BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB...

18
40 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis tentang Pelaksanaan Surat Edaran Kapolri No. SE/6/X/2015 tentang Ujaran Kebencian Terkait Hak Berpendapat Konsep kebebasan mempunyai nuansa yang berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan yang lain, dari pengertian masa ke masa berikutnya. Pemahaman atau pengertian “kebebasan” dalam suatu masyarakat atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat atau tahapan sejarah yang lain. Adalah wajar jika dikatakan bahwa pengertian “kebebasan” dari Socrates tidak identik dengan pengertian Plato. Demikian juga dengan pemahaman “kebebasan” orang yunani berbeda dengan orang Cina. 1 Konsep kebebasan pada pengertian yang umum berarti kemerdekaan atau kebebasan dari segala belenggu kebendaan dan kerohanian yang tidak syah yang kadang-kadang di paksakan oleh manusia, tanpa alasan yang benar. Pada kehidupan sehari-hari yang menyebabkan ia tidak sanggup menikmati hak-haknya yang wajar dari segi sipil, agama, pemikiran, politik, sosial, ekonomi. Di samping pengertian-pengertian umum menyeluruh, ada pengertian-pengertian lain tehadap kebebasan yang kurang bersifat umum dan menyeluruh di banding dengan pengertian-pengertian di atas, diantaranya yaitu bahwa kebebasan adalah kebolehan mengerjakan segala yang tidak membahayakan orang lain. 2 Dari pandangan di atas, dapat dipahami bahwa kebebasan adalah sikap hidup seseorang yang terlepas dari belenggu kekerasan, perbudakan, perkosaan, ketakutan dan ancaman dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Maka dari itu, perlu adanya peraturan yang mengikat agar masyartakat tidak 1 Ahmed. O. Altwajri, Islam Barat dan Kebebasan Akademis, Penerjemah Mujib, Musyafak Maimun, Titian Ilahi, Yogyakarta, 1997, hlm. 31. 2 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan, Al-Ma’arif, Bandung, 1995, hlm. 44-45.

Transcript of BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB...

Page 1: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

40

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis tentang Pelaksanaan Surat Edaran Kapolri No. SE/6/X/2015

tentang Ujaran Kebencian Terkait Hak Berpendapat

Konsep kebebasan mempunyai nuansa yang berbeda-beda antara

masyarakat yang satu dengan yang lain, dari pengertian masa ke masa

berikutnya. Pemahaman atau pengertian “kebebasan” dalam suatu masyarakat

atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

atau tahapan sejarah yang lain. Adalah wajar jika dikatakan bahwa pengertian

“kebebasan” dari Socrates tidak identik dengan pengertian Plato. Demikian

juga dengan pemahaman “kebebasan” orang yunani berbeda dengan orang

Cina.1

Konsep kebebasan pada pengertian yang umum berarti kemerdekaan

atau kebebasan dari segala belenggu kebendaan dan kerohanian yang tidak

syah yang kadang-kadang di paksakan oleh manusia, tanpa alasan yang benar.

Pada kehidupan sehari-hari yang menyebabkan ia tidak sanggup menikmati

hak-haknya yang wajar dari segi sipil, agama, pemikiran, politik, sosial,

ekonomi. Di samping pengertian-pengertian umum menyeluruh, ada

pengertian-pengertian lain tehadap kebebasan yang kurang bersifat umum dan

menyeluruh di banding dengan pengertian-pengertian di atas, diantaranya

yaitu bahwa kebebasan adalah kebolehan mengerjakan segala yang tidak

membahayakan orang lain.2

Dari pandangan di atas, dapat dipahami bahwa kebebasan adalah sikap

hidup seseorang yang terlepas dari belenggu kekerasan, perbudakan,

perkosaan, ketakutan dan ancaman dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Maka dari itu, perlu adanya peraturan yang mengikat agar masyartakat tidak

1Ahmed. O. Altwajri, Islam Barat dan Kebebasan Akademis, Penerjemah Mujib,

Musyafak Maimun, Titian Ilahi, Yogyakarta, 1997, hlm. 31.

2Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan, Al-Ma’arif,

Bandung, 1995, hlm. 44-45.

Page 2: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

41

begitu bebas mengeluarkan pendapat yang berbau SARA sehingga

menimbulkan perselisihan maupun yang lainnya.

Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi HAM,

sehingga sudah pasti memiliki peraturan yang melindungi hak-hak asasi

manusia. Kehadiran hak asasi manusia sebenarnya tidak diberikan oleh

negara, melainkan hak asasi manusia menurut hipotesis John Locke

merupakan hak-hak individu yang sifatnya kodrati, dimiliki oleh setiap insan

sejak ia lahir.3 Salah satunya adalah hak berbicara dan mengeluarkan pendapat

yang dimiliki oleh setiap masyarakat Indonesia tanpa memandang suku, ras

dan agama. Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat dapat dilakukan

dalam berbagai bentuk. Misalnya saja tulisan, buku, diskusi, artikel dan

berbagai media lainnya. Semakin dewasa suatu bangsa maka kebebasan

berbicara dan mengeluarkan pendapat semakin dihormati.

