Bab iv dan v
-
Upload
putra-siregar -
Category
Documents
-
view
993 -
download
0
Transcript of Bab iv dan v
BAB IVHASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Keadaan Geografis
Puskesmas Hutagodang Kecamatan Sungai Kanan terletak di Kelurahan
Hutagodang yang memiliki keadaan topografi yang berbukit dengan jumlah
penduduk sebanyak 11.082 jiwa yang terdiri dari 5.158 laki-laki dan 4.929
perempuan yang tergabung didalam 3.036 KK. Puskesmas Hutagodang memiliki
keadaan tanah yang relatif subur sehingga pada umumnya masyarakat memiliki mata
pencaharian di sektor pertanian dan perkebunan dan beberapa lagi dibidang
perdagangan. Luas Puskesmas Puskesmas Hutagodang 22.500 Ha dengan wilayah
kerja terdiri dari 4 desa dan 4 kelurahan. Desa yang terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Hutagodang yaitu Desa Hutagodang, Desa Sampean, Desa Marsonja dan
Desa Parimburan (Profil Puskemas Hutagodang, 2009).
4.1.2 Analisi Situasi Lingkungan
Wilayah kerja Puskesmas Hutagodang yang berbukit dan infrastruktur yang
masih kurang sering menjadi hambatan bagi petugas kesehatan yang turun ke desa.
Sehingga tidak mudah bagi petugas jika sedang turun hujan, karena medan yang
dilalui aakan menjadi lebih sulit. Sulitnya medan hanya dapat dilalui dengan berjalan
kaki yang harus dilalui dengan jarak tempuh yang cukup jauh yang di tambah lagi
dengan pemukiman penduduk yang sulit duijangkau. Oleh karena itu, terkadang
program Puskesmas Hutagodang tidak berjalan dengan baik. Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan juga sering menjadi kendala bagi petugas dalam
45
46
memberikan pelayanan hal ini dikarenakan Puskesmas Hutagodang hanya dipandang
sebagai tempat pengobatan semata dan bukan sebagai tempat untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat (Profil Puskemas Hutagodang, 2009) .
4.1.3.Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas HutagodangTahun 2010
Puskesmas Hutagodang mempunyai tenaga kesehatan sebanyak 14 orang
Pegawai Negeri Sipil ( PNS), sebanyak 3 orang bidan PTT dan sebanyak 8 orang
tenaga kesehatan honorer. Untuk menunjang kelancaran program Puskesmas
Hutagodang maka masih dibutuhkannya tenaga kesehatan untuk profesi dokter gigi,
tenaga analis, tenaga gizi.
4.2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang telah melahirkan yang
terdapat di wilayah Puskesmas Hutagodang Kecamatan Langgapayung dalam kurun
waktu Januari – November 2011 yang berjumlah 57 orang. Hasil dari penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
4.2.1. Umur
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Yaitu Menurut Umur Di Puskesmas Hutagodang Kecamatan Langgapayung tahun 2011
No Umur (Tahun) Jumlah %
1≤ 20 tahun
10 17,5
221-35 tahun
33 57,9
3 ≥ 35 tahun 14 24,6
Total 57 100,0
47
Berdasarkan tabel 4.1. di atas diketahui bahwa sebagian besar umur responden
yaitu berusia 21-35 tahun sebanyak 33 orang (57,9%) sedangkan sebagian kecil umur
responden yaitu berusia ≤ 20 tahun sebanyak 10 orang (2,3%) dan ≥ 35 tahun
sebanyak 14 orang (24,6%).
4.2.2.Paritas
Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Paritas Di Puskesmas Hutagodang Kecamatan Langgapayung tahun 2011
No Paritas Jumlah %
1Anak Pertama
26 45,6
2Anak Kedua
17 29,8
3 Anak ketiga atau lebih dari tiga 1424,6
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa sebagian besar ibu nifas yang
mengkonsumsi kapsul vitamin A melahirkan anak pertama sebanyak 26 orang
(45,5%) sedangkan sebagian kecil adalah melahirkan anak ketiga atau lebih dari tiga
sebanyak 14 orang (24,6%).
4.2.3. Pekerjaan
Tabel 4.3. Distribusi Reponden Menurut Pekerjaan Di Puskesmas Hutagodang Kecamatan Langgapayung tahun 2011
No Pekerjaan Jumlah %
1Tidak bekerja
26 45,6
2PNS
14 24,6
3Berkebun
8 14,0
48
4Wirausaha
9 15,8
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.3. di atas diketahui bahwa sebagian besar tidak bekerja
yaitu sebanyak 26 orang (45,6%) sedangkan sebagian lagi bekerja sebagai berkebun
yaitu sebanyak 8 orang (14%).
4.2.4. Pendidikan
Tabel 4.4. Distribusi Reponden Menurut Pendidikan Di Puskesmas Hutagodang Kecamatan Langgapayung tahun 2011
No Tingkat Pendidikan Jumlah %
1Tidak Tamat sekolah dasar
5 8,8
2Tamat sekolah dasar
9 15,7
3Tamat SMP
13 22,9
4Tamat SMA
10 17,5
5Tamat Akademi
11 19,3
6Tamat Perguruan Tinggi
9 15,8
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.4. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki pendidikan terakhir tammat SMP yaitu sebanyak 13 orang (22,9%)
sedangkan sebagian kecil responden memiliki pendidikan terakhir tidak tammat
sekolah dasar yaitu sebanyak 5 orang (8,8%).
4.3. Predisposing Pengetahuan 4.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Gejala Awal Kurang Vitamin A
49
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Gejala Awal Kekurangan Vitamin A
No Penyakit Jumlah %
1Sakit mata
25 43,9
2Pusing
5 8,7
3 Rabun senja/rabun Ayam 27 47,4
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.5. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden
tentang gejala awal kurang vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab
rabun senja/rabun ayam sebanyak 27 orang (47,4%) sedangkan sebagian kecil
responden menjawab pusing yaitu sebanyak 5 orang (8,7%) dan yang lainnya
menjawab sakit mata sebanyak 25 orang (43,9%).
4.3.2. Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Akibat Kurang Vitamin A
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Penyakit Akibat Kurang Vitamin A
No Penyakit Jumlah %
1Kebutaan/xeropthalmia
15 26,3
2Rabun senja
22 38,6
3 Buta warna 20 35,1
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.6. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden
tentang penyakit akibat kurang vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab
rabun senja sebanyak 22 orang (38,6%) sedangkan sebagian kecil responden
50
menjawab kebutaan/ xeropthalmia yaitu sebanyak 15 orang (26,3%) dan yang lainnya
menjawab buta warna sebanyak 20 orang (35,1%).
4.3.3. Pengetahuan Responden Tentang Konsumsi Kapsul Vitamin A
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Banyak Kapsul Vitamin A Yang Di Konsumsi Ibu Selama Masa Nifas
No Banyak Kapsul Jumlah %
1Satu buah kapsul 27
47,4
2Dua buah kapsul 10
21,3
3 Tidak tahu10
21,3
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.7. di atas dapat diketahui mengenai pengetahuan
responden tentang banyak kapsul vitamin A yang di konsumsi ibu selama masa nifas
yaitu sebagian besar responden menjawab satu buah kapsul sebanyak 27 orang
(47,4%) sedangkan responden lainnya menjawab dua buah kapsul yaitu sebanyak 10
orang (21,3%) dan yang menjawab tidak tahu juga sebanyak 10 orang (21,3%).
4.3.4. Pengetahuan Responden Tentang Jenis Warna Kapsul Vitamin A Yang Diberikan Kepada Ibu Nifas
Tabel 4.8.Distribusi Frekunsi Responden Menurut Jenis Warna Kapsul Vitamin A Yang Diberikan Kepada Ibu Nifas
No Jenis Warna Jumlah %
1Biru. 10
17,5
2Hitam 23
40,4
3 Merah24
42,1
Total 57 100,0
51
Berdasarkan tabel 4.8. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden
tentang jenis warna kapsul vitamin A yang di konsumsi kapsul vitamin A bahwa
sebagian besar responden menjawab merah sebanyak 42 orang (42,1%) sedangkan
sebagian kecil responden menjawab biru yaitu sebanyak 10 orang (17,5%) dan yang
lainnya menjawab Hitam sebanyak 23 orang (40,4%).
4.3.5. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kapsul Vitamin A Bagi Ibu Nifas
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Manfaat Kapsul Vitamin A Bagi Ibu Nifas
No Manfaat Kapsul Vitamin A Jumlah %
1Agar ibu sehat 38
66,7
2Mencegah infeksi, meningkatkan kualitas ASI
1424,6
3 Tidak tahu5
8,7
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.9. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A bagi ibu nifas yaitu sebagian besar
responden menjawab agar ibu sehat 38 orang (66,7%) sedangkan sebagian kecil
responden menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 5 orang (8,7%) dan yang lainnya
mencegah infeksi, meningkatkan kualitas ASI sebanyak 14 orang (24,4%).
4.3.6. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kapsul Vitamin A Bagi Bayi
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Manfaat Kapsul Vitamin A Terhadap Bayi Yang Berusia 0-6 Bulan
52
No Manfaat Kapsul Vitamin A Untuk Bayi
Jumlah %
1Meningkatkanpertumbuhan bayi,daya tahan tubuh bayi dan perkembangan bayi
21
36,8
2Agar bayi gemuk, kuat, sehat 26
45,6
3 Agar bayi dapat segera kenyang10
17,6
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.10. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A terhadap bayi 0-6 bulan yaitu
sebagian besar responden menjawab agar bayi gemuk, kuat, sehat sebanyak 26 orang
(45,6%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab agar bayi dapat segera
kenyang yaitu sebanyak 10 orang (17,6%) dan yang lainnya menjawab meningkatkan
pertumbuhan bayi, daya tahan tubuh bayi dan perkembangan bayi sebanyak 21 orang
(36,8%).
4.3.7. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat 2 Buah Kapsul Vitamin A
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Manfaat Pemberian 2 Buah Kapsul Vitamin A Untuk Ibu Nifas
No Manfaat 2 Buah Kapsul Vitamin ABagi Ibu Nifas
Jumlah %
1Meningkatkan kandungan vitamin Adidalam ASI selama 6 bulan pertama
18
31,6
2Meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI
2950,9
3 Meningkatkan kandungan vitamin Adidalam ASI selama 12 bulan pertama
10
17,5
53
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.11. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang manfaat mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu sebagian besar responden
menjawab meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI sebanyak 29 orang
(50,9%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab meningkatkan kandungan
vitamin A dalam ASI selama 12 bulan pertama yaitu sebanyak 10 orang (17,5%) dan
yang lainnya menjawab meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI selama 6
bulan pertama sebanyak 18 orang (31,6%).
4.3.8. Pengetahuan Responden Tentang Sumber Vitamin A Bayi 0-6 Bulan
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Sumber Kebutuhan Vitamin A Bayi 0-6 Bulan
No Sumber Vitamin ABayi 0-6 Bulan
Jumlah %
1Susu formula 19
33,3
2Air Susu Ibu(ASI) 22
38,6
3 Makanan ibu16
28,1
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.12. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang sumber kebutuhan vitamin Abayi 0-6 bulan yaitu sebagian besar responden
menjawab Air Susu Ibu (ASI) sebanyak 22 orang (38,6%) sedangkan sebagian kecil
responden menjawab dari makanan ibu yaitu sebanyak 16 orang (28,1%) dan yang
lainnya menjawab susu formula sebanyak 19 orang (33,3%).
54
4.3.9. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Ibu Nifas Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Pertama
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Waktu Ibu Nifas Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Pertama
No Waktu Ibu Nifas Konsumsi Kapsul Vitamin APertama
Jumlah %
1Segera setelah melahirkan 16
28,1
2Kunjungan bidan atau petugas kesehatan pertama
3459,6
3 Minggu ke tiga setelah melahirkan
7
12,3
Total 57 100,0Berdasarkan tabel 4.13. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A pertama sekali yaitu
sebagian besar responden menjawab kunjungan bidan atau petugas kesehatan pertama
sebanyak 34 orang (59,6%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab minggu
ke tiga setelah melahirkan yaitu sebanyak 7 orang (12,3%) dan yang lainnya
menjawab segera setelah melahirkan sebanyak 16 orang (28,1%).
