BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.ums.ac.id/12038/5/BAB_IV.pdf · 1....
Transcript of BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.ums.ac.id/12038/5/BAB_IV.pdf · 1....
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
1. Sejarah Singkat Berdirinya PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 1975 merupakan awal perjalanan usaha PT Infomedia
Nusantara menjadi perusahaan pertama penyedia layanan informasi
telepon di Indonesia. Dibawah subdivisi Elnusa GTDI dari anak
perusahaan pertamina, infomedia telah menerbitkan buku petunjuk
Telepon Yellow Pages di tahun 1984 yang berubah nama di tahun 1995
menjadi PT Infomedia Nusantara pada saat PT Telkom Tbk menanamkan
investasinya.
Saat ini infomedia telah berkembang menjadi 3 (tiga) pilar bisnis
untuk memenuhi besarnya tuntutan masyarakat akan jasa informasi.
Layanan direktori merupakan pilar pertama yang akan menjadi bukti
kematangan usaha infomedia dalam bisnis jasa penyedia informasi melalui
penerbitan Buku Petunjuk Telepon (BPT), baik dalam bentuk cetak
maupun elektronik. Layanan Contact Center menyediakan jasa
outsourcing untuk aktivitas pemasaran maupun peningkatan kualitas
layanan hubungan antara mitra infomedia dengan pelanggannya. Layanan
konten yang terfokus pada penyediaan data sesuai kebutuhan mitra dan
pelanggan.
Tahun 1882, sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos
dan telegrap dibentuk pada masa pemerintahan Kolonial Belanda. Tahun
1906 Pemerintah Kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang
mengatur layanan pos dan telekomunikasi yang diberi nama Jawatan Pos,
Telegrap dan Telepon (Post, Telegraph en Telephone Dienst/PTT). Tahun
1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai negara merdeka dan
berdaulat, lepas dari pemerintahan Jepang. Tahun 1961 Status Jawatan
diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).
Tahun 1965 PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro
(PN Pos & Giro), dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN
Telekomunikasi). Tahun 1974 PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi
Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan
jasa telekomunikasi nasional maupun internasional.
Tahun 1980 PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat)
didirikan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional,
terpisah dari Perumtel. Tahun 1989 Undang-undang nomor 3/1989 tentang
Telekomunikasi, tentang peran serta swasta dalam penyelenggaraan
telekomunikasi. Tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP no. 25
tahun 1991.
Tahun 1995 Penawaran umum perdana saham Telkom (Initial
Public Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. Sejak itu
saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ),
Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan
London Stock Exchange (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan
tanpa pencatatan (Public Offering Without Listing/POWL) di Tokyo Stock
Exchange.
Tahun 1996 Kerja sama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan
pada 1 Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatra – dengan mitra
PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa Barat
dan Banten – dengan mitra PT Aria West International (AriaWest); Divisi
Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta – dengan mitra PT Mitra
Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI); Divisi Regional VI Kalimantan
– dengan mitra PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi
Regional VII Kawasan Timur Indonesia – dengan mitra PT Bukaka
Singtel. Tahun 1999 Undang-undang nomor 36/1999, tentang
penghapusan monopoli penyelenggaraan telekomunikasi.
Tahun 2001 Telkom membeli 35% saham Telkomsel dari PT
Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa
telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan
kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dengan
Indosat. Dengan transaksi ini, Telkom menguasai 72,72% saham
Telkomsel. Telkom membeli 90,32% saham Dayamitra dan
mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam laporan
keuangan Telkom.
Tahun 2002 Telkom membeli seluruh saham Pramindo melalui 3
tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli
pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003 dan
sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. Telkom menjual 12,72%
saham Telkomsel kepada Singapore Telekom, dan dengan demikian
Telkom memiliki 65% saham Telkomsel. Sejak Agustus 2002 terjadi
duopoly penyelenggaraan telekomunikasi lokal.
Sampai dengan tahun 2009, laba bersih konsolidasian PT Telkom
sebesar Rp11.332,1 miliar meningkat 6,7% dibanding tahun 2008 atau
100,8% terhadap target tahun 2009. Sementara itu margin laba bersih PT
Telkom sebesar 17,5% di tahun 2009 yang merupakan pencapaian 105,4%
terhadap target margin laba bersih. Prestasi keuangan tersebut didukung
oleh kinerja operasional PT Telkom yang juga solid. Saat ini PT Telkom
melayani 105,2 juta pelanggan, dari bisnis seluler, telepon tidak bergerak
dan telepon tidak bergerak nirkabel. jumlah tersebut merupakan
pencapaian 106% terhadap target perusahaan. Penambahan pelanggan PT
Telkom dipimpin oleh bisnis seluler yang bertambah 16,34 juta pelanggan
atau pencapaian 162% terhadap target perusahaan tahun 2009
Untuk mendukung implementasi Good Corporate Governance
dalam setiap aspek kegiatan perusahaan, infomedia telah mengeluarkan
kebijakan pedoman tata kelola perusahaan di tahun 2008. Pada tanggal 30
juni 2009 PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) melalui PT.