Indonesia saat ini belum mencapai pada pelaksanaan demokrasi yang

subtansial yaitu sikap-sikap dan prilaku demokratis, sebagai contoh kasus

Prita yang meramaikan stasiun Televisi yang menggugah hati nurani hampir

seluruh masyarakat Indonesia. Permasalahan tersebut terjadi karena hal yang

sifatnya sepele, yaitu pengalaman tidak menyenangkan Prita sebagai seorang

pasien dari sebuah rumah sakit, berkirim email pada temannya, namun tanpa

diduga berdampak hukum dengan dijerat Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, sehingga harus mendekam

di penjara.4 Kasus lainnya adalah Celotehan Ketua Komite Nasional Pemuda

Indonesia (KNPI) Sumatera Utara, Dodi Sutanto, di media sosial facebook

membuatnya terjerat hukum. Dia dijatuhi hukuman penjara karena melakukan

pencemaran nama baik terhadap seorang penguasa ternama di Sumatera

Utara.5 Benarkah hanya karena memberi kritik seseorang bisa ditahan.

3El Muhtaj Majda, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, Kencanai, Jakarta,

2007, hlm. 29.

4Kompas.com, “Kronologi Kasus Prita Mulyasari, 3 Juni 2009, diakses tanggal 10

Agustus 2016.

5Merdeka.com, “Kasus Pencemaran Nama Baik, Ketua KNPI Sumut Divonis 14 Bulan

Bui”, diakses 10 Agustus 2016.

Page 3: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

42

Kasus Prita dan Dodi Sutanto ternyata berdampak besar dan menjadi

sesuatu kontroversi yang tiada henti. Berdasar pengalaman yang seringkali

terjadi tersebut menjadi melebar tak tentu arah, sebab pelaku dugaan

pencemaran nama baik adalah seorang ibu dengan dua orang anak, dukungan

mengalir secara deras tak terbendung tanpa melihat fokus masalah dan demi

kebebasan berpendapat. Selain itu juga seorang Ketua Komite Nasional

Pemuda Indonesia (KNPI) Sumatera Utara yang hanya memberikan celotehan

di media sosial.

Selain itu, kasus Buni Yani mengenal kasus pengunggahan video pidato

Gubernur DKI Jakarta non aktif yaitu Ahok, dimana Buni Yani ditetapkan

sebagai tersangka pencemaran nama baik dan penghasutan terkait SARA.

Dalam menangani kasus Buni Yani, Polri hanya menunjukkan arogansi,

superioritas, dan kekuasaan terhadap orang kecil. Sementara kasus lain,

mengenai dugaan makar, dimana ada beberapa elit politik yang dijadikan

tersangka, seperti Sri Bintang Pamungkas yang terkesan terlalu dipaksakan

dan aneh.

Bagi Indonesia, pasal-pasal penghinaan ini masih dipertahankan.

Alasannya, selain menghasilkan character assassination, pencemaran nama

baik juga dianggap tidak sesuai dengan tradisi masyarakat Indonesia yang

masih menjunjung tinggi adat dan budaya timur. Karena itu, pencemaran

nama baik adalah salah satu bentuk rechtsdelicten dan bukan wetdelicten.

Artinya, pencemaran nama baik sudah dianggap sebagai bentuk ketidakadilan

sebelum dinyatakan dalam undang-undang karena telah melanggar kaidah

sopan santun. Bahkan lebih dari itu, pencemaran nama baik dianggap

melanggar norma agama jika dalam substansi pencemaran itu terdapat fitnah.

Perkembangan teknologi yang kian pesat menjadikan perbedaan jarak

dan waktu tak berarti. Segala kebutuhan manusia kini lebih mudah untuk

dipenuhi, terutama kebutuhan manusia akan informasi. Derasnya hujan

informasi dapat menjamah hampir seluruh negeri. Mulai dari berita terbaru

sampai berita ”lawas‟ yang sudah ketinggalan zaman pun dapat dengan

mudah diakses. Perkembangan teknologi ini menjadikan daya kreasi dan

Page 4: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

43

inovasi manusia seakan telah menemukan wadahnya. Kebebasan berekspresi

pun dapat dituangkan melalui beragam media baik media elektronik maupun

media cetak.

Pemanfaatan teknologi informasi, media, dan komunikasi telah

mengubah baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara

global. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah pula

menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan

menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan

berlangsung demikian cepat. Teknologi Informasi saat ini menjadi pedang

bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan

kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana

efektif perbuatan melawan hukum.