4.3.10. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Konsumsi Kapsul Vitamin A Yang Kedua
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Waktu Ibu Nifas Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Yang Kedua
No Waktu Ibu Nifas Konsumsi Kapsul Vitamin AKedua
Jumlah %
124 jam setelah konsumsi kapsul vitamin A pertama
1730
2Hingga 4 minggu pertama setelah melahirkan
2136,7
3 Tidak tahu19
33,3
55
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.14. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A yang kedua yaitu
sebagian besar responden menjawab hingga 4 minggu pertama setelah melahirkan
sebanyak 21 orang (36,7%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab 24 jam
setelah konsumsi kapsul vitamin A pertama yaitu sebanyak 17 orang (30%) dan yang
lainnya menjawab tidak tahu sebanyak 19 orang (33,3%).
4.3.11. Kategori Tingkat Pengetahuan
Tabel 4.15. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Tentang Konsumsi Kapsul
Vitamin A
No Kategori Pengertahuan Jumlah %
1Baik
0 0
2Sedang
52 91,2
3 kurang 5 8,8
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.15. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
kategori pengetahuan sedang yaitu sebanyak 52 orang (91,2%), sedangkan selebihnya
berada pada kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (8,8%)
4.4. Sikap Responden
Dalam sikap terdapat kalimat pernyataan dengan pilihan jawaban SS untuk
menggantikan kata Sangat Setuju menggantikan kata, S untuk menggantikan kata
56
Setuju, TS untuk menggantikan kata Tidak Setuju dan kata STS untuk menggantikan
kata kata Sangat Tidak Setuju .
4.4.1. Sikap Responden Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
Tabel 4.16. Distribusi Sikap Responden Terhadap Beberapa Pernyataan Tentang Ibu Nifas
NO Pernyataan Sikap Responden
SS % S % TS % STS %
1 Menurut ibu, setiap ibu yang hamil harus diberikan kapsul vitamin A
9 16 24 42 12 21 12 21
2 Menurut ibu, ibu yang sedang hamil memiliki kebutuhan vitamin A lebih tinggi dari ibu yang sedang nifas
7 12 26 46 18 32 6 10
3 Setiap bidan harus membawa kapsul vitamin Aketika menolong persalinan
12 21 20 35 25 44 0 0
4 Menurut ibu, apabila melahirkan di rumah maka seorang ibu nifas tidak perlu mendapatkan kapsul vitamin A
5 8,7 14 24,6 27 47,4 11 19,3
5 Agar dapat mengetahui manfaat kapsul vitamin A, maka ibu nifas harus mendapat informasi kapsul vitamin A.
14 24,6 32 56,1 11 19,3 0 0
6 Agar dapat mengetahui banyak hal tentang kapsul vitamin A maka maka ibu akan sering bertanya dengan petugas kesehatan
9 16,4 36 65,5 10 18,1 0 0
7 Menurut ibu, bayi ibu akan mendapat kebutuhan vitamin A dari susu formula dan makanan ibu
17 29,8 27 47,4 7 12,3 6 10,5
8 Menurut ibu, karena kebutuhan yang tinggi akan vitamin Amaka ibu nifas harus mengkonsumsi 3 kapsul vitamin A
15 26,3 23 40,4 15 26,3 4 7
9 Menurut ibu, kapsul vitamin A hanya untuk meningkatkan kesehatan si ibu saja
2 3,5 20 35,1 27 47,4 8 14
10 Ibu nifas harus mengkonsumsi kapsul vitamin A 24 jam setelah melahirkan
0 0 29 50,9 24 42,1 4 7
11 Ibu nifas harus mengkonsumsi kapsul vitamin A yang kedua setelah
5 8,8 22 38,6 29 50,8 1 1,8
57
24 jam mengkonsumsi kapsul vitamin A yang pertama
12 Konsumsi kapsul vitamin Adapat meningkatkan kandungan vitamin A didalam ASI
19 33,3 19 33,3 16 28,1 3 5,3
13 Menurut ibu, konsumsi kapsul vitamin A 2 buah tidak dapat memenuhi kebutuhan vitamin Abayi selama 6 bulan
6 10,5
23 40,4 21 36,8 7 12,3
14 Bayi hanya mendapat vitamin Adari Air Susu Ibu (ASI)
9 15,8 19 33,3 24 42,1 5 8,8
15 Ibu nifas sebaiknya harus meminta kapsul vitamin A jika bidan belum memberikan pada saat kunjungan nifas
3 5,2 16 28,1 27 47,4 11 19,3
Berdasarkan tabel 4.16. di atas diketahui bahwa terdapat 57 orang responden
yang telah diberikan pertanyaan berupa sikap mereka dalam mengkonsumsi kapsul
vitamin A yang dinilai dari sikap SS untuk Sangat Setuju, S untuk Setuju, TS untuk
tidak setuju dan STS untuk menyatakan sangat tidak setuju. Sebanyak 24 (42%)
orang responden merasa setuju bahwa setiap ibu hamil harus diberikan kapsul vitamin
A sedangkan ada sebanyak 12 orang (21%) yang merasa sangat tidak setuju dan 12
orang (21%) lagi merasa tidak setuju. Untuk pernyataan ibu yang sedang hamil
memiliki kebutuhan vitamin A lebih tinggi dari ibu yang sedang nifas terdapat
sebanyak 26 ibu nifas ( 46%) setuju dengan pernyataan tersebut sedangkan 18 ibu
nifas (32%) merasa tidak setuju, untuk pernyataan setiap bidan harus membawa
kapsul vitamin A ketika menolong persalinan sebanyak 25 orang ibu nifas (44%)
tidak setuju sedangkan 20 orang ibu nifas (35%) menyatakan setuju.
Untuk pernyataan apabila melahirkan di rumah maka seorang ibu nifas tidak
perlu mendapatkan kapsul vitamin A diperoleh sebanyak 27 orang ibu nifas (47,4%)
58
merasa tidak setuju dengan pernyataan dan sebanyak 11 orang lainnya juga yang
merasa sangat tidak setuju, untuk pernyataan agar dapat mengetahui manfaat kapsul
vitamin A, maka ibu nifas harus mendapat informasi kapsul vitamin A sebanyak 32
orang ibu nifas (56,1%) merasa setuju yang di dukung oleh 14 orang ibu nifas lainnya
(24,6%) merasa sangat setuju. Agar dapat mengetahui banyak hal tentang kapsul
vitamin A maka maka ibu akan sering bertanya dengan petugas kesehatan, sebanyak
36 orang (65,5%) ibu nifas merasa setuju dengan pernyataan tersebut dan 9 orang
(16,4%) ibu nifas merasa sangat setuju setuju dengan pernyataan tersebut.
Sebanyak 27 orang (47,4%) ibu nifas merasa setuju dan 17 orang (29,8%) ibu
nifas lainnya sangat setuju bahwa bayi ibu akan mendapat kebutuhan vitamin Adari
susu formula dan makanan ibu. Pernyataan karena kebutuhan yang tinggi akan
vitamin A maka ibu nifas harus mengkonsumsi 3 kapsul vitamin A maka sebanyak 23
orang (40,4%) merasa setuju dan 15 orang (26,3%) ibu nifas lainnya merasa sangat
setuju. Pernyataan bahwa kapsul vitamin A hanya untuk meningkatkan kesehatan si
ibu saja, sebanyak 27 orang (47,4%) ibu nifas merasa tidak setuju dan 8 orang (14%)
ibu nifas lainnya merasa sangat tidak. Ibu nifas harus mengkonsumsi kapsul vitamin
A 24 jam setelah melahirkan , sebanyak 29 orang ( 50,9%) ibu nifas merasa setuju
sedangkan sebanyak 24 orang (42,1%) ibu nifas merasa tidak setuju. Ibu nifas harus
mengkonsumsi kapsul vitamin A yang kedua setelah 24 jam mengkonsumsi kapsul
vitamin A yang pertama ,sebanyak 29 orang (50,8%) ibu nifas merasa tidak setuju
dan 1 orang (1,8%) ibu nifas merasa sangat tidak setuju.
Sebanyak 19 orang (33,3%) ibu nifas merasa sangat setuju dan 19 orang
(33,3%) ibu nifas lainnya merasa setuju bahwa konsumsi kapsul vitamin A dapat
59
meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI. 23 orang (40,4%) ibu nifas
menyatakan setuju konsumsi kapsul vitamin A sebanyak 2 buah tidak dapat
memenuhi kebutuhan vitamin A bayi selama 6 bulan sedangkan 21 orang (36,8%) ibu
nifas menyatakan tidak setuju. Sebanyak 24 orang (42,1%) ibu nifas menyatakan
tidak setuju dengan pernyataan bayi hanya mendapat vitamin A dari Air Susu Ibu
(ASI) sedangkan 19 orang (33,3%) ibu nifas menyatakan setuju. Sebanyak 27 orang
(47,4%) ibu nifas menyatakan tidak setuju dan 11 orang (19,3%) ibu nifas
menyatakan sangat tidak setuju bahwa ibu nifas sebaiknya harus meminta kapsul
vitamin A jika bidan belum memberikan pada saat kunjungan nifas.
4.4.2. Kategori Tingkat Sikap
Tabel 4.17. Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Konsumsi Kapsul Vitamin A
No Kategori Sikap Jumlah %
1Baik
0 0
2Sedang
57 100,0
3 Kurang 0 0
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.17. diketahui bahwa seluruh responden atau sebanyak 57
orang (100% ) responden memiliki sikap dengan kategori sedang.
4.5 Enabling
60
4.5.1. Faktor Enabling Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
Tabel 4.18. Distribusi Ketersediaan Kapsul Vitamin A( Enabling) No Enabling (Ketersediaan Kapsul Vitamin A) YA % Tidak %
1 Apakah bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan
27 47,4 30 52,6
2 Apakah bidan membawa kapsul vitamin A ketika malakukan kunjungan ke rumah setelah melahirkan
40 70,2 17 29,8
Berdasarkan tabel 4.18. diata dapat dikeahui bahwa sebanyak 27 responden
(47,4%) mengatakan bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong
melahirkan sedangkan 30 responden (52,46%) mengatakan tidak untuk pernyataan
bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan. Sebanyak 40
responden (70,2%) mengatakan iya untuk pernyataan bidan membawa kapsul vitamin
A ketika malakukan kunjungan ke rumah setelah melahirkan sedangkan 17 responden
(29,8%) mengatakan tidak.
Tabel 4.19. Distribusi Akses Pelayanan Kesehatan Untuk Mendapatkan Kapsul Vitamin A( Enabling)
No Enabling (Akses Pelayanan Kesehatan) YA % Tidak
1 Apakah ibu merasa puskesmas/praktek petugas kesehatan(bidan, dokter) terlalu jauh dari rumah
43 75,4 14 24,6
2 Apakah tersedia angkutan umum ke puskesmas/praktek petugas kesehatan (bidan, dokter)
21 36,8 36 63,2
3 Apakah ibu merasa kesulitan dalam mendapatkan angkutan umum ke puskesmas praktek petugas kesehatan(bidan, dokter)
33 57,9 24 42,1
61
Berdasarkan tabel 4.19. dapat diketahui bahwa sebanyak 43
responden(75,4%) mengatakan ya untuk pernyataan bahwa puskesmas/praktek
petugas kesehatan (bidan, dokter) terlalu jauh dari rumah, sebanyak 36 responden
(63,2%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa tersedia angkutan umum ke
puskesmas/praktek petugas kesehatan (bidan,dokter), sebanyak 33 responden (57,9%)
mengatakan ya untuk pernyataan bahwa ibu merasa kesulitan dalam mendapatkan
angkutan umum ke puskesmas praktek petugas kesehatan(bidan, dokter).
4.6.Reinforsing 4.6.1.Faktor Reinforsing Petugas Kesehatan Pada Ibu Nifas
Tabel 4.20. Distribusi Petugas Kesehatan Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
No Reinforsing (Petugas kesehatan) YA % Tidak %
1 Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan/memberikan penyuluhan mengenai kapsul vitamin A
26 45,6 31 54,4
2 Apakah petugas kesehatan memberikan anjuran kepada ibu agar mengkonsumsi kapsul vitamin A
33 57,9 24 42,1
3 Apakah petugas kesehatan memberikan konseling/penyuluhan setelah bertemu ibu
15 26,3 42 73,7
Dari Tabel 4.20. dapat diketahui bahwa sebanyak 31 responden (54,4%)
mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa petugas kesehatan pernah
menjelaskan/memberikan penyuluhan mengenai kapsul vitamin A, sebanyak 33
responden (57,9%) mengatakan ya untuk pernyataan bahwa petugas kesehatan
memberikan anjuran kepada ibu agar mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 42
responden (73,7%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa petugas kesehatan
memberikan konseling/penyuluhan setelah bertemu ibu .
