BAB IV...berbasis problem solving. 4. November 2017 Validasi Desain Mengetahui kelebihan dan...

38
76 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian dan pengembangan model pembelajaran multimedia interaktif android (MITRA) berbasis problem solving untuk pemecahan masalah matematika sekolah dasar (SD) telah dilaksanakan dengan menggunakan metode Research and Development (R&D) yang diadobsi dari Sukmadinata (2016: 164). Model pembelajaran MITRA berbasis problem solving ini mengadobsi model pengembangan 4D dari Endang Mulyatiningsih (2011: 179-183) yaitu: pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dalam pemecahan masalah matematika SD, mengetahui tingkat validitas produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut pendapat ahli, dan mengetahui tingkat efektifitas produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut pendapat peserta didik SD. Pada sub bab deskripsi hasil penelitian ini akan disajikan proses pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving. Rincian waktu dan kegiatan yang dilaksanakan penulis dalam mengembangkan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Rincian Waktu dan Kegiatan Pengembangan Media Pembelajaran No. Bulan Nama Kegiatan Hasil yang Diperoleh 1. September 2017 Potensi dan Masalah Mengetahui masalah dalam pembelajaran matematika kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga melalui studi pendahuluan (studi pustaka dan studi lapangan).

Transcript of BAB IV...berbasis problem solving. 4. November 2017 Validasi Desain Mengetahui kelebihan dan...

  • 76

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

    Penelitian dan pengembangan model pembelajaran multimedia

    interaktif android (MITRA) berbasis problem solving untuk pemecahan

    masalah matematika sekolah dasar (SD) telah dilaksanakan dengan

    menggunakan metode Research and Development (R&D) yang diadobsi

    dari Sukmadinata (2016: 164). Model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving ini mengadobsi model pengembangan 4D dari Endang

    Mulyatiningsih (2011: 179-183) yaitu: pendefinisian (define), perancangan

    (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate).

    Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran

    MITRA berbasis problem solving dalam pemecahan masalah matematika

    SD, mengetahui tingkat validitas produk pengembangan model

    pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut pendapat ahli, dan

    mengetahui tingkat efektifitas produk pengembangan model pembelajaran

    MITRA berbasis problem solving menurut pendapat peserta didik SD. Pada

    sub bab deskripsi hasil penelitian ini akan disajikan proses pengembangan

    model pembelajaran MITRA berbasis problem solving.

    Rincian waktu dan kegiatan yang dilaksanakan penulis dalam

    mengembangkan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving

    dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

    Tabel 4.1

    Rincian Waktu dan Kegiatan Pengembangan Media Pembelajaran

    No. Bulan Nama

    Kegiatan Hasil yang Diperoleh

    1. September 2017 Potensi dan

    Masalah

    Mengetahui masalah dalam

    pembelajaran matematika

    kelas 4 SD Negeri Tegalrejo

    01 Salatiga melalui studi

    pendahuluan (studi pustaka

    dan studi lapangan).

  • 77

    No. Bulan Nama

    Kegiatan Hasil yang Diperoleh

    2. September 2017 Pengumpulan

    Data

    Data-data materi ajar

    matematika yaitu pecahan.

    3. Oktober 2017 Desain

    Produk

    Menghasilkan perangkat

    pembelajaran berupa silabus

    dan RPP, sebagai dasar untuk

    membuat model

    pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving.

    4. November 2017 Validasi

    Desain

    Mengetahui kelebihan dan

    kekurangan model

    pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving oleh

    dosen pembimbing, ahli

    materi, dan ahli media.

    5. November 2017 Revisi Desain

    Produk

    Model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving

    yang sesuai dengan harapan

    setelah adanya perbaikan

    (revisi) berdasarkan penilaian

    dosen pembimbing, ahli

    materi, dan ahli media.

    6. November 2017 Simulasi Melakukan latihan awal

    sebelum uji coba terbatas

    untuk mencocokkan waktu

    serta kerja model

    pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving

    7. November 2017 Uji Coba

    Produk

    - Data peserta didik kelas 4

    SD Negeri Tegalrejo 01

    Salatiga

    - Mempraktikkan model

    pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving

    dalam pembelajaran

    - Dokumentasi uji coba

    terbatas

  • 78

    No. Bulan Nama

    Kegiatan Hasil yang Diperoleh

    8. November 2017 s/d

    selesai

    Penulisan

    Laporan

    Penelitian

    Pengembang

    an Model

    Pembelajaran

    MITRA

    Berbasis

    Problem

    Solving

    Menghasilkan laporan tugas

    akhir dengan judul

    “Pengembangan Model

    Pembelajaran MITRA

    Berbasis Problem Solving

    untuk Pemecahan Masalah

    Matematika SD”.

    Berikut adalah proses-proses yang dilakukan pada penelitian ini.

    Proses pertama, penulis melakukan studi pendahuluan yaitu dengan studi

    pustaka dan survei lapangan. Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan

    oleh penulis terhadap 6 guru di SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga yaitu

    bahwa guru: menguasai materi yang akan dibelajarkan kepada peserta didik,

    memotivasi peserta didik untuk fokus mengikuti pembelajaran matematika,

    memaksimalkan penggunaan buku teks dan menyertakan sumber-sumber

    lainnya terkait materi pembelajaran sebagai sumber informasi, memberikan

    tugas secara terstruktur kepada peserta didik di dalam maupun di luar kelas,

    memberi respon berupa penghargaan dan/atau sanksi kepada peserta didik,

    mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran, dan menggunakan media

    teknik informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana penyampaian

    informasi kepada peserta didik. Hasil studi pendahuluan tersebut, maka

    perlu ada langkah-langkah model pembelajaran MITRA berbasis problem

    solving.

    Proses kedua, penulis melakukan penyusunan draf produk awal

    sebagai bentuk tanggapan terhadap hasil studi pendahuluan. Penulis

    menentukan Kompetensi Dasar (KD), menyusun silabus pembelajaran

    matematika kelas 4 SD, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP) kelas 4 yang memuat pembelajaran MITRA berbasis problem solving

  • 79

    untuk pemecahan masalah matematika SD, dan membuat rancangan

    storyboard MITRA.

    Proses ketiga, penulis melaksanakan serangkaian pengembangan

    produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving. Produk

    model pembelajaran MITRA berbasis problem solving yang telah berhasil

    dikembangkan untuk kemudian divalidasi oleh ahli materi dan ahli media.

