BAB IV ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN...
Transcript of BAB IV ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN...
43
BAB IV ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN TERHADAP
KETAHANAN PANGAN KABUPATEN SEMARANG
4.1 Analisis Kependukan
Analisis kependudukan yang akan dibahas dalam laporan ini adalah tentang laju
pertumbuhan penduduk Kaupaten Semarang tahun 2011-2016 dan analisis proyeksi
penduduk Kabupaten Semarang pada tahun 2036.
4.1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2010-2016
Laju pertumbuhan penduduk merupakan data yang dibutuhkan untuk melakukan
analisis proyeksi penduduk. Laju pertumbuhan penduduk ini nantinya akan mempengaruhi
seberapa besar jumlah penduduk hasil dari proyeksi nantinya. Adapun laju pertumbuhan
penduduk Kabupaten Semarang tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut:
Tabel IV.1
Angka Laju pertumbuhan Penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2011-2016
Tahun Angka Laju
Pertumbuhan Penduduk
2011 0,005
2012 0,006
2013 0,006
2014 0,006
2015 0,006
2016 0,055
Rata-Rata 0,014
Sumber: Analisis Penyusun,2018
Adapun laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Semarang per kecamatannya
pada tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut:
Tabel IV.2
Laju Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Semarang Tahun 2011-2016
No Kecamatan Angka Pertumbuhan Penduduk Rata-
Rata 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Getasan 0,007 0,003 0,004 0,006 0,003 0,025 0,008
2 Tengaran 0,003 0,002 0,002 0,004 0,005 0,077 0,016
3 Susukan 0,000 0,003 0,001 0,001 0,002 0,010 0,003
4 Kaliwungu 0,001 0,002 0,001 0,001 0,002 0,005 0,002
5 Suruh 0,002 0,005 0,003 0,001 0,000 -0,001 0,002
6 Pabelan 0,003 0,006 0,007 0,007 0,003 0,034 0,010
44
No Kecamatan Angka Pertumbuhan Penduduk Rata-
Rata 2011 2012 2013 2014 2015 2016
7 Tuntang 0,005 0,003 0,009 0,005 0,007 0,040 0,012
8 Banyubiru 0,006 0,004 0,005 0,005 0,006 0,033 0,010
9 Jambu 0,007 0,006 0,008 0,005 0,006 0,026 0,010
10 Sumowono 0,006 0,006 0,013 0,012 0,009 -0,018 0,005
11 Ambarawa 0,002 0,005 0,004 0,003 0,007 0,041 0,010
12 Bandungan 0,010 0,011 0,007 0,007 0,006 0,031 0,012
13 Bawen 0,008 0,015 0,013 0,018 0,016 0,058 0,021
14 Bringin 0,001 0,002 0,002 0,006 0,005 0,025 0,007
15 Bancak 0,001 0,004 0,005 0,003 0,010 -0,004 0,003
16 Pringapus 0,007 0,006 0,008 0,006 0,006 0,090 0,021
17 Bergas 0,010 0,009 0,009 0,010 0,008 0,154 0,033
18 Ungaran Barat 0,008 0,009 0,006 0,010 0,011 0,079 0,020
19 Ungaran Timur 0,007 0,004 0,003 0,002 0,002 0,146 0,027
Sumber: Analisis Penyusun, 2018
Berdasarkan hasil perhitugan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Semarang
diatas Kecamatan Bergas merupakan kecamatan yang memiliki nilai rata-rata pertumbuhan
penduduk yang paling tinggi diantara kecamatan lainnya, yaitu dengan angka 0,033.
Kemudian Kecamatan Ungaran Timur dengan rata-rata 0,027. Sedangkan kecamatan
Kaliwungu dan Suruh merupakan kecamatan dengan rata-rata pertumbuhan penduduk
terendah di Kabupaten Semarang dengan angka 0,002 saja.
