BAB IV Analisis Kaw Lengking.pdf
-
Upload
erik-morgan -
Category
Documents
-
view
29 -
download
7
Transcript of BAB IV Analisis Kaw Lengking.pdf
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-1
ANALISIS KAWASAN LENGKING
4.1 Analisis Potensi dan Permasalahan Kawasan Lengking
Berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan Kawasan Lengking dapat dianalisis
bahwa potensi kawasan secara komprehensif memprioritaskan untuk mengembangkan komoditas
pertanian padi sawah, komoditas jagung, komoditas kacang tanah dan komoditas ubi kayu
mengingat kualitas lahan di sebagian besar dataran di Kawasan Lengking masih dapat dikategorikan
lahan subur sangat cocok untuk kegiatan agro yang didukung sistem irigasi teknis dengan
memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo.
Industri rumah tangga mayoritas memanfaatkan bahan baku yang tersedia di Kawasan
Lengking, terutama industri pembuatan patung dan souvenir dari kayu, industri pembuatan anyaman
bambu, industri pembuatan tahu tempe, industri pembuatan kusen, industri pembuatan batu bata,
industri pembuatan jamu instan, industri pembuatan stagen dan industri pembuatan pot. Sebagian
besar kendala pengembangan industri rumah tangga di Kawasan Lengking terdapat pada permodalan
dan proses pemasaran. Namun upaya pembinaan dan sistem pemodalan dengan menggunakan
usaha unit kerja mikro (UKM) dari perbankan yang memberikan bunga kredit yang ringan dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan industri rumah tangga tersebut. Kendala proses pemasaran
tersebut dapat ditangani dengan memanfaatkan letak shelter yang difungsikan untuk memajang
komoditas tersebut dengan memanfaatkan lokasi yang strategis. Kawasan Lengking terletak di
daerah perbatasan antara Kabupaten Sukoharjo dengan Kabupaten Wonogiri dengan didukung oleh
lokasi pasar antara lain: Pasar Tawangsari, Pasar Nguter, Pasar Sukoharjo dan Pasar Wonogiri.
Pendistribusian potensi pertanian dan industri kecil dapat menggunakan moda pengangkutan. Aspek
prasarana jalan yang menghubungkan ke pusat-pusat kegiatan perdagangan sudah memadai dan
terakses.
Pergerakan internal di Kawasan Lengking dapat diakses dengan tersedianya prasarana jalan
yang dikategorikan sebagai jalan kabupaten. Namun akses antara daerah hinterland dengan desa
pusat pertumbuhan (DPP) juga memerlukan penanganan terutama jalur-jalur yang selama ini
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai jalur usaha tani, jalur pendidikan dan jalur perdagangan
namun kendala yang menghambat akses tersebut adalah kondisi jalur tersebut yang masih berupa
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-2
jalan tanah maupun jalan aspal atau jalan beton yang sudah rusak. Pembangunan jalur tersebut
membutuhkan pembiayaan yang cukup besar, karena pembangunan jalan aspal atau jalan beton
tersebut harus didukung dengan adanya perkuatan yang melindungi fungsi jalan, berupa talud
pelindung jalan.
Keberadaan potensi obyek wisata di Kawasan Lengking terkendala dengan belum
terkelolanya obyek wisata tersebut secara optimal dan belum adanya media yang dapat
dimanfaatkan untuk memperkenalkan obyek wisata keluar Kawasan Lengking. Potensi pariwisata
yang menjadi andalan di Kecamatan Bulu adalah obyek wisata Batu Seribu yang terletak di desa
Gentan. Potensi pariwisata alam yang saat ini terdapat di Kawasan Lengking adalah obyek wisata
Gunung Gundul di desa Lengking, dan obyek wisata Sendang Sumber Alit di desa Puron.
Peningkatan kualitas kawasan permukiman perdesaan di Kawasan Terpilih Pusat
Pengembangan Desa (KTP2D) Lengking secara ekonomi dapat dipacu dengan pengembangan
kegiatan perekonomian lokal atau industri rumah tangga yang diintegrasikan dengan potensi obyek
wisata yang terdapat di dalam maupun di luar kawasan Lengking untuk mendorong kreatifitas pelaku
usaha dan menjalin hubungan untuk menciptakan pasar bagi produk lokal kawasan Lengking.
Upaya peningkatan kegiatan perekonomian di Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa
(KTP2D) Lengking melalui program pengembangan usaha tani, peningkatan produksi industri kecil,
dan pengoptimalan fungsi pasar Lengking sebagai pusat kegiatan perekonomian di Kawasan
Lengking. Pengembangan kegiatan perekonomian perlu didukung dengan peran lembaga keuangan,
seperti pihak perbankan maupun unit kegiatan mikro. Keberlanjutan pelaku usaha sangat ditentukan
dengan faktor bahan baku dan permodalan. Permodalan dapat menjamin sirkulasi keuangan di
kawasan Lengking dapat tetap kontinyu.
