BAB IV Analisis Kaw Lengking.pdf

18
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo IV-1 ANALISIS KAWASAN LENGKING 4.1 Analisis Potensi dan Permasalahan Kawasan Lengking Berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan Kawasan Lengking dapat dianalisis bahwa potensi kawasan secara komprehensif memprioritaskan untuk mengembangkan komoditas pertanian padi sawah, komoditas jagung, komoditas kacang tanah dan komoditas ubi kayu mengingat kualitas lahan di sebagian besar dataran di Kawasan Lengking masih dapat dikategorikan lahan subur sangat cocok untuk kegiatan agro yang didukung sistem irigasi teknis dengan memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo. Industri rumah tangga mayoritas memanfaatkan bahan baku yang tersedia di Kawasan Lengking, terutama industri pembuatan patung dan souvenir dari kayu, industri pembuatan anyaman bambu, industri pembuatan tahu tempe, industri pembuatan kusen, industri pembuatan batu bata, industri pembuatan jamu instan, industri pembuatan stagen dan industri pembuatan pot. Sebagian besar kendala pengembangan industri rumah tangga di Kawasan Lengking terdapat pada permodalan dan proses pemasaran. Namun upaya pembinaan dan sistem pemodalan dengan menggunakan usaha unit kerja mikro (UKM) dari perbankan yang memberikan bunga kredit yang ringan dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan industri rumah tangga tersebut. Kendala proses pemasaran tersebut dapat ditangani dengan memanfaatkan letak shelter yang difungsikan untuk memajang komoditas tersebut dengan memanfaatkan lokasi yang strategis. Kawasan Lengking terletak di daerah perbatasan antara Kabupaten Sukoharjo dengan Kabupaten Wonogiri dengan didukung oleh lokasi pasar antara lain: Pasar Tawangsari, Pasar Nguter, Pasar Sukoharjo dan Pasar Wonogiri. Pendistribusian potensi pertanian dan industri kecil dapat menggunakan moda pengangkutan. Aspek prasarana jalan yang menghubungkan ke pusat-pusat kegiatan perdagangan sudah memadai dan terakses. Pergerakan internal di Kawasan Lengking dapat diakses dengan tersedianya prasarana jalan yang dikategorikan sebagai jalan kabupaten. Namun akses antara daerah hinterland dengan desa pusat pertumbuhan (DPP) juga memerlukan penanganan terutama jalur-jalur yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai jalur usaha tani, jalur pendidikan dan jalur perdagangan namun kendala yang menghambat akses tersebut adalah kondisi jalur tersebut yang masih berupa

Transcript of BAB IV Analisis Kaw Lengking.pdf

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-1

    ANALISIS KAWASAN LENGKING

    4.1 Analisis Potensi dan Permasalahan Kawasan Lengking

    Berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan Kawasan Lengking dapat dianalisis

    bahwa potensi kawasan secara komprehensif memprioritaskan untuk mengembangkan komoditas

    pertanian padi sawah, komoditas jagung, komoditas kacang tanah dan komoditas ubi kayu

    mengingat kualitas lahan di sebagian besar dataran di Kawasan Lengking masih dapat dikategorikan

    lahan subur sangat cocok untuk kegiatan agro yang didukung sistem irigasi teknis dengan

    memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo.

    Industri rumah tangga mayoritas memanfaatkan bahan baku yang tersedia di Kawasan

    Lengking, terutama industri pembuatan patung dan souvenir dari kayu, industri pembuatan anyaman

    bambu, industri pembuatan tahu tempe, industri pembuatan kusen, industri pembuatan batu bata,

    industri pembuatan jamu instan, industri pembuatan stagen dan industri pembuatan pot. Sebagian

    besar kendala pengembangan industri rumah tangga di Kawasan Lengking terdapat pada permodalan

    dan proses pemasaran. Namun upaya pembinaan dan sistem pemodalan dengan menggunakan

    usaha unit kerja mikro (UKM) dari perbankan yang memberikan bunga kredit yang ringan dapat

    dimanfaatkan untuk mengembangkan industri rumah tangga tersebut. Kendala proses pemasaran

    tersebut dapat ditangani dengan memanfaatkan letak shelter yang difungsikan untuk memajang

    komoditas tersebut dengan memanfaatkan lokasi yang strategis. Kawasan Lengking terletak di

    daerah perbatasan antara Kabupaten Sukoharjo dengan Kabupaten Wonogiri dengan didukung oleh

    lokasi pasar antara lain: Pasar Tawangsari, Pasar Nguter, Pasar Sukoharjo dan Pasar Wonogiri.

    Pendistribusian potensi pertanian dan industri kecil dapat menggunakan moda pengangkutan. Aspek

    prasarana jalan yang menghubungkan ke pusat-pusat kegiatan perdagangan sudah memadai dan

    terakses.

    Pergerakan internal di Kawasan Lengking dapat diakses dengan tersedianya prasarana jalan

    yang dikategorikan sebagai jalan kabupaten. Namun akses antara daerah hinterland dengan desa

    pusat pertumbuhan (DPP) juga memerlukan penanganan terutama jalur-jalur yang selama ini

    dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai jalur usaha tani, jalur pendidikan dan jalur perdagangan

    namun kendala yang menghambat akses tersebut adalah kondisi jalur tersebut yang masih berupa

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-2

    jalan tanah maupun jalan aspal atau jalan beton yang sudah rusak. Pembangunan jalur tersebut

    membutuhkan pembiayaan yang cukup besar, karena pembangunan jalan aspal atau jalan beton

    tersebut harus didukung dengan adanya perkuatan yang melindungi fungsi jalan, berupa talud

    pelindung jalan.

    Keberadaan potensi obyek wisata di Kawasan Lengking terkendala dengan belum

    terkelolanya obyek wisata tersebut secara optimal dan belum adanya media yang dapat

    dimanfaatkan untuk memperkenalkan obyek wisata keluar Kawasan Lengking. Potensi pariwisata

    yang menjadi andalan di Kecamatan Bulu adalah obyek wisata Batu Seribu yang terletak di desa

    Gentan. Potensi pariwisata alam yang saat ini terdapat di Kawasan Lengking adalah obyek wisata

    Gunung Gundul di desa Lengking, dan obyek wisata Sendang Sumber Alit di desa Puron.