4.1.2 Proyeksi Penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2036
Setelah dilakukan peritungan laju pertumbuhan penduduk barulah bisa dilakukan
analisis proyeksi penduduk. Perhitungan proyeksi penduduk dilakukan dengan rumus
sebagi berikut:
Pn = Po (1+r) n
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
Po = Jumlah penduduk pada tahun (penduduk dasar) awal
r = Angka pertumbuhan penduduk
n = Jangka waktu dalam tahun
Berikut merupakan hasil perhitungan proyeksi penduduk per kecamatan Kabupaten
Semarang Tahun 2036:
45
Tabel IV.3
Tabel Proyeksi Penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2036
No Kecamatan
Jumlah
Penduduk
Tahun 2016
Angka Laju
Pertumbuhan
Penduduk
Jumlah
Penduduk
Tahun 2036
1 Ambarawa 62.025 0,010 76.021
2 Bancak 20.205 0,003 21.496
3 Bandungan 56.667 0,012 72.173
4 Banyubiru 42.681 0,010 51.962
5 Bawen 61.240 0,021 93.428
6 Bergas 82.412 0,033 158.611
7 Bringin 42.804 0,007 48.968
8 Getasan 50.625 0,008 59.435
9 Jambu 38.876 0,010 47.117
10 Kaliwungu 26.614 0,002 27.710
11 Pabelan 39.486 0,010 48.200
12 Pringapus 56.452 0,021 84.993
13 Sumowono 30.625 0,005 33.607
14 Suruh 60.286 0,002 62.283
15 Susukan 43.955 0,003 46.638
16 Tengaran 70.273 0,016 95.630
17 Tuntang 65.008 0,012 81.995
18 Ungaran Barat 83.875 0,020 125.416
19 Ungaran Timur 80.089 0,027 137.046
Jumlah 1.014.198 1.372.729
Sumber: Analisis Penyusun, 2018
Berdasarkan hasil analisis proyeksi penduduk diatas dapat dilihat bahwa kabupaten
Semarang akan mempunyai penduduk sebanyak 1.372.729 jiwa pada tahun 2036, jumlah
ini bertambah sebanyak 358.531 jiwa atau bertambah sebesar 35,35% dari tahun 2016.
Kecamatan bergas pada tahun 2036 akan menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk
terbanyak yaitu sebesar 158.611 jiwa. Kemudian ada Kecamatan ungaran Barat dengan
jumlah penduduk sebanyak 137.046 jiwa. Sedangakan untuk kecamatan dengan jumlah
penduduk terendah adalah Kecamatan Bancak dengan jumlah penduduk sebanyak 21.496
jiwa.
Berikut merupakan peta persebaran jumlah proyeksi penduduk yang ada di
Kabupaten Semarang pada tahun 2036:
47
4.2 Analisis Kebutuhan Beras Kabupaten Semarang Tahun 2016
Kebutuhan beras dapat dihitung melalui jumlah penduduk dikalikan dengan besaran
standar kebutuhan beras. Berdasarkan data BPS pada tahun 2013 konsumsi beras
masyarakat Indonesia adalah sebesar 113,48 Kg/Kapita/Tahun. Data konsumsi beras
tersubut kemudian dijadikan acuan untuk menjadi standar kebutuhan beras masyarakat di
Kabupaten Semarang. Adapun hasil perhitungan kebutuhan beras yang ada di Kabupaten
Semarang adalah sebagi berikut:
Tabel IV.4
Tabel Perhitungan Kebutuhan Beras Kabupaten Semarang Tahun 2016
No Kecamatan Jumlah
Penduduk
Standar Kebutuhan
Beras
(Kg/Orang/Tahun)
Kebutuhan Beras
(Kg)
1 Ambarawa 62.025 113,48 7.038.597
2 Bancak 20.205 113,48 2.292.863,40
3 Bandungan 56.667 113,48 6.430.571,16
4 Banyubiru 42.681 113,48 4.843.439,88
5 Bawen 61.240 113,48 6.949.515,20
6 Bergas 82.412 113,48 9.352.113,76
7 Bringin 42.804 113,48 4.857.397,92
8 Getasan 50.625 113,48 5.744.925
9 Jambu 38.876 113,48 4.411.648,48
10 Kaliwungu 26.614 113,48 3.020.156,72
11 Pabelan 39.486 113,48 4.480.871,28
12 Pringapus 56.452 113,48 6.406.172,96
13 Sumowono 30.625 113,48 3.475.325
14 Suruh 60.286 113,48 6.841.255,28
15 Susukan 43.955 113,48 4.988.013,40
16 Tengaran 70.273 113,48 7.974.580,04
17 Tuntang 65.008 113,48 7.377.107,84
18 Ungaran Barat 83.875 113,48 9.518.135
19 Ungaran Timur 80.089 113,48 9.088.499,72
Jumlah 1.014.198 115.091.189,04
Sumber: Analisis Penyusun, 2018
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas kebutuhan akan beras di Kabupaten
Semarang secara Keseluruhan adalah sebanyak 115.091.189,04 Kg pada tahun 2016.
Kecamatan dengan kebutuhan beras terbanyak adalah kecamatan Ungaran Barat yaitu
9.518.135 Kg, disusul dengan Kecamatan Bergas sebesar 9.352.113,76 Kg. sedangkan
kecamatan dengan jumlah kebutuhan paling sedikit adalah Kecamatan Bancak dan
48
kaliwungu yang masing-masing mempunyai kebutuhan beras sebanyak 2.292.863,4 dan
3.020.156,72.