62
4.6.2. Faktor Reinforsing Keluarga Ibu Nifas Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
Tabel 4.21 Distribusi Keluarga Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
No Reinforsing (Keluarga) YA % Tidak %
1 Apakah keluarga ibu memberikan penjelasan mengkonsumsi kapsul vitamin A
11 19,3 46 80,7
2 Apakah keluarga ibu sering mendampingi ibu dalam melakukan pengobatan setelah melahirkan di rumah
52 91,2 5 8,8
Dari Tabel 4.21. dapat diketahui bahwa sebanyak 46 responden(80,7%)
mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa keluarga ibu memberikan penjelasan
mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 52 responden (91,2%) mengatakan ya
untuk pernyataan bahwa keluarga ibu sering mendampingi ibu dalam melakukan
pengobatan setelah melahirkan di rumah .
4.6.3. Faktor Reinforsing Teman Ibu Nifas Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
Tabel 4.22. Distribusi Teman Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
No Reinforsing (Teman) YA % Tidak %1 Apakah teman ibu memberikan informasi tentang
mengkonsumsi kapsul vitamin A 9 15,8 48 84,2
2 Apakah teman ibu pernah menyarankan ibu agar mengkonsumsi kapsul vitamin A
4 7 53 93
3 Apakah teman ibu sering mendampingi ibu dalam berkunjung ke ke puskesmas/praktek dokter/bidan
5 8,8 52 91,2
Dari Tabel 4.22. dapat diketahui bahwa sebanyak 48 responden (84,2%)
mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa teman ibu memberikan informasi tentang
mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 53 responden (93%) mengatakan tidak
untuk pernyataan bahwa teman ibu pernah menyarankan ibu agar mengkonsumsi
63
kapsul vitamin A, sebanyak 52 responden (91,2%) mengatakan tidak untuk
pernyataan bahwa teman ibu sering mendampingi ibu dalam berkunjung ke ke
puskesmas/praktik dokter/bidan.
4.7. Tindakan Responden4.7.1. Tindakan Responden Bertanya Tentang Pemberian Kapsul Vitamin A Kepada Bidan Ketika Kunjungan Ke Rumah
Tabel 4.23. Distribusi Tindakan Responden Bertanya Pemberian Kapsul Vitamin A Kepada Bidan Ketika Kunjungan Ke Rumah
No Bertanya Tentang Kapsul Vitamin AKetika Kunjungan Ke Rumah
Jumlah %
1Ya
17 29,8
2Tidak
40 70,2
Jumlah 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.23. di atas diketahui mengenai tindakan ibu nifas dalam
bertanya tentang kapsul vitamin A ketika bidan melakukan kunjungan ke rumah
bahwa sebagian besar responden menjawab tidak bertanya tentang kapsul vitamin A
ketika bidan melakukan kunjungan ke rumah yaitu sebanyak 40 orang (70,2%)
sedangkan sebagian kecil responden menjawab ya bertanya tentang kapsul vitamin A
ketika bidan melakukan kunjungan ke rumah yaitu sebanyak 17 orang (29,8%) .
4.7.2. Tindakan Responden Dalam Meminta Kapsul Vitamin A
Tabel 4.24.Distribusi Tindakan Responden Dalam Meminta Kapsul Vitamin A
No Ibu Nifas Meminta Kapsul Vitamin A
Jumlah %
1Ya
13 22,8
2Tidak
44 77,2
64
Jumlah 57 100,0Berdasarkan tabel 4.24. di atas diketahui mengenai tindakan ibu nifas dalam
meminta kapsul vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab tidak meminta
kapsul vitamin A yaitu sebanyak 44 orang (77,2%) sedangkan sebagian kecil
responden menjawab ya meminta kapsul vitamin A yaitu sebanyak 13 orang (22,8%).
4.7.3. Tindakan Responden Dalam Mengkonsumsi 2 Kapsul Vitamin A
Tabel 4.25.Distribusi Responden Dalam Mengkonsumsi 2 Kapsul Vitamin A
No Mengkonsumsi 2 Kapsul Vitamin A Jumlah %
1Ya
45 78,9
2Tidak
12 21,1
Jumlah 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.25. di atas diketahui mengenai tindakan ibu nifas dalam
mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab ya
mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu sebanyak 45 orang (78,9%) sedangkan
sebagian kecil responden menjawab tidak mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu
sebanyak 12 orang (21,1%) .
65
4.7.4. Waktu Responden Mendapatkan Kapsul Vitamin A Yang Pertama
Tabel 4.26. Distribusi Waktu Responden Mendapatkan Kapsul Vitamin AYang Pertama
No Waktu Pertama Mendapat Kapsul Vitamin A
Jumlah %
1Setelah bidan melakukan kunjungan ke rumah 36 63,2
2Segera setelah melahirkan
21 36,8
Jumlah 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.26. di atas diketahui mengenai waktu responden
mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama dan sebagian besar responden
menjawab mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama setelah bidan melakukan
kunjungan ke rumah yaitu sebanyak 36 orang (63,2%) sedangkan sebagian kecil
responden menjawab mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama segera setelah
melahirkan yaitu sebanyak 21 orang (36,8%)
4.7.6.Kategori Tingkat Tindakan Responden
Tabel 4.27. Distribusi Kategori Tindakan Responden Tentang Konsumsi kapsul Vitamin A
No Kategori Tindakan Jumlah %
1Baik
19 33,3
2Sedang
38 66,7
Jumlah 57 100,0
66
Berdasarkan tabel 4.27. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
kategori tindakan sedang yaitu sebanyak 38 orang (66,7%) dan kategori tindakan baik
yaitu sebanyak 19 orang (33,3%).
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
5.1.1. Umur Ibu Nifas
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1. dapat
diperoleh bahwa umur ibu nifas berkisar antara 18-40 tahun dan didapatkan bahwa
sebagian besar umur responden berusia 20-35 tahun sebanyak 33 orang (57,9%)
sedangkan sebagian kecil umur responden yaitu berusia 18-20 tahun sebanyak 10
orang (2,3%).
Hal ini sesuai dengan standar WHO bahwa pembagian umur pada suatu
penelitian dapat berdasarkan tingkat kedewasaan yaitu antar usia 15 tahun sampai 49
tahun, dimana berada pada tahap dewasa, dengan kata lain batas antara dewasa muda
dengan dewasa tua yaitu sekitar 32 tahun (Fauzi A, 2011). Semakin tua umur
seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi
pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat
seperti ketika berumur belasan tahun.
67
Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Verner dan Davison di dalam
Notoatmodjo (2003) bahwa dengan bertambah usia maka akan mengurangi
kemampuan untuk melihat, mendengar yang akan mempengaruhi dirinya dalam
mendapatkan pengetahuan. Hasil penelitian tesis Umar (2006) juga sejalan dengan
pernyataan diatas bahwa didapatkan rata-rata ibu yang memiliki umur 29,9 tahun
yang mengkonsumsi kapsul vitamin A, namun hal berbeda didapatkan pada hasil
penelitian tesis Moecherdiyantiningsih (1997) yang dilakukan kepada 180 ibu nifas
bahwa ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul vitamin A rata-rata ibu yang memiliki
umur 25,9 tahun.
Sedangkan menurut hasil penelitian Stoltzfus (1992) di dalam tesis Umar
(2006) menunjukkan bahwa terdapata hubungan antara umur ibu menyusui dengan
konsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi, ibu yang berumur tua lebih banyak
mengkonsumsi vitamin A dosis tinggi dibandingkan ibu yang berumur muda, tetapi
hal berbeda dikemukakan oleh Rice (1998) di dalam tesis Umar (2006) bahwa
penelitian di Bangladesh tidak terdapat hubungan umur responden dengan konsumsi
vitamin A, ibu menyusui yang berumur 20-29 tahun lebih banyak mengkonsumsi
kapsul vitamin A dosis tinggi dibandingkan dengan ibu menyusui yang berumur < 20
tahun dan > 30 tahun.
Umur dapat mempengaruhi ibu dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A, hal
ini dikarenakan umur dapat mempengaruhi wawasan, cara berfikir dan daya ingat
seseorang. Seorang ibu yang memiliki usia <20 tahun memiliki kecenderungan tidak
mengkonsumsi kapsul vitamin A dikarenakan mereka masih belum siap menjadi ibu
yang dikarenakan masih ada pemikiran yang belum dewasa sehingga mereka
68
cenderung tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Sejalan dengan penelitian
ini bahwa distribusi umur responden berada pada usia 20-35 tahun.
5.1.2.Paritas
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.2. dapat
diperoleh bahwa sebagian besar ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul vitamin A
melahirkan anak pertama sebanyak 26 orang (45,5%), sebanyak 17 orang (29,8%) ibu
nifas memiliki paritas anak kedua mengkonsumsi kapsul vitamin A, sedangkan
sebagian kecil melahirkan anak ketiga atau lebih dari tiga sebanyak 14 orang (24,6%)
mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Menurut tim ahli WHO (1984) dalam Notoadmodjo (2003) yang menyatakan
pengetahuan diperoleh dari pengalaman. Pengetahuan dapat diperoleh dari
pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain, seorang ibu yang
pernah mengalami persalinan sudah tentu akan memiliki pandangan dan pemikiran
tersendiri yang berdasarkan pengalamannya itu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Stoltzfus (1992) didalam tesis Umar (2006) didapatkan bahwa ibu menyusui dengan
paritas 2-4 lebih banyak mengkonsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi dibandingkan
ibu menyusui dengan paritas kurang dari 2 anak.
Hasil yang berbeda didapatkan didalam penelitian Riset Kesehatan Dasar
tahun 2010, bahwa ibu nifas dengan paritas anak pertama sebanyak 54,8%
mengkonsumsi kapsul vitamin A. Untuk ibu nifas yang memiliki paritas anak ke 2-3
sebanyak 52,7% yang mengkonsumsi kapsul vitamin A, ibu nifas dengan paritas anak
ke 2-3 tidak mengetahui apakah sudah mengkonsumsi kapsul vitamin A, sedangkan
untuk paritas anak ke 4-5 didapatkan data 46,6 % ibu nifas mengkonsumsi kapsul
69
vitamin A. Dengan demikian dapat dikatakan semakin banyak paritas ibu maka akan
semakin kecil kemungkinan ibu untuk mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Paritas dapat mempengaruhi pengetahuan dan keinginan ibu nifas dalam
mengikuti saran dari petugas kesehatan, semakin banyak paritas ibu maka akan
menimbulkan perasaan si ibu memiliki pengetehuan dan pengalaman yang lebih
banyak sehingga menimbulkan kecenderungan ibu untuk tidak mengikuti anjuran
petugas kesehatan dikarenakan ibu merasa sudah pernah mengalami hal tersebut
sebelumnya sehingga akan menimbulkan perasaan lebih mengetahui.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa perubahan
perilaku untuk orang dewasa pada umumnya lebih sulit jika dibandingkan dengan
perubahan perilaku anak- anak, hal ini dikarenakan orang dewasa sudah memiliki
pengetahuan dan sikap tertentu yang sudah mereka yakini secara bertahun-tahun yang
berasal dari pengalaman. Hal ini juga termasuk mengenai seorang ibu yang telah
melakukan persalinan sebelumnya tentunya memiliki pendapat dan sikap tertentu
tentang konsumsi kapsul vitamin A yang telah didapatkan yang dapat mengakibatkan
ibu telah memiliki pengetahuan, sikap dan persepsi dan keyakinan tentang konsumsi
kapsul vitamin A.
Menurut hasil penelitian yang ditemukan bahwa bahwa distribusi paritas yang
paling banyak yang menjadi responden adalah yang memiliki paritas anak pertama
sebanyak 26 orang atau 45,6 %, hal ini dapat disebabkan ibu yang memiliki paritas
dua dan tiga atau lebih telah memiliki pengalaman sebelumnya sehingga pengalaman
ini telah membuat pengetahuan yang baru kepada ibu yang memiliki paritas anak dua,
tiga atau lebih dari tiga .