Multimedia Nusantara (Metra), anak perusahaan yang 99,99% milik
Telkom (selanjutnya disebut Telkom Group) telah menandatangani Shares
Sales & Purchase Agreement (SPA) untuk membeli 49% saham PT
Infomedia Nusantara (Infomedia) milik PT Elnusa Tbk (Elnusa). Dengan
telah dimilikinya 100% saham PT Infomedia Nusantara oleh Telkom
Group akan semakin memantapnya portofolio bisnis infomedia di bidang
penyediaan informasi direktori dan layanan komunikasi yang utama di
kawasan regional.
2. Visi dan Misi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
a. Visi
To become a leading info Com player in the region
Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan infokom
terkemuka dikawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke
kawasan Asia Pasifik.
b. Misi
1) Telkom mempunyai misi memberikan layanan “One Stop Infocom
Services With Exellent Quality and Competitive Price and To Be The
Role Model as the Best Managed Indonesian Corporation”. Dengan
jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik,
berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas dengan harga
kompetitif.
2) Telkom akan mengelola bisnis melalui praktek-praktek terbaik
dengan mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang unggul,
penggunaan teknologi yang kompetitif, serta membangun kemitraan
yang saling menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis.
3. Struktur Organisasi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Suatu usaha agar berjalan dengan lancar perlu didukung oleh
struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan kerangka yang
menunjukan perwujudan pola tetap hubungan diantara fungsi bagian dan
perwujudan kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggungjawab yang
berbeda dalam suatu organisasi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
sebagai perusahaan jasa komunikasi mempunyai struktur organisasi
sebagai berikut:
Dalam pengelolaan organisasinya, PT Telekomunikasi Indonesia,
Tbk. Memiliki sebuah Dewan Komisaris yang terdiri dari 1 (satu) ketua
dan 4 (empat) anggota serta sebuah Dewan Direksi yang beranggotakan 1
(satu) orang Presiden Direktur atau CEO dan 4 (empat) orang anggota
Dewan Direksi lainnya yang memiliki fungsi dan tanggung jawab yang
berbeda seperti Direktur Sumber Daya dan Bisnis Pendukung/CIO,
Direktur Bisnis Jaringan Telekomunikasi, Direktur Bisnis dan Jasa
Telekomunikasi, dan Direktur Keuangan/CFO.
Sebagai sebuah holding company, PT. Telekomunikasi Indonesia,
Tbk. Memiliki beberapa buah anak perusahaan terafiliasi seperti PT
Telekomunikasi Selular Indonesia yang bergerak sebagai penyelenggara
jasa telekomunikasi bergerak selular, PT Indonusa Telemedia yang
menangani bisnis multimedia penyiaran dan Internet dengan nama produk
TelkomVision dan PT Infomedia Nusantara yang mengelola bisnis
penerbitan Buku Petunjuk Telepon (Yellow Pages) dan Call Center.
Selain anak perusahaan tadi, dalam menjalankan operasi
perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Telah mengelompokan
unit-unit yang ada dalam organisasi ke dalam bentuk Divisi, Center dan
Yayasan, sebagai berikut:
a. Unit-unit Bisnis
1) Divisi Long Distance
2) Sub Divisi Satelit
3) Carrier & Interconnection Service Center
4) Divisi Multimedia
5) Divisi Fixed Wireless
6) Enterprise Service Center
7) Customer Service Wilayah Sumatera
8) Customer Service Wilayah Jakarta (Jadebotabek & Sekapur)
9) Customer Service Wilayah Jawa Barat
10) Customer Service Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta
11) Customer Service Wilayah Jawa Timur
12) Customer Service Wilayah Kalimantan
13) Customer Service Kawasan Timur Indonesia
14) Maintenance Service Center
15) Training Center
16) Carrier Development Support Center
17) Management Consulting Center
18) Construction Center
19) I/S Center
20) R&D Center
21) SME Development Center
b. Yayasan-Yayasan :
1) Dana Pensiun (Dapentel)
2) Yayasan Pendidikan
3) Yayasan Kesehatan
c. Anak Perusahaan :
1) Kepemilikan > 50%
2) PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel): Telekomunikasi (Selular
GSM) (baru)
3) PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra): Telekomunikasi
(KSO-VI Kalimantan)
4) PT Infomedia Nusantara (Infomedia): Layanan Informasi (baru)
5) PT Telekomunikasi Selular Raya (Telesera): Telekomunikasi
(Selular AMPS)
6) PT Pro Infokom Indonesia (PII): B2B (e-Government)
7) PT Indonusa Telemedia (Indonusa): TV Cable (baru)
8) PT Graha Sarana Duta (GSD): Properti, Konstruksi dan Jasa
d. Kepemilikan 20% - 50%
1) PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN): Transponder Satelit dan
Komunikasi
2) PT Multimedia Nusantara (Metra): Multimedia
3) PT Citra Sari Makmur (CSM): VSAT
4) PT Menara Jakarta: Multimedia
5) PT Metro Selular Indonesia (Metrosel): Telekomunikasi (Selular
AMPS)
6) PT Mobile Selular Indonesia (Mobisel): Telekomunikasi (Selular
NMT-450)
7) PT Napsindo Primatel Internasional (Napsindo): Network Access
Point
8) PT Patra Telekomunikasi Indonesia (Petrakom): Layanan Satelit
Komunikasi Industri Perminyakan
9) PT Pramindo Ikat Nusantara: Telekomunikasi (KSO-1 Sumatera)
e. Kepemilikan < 20%
1) PT Batam Bintan Telekomunikasi (Babintel): Telekomunikasi
(Pulau di Batam & Bintan)
2) PT Komunikasi Selular Indonesia (Komselindo): Telekomunikasi
(Selular AMPS)
3) PT Medianusa PTE, Ltd: Agen Penjualan Buku Petunjuk Telepon
(BPT)
4) PT Pembangunan Telekomunikasi Indonesia (Bangtelindo):
Konstruksi & Konsultasi Fas. Tel.