4.3 Analisis Produksi Beras Kabupaten Semarang Tahun 2016
Analisis produksi beras di Kabupaten Semarang dilakukan dengan melakukan
perkalian dengan rumus sebagai berikut:
S = (PrL x LLtp) x α
Keterangan:
S = Ketersediaan (Produksi Beras) (Kg)
PrL = Produktifitas lahan (yang ditanami padi) (Kg/Ha)
= 6000 Kg/Ha
LLtp = Luas Lahan yang ditanami padi (Ha)
α = Indeks Konversi dari padi menjadi beras
= 62,74%
Berikut merupakan hasil perhitungan produksi beras di Kabupaten Semarang
Tahun 2016:
Tabel IV.5
Tabel Analisis Produksi Beras Kabupaten Semarang Tahun 2016
No Kecamatan Luas Panen Perkiraan
Produksi GKG
Produksi
Beras (Kg)
1 Ambarawa 2.385,11 14.310.656,17 8.978.505,68
2 Bancak 1.546,03 9.276.157,83 5.819.861,42
3 Bandungan 2.333,74 14.002.445,20 8.785.134,12
4 Banyubiru 2.362,33 14.173.982,08 8.892.756,36
5 Bawen 1.493,69 8.962.136,54 5.622.844,47
6 Bergas 1.229,50 7.376.970,68 4.628.311,40
7 Bringin 3.467,23 20.803.373,13 13.052.036,30
8 Getasan 96,08 576.474,44 361.680,06
9 Jambu .779,73 4.678.388,47 2.935.220,92
10 Kaliwungu 1.893,85 11.363.127,10 7.129.225,94
11 Pabelan 2.779,10 16.674.591,30 10.461.638,58
12 Pringapus 1.927,49 11.564.967,21 7.255.860,43
13 Sumowono 1.523,04 9.138.226,52 5.733.323,32
14 Suruh 4.688,08 28.128.503,41 17.647.823,04
15 Susukan 2.651,72 15.910.312,37 9.982.129,98
16 Tengaran 1.054,12 6.324.744,14 3.968.144,48
17 Tuntang 2.651,21 15.907.275,47 9.980.224,63
18 Ungaran Barat 1.027,71 6.166.258,13 3.868.710,35
19 Ungaran Timur 1.105,75 6.634.471,84 4.162.467,63
Jumlah 36.995,51 221.973.062,03 139.265.899,12
Sumber: Analisis Penyusun, 2018
49
Berdasarkan tabel hasil perhitungan diatas produksi beras di kabupaten Semarang
pada tahun 2016 adalah sebesar 139.265.899,12 Kg. Produksi beras terbanyak di
Kabupaten Semarang berada di Kecamatan Suruh dengan produksi beras sebanyak
17.647.823,04 Kg, hal ini dikarenakan Kecamatan Suruh juga merupakan kecamatan
dengan luas panen padi sawah terbesar di Kabupaten Semarang. Sedangkan Kecamatan
dengan hasil produksi padi sawah terkecil pada tahun 2016 adalah Kecamatan Getasan
dengan hasil produksi hanya berjumlah 361.680,06 Kg saja. Hal ini pun disebabkan karena
Kecamatan Getasan mempunyai luas panen yang paling sedikit diantara kecamatan-
kecamatan yang ada di kabupaten Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
luas panen sawah padi di suatu daerah maka akan semakin besar pula hasil produksi beras
di daerah tersebut.