Analisis potensi dan permasalahan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D)
Lengking dapat ditampilkan pada gambar berikut ini:
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-3
Gambar 4.1
Peta Analisis Potensi dan Permasalahan KTP2D Lengking
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-4
4.2 Analisis Spasial (Keruangan)
Berdasarkan kondisi eksisiting, KTP2D Lengking yang merupakan bagian dari wilayah
Kecamatan Bulu berpotensi dalam bidang pertanian. Sesuai dengan kondisi fisik alam yang terlihat
dalam rona kawasan dapat diketahui bahwa Kawasan Lengking berpotensi sebagai daerah pertanian
agraris. Kondisi rona kawasan Lengking dapat ditampilkan pada gambar berikut ini:
Gambar 4.2
Rona Kawasan Lengking
Berdasarkan rona kawasan dapat diketahui bahwa jenis pertanian yang ada di Desa Lengking
dan Desa Malangan menggunakan sawah irigasi teknis sedangkan Desa Puron terdapat sawah irigasi
teknis dan tadah hujan. Pemanfaatan lahan untuk area sawah di Desa Ngasinan terdapat sawah
dengan irigasi tadah hujan. Kondisi eksisting Kawasan Lengking dengan topografi relatif landai, datar
dan perbukitan sangat memudahkan dalam proses pemanfaatan lahan. Secara kondisi topografi yang
cenderung perbukitan berada di Desa Puron, sedangkan Desa Lengking, Desa Malangan dan Desa
Ngasinan berada di daerah landai dan datar sehingga sangat memungkinkan sebagai daerah
pertanian. Daerah dengan topografi datar sangat diuntungkan dengan tersedianya saluran irigasi
yang berfungsi sebagai pengairan lahan pertanian.
Lingkup spasial kawasan terpilih pusat pengembangan desa (KTP2D) Lengking terdiri dari
Desa Lengking, Desa Malangan, Desa Puron dan Desa Malangan. Luas keseluruhan Kawasan Lengking
Sungai Bengawan Solo
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-5
sebesar 1.153 hektar dengan prosentase pertanian sebesar 35,21 %, permukiman dan pekarangan
sebesar 39%, campuran sebesar 1 %, sedangkan tegalan 18%. Batas-batas spasial kawasan Lengking
dengan daerah lain meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tawangsari dan
Kecamatan Nguter, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kunden, sebelah barat berbatasan
dengan Kecamatan Tawangsari dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Karangasem.
Analisis spasial menunjukan keberadaan Kawasan Lengking sebagai kawasan yang terletak di
perbatasan antara Kabupaten Sukoharjo dengan Kabupaten Wonogiri dan terletak dekat dengan
pusat pemerintahan di Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan kondisi eksisting Kawasan Lengking dapat
dikembangkan sebagai kawasan Agropolitan mengingat potensi pertanian, peternakan, serta
perdagangan dan jasa. Selain itu juga didukung dengan lokasi distribusi atau pemasaran hasil bumi
yang berdekatan dengan Kawasan Lengking.
4.3 Analisis Infrastruktur
Analisis sistem kebutuhan menjelaskan tentang kebutuhan masyarakat terhadap
ketersediaan pelayanan sarana dan prasarana pendukung aktivitas. Kebutuhan sarana dan prasarana
dapat diketahui dengan berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2009-2018 dapat memberikan
kondisi pertumbuhan penduduk di Kawasan Lengking secara signifikan. Peningkatan jumlah
penduduk secara signifikan memberikan dampak positif bagi perkembangan kawasan, terutama
pertumbuhan kegiatan masyarakat, baik kegiatan perekonomian, kegiatan kesehatan dan kegiatan
pendidikan. Dasar kebutuhan sarana dan prasarana pendukung aktivitas diawali dari trend
pertambahan penduduk. Keberadaan penduduk ini memberikan dampak positif sebagai sumberdaya
manusia yang akan membangun Kawasan Lengking di masa mendatang. Dalam tahun perencanaan
(tahun 2011-2015) dapat diketahui proyeksi pertambahan penduduk diprediksikan sebesar 72 jiwa.
Kondisi proyeksi jumlah penduduk Kawasan Lengking selama 10 tahun dapat ditampilkan pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.1
Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kawasan Lengking
Tahun 2011-2018
No Desa
Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1. Puron 3.782 3.786 3.790 3.794 3.797 3.801 3.805 3.809
2. Malangan 4.715 4.720 4.725 4.729 4.734 4.739 4.743 4.748
3. Lengking 3.602 3.605 3.609 3.613 3.616 3.620 3.623 3.627
4. Ngasinan 5.708 5.714 5.720 5.725 5.731 5.737 5.742 5.748
Jumlah 17.807 17.825 17.843 17.861 17.879 17.897 17.914 17.932 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2010
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-6
Berdasarkan data proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk kawasan Lengking dapat
diketahui pertumbuhan jumlah penduduk sebesar 0,001. Maka seberapa besar kebutuhan sarana
dan prasarana pendukung kegiatan yang harus dilayani. Kebutuhan sarana dan prasarana di
Kawasan Lengking meliputi: perkembangan permukiman, sarana pendidikan, sarana perdagangan,
prasarana air bersih, prasarana drainase dan prasarana sanitasi.
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dapat diketahui jumlah kepala keluarga (KK) dalam
kawasan Lengking sebagai berikut:
Tabel 4.2
Proyeksi Jumlah Kepala Keluarga Kawasan Lengking
Tahun 2011-2015
No
Desa
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
2011 2012 2013 2014 2015
1. Puron 756 757 758 759 759
2. Malangan 943 944 945 946 947
3. Lengking 720 721 722 723 723
4. Ngasinan 1.142 1.143 1.144 1.145 1.146
Jumlah 3.561 3.565 3.569 3.572 3.576 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2010
Peran masyarakat sebagai subjek pembangunan menuntut adanya sumber daya yang
kompeten dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan mengingat sebagian besar masyarakat di
Kawasan Lengking berprofesi sebagai petani.
4.3.1 Perkembangan rumah
Tingkat kebutuhan akan sarana dan prasarana yangmerupakan unsur penting dalam
perkembangan suatu kawasan setiap tahunnya selalu meningkat karena perkembangan jumlah
penduduk dan perkembangan teknologi yang secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan
suatu kawasan terutama kawasan permukiman. Kawasan permukiman perdesaan yang selalu dapat
dikatakan jauh dari ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai membutuhkan sarana
prasarana sesuai dengan kebutuhan penduduknya. Sistem kebutuhan yang akan dibahas pada
laporan Akhir ini merupakan sistem kebutuhan sarana dan prasarana. Sarana tersebut yaitu sarana
pendidikan, kesehatan, peribadatan, pemerintahan, perekonomian, dan sarana ruang terbuka dan
olahraga.