    Oleh keduanya, penulis melakukan revisi produk model pembelajaran

    MITRA berbasis problem solving. Revisi telah dilaksanakan sehingga

    tampak perbedaan yang lebih baik sesuai dengan masukan ahli materi

    maupun ahli media. Produk model pembelajaran MITRA berbasis problem

    solving sudah siap diuji coba terbatas kepada peserta didik SD Negeri

    Tegalrejo 01 Salatiga. Hasil dari uji coba terbatas tersebut ternyata masih

    terdapat revisi sehingga penulis melaksanakan revisi ulang. Hasil revisi

    kedua produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving

    akhirnya dapat diuji coba luas dengan peserta didik SD Negeri Tegalrejo 01

    Salatiga yang lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah peserta

    didik saat uji coba terbatas. Seusai uji coba terbatas, proses pengembangan

    produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving berarti

    dinyatakan telah selesai. Berikut ini adalah uraian dari hasil penelitian dan

    pengembangan produk model pembelajaran MITRA berbasis problem

    solving.

    4.1.1 Hasil Studi Pendahuluan Model Pembelajaran MITRA Berbasis

    Problem Solving

    Studi pendahuluan yang dilaksanakan menghasilkan

    kesenjangan antara kondisi ideal yang seharusnya dengan kenyataan

    yang terjadi di lapangan pada pembelajaran matematika di SD. Guru

    di SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga sudah memaksimalkan segala

    bentuk penyampaian informasi kepada peserta didik dalam

    pembelajaran matematika. Namun jika dilihat dari perspektif peserta

    didik, kegiatan pembelajaran kolaboratif berbasis TIK belum

    interaktif.

  • 80

    Berdasarkan hasil observasi dari 6 guru di SD Negeri Tegalrejo

    01 Salatiga diperoleh data sebagai berikut: 1) 83,33% guru menyusun

    rencana pembelajaran yang relevan secara tertulis sebelum

    pembelajaran matematika berlangsung, 2) 100% guru menguasai

    materi yang akan dibelajarkan kepada peserta didik, 3) 100% guru

    memotivasi peserta didik untuk fokus mengikuti pembelajaran

    matematika, 4) 100% guru memaksimalkan penggunaan buku teks

    dan menyertakan sumber-sumber lainnya terkait materi pembelajaran

    sebagai sumber informasi, 5) 100% guru memberikan tugas secara

    terstruktur kepada peserta didik di dalam maupun di luar kelas, 6)

    100% guru memberi respon berupa penghargaan dan/atau sanksi

    kepada peserta didik, 7) 66,67% guru mengoptimalkan penggunaan

    media pembelajaran, dan 8) 33,33% guru menggunakan media TIK

    sebagai sarana penyampaian informasi kepada peserta didik pada

    pembelajaran matematika.

    Berdasarkan hasil observasi terhadap peserta didik kelas 4 SD

    Negeri Tegalrejo 01 Salatiga diperoleh data sebagai berikut: 1) 100%

    peserta didik menyatakan bahwa telah menggunakan buku teks dan

    sumber-sumber lainnya yang terkait materi pembelajaran sebagai

    sumber informasi, 2) 90% peserta didik menanggapi tugas-tugas yang

    diberikan oleh guru secara terstruktur kepada peserta didik di dalam

    maupun di luar kelas, 3) 100% peserta didik mendapatkan respon

    berupa penghargaan dan/atau sanksi, 4) 75% peserta didik termotivasi

    untuk fokus mengikuti pembelajaran matematika, 5) 50% peserta

    didik turut mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran, dan 6)

    20% peserta didik menggunakan media TIK sebagai sarana

    penyampaian informasi pada pembelajaran matematika.

    Berdasarkan kedua hasil studi pendahuluan, yaitu terhadap 6

    guru dan peserta didik kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 01 salatiga di atas

    maka pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem

    solving untuk pemecahan masalah matematika dapat diatasi sehingga

  • 81

    bukan hanya guru saja namun peserta didik dapat turut menikmati

    media TIK sebagai sarana penyampaian informasi. Penggunaan media

    TIK sebagai sarana atau alternatif guru dalam menyampaikan

    informasi kepada peserta didik. Peserta didik dapat memanfaatkan

    TIK sebagai fasilitas yang dapat membantu menumbuhkan

    keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dalam pembelajaran

    matematika khususnya pada materi pecahan. Jadi, ketertarikan peserta

    didik terhadap TIK khususnya smartphone yang saat ini sangat besar

    dan seakan-akan menjadi ketergantungan yang mungkin dapat

    dikatakan sulit untuk dihindari, kini guru dapat turut mambantu

    mengarahkan dalam penggunaannya secara positif.

    4.1.2 Hasil Pengembangan Model Pembelajaran MITRA Berbasis

    Problem Solving

    Model pembelajaran MITRA berbasis problem solving

    merupakan perpaduan antara multimedia interaktif, penggunaan

    smartphone dengan system operasi Android, dan model pembelajaran

    problem solving. Penggunaan model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving dalam pembelajaran matematika dapat menjawab

    kebutuhan peserta didik. Peserta didik ikut terlibat aktif dengan

    menggunakan media TIK sehingga pemecahan masalah matematika

    dapat terurai. Selain itu, model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving yang dapat menyesuaikan dengan karakteristik dari

    kompetensi yang diajarkan. Susunan KD dalam materi pecahan pada

    mata pelajaran matematika masih dapat berubah-ubah, namun secara

    prinsip konten kompetensi tidak begitu jauh menyimpang. Berikut ini

    adalah hasil pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD.

    4.1.2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran MITRA Berbasis

    Problem Solving

    Model pembelajaran MITRA (Multimedia Interaktif

    Android) berbasis problem solving adalah model

  • 82

    pembelajaran yang berisi pemecahan terhadap suatu masalah

    melalui multimedia interkatif dengan pemanfaatan TIK

    berupa smartphone sistem operasi Android. Pelajaran ini

    mencakup proses dengan menggunakan contoh program

    dengan masalah atau masalah yang dibelajarkan kepada

    peserta didik. Peserta didik dapat menggunakan proses

    tersebut untuk mengembangkan solusi.

    Model pembelajaran MITRA berbasis problem solving

    dikembangkan dengan tujuan pendidikan: yaitu agar setiap

    peserta didik memiliki pemahaman atas proses pemecahan

    masalah dan dapat menghargai nilai proses pemecahan

    masalah apa yang dapat peserta didik lakukan untuk dirinya

    sendiri. Secara kognitif, peserta didik dapat menjelaskan

    proses pemecahan masalah dengan menunjukkan penggunaan

    proses pemecahan masalah. Secara afektif, peserta didik

    dapat menghargai penggunaan proses pemecahan masalah

    dengan mengevaluasi keefektifannya dalam mencapai tujuan

    pembelajaran. Jadi, model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving dapat memberikan pengalaman belajar

    otentik kepada peserta didik sehingga dapat efektif diterapkan

    dalam proses pembelajaran matematika SD menggunakan

    smartphone sistem operasi Android.