4. Produk PT. Telkom Indonesia, Tbk
Salah satu produk unggulan PT. Telkom Indonesia, Tbk adalah
Telkomsel. Telkomsel merupakan operator seluler terbesar di Indonesia
dengan komposisi kepemilikan saham 65% PT. Telkom Indonesia, Tbk
dan 35% SingTel, Singapore. Saat ini, Telkomsel memiliki tiga jenis
produk kartu SIM yaitu Kartu HALO, Kartu simPATI, dan Kartu AS.
a. Pelanggan:
Telkomsel saat ini merupakan Market leader Operator selular di
Indonesia, dengan penguasaan pasar lebih dari 55%.
b. Teknologi:
Teknologi Telkomsel meliputi GSM Dual Band (900 dan 1800), GPRS,
Wi-Fi, EDGE, 3G, dan 3,5G (HSDPA).
c. Aliansi Internasional:
Telkomsel merupakan bagian dari Bridge Mobile Alliance Operator se-
Asia Pasifk. Bridge Mobile Alliance adalah Join Venture antara Mobile
Operator terbesar di Asia Pasifik yang anggotanya terdiri dari Mobile
Operator yang terpandang di Negaranya.
1) Jaringan:
Telkomsel memiliki cakupan jaringan GSM/GPRS/EDGE paling
luas di Indonesia dengan menyediakan cakupan jaringan suara sama
luasnya dengan cakupan jaringan data.
2) Selain itu, jaringan Telkomsel telah melingkupi lebih dari 95% dari
total area populasi Indonesia, termasuk kota besar, kabupaten, dan
kecamatan.
3) Untuk menjangkau Coverage Internasional yang lebih luas, saat ini
Telkomsel telah menjalin kerjasama dengan mitra internasional
untuk GSM roaming di berbagai Negara.
4) Telkomsel juga didukung oleh SMS Centers dengan total kapasitas
trafik mencapai ribuan SMS per detik.
d. GPRS:
1) Saat ini jaringan GPRS Telkomsel sudah sama dengan voice
coverage-nya. Telkomsel memiliki jaringan GPRS yang handal
didukung Core-Network GPRS yang terdistribusi di Medan, Batam,
Jakarta, Surabaya, Banjarmasin dan Semarang.
2) Untuk GPRS roaming internasional, Telkomsel memiliki mitra
GPRS roaming di berbagai Negara.
e. Layanan:
1) Produk
Beberapa produk yang dikeluarkan oleh PT. Telkomsel, antara lain:
a) Produk Prabayar
Simpati
Kartu AS
b) Produk Pasca Bayar
Kartu Hallo
2) Program Marketing
Telkomsel memberikan program marketing yang cukup banyak
untuk menarik hati pelanggan. Beberapa program marketing yang
ditawarkan meliputi:
a) Simpati
Tarif SMS hemat
Bonus Bicara dan Bonus SMS
SimPati Talkmania
Simpati PeDe
b) Kartu AS
Tarif SMS ekstra hemat
Paket 100 Sms gratis 100 Sms
Masa aktif lama
Perhitungan per detik
c) Kartu Halo
Pilihan Pembayaran yang variatif
3) Fitur
Fitur merupakan salah satu strategi yang ampuh untuk menarik minat
konsumen. Beberapa fitur yang ditawarkan oleh Telkomsel meliputi:
a) International Roaming
b) Layanan Dunia 3G Telkomsel
c) Layanan Transfer Pulsa
d) Nada Sambung Pribadiku (NSP)
e) Telkomsel Call Me
f) Telkomsel SMS Me
g) Call waiting
h) Call forwarding
i) SMS
j) MMS
k) GPRS
B. Analaisis Data dan Pembahasan
1. Perhitungan Analisis Rasio Keuangan
Dalam melakukan analisis data untuk mengambil keputusan di
bidang keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, penulis
menggunakan analisis laporan keuangan menggunakan metode rasio
keuangan berdasarkan Keputusan Menteri BUMN nomor: KEP-
100/MBU/2002 yang terdiri dari: ROE, ROI, cash ratio, current ratio,
collection periods, inventori turn over, total asset turn over, total equity to
total asset. Semua analisis rasio tersebut menggunakan laporan keuangan
sebagai dasar perhitungan, yang terdiri dari neraca dan laporan rugi/laba.
