BAB IV ANALISIS - · PDF filepelatihan, workshop, dialog interaktif tentang visi, misi,...
Transcript of BAB IV ANALISIS - · PDF filepelatihan, workshop, dialog interaktif tentang visi, misi,...
BAB IV
ANALISIS
4.1 Analisis dan Interpretasi Hasil
4.1.1 Pelaksanaan Komunikasi di UPms III cabang Bandung untuk internal
branding
Cara pensosialisasian awal nilai‐nilai FIVEM pada tahun 2002 :
• Terdapat tim sosialisasi dari pusat yang datang ke cabang untuk
mensosialisasikan nilai‐nilai FIVEM tersebut. Tim tersebut adalah manajer SDM
pusat dan manajer SDM Unit Pemasaran III. Cara pensosialisasian dilakukan
dengan metode presentasi menggunakan OHP, menayangkan film sosialisasi
tentang perubahan Pertamina baru yang bercerita tentang pelayanan Pertamina
yang diharapkan di masa mendatang seperti apa untuk meyakinkan kepada
pekerja perubahan yang diinginkan, lebih ke masalah visi dan misi yang
diuraikan secara maksimal, sasaran Pertamina ke depan seperti apa,
sehubungan dengan UU Migas no.21 thn 2001, Pertamina baru. Diadakan juga
pelatihan, workshop, dialog interaktif tentang visi, misi, nilai‐nilai dapat
dilakukan di cabang atau di pelatihan di hotel. Dalam setiap pelatihan, pada
saat jam istirahat akan ditayangkan tentang nilai‐nilai FIVEM melalui
presentasi. Berlangsung selama satu tahun.
• Pada tahun 2002, pada awal pensosialisasian disediakan 24 macam poster
dengan tema berbeda, dimana poster tersebut setiap hari diganti dengan tema
yang berbeda. Diletakkan di 5 titik tempat‐tempat strategis seperti di pintu
gerbang, tempat istirahat, di dalam kantor, di lantai ruang kepala cabang. Isinya
52
tentang visi, misi, nilai. Hal tersebut menjadi media pensosialisasian selain
Buletin dan majalah Warta Pertamina. Diharapkan setiap karyawan masuk
kantor akan sering membaca poster tersebut secara terus menerus, kemudian
dievaluasi, misalnya melalui kuis kepada karyawan. Setiap hari diganti selama
satu tahun.
Perubahan yang terjadi berhubungan dengan nilai FIVEM :
• Adanya SMK dalam sistem baru dimana komponen‐komponen yang dinilai
langsung tentang sasaran kerja, kalau sistem lama tidak langsung fokus menilai
hasil kinerja atau program, tetapi juga menambahkan hal‐hal seperti seperti
komunikasi antara atasan dan bawahan juga ikut dinilai. Karena komunikasi
antara atasan dan bawahan pada masa lalu sangat birokratis sehingga cara
berkomunikasi bawahan sangat dinilai. Terdapat penilaian baru yaitu penilaian
antar pekerja yang dilakukan sehari‐hari dengan form yang dapat langsung diisi
oleh karyawan untuk menilai rekan kerja sendiri dilihat dari penampilan,
kerajinan,
• Adanya pengubahan struktur organisasi. Pengubahan struktur organisasi ini
masih melalui masa percobaan sampai akhir tahun 2007 dan dilakukan evaluasi
melalui laporan kinerja cabang. Perubahan tersebut diantaranya :
Depot saat ini tidak berada di bawah pengawasan kantor UPms III cabang
Bandung, tetapi berada di bawah pengawasan Manajer Pengadaan UPms III
Jakarta. Adapun depot tersebut adalah depot Padalarang, depot Ujung
Berung, depot Tasikmalaya. Sehingga saat ini struktur organisasi UPms III
cabang Bandung lebih sederhana. Struktur organisasi yang baru terdapat di
Bab II sedangkan struktur organisasi yang lama dapat dilihat di Lampiran.
53
Dengan adanya perampingan organisasi maka alur komunikasi saat ini
menjadi lebih sederhana dan tidak lagi melalui birokrasi yang terlalu
panjang. Saat ini penyampaian tugas dari kepala cabang ke karyawan dapat
langsung disampaikan pada karyawan tersebut tidak harus melalui kepala
fungsi yang menjadi atasannya.
Terdapat pengurangan pekerja di unit pemasaran ini, dimana semula jumlah
pekerja adalah 40 orang, kemudian dikurangi hingga sekarang berjumlah 20
orang karyawan. Hal ini dilakukan karena sejak Pertamina telah berubah
menjadi Persero, Pertamina telah terjadi penurunan penghasilan, sehingga
Pertamina melakukan efisiensi di segala bidang termasuk salah satunya
efisiensi karyawan harus dilakukan untuk menekan anggaran pekerja.
Sementara ini akan dilihat bagaimana kinerja dari struktur organisasi yang
baru apakah sudah dapat mencapai target yang melebihi standar (nilai A),
pada akhir tahun 2007 akan dievaluasi apakah struktur organisasi akan tetap
seperti ini atau akan dirombak lagi tidak menutup kemungkinan untuk
adanya perubahan kembali, hal tersebut adalah hasil dari proses komunikasi
di dalam kantor cabang sudah efektif atau belum.
• Sistem kekerabatan saat ini sudah tidak sekaku dulu, antara kepala cabang
dengan bawahannya harus saling bahu membahu, menganggap karyawan
sebagai rekan. Kepala cabang setiap pagi selalu keliling dan kontrol, melihat ke
lingkungan kerja bawahannya. Kalau dulu kepala cabang meminta kepala
fungsi dulu baru dapat memanggilkan karyawannya untuk menghadap kepala
cabang. Komunikasi bersifat terbuka. Hal tersebut berkat dari komponen nilai
FIVEM yaitu nilai mutual respect dalam nilai FIVEM, yaitu menempatkan
seluruh pihak yang terkait setara dan sederajat dalam kegiatan usaha. Kepala
54
cabang saat ini sudah tidak lagi memberi contoh tetapi melangkah bersama
dengan seluruh karyawan. Pada saat coffee morning, rapat koordinasi yang
digunakan untuk memecahkan permasalahan bersama, satu sama lain
memberikan dukungan dan input. Dulu kepala cabang selalu ada di tempat
atau di ruang kantor, tetapi sekarang tidak bisa karena harus memantau ke
lapangan, ke pusat, ke daerah, mengunjungi konsumen (baik mitra Pertamina
maupun konsumen akhir).
• Saat ini dalam kenaikan jabatan dari setiap karyawan dilihat dari hasil
kinerjanya di SMK (Sistem Manajemen Kinerja), kompetensi dan pencapaian
target yang telah dihasilkan karyawan setiap tahunnya. Jadi tidak menutup
kemungkinan apabila karyawan yang lebih junior dapat naik jabatan lebih
dahulu dibandingkan yang lebih senior. Hal ini sangat berubah sistemnya dari
masa lalu dimana karyawan untuk naik jabatan ataupun golongan harus
menunggu karyawan yang lebih senior untuk naik jabatan terlebih dahulu. Jadi
menerapkan sistem senioritas.
• Saat ini banyak diadakan berbagai pelatihan, workshop dalam rangka
mensosialisasikan nilai‐nilai baru (FIVEM) supaya setiap elemen karyawan
Pertamina dapat sejalan dengan visi misi Pertamina Baru untuk menjadi world
class company. Salah satunya adalah Coaching & Monitoring Unit (CMU)
workshop adalah suatu workshop yang melibatkan Ketua CMU yang
didampingi para pelatih unit dari unit‐unit operasi, baik hulu, pengolahan,
maupun pemasaran dan niaga dalam rangka meningkatkan kemampuan
mereka untuk nantinya menjadi change agent di unit masing‐masing. Karena
para pelatih di unit nantinya akan menggulirkan, memonitor, dan menjaga
semangat transformasi. Pelatihan dijelaskan sebagai bagian dari proses
55
pengembangan kekuatan dan kualitas pribadi pekerja yang mengikuti
pelatihan. Workshop ini adalah untuk pekerja di unit‐unit operasi bisa
memberikan gambaran tentang arah transformasi Pertamina mau dibawa ke
mana. Juga penjelasan bagaimana peran dan tanggung jawab unit harus
diberikan. Dan bagaimana secara individu peserta workshop ini berpartisipasi
dan berperan aktif mendukung program transformasi di unit.
• Perubahan yang positif dari transformasi Pertamina pada kinerja UPms III
cabang Bandung dapat dilihat dari kenaikan target penjualan BBM tahun 2006
sekitar 80% dari kuota yang diberikan kepada UPms III cabang Bandung yaitu
15% jadi saat ini UPms III cabang Bandung telah mencapai kuota sebesar 13%,
berkurangnya keluhan dari konsumen akhir dan mitra tentang pelayanan
Pertamina khususnya yang berhubungan dengan penjualan BBM baik di SPBU
yang dirasakan oleh konsumen akhir maupun dari depot ke SPBU yang
dirasakan oleh mitra pemilik SPBU. Karena SPBU saat ini sudah banyak
diremajakan dan ditingkatkan fasilitas serta pelayanan dari para operatornya.