    Sintaks model pembelajaran MITRA berbasis problem

    solving. Sintaks tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Identifikasi Masalah

    Langkah ini mengharuskan peserta didik untuk

    mengidentifikasi informasi yang tidak relevan atau

    tidak memadai dalam pemecahan masalah, atau untuk

    mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab

    dengan menggunakan peraturan yang diberikan oleh

    guru.

  • 83

    2. Terapkan MITRA

    Langkah ini diperlukan untuk memilih solusi

    berdasarkan pertimbangan yang benar sebagai bentuk

    pemecahan masalah, yaitu dengan menerapkan

    MITRA.

    3. Evaluasi MITRA

    Langkah ini mengharuskan peserta didik untuk

    mengidentifikasi kembali masalah yang dapat

    dipecahkan dengan cara sama seperti masalah yang

    telah diberikan, untuk mengetahui efek dari berbagai

    kondisi dalam masalah tertentu, atau untuk

    mengevaluasi strategi dari solusi yang diberikan.

    Kelebihan model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving adalah:

    1. Bersifat menyenangkan dan interaktif dapat

    merangsang peserta didik untuk dapat menumbuhkan

    kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS).

    2. Memecahkan topik yang sulit sampai pada potongan

    informasi yang dapat diatur.

    3. Membantu meningkatkan pemahaman peserta didik

    terhadap berbagai topik pemecahan masalah.

    4. Peserta didik dapat belajar mempraktikkan berbagai

    keterampilan.

    5. Dikembangkan sesuai dengan kurikulum nasional yang

    berlaku

    6. Menggabungkan warna-warni dan pendekatan visual

    untuk belajar dengan konten sederhana namun

    informatif sehingga memberikan pengalaman belajar

    peserta didik yang sangat efektif.

    7. Memuat evauasi teori yang dapat membantu peserta

    didik reflek berpikir cepat, mengontrol emosi, tidak

  • 84

    melakukan kecurangan (supportive), dan kreatif dalam

    mengatur strategi yang berpengaruh terhadap perilaku

    peserta didik.

    8. Membantu peserta didik terbuka dengan pengalaman-

    pengalaman baru.

    9. Membantu peserta didik mengembangkan tujuan

    pembelajaran.

    10. Meningkatkan harga diri peserta didik dalam

    memahami dirinya secara utuh.

    Pelaksanaan model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD

    yaitu:

    1. Menyusun silabus matematika kelas 4 SD.

    2. Memilih danmenentukan kompetensi dasar materi

    (pecahan).

    3. Menyusun RPP yang memuat model pembelajaran

    MITRA berbasis problem solving. RPP memuat

    kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir seperti

    pada Tabel 4.2 berikut

    Tabel 4.2

    Uraian Singkat Kegiatan Pembelajaran pada RPP

    Uraian Singkat Kegiatan Pembelajaran

    Kegiatan

    Awal

    Apersepsi, motivasi, serta penyampaian

    kompetensi dan rencana kegiatan.

    Kegiatan

    Inti

    Serangkaian kegiatan pembelajaran

    menggunakan model pembelajaran

    MITRA berbasis problem solving yaitu:

    memberikan pretest, penggunaan MITRA,

    dan penggunaan MITRA pada bagian

    akhir sebagai posttest.

  • 85

    Kegiatan

    Akhir

    Review/refleksi terhadap kegiatan yang

    telah dilaksanakan pada kegiatan inti,

    pemberian penguatan dan kesimpulan, dan

    kegiatan penutup

    Jadi, pelaksanaan model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD

    dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.

    Gambar 4.1

    Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran MITRA

    Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah

    Matematika SD

    Memilih dan Menentukan Kompetensi Dasar Materi

    Menyusun Silabus Matematika Kelas 4 SD

    Menyusun RPP

    Kegiatan Akhir

    Kegiatan Inti

    Kegiatan Awal

    Evaluasi MITRA

    Terapkan MITRA

    Identifikasi Masalah

    Posttest

    Pretest

  • 86

    4.1.2.2 Spesifikasi Produk Model Pembelajaran MITRA

    Berbasis Problem Solving

    Spesifikasi produk model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving untuk pemecahan masalah

    matematika SD yaitu:

    1. Silabus Matematika Kelas 4 SD.

    2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

    3. Produk model pembelajaran MITRA berbasis problem

    solving disajikan dalam bentuk aplikasi dengan format

    .apk

    a. Tampilan Pembuka

    Gambar 4.2

    Tampilan Pembuka

    b. Tampilan Kompetensi Dasar

    Gambar 4.3

    Tampilan Kompetensi Dasar

  • 87

    c. Tampilan Input Nama

    Gambar 4.4

    Tampilan Input Nama

    d. Tampilan Menu Utama

    Gambar 4.5

    Tampilan Menu Utama

    e. Tampilan Konten

    1) Menu Utama 1

    Gambar 4.6

    Tampilan Menu Utama 1A Mengenal Pecahan

  • 88

    Gabar 4.7

    Tampilan Menu Utama 1B Pecahan Interaktif

    2) Menu Utama 2

    Gambar 4.8

    Tampilan Menu Utama 2A Pecahan Senilai

    Gambar 4.9

    Tampilan Menu Utama 2B Papan Pecahan

  • 89

    Gambar 4.10

    Tampilan Menu Utama 2C Papan Pecahan

    Interaktif

    3) Menu Utama 3

    Gambar 4.11

    Tampilan Menu Utama 3A Menyederhanakan

    Pecahan

    Gambar 4.12

    Tampilan Menu Utama 3B Mengurutkan Pecahan

  • 90

    4) Menu Utama 4

    Gambar 4.13

    Tampilan Menu Utama 4 Menemukan Angka

    Pecahan

    e. Tampilan Kuis

    Gambar 4.14

    Tampilan Kuis

    f. Tampilan Soal Interaktif 1

    Gambar 4.15

    Tampilan Soal Interaktif 1

  • 91

    g. Tampilan Soal Interaktif 2

    Gambar 4.16

    Tampilan Soal Interaktif 2

    h. Tampilan Soal Interaktif 3

    Gambar 4.17

    Tampilan Soal Interaktif 3

    i. Tampilan Pemberitahuan Jawaban Benar

    Gambar 4.18

    Tampilan Pemberitahuan Jawaban Benar

  • 92

    j. Tampilan Pemberitahuan Jawaban Salah

    Gambar 4.19

    Tampilan Pemberitahuan Jawaban Salah

    k. Tampilan Hasil

    Gambar 4.20

    Tampilan Hasil

    l. Tampilan Konfirmasi Keluar

    Gambar 4.21

    Tampilan Konfirmasi Keluar

  • 93

    4. Smartphone dengan operating system Android.

    5. Gantungan kunci MITRA Pecahan Matematika SD.

    Gambar 4.22

    Gantungan Kunci MITRA Pecahan Matematika SD

    4.1.3 Tingkat Validitas Model Pembelajaran MITRA Berbasis Problem

    Solving

    Tingkat validitas model pembelajaran MITRA berbasis problem

    solving untuk pemecahan masalah matematika SD menggunakan 4

    orang ahli yaitu: 2 ahli materi dan 2 ahli media. 2 ahli materi yaitu:

    Indri Anugraheni, S.Pd., M.Pd. (A1) dan Yustinus, M.Pd. (A2) serta 2

    ahli media yaitu: Stefanus C. Relmasira, S.Pd., MS.Ed. (A3) dan

    Gamaliel Septian Airlanda, M.Pd. (A4). Berikut ini adalah hasil

    tingkat uji validitas model pembelajaran MITRA berbasis problem

    solving beserta hasil revisiannya.

    4.1.3.1 Hasil Uji Tingkat Validitas Model Pembelajaran MITRA

    Berbasis Problem Solving

    Hasil uji tingkat validitas model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving menurut penilaian ahli materi

    diperoleh data seperti pada Tabel 4.3 berikut.

  • 94

    Tabel 4.3

    Hasil Validasi Model Pembelajaran MITRA Berbasis

    Problem Solving oleh Ahli Materi

    Aspek Indikator SKOR

    A1 A2

    Materi

    Pembe-

    lajaran

    1. Kesesuaian judul dengan isi materi

    pembelajaran

    3 4

    2. Kejelasan petunjuk belajar 4 5

    3. Kejelasan kerangka isi 3 5

    4. Kesesuaian indikator pencapaian

    kompetensi dengan KD

    4 4

    5. Keoperasionalan indikator

    pencapaian kompetensi

    3 4

    6. Kesesuaian indikator pencapaian

    kompetensi dengan materi

    pembelajaran

    3 4

    7. Kejelasan konsep materi

    pembelajaran

    3 4

    8. Kesesuaian ilustrasi dengan materi

    pembelajaran

    3 4

    9. Kejelasan contoh yang diberikan 4 4

    10. Kesesuaian kasus argumentatif

    dengan materi pembelajaran

    4 3

    Jumlah 34 41

    Total 75

    Rata-rata 37.5

    Analisis dilakukan setelah memperoleh rata-rata skor

    penilaian ahli materi pembelajaran matematika yaitu 37.5

    dengan pernyataan bahwa model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving telah memenuhi syarat dan layak

    diujicobakan kepada peserta didik setelah ada perbaikan

    sesuai masukan atau saran ahli materi tersebut dengan

    menggunakan rumus:

  • 95

    �� =SkorAktual

    SkorIdealx100%

    �� =75

    100x100%

    �� = 75%

    Berdasarkan skor yang diperoleh di atas, maka kategori

    materi yang terkandung dalam model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving tergolong dalam interval 61-80%

    sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Kategori tersebut

    menunjukkan bahwa model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving layak digunakan walaupun masih perlu

    revisi ulang atau dilakukan perbaikan sesuai saran ahli

    materi. Saran yang diberikan oleh ahli materi Indri

    Anugraheni, S.Pd., M.Pd. (A1) yaitu: ada beberapa materi

    yang kurang tepat sehingga penulisan perlu diperbaiki yaitu

    dari kata menyusun pecahan karena konsepnya salah diganti

    dengan kata mengurutkan pecahan agar konsepnya benar.

    Sedangkan komentar yang diberikan oleh ahli materi

    Yustinus, M.Pd. (A2) yaitu: MITRA bisa digunakan untuk

    penelitian dan disebarluaskan ke guru-guru SD serta saran

    yang diberikan adalah penulis harus memastikan semua jenis

    HP atau smartphone Android mampu mengeksekusi program.

    Berikutnya adalah hasil uji tingkat validitas model

    pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut

    penilaian ahli media diperoleh data seperti pada Tabel 4.4

    berikut.

  • 96

    Tabel 4.4

    Hasil Validasi Model Pembelajaran MITRA Berbasis

    Problem Solving oleh Ahli Media

    Aspek Indikator SKOR

    A3 A4

    Tampil-

    an

    1. Relevansi konten 5 4

    2. Tingkat ketertarikan background 4 3

    3. Warna background 4 4

    4. Relevansi gambar/foto dngan konten 4 4

    5. Kesesuaian teks 4 3

    6. Ukuran huruf 3 3

    7. Tata letak gambar/foto 4 4

    8. Kecukupan ukuran gambar 4 3

    9. Ketersediaan multimedia interaktif 5 4

    Akses 1. Tingkat kemudahan akses 4 4

    2. Tingkat kemudahan pengoperasian 4 4

    3. Kesesuaian bahasa 3 4

    Inter-

    aksi

    1. Ketersediaan fasilitas interaktifitas 4 2

    2. Kesesuaian topik atau pokok

    bahasan yang dipelajari

    4 4

    3. Ketersediaan fitur umpan balik 4 4

    4. Ketersediaan skor/grade 4 5

    Desain

    Materi

    Pem-

    belajar-

    an

    1. Tingkat ketertarikan peserta didik 4 4

    2. Kejelasan tujuan 4 5

    3. Kejelasan tugas 4 4

    4. Desain materi 4 4

    5. Desain tugas 4 4

    6. Keterkaitan materi dengan masalah

    sehari-hari peserta didik

    4 2

    7. Kesesuain materi 4 4

    8. Fleksibilitas waktu 4 4

    Kontrol 1. Kemudahan akses materi 4 4

    2. Kemudahan akses tugas 4 4

    3. Kemudahan navigasi interaktifitas 3 2

    4. Kemudahan navigasi menu utama 4 3

    Jumlah 111 103

    Total 214

    Rata-rata 107

  • 97

    Analisis dilakukan setelah memperoleh rata-rata skor

    penilaian ahli media pembelajaran matematika yaitu 107

    dengan pernyataan bahwa model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving telah memenuhi syarat dan layak

    diujicobakan kepada peserta didik setelah ada perbaikan

    sesuai masukan atau saran ahli media tersebut dengan

    menggunakan rumus:

    �� =SkorAktual

    SkorIdealx100%

    �� =107

    140x100%

    �� = 76.5%

    Berdasarkan skor yang diperoleh di atas, maka kategori

    media yang terkandung dalam model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving tergolong dalam interval 61-80%

    sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Kategori tersebut

    menunjukkan bahwa model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving layak digunakan walaupun masih perlu

    revisi ulang atau dilakukan perbaikan sesuai saran ahli media.