Adapun perhitungan yang dipakai adalah selama periode 2007-2009.
Berikut ini disajikan perhitungan dan analisis pembahasan data keuangan
pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk untuk mengetahui kinerja
keuangan perusahaan baik atau tidak.
1. Imbalan kepada pemegang saham/Return On Equity (ROE), mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba setelah pajak berdasarkan
modal sendiri.
%100Sendiri Modal
pajaksetelah Laba ROE x
Tabel 4.1
Return on Equity PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2007 – 2009
Tahun Laba setelah pajak Modal sendiri % Rasio (%) Skor
2007 Rp 12.857.018,00 Rp 33.748.579,00
100
38,10 20
2008 Rp 10.619.470,00 Rp 34.314.071,00 30,95 20
2009 Rp 11.332.140,00 Rp 38.989.747,00 29,06 20
Berdasarkan hasil tersebut di atas memperlihatkan bahwa ROE PT.
Telkom pada tahun 2007 mampu menghasilkan laba setelah pajak
sebesar 38,10% berdasarkan modal sendiri. Pada tahun 2008 mampu
menghasilkan laba setelah pajak sebesar 30,95% berdasarkan modal
sendiri. Pada tahun 2009 mampu menghasilkan laba setelah pajak
sebesar 29,06% berdasarkan modal sendiri.
2. Imbalan Investasi (ROI), mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak termasuk penyusutan
berdasarkan tingkat asset tertentu.
%100Employed Capital
Penyusutan EBIT ROI x
Tabel 4.2
Perhitungan capital employed
total aktiva aktiva tetap capital employed
Rp82.058.760,00 Rp60.780.899,00 Rp21.277.861,00
Rp91.256.250,00 Rp71.066.244,00 Rp20.190.006,00
Rp97.559.606,00 Rp76.419.897,00 Rp21.139.709,00
Capital employed = total aktiva – aktiva tetap
Tabel 4.3
Return on Investment PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2007 – 2009
Tahun EBIT penyusutan capital employed % Rasio
(%)
Skor
2007 Rp 26.472.708,00 Rp 9.440.476,00 Rp 21.277.861,00
100
168,78 15
2008 Rp 22.307.475,00 Rp 11.069.575,00 Rp 20.190.006,00 165,31 15
2009 Rp 22.603.141,00 Rp 12.565.928,00 Rp 21.139.709,00 166,36 15
Berdasarkan hasil tersebut di atas memperlihatkan bahwa ROI PT.
Telkom pada tahun 2007 mampu menghasilkan laba sebelum bunga dan
pajak termasuk penyusutan sebesar 168,78% berdasarkan aktiva yang
dimiliki. Pada tahun 2008 mampu menghasilkan laba sebelum bunga
dan pajak termasuk penyusutan sebesar 165,31% berdasarkan aktiva
yang dimiliki. Pada tahun 2009 mampu menghasilkan laba sebelum
bunga dan pajak termasuk penyusutan sebesar 166,36% berdasarkan
aktiva yang dimiliki perusahaan.
3. Rasio Kas/Cash Ratio, mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
utang lancarnya dengan menggunakan kas, bank dan surat berharga
jangka pendek yang segera dapat diuangkan.
%100sLiabilitieCurrent
Pendek Jangka SB Bank Kas RatioCash x
Tabel 4.4
Rasio Kas/Cash Ratio PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2007 – 2009
Tahun Kas + Bank SB Jangka
Pendek
Current
Liabilities
% Rasio
(%)
Skor
2007 Rp 10.140.791,00 Rp 159.504,00 Rp 20.674.629,00
100
49,82 5
2008 Rp 6.889.945,00 Rp 267.044,00 Rp 26.998.151,00 26,51 4
2009 Rp 7.805.460,00 Rp 359.507,00 Rp 26.717.414,00 30,56 4
Berdasarkan hasil tersebut di atas memperlihatkan bahwa rasio kas/cash
ratio PT. Telkom pada tahun 2007 mampu memenuhi utang lancarnya
dengan menggunakan kas, bank dan surat berharga jangka pendek yang
segera dapat diuangkan sebesar 49,82%. Pada tahun 2008 mampu
memenuhi utang lancarnya dengan menggunakan kas, bank dan surat
berharga jangka pendek yang segera dapat diuangkan sebesar 26,51%.
Pada tahun 2009 mampu memenuhi utang lancarnya dengan
menggunakan kas, bank dan surat berharga jangka pendek yang segera
dapat diuangkan sebesar 30,56%.
4. Rasio Lancar/current ratio, mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi utang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancarnya.