Seperti 3S (Salam, Senyum, Sapa) dalam program Pertamina Way
• Bentuk perubahan yang coba dilakukan oleh Direktur Umum dan SDM
Pertamina pusat dalam hal SDM adalah :
Reward & Recognition. Intinya adalah penghargaan akan diberikan kepada
individu/tim/fungsi yang berprestasi dan teladan. Bentuk reward kepada
karyawan tidaklah harus berbentuk uang. Harus terdapat deklarasi
acceptance (penerimaan atas apa yang sudah dikerjakan bawahan dari
pimpinan). Hal ini dapat mempercepat dan memberikan rasa percaya diri
kepada bawahan sehingga akan memacu semangat kerja dan kreativitas
karyawan.
56
Pay for performance. Yaitu karyawan akan dibayar sesuai sistem
manajemen kinerja. Tujuannya supaya penilaian pekerja lebih terstruktur
dan objektif. Untuk dapat membantu manager agar tidak terbentur
subjektivitasnya terhadap karyawan tertentu, maka Direktur Umum dan
SDM akan mengeluarkan buku Manager’s Guide sehingga diharapkan
penilaian manajer dapat lebih objektif. Tidak berdasarkan ‘suka atau tidak
suka’ atau karena unsur ‘kedekatan’. Hal lain yang berkenaan dengan pay
for performance yang akan dilakukan adalah semua manajer atau jabatan
apapun, akan menerima kompensasi (gaji dan tunjangan) secara sama,
walaupun golongan pangkatnya berbeda. Tetapi jika manajer golongan
dua,tiga, atau empat itu tidak menjabat manajer lagi, gajinya kembali sesuai
pangkat golongannya.
Standar kompetensi. Perumusan standar pekerjaan diperlukan untuk
penilaian karya (performance appraisal) secara akurat. Oleh karena itu Kepala
Divisi SDM Pertamina mengemukakan program yang disebut Human
Resources Professional Development Progam, yaitu sebuah standarisasi
kompetensi, sertifikasi keahlian, program kepemimpinan, optimalisasi
Sistem Manajemen Kinerja (SMK), pengembangan kepemimpinan, dan
beberapa program lain.
Penjelasan aspek‐aspek komponen komunikasi internal branding yang efektif
• Manajemen yang suportif
Kepala cabang selalu menginformasikan materi‐materi baru pada karyawan
cabang dalam rapat koordinasi maupun rapat forum yang telah
57
dijadwalkan di cabang dimana bahan‐bahan telah diperoleh dari townhall
meeting dengan direksi utama di pusat.
Nilai FIVEM selalu kembali diingatkan dalam setiap rapat koordinasi dan
event‐event tertentu. Bentuknya berupa penterjemahan nilai FIVEM ke
dalam program‐program kerja yang akan dijalankan cabang. Contohnya
dalam program Pertamina Way untuk meningkatkan pelayanan terhadap
konsumen akhir di SPBU maka setiap nilai FIVEM coba dimasukkan dan
diterapkan di SPBU Pertamina Way.
Kepala cabang terbuka terhadap berbagai diskusi dengan karyawan,
apabila karyawan menemui kesulitan dalam menjalankan tugas‐tugasnya
karena saat ini kepala cabang menganggap seluruh karyawan sebagai
partner kerja, begitu pula dari karyawan sehingga hubungan kerja lebih
terbuka. Disini kepala cabang menjalankan nilai mutual respect dalam nilai
FIVEM, yaitu menempatkan seluruh pihak yang terkait setara dan sederajat
dalam kegiatan usaha. Bentuk motivasi dari kepala cabang adalah
ditunjukkan dengan mau “berjalan bersama” dengan para karyawan saling
bahu membahu dalam mencapai target dan saling memberikan semangat
kepada karyawan untuk mau bekerja lebih maksimal dalam setiap program
kerjanya. Apabila salah satu karyawan mengalami kesulitan maka
hendaknya kepala cabang ataupun karyawan lainnya membantu, karena
saat ini yang dipentingkan adalah adanya kerja tim. Contoh bentuk
motivasi atau dukungan dalam program Pertamina Way dapat dilihat
seperti gambar di bawah ini :
58
Gambar 4.1 Contoh bentuk dukungan dan motivasi dalam program Pertamina
Setiap pagi kepala cabang selalu memonitor apa saja yang dikerjakan
karyawan. Dalam hal memonitor tersebut, kepala cabang mencoba
menjalankan nilai mutual respect yaitu kepala cabang menunjukkan untuk
mau menjadikan seluruh karyawan di cabang dapat setara dan sederajat
dalam kegiatan usaha dan pencapaian target di cabang.
GM terbuka untuk melakukan komunikasi dengan karyawan di tingkat
cabang dengan telepon hotline yang langsung terhubung dengan GM.
Dengan demikian karyawan di tingkat cabang saat ini dapat langsung
berkomunikasi ataupun berdiskusi secara terbuka dengan para GM
ataupun manajer yang berada di Jakarta. Hal ini menjadi salah satu bentuk
dukungan dan kepedulian dari manajemen atas terhadap karyawan di
tingkat cabang.
• Pesan FIVEM yang jelas
Setiap komponen dalam FIVEM beserta pengertiannya masing‐masing
dijelaskan dengan detail oleh tim sosialisasi dari manajer SDM Unit
Pemasaran III dan tim dari pusat melalui berbagai metode seperti
59
presentasi, dialog interaktif kepada karyawan di cabang pemasaran
Bandung.
Dalam setiap rapat koordinasi kepala cabang bersama dengan karyawan
menjabarkan target‐target yang hendak dicapai dalam program kerja,
sehingga karyawan dapat mengetahui apa yang ingin dicapai dalam
program tersebut. Membuat langkah‐langkah yang jelas dan bersifat
actionable dalam penerapan program kerja, serta anggaran biaya dan
perkiraan waktu dalam perencanaan program.
• Karyawan yang kooperatif dengan perubahan. Dukungan yang dilakukan
karyawan antara lain :
Seluruh karyawan menerima secara positif dengan adanya nilai‐nilai
FIVEM dan 4C tersebut. Hal ini terbukti dari keantusiasan karyawan dalam
mengikuti setiap pelatihan, workshop tentang pensosialisasian dan
pengenalan nilai‐nilai FIVEM sehingga nilai‐nilai tersebut dapat
ditanamkan dalam diri karyawan dan ditunjukkan dengan hasil maksimal
dari setiap tugas dan tanggung jawabnya masing‐masing.
Berdasarkan evaluasi program yang dilakukan setiap akhir bulan dalam
rapat koordinasi, sampai saat ini seluruh karyawan masih menunjukkan
hasil yang maksimal dalam menjalankan setiap program yang sudah
menjadi tugas dan tanggung jawabnya masing‐masing. Belum terlihat
adanya resistensi dari karyawan terhadap program transformasi yang
dikumandangkan oleh Pertamina pusat kepada seluruh karyawan
Pertamina khususnya di Upms III cabang Bandung.
Karyawan saat ini lebih meningkatkan kinerja dan loyal terhadap jam kerja.
Karyawan tidak harus pulang sesuai jam kerja jam 4, tetapi karyawan masih
60
lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya padahal tidak diberikan uang
tambahan. Contoh hari sabtu, minggu harusnya hari libur tetapi kalau ada
pekerjaan maka harus tetap datang ke kantor karena ada target yang ingin
dicapai, kapan pun harus dikerjakan merupakan konsekuensi dan harus
datang dari dirinya sendiri supaya tidak kalah bersaing bukan dari
program. Bagi karyawan yang selalu datang lebih awal ataupun tepat
waktu akan diberikan penghargaan dan terpilih sebagai Pekerja Teladan
Datang tepat Waktu. Hal ini menunjukkan bahwa jajaran Direksi Pertamina
serius dalam melakukan perubahan dan diharapkan dapat meningkatkan
motivasi karyawan lainnya untuk dapat datang tepat waktu serta
memberikan output yang maksimal.
Semua pekerja mendukung dan mengikuti pelatihan‐pelatihan sesuai
dengan bidangnya masing‐masing ataupun tentang transformasi nilai‐nilai
baru kepada karyawan. Hal ini untuk mengasah dan menambah keahlian,
ketrampilan, ilmu mereka sesuai bidang pekerjaan masing‐masing. Karena
saat ini karyawan harus mengubah mindset mereka untuk bersaing dengan
para perusahaan minyak asing yang mulai masuk ke pasar Indonesia, oleh
karena itu karyawan harus meningkatkan kemampuannya dalam
bidangnya masing‐masing. Diharapkan perubahan budaya korporat dan
individu pekerja Pertamina mengarah ke budaya ideal sesuai semangat
bisnis dan situasi persaingan global. Oleh karena itu seluruh elemen
Pertamina dituntut memiliki unsur 4C. Dengan melakukan perbaikan dan
pembenahan di segala bidang diharapkan visi Pertamina Upms III, menjadi
unit pemasaran terkemuka dengan layanan kelas dunia akan segera
terwujud. Dedikasi dan dukungan semua pekerja sangat menentukan
61
berhasil tidaknya Pertamina Upms III menjadi pemenang dalam persaingan
global.