Perkembangan rumah di kawasan lengking berdasarkan proyeksi penduduk digunakan untuk
menggambarkan pertumbuhan jumlah tempat hunian di Kawasan Lengking selama 5 tahun kedepan.
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-7
Berdasarkan tempat hunian diasumsikan dihuni oleh 5 jiwa dalam 1 rumah/ KK. Maka perkembangan
tempat hunian yang ideal di Kawasan Lengking dapat ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Perkembangan Rumah Kawasan Lengking
Tahun 2011-2015
No
Desa
Perkembangan Rumah (Unit)
2011 2012 2013 2014 2015
1. Puron 756 757 758 759 759
2. Malangan 943 944 945 946 947
3. Lengking 720 721 722 723 723
4. Ngasinan 1.142 1.143 1.144 1.145 1.146
Jumlah 3.561 3.565 3.569 3.572 3.576 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2010
Berdasarkan hasil perhitungan perkembangan rumah di Kawasan Lengking dapat diketahui
jumlah pertambahan rumah berjalan secara linier. Sedangkan perubahan kondisi pemanensi rumah
akan berlangsung berdasarkan dari tingkat kesejahteraan masyarakat, baik dengan kondisi rumah
permanen, rumah semi permanen dan rumah papan.
Saat ini perkembangan tempat hunian di Kawasan Lengking berbentuk Grid sehingga antar
rumah terdapat prasarana jalan dan sebagian didukung dengan prasarana saluran. Pembentukan
ruang yang lebih mengedepankan aspek perekonomian dapat menciptakan bentuk ruang yang hanya
menekankan infrastruktur sosial dan umum yang dapat dimanfaatkan oleh segenap masyarakat yang
menghuni di wilayah tersebut. Untuk mendukung keberlangsungan kegiatan masyarakat dapat
disediakan infrastruktur yang memadai dan memberikan kemudahan bagi penghuni permukiman di
kawasan Lengking.
Faktor yang menentukan pelayanan bagi keberlanjutan masyarakat menghuni di kawasan
Lengking adalah tersedianya terjangkaunya pelayanan dan pemerataan distribusi air bersih. Selain
faktor ketersediaan air minum, faktor menciptakan kesadaran hidup sehat yang didukung dengan
pelayanan sarana dan prasarana penyehatan lingkungan. Penanganan sarana dan prasarana
pendukung permukiman di kawasan perdesaan lebih memprioritaskan kebutuhan masyarakat agar
kualitas hidup dan kesejahteraan menjadi lebih baik.
Secara teknis peningkatan sarana dan prasarana air bersih dan penyehatan lingkungan sangat
layak karena kebutuhan dasar dalam mendukung perkembangan permukiman sudah terpenuhi
tanpa mengurangi kualitas bangunan tempat hunian namun meningkatkan kualitas lingkungan
permukiman dengan infrastruktur memadai.
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-8
Perkembangan kegiatan perekonomian di Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa
(KTP2D) Lengking yang diakibatkan pertambahan penduduk dan keterbatasan sarana prasarana
mendorong berdirinya kawasan permukiman yang tumbuh padat secara sporadis tanpa adanya
upaya penataan bangunan yang teratur akan memunculkan terjadinya kawasan permukiman kumuh.
Keberadaan ruang terbuka hijau (open space) sesuai dengan konsep rencana tata ruang hijau
memiliki 2 fungsi yaitu: fungsi utama (intrinsik) dan fungsi tambahan (ekstrinsik). Fungsi utama
merupakan fungsi ekologis, sedangkan fungsi tambahan memiliki manfaat arsitektural, ekonomi dan
sosial. Dalam pengembangan permukiman perdesaan harus dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan,
kepentingan dan keberlanjutan kawasan. Rencana tata ruang hijau berfungsi ekologis untuk
menjamin keberlanjutan suatu kawasan perdesaan secara fisik.
4.3.2 Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan hal penting dalam penentuan kualitas sumber daya manusia
di suatu kawasan. Kondiis eksisting sarana pendidikan yang berupa TK, SD dan SMP dapat dinilai
cukup memadai bagi pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi masyarakat. Namun pada tahun 2015,
seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan perkembangan kawasan KTP2D Lengking
ketersediaan sarana pendidikan berupa SMU perlu dilakukan. Begitu juga dengan peningkatan
kualitas maupun kuantitas sarana pendidikan lainnya juga perlu dilakukan sebagai langkah untuk
menangani perkembangan jumlah penduduk di wilayah KTP2D Lengking. Kebutuhan sarana
pendidikan pada 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4
Kebutuhan Sarana Pendidikan Kawasan Lengking
Tahun 2011-2015
No. Jenis Sarana
Ketersediaan
Saat ini
(Unit)
Standar
Tahun
2015
Kekurangan
(Unit)
Jumlah Penduduk
Pendukung (Jiwa)
Luas Lahan
(m2)
Kebutuhan
Lahan (m2)
1 TK 6 1.250 500 14 8 4.000
2 SD 11 1.600 2.000 11 0 0
3 Taman Bacaan 11 2.500 150 7 0 0
4 SLTP 1 4.800 9.000 4 3 2.700
5 SMU 0 4.800 12.500 4 4 50.000
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2010
Berdasarkan perhitungan kebutuhan sarana pendidikan Kawasan Lengking dapat diketahui
bahwa kebutuhan taman kanak-kanak (TK) sebesar 8 unit, sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP)
sebesar 3 unit, sekolah menengah umum (SMU) sebesar 4 unit. Sedangkan untuk kebutuhan sekolah
dasar (SD) dan taman bacaan sudah dapat terlayani.