    Peningkatan kualitas kawasan permukiman perdesaan di Kawasan Terpilih Pusat

    Pengembangan Desa (KTP2D) Lengking secara ekonomi dapat dipacu dengan pengembangan

    kegiatan perekonomian lokal atau industri rumah tangga yang diintegrasikan dengan potensi obyek

    wisata yang terdapat di dalam maupun di luar kawasan Lengking untuk mendorong kreatifitas pelaku

    usaha dan menjalin hubungan untuk menciptakan pasar bagi produk lokal kawasan Lengking.

    Upaya peningkatan kegiatan perekonomian di Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa

    (KTP2D) Lengking melalui program pengembangan usaha tani, peningkatan produksi industri kecil,

    dan pengoptimalan fungsi pasar Lengking sebagai pusat kegiatan perekonomian di Kawasan

    Lengking. Pengembangan kegiatan perekonomian perlu didukung dengan peran lembaga keuangan,

    seperti pihak perbankan maupun unit kegiatan mikro. Keberlanjutan pelaku usaha sangat ditentukan

    dengan faktor bahan baku dan permodalan. Permodalan dapat menjamin sirkulasi keuangan di

    kawasan Lengking dapat tetap kontinyu.

    Analisis potensi dan permasalahan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D)

    Lengking dapat ditampilkan pada gambar berikut ini:

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-3

    Gambar 4.1

    Peta Analisis Potensi dan Permasalahan KTP2D Lengking

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-4

    4.2 Analisis Spasial (Keruangan)

    Berdasarkan kondisi eksisiting, KTP2D Lengking yang merupakan bagian dari wilayah

    Kecamatan Bulu berpotensi dalam bidang pertanian. Sesuai dengan kondisi fisik alam yang terlihat

    dalam rona kawasan dapat diketahui bahwa Kawasan Lengking berpotensi sebagai daerah pertanian

    agraris. Kondisi rona kawasan Lengking dapat ditampilkan pada gambar berikut ini:

    Gambar 4.2

    Rona Kawasan Lengking

    Berdasarkan rona kawasan dapat diketahui bahwa jenis pertanian yang ada di Desa Lengking

    dan Desa Malangan menggunakan sawah irigasi teknis sedangkan Desa Puron terdapat sawah irigasi

    teknis dan tadah hujan. Pemanfaatan lahan untuk area sawah di Desa Ngasinan terdapat sawah

    dengan irigasi tadah hujan. Kondisi eksisting Kawasan Lengking dengan topografi relatif landai, datar

    dan perbukitan sangat memudahkan dalam proses pemanfaatan lahan. Secara kondisi topografi yang

    cenderung perbukitan berada di Desa Puron, sedangkan Desa Lengking, Desa Malangan dan Desa

    Ngasinan berada di daerah landai dan datar sehingga sangat memungkinkan sebagai daerah

    pertanian. Daerah dengan topografi datar sangat diuntungkan dengan tersedianya saluran irigasi

    yang berfungsi sebagai pengairan lahan pertanian.

    Lingkup spasial kawasan terpilih pusat pengembangan desa (KTP2D) Lengking terdiri dari

    Desa Lengking, Desa Malangan, Desa Puron dan Desa Malangan. Luas keseluruhan Kawasan Lengking

    Sungai Bengawan Solo

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-5

    sebesar 1.153 hektar dengan prosentase pertanian sebesar 35,21 %, permukiman dan pekarangan

    sebesar 39%, campuran sebesar 1 %, sedangkan tegalan 18%. Batas-batas spasial kawasan Lengking

    dengan daerah lain meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tawangsari dan

    Kecamatan Nguter, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kunden, sebelah barat berbatasan

    dengan Kecamatan Tawangsari dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Karangasem.

    Analisis spasial menunjukan keberadaan Kawasan Lengking sebagai kawasan yang terletak di

    perbatasan antara Kabupaten Sukoharjo dengan Kabupaten Wonogiri dan terletak dekat dengan

    pusat pemerintahan di Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan kondisi eksisting Kawasan Lengking dapat

    dikembangkan sebagai kawasan Agropolitan mengingat potensi pertanian, peternakan, serta

    perdagangan dan jasa. Selain itu juga didukung dengan lokasi distribusi atau pemasaran hasil bumi

    yang berdekatan dengan Kawasan Lengking.

    4.3 Analisis Infrastruktur

    Analisis sistem kebutuhan menjelaskan tentang kebutuhan masyarakat terhadap

    ketersediaan pelayanan sarana dan prasarana pendukung aktivitas. Kebutuhan sarana dan prasarana

    dapat diketahui dengan berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2009-2018 dapat memberikan

    kondisi pertumbuhan penduduk di Kawasan Lengking secara signifikan. Peningkatan jumlah

    penduduk secara signifikan memberikan dampak positif bagi perkembangan kawasan, terutama

    pertumbuhan kegiatan masyarakat, baik kegiatan perekonomian, kegiatan kesehatan dan kegiatan

    pendidikan. Dasar kebutuhan sarana dan prasarana pendukung aktivitas diawali dari trend

    pertambahan penduduk. Keberadaan penduduk ini memberikan dampak positif sebagai sumberdaya

    manusia yang akan membangun Kawasan Lengking di masa mendatang. Dalam tahun perencanaan

    (tahun 2011-2015) dapat diketahui proyeksi pertambahan penduduk diprediksikan sebesar 72 jiwa.

    Kondisi proyeksi jumlah penduduk Kawasan Lengking selama 10 tahun dapat ditampilkan pada tabel

    berikut ini:

    Tabel 4.1

    Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kawasan Lengking

    Tahun 2011-2018

    No Desa

    Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa)

    2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

    1. Puron 3.782 3.786 3.790 3.794 3.797 3.801 3.805 3.809

    2. Malangan 4.715 4.720 4.725 4.729 4.734 4.739 4.743 4.748

    3. Lengking 3.602 3.605 3.609 3.613 3.616 3.620 3.623 3.627

    4. Ngasinan 5.708 5.714 5.720 5.725 5.731 5.737 5.742 5.748

    Jumlah 17.807 17.825 17.843 17.861 17.879 17.897 17.914 17.932 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2010

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-6

    Berdasarkan data proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk kawasan Lengking dapat

    diketahui pertumbuhan jumlah penduduk sebesar 0,001. Maka seberapa besar kebutuhan sarana

    dan prasarana pendukung kegiatan yang harus dilayani. Kebutuhan sarana dan prasarana di

    Kawasan Lengking meliputi: perkembangan permukiman, sarana pendidikan, sarana perdagangan,

    prasarana air bersih, prasarana drainase dan prasarana sanitasi.

    Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dapat diketahui jumlah kepala keluarga (KK) dalam

    kawasan Lengking sebagai berikut:

    Tabel 4.2

    Proyeksi Jumlah Kepala Keluarga Kawasan Lengking

    Tahun 2011-2015

    No

    Desa

    Jumlah Kepala Keluarga (KK)

    2011 2012 2013 2014 2015

    1. Puron 756 757 758 759 759

    2. Malangan 943 944 945 946 947

    3. Lengking 720 721 722 723 723

    4. Ngasinan 1.142 1.143 1.144 1.145 1.146

    Jumlah 3.561 3.565 3.569 3.572 3.576 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2010

    Peran masyarakat sebagai subjek pembangunan menuntut adanya sumber daya yang

    kompeten dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan mengingat sebagian besar masyarakat di

    Kawasan Lengking berprofesi sebagai petani.

    4.3.1 Perkembangan rumah

    Tingkat kebutuhan akan sarana dan prasarana yangmerupakan unsur penting dalam

    perkembangan suatu kawasan setiap tahunnya selalu meningkat karena perkembangan jumlah

    penduduk dan perkembangan teknologi yang secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan

    suatu kawasan terutama kawasan permukiman. Kawasan permukiman perdesaan yang selalu dapat

    dikatakan jauh dari ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai membutuhkan sarana

    prasarana sesuai dengan kebutuhan penduduknya. Sistem kebutuhan yang akan dibahas pada

    laporan Akhir ini merupakan sistem kebutuhan sarana dan prasarana. Sarana tersebut yaitu sarana

    pendidikan, kesehatan, peribadatan, pemerintahan, perekonomian, dan sarana ruang terbuka dan

    olahraga.

    Perkembangan rumah di kawasan lengking berdasarkan proyeksi penduduk digunakan untuk

    menggambarkan pertumbuhan jumlah tempat hunian di Kawasan Lengking selama 5 tahun kedepan.

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-7

    Berdasarkan tempat hunian diasumsikan dihuni oleh 5 jiwa dalam 1 rumah/ KK. Maka perkembangan

    tempat hunian yang ideal di Kawasan Lengking dapat ditampilkan pada tabel berikut ini:

    Tabel 4.3

    Perkembangan Rumah Kawasan Lengking

    Tahun 2011-2015

    No

    Desa

    Perkembangan Rumah (Unit)

    2011 2012 2013 2014 2015

    1. Puron 756 757 758 759 759

    2. Malangan 943 944 945 946 947

    3. Lengking 720 721 722 723 723

    4. Ngasinan 1.142 1.143 1.144 1.145 1.146

    Jumlah 3.561 3.565 3.569 3.572 3.576 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2010

    Berdasarkan hasil perhitungan perkembangan rumah di Kawasan Lengking dapat diketahui

    jumlah pertambahan rumah berjalan secara linier. Sedangkan perubahan kondisi pemanensi rumah

    akan berlangsung berdasarkan dari tingkat kesejahteraan masyarakat, baik dengan kondisi rumah

    permanen, rumah semi permanen dan rumah papan.

    Saat ini perkembangan tempat hunian di Kawasan Lengking berbentuk Grid sehingga antar

    rumah terdapat prasarana jalan dan sebagian didukung dengan prasarana saluran. Pembentukan

    ruang yang lebih mengedepankan aspek perekonomian dapat menciptakan bentuk ruang yang hanya

    menekankan infrastruktur sosial dan umum yang dapat dimanfaatkan oleh segenap masyarakat yang

    menghuni di wilayah tersebut. Untuk mendukung keberlangsungan kegiatan masyarakat dapat

    disediakan infrastruktur yang memadai dan memberikan kemudahan bagi penghuni permukiman di

    kawasan Lengking.

    Faktor yang menentukan pelayanan bagi keberlanjutan masyarakat menghuni di kawasan

    Lengking adalah tersedianya terjangkaunya pelayanan dan pemerataan distribusi air bersih. Selain

    faktor ketersediaan air minum, faktor menciptakan kesadaran hidup sehat yang didukung dengan

    pelayanan sarana dan prasarana penyehatan lingkungan. Penanganan sarana dan prasarana

    pendukung permukiman di kawasan perdesaan lebih memprioritaskan kebutuhan masyarakat agar

    kualitas hidup dan kesejahteraan menjadi lebih baik.

    Secara teknis peningkatan sarana dan prasarana air bersih dan penyehatan lingkungan sangat

    layak karena kebutuhan dasar dalam mendukung perkembangan permukiman sudah terpenuhi

    tanpa mengurangi kualitas bangunan tempat hunian namun meningkatkan kualitas lingkungan

    permukiman dengan infrastruktur memadai.

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-8

    Perkembangan kegiatan perekonomian di Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa

    (KTP2D) Lengking yang diakibatkan pertambahan penduduk dan keterbatasan sarana prasarana

    mendorong berdirinya kawasan permukiman yang tumbuh padat secara sporadis tanpa adanya

    upaya penataan bangunan yang teratur akan memunculkan terjadinya kawasan permukiman kumuh.

    Keberadaan ruang terbuka hijau (open space) sesuai dengan konsep rencana tata ruang hijau

    memiliki 2 fungsi yaitu: fungsi utama (intrinsik) dan fungsi tambahan (ekstrinsik). Fungsi utama

    merupakan fungsi ekologis, sedangkan fungsi tambahan memiliki manfaat arsitektural, ekonomi dan

    sosial. Dalam pengembangan permukiman perdesaan harus dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan,

    kepentingan dan keberlanjutan kawasan. Rencana tata ruang hijau berfungsi ekologis untuk

    menjamin keberlanjutan suatu kawasan perdesaan secara fisik.

