkul dan Sekop
Cangkul dan sekop adalah alat yang digunakan oleh para pekerja
bangunan untuk mencampur adonan pasir, gamping dan semen. Serta
biasa digunakan untuk pekerjaan galian
e. Ember
Ember adalah sebuah alat kedap air berbentuk silinder maupun
terpotong kedap air dan vertikal dengan bagian atas terbuka dan
bagian bawah yang datar. Biasanya dilengkapi dengan timbaan
berbentuk setengah lingkaran. Pada proyek ini Ember berfungsi untuk
memuat pasir atau bahan lainnya seuai kebutuhan.
f. Gerobak Dorong
Gerobak dorong proyek biasanya digunakan untuk mengangkut
barang atau material bahan bangunan seperti halnya dengan ember
namun kapasitasnya dalam jumlah besar supaya lebih efisien dari segi
tenaga dan waktu.
Gambar 4.30 Gerobak dorong
g. Unting-Unting
Unting-unting atau sering juga disebut dengan bandul adalah salah
satu alat tukang yang biasanya dipergunakan untuk mengukur
ketegakan suatu bidang. Prinsipnya kurang lebih seperti menggunaan
waterpass, namun alat ini lebih sederhana. Beberapa pemakaian yang
sering dijumpai dalam pekerjaan bangunan adalah untuk pengukuran
ketegakan bekesting, ketegakan kayu saat setting kusen pintu dan
jendela, pembuatan benang horizontal, pemasangan dinding bata,
penarikan titik pusat suatu jarak dan beberapa jenis pekerjaan lainnya.
h. Catut dan Tang
Alat ini digunakan untuk mengencangkan kawat bendrat yang dipakai
saat merangkai merangkai tulangan
i. Kunci Pass
Alat ini digunakan untuk melepas dan mengencangkan baut pada
proses pemasangan dan pelepasan bekesting
j. Saringan pasir
Alat ini digunakan untuk menyaring atau memisahkan antara agregat
kasar dan agregat halus agak tidak tercampur serta kotoran lainnya.
Gambar 4.31 Saringan Pasir
k. Lampu
Lampu adalah sebuah piranti yang dapat memancarkan cahaya. Pada
proyek ini Lampu di gunakan di malam hari atau pada saat kondisi
sudah mulai gelap supaya memudahkan para pekerja dalam
melakukan pekerjaannya.