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-9
Proyeksi kebutuhan sarana pendidikan menjadi pedoman untuk dilaksanakan agar dapat
meminimalkan buta aksara di Kawasan Lengking karena saat ini penduduk masih berada pada tingkat
pendidikan yang rendah. Sebagian besar penduduknya hanya mengenyam pendidikan sampai
dengan tingkat sekolah dasar. Sebagian besar masyarakat membutuhkan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan program Wajib Belajar 9 tahun dan Pengentasan Buta Aksara.
4.3.3 Sarana Perekonomian
Berdasarkan kondisi eksisting ketersediaan sarana perekonomian di Kawasan Lengking hanya
dilayani oleh Pasar Desa Lengking. Pasar Desa tersebut merupakan sarana yang melayani masyarakat
Desa Lengking, Desa Malangan dan Desa Ngasinan. Sedangkan masyarakat Desa Puron untuk
memenuhi kebutuhan perdagangan cenderung mengakses ke Ibukota Kecamatan Bulu. Saat ini Pasar
Desa Lengking kurang berkembang karena minimnya infrastruktur pendukungnya, los atau ruko yang
tidak tertata dengan baik. Pengembangan Pasar desa Lengking sangat penting untuk diperhatikan
karena sebagai embrio pertumbuhan ekonomi yang melayani masyarakat di Kawasan Lengking.
Berdasarkan data eksisting Kawasan Lengking dapat diketahui bahwa ketersediaan toko/
warung berjumlah 78 unit, pasar lingkungan berjumlah 1 unit untuk melayani di Desa Lengking.
Sedangkan untuk pertokoan saat ini belum tersedia. Proyeksi kebutuhan sarana perkonomian di
Kawasan Lengking dapat ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5
Kebutuhan Sarana Perekonomian Kawasan Lengking
Tahun 2011-2015
No. Jenis Sarana
Ketersediaan
Saat ini
(unit)
Standar Tahun
Kebutuhan
Lahan
Jmlh Pddk
Pendukung
(jiwa)
Luas
Lahan
(m2)
2011
(unit)
2015
(unit)
1. Toko/warung 78 250 100 71 72 0
2. Pertokoan 0 6.000 3.000 3 3 9.000
3. Pasar lingkungan 1 30.000 10.000 1 1 0
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2010
Berdasarkan proyeksi kebutuhan sarana perekonomian dapat diketahui bahwa kebutuhan
lahan yang harus disediakan apabila akan dibangun pertokoan sebesar 9.000 m2. Penambahan
maupun peningkatan kualitas sarana perekonomian sangat diperlukan di Kawasan Lengking sehingga
mampu menunjang aktivitas masyarakat khususnya dalam perdagangan hasil bumi seperti: padi,
jagung, ubi kayu, kedelai dan kacang tanah yang menjadi potensi tersendiri di KTP2D Lengking. Selain
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-10
itu pasar Lengking dapat dimanfaatkan sebagai penampung hasil produksi dari industri kecil yang
terdapat di Kawasan Lengking, meliputi: industri kecil anyaman bambu, serta pembuatan patung dan
souvenir dari kayu di Desa Lengking. Kemudian industri tahu tempe, anyaman bambu dan batubata
yang berada di Desa Ngasinan. Kemudian industri tahu tempe dan pembuatan kusen di Desa
Malangan. Serta industri pembuatan jamu instan, pot dari semen, pembuatan kusen dan tenun
stagen di Desa Puron.
4.3.4 Prasarana Jalan
Kondisi prasarana jalan utama di KTP2D Lengking sudah sesuai dengan standart dan
sebagian besar dengan perkerasan aspal. Sedangkan prasarana jalan lingkungan menggunakan
perkerasan beton dan dan sudah merata di seluruh desa. Kondisi tersebut didasari program
masyarakat desa dalam melakukan swadaya dan kegotongroyongan.
Berdasarkan hasil survey desa sendiri (SDS) yang dilakukan konsultan dan beberapa
perangkat desa di KTP2D Lengking menunjukan bahwa terdapat ruas jalan yang kondisinya tidak
memadai, baik berupa jalan aspal rusak maupun jalan tanah. Prasarana jalan tersebut berfungsi
sebagai embrio jalur usaha tani dan jalur pendidikan bagi penduduk Desa Puron, Desa Ngasinan dan
Desa Malangan untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang lebih tinggi. Fakta di lapangan
menunjukan bahwa masyarakat ketiga desa tersebut untuk mendapatkan pelayanan pendidikan
setingkat SMP harus mengakses ke Desa Lengking maupun Ibukota Kecamatan (IKK) Bulu.
Kendala aksesibilitas internal Akhir penduduk di Desa Lengking, Desa Malangan, Desa
Ngasinan dan Desa Puron dapat ditangani dengan pembangunan prasarana jalan yang kualitas
memadai. Peranan tersedianya prasarana jalan tersebut dapat mengembangkan jalur perekonomian
dan pendidikan di KTP2D Lengking. Secara teknis kondisi eksisting menunjukan tidak ada kendala
karena Kawasan Lengking berada pada topografi yang relatif landai dan datar.