%100sLiabilitieCurrent
AssetCurrent ratiorent Lancar/cur Rasio x
Tabel 4.5
Current Ratio PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2007 – 2009
Tahun Current Asset Current Liabilities % Rasio
(%)
Skor
2007 Rp 15.978.095,00 Rp 20.674.629,00
100
77,28 0
2008 Rp 14.622.310,00 Rp 26.998.151,00 54,16 0
2009 Rp 16.186.024,00 Rp 26.717.414,00 60,58 0
Bardasarkan hasil tersebut di atas memperlihatkan bahwa rasio lancar
PT. Telkom pada tahun 2007 mampu memenuhi utang lancarnya
dengan menggunakan aktiva lancarnya sebesar 77,28%. Pada tahun
2008 mampu memenuhui utang lancarnya dengan menggunakan aktiva
lancarnya sebesar 54,16%. Pada tahun 2009 mampu memenuhi utang
lancarnya dengan menggunakan aktiva lancarnya sebesar 60,58%.
5. Collection Periods/periode penagihan (CP), melihat kemampuan
perusahaan berapa lama waktu yang diperlukan untuk merubah piutang
menjadi kas pada periode tertentu.
harix365 UsahaPendapatan Total
UsahaPiutang Total CP
Tabel 4.6
Collection Periods PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2007 – 2009
Tahun Total Piutang
Usaha
Total Pendapatan
Usaha
Hari Rasio (hari) Skor
2007 Rp3.511.996,00 Rp59.440.011,00
365
21,57 5
2008 Rp3.618.643,00 Rp60.689.784,00 21,76 5
2009 Rp3.917.709,00 Rp64.596.635,00 22,14 5
Bardasarkan hasil tersebut di atas memperlihatkan bahwa collection
periods PT. Telkom pada tahun 2007 memerlukan waktu sebanyak
21,57 hari untuk merubah piutang menjadi kas. Pada tahun 2008
memerlukan waktu sebanyak 21,76 hari untuk merubah piutang
menjadi kas. Pada tahun 2009 memerlukan waktu sebanyak 22,14 hari
untuk merubah piutang menjadi kas.
6. Perputaran persediaan (PP), mengukur kemampuan perusahaan dalam
menunjukan keefektifan manajemen persediaan untuk mengatur
persediaannya yang diputar dalam periode tertentu atau lamanya dana
yang tertanam pada persediaan.
harix365 UsahaPendapatan Total
Persediaan Total PP
Tabel 4.7
Perputaran Persediaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2007 - 2009
Tahun Total Persediaan Total Pendapatan Usaha Hari Rasio (Hari) Skor
2007 Rp 211.441,00 Rp 59.440.011,00
365
1,30 5
2008 Rp 511.950,00 Rp 60.689.784,00 3,08 5
2009 Rp 435.244,00 Rp 64.596.635,00 2,46 5
Berdasarkan hasil tersebut di atas memperlihatkan bahwa perputaran
persediaan PT Telkom pada tahun 2007 lamanya dana tertanam pada
persediaan atau persediaan berputar dalam satu tahun adalah 1,30 hari.
Pada tahun 2008 lamanya dana tertanam pada persediaan atau
persediaan berputar dalam satu tahun adalah 3,08 hari. Dan pada tahun
2009 lamanya dana tertanam pada persediaan atau persediaan berputar
dalam satu tahun adalah 2,46 hari.
7. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO), mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan berdasarkan
aktiva yang dimiliki. Perputaran total aktiva untuk menunjukkan
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya.
%100Employed Capital
Pendapatan Total TATO x
Tabel 4.8
Perhitungan capital employed
total aktiva aktiva tetap capital employed
Rp 82.058.760,00 Rp 60.780.899,00 Rp 21.277.861,00
Rp 91.256.250,00 Rp 71.066.244,00 Rp 20.190.006,00
Rp 97.559.606,00 Rp 76.419.897,00 Rp 21.139.709,00
Capital employed = total aktiva – aktiva tetap
Tabel 4.9
Total Asset Turn Over PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2007 - 2009
Tahun Total Pendapatan Capital Employed % Rasio (%) Skor
2007 Rp 59.440.011,00 Rp21.277.861,00
100
279,35 5
2008 Rp 60.689.784,00 Rp20.190.006,00 300,59 5
2009 Rp 64.596.635,00 Rp21.139.709,00 305,57 5
Berdasarkan hasil tersebut di atas memperlihatkan bahwa TATO PT
Telkom pada tahu 2007 mampu menghasilkan pendapatan berdasarkan
aktiva yang dimiliki atau efektivitas perusahaan dalam menggunakan
seluruh aktivanya sebesar 279,35%. Pada tahun 2008 mampu
menghasilkan pendapatan berdasarkan aktiva yang dimiliki atau
efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya sebesar
300,59%. Dan pada tahun 2009 mampu menghasilkan pendapatan
berdasarkan aktiva yang dimiliki atau efektivitas perusahaan dalam
menggunakan seluruh aktivanya sebesar 305,57%.
8. Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Asset, merupakan seberapa
besar dana yang dibutuhkan untuk membiayai aktivitas perusahaan
berdasarkan aktiva.