70
5.1.3.Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3. dapat diketahui bahwa sebagian
besar tidak bekerja yaitu sebanyak 26 orang (45,6%) sedangkan sebagian kecil
bekerja sebagai berkebun yaitu sebanyak 8 orang (14%), menurut penelitian Umar
(2006) bahwa presentase terbesar pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga atau ibu
yang tidak bekerja sebesar 75% sedangkan ibu yang bekerja sebagai PNS/Swsta
sebesar 12,8%, sebagai wiraswasta sebesar 11,5% yang mengkonsumsi kapsul
vitamin A.
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 bahwa 52 % ibu yang tidak
bekerja mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 40,4% ibu yang tidak bekerja
tidak mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang lebih banyak untuk bisa
mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan yang salah satunya adalah
tentang kapsul vitamin Asehingga ibu yang tidak bekerja yang cenderung
mengkonsumsi kapsul vitamin Asedangkan ibu yang memiliki pekerjaan di luar
rumah cenderung tidak peduli dengan hal-hal tersebut .
5.1.3. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4. dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden memiliki pendidikan terakhir tammat SMP yaitu sebanyak 13 orang
(22,9%) sedangkan sebagian kecil responden memiliki pendidikan terakhir tidak
tammat sekolah dasar yaitu sebanyak 5 orang (8,8%).
Menurut Liliweri (2007) didalam Fauzi (2011) bahwa cakupan pengetahuan
atas wawasan seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi
71
pendidikan seseorang maka semakin mudah menangkap informasi. Hal ini sejalan
menurut pendapat Wied (1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan juga
menentukan mudah atau tidak seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang
mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik
pula pengetahuannya. Oleh karena itu, keterbatasan pendidikan ibu akan berpengaruh
pada kemudahan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplementasikan
dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa manusia yang
memiliki sumber daya manusia yang lebih baik, dalam arti tingkat pendidikan yang
lebih tinggi maka akan semakin memiliki wawasan yang semakin baik pula. Hasil
penelitian lainnya yang sesuai dengan pendapat diatas adalah dari hasil penelitian
Khairunnisa (2011) bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang, sehingga dapat membuat seseorang untuk lebih
mudah menerima ide-ide dan teknologi baru. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan Stoltzfus (1992) didalam tesis Umar (2006) bahwa ibu menyusui
yang berpendidikan > 6 tahun lebih banyak mengkonsumsi kapsul vitamin A dosis
tinggi dibandingkan dengan ibu menyusui yang berpendidikan < 6 tahun. Hasil yang
tidak jauh berbeda juga didapatkan didalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 bahwa
sebanyak 40 % ibu yang tidak tammat SD mengkonsumsi kapsul vitamin A,
sebanyak 47,2% ibu yang tammat SD mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak
54,1 % ibu yang tammat SLTP mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 58,6% ibu
yang tammat SLTA mengkonsumsi kapsul vitamin A.
72
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang biasanya mempunyai taraf
pengetahuan dan keterampilan yang semakin baik serta akan lebih mengerti tentang
sesuatu hal, yang cenderung akan mempengaruhi tindakannya dalam mengkonsumsi
kapsul vitamin A, tetapi untuk pendidikan terakhir responden di Puskesmas
Hutagodang paling banyak memang ibu yang tammat SMP sehingga juga akan
mempengaruhi pengetahuan dan tindakan mereka dalam mengkonsumsi kapsul
vitamin A.
5.2. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Kapsul Vitamin A
5.2.1. Pengetahuan Tentang Gejala Awal Kurang Vitamin A
Berdasarkan pernyataan responden tentang gejala awal kurang vitamin A
dapat dilihat dari hasil penelitian pada tabel 4.5 bahwa sebagian besar responden
menjawab rabun senja/rabun ayam sebanyak 27 orang (47,4%) sedangkan sebagian
kecil responden menjawab pusing yaitu sebanyak 5 orang (8,7%) dan yang lainnya
menjawab sakit mata sebanyak 25 orang (43,9%) sebagai gejala awal kurang vitamin
A.
Menurut pendapat Almatsier (2003), kurang vitamin A merupakan suatu
kondisi dimana simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang. Salah satu gejala awal
kurang vitamin A adalah buta senja (niktaolopia), yaitu ketidakmampuan
menyesuaikan penglihatan dari cahaya terang ke cahaya samar-samar/senja seperti
memasuki kamar gelap dari kamar terang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Solihin
(1990) bahwa buta senja sebagai gangguan regenerasi rhodopsin merupakan gejala
dan sering timbul sebelum terdapatnya gejala mata lainnya. Buta senja merupakan
gejala awal kekurangan vitamin A, seseorang yang telah mengetahui gejala awal
73
kurang vitamin A maka akan mempengaruhi perilakunya terhadap kurang vitamin A
baik itu perilaku dalam bentuk sikap maupun perilaku dalam bentuk tindakan.
Menurut Suchman didalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa
seorang individu memiliki pandangan mengenai gejala merasa sakit adalah kurang
enak badan atau sesuatu yang tidak biasa dialami yang selanjutnya pengetahuan
mengenai gejala tersebut akan membuat penafsiran-penafsiran yang berkaitan. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana sebagian besar
responden menyatakan gejala awal kurang vitamin A adalah rabun senja/rabun ayam
sebanyak 27 orang (47,4%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab pusing
yaitu sebanyak 5 orang (8,7%) dan yang lainnya menjawab sakit mata sebanyak 25
orang (43,9%). Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang
kurang baik tentang gejala kurang vitamin A
Menurut Muzaham (1995) bahwa kesimpulan yang diperoleh seseorang pada
tahap pengenalan gejala penyakit berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini
dikarenakan setiap orang memiliki pengetahuan yang berbeda tentang gejala penyakit
tergantung pengetahuan responden tentang penyakit tersebut. Hal ini dikarenakan
menurut pendapat mechanics dalam Notoatmodjo (2003) bahwa seseorang akan
menganggap suatu penyakit apabila sakit itu dapat dilihat, dikenali atau dirasakan
menonjol dari gejala dan tanda menyimpang. Padahal tidak menutup kemungkinan
seseorang yang telah mengalami suatu gejala penyakit tetapi gejala tersebut tidak
tampak secara langsung tetapi membutuhkan waktu hingga penyakit tersebut menjadi
semakin parah .
74
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebahagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang baik tentang gejala awal kurang vitamin A yang dapat
dilihat dari masih banyaknya responden yang menyatakan bahwa sakit mata sebagai
gejala awal kurang vitamin A yaitu sebanyak 25 responden (43,9%), kurangnya
pengetahuan tentang gejala awal kurang vitamin A merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya kurang vitamin A yang dapat berimbas kepada buta warna dan
kebutaan. Hal ini dikarenakan tidak adanya tanda-tanda yang khusus mengenai gejala
awal seseorang menderita kurang vitamin A dan juga masih susahnya dilakukan
diagnose serum darah di laboratorium sebagai indikasi kurang vitamin A.
5.2.2. Pengetahuan Tentang Akibat Kurang Vitamin A
Berdasarkan pernyataan responden tentang penyakit akibat kurang vitamin A
dapat dilihat dari hasil penelitian pada tabel 4.6 bahwa sebagian besar responden
menjawab rabun senja sebanyak 22 orang (38,6%) sedangkan sebagian kecil
responden menjawab kebutaan/xeropthalmia yaitu sebanyak 15 orang (26,3%) dan
yang lainnya menjawab buta warna sebanyak 20 orang (35,1%) sebagai penyakit
akibat kurang vitamin A.
Menurut Depkes (2003) bahwa xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan
gangguan kekurangan vitamin A pada mata. Xerofthalmia terjadi akibat tubuh
kekurangan vitamin A dalam jangka waktu yang lama. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Soedietama (1985) bahwa kelainan mata pada kurang vitamin A disebut
xeropthalmia yang terdiri dari kekeringan epitel bijik mata dan kornea.
Menurut teori HBM didalam Muzaham (1995) bahwa setiap orang tidak akan
melakukan pencegahan penyakit dan pertolongan medis bila mereka tidak memiliki
75
pengetahuan dan motivasi yang relevan dengan kesehatan, bila mereka tidak
memandang keadaan tidak berbahaya. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Lewin
didalam Notoatmodjo (2003) bahwa agar seseorang bertindak berobat mengobati atau
mencegah penyakitnya maka ia harus merasakan ia rentan (susceptible) terhadap
penyakit tersebut. Oleh karena itu, sebelum individu mendapatkan suatu penyakit
maka seharusnya sudah mendapatkan informasi mengenai bahaya yang akan
dihadapinya kedepannya sehingga akan membuat dirinya lebih waspada untuk
melakukan tindakan pencegahan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden kurang
memiliki pengetahuan tentang penyakit akibat kurang vitamin A yang terbukti
sebanyak 22 orang (38,6%) menjawab rabun senja sebagai penyakit akibat kurang
vitamin A. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit akibat kurang vitamin A
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit akibat kurang vitamin A
yang dapat berimbas kepada sering terdapat anak yang menderita xeropthalmia
bahkan berujung kepada kematian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Huseini
dalam Solihin (1990) bahwa sebanyak 1.250.000 anak menderita xeropthalmia non
kornea dan diperkirakan 15 juta anak di Indonesia tidak cukup mengkonsumsi
vitamin A setiap hari dikarenakan pengetahuan yang kurang.
5.2.3. Pengetahuan Responden Tentang Banyak Kapsul Vitamin A Yang Di
Konsumsi Ibu Selama Masa Nifas
Berdasarkan pernyataan responden tentang banyak kapsul vitamin A yang
dikonsumsi ibu nifas dapat dilihat dari hasil penelitian pada tabel 4.7. bahwa
diperoleh data sebanyak 27 orang (47,4%) menjawab satu buah kapsul vitamin A
76
yang di konsumsi ibu selama masa nifas, sebanyak 10 orang (21,3%) menjawab dua
buah kapsul kapsul vitamin A yang di konsumsi ibu selama masa nifas, sebanyak 10
orang (21,3%) mengatakan tidak tahu kapsul vitamin A yang di konsumsi ibu selama
masa nifas.
Salah satu pelayanan nifas yang diberikan kepada ibu nifas antara lain adalah
pemberian kapsul Vitamin A 200.000 SI sebanyak dua kali. Pada bulan Desember
2002, The International Vitamin A Consultative Group (IVACG) mengeluarkan
rekomendasi bahwa seluruh ibu nifas seharusnya menerima 400.000 SI atau dua
kapsul dosis tinggi @ 200.000 SI. Sebagai tambahan atau sebagai alternatif, ibu nifas
dapat mengkonsumsi vitamin A dosis 10.000 SI setiap harinya atau 25.000 SI sekali
seminggu selama 6 bulan pertama, untuk meningkatkan status vitamin A dalam
tubuhnya. (HKI, 2005). Hal ini sesuai dengan pernyataan Umar (2006) didalam
penelitiannya bahwa ibu nifas harus mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A, hal ini
karena kapsul vitamin A pertama akan diberikan segera setelah melahirkan dan satu
kapsul tambahan akan diberikan dengan selang waktu minimal 24 jam setelah
pemberian kapsu vitamin A yang pertama.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang jumlah kapsul vitamin A yang harus dikonsumsi
ibu selama masa nifas yang terbukti sebanyak 27 orang (47,4%) menjawab ibu nifas
mengkonsumsi satu kapsul vitamin A selama masa nifas. Kurangnya pengetahuan
tentang banyaknya kapsul vitamin A yang dikonsumsi ibu nifas selama nifas
dikarenakan akses untuk mendapatkan informasi masih sangat kurang yang
dikarenakan interaksi yang kurang antara petugas kesehatan dan ibu nifas, hal ini
77
dikarenakan jarak yang jauh antara rumah petugas kesehatan juga puskesmas dengan
rumah warga.