4.4 Analisis Swasembada Beras Kabupaten Semarang Tahun 2016
Menurut Lutfi Muta’ali (2015), swasembada beras berarti kemampuan suatu wilayah
untuk mencukupi kebutuhan beras bagi penduduknya tanpa perdagangan dengan wilayah
lain (mandiri). Untuk menghitung apakah suatu daerah itu bisa melakukan swasembada
beras di daerahnya dapat digunakan rumus perhitungan sebai berikut:
Swd = S – D
Keterangan:
Swd = Swasembada Beras (Kg)
S = Ketersedian (Produksi Beras) (Kg)
D = Kebutuhan Beras (Demand) (Kg)
Apabila dari hasil perhitungan swasembada beras tersebut suatu daerah
mendapatkan jumlah positif berarti daerah tersebut bisa melaksanakan swasembada beras
secara mandiri. Sedangkan apabila suatu daerah mendapatkan hasil yang berjumlah
negative (-) maka daerah tersebut tidak dapat melakukan swasembada beras di daerahnya,
bahkan daerah ini harus melakukan impor beras dari daerah lain agar bisamencukupi
kebutuhan masyarakatnya. Maka dari itu daerah yang tidak bisa melaksanakan
swasembada beras harus melakukan kegiatan impor beras ke daerah lainnya agar
kebutuhan akan beras di daerahnya bisa tercukupi. Hasil perhitungan swasembada beras
di Kabupaten Semarang pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
50
Tabel IV.6
Perhitungan Swasembada Beras di Kabupaten Semarang Tahun 2016
No Kecamatan Ketersediaan Kebutuhan Swasembada
Beras Keterangan
1 Ambarawa 8.978.505,68 7.038.597 1939908,68 Surplus
2 Bancak 5.819.861,42 2.292.863,40 3526998,02 Surplus
3 Bandungan 8.785.134,12 6.430.571,16 2354562,96 Surplus
4 Banyubiru 8.892.756,36 4.843.439,88 4049316,48 Surplus
5 Bawen 5.622.844,47 6.949.515,20 -1326670,73 Defisit
6 Bergas 4.628.311,40 9.352.113,76 -4723802,36 Defisit
7 Bringin 13.052.036,30 4.857.397,92 8194638,38 Surplus
8 Getasan 361.680,06 5.744.925 -5383244,94 Defisit
9 Jambu 2.935.220,92 4.411.648,48 -1476427,55 Defisit
10 Kaliwungu 7.129.225,94 3.020.156,72 4109069,22 Surplus
11 Pabelan 10.461.638,58 4.480.871,28 5980767,30 Surplus
12 Pringapus 7.255.860,43 6.406.172,96 849687,47 Surplus
13 Sumowono 5.733.323,32 3.475.325 2257998,31 Surplus
14 Suruh 17.647.823,04 6.841.255,28 10806567,76 Surplus
15 Susukan 9.982.129,98 4.988.013,40 4994116,58 Surplus
16 Tengaran 3.968.144,48 7.974.580,04 -4006435,56 Defisit
17 Tuntang 9.980.224,63 7.377.107,84 2603116,79 Surplus
18 Ungaran Barat 3.868.710,35 9.518.135 -5649424,65 Defisit
19 Ungaran Timur 4.162.467,63 9.088.499,72 -4926032,09 Defisit
Jumlah 139.265.899,12 115.091.189,04
Sumber: Analisis Penyusun, 2018
Berdasarkan hasil perhitungan swasembada beras diatas makan dapat dilihat
bahwa pada tahun 2016 sebanyak 12 kecamatan di Kabupaten Semarang dapat
melakukan swasembada beras secara mandiri, diantaranya adalah Kecamatan Ambarawa,
Bancak, Bandungan, Banyubiru, Bringin, Kaliwungu, Pabelan, Pringapus, Sumowono,
Suruh, Susukan dan Tuntang. Sedangkan 7 kecamatan lainnya tidak dapat melakukan
kegiatan swasembada beras karena mengalami kekurangan produksi beras untuk
mencukupi kebutuhan beras di kecamatannya masing-masing, diantaranya adalah
Kecamatan Bawen, Bergas, Getasan, Jambu, Tengeran, Ungaran Barat, Ungaran Timur.