    Saran yang diberikan oleh ahli media Stefanus C. Relmasira,

    S.Pd., MS.Ed. (A3) yaitu: MITRA perlu diperjelas

    instruksinya agar tidak membingungkan peserta didik sebagai

    pengguna, alangkah baiknya ditambah contoh di awal atau

    semacam tutorial, dan agar menggunakan bahasa yang lebih

    mudah dipahami . Segangkan saran yang diberikan oleh ahli

    media dan Gamaliel Septian Airlanda, M.Pd. (A4) yaitu:

    huruf terlalu kecil dan tidak bisa di zoom out, fasilitas

    interaktif belum maksismal, dan masalah belum aktual.

    Adapun komentarnya adalah bahwa MITRA Pecahan

    Matematika SD menarik dan kreatif.

  • 98

    4.1.3.2 Revisi Produk Model Pembelajaran MITRA Berbasis

    Problem Solving

    Berikut ini adalah hasil revisi produk model

    pembelajaran MITRA berbasis problem solving untuk

    pemecahan masalah matematika SD:

    1. Layout 1

    Gambar 4.23

    Perlu Perbaikan 1

    Pada gambar 4.23 di atas, perlu perbaikan pada

    judul tampilan yaitu: menyusun pecahan yang

    seharusnya diganti menjadi mengurutkan pecahan

    seperti pada Gambar 2.24 berikut:

    Gambar 4.24

    Layout Hasil Perbaikan 1

  • 99

    2. Layout 2

    Gambar 4.25

    Perlu Perbaikan 2

    Pada gambar 4.25 di atas, perlu perbaikan yaitu:

    belum terdapat tampilan skor seharusnya diganti

    menjadi tampilan yang terdapat skor seperti pada

    Gambar 2.26 berikut:

    Gambar 4.26

    Layout Hasil Perbaikan 2

    3. Layout 3

    Gambar 4.27 di berikut adalah hasil perbaikan

    dimana sebelumnya hanya terdapat pada kuis saja,

    namun sekarang pada paket ayo mencoba yang terdapat

    dalam menu utama (lihat Gambar 4.5) sudah tersedian

    pop-up pesan jawaban benar ataupun jawaban salah.

  • 100

    Gambar 4.27

    Layout Hasil Perbaikan 3

    4.1.4 Uji Kualitas Model melalui Uji Coba Lapangan Terbatas

    Uji kualitas model pembelajaran MITRA berbasis problem

    solving dilaksanakan melalui uji coba lapangan terbatas. Uji coba

    lapangan terbatas dilakukan terhadap peserta didik kelas 4 SD Negeri

    Tegalrejo 01 Salatiga. Uji coba lapangan terbatas dilakukan untuk

    mengetahui tingkat efektifitas hasil belajar peserta didik dan melihat

    hasil uji perbedaan tingkat efektifitas hasil belajar peserta didik.

    berikut adalah penjabarannya.

    4.1.4.1 Deskripsi Uji Tingkat Efektifitas Hasil Belajar Peserta

    Didik

    Tingkat efektifitas hasil belajar peserta didik

    menggunakan model pembeljaran MITRA berbasis problem

    solving dilaksanakan dengan mengunakan uji coba terbatas

    terhadap peserta didik kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 01

    Salatiga sebagai subjek penelitian. Pada uji coba terbatas ini

    dilaksanakan oleh guru kelas 4 yaitu Sri Rahayu, S.Pd.SD.

    dan penulis berperan sebagai pengamat dan pengingat alur

    implementasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    dibantu oleh rekan sejawat. Pelaksanaan uji coba dilakukan

    pada tanggal 28 November 2017 dengan alokasi waktu 3x35

    menit.

    Uji coba terbatas dilaksanakan dengan berpedoman

    kepada silabus dan RPP yang telah disusun yang merupakan

  • 101

    bagian dari produk model pembeljaran MITRA berbasis

    problem solving. RPP yang disusun memuat kegiatan awal,

    kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal

    dilakukan dengan adanya apersepsi, motivasi, serta

    penyampaian kompetensi dan rencana kegiatan. Kegiatan inti

    dilakukan dengan memberikan pretest dan serangkaian

    kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

    MITRA berbasis problem solving serta penggunaan MITRA

    bagian akhir sebagai posttest. Pada kegiatan akhir dilakukan

    review/refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan

    pada kegiatan inti, pemberian penguatan dan kesimpulan,

    serta kegiatan penutup.

    Perolehan hasil pretest dan posttest peserta didik kelas

    4 SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga dapat dilihat pada Tabel

    4.5 berikut.

    Tabel 4.5

    Hasil Pretest dan Posttest

    No. Kelas

    Interval

    Skor Pretest Skor Posttest

    Freku-ensi

    Persen-tase

    Freku-ensi

    Persen-tase

    1 ≤20 0 0% 0 0% 2 20-40 0 0% 0 0% 3 41-60 0 0% 0 0% 4 61-80 15 40% 1 3% 5 81-100 23 60% 37 3%

    Jumlah 38 100% 38 97%

    Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa skor pretest dan

    posttest dari 38 peserta didik kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 01

    Salatiga. Perolehan hasil skor pretest yaitu dengan perolehan

    skor: kurang dari sama dengan 20 terdapat 0 peserta didik

    dengan persentase 0%, antara 20 sampai 40 terdapat 0 peserta

    didik dengan persentase 0%, antara 41 sampai 60 terdapat 0

  • 102

    peserta didik dengan persentase 0%, antara 61 sampai 80

    terdapat 15 peserta didik dengan persentase 40%, dan antara

    81 sampai 100 terdapat terdapat 23 peserta didik dengan

    persentase 60%. Jika digambarkan dalam diagram dapat

    dilihat pada Gambar 4.28 berikut.