Perkembangan yang pesat dalam teknologi internet menyebabkan

kejahatan baru di bidang itu juga muncul, misalnya kejahatan manipulasi data,

spionase, sabotase, provokasi, money laundering, hacking, pencurian

software maupun perusakan hardware dan berbagai macam lainnya. Bahkan

laju kejahatan melalui jaringan internet (cybercrime) tidak diikut dengan

kemampuan pemerintah untuk mengimbanginya sehingga sulit

mengendalikannya. Munculnya beberapa kasus cybercrime di Indonesia telah

menjadi ancaman stabilitas keamanan ketertiban mayarakat dengan eskalatif

yang cukup tinggi. Pemerintah dengan perangkat hukumnya belum mampu

mengimbangi teknik kejahatan yang dilakukan dengan teknologi komputer

khususnya di jaringan internet dan internetwork.6 Melihat hal teserbut, maka

pihak yang berwajib melakukan analisis guna mengeluarkan surat edaran

mengenai ujaran kebencian.

Ujaran kebencian dapat berupa tindak pidana yang diatur dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan ketentuan pidan lainnya di luar

KUHP, yang berbentuk antara lain:7

6Agus Raharjo, Cyberbrime Pemahaman dan Upaya Pencegahan

Kejahatan Berteknologi. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2002, hlm. 213. 7 Surat Edaran Kapolri no . SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian, hlm. 3.

Page 5: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

44

a. Penghinaan

b. Pencemaran nama baik

c. Penistaan

d. Perbuatan tidak menyenangkan

e. Memprovokasi

f. Menghasut

g. Penyebaran berita bohong

Bahwa ujaran kebencian sebagaimana dimaksud di atas, bertujuan untuk

menghasut dan menyulut kebencian terhadap individu dan/atau kelompok

masyarakat dalam berbagai komunitas yang dibedakan dari aspek: suku,

agama, aliran keagamaan, keyakinan/kepercayaan, ras, antar golongan, warna

kulit, etnis, gender, kaum difabel (cacat), orientasi seksual.

Ujaran kebencian (hate speech) sebagaimana dimaksud di atas dapat

dilakukan melalui berbagai media, antara lain: dalam orasi kegiatan

kampanye; spanduk atau banner; jejaring media sosial; penyampaian pendapat

di muka umum (demonstrasi); ceramah keagamaan; media masa cetak

maupun elektronik; dan pamflet.8

Sehingga Surat Edaran Kapolri No. SE/6/X/2015 tentang Ujaran

Kebencian memiliki kekuatan hukum yang tetap, karena telah diatur semua

dalam penyelesaiannya sehingga ini akan memberikan kemudahan bagi orang

yang tersandung kasus ujaran kebencian, seperti penghinaan, pencemaran

nama baik, dan lain sebagainya. Berkenaan dengan uraian pada di atas (isi dari

ujaran kebencian), diberitahukan/dipermaklumkan bahwa untuk menangani

perbuatan ujaran kebencian agar tidak memunculkan tindak diskriminasi,

kekerasan, penghilangan nyawa, dan/atau konflik sosial yang meluas

diperlukan langkah-langkah penanganannya, sebagai berikut:

a . Melakukan tindakan preventif sebagai berikut:

1) Setiap anggota Polri agar memiliki pengetahuan dan pemahaman

mengenai bentuk-bentuk ujaran kebencian yang timbul di masyarakat;

8Ibid, hlm. 3.

Page 6: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

45

2) Melalui pemahaman atas bentuk-bentuk ujaran kebencian dan akibat

yang ditimbulkannya maka personil Polri diharapkan lebih responsif

atau peka terhadap gelaja-gejala yang timbul di masyarakat yang

berpotensi menimbulkan tindak pidana ujaran kebencian;

3) Setiap anggota Polri agar melakukan kegiatan analisis atau kajian

terhadap situasi dan kondisi di lingkungannya masing-masing terutama

yang berkaitan dengan perbuatan ujaran kebencian;

4) Setiap anggota Polri agar melaporkan kepada pimpinan masing-masing

atas situasi dan kondisi di lingkungannya terutama yang berkaitan

dengan perbuatan ujaran kebencian;9

5) Kepada para Kasatwil agar melakukan kegiatan:

a) Mengefektifkan dan mengedepankan fungsi intelijen untuk

mengetahui kondisi real di wilayah-wilayah yang rawan konflik

terutama akibat hasutan-hasutan atau provokasi, untuk selanjutnya

dilakukan pemetaan sebagai bagian dari early

warning dan early detection;

b) Mengedepankan fungsi binmas dan Polmas untuk melakukan

penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai ujaran

kebencian dan dampak-dampak negatif yang akan terjadi

c) Mengedepankan fungsi binmas untuk melakukan kerja sama yang

konstruktif dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda,

dan akademisi untuk optimalisasi tindakan represif atas ujaran

kebencian;

d) Apabila ditemukan perbuatan yang berpotensi mengarah pada

tindak pidana ujaran kebencian maka setiap anggota Polri wajib

melakukan tindakan:

(1) Memonitor dan mendeteksi sedini mungkin timbulnya benih

pertikaian di masyarakat;

9Ibid, hlm. 3-4.

