BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN...

21
75 BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT NU KABUPATEN TEGAL A. Persamaan dan Perbedaan Strategi Dakwah Pada bab sebelumnya telah penulis deskripsikan tentang strategi dakwah yang dilakukan Muslimat NU dan Aisyiyah. Strategi dakwah yang diterapkan organisasi Aisyiyah dan Muslimat NU memiliki banyak persamaan. Sebelum penulis menjelaskan lebih jauh letak persamaan dan perbedaan strategi dakwah kedua organisasi tersebut, alangkah lebih baiknya kalau kita mencoba mengkaji ulang strategi dari masing-masing organisasi tersebut. Hal ini penulis anggap penting, yaitu untuk mempermudah dalam mengklasifikasikan mana letak persamaan dan perbedaannya. 1. Analisis terhadap Pelaksanaan Strategi Dakwah Muslimat NU Kabupaten Tegal Pelaksanaan operasional dari program dakwah Muslimat NU Kabupaten Tegal, dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada di lingkungan Muslimat NU Kabupaten Tegal dengan menyesuaikan dengan kondisi masing-masing lembaga. Sehingga ada persiapan dan kesiapan yang lebih matang dalam melaksanakan program guna tercapai efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan. Pengurus cabang dalam hal ini hanya berperan sebagai pemberi arahan, bimbingan serta melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga dan badan otonom sebagai pelaksana kegiatan. Disamping itu pengurus cabang juga melaksanakan program-program yang bersifat umum yang berkaitan dengan pengembangan dan konsolidasi organisasi dengan pengurus di tingkat bawahannya yaitu anak cabang dan ranting. Dalam menyusun rencana operasional, pengurus cabang terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan pengurus anak cabang se-Cabang

Transcript of BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN...

Page 1: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

75

BAB IV

ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN

MUSLIMAT NU KABUPATEN TEGAL

A. Persamaan dan Perbedaan Strategi Dakwah

Pada bab sebelumnya telah penulis deskripsikan tentang strategi

dakwah yang dilakukan Muslimat NU dan Aisyiyah. Strategi dakwah yang

diterapkan organisasi Aisyiyah dan Muslimat NU memiliki banyak

persamaan. Sebelum penulis menjelaskan lebih jauh letak persamaan dan

perbedaan strategi dakwah kedua organisasi tersebut, alangkah lebih baiknya

kalau kita mencoba mengkaji ulang strategi dari masing-masing organisasi

tersebut. Hal ini penulis anggap penting, yaitu untuk mempermudah dalam

mengklasifikasikan mana letak persamaan dan perbedaannya.

1. Analisis terhadap Pelaksanaan Strategi Dakwah Muslimat NU

Kabupaten Tegal

Pelaksanaan operasional dari program dakwah Muslimat NU

Kabupaten Tegal, dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada di

lingkungan Muslimat NU Kabupaten Tegal dengan menyesuaikan dengan

kondisi masing-masing lembaga. Sehingga ada persiapan dan kesiapan

yang lebih matang dalam melaksanakan program guna tercapai efektifitas

dan efisiensi pelaksanaan kegiatan.

Pengurus cabang dalam hal ini hanya berperan sebagai pemberi

arahan, bimbingan serta melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga

dan badan otonom sebagai pelaksana kegiatan. Disamping itu pengurus

cabang juga melaksanakan program-program yang bersifat umum yang

berkaitan dengan pengembangan dan konsolidasi organisasi dengan

pengurus di tingkat bawahannya yaitu anak cabang dan ranting.

Dalam menyusun rencana operasional, pengurus cabang terlebih

dahulu melakukan koordinasi dengan pengurus anak cabang se-Cabang

Page 2: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

76

Kabupaten Tegal. Sehingga ada kesesuaian dan persamaan persepsi dari

masing- masing pimpinan.

Dalam rangka untuk mencapai efektifitas pelaksanaan program

tersebut sesuai dengan sasaran, maka pengurus cabang merumuskan

rencana strategi untuk dijadikan sebagai acuan dan pegangan dalam

melaksanakan kegiatannya yang disesuaikan dengan program yang telah

ditetapkan. Rencana strategi dakwah Muslimat NU adalah:

a. Menciptakan iklim yang kondusif di dalam kepengurusan Muslimat

NU Kabupaten Tegal.

b. Memberikan motivasi kepada tenaga da’i sebagai pelaksana dakwah

untuk menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh dengan tanggung

jawab.

c. Membuat perencanaan struktur organisasi yang jelas pembagian

tugasnya dan memungkinkan personil pengurus dapat menjalankan

tugasnya secara optimal dan penuh dengan tanggung jawab.

d. Membina lembaga dakwah.1

Dalam menjalankan dakwahnya Muslimat NU Kabupaten Tegal

menggunakan konsep analisis SWOT.2 Strategi dakwah Muslimat NU

Kabupaten Tegal dapat dikategorikan ke dalam tiga langkah, yaitu

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam hal perencanaan dimulai

dari konsolidasi pengurus dengan mengkoordinir, dan membuat

perencanaan struktur organisasi. Selain itu juga mempersiapkan materi

dakwah dan metode. Pada tahap pelaksanaan, yaitu seorang da’i dalam

berdakwah harus memperhatikan kondisi mad’u artinya penerapan materi,

metode dan media harus disesuaikan dengan kondisi mad’u.

1 Wawacara dengan Hj. Azimatun Ni’mah, BA. Wakil Ketua Muslimat NU Kabupaten

Tegal pada tanggal 25 September 2003. 2 Konsep analisis SWOT merupakan suatu proses kelompok yang sangat sederhana

namun efektif bagi pengembangan daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Lihat John M. Bryson, Strategic Planning for Public and Nonprofit Organizations (A Guide Strengthening an Sustaining Organizational Achievement, Terj. M. Miftahuddin, Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial, Cet. IV, Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI), Yogyakarta, 2001, hlm. 147.