5.2.4. Pengetahuan Responden Tentang Jenis Warna Kapsul Vitamin A Yang
Diberikan Kepada Ibu Nifas
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8. di atas diketahui mengenai
pengetahuan responden tentang jenis warna kapsul vitamin A yang di konsumsi
kapsul vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab kapsul bewarna merah
sebanyak 42 orang (42,1%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab biru yaitu
sebanyak 10 orang (17,5%) dan yang lainnya menjawab Hitam sebanyak 23 orang
(40,4%).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/ SK/
IX/ 2008 bahwa pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas
sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan sampai 3 hari; pada minggu ke II, dan
pada minggu ke VI termasuk pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali. Salah satu
pelayanan nifas yang dimaksudkan adalah pemberian buah kapsul vitamin A bewarna
merah. Hal ini sesuai dengan penyataan Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2009) yaitu
pemberian suplementasi vitamin A kepada kelompok sasaran yaitu bayi, anak balita
dan ibu nifas. Kapsul vitamin A dosis 100.000 IU (warna biru) untuk bayi, kapsul
vitamin A dosis 200.000 IU (warna merah) untuk anak balita dan ibu nifas.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang jenis warna kapsul vitamin A yang harus
dikonsumsi ibu selama masa nifas, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
responden yang memberikan jawaban kapsul bewarna biru sebanyak 10 orang
78
(17,5%) dan hitam sebanyak 23 orang (40,4%) sebagai jenis warna kapsul vitamin A
yang harus dikonsumsi ibu nifas. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pengetahuan ibu
nifas yang masih belum baik tentang kandungan setiap warna kapsul vitamin A yang
juga akan mempengaruhi manfaat dan fungsinya.
5.2.5. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kapsul Vitamin A Bagi Ibu
Nifas
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9. dapat diketahui bahwa
pengetahuan responden tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A bagi ibu
nifas yaitu sebagian besar responden menjawab agar ibu sehat 38 orang (66,7%)
sedangkan sebagian kecil responden menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 5 orang
(8,7%) dan yang lainnya mencegah infeksi, meningkatkan kualitas ASI sebanyak 14
orang (24,4%).
Menurut Departemen Kesehatan pada tahun 2005 bahwa vitamin A
bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan ibu dan bayinya,
karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi
seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Vitamin A juga
bermanfaat untuk kesehatan mata dan membantu proses pertumbuhan. Oleh karena
itu vitamin A sangat penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup. Pemberian
suplementasi vitamin A setelah melahirkan (nifas) telah menaikkan konsentrasi serum
retinol ibu, menurunkan penyakit rabun senja, serta menurunkan mortalitas yang
berhubungan dengan kehamilan hingga 40 % (Depkes RI, 2002).
79
Berbagai studi yang dilakukan mengenai ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul
vitamin A memperlihatkan hasil yang berbeda-beda dan sesuai dengan hasil
penelitian Basu (2003) didalam tesis penelitian Umar (2006) menyatakan bahwa
pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas dapat menurunkan insiden dan durasi
penyakit infeksi pada ibu dan bayi (Umar, 2006). Pemberian 2 kapsul vitamin A
diharapkan cukup menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6
bulan, kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan dan mencegah infeksi pada ibu
nifas (Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A, 2009).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A bagi ibu
nifas yaitu sebagian besar responden menjawab agar ibu sehat 38 orang (66,7%). Ibu
nifas tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai manfaat yang dapat
diberikan ketika mengkonsumsi kapsul vitamin A. Hal ini dapat disebabkan
kurangnya informasi yang didapatkan ibu nifas tentang manfaat kapsul vitamin A.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Naibaho (2011) bahwa dari sembilan
orang ibu nifas hanya ada satu orang ibu nifas yang dapat menjelaskan tentang
manfaat pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas dan hal di daera tersebut masih
banyak yang tidak mendapatkan kapsul vitamin A dikarenakan bidan yang tidak
memberikan kapsul vitamin A.
5.2.6. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kapsul Vitamin A Bagi Bayi
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.10. bahwa diperoleh data menjawab
agar bayi gemuk, kuat, sehat sebagai manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A
terhasebanyak 26 orang (45,6%)dap bayi 0-6 bulan, sebanyak 10 orang (17,6%)
80
menjawab agar bayi gemuk, kuat, sehat sebagai manfaat mengkonsumsi kapsul
vitamin A terhadap bayi 0-6 bulan, sebanyak 21 orang (36,8%) menjawab
meningkatkan pertumbuhan bayi, daya tahan tubuh bayi dan perkembangan bayi.
Berbagai studi yang dilakukan mengenai ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul
vitamin A memperlihatkan hasil yang berbeda-beda, tetapi sebuah studi yang
dilakukan pada bayi usia enam bulan yang ibunya telah mendapatkan kapsul vitamin
A setelah melahirkan, menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah kasus demam
pada anak-anak tersebut dan waktu kesembuhan yang lebih cepat saat mereka terkena
ISPA.
Hal ini sesuai dengan penelitian Maryuni (2010) bahwa bayi yang
mendapatkan vitamin A memiliki resiko terkena penyakit yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan vitamin A yang cukup. Sesuai
dengan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmat (1995) didalam tesis
Ningsih (1997) bahwa resiko infeksi saluran pernafasan pada ibu dan gastroenteritis
akut pada bayi lebih rendah pada kelompok yang mendapat suplementasi vitamin A
dan juga risiko untuk menderita KVA pada bayi yang mempunyai ibu yang berstatus
vitamin A rendah hampir 3 kali dibandingkan bayi yang ibunya berstatus vitamin A
normal (Ningsih, 1997).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Basu (2003) didalam tesis penelitian
Umar (2006) menyatakan bahwa pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
dapat menurunkan insiden dan durasi penyakit infeksi pada ibu dan bayi sedangkan
menurut Nelson (2005) didalam tesis Umar (2006) bahwa pemberian vitamin A dosis
tinggi dapat menurunkan lebih 50% kasus campak, menurunkan angka kesakitan dan
81
kematian yang disebabkan oleh diare juga menurunkan kasus infeksi saluran
pernapasan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A bagi bayi
0-6 bulan yaitu sebagian besar responden menjawab agar meningkatkan kandungan
vitamin A didalam ASI sebanyak 29 orang (50,9%). Ibu nifas tidak memiliki
pengetahuan yang cukup baik mengenai manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A
bagi bayinya. Hal ini dapat disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan ibu
nifas tentang manfaat kapsul vitamin A bagi bayi 0-6 bulan. Kurangnya informasi
dari petugas kesehatan juga akan mempengaruhi pengetahuan ibu nifas tentang
manfaat kapsul vitamin A pada bayi 0-6 bulan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tesis Mintarsiah (1996) bahwa ibu yang
mendapatkan pembinaan yang baik dari petugas kesehatan mempunyai kemungkinan
untuk memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang manfaat kapsul vitamin A dosis
tinggi 2,56 kali dibandingkan ibu yang kurang mendapat pembinaan dari petugas
kesehatan.
5.2.7. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Manfaat 2 Buah Kapsul Vitamin A
Untuk Ibu Nifas .
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.11. di atas dapat diketahui bahwa
pengetahuan responden tentang manfaat mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu
sebagian besar responden menjawab meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI
sebanyak 29 orang (50,9%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab
meningkatkan kandungan vitamin A didalam ASI selama 12 bulan pertama yaitu
82
sebanyak 10 orang (17,5%) dan yang lainnya menjawab meningkatkan kandungan
vitamin A didalam ASI selama 6 bulan pertama sebanyak 18 orang (31,6%).
Hal ini sesuai dengan peryataan dari Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2009)
bahwa pemberian 2 kapsul vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan
vitamin A dalam ASI hingga bayi berusia 6 bulan, kesehatan ibu akan cepat pulih
setelah melahirkan dan juga dapat mencegah infeksi pada ibu nifas.
Hal ini didukung oleh teori Health Beliefe Model (HBM) didalam Edberg
(2009) bahwa perilaku perilaku mencari kesehatan dan perilaku sehat dianggap
dimotivasi oleh 4 faktor dan salah satu faktornya adalah persepsi tentang manfaat dari
tindakan yang dilakukan. Perilaku seorang individu daam mencari kesehatan dapat
didorong oleh persepsi tentang manfaat suatu tindakan ini yang akan membuat
individu tersebut akan melakukan tindakan yang dianggapnya dapat bermanfaat bagi
dirinya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang manfaat mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A
bagi ibu nifas, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden menjawab
meningkatkan kandungan vitamin A didalam ASI sebanyak 29 orang (50,9%).
Berdasarkan jawaban dari responden maka kita dapat melihat bahwa responden
belum memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai mafaat mengkonsumsi 2
buah kapsul vitamin A bagi ibu nifas, sehingga akan dapat mempengaruhi
tindakannya untuk mengkonsumsi kapsul vitamin A sesuai dengan teori Health
Beliefe Model (HBM) didalam Edberg (2009) bahwa perilaku perilaku mencari
83
kesehatan dan perilaku sehat dianggap dimotivasi oleh 4 faktor dan salah satu
faktornya adalah persepsi tentang manfaat dari tindakan yang dilakukan.
5.2.8 . Pengetahuan Responden Tentang Sumber Vitamin A Bayi 0-6 Bulan
Berdasarkan hasi penelitian pada tabel 4.12. dapat diketahui bahwa
pengetahuan responden tentang sumber kebutuhan vitamin A bayi 0-6 bulan yaitu
sebagian besar responden menjawab Air Susu Ibu (ASI) sebanyak 22 orang (38,6%)
sedangkan sebagian kecil responden menjawab dari makanan ibu yaitu sebanyak 16
orang (28,1%) dan yang lainnya menjawab susu formula sebanyak 19 orang (33,3%).
Menurut pendapat Almatsier (2003), kebutuhan vitamin A dibedakan atas
kelompok umur dan jenis kelamin. Angka kecukupan vitamin A untuk bayi dengan
usia 0-5 bulan sebesar 375 RE. Bayi akan mendapatkan segala kebutuhannya dari Air
Susu Ibu (ASI). Pendapat ini juga dibenarkan oleh Ningsih (2000) didalam
penelitiannya bahwa kolostrum ASI yang bewarna kekuning-kuningan dan bening
yang keluar selama beberapa hari pertama kelahiran dan ASI masa transisi
merupakan sumber kaya vitamin A, rendahnya kandungan vitamin A dalam ASI akan
menyebabkan rendahnya status vitamin A bayi. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
yang dikutip Ningsih (2000) dari Underwood (1994) bahwa kandungan rata-rata
vitamin A dalam kolostrum dan ASI masa transisi leih dari 3,5 umol/l, konsentrasi
vitamin A transisi yakni ASI yang keluar dari awal melahirkan hingga hari kesepuluh
kelahiran dan akan semakin menurun lebih dari 50% pada minggu ke 4-8 minggu
setelah melahirkan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang sumber kebutuhan vitamin A bayi 0-6 bulan yang
84
dapat dilihat dari jawaban responden yaitu sebanyak 16 orang (28,1%) memberikan
jawaban makanan ibu sebagai sumber kebutuhan vitamin A bayi 0-6 bulan dan
sebanyak 19 orang (33,3%) memberikan jawaban susu formula sebagai sumber
kebutuhan vitamin A bayi 0-6 bulan. Hal ini dapat disebabkan masih kurangnya
informasi yang didapatkan oleh responden tentang sumber vitamin A bagi bayi yang
menyebabkan menimbulkan kesalahan dalam pemahaman dari responden.
5.2.9. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Ibu Nifas Mengkonsumsi Kapsul
Vitamin A Pertama Sekali
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.13. dapat diketahui bahwa
pengetahuan responden tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin
A pertama sekali yaitu sebagian besar responden menjawab kunjungan bidan atau
petugas kesehatan pertama sebanyak 34 orang (59,6%) sedangkan sebagian kecil
responden menjawab minggu ke tiga setelah melahirkan yaitu sebanyak 7 orang
(12,3%) dan yang lainnya menjawab segera setelah melahirkan sebanyak 16 orang
(28,1%).
Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2009) bahwa ibu nifas akan
diberikan 1 (satu) kapsul vitamin A diminum segera setelah saat persalinan dan jika
sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapat vitamin A, maka kapsul
vitamin A dapat diberikan pada kunjungan ibu nifas atau pada KN 1 (6-48 jam) atau
saat pemberian imunisasi hepatitis B (HB0). Hal ini dikarenakan pemberian 1 kapsul
Vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI
selama 60 hari pertama sejak kelahiran. Hal yang berbeda diutarakan oleh Direktorat
85
Bina Gizi Masyarakat (2005) bahwa kapsul vitamin A diberikan paling lambat 30
hari setelah melahirkan.