Page 7: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

46

(2) Melakukan pendekatan pada pihak yang diduga melakukan

ujaran kebencian;

(3) Mempertemukan pihak yang diduga melakukan ujaran

kebencian dengan korban ujaran kebencian;

(4) Mencari solusi perdamaian antara pihak-pihak yang bertikai;

dan

(5) Memberikan pemahaman mengenai dampak yang akan timbul

dari ujaran kebencian di masyarakat.10

b. Apabila tindakan preventif sudah dilakukan oleh anggota Polri namun

tidak menyelesaikan masalah yang timbul akibat dari tindakan ujaran

kebencian, maka penyelesaian dapat dilakukan melalui:

1) Penegakan hukum atas dugaan terjadinya tindak pidana ujaran

kebencian dengan mengacu pada ketentuan:

a) Pasal 156 KUHP, yang berbunyi:

“Barangsiapa di depan umum menyatakan perasaan permusuhan,

kebencian atau merendahkan terhadap satu atau lebih suku

bangsa Indonesia dihukum dengan hukuman penjara

selamalamanya empat tahun dengan hukuman denda setinggi-

tingginya empat ribu lima ratus rupiah."

b) Pasal 157 KUHP, yang berbunyi:

“(1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau

menempelkan tulisan atau lukisan di muka umum, yang isinya

mengandung pernyataan perasaan permusuhan, kebencian atau

penghinaan di antara atau terhadap golongan-golongan rakyat

Indonesia, dengan maksud supaya isinya diketahui atau lebih

diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama

dua tahun enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu

lima ratus rupiah. (2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan

tersebut pada waktu menjalankan pencariannya dan pada saat itu

belum lewat lima tahun sejak pemidanaannya menjadi tetap karena

kejahatan semacam itu juga, yang bersangkutan dapat dilarang

menjalankan pencarian tersebut.”

10

Ibid, hlm. 4.

Page 8: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

47

c) Pasal 310 KUHP, yang berbunyi:

“(1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik

seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya

terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran

dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana

denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Jika hal itu

dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan,

dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam

karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu

tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu

lima ratus rupiah. (3) Tidak merupakan pencemaran atau

pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi

kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri.

d) Pasal 311 KUHP, yang berbunyi:

Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran

tertulis dibolehkan untuk membuktikan apa yang dituduhkan itu

benar, tidak membuktikannya, dan tuduhan dilakukan bertentangan

dengan apa yang diketahui, maka dia diancam melakukan fitnah

dengan pidana penjara paling lama empat tahun. (2) Pencabutan

hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1 – 3 dapat dijatuhkan.”

Hal tersebut sesuai dengan pendapat para pakar ahli hukum yaitu

sebagaimana pendapat dengan hakim dan anggota Polri, yaitu Edwin Pudyono

Marwiyanto selaku hakim mengatakan: “Surat Edaran Kapolri No.

SE/6/X/2015 tentang Ujaran Kebencian memang sudah memiliki kekuatan

hukum yang kuat, artinya bahwa masyarakat perlu adanya bimbingan

mengenai ujaran kebencian agar masyarakat tidak melakukan tindakan hukum

yang ada dalam surat edaran. Akan tetapi, Polri tetap menggunakan fungsi

preventif untuk mengedepankan asas kekeluargaan jika tidak bisa diselesaikan

maka ada tindakan yang lainnya sesuai dengan undang-undang yang

berlaku”11

Hal senada juga dikatakan oleh anggota Polri, yaitu Aji Bandrio

Andriyanto yang bertugas di wilayah hukum Kabupaten Jepara mengatakan:

“Surat Edaran Kapolri No. SE/6/X/2015 tentang Ujaran Kebencian sangat

membantu anggota Polri dalam menegakkan hukum di masyrakat agar tidak

11

Pendapat Pribadi dengan Edwin Pudyono Marwiyanto Se laku Hakim PN Kudus,

tanggal 27 Oktober 2016.