Page 3: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

77

Sedangkan pada tahap evaluasi, yaitu dengan menilai seobyektif

mungkin mengenai apakah dakwah yang dilakukan mencapai target

sasaran dan tujuan atau malah sebaliknya.

Analisis terhadap strategi dakwah Muslimat NU Kabupaten Tegal

secara terperinci penulis deskripsikan sebagai berikut:

1. Da’i atau Subyek Dakwah

Dalam menyebarluaskan ajaran agama Islam, da’i atau subyek

dakwah merupakan komponen yang sangat penting. Karena dalam

penyebaran ajaran agama Islam Mulsimat NU memberikan pelatihan

kepada para da’i. Hal ini untuk proporsionalitas para da’i dalam

menyampaikan dakwah kepada obyek dakwah masyarakat Kabupaten

Tegal.

Dalam penyampaian dakwah, Muslimat NU juga mengadakan

kerjasama dengan organisasi lain dalam menjalankan dakwahnya,

seperti kerjasama dengan dokter, dimana dalam bidang kesehatan baik

pengurus maupun anggota tidak menguasai bidang kesehatan ini.

2. Mad’u atau Obyek Dakwah

Muslimat NU menjadikan masyarakat Kabupaten Tegal

sebagai obyek dakwah. Oleh sebab itu Muslimat NU Kabupaten Tegal

dalam menjalankan pelaksanaan strategi dakwahnya mempelajari

masalah yang ada masyarakat. Maka sebagai bekal dakwah bagi

seorang da’i hendaknya melengkapi dirinya dengan beberapa

pengetahuan dan pengalaman yang erat hubungannya dengan

masyarakat ini.

Masyarakat Kabupaten Tegal beraneka ragam latar

belakangnya, mempunyai kemauan, keinginan, pikiran dan pandangan

hidup yang berbeda-beda. Obyek dakwah adalah seluruh masyarakat

Kabupaten Tegal tanpa kecuali, baik pria maupun wanita, beragama

maupun belum beragama, muda ataupun tua, pemimpin ataupun rakyat

biasa. Seluruh manusia tanpa memandang warna kulit, golongan asal-

usul keturunan atau pekerjaan.

Page 4: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

78

3. Metode dakwah Muslimat NU Kabupaten Tegal

Secara garis besar metode dakwah Muslimat NU Kabupaten

Tegal adalah metode bil–lisan, metode diskusi dan metode bil–hal.

Metode bil–lisan, di dalamnya dilaksanakan dengan pendekatan

mauidhah hasanah, tabligh dan ceramah.

Metode bil–lisan digunakan pada masyarakat awam.

Kemudian metode bil–hal yaitu metode berdakwah dengan amal

kongkrit. Pada sisi lain metode yang digunakan Muslimat NU

Kabupaten Tegal adalah ceramah, tanya jawab dan diskusi.

Apabila dilihat dari segi cara penyampaian dakwah yang

dilaksanakan Muslimat NU Kabupaten Tegal, yaitu berusaha

mengintegrasikan metode dakwah dengan cara tradisional an cara

modern. Dengan cara tradisional yaitu sistem ceramah umum. Dalam

metode ini da’i aktif berbicara sedangkan mad’u hanya mendengarkan.

Sedangkan cara modern yaitu dengan diskusi dan tanya jawab. Dengan

adanya diskusi dan tanya jawab, dakwah akan lancar sehingga mad’u

tidak vakum.

Dalam perspektif strategi dakwah, maka metode dakwah yang

diterapkan Muslimat NU Kabupaten Tegal baik yang tradisional

maupun modern memiliki kekuatan (strength), yaitu metode ceramah

mudah diterapkan oleh semua da’i, dan dalam metode diskusi atau

tanya jawab akan mengakibatkan dalam kegiatan tersebut (pengajian)

adanya timbal balik antara da’i dan mad’u. Sedangkan yang menjadi

kelemahan (weakness), metode ceramah yang aktif hanya da’inya saja,

sedangkan mad’u hanya mendengarkan. Peluang (opportunity), dari

metode tersebut mudah dipahami untuk diterapkan. Sedangkan

ancaman (threat), apabila metode yang digunakan tidak sesuai dengan

materi, maka akan tidak menarik.

Dari strategi dakwah tersebut, metode dakwah yang

dilaksanakan oleh Muslimat NU Kabupaten Tegal adalah penetapan

metode disesuaikan dengan situasi dan kondisi mad’u.

Page 5: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

79

4. Media dakwah Muslimat NU Kabupaten Tegal

Muslimat NU Kabupaten Tegal dalam melaksanakan aktifitas

dakwah menggunakan media massa baik elektronik maupun cetak.

Media elektronik seperti radio, dan tape. Sedangkan media cetak yaitu

dengan adanya buletin “Buletin Yasmin”.

Penggunaan media dakwah tersebut tergolong modern, karena

pada konteks sekarang sebagian masyarakat menggunakan media

tersebut sehingga sangat tepat ketika pesan-pesan dakwah disampaikan

melalui media massa.

Kemudian media dakwah melalui lembaga-lembaga

pendidikan formal, seperti sekolah. Dalam media ini telah mendirikan

TK RA dan TPQ, langkah ini memiliki kemudahan dalam berdakwah,

sebab melalui lembaga formal ini Muslimat NU telah melaksanakan

pesantren kilat.