• Sistem komunikasi (saluran komunikasi, cara berkomunikasi, sistem feedback)
Diadakan dialog interaktif dengan masyarakat diharapkan seluruh
karyawan dapat ikut terjun ke masyarakat, para karyawan dilatih untuk
dapat mensosialisasikan nilai‐nilai tersebut ke luar, masyarakat, baik itu
akademisi, mitra, maupun pemerintah daerah.
Dalam setiap pertemuan, rapat sering disosialisasikan kembali nilai‐nilai
FIVEM. Rapat‐rapat yang dilakukan sekarang sudah harus fokus pada
sasaran dan inti permasalahan, realisasi, tidak bertele‐tele. Nilai‐nilai, visi,
misi tersebut sudah merupakan “buku saku” setiap karyawan, dan
dianggap sudah mengerti, memahami. Contohnya dalam rapat Pertamina
Way. Dalam setiap tahap yang ditetapkan dalam pelaksanaan Pertamina
Way dihubungkan dengan nilai‐nilai FIVEM. SPBU yang memenuhi
standar Pertamina Way, mencakup : (1) peralatan terawat baik, (2) format
fisik sesuai stategi Pertamina, (3) operator terlatih, (4) jaminan kualitas dan
kuantitas, serta (5) adanya penawaran produk dan pelayanan tambahan
selaras strategi Pertamina, hal ini dilakukan karena kepuasan pelanggan
merupakan hal terpenting dalam mengukur keberhasilan suatu program.
Untuk itu, Pertamina memperkenalkan lima SPBU percontohan kepada
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, termasuk menawarkan
berbagai layanan inovatif tambahan seperti customer satisfaction board.
Fasilitas ini digunakan untuk mengukur sejauh mana peningkatan layanan
tercapai sehingga hasil akhirnya dapat dirasakan langsung oleh pelanggan.
62
Selain itu, program SPBU percontohan yang sedang berlangsung akan
menjadi tolok ukur, acuan dan sebagai changing agent bagi peningkatan
pelayanan di SPBU lainnya guna menjawab tantangan pasar yang kian
kompetitif.
Event‐event pensosialisasian yang sudah pasti setiap bulannya, arisan di
tiga tempat (Bandung, Padalarang, Ujung Berung), pengajian yang
diadakan oleh BDI (Badan Dakwah Islam), kebaktian, rapat koordinasi,
coffee morning (seminggu sekali) membahas tentang nilai‐nilai (sebagai
sarana untuk mengingatkan) apakah kinerja Pertamina sudah sesuai belum
dengan nilai‐nilai FIVEM tersebut, dengan program, harapan, target dan
sebagainya sesuai harapan pemerintah. FIVEM juga harus dikaitkan dengan
agama, membudidayakan budaya malu terhadap KKN ataupun
pelanggaran lainnya.
Saat ada pameran baik yang diadakan oleh Pertamina sendiri maupun
pameran yang berhubungan dengan migas ataupun yang diadakan oleh
universitas di Bandung, maka Pertamina ikut membuka stand, dan
ditampilkan juga tentang nilai FIVEM tersebut supaya sekaligus sosialisasi
pada seluruh kalangan masyarakat.
Saat sedang makan siang bersama, sedang dalam perjalanan dinas, antara
kepala cabang dengan karyawan saling mengingatkan tentang program
kerja yang berpatokan pada nilai‐nilai FIVEM tersebut.
Melalui media cetak internal yaitu Buletin (terbit setiap hari Senin) dan
Warta Pertamina (terbit setiap bulan). Dalam kedua media cetak tersebut
selalu disosialisasikan kembali nilai‐nilai FIVEM dan 4C yang menjadi
63
pedoman program transformasi serta breakthrough projects yang sedang
dijalankan oleh Pertamina dalam rangka menjalankan transformasi.
Diadakan event‐event tertentu seperti arisan PWP (Persatuan Wanita Patra)
yaitu persatuan istri‐istri para pekerja di Pertamina. Dimana dalam acara
arisan ini dipergunakan oleh kepala cabang untuk mensosialisasikan nilai‐
nilai tersebut dalam sambutan sekitar 15 menit‐1/2 jam. Dengan demikian
diharapkan supaya para istri pekerja Pertamina memahami tentang
perubahan yang sedang terjadi di Pertamina dan akan mendukung apa
yang harus dijalani oleh suami mereka apabila suami mereka lembur.
Meletakkan pajangan poster yang berisi nilai 4C serta code of conduct sebagai
pedoman dalam berperilaku dan cara bekerja di Pertamina bagi seluruh
karyawan Pertamina khususnya di cabang. Poster tersebut diletakkan di
depan pintu masuk, di samping resepsionis. Dengan demikian seluruh
karyawan dapat melihat dan membaca dan diharapkan dapat
mengingatkan mereka akan nilai FIVEM. Adapun contoh poster dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
64
Gambar 4.2. Contoh Poster dalam mensosialisasikan 4C dan Code of Conduct
karyawan Pertamina
Gaya bahasa harus disesuaikan dengan lingkungan supaya mudah dicerna
dan dipahami oleh pendengarnya. Bahasa yang digunakan dalam
pensosialisasian nilai‐nilai FIVEM serta 4C kepada para karyawan di
cabang Bandung harus sederhana, disesuaikan dengan wawasan audience,
menggunakan bahasa Indonesia dengan campuran bahasa daerah (bahasa
Sunda) akan lebih mudah ditangkap khususnya pada karyawan kantor
cabang yang terdapat di daerah. Yang terpenting adalah materi yang akan
disampaikan jangan sampai berubah arti. Kalau mereka sudah memahami
isinya supaya Pertamina dianggap benar‐benar perusahaan yang ingin maju
sampai ke kelas dunia, maka unsur‐unsur bahasa Inggris itu dapat
digunakan, hal tersebut dapat menumbuhkan kepercayaan diri kepada
seluruh karyawan.
65
Feedback dari karyawan dapat langsung dikemukakan setiap kali kepala
cabang melaksanakan rapat atau pertemuan. Baik di dalam rapat forum
yang bersifat formal maupun pertemuan coffee morning yang bersifat
nonformal dilakukan setiap minggu dimana setiap karyawan bebas untuk
mengemukakan segala ide, pendapat, kritik, saran tentang program
maupun tentang kondisi yang terjadi di sekitarnya. Segala feedback yang
dikemukakan saat pertemuan coffee morning nantinya dapat dirumuskan
secara formal di rapat forum yang berupa ide‐ide dalam rangka memajukan
cabang Pemasaran Bandung.
Feedback dari karyawan yang berupa sumbang saran terhadap tugas atau
program yang sedang berjalan dapat dituangkan dalam bentuk tulisan.
Apabila konsep saran tersebut setelah dinilai oleh tim yang berada di pusat
merupakan ide yang inovatif dan setelah dianalisis juga dapat diterapkan
dalam perusahaan, maka karyawan tersebut akan mendapat reward dapat
berupa piagam ataupun bonus yang akan diberikan pada acara tertentu
seperti Ulang Tahun Pertamina, pada acara tersebut akan dikumpulkan
karyawan berprestasi dan sekaligus diberikan penghargaan supaya dapat
juga memotivasi karyawan lainnya untuk terdorong lebih kreatif dan
berprestasi.
Karyawan yang sudah beberapa kali berprestasi akan dapat dipromosikan
untuk dapat naik golongan. Dengan demikian, peningkatan karier tidak
terhambat dan tentunya akan diperoleh lebih banyak keuntungan dengan
berada di golongan yang lebih tinggi. Seperti kenaikan gaji, fasilitas yang
lebih banyak.
66
Feedback dari kepala cabang kepada karyawan dikemukakan melalui rapat
koordinasi dimana kepala cabang akan mengemukakan saran‐saran, kritik
yang membangun terhadap karyawan serta evaluasi terhadap program
yang sedang berjalan di cabang. Hal‐hal apa saja yang harus dilakukan dan
dihindari oleh karyawan dalam menjalankan program di cabang.
Pendapat‐pendapat ataupun feedback tentang FIVEM diterima dan
ditampung oleh kepala cabang, karena semua berhak memberikan
pendapat dan saran. Tetapi saran tersebut efektif atau tidak perlu
dipertimbangkan, kalau dianggap efektif maka dapat dijadikan salah satu
bahan program dan disesuaikan dengan keadaan atau event tertentu.
Terdapat kotak saran yang digunakan untuk memberikan masukan,
ketidakpuasan terhadap seseorang ataupun sesuatu, pengaduan kepada
kerja cabang. Yang berhak baca adalah kepala cabang. Tidak memberikan
identitas. Dari surat‐surat tersebut apabila mengarah pada seseorang yang
merugikan akan diperiksa oleh sekuriti. Apabila ada surat kaleng yang
mengadukan bahwa seorang karyawan telah melakukan hal yang tidak
baik akan diusut dan bila terbukti dinyatakan bersalah akan diadili dan
diberikan sanksi berupa pemecatan atau skorsing.