Page 9: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

48

terjadi hasutan ataupun lainnya yang dapat menimbulkan kekacauan ataupun

yang lainnya, maka surat edaran tersebut memiliki kekuatan yang tetap sebab

didalamnya sudah diatur dalam undang-undang mengenai langkah-langkah

penyelesaian ujaran kebencian”.12

Melihat uraian di atas, dapat dianalisis bahwa ini sesuai dengan teori

keberlakukan hukum, yaitu secara yuridis, filosofis dan sosiolgis. Secara

yuridis yang berarti peraturan itu telah ditetapkan menurut tata cara yang sah

dan tidak pernah dicabut secara tegas atau dikesampingkan oleh peraturan

yang baru, Secara filosofis yang artinya hukum itu dipandang berlaku karena

memenuhi persyaratan filosofi, seperti moralitas dan secara sosiologis yang

berarti hukum yang merupakan hidup dalam masyarakat yang dipraktikkan

oleh masyarakat karena dipandang baik.13

Demokratisasi pada penyiar radio tentunya juga dipengaruhi oleh

beberapa hal, antara lain independensi sumber daya manusia dan institusi

siaran, adanya otonomisasi dari penyiar radio itu sendiri. Penyelenggaraan

siaran pada radio harus selalu didasarkan pada proses penciptaan,

pemeliharaan, termasuk di dalamnya bebas mencari, menerima serta

menyampaikan informasi dan pemikiran dari penyiar radio berdasarkan Hak

Asasi Manusia (HAM) yang juga terdapat pada Undang-Undang Penyiaran RI

Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, Pasal 5 point (f) dan point (i) yaitu:

“Menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif masyarakat dalam

pembangunan nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup.

Memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggungjawab.”14

Negara hukum dan kebebasan pers tidak dapat dipisahkan. Indonesia

sebagai negara hukum seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

RI 1945, seharusnya lebih bisa mengaksentuasikan terhadap pentingnya hak-

hak azasi termasuk didalamnya kebebasan mengeluarkan pendapat. Sedang

12

Pendapat Pribadi dengan Aji Bandrio Andriyanto Se laku Anggota Polri, tangga l

28 Oktober 2016.

13Donald Albert Rumokoy dan Frans Maramis, Pengantar Ilmu Hukum, Raha Grafindo

Persada, Jakarta, 2014, hlm. 139-140.

14Undang-Undang Penyiaran RI No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

Page 10: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

49

untuk menyampaikan pendapat dan kritik sudah ada payung hukumnya yang

tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1999 tentang Pers,

Pasal 6 point c dan point d, yaitu: “Mengembangkan pendapat umum

berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar. Melakukan pengawasan,

kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan

umum.”15

Sementara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada Pasal 41 dijelaskan, yaitu:

“(1) Masyarakat dapat berperan meningkatkan pemanfaatan Teknologi

Informasi melalui penggunaan dan Penyelenggaraan Sistem Elektronik dan

Transaksi Elektronik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini. (2) Peran

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan

melalui lembaga yang dibentuk oleh masyarakat. (3) Lembaga sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dapat memiliki fungsi konsultasi dan mediasi.”16

Selain itu, seorang penyiar radio juga tidak lepas statusnya sebagai

warga negara Indonesia yang juga mempunyai hak untuk mengeluarkan

pendapatnya yang diatur dalam Amandemen ke Empat Undang-Undang Dasar

1945, Pasal 28 E point (3), yaitu: “Setiap orang berhak atas kebebasan

berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.17

Dalam hal ini seorang

penyiar radio memang dituntut untuk lebih bisa menggunakan pengetahuan

dan wawasannya yang diharapkan bisa membantu masyarakat dalam

pemberian informasi yang up to date. Tetapi sangat ironis sekali tatkala

seorang penyiar radio dalam menjalankan tugasnya sering dibatasi dalam hak

kebebasan berpendapatnya.

Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

disebutkan bahwa kemerdekaan menyatakan pendapat, menyampaikan, dan

memperoleh informasi, bersumber dari kedaulatan rakyat dan merupakan hak

azasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

15

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1999 tentang Pers

16Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang ITE

17Tim Penyusun, Op. Cit, hlm. 17.

Page 11: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

50

yang demokratis.18

Dengan demikian, kemerdekaan atau kebebasan dalam

penyiaran harus dijamin oleh negara, sehingga nantinya tidak terjadi ujaran

kebencian.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Surat Edaran Kapolri No.

SE/6/X/2015 tentang Ujaran Kebencian Terkait Hak Berpendapat sesuai

dengan aturan-aturan yang ada di dalam undang-undang. Sehingga ini

menjadikan anggota POLRI terlau over action atau berlebihan dalam

menangani perkara ujian kebencian selain itu, kurangnya sosialisasi dan serta

menjadikan masyarakat takut dalam berpendapat.

B. Analisis tentang Pandangan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Surat

Edaran Kapolri No. SE/6/X/2015 tentang Ujaran Kebencian Terkait Hak

Berpendapat

Melihat adanya isi Surat Edaran Kapolri No. SE/6/X/2015 tentang

Ujaran Kebencian, yaitu penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan,

perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi, menghasut, penyebaran berita

bohong dalam pandangan peneliti termasuk dalam hukum Islam adalah ijtihad

yaitu Qiyas, dimana upaya mencari solusi permasalahan dengan cara mencari

persamaan antara masalah yang sedang dihadapi dengan yang ada didalam

sumber agama (Al-Quran dan hadits).19

Bila masalah yang sedang dihadapi

dianggap mirip dengan yang ada di dalam kitab suci maupun hadits, maka

para ulama akan menggunakan hukum yang ada di dalam sumber agama

tersebut untuk menyelesaikan masalah. Namun tidak mudah pula mencari

kemiripan satu masalah yang terjadi jaman sekarang dengan yang terjadi pada

masa lalu. Di sinilah sebenarnya kenapa seorang mujtahid atau yang

melakukan ijtihad diperlukan memiliki keluasan pengetahuan tentang agama

dan masalah-maslah lain yang terkait dengannya. Contohnya meminum

khamar, yng merupakan suatu perbuatan yang hukumnya jelas ditetapkan

dalam nash. Hukumnya adalah haram.