Sedangkan media dakwah melalui organisasi-organisasi Islam

dan media tatap muka yang dilaksanakan Muslimat NU merupakan

langkah yang tepat. Adapun dalam penggunaan media ini, telah

melaksanakan, membentuk KBIH, pengajian majelis ta’lim, dan

mudzakarah.

Jika ditinjau dari media dakwah Muslimat NU memiliki

strategi dakwah, yaitu kekuatan (strength), dengan menggunakan

media massa memiliki relevansi sosiologis di masyarakat karena

mayoritas umat kita beragama Islam, media pendidikan formal

memiliki anggota tetap sehingga mudah dilakukan pembinaan, dan

organisasi-organisasi keagamaan memiliki komitmen untuk

mengamalkan ajaran agama. Sedang kelemahan (weakness), media

massa sangat selektif dan terbatasnya dana yang ada. Sedangkan yang

menjadi peluang (opportunity), Muslimat NU memiliki kualitas diri

dalam berdakwah sehingga muda diterima oleh masyarakat.

Sedangkan ancamannya (threat), jika dalam penyampaian dakwah

seorang da’i melakukan kesalahan/kekeliruan maka seluruh

Page 6: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

80

masyarakat akan mengatahuinya, karena media menjangkau semua

lapisan masyarakat.

Memperhatikan analisa SWOT tersebut, Muslimat NU

Kabupaten Tegal dalam penggunaan media dakwah senantiasa

mengoptimalisasikan media yang ada dan menggunakan kesempatan

yang sebaik-baiknya dalam menjalankan dakwah.

Muslimat NU mencoba mengintegrasikan penggunaan media

dakwah yang bersifat modern dan yang sifatnya tradisional.

Penggunaan media itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi

masyarakat setempat.

5. Materi dakwah Muslimat NU Kabupaten Tegal

Materi dakwah yang diterapkan oleh Muslimat NU Kabupaten

Tegal antara lain: Tafsirul Qur’an, fiqh, ahklak, dan tarikh Islam.

Dalam tafsir al-Qur’an, materi yang disampaikan dalam

berdakwah adalah dengan menggunakan Tafsir Jalalain. Materi fiqh

yang disampaikan yaitu tentang shalat, zakat, puasa, dan haji.

Sedangkan akhlak yaitu tentang akhlak terhadap Allah yang mana

manusia harus mensyukuri nikmatnya dan berbakti pada-Nya,

kemudian akhlak terhadap sesama manusia, sebab manusia diciptakan

dengan derajat yang paling tinggi dari makhluk lain. Dan yang terakhir

adalah tarikh Islam, dalam materi ini hanya digunakan pada hari-hari

besar seperti isra’ mi’raj, 10 Muharram, hari raya dan hari-hari besar

lainnya. Dari beberapa materi tersebut, yang paling pokok adalah

Tafsir al-Qur’an.

Di samping materi-materi pokok tersebut, perlu juga

ditambahkan materi peranan ulama dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara, persatuan dan kesatuan Indonesia.

Maka dengan demikian konsep strategi materi Muslimat NU

Kabupaten Tegal memiliki kekuatan (strength), yaitu materi tersebut

mudah dimengerti dan mudah didapatkan untuk mencapai

kesempurnaan ibadah seseorang. Yang menjadi kelemahan (weakness),

Page 7: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

81

materi tersebut monoton dan membosankan. Yang menjadi peluang

(opportunity), dengan materi yang mudah dimengerti, tidak monoton

dan tidak membosankan, maka target da’i dalam penyampaian materi

akan mengena langsung kepada mad’u. Sedangkan yang menjadi

ancaman (threat), materi ini jika tidak ditampilkan dengan baik maka

akan stagnan.

Dengan konsep strategi tersebut mad’u akan mendapatkan

sesuatu yang baru yang belum pernah mereka dapatkan. Hal ini

dikarenakan kematangan dalam melaksanakan strategi dakwah yang

dilaksanakan oleh Muslimat NU Kabupaten Tegal dalam memberikan

sesuatu yang baik kepada masyarakat baik Muslimat NU pada

khususnya dan masyarakat Kabupaten Tegal pada umumnya dalam

melestarikan ajaran Islam.

2. Analisis terhadap pelaksanaan strategi dakwah Aisyiyah Kabupaten

Tegal

Aisyiyah Kabupaten Tegal dalam menjalankan dakwahnya,

menggunakan perencanaan, ini dimulai dari konsolidasi pengurus yaitu

dengan mengkoordinir, mengendalikan dan menyebarkan dan

menyebarluaskan tenaga mubalighat. Selain itu juga mempersiapkan

materi dakwah dan metode. Pada tahap pelaksanaan, yaitu berdakwah

dengan memperhatikan kondisi mad’u. Metode dan media tersebut

disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Sedangkan pada tahap ketiga

adalah evaluasi, yaitu dengan menilai seobyektif mungkin mengenai

apakah dakwah yang dilakukan mencapai target sasaran dan tujuan atau

malah tidak tercapai.

Strategi dakwah yang dilakukan Aisyiyah Kabupaten Tegal

secara terperinci akan penulis deskripsikan sebagai berikut:

1) Da’i atau Subyek Dakwah

Aisyiyah, juga dalam hal melakukan kegiatan dakwah Islam

pelaku dakwah atau disebut sebagai da’i, merupakan komponen yang

Page 8: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

82

penting dan merupakan salah satu dari beberapa unsur dakwah yang

bertugas sebagai penggerak. Dalam menyebarkan da’i atau subyek

dakwah juga membekali para da’i agar dalam menjalankan dakwah

dapat sampai kepada mad’u.