    4.3.2 Sarana Pendidikan

    Sarana pendidikan merupakan hal penting dalam penentuan kualitas sumber daya manusia

    di suatu kawasan. Kondiis eksisting sarana pendidikan yang berupa TK, SD dan SMP dapat dinilai

    cukup memadai bagi pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi masyarakat. Namun pada tahun 2015,

    seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan perkembangan kawasan KTP2D Lengking

    ketersediaan sarana pendidikan berupa SMU perlu dilakukan. Begitu juga dengan peningkatan

    kualitas maupun kuantitas sarana pendidikan lainnya juga perlu dilakukan sebagai langkah untuk

    menangani perkembangan jumlah penduduk di wilayah KTP2D Lengking. Kebutuhan sarana

    pendidikan pada 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

    Tabel 4.4

    Kebutuhan Sarana Pendidikan Kawasan Lengking

    Tahun 2011-2015

    No. Jenis Sarana

    Ketersediaan

    Saat ini

    (Unit)

    Standar

    Tahun

    2015

    Kekurangan

    (Unit)

    Jumlah Penduduk

    Pendukung (Jiwa)

    Luas Lahan

    (m2)

    Kebutuhan

    Lahan (m2)

    1 TK 6 1.250 500 14 8 4.000

    2 SD 11 1.600 2.000 11 0 0

    3 Taman Bacaan 11 2.500 150 7 0 0

    4 SLTP 1 4.800 9.000 4 3 2.700

    5 SMU 0 4.800 12.500 4 4 50.000

    Sumber: Hasil Analisis Tahun 2010

    Berdasarkan perhitungan kebutuhan sarana pendidikan Kawasan Lengking dapat diketahui

    bahwa kebutuhan taman kanak-kanak (TK) sebesar 8 unit, sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP)

    sebesar 3 unit, sekolah menengah umum (SMU) sebesar 4 unit. Sedangkan untuk kebutuhan sekolah

    dasar (SD) dan taman bacaan sudah dapat terlayani.

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-9

    Proyeksi kebutuhan sarana pendidikan menjadi pedoman untuk dilaksanakan agar dapat

    meminimalkan buta aksara di Kawasan Lengking karena saat ini penduduk masih berada pada tingkat

    pendidikan yang rendah. Sebagian besar penduduknya hanya mengenyam pendidikan sampai

    dengan tingkat sekolah dasar. Sebagian besar masyarakat membutuhkan pendidikan yang sesuai

    dengan kebutuhan program Wajib Belajar 9 tahun dan Pengentasan Buta Aksara.

    4.3.3 Sarana Perekonomian

    Berdasarkan kondisi eksisting ketersediaan sarana perekonomian di Kawasan Lengking hanya

    dilayani oleh Pasar Desa Lengking. Pasar Desa tersebut merupakan sarana yang melayani masyarakat

    Desa Lengking, Desa Malangan dan Desa Ngasinan. Sedangkan masyarakat Desa Puron untuk

    memenuhi kebutuhan perdagangan cenderung mengakses ke Ibukota Kecamatan Bulu. Saat ini Pasar

    Desa Lengking kurang berkembang karena minimnya infrastruktur pendukungnya, los atau ruko yang

    tidak tertata dengan baik. Pengembangan Pasar desa Lengking sangat penting untuk diperhatikan

    karena sebagai embrio pertumbuhan ekonomi yang melayani masyarakat di Kawasan Lengking.

    Berdasarkan data eksisting Kawasan Lengking dapat diketahui bahwa ketersediaan toko/

    warung berjumlah 78 unit, pasar lingkungan berjumlah 1 unit untuk melayani di Desa Lengking.

    Sedangkan untuk pertokoan saat ini belum tersedia. Proyeksi kebutuhan sarana perkonomian di

    Kawasan Lengking dapat ditampilkan pada tabel berikut ini:

    Tabel 4.5

    Kebutuhan Sarana Perekonomian Kawasan Lengking

    Tahun 2011-2015

    No. Jenis Sarana

    Ketersediaan

    Saat ini

    (unit)

    Standar Tahun

    Kebutuhan

    Lahan

    Jmlh Pddk

    Pendukung

    (jiwa)

    Luas

    Lahan

    (m2)

    2011

    (unit)

    2015

    (unit)

    1. Toko/warung 78 250 100 71 72 0

    2. Pertokoan 0 6.000 3.000 3 3 9.000

    3. Pasar lingkungan 1 30.000 10.000 1 1 0

    Sumber: Hasil Analisis Tahun 2010

    Berdasarkan proyeksi kebutuhan sarana perekonomian dapat diketahui bahwa kebutuhan

    lahan yang harus disediakan apabila akan dibangun pertokoan sebesar 9.000 m2. Penambahan

    maupun peningkatan kualitas sarana perekonomian sangat diperlukan di Kawasan Lengking sehingga

    mampu menunjang aktivitas masyarakat khususnya dalam perdagangan hasil bumi seperti: padi,

    jagung, ubi kayu, kedelai dan kacang tanah yang menjadi potensi tersendiri di KTP2D Lengking. Selain

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-10

    itu pasar Lengking dapat dimanfaatkan sebagai penampung hasil produksi dari industri kecil yang

    terdapat di Kawasan Lengking, meliputi: industri kecil anyaman bambu, serta pembuatan patung dan

    souvenir dari kayu di Desa Lengking. Kemudian industri tahu tempe, anyaman bambu dan batubata

    yang berada di Desa Ngasinan. Kemudian industri tahu tempe dan pembuatan kusen di Desa

    Malangan. Serta industri pembuatan jamu instan, pot dari semen, pembuatan kusen dan tenun

    stagen di Desa Puron.

    4.3.4 Prasarana Jalan

    Kondisi prasarana jalan utama di KTP2D Lengking sudah sesuai dengan standart dan

    sebagian besar dengan perkerasan aspal. Sedangkan prasarana jalan lingkungan menggunakan

    perkerasan beton dan dan sudah merata di seluruh desa. Kondisi tersebut didasari program

    masyarakat desa dalam melakukan swadaya dan kegotongroyongan.