• Adanya standar penilaian
Terdapat Sistem Manajemen Kinerja (SMK) yang bertujuan untuk melihat
bagaimana hasil kerja karyawan selama satu tahun. SMK ini telah memiliki
format dan standarnya dari pusat sesuai dengan jobdesk, tugas dan
tanggung jawab dari setiap posisi karyawan masing‐masing. Format SMK
ini telah ditetapkan dari pusat. Dari situ akan terevaluasi seluruh kinerja
67
seluruh karyawan, terlihat sejauhmana efisiensi kerja dan efektivitasnya
seperti apa, apakah struktur organisasi saat ini dirasa sudah cukup ataukah
harus diperbaiki lagi. Karena setiap kinerja karyawan berhubungan dengan
keuntungan yang dapat diraih cabang dan ukuran keberhasilan pusat
dalam mengkomunikasikan transformasi dalam pure profit oriented yang
sedang diterapkan oleh Pertamina saat ini. Nilai‐nilai tersebut dibawa oleh
kepala cabang untuk mempertanggung jawabkan ke manajer personalia
unit Pemasaran III, apabila ada nilai yang dianggap tinggi misalnya angka
7, maka karyawan tersebut harus dapat mempresentasikan hasil kinerjanya
di cabang terlebih dulu untuk dapat membuktikan nilai yang telah
diperoleh kemudian mempresentasikan di depan manajer penjualan Unit
Pemasaran III di Jakarta, karena nilai tersebut sifatnya maksimal jadi
tanggung jawabnya harus besar. Dari sistem penilaian tersebut juga akan
mempengaruhi kenaikan golongan, kenaikan jabatan dan kenaikan gaji
berkala yang dilakukan setiap tahunnya. Apabila nilai yang diperoleh
setiap karyawan memang baik dan patut untuk mendapatkan nilai tinggi,
maka akan mempengaruhi dalam kenaikan golongan dan gaji. Hal ini
tentunya tergantung dari kinerja setiap karyawannya. Komponen yang
diukur di dalam SMK ini juga merupakan salah satu bentuk dari FIVEM
dan 4C. Karena yang dinilai adalah tentang :
1) Pengetahuan tentang pekerjaan
2) Kejujuran dan integritas
3) Motivasi dan kemauan berprestasi
4) Kemampuan berkomunikasi
5) Tanggung jawab dan ketelitian
68
6) Kemampuan bekerja sama
7) Kemampuan menganalisis dan memutuskan
8) Kemampuan memimpin
9) Orientasi pada pelanggan
10) Orientasi pada bisnis
Penilaian dilakukan oleh para atasan terhadap kinerja bawahannya, yaitu :
General Manager Unit Pemasaran III menilai kinerja kepala cabang Unit
Pemasaran III cabang Bandung.
Kepala cabang menilai kinerja Wira Penjualan XII Bandung, Wira
Penjualan XIII Bandung, Pengawas Utama Administrasi, Komandan
Sekuriti, Asisten Pemeliharaan Sarana Penunjang.
Pengawas Utama Administrasi menilai kinerja Pengawas Administrasi
Pemasaran, Asisten Administrasi Pemasaran, Asisten Administrasi SDM
& Umum, Hupmas, Pengawas Administrasi Keuangan, Asisten
Administrasi Keuangan.
Sedangkan outsorcing yang bekerja untuk Wira Penjualan akan dinilai
oleh Wira Penjualan, setiap kekurangan yang dilakukan setiap individu
dari outsorcing akan dilaporkan kepada pihak vendor yang berwenang
terhadap karyawan outsorcing tersebut dan nantinya akan diberikan
pengarahan dari pihak vendor kepada karyawannya. Apabila pihak
Pertamina masih kurang puas dengan kinerja outsorcing, Pertamina
berhak meminta untuk mengganti karyawan outsorcing tersebut.
Komponen‐komponen penilaian yang terdapat di dalam SMK sudah
merupakan ketetapan dari pusat dan merupakan sistem penilaian baru
untuk karyawan Pertamina, cara penilaiannya juga telah dijelaskan oleh
69
manajer SDM Unit Pemasaran III saat sistem SMK tersebut mulai
diterapkan pada tahun 2003 (pada saat sosialisasi nilai‐nilai FIVEM dan 4C).
SMK ini terdiri atas dua bagian yaitu perencanaan dan penilaian sasaran
kerja (60%) dan pengetahuan/ketrampilan/kompetensi (40%) kedua nilai ini
akan dihitung, dijumlah serta dicari rata‐ratanya. SMK ini yang menjadi alat
pengukur dan penilaian apakah nilai‐nilai FIVEM sudah tertanam dalam
mindset karyawan serta kinerjanya. Cabang pemasaran Bandung hanya
sebagai salah satu cabang Pertamina dan badan pelaksana yang
mendukung segala kebijakan, peraturan yang telah ditetapkan dari pusat
terhadap seluruh karyawan Pertamina. Saat ini yang perlu diperhatikan
adalah hasil kinerja dari setiap karyawan, apabila karyawan sudah banyak
mencapai target pencapaian kinerja, maka secara tidak langsung mereka
juga sudah membuktikan bahwa nilai‐nilai FIVEM sudah menjadi pedoman
karyawan dalam menjalankan kinerjanya.
Penilaian kinerja karyawan setiap bulan dapat dilihat dari bagaimana
performa setiap karyawan dalam menjalankan program yang sudah
ditetapkan setiap awal bulan dalam rapat koordinasi. Sehingga dalam rapat
koordinasi evaluasi program yang diadakan setiap akhir bulan, para kepala
fungsi seperti Wira Penjualan XII, Wira Penjualan XIII, Pengawas Utama
Administrasi, Komandan Sekuriti, Asisten Pemeliharaan Sarana Penunjang
akan mengevaluasi kinerja bawahannya selama satu bulan tersebut kepada
kepala cabang. Penilaian ini berdasarkan pengawasan sehari‐hari yang
dituangkan dalam catatan harian para kepala fungsi sehingga secara
administratif sudah terevaluasi dalam rapat koordinasi tersebut oleh para
kepala fungsi. Dari penilaian bulanan tersebut nantinya dapat digunakan
70
dalam penilaian akhir di SMK yang dilakukan setiap tahunnya apakah
kinerja karyawan sudah dianggap bagus atau kurang (sudah mencapai
target atau tidak) dalam satu tahun tersebut.
Saat ini dilakukan penilaian tambahan yaitu Penilaian Pekerja Kantor
Cabang Pemasaran Bandung dimana penilaian tersebut dilakukan Penilaian
sesama pekerja di cabang Bandung digunakan sebagai salah satu catatan
untuk menunjang SMK. Penilaian baru tersebut sifatnya rahasia dipegang
oleh SDM personalia dan merupakan catatan karyawan bagi SDM cabang.
Merupakan salah satu bentuk rapot bulanan, karena disitu terdapat catatan
harian pekerja yang dicatatat oleh SDM, disesuaikan dengan absen seperti
apa. Absen di catatan SDM kapan dia masuk/ terlambat ada catatannya di
sekuriti karena mereka juga ada catatan setiap hari siapa saja yang masuk,
keluar dan untuk keperluan apa. Sekuriti melaporkan kepada SDM setiap
pagi siapa yang datang terlambat, siapa yang pulang lebih awal.
Dituangkan dalam penilaian baru itu. Tidak diketahui oleh semua pekerja.
Akhir tahun nanti akan bisa bercerita dan menjadi bukti bahwa karyawan
tidak jujur dan menyangkut kedisiplinan pekerja. Catatan tersebutlah akan
menunjang untuk hasil pencapaian sasaran. Yang mengisi bagian SDM.
Atasan belum tentu memegang form tersebut, tapi personalia harus. Karena
nantinya dari personalia cabang akan dikirm ke personalia unit.
Penilaian yang dilakukan di pusat. Kinerja dari kepala cabang akan dinilai
oleh General Manager Unit Pemasaran III, sehingga nantinya segala kinerja
yang berada di bawah pengawasan GM UPms III akan
dipertanggungjawabkan kepada direksi di tingkat pusat. Setelah diterapkan
adanya kontrak manajemen antara Direksi dengan semua pimpinan unit
71
dan fungsi‐fungsi lainnya. Indikator keberhasilan sebuah fungsi atau unit
lebih terukur, karena didasarkan pada pencapaian target‐target yang telah
disepakati. Sistem Ukuran Kinerja Terpilih (UKT) yang menjadi Key
Performance Indicators seperti dikenal dalam manajemen modern
dilaksanakan setiap tahun dengan melihat hasil kinerja serta pencapaian
target dari seluruh cabang Pertamina di wilayah Indonesia. Dalam rangka
pembangunan branding, sistem UKT ini akan menjadi sarana bagi
perusahaan untuk lebih mengarahkan target‐target pencapaian pada
pembangunan brand Pertamina seiring perubahan logo, segala sesuatu
yang dikerjakan perusahaan harus mengarah pada pembangunan merek.
Pertamina menggunakan jasa konsultan eksternal yaitu McKinsey,
konsultan yang mendampingi tim restrukturisasi. Mc Kinsey merupakan
tim yang terus memonitor jalannya transformasi dan hasil implementasi
khususnya dari breakthrough projects, sudah mencapai target atau belum.
Melakukan pengawasan sampai ke tingkat cabang dan mengevaluasi
apakah program‐program breakthrough projects dan transformasi Pertamina
sudah dijalankan sesuai dengan yang telah dirancang oleh McKinsey
bersama dengan para direksi atas Pertamina. Dengan adanya konsultan
eksternal diharapkan terdapat penilaian secara obyektif dari pihak eksternal
terhadap breakthrough projects yang sedang dilaksanakan oleh Pertamina
dalam rangka menjalankan program transformasi dan mendukung
perubahan Pertamina menjadi Pertamina Baru.