%100Asset Total
Sendiri Modal Total TA terhadapTMS x
Tabel 4.10
Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Asset PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk
Tahun 2007 – 2009
tahun total modal sendiri total aset % rasio Skor
2007 Rp 33.748.579,00 Rp 82.058.760,00
100
41,13 9
2008 Rp34.314.071,00 Rp 91.256.250,00 37,60 10
2009 Rp 38.989.747,00 Rp 97.559.606,00 39,97 10
Berdasarkan hasil tersebut di atas memperlihatkan bahwa TMS
terhadap TA PT Telkom pada tahu 2007 membutuhkan dana sebesar
41,13% untuk membiayai aktivitas perusahaan berdasarkan aktiva yang
dimiliki. Pada tahun 2008 membutuhkan dana sebesar 37,60% untuk
membiayai aktivitas perusahaan berdasarkan aktiva yang dimiliki. Pada
tahun 2009 membutuhkan dana sebesar 39,97% untuk membiayai
aktivitas perusahaan berdasarkan aktiva yang dimiliki.
2. Analisis Tingkat Kesehatan Rasio Keuangan
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk setiap tahunnya harus
melaporkan kinerja perusahaan kepada pemerintah melalui Menteri
BUMN selaku pemilik saham. Laporan kinerja tersebut terdiri atas tiga
aspek yaitu: aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek administrasi.
Penilaian kinerja ini didasarkan pada Surat Keputusan Menteri BUMN
Nomor: KEP-100/BUMN/2002 tentang penilaian kinerja perusahaan
BUMN. Penilaian atas aspek keuangan dinilai dengan bobot 70, aspek
operasional dinilai dengan bobot 15, dan aspek administrasi dinilai dengan
bobot 15. Dalam skripsi ini penulis hanya membahas mengenai penilaian
kinerja perusahaan pada aspek keuangan. Tata cara penilaian kinerja
keuangan untuk PT Telkom adalah sebagai berikut: total bobot untuk
penilaian kinerja keuangan adalah 70, indikator yang dinilai masing-
masing bobotnya, metode penilaian dinilai berdasarkan skor yang telah
ditetapkan pada Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-
100/BUMN/2002 tentang Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN.
Tabel 4.11
Daftar Indikator dan bobot aspek keuangan
Indikator Bobot
1. Imbalan kepada pemegang saham (ROE) 20
2. Imbalan Investasi (ROI) 15
3. Rasio Kas 5
4. Rasio Lancar 5
5. Collection Periods 5
6. Perputaran Persediaan 5
7. Perputaran Total Asset 5
8. Rasio modal sendiri terhadap total aktiva 10
Total bobot 70
Sumber: Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002
Tabel 4.12
Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN
SEHAT, terdiri dari: KURANG SEHAT, terdiri
dari:
TIDAK SEHAT, terdiri
dari:
AAA apabila TS > 95 BBB apabila 50<TS< = 65 CCC apabila 20<TS< = 30
AA apabila 80<TS< = 95 BB apabila 40<TS< = 50 CC apabila 10<TS< = 20
A apabila 65<TS< = 80 B apabila 30<TS< = 40 C apabila TS< = 10
Sumber: Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002
Tabel 4.13
Persentase tingkat kesehatan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2007 – 2009
Rasio keuangan 2007 2008 2009
Rasio
(%)
Skor Rasio
(%)
Skor Rasio
(%)
Skor
1. Imbalan kepada pemegang
saham (ROE)
38,10 20 30,95 20 29,06 20
2. Imbalan Investasi (ROI) 168,78 15 165,31 15 166,36 15
3. Rasio Kas 49,82 5 26,51 4 30,56 4
4. Rasio Lancar 77,28 0 54,16 0 60,58 0
5. Collection Periods 21,57 5 21,76 5 22,14 5
6. Perputaran Persediaan 1,30 5 3,08 5 2,46 5
7. Perputaran Total Asset 279,35 5 300,59 5 305,57 5
8. Rasio modal sendiri terhadap
total aktiva
41,13 9 37,60 10 39,97 10
Total skor 64 64 64
Persentase tingkat kesehatan 91,43% 91,43% 91,43%
Tingkat Kesehatan BUMN Sehat AA Sehat AA Sehat AA
Keterangan:
Persentase tingkat kesehatan tahun 2007 => %10070
64x = 91,43%
Persentase tingkat kesehatan tahun 2008 => %10070
64x = 91,43%
Persentase tingkat kesehatan tahun 2009 => %10070
64x = 91,43%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk berdasarkan Surat Keputusan
Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002, penilaian tingkat kesehatan
BUMN sesuai dengan skor termasuk dalam kategori tiga tahun
perusahaan, pada tahun 2007 total skor untuk kinerja keuangan adalah 64
atau 91,43% dari total skor yang seharusnya 70, berdasarkan penilaian
tingkat Kesehatan BUMN PT Telkom berada pada kategori SEHAT terdiri
dari AA apabila 80<TS< = 95. Pada tahun 2008 total skor untuk kinerja
keuangan adalah 64 atau 91,43% dari total yang seharusnya 70,
berdasarkan penilaian tingkat Kesehatan BUMN PT Telkom berada pada
kategori SEHAT terdiri dari AA apabila 80<TS< = 95. Pada tahun 2009
total skor untuk kinerja keuangan adalah 64 atau 91,43% dari total skor
seharusnya 70, berdasarkan penilaian tingkat Kesehatan BUMN PT
Telkom berada pada kategori SEHAT terdiri dari AA apabila 80<TS< =
95.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-
100/MBU/2002, maka penilaian tingkat kesehatan BUMN sesuai dengan
skor termasuk dalam kategori tiga tahun perusahaan diantaranya:
1. Tahun 2007: total skor 64 atau 91,43% dari total skor seharusnya 70.
Perusahaan masuk dalam kategori sehat dengan predikat AA. Dilihat
dari ROE, ROI, cash ratio, collection periods, inventori turn over,
total asset turn over perusahaan sudah pada keadaan baik karena sudah
mendapat skor penuh. Pada rasio lancar PT Telkom belum mampu
memenuhi utang lancarnya melalui aktiva lancarnya yang digunakan
perusahaan. Pada rasio ini perusahaan mendapatkan skor 0 dari skor 5
yang seharusnya. Begitu juga pada rasio total modal sendiri terhadap
total aktiva mendapatkan skor 9 dari 10 yang seharusnya. Hal ini
membuat perusahaan perlu meningkatkan aktiva lancarnya untuk
membiayai aktivitas perusahaan.
2. Tahun 2008: total skor 64 atau 91,43% dari total skor seharusnya 70.
Perusahaan masuk dalam kategori sehat dengan predikat AA. Dilihat
dari ROE, ROI, collection periods, inventori turn over, total asset turn
over, total equity to total asset perusahaan sudah pada keadaan baik
karena sudah mendapat skor penuh. Pada rasio kas belum cukup
optimal memenuhi utang lancarnya menggunakan kas, bank, dan surat
berharga jangka pendek yang segera dapat diuangkan. Pada rasio ini
perusahaan hanya mendapat skor 4 dari skor 5 yang seharusnya, rasio
ini mengalami penurunan pada tahun lalu. Begitu juga pada rasio
lancar belum mampu memenuhi utang lancarnya melalui aktiva
lancarnya yang digunakan perusahaan. Pada rasio ini perusahaan
mendapatkan skor 0 dari skor 5 yang seharusnya, masih sama saja
dengan tahu lalu. Hal ini semakin membuat perusahaan perlu
meningkatkan aktiva lancarnya untuk membiayai aktivitas perusahaan.
Pada rasio kas PT Telkom sepertinya lebih mengurangi kas
menganggur (idle cash) perusahaan. Sedangkan pada rasio total modal
sendiri terhadap total asset yang semakin meningkat dari tahun lalu
sepertinya semakin banyak investor/calon investor tertarik untuk
menginvestasikan dananya kepada PT Telkom.
3. Tahun 2009: total skor 64 atau 91,43% dari total skor seharusnya 70.
Perusahaan masuk dalam kategori sehat dengan predikat AA. Kondisi
keuangan pada tahun ini masih sama dengan tahun lalu.
4. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-
100/MBU/2002 tentang penilaian kinerja perusahaan BUMN PT
Telkom ditinjau dari aspek keuangan masih tetap BERTAHAN dengan
total skor 64 atau 91,43% dari total seharusnya yang masuk dalam
kategori SEHAT dengan predikat AA selama tiga tahun berturut-turut.
5. PT Telkom berdasarkan ROE dari tahun 2007 ke tahun 2008
mengalami penurunan menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba setelah pajak berdasarkan modal sendiri kurang
baik. Penurunan ini dipengaruhi oleh faktor kurang optimalnya
manajemen perusahaan dalam mengelola modal sendiri, sehingga
dengan adanya peningkatan modal sendiri, justru perusahaan
mengalami penurunan laba setelah pajak. Pada tahun 2008 ke tahun
2009 juga mengalami penurunan menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba setelah pajak berdasarkan modal sendiri
kurang baik, hal ini berarti menunjukkan bahwa manajemen
perusahaan masih belum mampu mengoptimalkan modal sendiri yang
ada untuk meningkatkan laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan.
Berdasarkan ROI PT Telkom dari tahun 2007 ke tahun 2008
mengalami penurunan menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak termasuk penyusustan
berdasarkan tingkat asset tertentu kurang baik. Hal ini disebabkan
adanya penurunan pada tingkat asset tertentu dan kenaikkan pada
penyusutan perusahaan sehingga berdampak pada laba sebelum bunga
dan pajak yabg dihasilkan oleh perusahaan. Pada tahun 2008 ke tahun
2009 ROI PT Telkom mengalami kenaikan menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak termasuk
penyusutan sudah cukup baik. Hal ini dikarenakan ada peningkatan
pada tingkat asset tertentu dan manajemen perusahaan dalam
menggunakan tingkat asset tertentu dalam menghasilkan laba sebelum
bunga dan pajak termasuk penyusutan sudah cukup optimal.