    Berdasarkan hasil survey desa sendiri (SDS) yang dilakukan konsultan dan beberapa

    perangkat desa di KTP2D Lengking menunjukan bahwa terdapat ruas jalan yang kondisinya tidak

    memadai, baik berupa jalan aspal rusak maupun jalan tanah. Prasarana jalan tersebut berfungsi

    sebagai embrio jalur usaha tani dan jalur pendidikan bagi penduduk Desa Puron, Desa Ngasinan dan

    Desa Malangan untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang lebih tinggi. Fakta di lapangan

    menunjukan bahwa masyarakat ketiga desa tersebut untuk mendapatkan pelayanan pendidikan

    setingkat SMP harus mengakses ke Desa Lengking maupun Ibukota Kecamatan (IKK) Bulu.

    Kendala aksesibilitas internal Akhir penduduk di Desa Lengking, Desa Malangan, Desa

    Ngasinan dan Desa Puron dapat ditangani dengan pembangunan prasarana jalan yang kualitas

    memadai. Peranan tersedianya prasarana jalan tersebut dapat mengembangkan jalur perekonomian

    dan pendidikan di KTP2D Lengking. Secara teknis kondisi eksisting menunjukan tidak ada kendala

    karena Kawasan Lengking berada pada topografi yang relatif landai dan datar.

    4.3.5 Prasarana Drainase

    Kondisi prasarana drainase apabila ditinjau dari keadaan topografi Kawasan Lengking relatif

    datar. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap sistem drainase yang direncanakan. Sistem drainase

    terbentuk atas sistem drainase air hujan dengan jaringan saluran yang mengarah ke sungai

    Bengawan Solo maupun Sungai Buntung. Perencanaan sistem drainase di Kawasan Lengking

    diupayakan selaras dengan jaringan jalan yang tersedia, mengingat kondisi eksistingnya sebagian

    masih belum dilengkapi jaringan jalan dengan drainase yang permanen dan terdapat pula drainase

    tertutup yang pemeliharaan (maintenance) akan mengalami kesulitan.

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-11

    Dampak negatif yang akan terjadi apabila saluran drainase tidak memadai akan

    menyebabkan genangan di dalam permukiman. Fakta yang terjadi di Dukuh Jomblang rawan

    terhadap genangan yang menampung dari Dukuh Kluwih, Dukuh Lengking, Dukuh Kruwan, dan

    Dukuh Sambirejo Desa Lengking. Permasalahan genangan air di lingkungan DPP Lengking disebabkan

    oleh kurang berfungsinya saluran drainase sehingga air tidak langsung terbuang ke saluran primer

    atau sungai Bengawan Solo. Kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi topografi daerah yang

    relatif datar.

    Sistem drainase berperan sebagai pengendalian banjir dan terintegrasi dengan jaringan jalan

    yang tersedia agar peran saluran ini dapat mendukung fungsi jalan secara optimal dan kualitas jalan

    tidak mudah mengalami kerusakan atau tergerus atau terkikis oleh air hujan. Sistem drainase

    tersebut idealnya secara hirarki adalah jaringan tersier menuju jaringan sekunder kemudian berakhir

    ke jaringan primer, seperti: Sungai Bengawan Solo dan Sungai Buntung.

    Kendala yang menghambat pelaku usaha tani adalah areal sawah yang seringkali tergenang

    oleh kapasitas saluran di beberapa lokasi sudah tidak memadai seiring dengan perubahan lahan yang

    semula belum terbangun berubah fungsi menjadi lahan terbangun atau permukiman. Akibatnya

    timbunan sedimen di saluran dapat menghambat laju aliran saluran karena kemampuan saluran

    pembuangan air yang telah tersedia belum dapat menampung limpasan air, akibat dari penyempitan

    dan pendangkalan sungai Buntung.

    Upaya penanganan permasalahan dan kendala infrastruktur drainase di Kawasan Terpilih

    Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) Lengking dapat dilakukan dengan kegiatan pembangunan

    saluran drainase di daerah rawan genangan, kegitan pembangunan saluran lingkungan permukiman,

    dan kegiatan peningkatan kualitas prasarana drainase, seperti: normalisasi sungai/ saluran.

    4.3.6 Prasarana Air Bersih

    Kebutuhan yang sangat urgent bagi keberlanjutan kehidupan masyarakat di KTP2D Lengking

    adalah kebutuhan untuk mendapatkan air bersih. Keberadaan air bersih merupakan salah satu

    kebutuhan pokok yang harus dipenuhi masyarakat. Oleh sebab itu pola pengelolaan air bersih harus

    baik dan benar menjadi prioritas utama agar kualitas airnya selalu baik, sehat dan aman untuk

    dikonsumsi.

    Sebagian besar desa di wilayah KTP2D Lengking sangat bergantung sumber air dari sumur

    dangkal dan hidran/ tandon air, serta sebagian sudah terlayani oleh jaringan PDAM. Secara umum

    penyediaan air bersih bagi masyarakat di Kawasan Lengking menggunakan 2 sistem, meliputi:

    a. Sistem Non Perpipaan

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-12

    Sistem non perpipaan adalah sistem penyediaan yang dilakukan secara mandiri oleh

    masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam skala rumah tangga.

    Penggunaan air baku dari air tanah belum terdapat kebijakan yang mengaturnya.

    b. Sistem Perpipaan

    Sistem perpipaan adalah sistem penyediaan air bersih yang dilakukan oleh PDAM dengan

    menggunakan dana dari PDAM dan kemudian masyarakat yang menggunakan atau

    sebagai pelanggan akan membayar iuran setiap bulannya.

    Kebutuhan air bersih bagi masyarakat di KTP2D Lengking sebagai daerah permukiman

    perdesaan diasumsikan sebesar 60 liter/ hari/ orang. Perhitungan kebutuhan prasarana air minum di

    Kawasan Lengking dapat ditampilkan pada tabel berikut ini:

    Tabel 4.6

    Kebutuhan Air Bersih Kawasan Lengking

    Tahun 2011-2015

    No ANALISIS SATUAN 2011 2015

    1. Jumlah Penduduk Jiwa 17.807 17.897

    2. Real Kebutuhan Air Bersih * lt/ hari 1.068.420 1.073.820

    lt/detik 12,37 12,43

    3. Target Pelayanan Perpipaan % 75% 100%

    4. Target Penduduk Terlayani Jiwa 13.355 17.897

    5. Kebutuhan Domestik

    Samb. Rumah (60 lt/hari/jiwa) lt/ hari 801.315 1.073.820

    Samb. Kran Umum ( 20% ) lt/ hari 160.263 214.764

    6. Kebutuhan Non Domestik ( 20% ) lt/ hari 160.263 214.764

    7. Kehilangan Air ( 20% ) lt/ hari 160.263 214.764

    8. Total Kebutuhan Air lt/ hari 1.282.104 1.718.112

    Perpipaan lt/detik 14,84 19,89

    Sumber: Hasil Analisis Tahun 2010

    Berdasarkan analisis kebutuhan air bersih dapat diketahui bahwa target pelayanan pada

    tahun 2011 sebesar 75 % atau masyarakat yang terlayani sebesar 13.355 jiwa. Sedangkan pada tahun

    2015 sudah 100% yang terlayani atau masyarakat yang terlayani sebesar 17.897 jiwa. Rencana

    sistem air bersih di KTP2D Lengking yang perlu mendapatkan prioritas adalah pembuatan sumber air

    baru yang berupa sumur-sumur artesis. Pemenuhan kebutuhan domestik untuk sambungan rumah

    pada tahun 2011 harus sudah mencapai 801.315 liter/ hari.

    Berdasarkan kondisi eksisting di KTP2D Lengking yang perlu mendapatkan perhatian

    pelayanan air bersih berada di Desa Malangan dan Desa Puron. Keterbatasan penyediaan air bersih

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-13

    tersebut dapat diatasi melalui pembuatan sistem pengambilan air bersih yang dilakukan secara

    sistem non perpipaan dengan membuat terminal-terminal air untuk memudahkan dalam

    pendistribusian air.

    Sumber air non perpipaan berasal dari air tanah dan air permukaan yang dimanfaatkan

    dengan pembuatan sumur gali dan sumur pompa tangan. Sebagian besar masyarakat kawasan

    Lengking masih menggunakan sistem non perpipaan atau sumur gali untuk memenuhi kebutuhan

    akan air bersihnya, terutama daerah-daerah yang tidak terlayani oleh PDAM. Untuk mendapatkan air

    bersih dapat diperoleh dari air tanah, sumur gali dan droping air.

    Penduduk yang tinggal di daerah perbukitan ( desa Puron dan desa Malangan, desa Lengking

    memiliki sebagian wilayahnya dengan topografi berbukit) dapat menggunakan sistem jaringan non

    perpipaan namun harus menggunakan dana pribadi untuk membangun sarana dan prasarana sumur

    gali dari sumber air tanah. Upaya bijak dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo untuk membantu

    masyarakat yang minim air bersih dengan berkoordinasi dengan PDAM untuk droping air bersih yang

    disubsidi dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.

    Kelembagaan yang mengatur penggunaan air baku belum secara spesifik menangani

    penggunaan air tanah. Penegakan peraturan di Kabupaten Sukoharjo belum ada yang secara spesifik

    mengatur penggunaan air tanah karena pertambahan penggunaan air baku dari air tanah secara

    langsung dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

    4.3.7 Prasarana Sanitasi

    Perbaikan kualitas prasarana sanitasi perlu dilakukan dalam lingkungan permukiman dalam

    Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) Lengking. Sumber dari sistem sanitasi yang ada

    berupa air limbah rumah tangga (limbah domestik).

    Sistem pengelolaan air limbah yang ada pada saat ini adalah sistem setempat (on site

    sanitation). Kondisi eksisting di Kawasan Lengking menunjukan bahwa saluran limbah dan drainase

    masih bercampur sedangkan untuk limbah manusia dialirkan ke dalam septic tank, tetapi sebagian

    masih memanfaatkan sungai dan saluran irigasi untuk pembuangan limbah manusia. Proyeksi

    pelayanan sanitasi kawasan Lengking pada lima tahun mendatang dapat ditampilkan pada tabel

    berikut ini:

    Tabel 4.7

    Pelayanan Sarana dan Prasarana Sanitasi Kawasan Lengking

    Tahun 2011-2015

    NO ANALISIS SATUAN 2011 2015

    1 Jumlah Penduduk Jiwa 17.807 17.897

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-14

    NO ANALISIS SATUAN 2011 2015

    2 Target Pelayanan % 80% 100%

    3 Penduduk Terlayani Jiwa 14.246 17.897

    4 Jamban Keluarga

    Asumsi Pelayanan % 80% 100%

    Penduduk Terlayani Jiwa 11.396 17.897

    Kebutuhan (5 jiwa/ unit) unit 2.279 3.579

    5 Jamban Komunal

    Asumsi Pelayanan % 10% 10%

    Penduduk Terlayani Jiwa 1.425 1.790

    Kebutuhan (4 KK/ unit) unit 71 89

    6 MCK

    Asumsi Pelayanan % 10% 10%

    Penduduk Terlayani Jiwa 1.425 1.790

    Kebutuhan (5 KK/ unit) unit 57 72

    Sumber: Hasil Analisis Tahun 2010

    Berdasarkan analisis pelayanan sarana dan prasarana sanitasi kawasan Lengking dapat

    diketahui bahwa jumlah target penduduk yang terlayani pada tahun 2011 sebesar 14.246 jiwa atau

    80%, sedangkan jumlah penduduk yang terlayani pada tahun 2013 sebesar 17.897 jiwa atau 100 %.

    Penyediaan jamban keluarga dapat disediakan per keluarga sebesar 2.279 unit, sedangkan pada

    tahun 2015 sebesar 3.579 unit. Sedangkan MCK umum yang harus disediakan dengan skala kawasan

    pada tahun 2011 sebesar 57 unit dan pada tahun 2015 sebesar 72 unit. Pengelolaan air limbah dari

    tempat hunian masyarakat kawasan permukiman perdesaan dapat dilakukan secara individual dan

    semi komunal (on-site) oleh masyarakat melalui penyediaan sarana berupa jamban keluarga, jamban

    sederhana, saluran pembuangan air limbah (SPAL) serta sarana MCK (mandi, cuci dan kakus).

    Penanganan sistem air limbah atau sanitasi di Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa

    (KTP2D) Lengking dapat dilakukan melalui upaya-upaya sebagai berikut:

    1. Perlu peningkatan kualitas sarana dan prasarana air limbah guna mencukupi kebutuhan saat

    sekarang dan mendatang.