72
4.1.2 Gap Analisis
Dari penerapan komunikasi brand building yang ideal dengan yang terjadi di
lapangan secara garuis besar seluruh komponen komunikasi sudah diterapkan
semua oleh kepala cabang maupun karyawan UPms III cabang Bandung. Tetapi
adapun masih terdapat beberapa hal yang kurang sejalan dengan konsep internal
branding communication dihubungkan dengan situasi yang terjadi di lapangan :
1) Bentuk dukungan dari manajemen diperlihatkan melalui adanya pengontrolan,
pengawasan, dukungan secara periodik dari pimpinan. Tetapi yang terjadi di
lapangan, dengan adanya perubahan bentuk perusahaan Pertamina menjadi
Persero, hal ini berpengaruh pada bagaimana Pertamina melakukan bisnisnya,
salah satunya adalah pelayanan yang maksimal baik kepada mitra maupun
masyarakat konsumen, mengurangi keluhan/komplain dari mitra dan
konsumen. Sehingga kepala cabang saat ini juga melakukan kontrol di luar
kantor terhadap pihak‐pihak eksternal, seperti mitra, konsumen akhir di SPBU.
Kepala cabang harus memantau ke lapangan, ke pusat, ke daerah,
mengunjungi konsumen (baik mitra Pertamina maupun konsumen akhir).
Karena kepala cabang saat ini harus dapat bersosialisasi secara baik tidak
hanya dengan karyawan di dalam tetapi juga mitra dan pihak eksternal, hal ini
tidak hanya dilakukan oleh kepala cabang, tetapi juga oleh wira penjualan,
hupmas. Tetapi dengan ketidakberadaan kepala cabang tidak dibutuhkan
pengganti kepala cabang, karena saat ini karyawan sudah diberikan target
masing‐masing, jadi bekerja secara baik atau tidak nantinya akan dilihat dari
omset penjualan yang dihasilkan masing‐masing karyawan mencapai target
atau tidak. Karena nantinya secara tidak langsung akan terlihat pada penilaian
akhir tahun masing‐masing karyawan.
73
2) Untuk dapat menerapkan dengan baik nilai‐nilai baru yang terbentuk dalam
suatu perusahaan, maka karyawan harus dapat mengingat, memahami dan
menerapkan nilai‐nilai tersebut dalam kerjanya sehari‐hari. Tetapi yang terjadi
di cabang pemasaran Bandung ini ada beberapa karyawan yang lupa dengan
isi nilai‐nilai FIVEM dikarenakan pensosialisasian FIVEM serta visi misi baru
telah dilakukan sejak tahun 2002 oleh tim manajer SDM Unit Pemasaran III.
Tetapi karyawan pada dasarnya menerima dan memahami seluruh nilai‐nilai
FIVEM tersebut hal ini salah satunya dapat dilihat dari kemampuan mereka
dalam menjabarkan jobdesk masing‐masing karyawan dihubungkan dengan
nilai‐nilai FIVEM dan pelaksanaan kinerja mereka.
Pensosialisasian tetap dilakukan dalam bentuk pelatihan, workshop, dan
dalam setiap rapat selalu menjadi pedoman dalam penetapan program kerja,
dan mengingatkan karyawan untuk selalu menerapkan 4C (Confident, Clean,
Costumer Focus, Competitif) untuk dapat mengingatkan dan menanamkan nilai‐
nilai tersebut dalam setiap pekerjaan mereka. Karena hal tersebut mencakup
misi dan visi yang memang harus dijalankan oleh karyawan, mau tidak mau.
3) Pada umumnya realisasi karyawan tentang nilai‐nilai FIVEM pada dasarnya
sudah dapat menerima dan siap menjalankan sehingga tidak ada kontradiktif
dalam penerapannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil kinerja setiap tahun.
Indikator untuk menilai FIVEM dapat dilihat dari SMK yang dilakukan per
tahun. Kalau setiap bulan dapat dilihat dari rapat koordinasi, akhirnya dari
rapat setiap bulan tersebut kepala cabang akan menilai kinerja karyawan, bila
setiap bulannya nilai tidak memuaskan maka di akhir tahun nilai SMKnya juga
akan rendah dan hal tersebut berhubungan dengan kurangnya pemahaman
karyawan terhadap nilai‐nilai FIVEM. Karyawan diberikan kesempatan untuk
74
melakukan penilaian sendiri dan digabungkan dengan nilai dari atasannya.
Apabila karyawan merasa tidak puas dengan nilai yang diberikan atasannya,
maka dia bisa mempertanyakan alasan dan buktinya, dan pimpinan harus
dapat menunjukkan. Kalau sudah sepakat dari dua belah pihak maka barulah
dilakukan penandatanganan SMK.
Dalam tabel 4.1 dibawah ini diberikan ringkasan mengenai hasil pelaksanaan
komunikasi internal branding di UPms III Pertamina cabang Bandung :
Tabel 4.1 Analisis dan Interpretasi Hasil Bab 4 Aspek-aspek Ideal Lapangan Gap
Dukungan Manajemen
• Menginformasikan nilai‐nilai FIVEM
• Meningkatkan motivasi karyawan
• Mengajak/memberikan bagi partisipasi seluruh karyawan.
• Menciptakan suasana terbuka dan mengkomunikasikan secara jelas setiap langkah yang diambil.
• Mengarahkan dan membimbing karyawan bila ada kesulitan dengan diskusi bersama.
• Mengontrol dan mengawasi kinerja karyawan supaya sejalan dengan visi misi perusahaan.
• Pada awal pensosialisasian visi misi baru, nilai‐nilai FIVEM, 4C, manajer SDM beserta tim dari pusat serta kepala cabang secara periodik selama satu tahun selalu mensosialisasikan kepada karyawan nilai‐nilai tersebut.
• Kepala cabang selalu menginformasikan materi‐materi baru pada karyawan cabang yang telah diperoleh dari rapat dengan manajer.
• Nilai FIVEM selalu kembali diingatkan dalam setiap rapat koordinasi dan event‐
• Kepala cabang saat ini juga melakukan kontrol di luar kantor terhadap pihak‐pihak eksternal, seperti mitra, konsumen akhir di SPBU.
75
event tertentu. • Kepala cabang terbuka terhadap berbagai diskusi dengan karyawan, apabila karyawan menemui kesulitan.
• Setiap pagi kepala cabang selalu memonitor apa saja yang dikerjakan karyawan.
• Kepala cabang menganggap seluruh
• karyawan sebagai partner kerja, sehingga hubungan kerja lebih terbuka.
• GM terbuka untuk melakukan komunikasi dengan karyawan di tingkat cabang dengan telepon hotline yang langsung terhubung dengan GM.
• Kepala cabang selalu diikutsertakan dalam rapat sosialisasi di pusat tentang program transformasi yang sedang digulirkan di seluruh Pertamina.
Kejelasan pesan perubahan
• Pesan tentang FIVEM harus dikomunikasikan secara jelas.
• Komponen‐komponen dalam FIVEM diinformasikan
76
• Penjelasan tentang FIVEM harus lengkap dengan unsur‐unsurnya beserta penjelasannnya.
• Terdapat target‐target dan komponen yang jelas di dalam pesan.
secara lengkap oleh tim sosialisasi.
• Membuat langkah‐langkah yang jelas dan bersifat actionable dalam penerapan program kerja, serta anggaran biaya dan perkiraan waktu dalam perencanaan program.
• Dalam setiap rapat koordinasi kepala cabang bersama dengan karyawan menjabarkan target‐target yang hendak dicapai dalam program kerja, sehingga karyawan dapat mengetahui apa yang ingin dicapai dalam program tersebut.
Sistem komunikasi(saluran komunikasi, cara berkomunikasi, sistem feedback)
• Media yang digunakan harus secara optimal
• Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
• Manager mampu menghilangkan hambatan‐hambatan komunikasi.
• Karyawan bisa langsung
• Seluruh media komunikasi yang terfasilitasi di kantor cabang telah digunakan secara maksimal oleh karyawan untuk mendapatkan informasi tentang FIVEM (internet, intranet, media cetak(buletin, Warta
77
memberikan feedback ke atasan.
• Manager juga memberikan feedback kepada karyawan dan terbuka terhadap feedback dari karyawan
Pertamina), poster, film/OHP.
• Bahasa yang digunakan dalam mensosialisasikan nilai FIVEM dengan bahasa sehari‐hari sedikit dicampur dengan bahasa daerah supaya lebih akrab dan mudah diterima.
• Menggunakan event‐event seperti pengajian, kebaktian, arisan, ulang tahun perusahaan untuk kembali mensosialisasikan nilai FIVEM.
• Feedback dari karyawan maupun kepala cabang dapat saling diungkapkan secara terbuka di setiap rapat formal(rapat koordinasi) maupun nonformal(coffee morning)
• Feedback dapat disampaikan melalui kotak saran yang tersedia di kantor sebagai salah
78
satu fasilitas untuk menyampaikan ketidakpuasan tanpa identitas.
• Komunikasi sudah lebih terbuka antara atasan dan bawahan, antara kepala cabang dengan karyawan, dapat dilakukan melalui telepon pribadi.