Menurut Roger (1994) didalam Notoatmodjo (2003) bahwa sebelum
seseorang mengadopsi suatu perilaku baru maka didalam diri orang tersebut akan
terjadi proses kesadaran yakni menyadari dan mengetahui stimulus objek terlebih
dahulu yang selanjutnya akan membuat individu tersebut akan mengalami interest,
yakni mulai tertarik kepada stimulus. Apabila perilaku mengalami proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif maka akan membuat perilaku
tersebut akan bertahan lebih lama dan sebaliknya jika perilaku tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang baik tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul
vitamin A pertama sekali yaitu sebagian besar responden menjawab kunjungan bidan
atau petugas kesehatan pertama sebanyak 34 orang (59,6%). Hal ini dikarenakan
pemerintah menganjurkan ibu nifas seharusnya mengkonsumsi kapsul vitamin A
segera setelah melahirkan yang akan dapat membuat manfaat kapsul vitamin A lebih
dapat dirasakan.
5.2.10. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Konsumsi Kapsul Vitamin A
Yang Kedua
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.14. dapat diketahui bahwa
pengetahuan responden tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin
A yang kedua yaitu sebagian besar responden menjawab hingga 4 minggu pertama
setelah melahirkan sebanyak 21 orang (36,7%) sedangkan sebagian kecil responden
86
menjawab 24 jam setelah konsumsi kapsul vitamin A pertama yaitu sebanyak 17
orang (30%) dan yang lainnya menjawab tidak tahu sebanyak 19 orang (33,3%).
Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2009) bahwa ibu nifas akan
mendapatkan 1 (satu) kapsul Vitamin A kedua diminum 24 jam sesudah pemberian
kapsul pertama. Hal ini dikarenakan Pemberian 2 kapsul Vitamin A merah
diharapkan cukup menambah kandungan Vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6
bulan, kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan, mencegah infeksi pada ibu nifas.
Hal berbeda terdapat menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2005), kapsul
vitamin A diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan.
Pengetahuan seseorang kesehatan sesuatu akan dapat mempengaruhi
tindaannya dalam melakukan pemeliharaan kesehatan. Hal ini juga sejalan dengan
teori HBM didalam Edberg (2009) bahwa perilaku dalam kesehatan dapat dimotivasi
oleh beberapa faktor dan salah satu faktornya adalah persepsi keparahan tentang
akibat jika individu tersebut tidak melakukan tindakan tersebut. Persepsi keparahan
jika tidak mengkonsumsi kapsul vitamin A sesuai yang dianjurkan oleh pemerintah
akan dapat memberikan konsekuensi masalah kesehatan yang akan dialami responden
yaitu mata rabun dan lebih jauh dapat menyebabkan kebutaan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang baik tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul
vitamin A pertama sekali yaitu sebagian besar responden menjawab hingga 4 minggu
pertama setelah melahirkan sebanyak 21 orang (36,7%). Hal ini dikarenakan
pemerintah menganjurkan ibu nifas seharusnya mengkonsumsi kapsul vitamin A
87
segera setelah mengkonsumsi kapsul vitamin A yang kedua sehingga dapat membuat
manfaat kapsul vitamin A lebih dapat dirasakan.
5.2.11. Kategori Tingkatan Pengetahuan
Berdasarkan tabel 4.15. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
kategori tingkatan pengetahuan sedang yaitu sebanyak 52 orang (91,2%), sedangkan
selebihnya berada pada kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (8,8%)
Hasil penelitian menununjukkan bahwa sebanyak 52 orang (91,2%) memiliki
kategori tingkatan pengetahuan sedang, sedangkan selebihnya berada pada kategori
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (8,8%) tentang konsumsi kapsul vitamin
A. Banyaknya responden yang berpengetahuan sedang dan kurang disebabkan karena
tingkat pendidikan yang masih rendah dan kurang optimalnya informasi yang didapat
melalui penyuluhan kesehatan, akses pelayanan kesehatan baik puskesmas/ posyandu
cenderung susah untuk dijangkau sehingga masyarakat tidak datang ke tempat
pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang sulit menjangkau pemukiman
masyarakat sehingga penyuluhan dan informasi mengenai kesehatan cenderung
sangat minim.
Menurut Brunner (1975) bahwa pengetahuan yang baik diperoleh dari proses
pembelajaran yang baik, dengan demikian penyebab tingginya angka responden yang
memiliki pengetahuan kurang baik salah satunya yaitu kurangnya informasi yang bisa
diterima responden saat mendapatkan informasi kesehatan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo (2000) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu seperti
mengikuti pendidikan kesehatan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
88
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sesuai dengan hasil penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan seorang individu erat
kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan
tersebut ia memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan. Kurangnya
pengetahuan tentang kapsul vitamin Aakan mengakibatkan rendahnya tindakan si ibu
dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sugiharti (2007) bahwa ditemukan
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A dosis tinggi yang kurang yaitu
sebanyak 20,3%, sebanyak 37,3% memiliki pengetahuan yang cukup dan sebanyak
42,4% memiliki pengetahuan yang baik yang akan berhubungan dengan tindakan ibu
nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A. Hal ini juga sejalan dengan hasil
penelitian Purwati (2003) dimana didapatkan sebanyak 86,6% ibu nifas yang
mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang kapsul vitamin Ayang akan
berhubungan dengan tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Menurut pendapat Mantra (1989) didalam tesis Mintarsiah (1996)
mengemukakan bahwa kemungkinan seseorang akan berbuat sesuatu tergantung pada
hasil perpaduan dari keinginan bahwa kegiatan yang dilakukan akan bisa mencapai
tujuan yang diinginkan, pentingnya tujuan tersebut menurut yang bersangkutan dan
sarana maupun usaha yang diperlukan itu. Sedangkan menurut pendapat Kelman
didalam tesis Mintarsiah (1996) bahwa perubahan melalui cara menyadari manfaat
akan lestari karena pada cara perubahan ini akan menjadi bagian dari hidupnya.
89
Perubahan inilah yang diharapkan akan dicapai dalam pendidikan kesehatan atau
penyuluhan kesehatan
Salah satu strategi penting dalam upaya meningkatkan konsumsi vitamin A
adalah dengan meningkatkan pengetahuan ibu tentang akibat dan manfaat yang akan
didapatkan jika mengkonsumsi kapsul vitamin A sehingga akan menimbulkan
kesadaran dari dalam diri yang nantinya dapat meningkatkan tindakan ibu nifas dalam
mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya,
karena dengan pengetahuan tersebut ia memiliki alasan dan landasan untuk
menentukan suatu pilihan. Kurangnya pengetahuan tentang kapsul vitamin A
mengakibatkan ibu nifas tidak mengkonsumsi kapsul vitamin A. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Sugiharti (2007) bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan ibu dengan tingkat konsumsi vitamin A dosis tinggi.
Peneliti memiliki asumsi rendahnya pengetahuan responden dikarenakan juga
akses informasi mengenai kapsul vitamin A yang masih sangat kurang, petugas
kesehatan yang tidak memberikan informasi dan peyuluhan tentang konsumsi vitamin
A dan ditambah dengan latar belakang pendidikan responden yang mayoritas berada
di tingkat pendidikan tamat SMP mempengaruhi tingkatan pengetahuan responden
dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A.
5.3. Sikap Ibu Nifas Tentang Konsumsi Kapsul Vitamin A
5.3.1. Sikap Ibu Nifas Tentang Setiap Bidan Harus Membawa Kapsul Vitamin
A Ketika Menolong Persalinan
90
Menurut hasil penelitian pada tabel 4.16 didapatkan sebanyak 25 orang ibu
nifas (44%) menyatakan sikap tidak setuju dengan pernyataan setiap bidan harus
membawa kapsul vitamin A ketika menolong persalinan.
Menurut Prawihardjo (2011), bidan menjadi seorang tenaga professional yang
bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan
asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Setiap bidan memiliki tugas untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, ibu selama persalinan dan ibu
nifas.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/
IX/ 2008 bahwa pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas
sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan sampai 3 hari; pada minggu ke II, dan
pada minggu ke VI termasuk pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali. Hal ini
sejalan menurut Kementrian Kesehatan (2010) bahwa perawatan kesehatan dasar
anak dengan pemberian 2 buah kapsul vitamin A yang diminum selama masa nifas.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kapsul vitamin A termasuk didalam
pelayanan nifas.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 25 orang ibu nifas (44%) menyatakan
sikap tidak setuju dan sebanyak 20 orang ibu nifas (35%) menyatakan setuju dengan
pernyataan setiap bidan harus membawa kapsul vitamin A ketika menolong
persalinan. Hal ini sejalan dengan hasil peneliltian Naibaho (2011) bahwa hanya ada
dua bidan yang sebagai penolong persalinan yang memberikan kapsul vitamin A
91
sedangkan 6 orang bidan lainnya tidak memberikan kapsul vitamin A ketika
menolong persalinan.
5.3.2. Sikap Ibu Nifas Tentang Sumber Kebutuhan Vitamin A Bayi
Hasil penelitian pada tabel 4.16. didapatkan sebanyak 27 orang (47,4%) ibu
nifas merasa setuju dan 17 orang (29,8%) ibu nifas lainnya sangat setuju dengan
pernyataan bayi akan mendapat kebutuhan vitamin A dari susu formula dan makanan
ibu.
Kolostrum ASI yang bewarna kekuning-kuningan dan bening yang keluar
selama beberapa hari pertama kelahiran dan ASI masa transisi merupakan sumber
kaya vitamin A. Hal ini sesuai dengan pendapat Underwood (1994) dalam Ningsih
(1997) bahwa kandungan rata-rata vitamin A didalam kolostrum dan ASI selama
masa transisi lebih dari 3,5 umol/l, konsentrasi vitamin A transisi yakni ASI yang
keluar sekitar hari ketia hingga hari kesepuluh kelahiran, menurun lebih dari 50%
pada minggu ke 4-8 minggu setelah melahirkan.
Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa sikap sesorang dapat berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta
tekanan dari kelompok sosialnya. Oleh karena itu, informasi yang didapatkan
seseorang tentang sesuatu hal akan dapat mempengaruhi sikapnya.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 27 orang (47,4%) ibu nifas merasa
setuju dan 17 orang (29,8%) ibu nifas lainnya sangat setuju dengan pernyataan bayi
akan mendapat kebutuhan vitamin A dari susu formula dan makanan ibu. Hal ini
sesuai dengan pendapat Yeyeh (2010) bahwa Air Susu Ibu (ASI ) mengandung 280
internasional unit (UI) vitamin A dan kolostrum mengandung sejumlah dua kali
92
sedangkan susu sapi mengandung hanya 18 UI yang memiliki banyak manfaat bagi
bayi.
5.3.3. Sikap Ibu Nifas Tentang Kebutuhan Vitamin A Bayi
Hasil penelitian didalam tabel 4.16 didapatkan sebanyak 23 orang (40,4%)
merasa setuju dan 15 orang (26,3%) ibu nifas lainnya merasa sangat setuju dengan
pernyataan kebutuhan yang tinggi akan vitamin Amaka ibu nifas harus
mengkonsumsi 3 kapsul vitamin A.
Menurut Depkes (2010) bahwa angka kecukupan vitamin A untuk bayi
dengan usia 0-5 bulan sebesar 375 RE dan angka kecukupan vitamin A untuk ibu
menyusui sebesar 350 RE, dimana kebutuhan vitamin A bayi bersumbernya dari
ibunya sehingga ibu harus mengkonsumsi vitamin A yang cukup besar dan itu akan
terpenuhi dengan pemberian 2 buah kapsul vitamin A bewarna merah (200.000 SI).
Hal ini sejalan menurut Kementrian Kesehatan (2010) bahwa perawatan kesehatan
dasar bayi salah satunya dengan memberikan ibu nifas 2 buah kapsul vitamin A
selama masa nifas. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan vitamin A bayi dan ibu
nifas dapat dipenuhi dengan hanya mengkonsumsi kapsul vitamin A sebanyak 2
buah.
Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa sikap seseorang dapat dibentuk oleh
kepercayaan akan sesuatu kehidupan sosial dan kecenderungan bertindak, maka
ketika responden mempercayai bahwa ibu nifas membutuhkan vitamin A dalam
jumlah yang besar maka responden langsung memiliki kecenderungan bertindak
bahwa ibu nifas harus mengkonsumsi 3 buah kapsul vitamin A.