Dalam melaksanakan kegiatan dakwah, Aisyiyah juga

mengirimkan da’i atau subyek dakwah perorangan maupun bersama-

sama secara terorganisasi.

2) Mad’u atau Obyek Dakwah

Aisyiyah Kabupaten Tegal juga menjadikan masyarakat

Kabupaten Tegal sebagai obyek dakwah Oleh sebab itu Aisyiyah

Kabupaten Tegal juga mempelajari masalah yang ada dalam

masyarakat Kabupaten Tegal. Dan para da’i diberikan bekal dakwah

dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman yang erat hubungannya

dengan masyarakat ini.

3) Metode dakwah Aisyiyah Kabupaten Tegal

Metode dakwah merupakan komponen dasar dalam

berdakwah. Dimana metode merupakan cara atau cara bekerja.3 Secara

garis besar metode dakwah Aisyiyah Kabupaten Tegal adalah metode

bil–hal dan metode bil–lisan. Metode bil–hal yaitu metode berdakwah

dengan amal kongkrit. Metode bil–hal sasarannya adalah kaum fakir

miskin dan organ yang tidak mampu. Seperti santunan anak yatim

piatu, anak jalanan (Anjal) dan lansia yang dilaksanakan setiap 10

Muharram. Sedangkan metode bil–lisan, di dalamnya dilaksanakan

dengan pendekatan mauidhah hasanah, tabligh dan ceramah. Hal ini

dititik beratkan pada masyarakat awam, yang cara berpikir mereka

masih sederhana. Metode ini digunakan pada pengajian ibu-ibu yang

dilaksanakan setiap satu minggu sekali.

Apabila dilihat dari segi cara penyampaian dakwah yang

dilaksanakan Aisyiyah Kabupaten Tegal, maka Aisyiyah Kabupaten

3 Syamsuri Shiddiq, op. cit., hlm. 13.

Page 9: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

83

Tegal berusaha mengintegrasikan metode dakwah dengan cara

tradisional dan cara modern.

Cara tradisional termasuk didalamnya adalah sistem ceramah

umum. Dalam metode ini da’i aktif berbicara dan mendominasi situasi,

sedangkan mad’u hanya pasif saja, mendengarkan apa yang

disampaikan da’i, komunikasi hanya berlangsung satu arah yaitu dari

komunikator (da’i) kepada komunikan (mad’u). Cara modern,

termasuk dalam metode ini adalah diskusi, yang didalamnya terjadi

komunikasi dua arah dan yang penting terjadi proses tanya jawab

antara da’i dan mad’u..

Dalam perspektif strategi dakwah, maka metode dakwah yang

diterapkan Aisyiyah Kabupaten Tegal baik yang tradisional maupun

yang modern memiliki kekuatan (strength), yaitu metode tersebut

mudah diterapkan oleh semua da’i, baik metode ceramah yang dapat

menyebarkan informasi secara serentak, dalam metode diskusi terjadi

proses tanya jawab antara peserta dan da’i. Sehingga dalam metode ini,

da’i dapat mengetahui keinginan dan tujuan peserta diskusi. Metode

bil–lisan dan bil–hal dapat dilakukan kapan dan dimana saja.

Sedangkan yang menjadi kelemahan (weakness), dalam

metode ceramah, yang aktif dan mendominasi hanya da’i sedangkan

mad’u bersikap pasif. Sehingga yang terjadi adalah komunikasi satu

arah, hal ini akan menjadikan mad’u jenuh. Dan tujuan dakwah tidak

tercapai. Metode lain yang digunakan adalah diskusi dan tanya jawab.

Dalam metode diskusi ini, da’i harus mempunyai ilmu pengetahuan

yang luas, jika tidak maka akan monoton.

Peluang (opportunity), dari metode diskusi dan tanya jawab

adalah terjadi pelayanan dan hubungan langsung dengan masyarakat.

Sedangkan ancamannya (threat), jika metode tidak sesuai dengan

materi maka kehilangan pengaruh dari masyarakat dan terjadi

persaingan antara lembaga-lembaga lain.

Page 10: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

84

Oleh karenanya dalam menjalankan metode dakwah (bil–hal

dan bil–lisan), strategi yang dilaksanakan oleh Aisyiyah Kabupaten

Tegal untuk mencapai tujuannya harus dilakukan dengan efektif dan

efisien, dalam penerapannya metode tersebut harus disesuaikan dengan

situasi dan kondisi mad’u.4

4) Media dakwah Aisyiyah Kabupaten Tegal

Dalam melaksanakan aktifitas dakwah, Aisyiyah Kabupaten

Tegal menggunakan media massa baik elektronik maupun media cetak

(yaitu dengan menerbitkan majalah “Suara Aisyiyah”). Sedangkan

media elektronik yang dipakai adalah radio dan tape. Selain itu, juga

melalui lembaga-lembaga pendidikan formal. Dalam hal ini Aisyiyah

Kabupaten Tegal menggunakan pendidikan sekolah dan kantor

pemerintahan.

Menurut penulis pada dasarnya Aisyiyah Kabupaten Tegal

telah menyadari pentingnya media dalam melaksanakan dakwah di era

informasi sekarang ini. Karena informasi sebagai tulang punggung

kehidupan, artinya informasi sudah menjadi kebutuhan hidup

masyarakat setiap hari baik kebutuhan ekonomi, politik maupun pesan-

pesan agama. Oleh karena itu penggunaan media dalam dakwah sangat

relevan.

Penggunaan media dakwah Aisyiyah Kabupaten Tegal

dengan alat seperti di atas tergolong modern, karena pada konteks

sekarang sebagian masyarakat menggunakan media tersebut sehingga

sangat tepat ketika pesan-pesan dakwah disampaikan. Aisyiyah

Kabupaten Tegal juga menggunakan media massa. Dalam hal ini

media yang dipakai adalah media cetak yaitu dengan menerbitkan

majalah “Suara Aisyiyah”.