4.3.5 Prasarana Drainase
Kondisi prasarana drainase apabila ditinjau dari keadaan topografi Kawasan Lengking relatif
datar. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap sistem drainase yang direncanakan. Sistem drainase
terbentuk atas sistem drainase air hujan dengan jaringan saluran yang mengarah ke sungai
Bengawan Solo maupun Sungai Buntung. Perencanaan sistem drainase di Kawasan Lengking
diupayakan selaras dengan jaringan jalan yang tersedia, mengingat kondisi eksistingnya sebagian
masih belum dilengkapi jaringan jalan dengan drainase yang permanen dan terdapat pula drainase
tertutup yang pemeliharaan (maintenance) akan mengalami kesulitan.
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-11
Dampak negatif yang akan terjadi apabila saluran drainase tidak memadai akan
menyebabkan genangan di dalam permukiman. Fakta yang terjadi di Dukuh Jomblang rawan
terhadap genangan yang menampung dari Dukuh Kluwih, Dukuh Lengking, Dukuh Kruwan, dan
Dukuh Sambirejo Desa Lengking. Permasalahan genangan air di lingkungan DPP Lengking disebabkan
oleh kurang berfungsinya saluran drainase sehingga air tidak langsung terbuang ke saluran primer
atau sungai Bengawan Solo. Kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi topografi daerah yang
relatif datar.
Sistem drainase berperan sebagai pengendalian banjir dan terintegrasi dengan jaringan jalan
yang tersedia agar peran saluran ini dapat mendukung fungsi jalan secara optimal dan kualitas jalan
tidak mudah mengalami kerusakan atau tergerus atau terkikis oleh air hujan. Sistem drainase
tersebut idealnya secara hirarki adalah jaringan tersier menuju jaringan sekunder kemudian berakhir
ke jaringan primer, seperti: Sungai Bengawan Solo dan Sungai Buntung.
Kendala yang menghambat pelaku usaha tani adalah areal sawah yang seringkali tergenang
oleh kapasitas saluran di beberapa lokasi sudah tidak memadai seiring dengan perubahan lahan yang
semula belum terbangun berubah fungsi menjadi lahan terbangun atau permukiman. Akibatnya
timbunan sedimen di saluran dapat menghambat laju aliran saluran karena kemampuan saluran
pembuangan air yang telah tersedia belum dapat menampung limpasan air, akibat dari penyempitan
dan pendangkalan sungai Buntung.
Upaya penanganan permasalahan dan kendala infrastruktur drainase di Kawasan Terpilih
Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) Lengking dapat dilakukan dengan kegiatan pembangunan
saluran drainase di daerah rawan genangan, kegitan pembangunan saluran lingkungan permukiman,
dan kegiatan peningkatan kualitas prasarana drainase, seperti: normalisasi sungai/ saluran.
4.3.6 Prasarana Air Bersih
Kebutuhan yang sangat urgent bagi keberlanjutan kehidupan masyarakat di KTP2D Lengking
adalah kebutuhan untuk mendapatkan air bersih. Keberadaan air bersih merupakan salah satu
kebutuhan pokok yang harus dipenuhi masyarakat. Oleh sebab itu pola pengelolaan air bersih harus
baik dan benar menjadi prioritas utama agar kualitas airnya selalu baik, sehat dan aman untuk
dikonsumsi.
Sebagian besar desa di wilayah KTP2D Lengking sangat bergantung sumber air dari sumur
dangkal dan hidran/ tandon air, serta sebagian sudah terlayani oleh jaringan PDAM. Secara umum
penyediaan air bersih bagi masyarakat di Kawasan Lengking menggunakan 2 sistem, meliputi:
a. Sistem Non Perpipaan
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-12
Sistem non perpipaan adalah sistem penyediaan yang dilakukan secara mandiri oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam skala rumah tangga.
Penggunaan air baku dari air tanah belum terdapat kebijakan yang mengaturnya.
b. Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan adalah sistem penyediaan air bersih yang dilakukan oleh PDAM dengan
menggunakan dana dari PDAM dan kemudian masyarakat yang menggunakan atau
sebagai pelanggan akan membayar iuran setiap bulannya.
Kebutuhan air bersih bagi masyarakat di KTP2D Lengking sebagai daerah permukiman
perdesaan diasumsikan sebesar 60 liter/ hari/ orang. Perhitungan kebutuhan prasarana air minum di
Kawasan Lengking dapat ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6
Kebutuhan Air Bersih Kawasan Lengking
Tahun 2011-2015
No ANALISIS SATUAN 2011 2015
1. Jumlah Penduduk Jiwa 17.807 17.897
2. Real Kebutuhan Air Bersih * lt/ hari 1.068.420 1.073.820
lt/detik 12,37 12,43
3. Target Pelayanan Perpipaan % 75% 100%
4. Target Penduduk Terlayani Jiwa 13.355 17.897
5. Kebutuhan Domestik
Samb. Rumah (60 lt/hari/jiwa) lt/ hari 801.315 1.073.820
Samb. Kran Umum ( 20% ) lt/ hari 160.263 214.764
6. Kebutuhan Non Domestik ( 20% ) lt/ hari 160.263 214.764
7. Kehilangan Air ( 20% ) lt/ hari 160.263 214.764
8. Total Kebutuhan Air lt/ hari 1.282.104 1.718.112
Perpipaan lt/detik 14,84 19,89
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2010
Berdasarkan analisis kebutuhan air bersih dapat diketahui bahwa target pelayanan pada
tahun 2011 sebesar 75 % atau masyarakat yang terlayani sebesar 13.355 jiwa. Sedangkan pada tahun
2015 sudah 100% yang terlayani atau masyarakat yang terlayani sebesar 17.897 jiwa. Rencana
sistem air bersih di KTP2D Lengking yang perlu mendapatkan prioritas adalah pembuatan sumber air
baru yang berupa sumur-sumur artesis. Pemenuhan kebutuhan domestik untuk sambungan rumah
pada tahun 2011 harus sudah mencapai 801.315 liter/ hari.