    Gambar 4.28

    Kelas Interval Skor Pretest pada Uji Coba Terbatas

    Sedangkan perolehan hasil posttest dari 38 peserta

    didik SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga yaitu dengan

    perolehan skor: yaitu dengan perolehan skor: kurang dari

    sama dengan 20 terdapat 0 peserta didik dengan persentase

    0%, antara 20 sampai 40 terdapat 0 peserta didik dengan

    persentase 0%, antara 41 sampai 60 terdapat 0 peserta didik

    dengan persentase 0%, antara 61 sampai 80 terdapat 1 peserta

    didik dengan persentase 3%, dan antara 81 sampai 100

    terdapat terdapat 37 peserta didik dengan persentase 97%.

    Jika digambarkan dalam diagram dapat dilihat pada Gambar

    4.29 berikut.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    ≤20 20-40 41-60 61-80 81-100

    Pretest

    Pretest

  • 103

    Gambar 4.29

    Kelas Interval Skor Posttest pada Uji Coba Terbatas

    4.1.4.2 Hasil Uji Perbedaan Tingkat Efektifitas Hasil Belajar

    Peserta Didik

    Hasil uji perbedaan tingkat efektifitas hasil belajar

    peserta didik dalam uji coba terbatas yaitu dengan melihat

    hasil output dari Uji Wilcoxon yang menggunakan SPSS

    (Statistical Product and Service Solution). Pada Bab III telah

    dipaparkan bahwa untuk melihat ada dan/atau tidaknya

    peningkatan hasil belajar peserta didik, khususnya dalam

    pemecahan masalah matematika SD maka dilaksanakan Uji

    Wilcoxon menggunakan bantuan piranti lunak SPSS. Berikut

    adalah hasil Uji Wilcoxon dapat dilihat pada Tabel 4.6

    berikut.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    ≤20 20-40 41-60 61-80 81-100

    Posttest

    Posttest

  • 104

    Tabel 4.6

    Hasil Uji Wilcoxon

    Ranks

    N Mean Rank Sum of Ranks

    Postest - pretest

    Negative Ranks 1(a) 6,50 6,50

    Positive Ranks 32(b) 17,33 554,50

    Ties 5(c)

    Total 38

    a postest < pretest b postest > pretest c postest = pretest

    Test Statistics (b)

    posttest - pretest

    Z -4.903 (b)

    Asymp. Sig. (2-tailed) .000

    a. Based on negative ranks.

    b. Wilcoxon Signed Ranks Test

    Hasil Uji Wilcoxon seperti Tabel 4.6 di atas

    menunjukkan bahwa:

    1. Negative rank atau selisih negatif antara pretest dengan

    posttest adalah 1, artinya adalah 1 data ada penurunan

    dari hasil pretest ke posttes;

    2. Positive ranks atau selisih positif antara pretes adalah

    32, artinya ke-32 peserta didik mengalami peningkatan

    hasil belajar, khususnya dalam pemecahan masalah

    Matematika SD. Mean rank positif atau rata-rata

    peningkatan tersebut sebesar 17,33, sedangkan Sum of

    Ranks atau jumlah ranking sebesar 554,50.

    3. Ties, yaitu kesamaan skor pretest dan posttest adalah 5,

    artinya ada 5 peserta didik yang skornya sama antara

    pretest dan posttest.

  • 105

    Pada ouput tentang Test Statistics diketahui bahwa nilai

    Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 dan nilai Z yaitu -4,903.

    Dasar pengambilan keputusan Uji Wilcoxon berbantuan

    program SPSS adalah menggunakan nilai Asymp. Sig. (2-

    tailed) sebesar 0,000, dimana apabila nilai Asymp. Sig. (2-

    tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, sebaliknya

    apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima

    dan Ha ditolak.

    Jika dirumuskan hipotesis:

    H0: M-posttest ≤ M-pretest

    Median hasil belajar Matematika setelah

    melakukan pembelajaran menggunakan model

    pembelajaran MITRA berbasis problem solving

    lebih rendah atau sama dengan sebelum

    pembelajaran.

    Ha: M-posttest> M-pretest

    Median hasil belajar Matematika setelah

    melakukan pembelajaran menggunakan model

    pembelajaran MITRA berbasis problem solving

    lebih tinggi dari sebelum pembelajaran.

    Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa hipotesisnya

    menghendaki uji satu sisi (one-tail) maka nilai probabilitas

    0,000 harus dibagi dua, sehingga diperoleh nilai 0,000/2 =

    0,000. Nilai 0,000 ini ternyata < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha

    diterima. Artinya hasil belajar matematika setelah melakukan

    pembelajaran menggunakan model MITRA berbasis problem

    solving untuk pemecahan masalah matematika SD hasilnya

    lebih tinggi dari sebelum pembelajaran.

  • 106

    4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

    Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk model

    pembelajaran MITRA berbasis problem solving untuk pemecahan masalah

    matematika SD. Tujuannya adalah mengembangkan model pembelajaran

    MITRA berbasis problem solving dalam pemecahan masalah matematika

    SD yaitu untuk mengetahui langkah-langkahnya, mengetahui tingkat

    validitas produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving menurut pendapat ahli, dan mengetahui tingkat efektifitas

    produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem

    solving menurut pendapat peserta didik SD. Pembahasan hasil penelitian ini

    merupakan penjelasan dari deskripsi hasil penelitian. Berikut ini adalah

    uraian pembahasan hasil penelitiannya.

    4.2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran MITRA Berbasis Problem

    Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD

    Langkah-langkah model pembelajaran MITRA berbasis problem

    solving untuk pemecahan masalah matematika SD yaitu: 1)

    identifikasi masalah, 2) terapkan MITRA, dan 3) evaluasi MITRA.

    Adapun langkah-langkah penerapannya yaitu dengan cara: 1)

    menyusun silabus matematika kelas 4 SD; 2) memilih dan

    menentukan KD materi (pecahan), dan 3) menyusun RPP yang

    memuat model pembelajaran MITRA berbasis problem solving.

    Keberhasilan penulis dalam menentukan langkah-langkah

    tersebut di atas, tidak lain yang pertama karena terdapat teori

    terdahulu mengenai model pembelajaran. Dimana model pembelajaran

    menurut pendapat Darmadi (2017: 42), Trianto (2010: 51), dan

    Rusman (2017: 244) merupakan pola perencanaan dalam

    pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru, memuat: tujuan

    pembelajaran, tahapan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan

    pengelolaan. Penulis juga sepakat dengan karakteristik model

    pembelajaran menurut Suyanto dan Asep Jihad (2013: 137), yaitu:

    memiliki prosedur sistematis, hasil belajar dirumuskan secara khusus,

  • 107

    penetapan lingkungan secara khusus, ukuran keberhasilan, dan

    interaksi dengan lingkungan. Sehingga dalam keberhasilannya, model

    pembelajaran MITRA berbasis problem solving juga memiliki fungsi

    sesuai dengan fungsi model pembelajaran yang seturut dengan kutipan

    Suyanto dan Asep Jihad (2013: 137-138) oleh Chauhan yaitu sebagai:

    pedoman, pengembangan kurikulum, penempatan bahan

    pembelajaran, dan perbaikan pembelajaran.