Berikut merupakan peta swasemba beras yang ada di Kabupaten Semarang tahun
2016:
52
4.5 Analisis Perubahan Lahan Pertanian di Kabupaten Semarang Tahun 2016 -
2036
Analisis perubahan lahan pertanian di Kabupaten Semarang didapatkan dengan
menggunakan data penggunaan lahan eksisting pada tahun 2016 dengan data
penggunaan lahan tahun 2036 yang didapatkan dengan menggunakan data peta rencana
pola ruang Kabupaten Semarang tahun 2036 yang kemudian diasumsikan sebagai
penggunaan lahan eksisting pada tahun tersebut. Perubahan lahan pertanian ini ada yang
dikonversi menjadi kawasan budidaya lainnya dengan kegiatan tertentu dan ada yang
difungsikan sebagai kawasan lindung sehingga tidak ada lagi aktivitas produksi pertanian
di kawasan tersebut. Adapun jenis perubahan lahan pertanian pada tahun 2036 di
Kabupaten Semarang beserta luasan penkonversiannya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel IV.7
Jenis Perubahan dan Luasan Lahan Pertanian di Kabupaten Semarang Tahun 2036
No Pengunaan Lahan
Tahun 2016 Perubahan Lahan di Tahun 2036 Luas (Ha)
1 Lahan Pertanian Sawah Kawasan Peruntukan Hutan Produksi 309,23
2 Lahan Pertanian Sawah Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Terbatas 77,08
3 Lahan Pertanian Sawah Kawasan Peruntukan Industri 357,08
4 Lahan Pertanian Sawah Kawasan Peruntukan Perkebunan 517,23
5 Lahan Pertanian Sawah Kawasan Peruntukan Permukiman Pedesaan 492,12
6 Lahan Pertanian Sawah Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan 599,16
7 Lahan Pertanian Sawah Kawasan Peruntukan Pertanian Holtikultura 116,97
8 Lahan Pertanian Sawah Sempadan Waduk 185,05
9 Lahan Pertanian Sawah Kawasan Rawan Longsor 75,45
10 Lahan Pertanian Sawah Kawasan Resapan Air 146,12
11 Lahan Pertanian Sawah Sempadan Sungai 765,28
12 Lahan Pertanian Sawah Kawasan Hutan Lindung 0,27
Jumlah 3640,77
Sumber: Analisis Penyusun, 2018
Perubahan lahan pertanian yang ada di Kabupaten Semarang ini dipengaruhi oleh
kebutuhan lahan untuk masing-masing peruntukan kegiatan tertentu sepeti peruntukan
hutan, industri, perkebunan, permukiman dan pertanian hortikultura. Berdasarkan tabel
daitas Lahan pertanian yang dialihfungsikan sebagai kawasan peruntukan permukiman
perkotaan merupakan peralih fungsian yang paling besar, peralih fungsian lahan pertanian
menjadi kawasan permukiman perkotaan adalah seluas 517,23 Ha. Hal ini terjadi karena
seiiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan lahan akan lokasi
permukiman akan semakin meningkat, dan cara menangguangi masalah tersebut adalah
53
dengan menkonversi lahan tidak terbangun dalam hal ini adalah lahan pertanian menjadi
lahan terbangun yaitu untuk kawasan permukiman.
Selain dialih fungsikan menjadi kawasan dengan kegitan tertentu ada juga lahan
pertanian di Kabupaten Semarang ini yang berfungsi sebagai kawasan lindung, jadi tidak
seharusnya dilakukan kegiatan produksi pertanian di kawasan tersebut. Lahan pertanian
pada tahun 2016 yang paling banyak terdapat di kawasan lindung adalah sebagai
sempadan sungai, dimana daearah sempadan sungai seluas 765,28 Ha pada tahun 2016
masih difungsikan sebagai lahan pertanian.
Adapun sebaran perubahan lahan pertanian ini dapat dilihat pada peta IV.3 dibawah
ini:
55
4.6 Analisis Kebutuhan Beras Kabupaten Semarang Tahun 2036
Analisis Kebutuhan beras di Kabupaten Semarang dapat dihitung melalui rumus
sebagai berikut:
D = Jp x Stdb
Keterangan:
D = Kebutuhan Beras (Demand) (Kg)
Jp = Jumlah Penduduk
Stdb = Standar Kebutuhan Beras (Kg)
= 113,48 Kh/Kapita/Tahun (BPS, 2013)
Hasil perhitungan kebutuhan beras di Kabupaten Semarang pada tahun 2036
dapat dilihat pada tabel IV.8 dibawah ini:
Tabel IV.8
Tabel Perhitungan Kebutuhan Beras Kabupaten Semarang Tahun 2036
No Kecamatan Jumlah
Penduduk
Standar
Kebutuhan Beras
(Kg/Orang/Tahun)
Kebutuhan
Beras
1 Ambarawa 76.021 113,48 8.626.863,08
2 Bancak 21.496 113,48 2.439.366,08
3 Bandungan 72.173 113,48 8.190.192,04
4 Banyubiru 51.962 113,48 5.896.647,76
5 Bawen 93.428 113,48 10.602.209,44
6 Bergas 158.611 113,48 17.999.176,28
7 Bringin 48.968 113,48 5.556.888,64
8 Getasan 59.435 113,48 6.744.683,80
9 Jambu 47.117 113,48 5.346.837,16
10 Kaliwungu 27.710 113,48 3.144.530,80
11 Pabelan 48.200 113,48 5.469.736,00
12 Pringapus 84.993 113,48 9.645.005,64
13 Sumowono 33.607 113,48 3.813.722,36
14 Suruh 62.283 113,48 7.067.874,84
15 Susukan 46.638 113,48 5.292.480,24
16 Tengaran 95.630 113,48 10.852.092,40
17 Tuntang 81.995 113,48 9.304.792,60
18 Ungaran Barat 125.416 113,48 14.232.207,68
19 Ungaran Timur 137.046 113,48 15.551.980,08
Jumlah 1.372.729 155.777.286,92
Sumber: Analisis Penyusun, 2018
56
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas kebutuhan akan beras di
Kabupaten Semarang pada tahun 2036 secara Keseluruhan adalah sebanyak
155.777.286,92 Kg. jumlah kebutuhan ini meningkat sebanyak 40.686.097,9 Kg dari tahun
2016 atau mengalami peningkatan sebesar 35,35%. Kecamatan dengan kebutuhan beras
terbanyak adalah Kecamatan Bergas yaitu sebanyak 17.999.176,28 Kg, disusul dengan
Kecamatan Ungaran Timur yaitu sebesar 15.551.980,08 Kg. sedangkan kecamatan
dengan jumlah kebutuhan paling sedikit adalah Kecamatan Bancak dan kaliwungu yang
masing-masing mempunyai kebutuhan beras sebanyak 2.439.366,08 Kg dan 3.144.530,80
Kg.