Berdasarkan kondisi eksisting di KTP2D Lengking yang perlu mendapatkan perhatian
pelayanan air bersih berada di Desa Malangan dan Desa Puron. Keterbatasan penyediaan air bersih
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-13
tersebut dapat diatasi melalui pembuatan sistem pengambilan air bersih yang dilakukan secara
sistem non perpipaan dengan membuat terminal-terminal air untuk memudahkan dalam
pendistribusian air.
Sumber air non perpipaan berasal dari air tanah dan air permukaan yang dimanfaatkan
dengan pembuatan sumur gali dan sumur pompa tangan. Sebagian besar masyarakat kawasan
Lengking masih menggunakan sistem non perpipaan atau sumur gali untuk memenuhi kebutuhan
akan air bersihnya, terutama daerah-daerah yang tidak terlayani oleh PDAM. Untuk mendapatkan air
bersih dapat diperoleh dari air tanah, sumur gali dan droping air.
Penduduk yang tinggal di daerah perbukitan ( desa Puron dan desa Malangan, desa Lengking
memiliki sebagian wilayahnya dengan topografi berbukit) dapat menggunakan sistem jaringan non
perpipaan namun harus menggunakan dana pribadi untuk membangun sarana dan prasarana sumur
gali dari sumber air tanah. Upaya bijak dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo untuk membantu
masyarakat yang minim air bersih dengan berkoordinasi dengan PDAM untuk droping air bersih yang
disubsidi dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.
Kelembagaan yang mengatur penggunaan air baku belum secara spesifik menangani
penggunaan air tanah. Penegakan peraturan di Kabupaten Sukoharjo belum ada yang secara spesifik
mengatur penggunaan air tanah karena pertambahan penggunaan air baku dari air tanah secara
langsung dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
4.3.7 Prasarana Sanitasi
Perbaikan kualitas prasarana sanitasi perlu dilakukan dalam lingkungan permukiman dalam
Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) Lengking. Sumber dari sistem sanitasi yang ada
berupa air limbah rumah tangga (limbah domestik).
Sistem pengelolaan air limbah yang ada pada saat ini adalah sistem setempat (on site
sanitation). Kondisi eksisting di Kawasan Lengking menunjukan bahwa saluran limbah dan drainase
masih bercampur sedangkan untuk limbah manusia dialirkan ke dalam septic tank, tetapi sebagian
masih memanfaatkan sungai dan saluran irigasi untuk pembuangan limbah manusia. Proyeksi
pelayanan sanitasi kawasan Lengking pada lima tahun mendatang dapat ditampilkan pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.7
Pelayanan Sarana dan Prasarana Sanitasi Kawasan Lengking
Tahun 2011-2015
NO ANALISIS SATUAN 2011 2015
1 Jumlah Penduduk Jiwa 17.807 17.897
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-14
NO ANALISIS SATUAN 2011 2015
2 Target Pelayanan % 80% 100%
3 Penduduk Terlayani Jiwa 14.246 17.897
4 Jamban Keluarga
Asumsi Pelayanan % 80% 100%
Penduduk Terlayani Jiwa 11.396 17.897
Kebutuhan (5 jiwa/ unit) unit 2.279 3.579
5 Jamban Komunal
Asumsi Pelayanan % 10% 10%
Penduduk Terlayani Jiwa 1.425 1.790
Kebutuhan (4 KK/ unit) unit 71 89
6 MCK
Asumsi Pelayanan % 10% 10%
Penduduk Terlayani Jiwa 1.425 1.790
Kebutuhan (5 KK/ unit) unit 57 72
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2010
Berdasarkan analisis pelayanan sarana dan prasarana sanitasi kawasan Lengking dapat
diketahui bahwa jumlah target penduduk yang terlayani pada tahun 2011 sebesar 14.246 jiwa atau
80%, sedangkan jumlah penduduk yang terlayani pada tahun 2013 sebesar 17.897 jiwa atau 100 %.
Penyediaan jamban keluarga dapat disediakan per keluarga sebesar 2.279 unit, sedangkan pada
tahun 2015 sebesar 3.579 unit. Sedangkan MCK umum yang harus disediakan dengan skala kawasan
pada tahun 2011 sebesar 57 unit dan pada tahun 2015 sebesar 72 unit. Pengelolaan air limbah dari
tempat hunian masyarakat kawasan permukiman perdesaan dapat dilakukan secara individual dan
semi komunal (on-site) oleh masyarakat melalui penyediaan sarana berupa jamban keluarga, jamban
sederhana, saluran pembuangan air limbah (SPAL) serta sarana MCK (mandi, cuci dan kakus).
Penanganan sistem air limbah atau sanitasi di Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa
(KTP2D) Lengking dapat dilakukan melalui upaya-upaya sebagai berikut:
1. Perlu peningkatan kualitas sarana dan prasarana air limbah guna mencukupi kebutuhan saat
sekarang dan mendatang.
2. Perlu diupayakan pembuatan MCK yang layak dilengkapi dengan tangki septik komunal agar
pengelolaannya dapat dilakukan secara terpadu dan meminimkan resiko terjadinya
pencemaran air tanah.
3. Pelaksanaan pengelolaan air limbah dapat maksimal apabila didukung dengan penyediaan
air bersih.
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-15
4. Pengadaan sarana dan prasarana sanitasi agar pelayanan air limbah tidak tumpang tindih
dengan prasarana drainase dan meminimkan terjadinya pencemaran air minum dapat
diminimalkan
5. Untuk meminimkan kebiasaan masyarakat kawasan Lengking yang membuang kotoran di
sekitar sungai dengan memberikan kegiatan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).