Jika ditinjau dari media dakwah, strategi dakwah Aisyiyah

Kabupaten Tegal memiliki kekuatan (strength), yaitu dengan

4 Wawancara dengan Dra. Sriyatun, Ketua Aisyiyah Kabupaten Tegal pada tanggal 17

September 2003.

Page 11: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

85

menggunakan media massa baik elektronik maupun cetak yang akan

memudahkan para mubalighat dalam pelaksanaan dakwah agar dapat

sesuai dengan situasi dan kondisi yang diperlukan. Yang menjadi

kelemahan (weakness), media massa sangat selektif dan kurangnya

kualitas dari anggota sehingga sangat terbatas, dalam pendanaan–

pendapatan yang masih kurang. Sedangkan yang menjadi peluang

(opportunity), dalam hal ini Aisyiyah Kabupaten Tegal memiliki

kualitas dalam berdakwah sehingga mudah diterima oleh mad’u.

Sedangkan ancaman (threat), dengan pemakaian media ini, jika terjadi

penyampaian dakwah salah, maka masyarakat akan tahu karena media

yang dipakainya.

5) Materi dakwah Aisyiyah Kabupaten Tegal

Materi dakwah yang diterapkan Aisyiyah Kabupaten Tegal.

Materi yang digunakan adalah aqidah, akhlak dan syari’ah. Materi

aqidah merupakan nilai-nilai dasar agama yang fundamental, karena

materi ini menyangkut seseorang. Aqidah inilah yang merupakan inti

dari ajaran Islam, kemudian akhlak dan syari’ah sebagai penopang dari

aqidah. Syari’ah merupakan peraturan-peraturan atau sistem yang

ditentukan oleh Allah SWT. untuk umat Islam, baik terperinci maupun

pokok-pokok yang meliputi beberapa bagian yaitu masalah aqidah,

muamalat maupun hukum-hukum yang lainnya.

Sedangkan akhlak mencakup beberapa aspek, dimulai dari

akhlak terhadap Allah yang mana manusia harus mensyukuri

nikmatnya dan berbakti padanya, kemudian akhlak terhadap sesama

manusia, sebab manusia diciptakan dengan derajat yang paling tinggi

dari makhluk yang lain.

Penerapan strategi dakwah, dalam bidang materi dakwah

Aisyiyah Kabupaten Tegal memiliki kekuatan (strength), yaitu materi

tersebut mudah didapatkan dan dipelajari untuk mencapai

kesempurnaan ibadah seseorang. Yang menjadi kelemahan (weakness),

materi tersebut monoton dan terkesan membosankan. Yang menjadi

Page 12: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

86

peluang (opportunity), dengan materi yang mudah didapatkan dan

dimengerti, maka masyarakat akan lebih mudah mempelajari dan

kemudian mengamalkan. Sedangkan yang menjadi ancaman (threat),

adalah materi ini jika tidak ditampilkan secara variatif maka akan

mengalami stagnan.5

Dari pemaparan di atas maka dapat kita lihat bahwa dalam

melaksanakan strategi dakwahnya, antara Aisyiyah dan Muslimat NU

semuanya hampir sama. Dalam hal da’i atau subyek dakwah kedua

organisasi tersebut mengambil dari pengurus dan anggota yang telah

dibekali. Sedangkan mad’u atau obyek dakwah, keduanya sama yaitu

menjadikan masyarakat Kabupaten Tegal sebagai obyek dakwah. Dan

metode misalnya, kita menemukan dua metode yaitu metode bil–hal dan

metode bil–lisan. Dan ini digunakan oleh kedua organisasi tersebut.

Dalam hal materi dan media yang digunakan juga sama. Yaitu media

elektronik dan media cetak. Sementara dalam sisi materi penulis melihat

ada perbedaan, namun tidak begitu signifikan, yaitu kalau di Aisyiyah

hanya materi aqidah, akhlak dan syari’ah sedangkan Muslimat NU

ditambah dengan tafsir al-qur’an dan tarikh Islam. Yang kedua materi

tersebut tidak diberikan oleh Aisyiyah.

Tabel Persamaan dan Perbedaan Strategi Dakwah Aisyiyah dan

Muslimat NU.

No. Bentuk Aisyiyah Muslimat NU

1. Da’i atau Subyek dakwah Pengurus dan Anggota Pengurus dan Anggota

2. Obyek dakwah Masyarakat Kabupaten Tegal

Masyarakat Kabupaten Tegal

3. Metode Dakwah Bil–lisan dan bil–hal Bil–lisan dan bil–hal 4. Media Dakwah Elektronik dan cetak Elektronik dan cetak

5. Materi Dakwah Aqidah, akhlak, dan syari’ah

Aqidah, akhlak, fiqh, Tafsir al-qur’an dan tarikh Islam

5 Wawancara dengan Dra. Sriyatun, Ketua Aisyiyah Kabupaten Tegal pada tanggal 17

September 2003.

Page 13: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

87

Dalam penelitian ilmu sosial ––termasuk di dalamnya adalah ilmu

dakwah–– dikenal dua metodologi, yaitu metode verstehen dan metode

erklaeren. Metode verstehen adalah modifikasi dari cara interpretasi

terhadap teks sedangkan erklaeren merupakan upaya penjelasan seorang

sosiolog atas gejala sosial dengan cara melihat kausalitas (sebab-akibat).

Metode verstehen dalam disiplin ilmu sosiologi dimasukkan ke

dalam wilayah nomotetik sedangkan erklaeren masuk wilayah ideografik.