Kerja sama di tingkat karyawan
• Karyawan harus mendukung setiap program yang dijalankan oleh perusahaan.
• Karyawan memperlihatkan kesungguhannya dalam menjalankan program.
• Karyawan menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya (jobdesk) masing‐masing.
• Karyawan mematuhi seluruh aturan yang telah menjadi ketentuan di perusahaan.
• Karyawan memberikan dedikasi
• Pada umumnya seluruh karyawan sudah memahami, menerima dan menjalankan nilai FIVEM dan 4C, jadi feedback dari karyawan positif terhadap nilai tersebut.
• Karyawan menunjukkan tanggung jawab mereka terhadap tugas dan tanggung jawab dari pekerjaan yang mereka jalankan sesuai dengan nilai FIVEM dan 4C.
• Karyawan bersikap loyal pada jam kerja. Tidak lagi berpatokan pada
• Karena periode waktu pensosialisasian nilai‐nilai FIVEM sudah dilakukan sejak tahun 2002 maka beberapa karyawan tidak begitu ingat dengan isi FIVEM, tetapi mereka langsung menerapkan nilai‐nilai tersebut dalam kinerja sehari‐hari.
79
mereka pada perusahaan dengan menunjukkan prestasi
jam kerja, tidak menutup kemungkinan untuk kerja lembur walaupun tidak mendapat uang lembur.
• Karyawan mendukung nilai‐nilai FIVEM menjadi pedoman mereka dalam menjalankan setiap program cabang, salah satunya dengan mengikuti workshop, pelatihan yang diadakan oleh Pertamina untuk para karyawan.
• Karena proses pensosialisasian nilai FIVEM sudah lama, maka ada beberapa karyawan yang sudah lupa dengan isi dari FIVEM tersebut.
Sistem evaluasi • Adanya indikator untuk pengukuran hasil kinerja (indikator berasal dari nilai‐nilai FIVEM)
• Evaluasi harus dilakukan secara periodik.
• Hasil evaluasi harus diinformasikan ke seluruh karyawan.
• Mempertimbangkan feedback yang
• Menggunakan SMK (Sistem Manajemen Kinerja) yang berisi tentang evaluasi program selama satu tahun dan menilai kinerja setiap karyawan selama satu tahun.
• Setiap bulan diadakan evaluasi kinerja karyawan melalui rapat koordinasi,
80
diberikan untuk menyesuaikan aplikasi nilai‐nilai FIVEM di lapangan.
merupakan penilaian bulanan yang nantinya akan digabungkan di penilaian SMK setiap tahun.
• Karyawan dapat menjawab dan menanggapi dengan baik bila berdiskusi mengenai nilai‐nilai FIVEM dihubungkan dengan jobdesknya.
• Terdapat tim konsultan eksternal McKinsey yang menjadi penilai program‐program transformasi yang dilakukan Pertamina, termasuk UPms III cabang Bandung.
4.2 Evaluasi Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab setiap Fungsi
Kepala cabang
(Merencanakan, mengkoordinir, mengatur dan bertanggung jawab atas
tercapainya sasaran pemasaran BBM (Strategi dan Program, Demand
Management, Offering Operation, Customer Maintenance & Penetration, Channel
Distribution Management, Market Intelligent) secara ber‐etika dan
terselenggaranya berbagai kegiatan sebagai representasi PT.Pertamina (Persero)
81
di wilayah Propinsi Jawa Barat (minus Depok, Bogor dan Bekasi), serta
bertanggung jawab terhadap seluruh program kerja yang dijalankan di cabang.
Focus :
Secara fokus menggunakan segala kompetensi perusahaan untuk menjalankan
program‐program pemasaran yang sudah disetujui dari GM UPms III dan para
karyawan UPms III cabang Bandung.
Mengembangkan jaringan distribusi yang kuat dan profesional loyal
Menyusun laporan aktivitas pemasaran BBM secara berkala maupun insidentil
kepada General Manajer UPms III.
Integritas :
Mewujudkan komitmen untuk memberikan pelayanan maksimal kepada
pihak‐pihak eksternal dengan merencanakan dan melaksanakan kunjungan ke
objek‐objek yang berpengaruh terhadap misi pemasaran BBM seperti
pelanggan, lembaga penyalur, Hiswana Migas, Pemda, dan lain‐lain.
Melakukan penetrasi dan pemeliharaan pelanggan dengan tujuan share
dipertahankan dan loyal terhadap Pertamina.
Visionary :
Mengantisipasi lingkungan usaha yang berkembang saat ini maupun yang
akan datang dengan penyusunan strategi, program dan target pemasaran
tahunan untuk menjawab situasi dan kondisi pasar.
Melakukan kegiatan market intelligence untuk memantau pergerakan pesaing.
Excellence :
Menampilkan yang terbaik dalam semua aspek pengelolaan usaha dengan
pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan kemampuan pekerja cabang
pemasaran Bandung untuk meningkatkan kinerja secara optimal.
82
Mengkoordinir kegiatan after sales service secara maksimal.
Meningkatkan kemampuan diri dengan mengikuti pelatihan tentang
kepemimpinan (leadership), Strategi dan Program, Demand Management,
Offering Operation, Customer Maintenance & Penetration, Channel
Distribution Management, Market Intelligent, supply chain management.
Supaya dapat memberikan performa kerja yang optimum dan memberikan
contoh yang baik kepada karyawan dibawahnya.
Mutual Respect :
Menempatkan seluruh pihak yang terkait setara dan sederajat dalam kegiatan
usaha contohnya dengan pemeliharaan hubungan baik dengan instansi
pemerintah, TNI/Polri dan pihak lainnya serta intern PT.Pertamina (Persero)
Menjadikan seluruh karyawan di UPms III cabang Bandung sebagai mitra kerja
yang mau melangkah bersama dan bahu membahu dalam mencapai target
penjualan.
Wira Penjualan
Merencanakan, mengkoordinir, mengatur dan bertanggung jawab atas
tercapainya sasaran pemasaran BBM (Strategi dan Program, Demand
Management, Offering Operation, Customer Maintenance & Penetration, Channel
Distribution Management, Market Intelligent) secara ber‐etika di wilayah
Kabupaten/Kota Bandung dengan target market sektor retail dan industri non
Key Account (pelanggan kecil). Wira penjualan memiliki job desk yang tidak jauh
berbeda dengan kepala cabang untuk tercapainya sasaran BBM.
83
Focus :
Secara fokus menggunakan segala kompetensi perusahaan untuk menjalankan
program‐program pemasaran yang sudah disetujui dari GM UPms III dan para
karyawan UPms III cabang Bandung.
Mengembangkan jaringan distribusi yang kuat dan profesional loyal
Integritas :
Merencanakan dan melaksanakan kunjungan ke objek‐objek yang berpengaruh
terhadap misi pemasaran BBM seperti pelanggan, lembaga penyalur, Hiswana
Migas, Pemda, dan lain‐lain.
Melakukan penetrasi dan pemeliharaan pelanggan dengan tujuan share
dipertahankan dan loyal terhadap Pertamina.
Visionary :
Penyusunan strategi, program dan target pemasaran tahunan untuk menjawab
situasi dan kondisi pasar.
Melakukan kegiatan market intelligence untuk memantau pergerakan pesaing.
Excellence :
Pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan kemampuan pekerja cabang
pemasaran Bandung untuk meningkatkan kinerja secara optimal.
Menyusun laporan aktivitas pemasaran BBM secara berkala maupun insidentil
kepada General Manajer UPms III.
Menyelenggarakan kegiatan after sales service secara maksimal.
Mutual Respect :
Pemeliharaan hubungan baik dengan instansi pemerintah, TNI/Polri dan pihak
lainnya serta intern PT.Pertamina (Persero)
84
Menjadikan seluruh karyawan di UPms III cabang Bandung sebagai mitra kerja
yang mau melangkah bersama dan bahu membahu dalam mencapai target
penjualan.
Pengawas Utama Administrasi (pelaksanaan kegiatan administrasi pemasaran
meliputi perencanaan, pelayanan, pemantauan realisasi, market coverage,
statistik dan pelayanan sistem penjualan BBM, kegiatan manajemen SDM,
penyiapan sarana dan fasilitas kantor, rumah dinas, pelaksanaan hubungan
dengan pemerintah dan masyarakat untuk memperlancar pelaksanaan
kegiatan pemasaran.
Focus :
Menggunakan secara optimum berbagai kompetensi perusahaan seperti
mengumpulkan dan menyusun data realisasi penjualan BBM dan estimasi
kebutuhan BBM dari masing‐masing rayon setiap bulan untuk meningkatkan
nilai tambah perusahaan
Membuat laporan kegiatan penjualan dan evaluasinya kepada Manajemen
Cabang Pemasaran Bandung dan kantor Upms III secara akurat dan tepat
waktu.
Mengatur dan melaksanakan kegiatan SDM untuk menunjang kelancaran
operasi di cabang Pemasaran Bandung.
Integritas :
Mampu mewujudkan komitmen ke dalam tindakan nyata seperti menjalankan
setiap job desknya dengan melaksanakan perencanaan, pelayanan,
pemantauan realisasi, market coverage, statistik dan pelayanan sistem
penjualan BBM, kegiatan manajemen SDM, penyiapan sarana dan fasilitas
85
kantor, rumah dinas, pelaksanaan hubungan dengan pemerintah dan
masyarakat untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan pemasaran.
semaksimal mungkin.