4.3.8 Prasarana Sampah
Saat ini penanganan sampah di Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D)
Lengking dilakukan secara komunal dalam lingkungan permukiman dengan penimbunan dan
pembakaran. Analisis kebutuhan persampahan di Kawasan Lengking dapat ditampilkan pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.7
Analisis Pelayanan Persampahan KTP2D Lengking
Tahun 2011-2015
No ANALISIS SATUAN 2011 2015
1. Jumlah Penduduk Jiwa 17.807 17.897
2. Potensi Timbulan Sampah ( 5 lt/jw/hr ) m3/hari 89,04 89,49
3. Target Pelayanan % 100% 100%
4. Penduduk Terlayani Jiwa 17.807 17.897
5. Sampah Terlayani
a. Permukiman m3 89,04 89,49
b. Non Domestik ( 25% ) m3 22,26 22,37
Total 111,29 111,86
6. Sarana Pengumpul dan Pengangkut
Tong Sampah (40 lt) unit 2782 2796
Gerobak Sampah (0,8 m3) unit 139 140
Tranfer depo (10 m3) * unit 11 11
Dump Truk (6 m3 per hari) ** rit 19 19
unit 9 9
7. Tempat Pembuangan Akhir lokal 1 1
Sumber: Analisis Tahun 2010
Berdasarkan analisis pelayanan persampahan KTP2D Lengking dapat diketahui potensi
volume timbulan sampah setiap jiwa/ hari pada tahun 2011 sebesar 89,04 m3/hari. Sedangkan
potensi volume timbulan sampah setiap jiwa/ hari pada tahun 2015 sebesar 89,49 m3/hari. Proyeksi
pelayanan sampah pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat terlayani 100 %. Kebutuhan
pelayanan sarana pengumpul dan pengangkut sampah diprediksikan pada tahun 2011, kebutuhan
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-16
tong sampah sebesar 2.782 unit, gerobak sampah sebesar 139 unit, transfer depo sebesar 11 unit,
dan dump truck sebesar 9 unit dengan ritasi pengangkutan per hari sebanyak 19 kali. Pelayanan
sarana sampah pada tahun 2015 diprediksikan akan tersedia tong sampah sebesar 2.796 unit,
gerobak sampah sebesar 140 unit, transfer depo sebesar 11 unit dan dump truck sebesar 9 unit per
hari dengan ritasi pengangkutan sebanyak 19 kali per hari.
Walaupun timbulan sampah di kawasan Lengking masih dapat ditangani dengan sistem
komunal, baik dengan dikumpulkan, ditimbun dan dibakar. Namun perkembangan penduduk di masa
mendatang memerlukan penanganan persampahan, terutama dengan memisahkan antara sampah
organik (sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Hal tersebut lebih memudahkan
penanganan sampah basah yang bersifat organik untuk diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah
kering (anorganik) yang dapat didaur ulang.
Untuk dapat menerapkan sistem pembuangan sampah yang baik dan benar dengan
partisipasi masyarakat di Kawasan Lengking, tidak cukup hanya dengan mengandalkan kontainer dan
TPA saja, akan tetapi diperlukan pula kerja sama yang baik antara berbagai pihak, meliputi:
pemerintah daerah, pemerintah desa, tokoh masyarakat, serta swasta. Namun yang paling penting
adalah partisipasi aktif dari masyarakat dan pelaku usaha.
4.4 Analisis Kecenderungan Perkembangan
Analisis kecenderungan perkembangan menjelaskan tentang kecenderungan perkembangan
Kawasan Lengking baik dari segi sosial maupun dari segi interaksi intern dan eksternal wilayah.
Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2011-2015 dapat diketahui pertumbuhan penduduk di
KTP2D Lengking meningkat secara signifikan. Pertumbuhan penduduk yang meningkat secara
signifikan memberikan dampak positif bagi perkembangan wilayah, terutama pertumbuhan embrio
perekonomian dari sektor perdagangan dan jasa. Kemampuan berkembangnya sektor perekonomian
dapat terpenuhi dengan tersedianya sarana perdagangan.
Selama ini sarana perdagangan yang telah tersedia adalah pasar desa hasil pertanian skala
lokal yang hanya dilayani oleh Pasar Lengking. Analisis kecenderungan perkembangan dalam wilayah
KTP2D Lengking sangat bergantung pada interaksi antar kelompok manusia yang satu dengan lainnya
sebagai produsen dan konsumen serta barang-barang yang diperlukan menunjukkan adanya suatu
gerakan (movement). Produsen suatu barang pada umumnya terletak pada lpusat-pusat produksi
hasil dalam ruang kewilayahan. Kemampuan untuk mengembangkan potensi sumber daya alam
difungsikan untuk meningkatkan perekonomian di lingkungan KTP2D Lengking.
Permukiman perdesaan di KTP2D Lengking memiliki morfologi cenderung permukiman
dengan pola grid dan memusat. Karakteristik yang ditemui disekitar permukiman adalah
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-17
pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian, peternakan dan tempat penduduk bekerja sehari-hari
untuk mencari nafkah. Permukiman tradisional di KTP2D Lengking lebih berorientasi kepada
kehidupan sosial, dengan memperhatikan segi keagamaan namun berdasarkan usulan program desa
dapat dijelaskan bahwa mayoritas perkembangan perdesaan cenderung wawasan sosial ekonomi.
Perkembangan permukiman perdesaan yang terpencar tidak beraturan tersebut dapat
tercipta secara linier mengikuti jaringan jalan yang menghubungkan dari Desa Lengking - Desa
Malangan - Desa Puron - Desa Ngasinan, kemudian desa-desa hinterland memiliki kecenderungan
pola perkembangan permukiman perdesaan menyebar karena terletak di daerah berbukit-bukit,
seperti sebagian Desa Puron dan Desa Malangan.