4.7 Analisis Produksi Beras Kabupaten Semarang Tahun 2036
Analisis produksi beras di Kabupaten Semarang dilakukan dengan melakukan
perkalian dengan rumus sebagai berikut:
S = (PrL x LLtp) x α
Keterangan:
S = Ketersediaan (Produksi Beras) (Kg)
PrL = Produktifitas lahan (yang ditanami padi) (Kg/Ha)
= 6000 Kg/Ha
LLtp = Luas Lahan yang ditanami padi (Ha)
α = Indeks Konversi dari padi menjadi beras
= 62,74%
Berikut merupakan hasil perhitungan produksi beras di Kabupaten Semarang
Tahun 2036:
Tabel IV.9
Tabel Analisis Produksi Beras Kabupaten Semarang Tahun 2036
No Kecamatan Luas
Panen
Perkiraan
produksi
GKG
Produksi
Beras
1 Ambarawa 2.083,25 12.499.518,01 7.842.197,60
2 Bancak 1.718,30 10.309.784,24 6.468.358,63
3 Bandungan 2.659,00 15.954.014,80 10.009.548,89
4 Banyubiru 2.212,18 13.273.075,78 8.327.527,75
5 Bawen 1.133,21 6.799.279,35 4.265.867,86
6 Bergas 945,78 5.674.689,30 3.560.300,07
7 Bringin 3.153,62 18.921.707,22 11.871.479,11
8 Getasan 1.061,49 6.368.932,60 3.995.868,31
9 Jambu 690,82 4.144.900,26 2.600.510,42
10 Kaliwungu 1.852,85 11.117.114,73 6.974.877,78
57
No Kecamatan Luas
Panen
Perkiraan
produksi
GKG
Produksi
Beras
11 Pabelan 3.002,76 18.016.574,54 11.303.598,87
12 Pringapus 1.418,14 8.508.843,42 5.338.448,36
13 Sumowono 1.347,22 8.083.322,20 5.071.476,35
14 Suruh 4.589,85 27.539.111,96 17.278.038,84
15 Susukan 2.438,44 14.630.622,84 9.179.252,77
16 Tengaran 1.200,39 7.202.319,85 4.518.735,48
17 Tuntang 2.390,03 14.340.195,33 8.997.038,55
18 Ungaran Barat 1.064,30 6.385.802,41 4.006.452,43
19 Ungaran Timur 690,73 4.144.400,14 2.600.196,65
Jumlah 35.652,37 2.13.914.209 134.209.774,72
Sumber: Analisis Penyusun, 2018
Berdasarkan tabel hasil perhitungan diatas produksi beras di kabupaten Semarang
pada tahun 2036 adalah sebesar 134.209.774,72 Kg. Hal ini mengalami penurunan
produksi beras sebanyak 5.056.124.40 Kg atau mengalami penyusutan sebesar 3,63% dari
hasil produksi beras pada tahun 2016. Hal ini dikarenakan menurunnya jumlah penggunaan
lahan pertanian sawh yang mengakibatkan menurunnya jumlah luas panen dan
beradampak kepada banyaknya jumlah produksi beras di Kabupaten Semarang itu sendiri.
Produksi beras terbanyak di Kabupaten Semarang berada di Kecamatan Suruh dengan
produksi beras sebanyak 17.278.038,84 Kg, walaupun menjadi kecamatan dengan
produksi beras terbanyak hasil produksi beras di Kecamatan Suruh nyatanya menurun dari
hasil produksi pada tahun 2016 sebanyak 369.784,19 Kg. Hal ini terjadi dikarenakan
adanya konversi lahan pertanian padi sawah di Kecamatan Suruh. Sedangkan Kecamatan
dengan hasil produksi padi sawah terkecil pada tahun 2036 adalah Kecamatan Getasan
dengan hasil produksi hanya berjumlah 2.600.196,65 Kg saja.