Berdasarkan rasio kas PT Telkom dari tahun 2007 ke tahun 2008
mengalami penurunan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi utang lancar dengan menggunakan kas, bank, dan surat
berharga jangka pendek kurang baik. Penurunan yang terjadi
disebabkan lemahnya perusahaan dari segi permodalan, sehingga
perusahaan mengambil kebijakan untuk meningkatkan utang lancar,
namun seiring dengan peningkatan utang lancar perusahaan tidak
mampu mengimbangi dengan peningkatan aktiva lancar yang justru
terjadi penurunan. Pada tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami
peningkatan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
utang lancar menggunakan kas, bank, dan juga surat berharga jangka
pendek sudah cukup baik, hal ini dikarenakan adanya peningkatan
pada kas dan surat berharga jangka pendek, sehingga dengan adanya
peningkatan tersebut semakin memperkuat perusahaan dalam
menjamin utang lancar melalui kas, bank, dan juga surat berharga
jangka pendek. Berdasarkan current ratio PT Telkom dari tahun 2007
ke tahun 2008 menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
utang lancar dengan menggunakan aktiva lancar kurang baik. Hal ini
disebabkan kurang mampunya perusahaan dalam mengoptimalkan
permodalan, sehingga perusahaan meningkatkan utang lancarnya,
namun peningkatan utang lancar tidak diimbangi dengan peningkatan
aktiva lancar sebagai penjamin. Pada tahun 2008 ke tahun 2009
current ratio PT Telkom mengalami peningkatan menunjukkan
perusahaan dalam memenuhi utang lancar dengan menggunakan aktiva
lancar cukup baik. Hal ini dikarenakan efisiensi penggunaan aktiva
lancar dalam menjamin utang lancar, sehingga peningkatan aktiva
lancar mampu menekan perusahaan untuk tidak meningkatkan utang
lancarnya. Berdasarkan collection periods PT Telkom dari tahun 2007
ke tahun 2008 mengalami kenaikan hari dalam merubah piutang
menjadi kas. Kondisi ini termasuk kategori yang kurang baik, karena
jumlah hari yang terlalu lama menunjukkan kemungkinan tidak
kembalinya piutang yang lebih tinggi. Peningkatan ini disebabkan oleh
kurang efisiensinya perusahaan dalam mengelola piutang untuk
menghasilkan pendapatan, sehingga perusahaan harus menambah
waktu yang lebih lama dalam mengubah piutang menjadi kas. Pada
tahun 2008 ke tahun 2009 juga mengalami peningkatan hari dari
piutang menjadi kas. Peningkatan yang terjadi semakin memperkuat
lemahnya kemampuan perusahaan dalam mengubah piutang menjadi
kas, hal ini disebabkan karena lemahnya kinerja keuangan perusahaan
dalam menghasilkan pendapatan, sehingga peningkatan pada piutang
tidak sebanding dengan peningkatan pada pendapatan. Berdasarkan
perputaran persediaan PT Telkom dari tahun 2007 ke tahun 2008
mengalami peningkatan jumlah hari menunjukkan tanda-tanda mis
manajemen perusahaan seperti kurangnya pengendalian persediaan
yang efektif, peningkatan ini disebabkan kurang efektifnya
peningkatan persediaan dalam meningkatkan pendapatan sehingga
perusahaan harus menambah jumlah hari untuk memutar persediaan
dalam menhasilkan pendapatan. Pada tahun 2008 ke tahun 2009 PT
Telkom mengalami penurunan hari menunjukkan efektivitas
manajemen persediaan pada perusahaan. Efektivitas manajemen
persediaan ini dikarenakan oleh kemampuan manajemen perusahaan
dalam mengoptimalkan persediaan yang ada untuk menghasilkan
pendapatan. Berdasarkan perputaran total asset PT Telkom dari tahun
2007 ke tahun 2008 mengalami peningkatan menunjukkan perusahaan
dalam menghasilkan pendapatan berdasarkan total aktiva yang dimiliki
sudah efektif. Hal ini dikarenakan adanya efisiensi perusahaan dalam
penggunaan total aktiva dalam menghasilkan pendapatan. Pada tahun
2008 ke tahun 2009 PT Telkom juga mengalami peningkatan
menunjukkan perputaran total aktiva semakin efektif, hal ini
dikarenakan semakin efisiensinya manajemen perusahaan dalam
penggunaan total aktiva dalam menghasilkan pendapatan. Berdasarkan
rasio total modal sendiri terhadap total asset dari tahun 2007 ke tahun
2008 PT Telkom mengalami penurunan menujukkan penggunaan dana
untuk membiayai perusahaan sudah cukup optimal, hal ini dikarenakan
perusahaan dalam melakukan pendanaan untuk aktiva tidak terlalu
mengandalkan pinjaman. Pada tahun 2008 ke tahun 2009 perusahaan
mengalami peningkatan menunjukkan penggunaan dana untuk
membiayai aktivitas perusahaan kurang begitu optimal. Hal ini
dikarenakan perusahaan dalam melakukan pendanaan untuk aktiva
sebagian besar masih didominasi dari pinjaman.