18

Undang-Undang No. 32 Tahun 2002, tentang Penyiaran 19

Ahmad Saebani, Ilmu Ushul Fiqih, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 172.

Page 12: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

51

Sebagaimana yang ada dalam Surat Edaran Kapolri No. SE/6/X/2015

tentang Ujara Kebencian, yaitu pengghinaan, Pencemaran nama baik,

penistaan, perbuatan tidak menyenngkan, memprovokasi, menghasut,

penyebaran berita bohong semuanya itu tidak diperbolehkan dan bahkan

dilarang oleh agama. Seperti penghinaan ialah memandang rendah atau

menjatruhkan martabat seseorang, ataupun memendedahkan keaiban dan

kekurangan seseorang dengan tujuan menjadikannya bahan ketawa. Ini boleh

berlaku dengan menceritakan perihal orang lain dengan tutur kata, perbuatan,

isyarat ataupun dengan cara lain yang boleh membawa maksud dan tujuan

yang sama. Tujuannya ialah untuk merendahkan diri orang lain,

menjadikannya bahn ketawa, menghina dan memperkecil kedudukannya

dimata orang ramai dan hukumnya adalah haram. Sebagaimana firman Allah

SWT:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-

laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang

ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula

sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh

Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela

dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang

mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)

yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,

maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-

Hujarat:11)20

Pencemaran nama baik, nama baik adalah gabungan dari dua suku kata

yaitu : nama yang berarti sebutan atau panggilan kepada seseorang dan baik

yang berarti bagus, mulia, terhormat. Jadi bila digabungkan maka arti dari

20

Al Qur’an Surat Al-Hujaraat Ayat 11, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir

Al-Qur’an, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI, Jakarta, 2012, hlm. 137.

Page 13: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

52

nama baik adalah kehormatan atau kemuliaan.21

Dalam hukum Islam, aturan

tentang larangan pencemaran nama baik ini dapat kita temukan dalam

berbagai jenis perbuatan yang dilarang oleh Allah mengenai kehormatan, baik

itu yang sifatnya hudud seperti jarimah qadzaf, maupun yang bersifat ta‟zir,

seperti dilarang menghina orang lain, membuka aib orang lain,dll. Hukum

pidan Islam memberikan dasar hukum pada pihak terpidana mengacu pada

al-Qur’an yng menetapkan bahwa balasan untuk suatu perbuatan jahat harus

sebanding dengan perbuatan itu.

Islam memasukkan pencemaran nama baik ini kepada kejahatan yang

ada hubungannya dengan pergaulan atau kepentingan umum yang

mengakibatkan pengaruh buruk terhadap hak-hak perorangan dan masyarakat

yang begitu meluas dan mendalam dampaknya karena hukum Islam sangat

menjaga kehormatan setiap manusia. Maka hukum Islam selain menetapkan

hukuman hudud bagi pelaku qadzaf, juga menetapkan hukuman duniawi untuk

jenis perbuatan lain yang merendahkan kehormatan manusia yaitu berupa

hukuman ta‟zir yang pelaksanan hukumannya diserahkan kepada penguasa

atau hakim atau mereka yang yang mempunyai kekuasaan yudikatif. 22

Selain

menetapkan hukuman seperti tersebut di atas, Islam juga mengancam para

pelaku pencemaran nama baik orang lain dengan acaman neraka di akhirat

kelak, karena Islam sangat menjaga kehormatan dan nama baik seseorang

hmbanya.23

Sementara menghasut, penyebaran berita bohong juga dilarang oleh

Allah, sebagaimana firman-Nya:

21

Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, English Press

Jakarta, 1995, hlm. 350. 22

Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana, Pustaka Pelajar.

Yogyakarta, 2005, hlm. 129. 23

Yusuf Qardhawi, Halal Haram dalam Islam. (Terj. Abu Sa’id al-falahi, Aunur Rafiq

Shaleh Tamhid), Rabbani Press, Jakarta, 2000, hlm. 441.

Page 14: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

53

Artinya: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan

mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya

mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Qs. Al-

Ahzab:58)24

Dosa besar dan akan ditimpal laknat Allah, akibat dari lidah selain fitnah

ialah namimah (menghasut), yakni menyampaikan pembicaraan seseorang

kepada orang lain dengan tujuan menciptakan perselisihan dan fitnah.