    2. Perlu diupayakan pembuatan MCK yang layak dilengkapi dengan tangki septik komunal agar

    pengelolaannya dapat dilakukan secara terpadu dan meminimkan resiko terjadinya

    pencemaran air tanah.

    3. Pelaksanaan pengelolaan air limbah dapat maksimal apabila didukung dengan penyediaan

    air bersih.

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-15

    4. Pengadaan sarana dan prasarana sanitasi agar pelayanan air limbah tidak tumpang tindih

    dengan prasarana drainase dan meminimkan terjadinya pencemaran air minum dapat

    diminimalkan

    5. Untuk meminimkan kebiasaan masyarakat kawasan Lengking yang membuang kotoran di

    sekitar sungai dengan memberikan kegiatan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat

    (PHBS).

    4.3.8 Prasarana Sampah

    Saat ini penanganan sampah di Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D)

    Lengking dilakukan secara komunal dalam lingkungan permukiman dengan penimbunan dan

    pembakaran. Analisis kebutuhan persampahan di Kawasan Lengking dapat ditampilkan pada tabel

    berikut ini:

    Tabel 4.7

    Analisis Pelayanan Persampahan KTP2D Lengking

    Tahun 2011-2015

    No ANALISIS SATUAN 2011 2015

    1. Jumlah Penduduk Jiwa 17.807 17.897

    2. Potensi Timbulan Sampah ( 5 lt/jw/hr ) m3/hari 89,04 89,49

    3. Target Pelayanan % 100% 100%

    4. Penduduk Terlayani Jiwa 17.807 17.897

    5. Sampah Terlayani

    a. Permukiman m3 89,04 89,49

    b. Non Domestik ( 25% ) m3 22,26 22,37

    Total 111,29 111,86

    6. Sarana Pengumpul dan Pengangkut

    Tong Sampah (40 lt) unit 2782 2796

    Gerobak Sampah (0,8 m3) unit 139 140

    Tranfer depo (10 m3) * unit 11 11

    Dump Truk (6 m3 per hari) ** rit 19 19

    unit 9 9

    7. Tempat Pembuangan Akhir lokal 1 1

    Sumber: Analisis Tahun 2010

    Berdasarkan analisis pelayanan persampahan KTP2D Lengking dapat diketahui potensi

    volume timbulan sampah setiap jiwa/ hari pada tahun 2011 sebesar 89,04 m3/hari. Sedangkan

    potensi volume timbulan sampah setiap jiwa/ hari pada tahun 2015 sebesar 89,49 m3/hari. Proyeksi

    pelayanan sampah pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat terlayani 100 %. Kebutuhan

    pelayanan sarana pengumpul dan pengangkut sampah diprediksikan pada tahun 2011, kebutuhan

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-16

    tong sampah sebesar 2.782 unit, gerobak sampah sebesar 139 unit, transfer depo sebesar 11 unit,

    dan dump truck sebesar 9 unit dengan ritasi pengangkutan per hari sebanyak 19 kali. Pelayanan

    sarana sampah pada tahun 2015 diprediksikan akan tersedia tong sampah sebesar 2.796 unit,

    gerobak sampah sebesar 140 unit, transfer depo sebesar 11 unit dan dump truck sebesar 9 unit per

    hari dengan ritasi pengangkutan sebanyak 19 kali per hari.

    Walaupun timbulan sampah di kawasan Lengking masih dapat ditangani dengan sistem

    komunal, baik dengan dikumpulkan, ditimbun dan dibakar. Namun perkembangan penduduk di masa

    mendatang memerlukan penanganan persampahan, terutama dengan memisahkan antara sampah

    organik (sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Hal tersebut lebih memudahkan

    penanganan sampah basah yang bersifat organik untuk diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah

    kering (anorganik) yang dapat didaur ulang.

    Untuk dapat menerapkan sistem pembuangan sampah yang baik dan benar dengan

    partisipasi masyarakat di Kawasan Lengking, tidak cukup hanya dengan mengandalkan kontainer dan

    TPA saja, akan tetapi diperlukan pula kerja sama yang baik antara berbagai pihak, meliputi:

    pemerintah daerah, pemerintah desa, tokoh masyarakat, serta swasta. Namun yang paling penting

    adalah partisipasi aktif dari masyarakat dan pelaku usaha.

    4.4 Analisis Kecenderungan Perkembangan

    Analisis kecenderungan perkembangan menjelaskan tentang kecenderungan perkembangan

    Kawasan Lengking baik dari segi sosial maupun dari segi interaksi intern dan eksternal wilayah.

    Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2011-2015 dapat diketahui pertumbuhan penduduk di

    KTP2D Lengking meningkat secara signifikan. Pertumbuhan penduduk yang meningkat secara

    signifikan memberikan dampak positif bagi perkembangan wilayah, terutama pertumbuhan embrio

    perekonomian dari sektor perdagangan dan jasa. Kemampuan berkembangnya sektor perekonomian

    dapat terpenuhi dengan tersedianya sarana perdagangan.

    Selama ini sarana perdagangan yang telah tersedia adalah pasar desa hasil pertanian skala

    lokal yang hanya dilayani oleh Pasar Lengking. Analisis kecenderungan perkembangan dalam wilayah

    KTP2D Lengking sangat bergantung pada interaksi antar kelompok manusia yang satu dengan lainnya

    sebagai produsen dan konsumen serta barang-barang yang diperlukan menunjukkan adanya suatu

    gerakan (movement). Produsen suatu barang pada umumnya terletak pada lpusat-pusat produksi

    hasil dalam ruang kewilayahan. Kemampuan untuk mengembangkan potensi sumber daya alam

    difungsikan untuk meningkatkan perekonomian di lingkungan KTP2D Lengking.

    Permukiman perdesaan di KTP2D Lengking memiliki morfologi cenderung permukiman

    dengan pola grid dan memusat. Karakteristik yang ditemui disekitar permukiman adalah

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-17

    pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian, peternakan dan tempat penduduk bekerja sehari-hari

    untuk mencari nafkah. Permukiman tradisional di KTP2D Lengking lebih berorientasi kepada

    kehidupan sosial, dengan memperhatikan segi keagamaan namun berdasarkan usulan program desa

    dapat dijelaskan bahwa mayoritas perkembangan perdesaan cenderung wawasan sosial ekonomi.