4.8 Analisis Swasembada Beras Kabupaten Semarang Tahun 2036
Untuk menghitung apakah suatu daerah itu bisa melakukan swasembada beras di
daerahnya dapat digunakan rumus perhitungan sebai berikut:
Swd = S – D
Keterangan:
Swd = Swasembada Beras (Kg)
S = Ketersedian (Produksi Beras) (Kg)
D = Kebutuhan Beras (Demand) (Kg)
58
Apabila dari hasil perhitungan swasembada beras tersebut suatu daerah
mendapatkan jumlah positif berarti daerah tersebut bisa melaksanakan swasembada beras
secara mandiri. Sedangkan apabila suatu daerah mendapatkan hasil yang berjumlah
negative (-) maka daerah tersebut tidak dapat melakukan swasembada beras di daerahnya,
bahkan daerah ini harus melakukan impor beras dari daerah lain agar bisamencukupi
kebutuhan masyarakatnya. Maka dari itu daerah yang tidak bisa melaksanakan
swasembada beras harus melakukan kegiatan impor beras ke daerah lainnya agar
kebuthan akan beras di daerahnya bisa tercukupi.
Tabel IV.10
Perhitungan Swasembada Beras di Kabupaten Semarang Tahun 2036
No Kecamatan Ketersediaan Kebutuhan Swasembada
Beras Keterangan
1 Ambarawa 7.842.197,60 8.626.863,08 -784.665,48 Defisit
2 Bancak 6.468.358,63 2.439.366,08 4.028.992,55 Surplus
3 Bandungan 10.009.548,89 8.190.192,04 1.819.356,85 Surplus
4 Banyubiru 8.327.527,75 5.896.647,76 2.430.879,99 Surplus
5 Bawen 4.265.867,86 10.602.209,44 -6.336.341,58 Defisit
6 Bergas 3.560.300,07 17.999.176,28 -14.438.876,21 Defisit
7 Bringin 11.871.479,11 5.556.888,64 6.314.590,47 Surplus
8 Getasan 3.995.868,31 6.744.683,80 -2.748.815,49 Defisit
9 Jambu 2.600.510,42 5.346.837,16 -2.746.326,74 Defisit
10 Kaliwungu 6.974.877,78 3.144.530,80 3.830.346,98 Surplus
11 Pabelan 11.303.598,87 5.469.736,00 5.833.862,87 Surplus
12 Pringapus 5.338.448,36 9.645.005,64 -4.306.557,28 Defisit
13 Sumowono 5.071.476,35 3.813.722,36 1.257.753,99 Surplus
14 Suruh 17.278.038,84 7.067.874,84 10.210.164,00 Surplus
15 Susukan 9.179.252,77 5.292.480,24 3.886.772,53 Surplus
16 Tengaran 4.518.735,48 10.852.092,40 -6.333.356,92 Defisit
17 Tuntang 8.997.038,55 9.304.792,60 -307.754,05 Defisit
18 Ungaran Barat 4.006.452,43 14.232.207,68 -10.225.755,25 Defisit
19 Ungaran Timur 2.600.196,65 15.551.980,08 -12.951.783,43 Defisit
Jumlah 134.209.774,72 155.777.286,92
Sumber: Analisis Penyusun, 2018
Berdasarkan hasil perhitungan swasembada beras diatas makan dapat dilihat
bahwa pada tahun 2036 sebanyak 9 kecamatan di Kabupaten Semarang dapat melakukan
swasembada beras secara mandiri, diantaranya adalah Kecamatan Bancak, Bandungan,
Banyubiru, Bringin, Kaliwungu, Pabelan, Sumowono, Suruh, Susukan Sedangkan 10
kecamatan lainnya tidak dapat melakukan kegiatan swasembada beras karena mengalami
kekurangan produksi beras untuk mencukupi kebutuhan beras di kecamatannya masing-
59
masing, diantaranya adalah Kecamatan Ambarawa, Bawen, Bergas, Getasan, Jambu,
Pringapus, Susukan, Tuntang, Tengeran, Ungaran Barat, Ungaran Timur.