Hal ini sesuai dengan pendapat ulama, yaitu Ali Musyafa’ selaku

pengurus MWC NU Kecamatan Kedung Jepara mengatakan: “Kebebasan

berpendapat memang diperlukan dalam berdiskusi maupun komunikasi,

namun perlu adanya kehati-hatian saat mengeluarkan pendapat, karna

menghindari adanya ujaran kebencian, sebab Allah melarang mengolok-olok

orang lain, yakni mencela dan menghinakan mereka. Sebagaimana yang

dijelaskan dalam surat Al-Hujaraat ayat 11:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-

laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang

ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula

sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh

Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela

dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang

mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)

yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,

24

Al-Qur’an Surat Al-ahzab Ayat 58, Yayasan Penyelenggara Penejemah dan Penafsir

Al-Qur’an, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Kementrian Agama RI, Jakarta, 2012, hlm. 333.

Page 15: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

54

maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-

Hujarat:11)25

Dalam hal ini kebebasan berfikir dan mengemukakan pendapat telah

dijelaskan di dalam firman Allah SWT:

Artinya: ”Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku,

perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan

orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?"

Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar

hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau

demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya

olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu

bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah

mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan

ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs.

Al-Baqarah:260)26

Pada ayat ini Ibrahim „alaihi sallam berkata seraya memohon kepada

Allah agar memperlihatkan untuknya bagaimana Allah menghidupkan yang

sudah mati. Maka Allah berfirman kepadanya: “(أولم تؤمن) “Belum yakinkah

kamu?” untuk menghilangkan syubhat (keragu-raguan) pada kekasihNya.

(Nabi Ibrahim). ( ا ) “berkata”, yaitu Ibahim „alaihi sallam, (بلى) “Tentu aku

telah meyakinkannya” wahai Rabb, sungguh saya telah beriman bahwa

Engkau Kuasa atas segala sesuatu, dan Engkau menghidupkan yang telah mati

dan Engkau akan membalas semua amal hamba-hamba. Akan tetapi saya

25

Al Qur’an Surat Al-Hujaraat Ayat 11, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir

Al-Qur’an, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI, Jakarta, 2012, hlm. 137.

26Al Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 260, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan

Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI, Jakarta, 2012, hlm. 78.

Page 16: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

55

ingin agar hatiku tenang dan agar saya sampai kepada derajat keyakinan yang

sebenar-benarnya.27

Sebagian ahli tafsir seperti Hasan al-Bashri, Aththa al-Hurasani, adh-

Dhahak dan Ibnu Juraij, menyebutkan sebab dari permintaan Ibrahim „alaihi

sallam kepada Allah Ta‟ala, adalah bahwa Ibrahim melewati bangkai

binatang, berkata Ibnu Juraij: “Bangkai keledai di tepi pantai”, berkata

Aththa: “Danau Thabariah”. Mereka mengatakan: “Bahwa bangkai tersebut

sudah di sobek-sobek oleh binatang darat dan laut, jika air laut pasang, maka

datanglah ikan dan hewan laut lainnya, maka mereka memakan sebagian

darinya, dan sebagian dari sobekan daging dari bangkai yang terjatuh dari

mulut ikan di bawa ol eh air (ketempat yang jauh –red), setelah air laut surut,

maka datanglah binatang buas, merekapun memakan sebagian darinya, dan

sebagian dari sobekan daging dari bangkai yang terjatuh dari mulut binatang

buas telah menjadi debu, jika binatang buas pergi, maka datanglah burung,

merekapun memekan sebagian darinya, dan sebagian dari sobekan daging

dari bangkai yang terjatuh (dari paruh burung) telah di tiup angin (ketempat

yang jauh), ketika Ibrahim melihat kejadian tersebut, maka ia heran

karenanya, dan berkata: “Ya Tuhanku sungguh aku telah mengetahui bahwa

engkau akan mengumpulkannya(jasad dari bangkai tersebut), maka

perlihatkanlah kepadaku bagaimana caramu menghidupkannya, agar aku

mengetahuinya”.28

Maka Allah menjawab permohonannya sebagai kemuliaan baginya dan

rahmat bagi hamba-hambaNya, ( (Kalau demikian)“ ( ا أ ب ة ممن للط

ambillah empat ekor burung”, dan tidak dijelaskan burung apakah itu. Ayat

ini bisa terjadi dengan jenis burung apa pun dan itulah yang dikehendaki,

( lalu cincanglah semuanya olehmu”, artinya, kumpulkanlah dan“ ( نط ل

sembelihlah mereka dan cincanglah mereka. ( مط ا ل ى م ا ل مم نط ا ة مط ا نط

Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu”( ت ة و لم أ ط ز ى م

bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka

datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Maha

Perkasa lagi Mahabijaksana”.29

Maka Nabi Ibrahim melakukan itu, dan ia memisah-misahkan bagian-

bagiannya pada beberapa gunung yang ada di sekitarnya lalu ia memanggil

27

M. Quaish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002, hlm. 680.

28Ibid, hlm. 680.