93
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 23 orang (40,4%) merasa setuju dan
15 orang (26,3%) ibu nifas lainnya merasa sangat setuju dengan pernyataan
kebutuhan yang tinggi akan vitamin A maka ibu nifas harus mengkonsumsi 3 kapsul
vitamin A. Hal ini bertentangan dengan pernyataan The International Vitamin A
Consultative Group (IVACG) pada bulan Desember tahun 2002 mengeluarkan
rekomendasi bahwa ibu nifas mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A. Hal ini
dikarenakan jika mengkonsumsi kapsul vitamin A yang melebihi kebutuhan akan
dapat menyebabkan gangguan didalam tubuh dan penyakit.
5.3.4. Kategori Tingkatan Sikap
Berdasarkan tabel 4.17. diketahui bahwa seluruh responden atau sebanyak 57
orang (100% ) responden memiliki kategori tingkatan sedang.
Seluruh responden yang memiliki sikap sedang dapat disebabkan karena
tingkat pendidikan yang masih rendah dan kurang optimalnya informasi yang didapat
melalui penyuluhan kesehatan sehingga membuat responen bingung dalam
menentukan sikap. Hal ini sejalan dengan menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan
pengetahuan dan sikap mengenai kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku
sebagai hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan hal itu dikarenakan dari
pengetahuan dan sikap itulah akan tercipta upaya pencegahan kekambuhan yang
dilakukan orang tua terhadap anaknya. Menurut Kelman didalam tesis Mintarsiah
(1996) bahwa perubahan melalui cara menyadari manfaat akan lestari karena pada
cara perubahan ini akan menjadi bagian dari hidupnya sehingga dia akan dapat
menentukan pilihan dalam hidupnya.
94
Menurut Notoatmodjo (1993) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai
kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek
atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang,
benci, sedih, setuju). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat
kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, tidak setuju).
5.4. Kategori Enabling
5.4.1. Ketersediaan Kapsul Vitamin A Bidan Ketika Menolong Persalinan
Hasil penelitian pada tabel 4.18. menunjukkan bahwa sebanyak 27 responden
(47,4%) mengatakan bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong
melahirkan sedangkan 30 responden (52,46%) mengatakan tidak untuk pernyataan
bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang memiliki tanggung jawab dalam
melakukan pelayanan persalinan harus memberikan usaha yang optimal agar ibu
sehat dan anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang baik
kedepannya. Menurut Depkes (2009) salah satu pelayanan dasar yang harus diberikan
adalah dengan memberi 1 buah kapsul vitamin A bewarna merah (200.000 SI) segera
setelah persalinan. Hal ini perlu dilakukan mengingat manfaat kapsul vitamin A yang
dapat meningkatkan daya tahan tubuh ibu setelah persalinan, mempercepat pemulihan
95
kesehatan dan dapat meningkatkan kandungan ASI untuk bayi selama 60 hari
kedepan.
Ketersediaan kapsul vitamin A pada ibu nifas akan dapat menghambat
pemberian kapsul vitamin A, apalagi jika bidan tidak membawa dan tidak
memberikan kapsul vitamin A ketika menolong persalinan. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Purwati (2003) bahwa ada hubungan yang signifikan antara
ketersediaan kapsul vitamin A dosis tinggi dengan pemberian kapsul vitamin A dosis
tinggi pada ibu nifas, sebanyak 60% penolong persalinan tenaga kesehatan dan 78,6%
dukun bayi tidak mempunyai persediaan kapsul vitamin A dosis tinggi ketika
melakukan persalinan sehingga sebanyak 71,7% ibu nifas tidak mendapat kapsul
vitamin A dosis tinggi pada masa nifas(0-30 hari).
Menurut teori Green bahwa faktor pendukung yang berupa fasilitas kesehatan
dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dalam hal ini fasilitas yang dimaksud adalah
ketersediaan kapsul vitamin A. Ketersediaan kapsul vitamin A dosis tinggi pada
pelayanan kesehatan akan mempengaruhi distribusi. Terlambat dan kekurangan
kapsul vitamin A dosis tinggi akan mengurangi jumlah konsumsi vitamin A dosis
tinggi tersebut.
Menurut Mintarsiah (1996) bahwa cara penanggulangan kekurangan vitamin
A dengan memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi dianggap cukup berhasil, tetapi
dalam hal operasional pelaksanaan program masih banyak terdapat kelemahannya
yaitu dalam hal pendistribusian dan penyampaian kepada target dan sasaran ibu nifas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 27 responden (47,4%)
mengatakan bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan
96
sedangkan 30 responden (52,46%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa bidan
membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan. Hal ini menunjukkan
bahwa bidan masih belum memahami secara baik manfaat vitamin A bagi ibu yang
baru mengalami persalinan sehingga bidan tidak membawa kapsul vitamin A ketika
menolong persalinan. Hal ini sejalan dengan hasil peneliltian Naibaho (2011) bahwa
hanya ada dua bidan yang sebagai penolong persalinan yang memberikan kapsul
vitamin A sedangkan 6 orang bidan lainnya tidak memberikan kapsul vitamin A
ketika menolong persalinan.
Hasi penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyaknya bidan yang tidak
memiliki atau memberikan kapsul vitamin A ketika menolong persalinan
menunjukkan masih belum baiknya ketersediaan kapsul vitamin A pada bidan yang
nantinya akan dapat berpengaruh terhadap konsumsi kapsul vitamin A oleh ibu nifas.
5.4.2.Akses Responden Dengan Puskesmas/Praktek Petugas Kesehatan
Hasil penelitian pada tabel 4.19. menunjukkan bahwa sebanyak 43 responden
(75,4%) menyatakan ya untuk pernyataan bahwa puskesmas/praktek petugas
kesehatan(bidan,dokter) terlalu jauh dari rumah.
Menurut Green didalam Notoatmodjo (2003), faktor penyebab masalah
kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku, faktor pemungkin atau enabling
faktor merupakan salah satu faktor non perilaku yang dapat mendukung
permasalahan kesehatan yang dapat terwujud dalam lingkungan fisik yang
didalamnya termasuk akses sarana pelayanan kesehatan. Akses sarana pelayanan
vitamin A merupakan kemudahan untuk mendapatkan kapsul vitamin Adosis tinggi
dari tempat tinggal ibu nifas dengan pelayanan kapsul vitamin A dosis tinggi.
97
Menurut Notoatmodjo (2003) didalam tesis Umar (2006) alasan seseorang tidak
memanfaatkan fasilitas kesehatan adalah sangat jauh dari tempat tinggal orang
tersebut.
Menurut Notoatmodjo (2000) didalam Umar (2006) sarana kesehatan adalah
tempat yang digunakan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan, yang dapat
dibedakan berdasarkan sifatnya yaitu, sarana pemeliharaan kesehatan primer, sarana
pelayanan pemeliharaan kesehatan sekunder, sarana pemeliharaan kesehatan tersier.
Peneliti memiliki pendapat bahwa akses pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan kapsul vitamin A cenderung masih kurang hal ini dapat dilihat dari 43
responden(75,4%) bahwa puskesmas/praktek petugas kesehatan (bidan,dokter) terlalu
jauh dari rumah. sehingga dengan susahnya mendapatkan akses ke pelayanan
kesehatan akan membuat kemungkinan responden akan mendapakan informasi yang
lebih sedikit yang akan dapat mempengaruhi pengetahuannya tentang kapsul vitamin
A.
5.5.1. Faktor Reinforsing Petugas Kesehatan Ibu Nifas dalam Menjelaskan
Konsumsi Kapsul Vitamin A
Hasil penelitian pada Tabel 4.20. menunjukkan bahwa sebanyak 31 responden
(54,4%) menyatakan bahwa petugas kesehatan tidak pernah menjelaskan/memberikan
penyuluhan mengenai kapsul vitamin A.
Menurut Green didalam Notoatmodjo (2003), kesehatan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah adalah faktor-faktor yang
meliputi faktor yang berasal dari luar diri responden yaitu termasuk petugas
kesehatan yang dapat memengaruhi perilaku seseorang.
98
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tesis Mintarsiah (1996) bahwa ibu yang
mendapatkan pembinaan yang baik dari petugas kesehatan mempunyai kemungkinan
untuk berpartisi dalam mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi 2,56 kali
dibandingkan ibu yang kurang mendapat pembinaan dari petugas kesehatan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tesis Wijayanti (2004), didapatkan data
sebanyak 61% responden tidak pernah menerima penyuluhan dari petugas kesehatan
tentang masalah vitamin Aketika mereka melakukan pemeriksaan rutin ke
puskesmas, sementara 55% responden tidak pernah mendapatkan penyuluhan khusus
dari petugas puskesmas/posyandu tentang vitamin A. Petugas kesehatan berperan
dalam memberikan informasi kepada orang yang datang berobat dan keluarganya.
Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Linton (1936) dalam Mustafa (2008) yang
telah mengembangkan teori peran. Teori peran menggambarkan interaksi sosial
dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan
oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman
bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut peneliti bahwa seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya
sebagai petugas kesehatan, teman, orang tua (keluarga), wanita, dan lain sebagainya,
diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut sehingga
dapat mempermudah dalam menyampaikan informasi kepada responden tentang
konsumsi kapsul vitamin A sehingga dapat meningkatka pengetahuan ibu nifas dalam
mengkonsumsi kapsul vitamin A, selain itu masih banyaknya petugas kesehatan yang
kurang mengetahui tentang keharusan dalam pemberian kapsul vitamin A juga
99
menjadi suatu permasalahan tersendiri dalam melakukan pemeberian kapsul vitamin
A yang sesuai dengan anjuran dari pemerintah melalui departemen kesehatan .
Menurut hasil penelitian ini sebanyak 31 responden (54,4%) mengatakan
tidak untuk pernyataan bahwa petugas kesehatan pernah menjelaskan/memberikan
penyuluhan mengenai kapsul vitamin A. Hal ini akan dapat menggambarkan bahwa
sebahagian besar responden tidak mendapatkan informasi yang cukup dari petugas
tentang kapsul vitamin A. Oleh karena itu, responden banyak yang memiliki
pengetahuan yang berbeda-beda dan cenderung tidak benar mengenai kapsul vitamin
A.
5.5.2 Faktor Reinforsing Keluarga Ibu Nifas Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas
Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
Hasil penelitian pada tabel 4.21. menunjukkan bahwa sebanyak 46 responden
(80,7%) menyatakan bahwa keluarga ibu tidak memberikan penjelasan
mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Menurut Notosoedirjo (2002), keluarga merupakan lingkungan sosial yang
sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Didalam keluarga itu seseorang
dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-
nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya. Keluarga yang lengkap dan fungsional serta
mampu membentuk homeostatis akan dapat meningkatkan kesehatan para anggota
keluarganya, dan kemungkinan dapat meningkatkan ketahanan para anggota
keluarganya dari adanya permasalahan kesehatan yang didapatkan para setiap
anggotanya. Untuk ini memang tidak lepas dari kemampuan setiap anggota keluarga
100
dan khususnya orangtuanya menciptakan iklim yang dapat mengembangkan kondisi
homeostatis agar ibu nifas mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Menurut Green didalam Notoatmodjo (2003), kesehatan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah adalah faktor-faktor yang
meliputi faktor yang berasal dari luar diri responden yaitu termasuk keluarga. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian tesis Wijayanti (2004) bahwa upaya memasarkan
vitamin A juga dapat dilakukan melalui sarana informal yaitu pembicaraan mulut ke
mulut tentang konsumsi vitamin A yaitu sebanyak 23% responden dan 2% dilakukan
dengan saudara, perbincangan dengan tetangga kadang-kadang dilakukan oleh 22%
responden dan 5% responden melakukannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 46 responden (80,7%)
mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa keluarga ibu memberikan penjelasan
mengkonsumsi kapsul vitamin A. Peneliti berasumsi bahwa keluarga merupakan
orang terdekat penderita yang mengetahui kepribadian salah satu anggota
keluarganya. Jadi lebih mudah memahami dan mudah mendekatinya dalam
memberikan informasi jika dilakukan oleh keluarga. Keluarga juga memiliki
hubungan yang kuat antar anggota keluarganya baik dalam berkomunikasi masalah
yang terjadi yang menyebabkan responden tidak mengkonsumsi kapsul vitamin
Asehingga akan semakin efektif jika petugas kesehatan juga memberikan informasi
tentang kapsul vitamin Akepada keluarga sehingga keluarga juga dapat mengingatkan
dan memberikan informasi kepada ibu nifas.