    Berikutnya yang kedua adalah keberhasilan pengembangan

    langkah-langkah model pembelajaran MITRA berbasis problem

    solving tidak lepas dari teori tentang model pembelajaran problem

    solving. Penulis sepakat dengan Bambang Suteng Sulasmono (2012:

    162), Winastwan Gora & Sunarto (2010: 94), Bey dan Asriani (2013:

    226), Krulik & Rudnick (2013: 217), serta Hanlie Murray, Alwyn

    Oliver, dan Piet Human dalam Miftahul Huda (2014: 273-274),

    dimana model pembelajaran problem solving adalah suatu model

    pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga dapat

    merangsang peserta didik untuk praktik dan belajar memecahkan

    masalah tersebut secara logis. Tujuannya adalah memberikan

    rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian oleh peserta

    didik dapat dilakukan pemecahan masalahnya sehingga dapat

    menambah keterampilan dalam mencapai materi pembelajaran

    (Darmadi, 2017: 118).

    Ketigat, hasil penelitian berjudul “Pengaruh Model

    Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Permainan Snakes And

    Ladders terhadap Kompetensi Pengetahuan Matematika Siswa” oleh

    Maretayani tahun 2017 dengan hasil rata-rata 72,77 dengan penerapan

    model pembelajaran problem solving berbantuan media snakes and

    ladders, menjadikan penguatan oleh penulis bahwasanya dengan

    model pembelajaran problem solving berbantuan media dapat

    menghasilkan penelitian yang dapat divalidasi sehingga praktis

    diterapkan di SD.

  • 108

    Keempat, terakhir dalam mengerucutkan langkah-langkah

    pembelajaran MITRA berbasis problem solving, penulis mengacu

    kepada sintaks model pembelajaran problem solving menurut Bey dan

    Asriani (2013: 226), six step proplem solving process

    (www.cls.utk.edu), Darmadi (2017: 235), Deb Russel dalam Miftahul

    Huda (2014: 274-275), dan Lefudin (2014: 235-236), sehingga penulis

    dapat menentukan langkah-langkahnya yaitu: 1) identifikasi masalah,

    2) terapkan MITRA, dan 3) evaluasi MITRA.

    4.2.2 Pembahasan Tingkat Validitas Model Pembelajaran MITRA

    Berbasis Problem Solving

    Pembahasan tingkat validitas model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving berdasarkan ahli materi dengan skor rata-rata

    3,75 dan persentase rata-rata yaitu 75% dan oleh ahli media dengan

    skor rata-rata 214 dan persentase rata-rata yaitu 76.5%. Sehingga,

    sesuai persentase pencapaian pada bab III nilai tersebut dapat

    termasuk pada interpretasi kategori tinggi (Lihat Tabel 3.15).

    Demikian model pembelajaran MITRA berbasis problem solving

    dapat dikatakan berkualitas sebagai bentuk pemecahan masalah untuk

    pembelajaran matematika SD.

    Keberhasilan penulis untuk mendapatkan kategori tinggi dalam

    proses validasi oleh ahli materi karena terdapat ilmu matematika

    menurut A. Ismunamto (2011: 15-17), John A. Van de Walle yang

    diterjemahkan oleh Suyono (2008: 13), dan Suhendri (2011: 32).

    Selain itu, penulis juga tidak membuat materi sendiri. Penulis

    berpedoman kepada kompetensi dasar matematika untuk SD yang

    terdapat dalam Dokumen Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

    2013 sehingga mendapatkan materi dan submateri pecahan.

    Keberhasilan penulis dalam memperoleh kategori tinggi pada

    proses validasi ahli media yaitu mengacu kepada teori multimedia

    interaktif menurut Munir (2012:2), Dwi Maryani (2014: 19), Reddi &

    Mishra (2012: 129), serta teori Android menurut Wikipedia yang

    http://www.cls.utk.edu/

  • 109

    dikutip oleh Rahadi (2014: 662), Wicak Hidayat & Sudarma (2011:

    192), Solechul Aziz (2012: 5), dan Yuliandi Kusuma (2011: 12).

    Hasil penelitian berjudul “Pengembangan Perangkat

    Pembelajaran Matematika yang Menunjang Pendidikan Karakter

    Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” oleh Layin Fauziyah & Jailani tahun

    2014 yang menghasilkan perangkat pembelajaran multimedia

    interaktif untuk menunjang pendidikan karakter pada materi pecahan

    yang hasilnya ternyata layak untuk digunakan dengan kategori cukup

    valid, praktis, dan efektif. Alasan inilah yang menguatkan penulis

    untuk dapat mengembangkan model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD. Penulis

    juga mengambil materi dan submateri pecahan sehingga memperoleh

    hasil validitas pada kategori tinggi.

    Hasil penelitian lainnya yaitu penelitian : 1) berjudul

    “Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika pada Materi

    Bilangan Bulat Kelas IV SDN Lempuyangan I Yogyakarta” oleh

    Fredy tahun 2013 dengan hasil uji Thitung lebih besar dari ttabel (4,034

    > 2,01) dan hasil uji n-gain 0,57 > 0,42 dalam artian hasil belajar kelas

    eksperimen lebih besar dari kelas kontrol, sehingga penggunaan

    multimedia efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik; 2)

    berjudul “Pengimplementasian Media Pembelajaran Berbasis

    Multimedia Interaktif pada Mata Pelajaran Matematika di Sekolah

    Dasar” oleh Mila C. Paseleng & Rizki Arfiyani dan hasil penelitian ini

    dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis multimedia

    interaktif dapat memberi pengaruh positif terhadap pembentukan

    minat belajar peserta didik; 3) berjudul “Perancangan dan

    Pengembangan Aplikasi Pembelajaran Matematika tentang

    Pengukuran Waktu, Panjang dan Berat untuk Sekolah Dasar (SD)