Pengetahuan nomotetik adalah pengetahuan yang mencari hukum-hukum

umum atau keteraturan, dan berkaitan dengan pengkajian ilmu alam

(natural science) dengan gejalanya secara berulang-ulang. Sedangkan

ideografis adalah pengetahuan spesifik yang menyoroti gejala individual

dan historis.6

Berangkat dari penjelasan di atas, maka dapat penulis simpulkan

bahwa strategi dakwah Muslimat NU dan Aisyiyah masuk ke dalam ilmu

ideografis yaitu mencari penyebab terjadinya sebuah gejala sosial, dalam

hal ini adalah problem yang dihadapi oleh organisasi sosial keagamaan

baik Muslimat NU maupun Aisyiyah. Strategi yang dilakukan Muslimat

NU dan Aisyiyah disebabkan adanya problem-problem sosial masyarakat

yang harus dicari solusinya.

Aplikasi dalam strategi dakwah, baik Muslimat NU maupun

Aisyiyah adalah dalam pelaksanaan strategi dakwah. Yang dalam hal ini

mencakup lima hal yaitu subyek, obyek, metode, media dan materi

dakwah.

B. KENDALA-KENDALA DALAM PELAKSANAAN STRATEGI

DAKWAH

Organisasi, dalam melaksanakan suatu program yang telah disusun,

tentu tidak akan berjalan dengan lancar. Hal ini disebabkan perbedaan kondisi

dan situasi masyarakat baik individu maupun kelompok sosial yang ada di

6 Heru Nugoroho, Ide-ide kritis, Pustaka Pelajar, cet. II, Yogyakarta, 2001, hlm. 3-10.

Page 14: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

88

dalamnya. Melihat realita tersebut suatu organisasi pasti akan menemui suatu

kendala.

Sejauh pengamatan penulis tentang lima unsur dakwah (subyek,

obyek, metode, media dan materi dakwah) baik Muslimat NU maupun

Aisyiyah sudah baik, tetapi dalam pelaksanaan strategi dakwah, mengalami

kendala baik internal maupun eksternal. Internal misalkan kurangnya

koordinasi, perbedaan pendapat yang menimbulkan perpecahan di tubuh

kepengurusan. Sedangkan eksternalnya, dalam melaksanakan program guna

terciptanya tujuan dakwah, maka harus mengerti kebutuhan dari masyarakat

baik individu maupun kelompok yang ada di dalamnya.

Penulis mencoba memaparkan kendala-kendala yang terjadi, baik

internal maupun eksternal kedua organisasi. Dari segi pelaksanaan program

yang telah disusun oleh kedua pengurus organisasi tersebut, kendala-kendala

program melihat dari berbagai bidang yang telah disusun Muslimat NU

maupun Aisyiyah Kabupaten Tegal tersebut yaitu:

1. Kendala Muslimat NU Kabupaten Tegal dari berbagai jenis program

a. Bidang dakwah

Dalam bidang dakwah, ada dua kegiatan yaitu:

1. YHM (Yayasan Haji Muslimat) NU

KBIH (Kelompok Bimbingan Haji) Muslimat NU Kabupaten

Tegal.

Hambatan yang dihadapi antara lain:

- Terbatasnya tenaga pengurus KBIH Muslimat NU yang aktif.

- Sarana dan prasarana sekretariat yang belum memadahi

- KBIH belum memasyarakat sehingga masih banyak calon haji

yang tidak mengikuti bimbingan di KBIH.

- Biaya yang dikenakan kepada calon haji baru untuk mencukupi

keperluan bimbingan di tanah air sehingga belum dapat

membiayai pembimbing sampai ke tanah air.

Page 15: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

89

- Kurangnya kerja sama antar KBIH.7

2. HIDMAT

Hambatan yang dihadapi adalah adanya tenaga da’i yang kurang

profesional.8

b. Bidang Sosial/Kesehatan

Hambatan yang dihadapi antara lain:

- Adanya keterbatasan pengurus YKM NU yang menanganinya

- Pada umumnya pengurus YKM NU mempunyai fungsi ganda,

selain sebagai pengurus YKM NU juga sebagai

pengusaha/pedagang.

- Kurangnya dana, khususnya dalam pengelolaan panti asuhan serta

Rumah Bersalin/klinik.9

c. Bidang Pendidikan

Hambatan yang dihadapi yaitu kurangnya pengajar profesional TK dan

TPQ sehingga murid akan malas untuk belajar.

d. Bidang ekonomi

Hambatan yang dihadapi antara lain:

- Kurang pahamnya tentang koperasi

- Perlengkapan kurang tercukupi

- Kurangnya dana guna menjalankan roda perekonomian.

e. Bidang tenaga kerja

Hambatan yang dihadapi adalah tenaga kerja yang belum terampil.

f. Bidang organisasi

Hambatan yang dihadapi adalah kurang akrabnya antara pengurus

yang satu dengan yang lain.10

7 Wawancara dengan Dra. Hj. Azimatun Ni’mah, Wakil ketua Muslimat Kabupaten

Tegal pada tanggal 25 September 2003. Lihat Laporan Yayasan Haji Muslimat NU (YHM NU) Kabupaten Tegal, Mukernas Muslimat NU di Jakarta tanggal 24–29 Juni 2002, hlm. 13.

8 Wawancara dengan Dra. Hj. Masruroh, Ketua Dakwah Muslimat NU Kabupaten Tegal pada tanggal 28 September 2003.

9 Wawancara dengan Dra. Hj. Cholidah Makhsan, Ketua Muslimat NU Kabupaten Tegal pada tanggal 23 September 2003. Lihat Laporan Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU Wilayah Kerja II Kabupaten Tegal, periode 2000–2005.