5.5.3 Faktor Reinforsing Teman Ibu Nifas Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas
Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
101
Hasil penelitian pada tabel 4.22. menunjukkan bahwa sebanyak 48 responden
(84,2%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa teman ibu memberikan informasi
tentang mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Menurut Notoatmojo (2003), menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki
seseorang sangat bergantung pada informasi yang diterimanya. Bila informasi yang
diterimanya adalah informasi yang salah maka akan menyebabkan kekeliruan dalam
pengetahuan yang bisa menimbulkan terjadinya salah persepsi.
Sesuai dengan hasil penelitian tesis Wijayanti,WS (2004) bahwa upaya
memasarkan vitamin Ajuga dapat dilakukan melalui sarana informal yaitu
pembicaraan mulut ke mulut tentang konsumsi vitamin A, dan hal ini kadang-kadang
dilakukan 23% responden dan 2% dilakukan dengan saudara, perbincangan dengan
tetangga kadang-kadang dilakukan oleh 22% responden dan sebanyak 5% responden
secara sering melakukannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 48 responden (84,2%)
mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa teman ibu memberikan informasi tentang
mengkonsumsi kapsul vitamin A. Oleh karena itu, peneliti bahwa teman juga
memiliki peranan khusus dalam memberikan informasi kepada responden, sehingga
sudah selayaknya mereka juga mendapatkan informasi yang benar tentang kapsul
vitamin A, jika responden mendapatkan informasi yang salah tentang kapsul vitamin
A akan mempengaruhi sikap dan tindakannya dalam mengkonsumsi kapsul vitamin
A.
5.6.Tindakan.
5.6.1. Tindakan Ibu Nifas Dalam Meminta Kapsul Vitamin A
102
Hasil penelitian pada tabel 4.23. menunjukkan bahwa sebagian besar
responden menjawab tidak meminta kapsul vitamin A yaitu sebanyak 44 orang
(77,2%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab meminta kapsul vitamin A
yaitu sebanyak 13 orang (22,8%).
Menurut Depkes (2009), seorang ibu nifas seharusnya mendapatkan kapsul
vitamin A bewarna merah sesaat segera setelah persalinan, kapsul vitamin A dapat di
peroleh dari petugas kesehatan yaitu dokter, perawat, bidan dan petugas gizi, selain
petugas kesehatan kapsul vitamin A juga bisa diminta kepada kader dan dukun
beranak yang terlatih. Kapsul vitamin A juga harus diminta jika belum diberikan oleh
bidan dan petugas kesehatan lainnya, hal ini dikarenakan besarnya manfaat vitamin A
yang akan didapatkan jika ibu nifas mengkonsumsi kapsul vitamin A. Hal ini sejalan
dengan hasil peneliltian Purwati (2003) menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara ketersediaan kapsul vitamin A dengan pemberian kapsul vitamin A.
Hasil penelitian diatas menunjukkan tindakan yang tidak baik yang dilakukan
oleh ibu nifas, hal ini dikarenakan banyak ibu nifas yang tidak meminta kapsul
vitamin Ayang dapat membuat ibu nifas nantinya tidak akan mendapatkan kapsul
vitamin A. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Naibaho (2011) yang menyatakan
bahwa distribusi pemberian kapsul vitamin A tidak sesuai dengan jumlah sasaran
program kapsul vitamin A sehingga terdapat 6 orang ibu nifas dari 8 orang ibu nifas
yang melakukan persalinan kepada petugas kesehatan tidak mendapatkan kapsul
vitamin A.
Menurut hasil penelitian ini bahwa bahwa sebagian besar responden
menjawab tidak meminta kapsul vitamin A yaitu sebanyak 44 orang (77,2%). Hal ini
103
dapat terjadi karena responden tidak memiliki informasi yang cukup tentang vitamin
A sehingga mereka kurang merasa tertarik untuk bertanya tentang kapsul vitamin A.
Seharusnya petugas kesehatan memiliki fungsi dan tanggung jawab lebih dalam hal
ini untuk memberikan informasi terlebih dahulu tentang kapsul vitamin A.
5.6.2. Tindakan Ibu Nifas Responden Dalam Memperoleh 2 Kapsul Vitamin A
Hasil penelitian pada tabel 4.24. menunjukkan bahwa sebagian besar
responden menjawab tidak mendapat 2 buah kapsul vitamin A yaitu sebanyak 34
orang (59,6%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab mendapat 2 buah
kapsul vitamin Ayaitu sebanyak 23 orang (40,4%) .
Menurut Depkes (2009) melalui Direktori Bina Gizi Masyarakat menyatakan
bahwa seorang ibu nifas harus mendapatkan 2 buah kapsul vitamin A bewarna merah.
Hal ini sejalan dengan pernyataan dari The International Vitamin A Consultative
Group (IVACG) yang mengeluarkan rekomendasi bahwa seluruh ibu nifas
seharusnya menerima 400.000 SI atau dua kapsul dosis tinggi @ 200,000 SI.
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ibu nifas memiliki tindakan yang
kurang baik, hal ini dikarenakan banyak ibu nifas yang tidak mendapat 2 buah kapsul
vitamin A. Pemerintah memberikan kapsul vitamin A bewarna merah (200.000 SI)
sebagai upaya pencegahan kekurangan vitamin A yang akut hingga mengakibatkan
kebutaan.
Upaya pemberian 2 buah kapsul vitamin A merupakan salah satu cara agar
vitamin Ayang terdapat dalam kapsul tersebut cukup untuk membantu melindungi
anak-anak dari timbulnya beberapa penyakit yang pada gilirannya akan membantu
menyelamatkan penglihatan dan kehidupan mereka .
104
5.6.3. Tindakan Responden Dalam Mengkonsumsi 2 Kapsul Vitamin A
Berdasarkan tabel 4.25. di atas diketahui mengenai tindakan ibu nifas dalam
mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab
mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu sebanyak 45 orang (78,9%) sedangkan
sebagian kecil responden menjawab tidak mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu
sebanyak 12 orang (21,1%) .
Seorang ibu nifas harus mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A. Hal ini
sesuai dengan anjuran Departemen Kesehatan (2009) yang menyatakan bahwa setiap
ibu nifas diharuskan mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A bewarna merah untuk
meningkakan kandungan vitamin A dalam serum darah ibu nifas. Salah satu
pelayanan nifas yang diberikan kepada ibu nifas antara lain adalah pemberian kapsul
vitamin A 200.000 SI sebanyak dua kali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Umar
(2006) didalam penelitiannya bahwa ibu nifas harus mengkonsumsi 2 buah kapsul
vitamin A, dimana kapsul vitamin A pertama diberikan segera setelah melahirkan dan
satu kapsul tambahan diberikan dengan selang waktu minimal 24 jam.
Tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah
konkrit berupa perbuatan terahadap situasi dan rangsangan dari luar, sehingga dapat
dikelompokan kedalam tindakan adopsi yaitu mengadaptasikan tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut, dalam hal ini tindakan yang dimaksud
adalah tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A sesuai dengan
anjuran pmerintah yaitu konsumsi 2 buah kapsul vitamin A.
105
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ibu nifas memiliki tindakan baik,
hal ini dikarenakan banyak ibu nifas yang telah mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin
A. Hal ini menjadi suatu hal yang sangat baik karena dengan mengkonsumsi buah
kapsul vitamin Amaka membuat ibu nifas dan bayinya tidak akan terancam kurang
vitamin A. Hal ini dikarenakan menurut Depkes (2009) pemberian 2 kapsul vitamin
A merah diharapkan cukup menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi
berusia 6 bulan, kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan, mencegah infeksi pada
ibu nifas.
5.6.4. Tindakan Responden dalam menurut Waktu Pertama Mendapat Kapsul
Vitamin A
Berdasarkan penelitian pada table 4.26. maka dapat diketahui mengenai waktu
responden mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama yaitu sebagian besar
responden menjawab mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama setelah bidan
melakukan kunjungan ke rumah yaitu sebanyak 36 orang (63,2%) sedangkan
sebagian kecil responden menjawab mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama
segera setelah melahirkan yaitu sebanyak 21 orang (36,8%) .
Departemen Kesehatan (2009) mengungkapkan bahwa pemberian 1 kapsul
vitamin A merah (200.00SI) diberikan segera sesaat persalinan dan harus segera
dikonsumsi ibu nifas. Jika sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapat
vitamin A, maka kapsul vitamin Adapat diberikan pada kunjungan ibu nifas, pada KN
1 (6-48 jam) atau saat pemberian imunisasi hepatitis B (HB0), pada KN 2 (bayi
berumur 3-7 hari) atau pada KN 3 (bayi berumur 8 -28 hari).
106
Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa suatu sikap belum optimis terwujud
dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan. Oleh karena itu,
seharusnya ibu nifas melakukan tindakan yang baik dengan sudah mendapatkan
kapsul vitamin A pada kurun waktu yang ditentukan agar responden mendapatkan
manfaat yang maksimal. Hal ini termasuk kedalam tingkatan tindakan respon
terpimpin (guided response) yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat
dua.
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ibu nifas memiliki tindakan yang
kurang baik, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden menjawab
mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama setelah bidan melakukan kunjungan ke
rumah yaitu sebanyak 36 orang (63,2%). Hal ini dapat terjadi dikarenakan masih
banyak ibu nifas yang telah mendapatkan kapsul vitamin A tidak sesuai anjuran dari
pemerintah. Menurut Depkes(2009), hal ini akan menjadi suatu kerugian bagi ibu
nifas jika semakin lama mendapatkan kapsul vitamin A setelah persalinan karena
menurut Depkes (2009), pemberian 1 kapsul vitamin A merah cukup untuk
meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI selama 60 hari, kesehatan ibu cepat
pulih setelah melahirkan, mencegah infeksi pada ibu nifas.
5.6.5. Kategori Tingkatan Tindakan
Berdasarkan penelitian pada tabel 4.27. diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki kategori tindakan sedang yaitu sebanyak 38 orang (66,7%) dan
kategori tindakan baik yaitu sebanyak 19 orang (33,3%).
107
Hasil penelitian menunjukkan responden mayoritas memiliki tindakan yang
sedang dan hanya sebahagian kecil memiliki kategori tindakan baik, hal ini
dikarenakan responden belum sepenuhnya melakukan tindakan konsumsi kapsul
vitamin A secara baikdan benar. Masih banyak terdapatnya ibu nifas yang hanya
mengkonsumsi satu buah kapsul vitamin A dan waktu mengkonsumsi vitamin A yang
terlalu lama dari yang dianjurkan pemerintah. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A seperti
penggetahuan ibu yang rendah, akses pelayanan kesehatan, tempat pelayanan
kesehatan, tempat persalinan juga mempanguruhi cakupan pemberian kapsul vitamin
A pada ibu nifas. Hal ini diperkuat oleh penelitian Sugiharti (2005) bahwa terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan tingkat konsumsi vitamin A dosis
tinggi, hal berbeda terjadi dimana tidak terdapat hubungan antara sikap ibu nifas
dengan tingkat konsumsi vitamin A dosis tinggi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Bloom (1908) bahwa perilaku dalam bentuk
tindakan yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan suatu rangsangan
dari luar. Hal ini sesuai dengan teori Skinner yaitu dengan dukungan fasilitas serta
dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari
individu tersebut (perubahan perilaku). Hal ini diperkuat oleh teori Green bahwa
faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku yaitu
faktor predisposisi yaitu faktor yang terwujud dalam umur, paritas, pekerjaan,
pendidikan, pengetahuan dan sikap selanjutnya faktor pemungkin (enabling factors),
adalah faktor pendukung seperti akses pelayanan dan ketersediaan kapsul vitamin A
dan selanjutnya faktor pendorong (reinforcing factors) seperti petugas kesehatan,
108
keluarga dan teman yang dapat mempengaruhi tindakan ibu nifas dalam
mengkonsumsi kapsul vitamin A sebagai perubahan perilaku.