Visionary :
Mengantisipasi lingkungan usaha yang berkembang saat ini maupun yang
akan datang untuk dapat tumbuh dan berkembang seperti menginventarisasi
data penjualan BBM tahun sebelumnya untuk penyusunan estimasi penjualan
BBM tahun berikutnya untuk cabang Pemasaran Bandung.
Membuat data perkiraan kebutuhan BBM dan realisasinya baik oleh lembaga
penyalur maupun industri.
Excellence :
Menampilkan yang terbaik dalam semua aspek pengelolaan usaha seperti
memantau keluhan‐keluhan atas pelayanan penjualan BBM dari pelanggan dan
mampu menyelesaikannya dengan maksimal.
Mengatur penyusunan rencana kerja dan anggaran keuangan cabang
pemasaran Bandung serta mengawasi pelaksanaannya agar tersusun suatu
rencana kerja dan anggaran yang efisien dan dapat dilaksanakan dengan baik.
Mengikuti pelatihan, kursus tentang market coverage, statistik dan bagaimana
mengelola kegiatan manajemen SDM agar dapat meningkatkan kemampuan
serta kinerjanya dengan lebih optimal.
Mutual Respect :
Menempatkan seluruh pihak yang terkait setara dan sederajat dalam kegiatan
usaha meneliti dan menjawab surat‐surat yang masuk dari pihak ketiga yang
berhubungan dengan transaksi penjualan, supaya urusan dengan konsumen
maupun mitra akan dapat terselesaikan dengan baik.
86
Mengevaluasi dan proses administrasi pengangkatan lembaga penyalur BBM
Pengawas Administrasi Pemasaran (melaksanakan kegiatan pelayanan
administrasi pemasaran dan sistem informasi pemasaran BBM)
Focus :
Menggunakan seluruh fasilitas perusahaan seperti komputer ataupun telepon
yang berfungsi sebagai sistem informasi dalam melakukan kegiatan :
Penyusunan dan memelihara data customer
Memantau secara administrasi tersedianya stock BBM serta
pengendaliannya.
Membuat laporan kegiatan pemasaran dan evaluasinya untuk
manajemen cabang pemasaran Bandung dan manajemen UPms III
secara akurat dan tepat waktu sehingga tidak merugikan mitra maupun
Pertamina sendiri.
Mengkoordinir pelaksanaan pelaporan kegiatan pemasaran.
Bertanggung jawab penuh atas file dan dokumen pemasaran karena
merupakan data dan aset berharga bagi Pertamina.
Melaksanakan update data alokasi BBM yang berguna sebagai data bank bagi
cabang pemasaran Bandung
Melaksanakan kontrol atas potongan harga BBM konsumen industri dengan
menggunakan fasilitas perusahaan seperti mobil dinas, telepon, fax, email.
Integritas :
Mampu mewujudkan komitmen ke dalam tindakan nyata dengan menjalankan
seluruh kegiatan arsip pemasaran sesuai job desk yang telah ditetapkan dengan
87
semaksimal mungkin sehingga akan memudahkan dalam menginventarisasi
data tentang kegiatan pemasaran serta data para konsumen.
Visionary :
Mengantisipasi lingkungan usaha yang berkembang saat ini maupun yang
akan datang dengan menginventarisasi data penjualan BBM tahun sebelumnya
guna penyusunan estimasi penjualan BBM tahun berikutnya untuk cabang
Pemasaran Bandung.
Mengumpulkan dan menyusun data realisasi penjualan BBM dan perkiraan
kebutuhan tiga bulan ke depan dari masing‐masing rayon setiap bulan.
Excellence :
Menampilkan yang terbaik dalam kompetensi pribadi dengan mengikuti
pelatihan dan kursus mengenai marketing, supply chain management,
administrasi untuk menambah ketrampilan dan keahlian dalam menjalankan
pekerjaannya.
Mutual Respect :
Menempatkan seluruh pihak yang terkait setara dan sederajat dalam kegiatan
usaha dengan menjaga hubungan baik dan bekerja sama dengan sesama
pekerja khususnya dengan asisten administrasi pemasaran untuk menjalankan
tugas administrasi pemasaran yang berguna untuk mengoptimalkan kerja
perusahaan.
Pengawas Administrasi Keuangan (mengkoordinasikan penyusunan rencana
kerja dan anggaran cabang Bandung serta mengawasi pelaksanaannya agar
tersusun suatu rencana kerja dan anggaran yang efisien dan dapat
dilaksanakan dengan baik)
88
Focus :
Menggunakan secara optimum berbagai kompetensi perusahaan untuk
meningkatkan nilai tambah perusahaan dengan menganalisis dan konsolidasi
anggaran agar realisasinya dapat terlaksana dengan baik.
Menganalisis dan evaluasi usulan rencana kerja dan anggaran agar sesuai
dengan keperluan cabang.
Mengendalikan realisasi anggaran agar sesuai dengan rencana kerja.
Mengendalikan biaya operasi dan konsolidasi agar dapat meningkatkan
efisiensi.
Integritas :
Mampu mewujudkan komitmen ke dalam tindakan nyata contohnya dengan
menyusun laporan realisasi anggaran agar diketahui presentasi realisasi
dibandingkan dengan rencana.
Mengatur dan melaksanakan kegiatan akuntansi agar sesuai dengan prinsip‐
prinsip Akuntansi Indonesia, Pedoman Akuntansi Pertamina dan Quantity
Accounting System.
Visionary
Mengantisipasi lingkungan usaha yang berkembang saat ini maupun yang
akan datang dengan merencanakan penyediaan dana sesuai dengan keperluan
cabang agar tersedia dana yang cukup nantinya untuk program kerja yang
akan dijalankan saat ini maupun akan datang.
Excellence :
Mengatur dan melaksanakan akuntansi harta benda modal dengan sebaik‐
baiknya agar nantinya harta benda modal dapat dipertanggung jawabkan.
89
Menambah ketrampilan dalam bidang pengelolaan Akuntansi dengan
mengikuti pelatihan dan kursus tentang Akuntansi baik yang diadakan oelh
Pertamina maupun pelatihan eksternal.
Mutual Respect :
Menjaga hubungan kerja yang baik dengan seluruh karyawan, memberikan
informasi khususnya tentang kondisi keuangan pemasaran cabang Bandung,
supaya dapat mengetahui berapa anggaran yang tersedia dan disesuaikan
dengan program kerja.
Asisten Administrasi SDM/Umum (mengatur dan menyelenggarakan
kegiatan manajemen SDM meliputi perencanaan, pengembangan, perawatan
pekerja, pelayanan akomodasi dan hubungan pemerintah/masyarakat)
Focus :
Menggunakan secara optimum berbagai kompetensi perusahaan untuk
meningkatkan nilai tambah perusahaan dengan mengatur dan melaksanakan
perawatan pekerja, jasa personalia, akomodasi dan formalitas agar hak‐hak
pekerja terlayani sesuai pedoman personalia.
Mengatur dan melaksanakan pendidikan dan pelatihan untuk pekerja agar
dapat meningkatkan pengetahuan serta kemampuan dirinya.
Integritas :
Mampu mewujudkan komitmen ke dalam tindakan nyata seperti berdedikasi
penuh dalam mengkoordinasikan penyelesaian kasus pekerja dan masalah
hubungan industrial agar manjamin suasana kerja yang baik dan tertib.
Visionary :
90
Mengatur dan melaksanakan perencanaan baik untuk kebutuhan pekerja
maupun untuk pengembangan karir agar dapat digunakan untuk pekerjaan
pekerja maupun pelaksanaan pengembangan karir karyawan tersebut
nantinya.
Excellence :
Menjalankan kegiatan personalia dengan sungguh‐sungguh sehingga seluruh
keperluan karyawan yang berhubungan dengan sarana dan fasilitas kantor
serta rumah dinas dalam menunjang kegiatan cabang pemasaran Bandung
dapat terkoordinasi dengan baik, dengan demikian dapat mendukung
karyawan dalam menjalankan seluruh pekerjaan dan tanggung jawabnya
terhadap program‐program Pertamina.
Menambah ketrampilan dan keahlian dalam bidang personalia, cara
menghadapi masalah‐masalah yang dialami karyawan, tentang SDM.
Mutual Respect :
Mengatur dan membina hubungan baik dengan pemerintah dan masyarakat,
penerangan, publikasi, protokoler, dokumentasi dan perpustakaan untuk
menjamin kelancaran operasi cabang pemasaran Bandung.
Hupmas UPms III Cabang Bandung (Menjembatani terjalinnya hubungan
kerjasama yang harmonis antara PT Pertamina (Persero) Upms III Cabang
Bandung dengan intansi Pemerintah (Sipil atau Militer) dan masyarakat intern
maupun ekstern perusahaan di wilayah Jawa Barat)
Focus :
Membantu manajemen PT Pertamina Upms III dalam :
• Menyampaikan kebijakan dan tujuan perusahaan yang hendak dicapai.