Berikut merupakan peta swasembada beras di Kabupaten Semarang pada tahun
2036:
61
4.9 Analisis Perubahan Lahan Pertanian Terhadap Ketahan Pangan di Kabupaten
Semarang
Perubahan lahan merupakan hal yang lumrah terjadi ketika adanya pembangunan
di suatu daerah, hal ini dikarenakan kebutuhan akan lahan pasti semakin meningkat seiring
berjalannya pembangunan dan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya. Lahan pertanian
merupakan salah satu alternatif lahan yang pasti dijadikan alternatif jika sudah tidak ada
lagi lahan kosong yang bisa digunakan untuk pembangunan. Perubahan lahan ini nantinya
akan berdampak terhadap lingkungan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Salah satu dampak yang akan terjadi nantinya adalah terganggunya produksi
lahan pertanian yang ada terutama produksi beras yang akan digunakan untuk mencukupi
kebutuhan pangan. Semakin berkurangnya hasil produksi beras dan terjadinya
pertambahan jumlah penduduk yang pasti bertambah setiap tahunnya akan mengakibatkan
gap yang sangat besar, hal ini nantinya akan membuat ketahanan pangan di suatu daerah
akan terganggu. Tak terkecuali Kabupaten Semarang juga terjadi perubahan lahan yang
akan berakibat terhadap ketahanan pangan-nya.
Perubahan lahan pertanian yang terjadi di Kabupaten Semarang dari tahun 2016 ke
tahun 2036 sebesar 3.640,77 Ha. Namun perubahan ini juga dibarengi dengan
pengkonverisan penggunaan lahan lainnya menjadi lahan pertanian sawah sebesar
4.048,76 Ha di tahun 2036. Hal ini membuat luas lahan pertanian sawah yang awalnya
seluas 22.112,92 Ha pada tahun 2016 menjadi 22.522,12 Ha di tahun 2036. Pada tahun
2016 luas lahan pertanian sawah irigasi adalah seluas 14.882,59 Ha sedangkan luas lahan
pertanian sawh tadah hujan seluas 7.230,32 Ha. Maka dari itu luas panen lahan pertanian
sawah pada tahun 2016 menjadi 36.995,51 Ha dengan hasil produksi beras sebesar
139.265.899,12 Kg dengan total kebutuhan beras sebesar 115.091.189,04 Kg. Pada tahun
2036 luas lahan pertanian sawah diperkiran akan menjadi seluas 22.522,12 Ha dengan
rincian luas lahan pertanian sawah irigasinya seluas 13.130,25 Ha dan luas lahan pertanian
tadah hujannya seluas 9.391,86 Ha. Hal ini membuat luas panen padi sawah di Kabupaten
Semarang pada tahun 2036 menjadi 35.652,37 Ha. Pada tahun 2036 itu pula hasil produksi
beras di Kabupaten Semarang adalah sebanyak 134.209.774,72 Kg dengan produksi beras
sebanyak 155.777.286,92 Kg.
Pada tahun 2036 di Kabupaten Semarang terdapat penambahan luas lahan
pertanian sawah sebesar 409,2 Ha dari tahun 2016. Namun untuk luas panen padi sawah
di Kabupaten Semarang pada tahun 2036 berkurang sebesar 1.343,14 Ha. Karena adanya
pengurangan luas panen tersebut makan hasil produksi beras pada tahun 2036 berkurang
sebanyak 5.056.124,4 Kg. Pada tahun 2016 di Kabupaten Semarang sendiri sebenarnya
62
ada 7 kecamatan yang tidak dapat melakukan swasembada beras secara mandiri. Namun
secara keselurahan Kabupaten Semarang masih dapat melakukan swasembada beras
sendiri dengan keadaan surplus 24.174.710,1 Kg. Sedangkan pada tahun 2036 bertambah
3 kecamatan menjadi 10 kecamatan yang tidak dapat melakukan swasembada beras.
Bahkan secara keseluruhan Kabupaten Semarang tidak dapat melakukan kegiatan
swasembada beras dan mengalami defisit beras sebanyak 21.567.512,2 Kg. Hal ini
membuktikan bahwa dengan adanya proses penggunaan lahan di Kabupaten Semarang
dapat mempengaruhi kegiatan produksi beras yang ada di Kabupaten Semarang itu sendiri
yang akibatnya tidak dapat melakukan kegiatan swasembada beras dan akan mengancam
ketahanan pangan yang ada di Kabupaten Semarang sendiri. Akibat dari ketidakmampuan
Kabupaten Semarang dalam melakukan swasembada beras ini pada tahun 2036 maka
sudah jelas bahwa pada tahun 2036 akan mengalami kekurangan beras sehingga harus
melakukan kegiatan impor dari daerah lain agar dapat mencukupi kebutuhan beras yang
ada di Kabupaten Semarang.