4.5 Analisis Tingkat Pelayanan Sarana dan Prasarana Dasar
Dalam analisis pelayanan sarana dan prasarana dasar lebih memprioritaskan tingkat
pelayanan sarana dan prasarana dalam untuk mendukung kebutuhan kehidupan manusia. Hubungan
dengan analisis tersebut cenderung mengedepankan kebutuhan permukiman perdesaan yang paling
urgent Akhir lain kebutuhan prasarana jalan yang memadai dan prasarana saluran. Kebutuhan
tempat hunian dan kebutuhan air bersih dapat dianalisis dengan mengasumsikan kebutuhan setiap
orang per harinya. Sedangkan kebutuhan tempat hunian dapat diasumsikan dengan memperhatikan
proyeksi penduduk lima tahun mendatang (tahun 2011-2015).
Arah kecenderungan pelayanan sarana perekonomian terhadap kesinambungan kehidupan
masyarakat perdesaan di KTP2D Lengking. Secara spesifik di dalam wilayah KTP2D Lengking sudah
tersedia sarana perekonomian berupa pasar desa yang dapat mendukung kegiatan perdagangan dan
jasa, namun belum tersedia sub terminal. Kecenderungan tujuan pusat kegiatan ekonomi yang dituju
sebagian besar masyarakat di Kawasan Lengking yang memiliki sarana pasar dan sarana perdagangan
yang memadai dengan didukung moda angkutan yang bisa melayani pergerakan internal maupun
eksternal Kawasan Lengking.
Potensi ini dapat ditingkatkan mengingat Desa Lengking, Desa Malangan dan Desa Ngasinan,
serta Desa Puron memiliki produksi hasil bumi berupa: padi, jagung, kacang tanah dan ubi kayu.
Potensi pertanian tersebut yang digunakan sebagai bahan baku industri rumah tangga di Desa
Ngasinan dan Desa Malangan yang berkembang dengan industri tahu tempe. Namun secara
perdagangan Desa Puron lebih dominan ke arah pengembangan industri rumah tangga berupa:
industri jamu instan, pot dari semen, pembuatan kusen dan tenun stagen. Kemampuan KTP2D
Lengking yang melibatkan Desa Lengking sebagai desa pusat dan Desa Malangan, Desa Puron, Desa
Ngasinan sebagai desa hinterland dapat bersinergi dengan memadukan potensi-potensi sumber daya
yang dimiliki dapat mencukupi kebutuhannya sendiri secara mandiri. Keterikatan pola pelayanan
-
Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan dan DED
Kawasan Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
IV-18
sarana perekonomian diindikasikan supply dan demand kegiatan perdagangan dan jasa dengan
memperhatikan jarak dan waktu tempuh yang relatif dekat.
Usulan program dari perwakilan desa yang menghendaki program pembangunan fisiksebagai
berikut: pembangunan jalan, baik dengan perkerasan aspal maupun perkerasan beton,
pembangunan saluran dan talud dinding jalan, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan
penanganan prasarana drainase berupa: normalisasi sungai Buntung.
Sarana dan prasarana dasar yang dibutuhkan oleh masyarakat di wilayah KTP2D Lengking
adalah pembangunan jalan akses, saluran dan jaringan air bersih. Sarana prasarana tersebut
memiliki fungsi yang urgent karena memudahkan aksesibilitas masyarakat dan mobilitas barang.
Jalur usaha tani dan pendidikan serta pengangkutan perdagangan. Program pembangunan jalan
perdagangan secara khusus mendukung peran Pasar Desa Lengking yang saat ini menjadi embrio
pertumbuhan sektor perekonomian di KTP2D Lengking. Namun secara interaksi kewilayahan,
keberadaan pasar desa dapat melayani kebutuhan masyarakat secara komprehensif di wilayah
KTP2D Lengking. Keberadaan pasar desa dapat memudahkan pemenuhan kebutuhan masyarakat di
wilayah KTP2D Lengking secara mandiri di wilayahnya sendiri tanpa bergantung langsung dengan
Pasar Bulu maupun Pasar Tawangsari.
Kondisi tersebut mendorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dengan
mengakses desa atau pusat kegiatan ekonomi yang dapat dijangkau dengan pertimbangan jarak dan
waktu tempuh untuk transaksi supply dan demand terhadap barang-barang produksi didistribusikan
secara optimal.
Interaksi eksternalitas DPP Lengking terhadap desa-desa hinterland secara eksisting lebih
didasari tarikan aspek sosial masyarakat, terutama memiliki peranan penting dalam peringatan
kegiatan keagamaan. Ditinjau dari kehidupan sosial perdesaan, masyarakat memiliki kedekatan
tertentu untuk dapat hidup bersama dalam satu wilayah. Interaksi yang dihasilkan oleh kedekatan
desa pusat dan desa hinterland di KTP2D Lengking lebih berorientasi sosial. Secara interaksi wilayah
perdesaan di KTP2D Lengking memiliki karakteristik yang similar Akhir desa pusat dan desa
hinterland terutama kesempatan kerja yang dapat diperoleh di KTP2D Lengking. Keterkaitan antar
desa-desa di Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) Lengking cenderung lebih
memprioritaskan homogenitas produksi pertanian maupun peternakan lokal. Produksi yang
dikembangkan oleh desa di kawasan tersebut meliputi: padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu dan
kedelai. Selain itu industri kecil yang juga dapat dijadikan potensi dalam bidang pariwisata yaitu
pembuatan patung dan souvenir dari kayu sebagai cenderamata di obyek wisata Batu Seribu yang
diharapkan mampu menyerap tenaga kerja di Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D)
Lengking.