10 Ibid.

Page 16: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

90

2. Kendala Aisyiyah Kabupaten Tegal dari berbagai jenis program

a. Bidang Tabligh

Dalam bidang ini terdapat suatu perkumpulan yang disebut

sebagai KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) Aisyiyah

Kabupaten Tegal. Sedangkan hambatan yang dihadapi adalah:

- Masih kurangnya kerjasama yang baik antara KBIH yang satu

dengan yang lain di dalam melaksanakan keputusan yang telah

disepakati bersama, terutama di dalam penentuan biaya bimbingan

(non BPIH).

- Kurang adanya perhatian dari petugas kloter pada KBIH Aisyiyah

terutama di dalam penempatan jamaah haji di tanah suci dan juga

di dalam menghadapi jamaah haji yang sakit.11

b. Bidang BINKES (Pembinaan Kesehatan)

Dalam bidang ini, hambatan-hambatan yang dihadapi adalah:

- Adanya kekurangan koordinasi antara PDA bagian BINKES dan

LH dengan BINKES dan LH Cabang di Kabupaten Tegal karena

tidak ada kantor. PDA yang strategis dan alat komunikasi (telepon)

yang memadai.

- Kekurangcermatan pengaturan waktu untuk menyampaikan

program kerja dalam setiap rapat baik dengan PDA maupun

dengan bagian BINKES Cabang.

- Kurang lancarnya pengumpulan data dari cabang-cabang bagian

BINKES se-Kabupaten Tegal.

- Belum adanya alat komunikasi di Rumah Bersalin Hj. Mafroh,

sehingga terlambat untuk mendapatkan informasi.12

11 Wawancara dengan Dra. Hj. Sriyatun, Ketua Aisyiyah Kabupaten Tegal pada tanggal

15 September 2003. Lihat Laporan Kegiatan Bimbingan Ibadah Haji pada Calon Jama’ah Haji tahun 2002 Kabupaten Tegal, KBIH Aisyiyah Kabupaten Tegal.

12 Ibid. Lihat Musyawarah Kerja Daerah I (MUSYKERDA I) Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Tegal, op. cit., hlm. 28.

Page 17: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

91

c. Bidang PKS

Dalam bidang PKS, hambatan-hambatan yang dihadapi antara

lain:

- Belum bisa melaksanakan kegiatan sendiri dan belum

melaksanakan program unggulan.

- Hambatan kerja adalah personalia bagian PKS belum mampu

mengemban tugas, karena komunikasi dan koordinasi yang masih

sulit terjangkau.13

d. Bidang ekonomi

Dalam bidang ekonomi, hambatan-hambatan yang terjadi

yaitu:

- Kurangnya kerjasama antara pengurus koperasi yang satu dengan

yang lainnya.

- Perlengkapan masih kurang tersedia

e. Bidang DIKDASMEN

Dalam bidang DIKDASMEN, terdapat hambatan yaitu

terbatasnya pengajar profesional pada sekolah-sekolah Aisyiyah.

f. Bidang pembinaan kader

Dalam bidang pembinaan kader, terdapat hambatan yaitu

belum dapat menghimpun data tentang kader Aisyiyah yang ada di

Cabang-cabang.14

Hambatan-hambatan yang dialami oleh Aisyiyah dan Muslimat

NU di atas, dapat digolongkan dalam dua segi. Yaitu segi materi dan non

materi. Segi materi misalnya, kurangnya pendanaan, sarana dan prasarana

yang kurang memadai. Sedangkan yang non materi lebih kepada

kurangnya komunikasi antara beberapa pihak.

Dalam ilmu sosiologi dikenal teori fungsional, yaitu yang

memandang masyarakat sebagai suatu lembaga sosial yang berada dalam

keseimbangan, yang mengontrol kegiatan manusia berdasarkan norma-

13 Musyawarah Kerja Daerah I, Ibid, hlm. 32. 14 Wawancara dengan Dra. Hj. Sriyatun, Ketua Aisyiyah Kabupaten Tegal pada tanggal

15 September 2003.

Page 18: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

92

norma yang dianut bersama serta dianggap sah dan mengikat peran serta

manusia itu sendiri.

Teori ini pertama kali dicetuskan oleh pakar sosiologi August

Comte kemudian teori ini dikembangkan oleh Herbert Spencer. Menurut

Spencer bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri

dari bagian-bagian yang saling tergantung satu sama lain.15

Lahirnya fungsionalisme struktural sebagai suatu perspektif yang

“berbeda” dalam sosiologi memperoleh dorongan yang sangat besar lewat

karya-karya klasik seorang ahli sosiolog Perancis, yaitu Emile Durkheim.

Masyarakat modern dilihat oleh Durkheim sebagai keseluruhan organis

yang memiliki realitas tersendiri. Keseluruhan tersebut memiliki

seperangkat kebutuhan fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi oleh

bagian-bagian yang menjadi anggotanya agar dalam keadaan normal, tetap

langgeng. Bila mana kebutuhan tertentu tadi tidak dipenuhi maka akan

berkembang suatu keadaan yang bersifat patologis. Sebagai contoh dalam

masyarakat modern fungsi ekonomi merupakan kebutuhan yang harus

dipenuhi. Bila mana kehidupan ekonomi mengalami suatu fluktuasi yang

keras, maka bagian ini akan mempengaruhi bagian lain dari sistem itu dan

akhirnya sistem sebagai keseluruhan. Suatu sistem yang parah dapat

menghancurkan sistem politik, mengubah sistem keluarga dan

menyebabkan perubahan dalam struktur keagamaan.16

Selain teori fungsional, dalam ilmu sosiologi dikenal teori

interaksi simbolik yang menggambarkan masyarakat bukan dengan

memakai konsep-konsep seperti sistem, struktur sosial, posisi status,

peranan sosial, pelapisan sosial, melainkan dengan memakai istilah aksi.