    Perkembangan permukiman perdesaan yang terpencar tidak beraturan tersebut dapat

    tercipta secara linier mengikuti jaringan jalan yang menghubungkan dari Desa Lengking - Desa

    Malangan - Desa Puron - Desa Ngasinan, kemudian desa-desa hinterland memiliki kecenderungan

    pola perkembangan permukiman perdesaan menyebar karena terletak di daerah berbukit-bukit,

    seperti sebagian Desa Puron dan Desa Malangan.

    4.5 Analisis Tingkat Pelayanan Sarana dan Prasarana Dasar

    Dalam analisis pelayanan sarana dan prasarana dasar lebih memprioritaskan tingkat

    pelayanan sarana dan prasarana dalam untuk mendukung kebutuhan kehidupan manusia. Hubungan

    dengan analisis tersebut cenderung mengedepankan kebutuhan permukiman perdesaan yang paling

    urgent Akhir lain kebutuhan prasarana jalan yang memadai dan prasarana saluran. Kebutuhan

    tempat hunian dan kebutuhan air bersih dapat dianalisis dengan mengasumsikan kebutuhan setiap

    orang per harinya. Sedangkan kebutuhan tempat hunian dapat diasumsikan dengan memperhatikan

    proyeksi penduduk lima tahun mendatang (tahun 2011-2015).

    Arah kecenderungan pelayanan sarana perekonomian terhadap kesinambungan kehidupan

    masyarakat perdesaan di KTP2D Lengking. Secara spesifik di dalam wilayah KTP2D Lengking sudah

    tersedia sarana perekonomian berupa pasar desa yang dapat mendukung kegiatan perdagangan dan

    jasa, namun belum tersedia sub terminal. Kecenderungan tujuan pusat kegiatan ekonomi yang dituju

    sebagian besar masyarakat di Kawasan Lengking yang memiliki sarana pasar dan sarana perdagangan

    yang memadai dengan didukung moda angkutan yang bisa melayani pergerakan internal maupun

    eksternal Kawasan Lengking.

    Potensi ini dapat ditingkatkan mengingat Desa Lengking, Desa Malangan dan Desa Ngasinan,

    serta Desa Puron memiliki produksi hasil bumi berupa: padi, jagung, kacang tanah dan ubi kayu.

    Potensi pertanian tersebut yang digunakan sebagai bahan baku industri rumah tangga di Desa

    Ngasinan dan Desa Malangan yang berkembang dengan industri tahu tempe. Namun secara

    perdagangan Desa Puron lebih dominan ke arah pengembangan industri rumah tangga berupa:

    industri jamu instan, pot dari semen, pembuatan kusen dan tenun stagen. Kemampuan KTP2D

    Lengking yang melibatkan Desa Lengking sebagai desa pusat dan Desa Malangan, Desa Puron, Desa

    Ngasinan sebagai desa hinterland dapat bersinergi dengan memadukan potensi-potensi sumber daya

    yang dimiliki dapat mencukupi kebutuhannya sendiri secara mandiri. Keterikatan pola pelayanan

  • Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED

    Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

    IV-18

    sarana perekonomian diindikasikan supply dan demand kegiatan perdagangan dan jasa dengan

    memperhatikan jarak dan waktu tempuh yang relatif dekat.

    Usulan program dari perwakilan desa yang menghendaki program pembangunan fisiksebagai

    berikut: pembangunan jalan, baik dengan perkerasan aspal maupun perkerasan beton,

    pembangunan saluran dan talud dinding jalan, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan

    penanganan prasarana drainase berupa: normalisasi sungai Buntung.

    Sarana dan prasarana dasar yang dibutuhkan oleh masyarakat di wilayah KTP2D Lengking

    adalah pembangunan jalan akses, saluran dan jaringan air bersih. Sarana prasarana tersebut

    memiliki fungsi yang urgent karena memudahkan aksesibilitas masyarakat dan mobilitas barang.

    Jalur usaha tani dan pendidikan serta pengangkutan perdagangan. Program pembangunan jalan

    perdagangan secara khusus mendukung peran Pasar Desa Lengking yang saat ini menjadi embrio

    pertumbuhan sektor perekonomian di KTP2D Lengking. Namun secara interaksi kewilayahan,

    keberadaan pasar desa dapat melayani kebutuhan masyarakat secara komprehensif di wilayah

    KTP2D Lengking. Keberadaan pasar desa dapat memudahkan pemenuhan kebutuhan masyarakat di

    wilayah KTP2D Lengking secara mandiri di wilayahnya sendiri tanpa bergantung langsung dengan

    Pasar Bulu maupun Pasar Tawangsari.

    Kondisi tersebut mendorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dengan

    mengakses desa atau pusat kegiatan ekonomi yang dapat dijangkau dengan pertimbangan jarak dan

    waktu tempuh untuk transaksi supply dan demand terhadap barang-barang produksi didistribusikan

    secara optimal.

    Interaksi eksternalitas DPP Lengking terhadap desa-desa hinterland secara eksisting lebih

    didasari tarikan aspek sosial masyarakat, terutama memiliki peranan penting dalam peringatan

    kegiatan keagamaan. Ditinjau dari kehidupan sosial perdesaan, masyarakat memiliki kedekatan

    tertentu untuk dapat hidup bersama dalam satu wilayah. Interaksi yang dihasilkan oleh kedekatan

    desa pusat dan desa hinterland di KTP2D Lengking lebih berorientasi sosial. Secara interaksi wilayah

    perdesaan di KTP2D Lengking memiliki karakteristik yang similar Akhir desa pusat dan desa

    hinterland terutama kesempatan kerja yang dapat diperoleh di KTP2D Lengking. Keterkaitan antar

    desa-desa di Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) Lengking cenderung lebih

    memprioritaskan homogenitas produksi pertanian maupun peternakan lokal. Produksi yang

    dikembangkan oleh desa di kawasan tersebut meliputi: padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu dan

    kedelai. Selain itu industri kecil yang juga dapat dijadikan potensi dalam bidang pariwisata yaitu

    pembuatan patung dan souvenir dari kayu sebagai cenderamata di obyek wisata Batu Seribu yang

    diharapkan mampu menyerap tenaga kerja di Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D)

    Lengking.