    Kelas 2” oleh Harry Prima Putra & Wahyu Pujiyono tahun 2014 dan

    menghasilkan multimedia interaktif pembelajaran matematika tentang

    pengukuran waktu, panjang dan berat untuk Sekolah Dasar kelas 2

  • 110

    yang dapat dijadikan sebagai media pendukung pembelajaran bagi

    guru maupun peserta didik Sekolah Dasar kelas 2; 4) berjudul

    “Pembelajaran Matematika Materi Bangun Ruang Balok dengan

    Aplikasi Multimedia Interaktif di SD Negeri Teguhan Sragen” oleh

    Agus Hartanto tahun 2013 memperoleh hasil bahwa siswa merasa

    tertarik sehingga timbul minat belajar yang lebih baik dan terbukti

    mempermudah siswa dalam memahami materi matematika dengan

    multimedia interaktif; dan 5) berjudul “Pengembangan Sistem

    Visualisasi Pembelajaran Matematika Berbasis Multimedia Bagi

    Siswa SD” oleh Mohamad Saefudin dan Munich Heindari Ekasari

    tahun 2015 dengan hasil implementasi aplikasi yang dikembangkan

    sangat membantu siswa dan mendapat tanggapan positif dalam

    pelajaran matematika dengan bantuan perangkat handphone seperti

    smartphone maupun tablet. Kelima penelitian tersebut juga penulis

    jadikan acuan walaupun kelima penelitian tersebut bukan berpacu

    pada materi pecahan, namun penulis sepakat dalam pemilihan mata

    pelajaran matematika, penggunaan multimedia interaktif, dan

    diterapkan di sekolah dasar, sehingga hasilnya sama layak pakai.

    4.2.3 Pembahasan Tingkat Efektifitas Model Pembelajaran MITRA

    Berbasis Problem Solving

    Pembahasan tingkat efektifitas model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving dilihat dari hasil pretest dan posttest (Lihat

    Tabel 4.5). Teknik analisis data yang digunakan penulis yaitu dengan

    menggunakan Uji Wilcoxon berbantuan piranti lunak SPSS (Statistical

    Product and Service Solution). Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan

    bahwa model pembelajaran MITRA berbasis problem solving

    termasuk dalam nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak

    dan Ha diterima (M-posttest> M-pretest) yaitu: ouput tentang Test Statistics

    diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 dan nilai Z

    yaitu -4,903. Maka hasil belajar matematika setelah melakukan

  • 111

    pembelajaran menggunakan model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving lebih tinggi dari sebelum pembelajaran.

    Kategori yang diperoleh dalam penerapan model pembelajaran

    MITRA berbasis problem solving yaitu mengacu pada hasil posttest

    (3% dalam interval 61-80 dan 97% dalam interval 81-100) yaitu

    berada pada rata-rata kelas interval 81-100, sehingga sangat efektif.

    Keberhasilan penulis dalam memperoleh hasil yang demikian,

    tidak lepas dari hasil penelitian sebelumnya yaitu kesepuluh kajian

    hasil penelitian relevan yang terdapat pada bab II. Kesepuluh

    penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan media

    berupa multimedia interaktif, penggunaan smartphone, dan penerapan

    model pembelajaran problem solving di SD efektif menunjang hasil

    belajar peserta didik yang lebih baik. Produk-produk yang dihasilkan

    dikatakan relevan dan layak pakai. Oleh karena itu, model

    pembelajaran MITRA berbasis problem solving untuk pemecahan

    masalah matematika SD dapat berhasil pula seperti pada kesepuluh

    hasil penelitian relevan tersebut.

    Jadi, kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematik

    peserta didik yang memperoleh model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving lebih baik daripada yang hanya memakai multimedia

    interaktif saja atau yang hanya memakai model pembelajaran problem

    solving saja.

    4.3 Keterbatasan Penelitian

    Penelitian dan pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving tentunya memiliki keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan

    dalam penelitian ini di antaranya adalah:

    1. Keterbatasan Tempat Penelitian

    Penelitian dan pengembangan model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving yang penulis laksanakan terbatas pada satu

    tempat, yaitu di SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga. Sehingga dalam

  • 112

    penelitian ini apabila dilaksanakan di tempat lainatau SD lain,

    dimungkinkan hasilnya akan berbeda.

    2. Keterbatasan Waktu Penelitian

    Penelitian dan pengembangan model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving yang penulis laksanakan selama pembuatan

    tugas akhir skripsi, waktu yang tergolong singkat inilah yang dapat

    mempersempit ruang gerak pada penelitian sehingga dapat

    berpengaruh terhadap hasil penelitian yang penulis laksanakan.

    3. Keterbatasan Jumlah Peserta Didik

    Penelitian dan pengembangan model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving yang penulis laksanakan dengan jumlah

    peserta didik yang diobservasi dan diteliti hanya 38 peserta didik kelas

    4 SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga. Hal ini dilaksanakan guna

    memanfaatkan waktu, tenaga, dan biaya secara efisien. Demikian

    dilaksanakan karena bagi penulis pengambilan sampel secara random,

    maka 20 peserta didik ini dapat mewakili seluruh populasi.

    4. Keterbatasan Objek Penelitian

    Penelitian dan pengembangan model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving yang penulis laksanakan terbatas pada

    tingkat validitas dan tingkat efektifitas model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD,

    khususnya pada kelas 4 dengan materi pecahan sehingga dapat

    dijadikan objek dalam penelitian ini.

    5. Keterbatasan dalam Melihat Kondisi Psikologis Peserta Didik

    Penelitian dan pengembangan model pembelajaran MITRA

    berbasis problem solving yang penulis laksanakan dengan melihat

    kondisi psikologis peserta didik yang tidak diamati secara khusus,

    sehingga dapat dimungkinkan peserta didik kurang berkonsentrasi

    dalam mengikuti penerapan model pembelajaran MITRA berbasis

    problem solving. Namun, konsentrasi peserta didik dapat

    dimaksimalkan dengan adanya guru sebagai fasilitator dan dapat

  • 113

    mengarahkan peserta didik untuk dapat kembali pada rules yang

    seharusnya. Sehingga, kondisi psikologis peserta didik bagi penulis

    dapat dieliminasi mengingat waktu yang sangat terbatas.

    Walaupun terdapat keterbatasan-keterbatasan tersebut di atas, maka

    dapat dikatakan ini adalah kekurangan dari penelitian yang penulis

    laksanakan. Akan tetapi, penelitian ini setidaknya dapat dijadikan sebagai

    suatu kesimpulan yang sementara ini dapat diuji kelayakannya dan dapat

    diuji kembali di tempat atau SD lain dengan hasil yang kemungkinan

    berbeda. Jadi, model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dapat

    berpengaruh kepada tingkat efektifitasnya terhadap peserta didik kelas 4 SD

    negeri Tegalrejo 01 sehingga untuk hipotesis yang penulis ajukan dapat

    diterima.