Masyarakat, organisasi atau kelompok terdiri dari orang-orang yang

menghadapi keragaman situasi dan masalah yang berbeda-beda. Situasi-

situasi itu mengharuskan untuk diselesaikan, maka muncullah suatu

gambaran masyarakat yang dinamis, bercorak serba berubah dan

15 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, CV. Rajawali kerjasama dengan Yayasan Solidaritas Gadjah Mada, Jakarta, 1984, hlm. 25.

16 Ibid, hlm. 26.

Page 19: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

93

pluralitas. Orang saling berhubungan satu sama lain dan saling

menyesuaikan kelakuan mereka secara timbal balik.17 Teori interaksi

simbolik pertama kali dicetuskan oleh Herbert Blumer, mahaguru

universitas California di Berkeley. Teori ini berusaha mengkritik teori

fungsionalis.

Dari teori tersebut, kita dapat memahami bahwa hambatan-

hambatan yang dialami oleh Aisyiyah dan Muslimat NU lebih kepada

kurangnya kesadaran akan berorganisasi dari para pengurus dan anggota

dan kurangnya komunikasi antara pengurus dan anggota dengan

masyarakat sekitar.

Berangkat dari persoalan tersebut, maka yang perlu dilakukan

untuk mengatasi hambatan-hambatan di atas adalah refungsionalisasi

masing-masing bidang. Serta kesadaran berorganisasi yang tinggi,

meningkatkan komunikasi antar pengurus dengan masyarakat.

C. RELEVANSI

Sebagaimana dikemukakan di atas, Aisyiyah dan Muslimat NU

dalam melaksanakan/merencanakan strategi dakwahnya menggunakan tiga

bentuk strategi, yaitu metode, media dan materi dakwah. Dari ketiga bentuk

tersebut, keduanya memiliki ––hampir seluruhnya–– persamaan.

Perbedaannya hanya terletak pada segi materi.

Tiga bentuk strategi yang digunakan Aisyiyah dan Muslimat NU

memiliki relevansi terhadap kondisi sosial kemasayarakatan, terutama

masyarakat Kabupaten Tegal.

Metode bil–lisan dan metode bil–hal yang diterapkan oleh Aisyiyah

dan Muslimat NU dalam pelaksanaan strateginya, ternyata cukup efektif. Hal

ini dibuktikan dengan respon masyarakat yang cukup antusias terhadap

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.18

17 K.J. Veeger, Realitas Sosial, Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu-

Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hlm. 228

18 Hasil observasi peneliti di masing-masing organisasi selama 4 bulan. Dimulai dari bulan Juni-Oktober 2003.

Page 20: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

94

Dengan media elektronik seperti radio, tape (kaset) atau melalui surat

kabar seperti majalah dan buletin, juga sangat tepat diterapkan dalam

masyarakat. Hal ini disebabkan karena pada umumnya masyarakat Kabupaten

Tegal ––dalam bidang ekonomi–– masih tergolong dalam masyarakat

menengah ke bawah, sehingga dengan media tersebut seluruh masyarakat

kabupaten tegal dapat merasakan dan mengikuti setiap kegiatan yang

dilaksanakan oleh Aisyiyah dan Muslimat NU.

Dalam segi materi juga nampaknya sudah cukup memberi

pemahaman dan pengertian terhadap masyarakat. Sebagai pendidikan dasar

mereka tentang agama, materi fiqh, tafsir al-Qur’an dan tarikh al-Islam oleh

Muslimat NU dan aqidah, akhlak, serta syari’at oleh Aisyiyah dapat dianggap

cukup, dan ini sebagai bekal mereka dalam menjalani kehidupan mereka agar

sesuai dengan ajaran Islam. Sehingga nantinya diharapkan agama Islam tetap

bersifat sebagai agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semesta alam) dan

shalih li kulli zaman wa makan (selalu sesuai dengan kondisi ruang dan

waktu).

Pada dasarnya masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat–istiadat tertentu yang bersifat

kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.19 Salah satu

unsur dapat masuk dalam kategori masyarakat adalah kelompok atau

perkumpulan.20 Suatu kelompok atau perkumpulan juga merupakan suatu

masyarakat karena memenuhi syarat-syaratnya, dengan adanya sistem

interaksi antara para anggota, dengan adanya adat–istiadat serta sistem norma

yang mengatur interaksi itu, dengan adanya kontinuitas, serta dengan adanya

rasa identitas yang mempersatukan semua anggota tadi.

Dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

organisasi/perkumpulan Aisyiyah dan Muslimat NU dalam mengembangkan

dakwahnya, harus selalu berinteraksi dengan adat–istiadat masyarakat

19 Koentjoroningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, 1986, hlm. 143-

147. 20 Koentjoroningrat membagi unsur-unsur pembentuk masyarakat menjadi 3 yaitu

kategori sosial, golongan sosial dan kelompok atau perkumpulan. Ibid, hlm. 148-154.

Page 21: BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DAKWAH AISYIYAH DAN MUSLIMAT

95

Kabupaten Tegal, sehingga dalam menjalankan program dan strategi

dakwahnya dapat diterima seluruh lapisan masyarakat. Karena sesuai dengan

tujuan dakwah mereka adalah menegakkan dan menyebarluaskan ajaran Islam

dengan melestarikan ‘amar ma’ruf nahi mungkar.