29Ibid, hlm. 681.

Page 17: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

56

mereka dengan nama-nama mereka dan akhirnya mereka kembali kepadanya

dengan sangat cepat. Karena kata “ ة ” adalah cepat, dan bukanlah yang

dimaksudkan burung-burung itu datang dengan berjalan dengan kaki-kaki

mereka, akan tetapi mereka datang dengan terbang dalam kondisi hidup yang

paling sempurna.

Allah mengkhususkan burung dalam hal itu karena menghidupkan

mereka lebih mantap dan lebih jelas dari selain mereka. Demikian juga dalam

hal ini Allah menghilangkan semua dugaan yang batil yang terbersit dalam

hati orang yang membantah. Maka menjadikan jumlah mereka empat ekor,

mencincang-cincang mereka, dan meletakkan setiap bagian itu di atas gunung-

gunung, agar hal itu nampak nyata dan jelas hingga dapat disaksikan dari

dekat maupun dari jauh, dan menjauhkan potongan-potongan dengan jarak

yang banyak agar tidak dikira bahwa hal itu adalah sebuah tindakan tipu daya.

Dan Allah juga memerintahkan kepa-danya agar memanggil mereka hingga

mereka datang dengan segera. Maka ayat ini menjadi bukti-bukti nyata yang

paling besar terhadap kesempurnaan kemuliaan Allah dan hikmah-Nya.

Ayat-ayat Al-Quran yang berbunyi Afalaa ta‟qiluun dan Afalaa

tatafakkaruun menunjukkan bahwa al-Qu’ran menganjurkan kepa setiap orang

untuk berfikir dan tentu saja membolehkan kebebasan berfikir, karena hasil

pemikiran antar individu itu tidak sama, namun kebebasan berfikir dan

berpendapat harus didasarkan pada tanggung jawab dan tidak mengganggu

kepentingan umum, serta tidak menciptakan permusuhan antar manusia.

Menurut Ma’arif, bahwa Islam menjamin kebebasan berpendapat semua orang

tanpa kecuali. Kebebasan ini terkait dengan masalah-masalah umum seperti

moralitas, kepentingan dan hukum. Konsep Al-Amr bi Al-Munkar wa Al-

Nahyu an Al-Munkar menunjukkan bahwa Islam mempunyai perhatian yang

sangat dalam terhadap moralitas manusia dalam masyarakat. Membatasi

kebebasan berpendapat seorang individu dibenarkan demi menjaga kehidupan

Page 18: BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. tentang Ujaran ...eprints.stainkudus.ac.id/701/7/7. BAB IV.pdf · atau tahapan sejarah tertentu, mustahil sama dan sebangun dengan masyarakat

57

masyarakat dari permusuhan yang disebabkan oleh kata-kata atau

pembicaraan kotor.30

Oleh karena kebebasan berfikir merupakan satu kebebasan yang

ditentang kepada setiap manusia untuk memikirkan sebebas-bebasnya segala

yang dapat dipecahkan secara ilmiah dan pada akhirnya mampu meningkatkan

ketaqwaan terhadap Tuhan Pencipta Alam Semesta.

Berdasarkan hukum Islam Surat Edaran Kapolri No. SE/6/X/2015 sangat

dibutuhkan dan tidak bertentangan sebagaimana dalam Al-Qur’an Surat Al-

Hujarat ayat 11 bahwa hukum Islam melindungi hak berpendapat tetapi ada

batasan-batasannya untuk kemaslahatan dan kerukunan umat.

Melihat uraian di atas, dapat dipahami bahwa pandangan hukum Islam

terhadap pelaksanaan Surat Edaran Kapolri No. SE/6/X/2015 tentang Ujaran

Kebencian adalah termasuk dalam metode ijtihad yaitu berupa Qiyas, dimana

upaya mencari solusi permasalahan dengan cara mencari persamaan antara

masalah yang sedang dihadapi dengan yang ada didalam sumber agama (Al-

Quran dan hadits). Bila masalah yang sedang dihadapi dianggap mirip dengan

yang ada di dalam kitab suci maupun hadits, maka para ulama akan

menggunakan hukum yang ada di dalam sumber agama tersebut untuk

menyelesaikan masalah. Namun tidak mudah pula mencari kemiripan satu

masalah yang terjadi jaman sekarang dengan yang terjadi pada masa lalu. Di

sinilah sebenarnya kenapa seorang mujtahid atau yang melakukan ijtihad

diperlukan memiliki keluasan pengetahuan tentang agama dan masalah-

maslah lain yang terkait dengannya

30

M. Hasyim Kamali, Kebebasan Berpendapat dalam Islam, Alih Bahasa Efa. Y. Nu’man

dan Fatiyah Basri, Mizan, Bandung, 1996, hlm. 225.