91
• Membina dan memelihara citra atau image yang baik serta pendapat
khalayak (Public Opinion) yang menguntungkan bagi perusahaan.
• Sebagai narasumber sekaligus gerbang utama perusahaan dalam bidang
pelayanan informasi kepada stakeholders.
Pembinaan Komunikasi Internal
Hupmas PT Pertamina Cabang Bandung juga bertugas menyalurkan buletin
dan majalah dari Hupmas PT Pertamina korporat dan Unit Pemasaran III
Jakarta kepada para pekerjanya dan instansi‐instansi yang terkait.
Integritas :
Menjalankan seluruh kinerjanya sebagai penghubung antara Pertamina dengan
masyarakat (pengusaha, kalangan akademisi, masyarakat umum) maupun
pemerintah dengan semaksimal mungkin karena hupmas memiliki peranan
penting dalam mensosialisasikan yang sedang dialami Pertamina.
Visionary :
Menghilangkan atau mengurangi kendala sosial psikologis yang berpotensi
menghambat kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Contohnya apabila
karyawan mengalami suatu perubahan dalam tingkah lakunya,maka hupmas
akan mencari informasi dari rekan‐rekannya apa masalah yang sedang
dihadapi. Apabila sudah dikumpulkan seluruh informasinya, maka karyawan
tersebut akan dipanggil oleh personalia untuk dikonsultasikan (conselling),
dilihat apakah karyawan tersebut mau terbuka tidak terhadap masalahnya, dan
akhirnya diberikan solusi terhadap masalahnya. Hal ini harus diatasi dengan
sebaik‐baiknya supaya nantinya karyawan dapat menjalankan pekerjaannya
tanpa ada beban dan hasil kinerjanya dapat lebih maksimal dalam mencapai
target.
92
Excellence :
Mampu meningkatkan kerjasama lintas fungsi internal PT Pertamina khusus
Pertamina UPms III Cabang Bandung dengan sebaik‐baiknya karena dengan
terkoordinasi dengan baik kerja sama lintas fungsi internal ini, akan
mendukung kerja tim yang selaras antar karyawan dan diharapkan mampu
menghasilkan kinerja yang maksimal dalam pencapaian target.
Meningkatkan ketrampilan dan keahlian dalam bidang hupmas dengan
mengikuti pelatihan tentang komunikasi, melakukan kegiatan humas yang
baik.
Mutual Respect :
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang kegiatan operasional
perusahaan, khususnya dalam bidang penyediaan dan penyaluran Bahan
Bakar Minyak atau Non Bahan Bakar Minyak.
Memelihara dan meningkatkan hubungan kerjasama yang harmonis antara
perusahaan dengan lembaga instansi, sipil atau militer, pejabat pemerintahan,
mass media, dan seluruh lapisan masyarakat.
Menumbuhkembangkan sikap sense of belonging masyarakat terhadap eksistensi
industri migas.
Menyadarkan masyarakat bahwa dalam melaksanakan tanggung jawab
sosialnya, industri migas bukan merupakan lembaga pemberi hadiah.
Hupmas PT Pertamina Cabang Bandung melakukan komunikasi internal
melalui pelaksanaan kegiatan sosial seperti olahraga, seni dan budaya antara
pekerja dan keluarga, serta pembinaan generasi muda.
93
Asisten Pemeliharaan Sarana Penunjang (pelaksanaan pemeliharaan sarana
dan peralatan pemasaran, fasilitas kantor dan administrasi pemeliharaan
sarana penunjang serta pengoperasian pelayanan fasilitas pemasaran di
wilayah kerja cabang pemasaran Bandung agar kegiatan dapat terlaksana
sesuai dengan rencana)
Focus :
Mengkoordinasikan dan mengatur pemeliharaan serta pengawasan sarana dan
fasilitas SPBU, Lembaga Penyalur, kantor dan rumah dinas di cabang
pemasaran Bandung agar terlaksana sesuai rencana dan mendukung hasil
kinerja dari karyawan.
Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran
operasi dan investasi agar tersusun rencana kerja dan anggaran yang efisien
dan efektif.
Integritas :
Telah menjalankan dengan baik pengkoordinasikan dan mengatur
pemeliharaan serta pengawasan sarana dan fasilitas SPBU, Lembaga Penyalur,
kantor dan rumah dinas untuk kepentingan karyawan
Visionary :
Dengan melaksanakan pemeliharaan sarana dan peralatan pemasaran, fasilitas
kantor dan administrasi pemeliharaan sarana penunjang serta pengoperasian
pelayanan fasilitas pemasaran maka lingkungan usaha tersebut dapat tumbuh
dan berkembang menjadi lebih lagi di masa datang.
Excellence :
Menjalankan secara optimum dalam mengatur dan mengawasi pelaksanaan
administrasi pemeliharaan sarana penunjang agar terjamin tertib administrasi.
94
Mutual Respect :
Menjalin kerja sama yang baik dan memberikan pelayanan yang maksimal
dengan sesama karyawan maupun dengan mitra sehubungan dengan
pemeliharaan serta pengawasan sarana dan fasilitas SPBU, Lembaga Penyalur,
kantor dan rumah dinas.
Komandan Sekurity (pelaksanaan kegiatan pengamanan fisik dan non fisik
untuk kelancaran dan keamanan operasi intern perusahaan di cabang
pemasaran Bandung)
Focus :
Melaksanakan pengamanan fisik terhadap pekerja dan aset perusahaan di
wilayah kerja cabang pemasaran Bandung agar operasi pemasaran berjalan
lancar.
Mengatur serta melaksanakan penyelidikan dan penyidikan apabila ada kasus
yang menyangkut keamanan di perusahaan agar permasalahan tersebut cepat
tuntas.
Integritas :
Melakukan sistem shift bergantian dengan sekuriti lainnya dengan empat kali
shift dalam menjaga keamanan kantor dan aset perusahaan cabang dari pagi
sampai malam hari. Mulai pukul 05.00‐11.00, 11.00‐17.00, 17.00‐23.00, 23.00‐
05.00.
Visionary :
Membuat laporan berkala mengenai kondisi keamanan di perusahaan untuk
evaluasi perbaikan yang akan datang.
95
Menjalin hubungan baik dengan para aparat keamanan di wilayah Bandung
agar operasi pemasaran di saat ini dan di saat mendatang bisa terjamin
keamanannya.
Excellence :
Melaksanakan segala kegiatan yang berhubungan dengan penjagaan keamanan
perusahaan dengan semaksimal mungkin supaya tidak terjadi hal‐hal yang
mengancam keamanan baik karyawan maupun aset perusahaan pemasaran
cabang Bandung.
Meningkatkan ketrampilan, kesehatan dan wawasan penyelidikan dan
penyidikan agar mampu melaksanakan tugasnya secara optimum.
Mutual Respect :
Melakukan koordinasi dengan aparat keamanan di wilayah Bandung, dengan
demikian harus dijaga hubungan baik dengan pihak‐pihak terkait supaya
dapat saling mendukung dalam hal keamanan yang berhubungan dengan
kantor cabang Pertamina.
4.4. Analisis Efektivitas
1.) Setelah melihat dari jawaban karyawan tentang pendiskripsian jobdesk
karyawan dihubungkan dengan nilai‐nilai FIVEM dapat disimpulkan bahwa
karyawan sudah dapat memahami, mengerti nilai‐nilai FIVEM dengan baik
karena karyawan dapat menerangkan dan menjabarkan dengan baik jobdesk
mereka dihubungkan dengan nilai‐nilai FIVEM. Dengan demikian
pensosialisasian dan penanaman nilai‐nilai FIVEM dilihat dari evaluasi
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pelaksanaan setiap fungsi
96
dihubungkan dengan nilai FIVEM untuk sampai saat ini dianggap sudah
efektif.
2.) Proses komunikasi internal branding yang terjadi di UPms III cabang Bandung
walaupun tidak seluruhnya ideal tetapi dapat disimpulkan hasilnya sudah
bagus karena kita tidak dapat menilai keefektivitasan suatu proses komunikasi
internal branding hanya dari kriteria keefektivannya saja, tetapi juga dari
output yang dihasilkan oleh karyawan. Hal ini dapat dilihat dari penilaian
kinerja karyawan yang cukup bagus dari Pertamina. Berdasarkan wawancara
dengan kepala cabang target penjualan UPms III Pertamina cabang Bandung
tahun 2006 sudah mencapai angka 80%, sehingga sekarang Pertamina beralih
ke tingkat pelayanan dan pengawasan BBM karena bidang pemasaran dan
niaga berhubungan langsung dengan masyarakat dan pelanggan, karena
mereka yang dilihat pertama kali, kesan konsumen pun terbentuk disini.
Apabila Pertamina tidak meningkatkan program‐program seperti transformasi
nilai‐nilai baru ataupun memperbaiki image perusahaannya maka
dikhawatirkan pesaing akan mudah menguasai pasar. Maka disinilah
Pertamina khususnya bagian pemasaran berupaya untuk selalu memberikan
kepercayaan terhadap masyarakat konsumen baik dari mutunya, takarannya,
pengiriman(distribusi)nya jangan sampai pengusaha merasa kecewa ada
keterlambatan dalam distribusi, hal tersebut yang harus diantisipasi Pertamina
(tepat mutu, tepat waktu, tepat sasaran).
97