BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN -...

17
66 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek dan Tempat penelitian 4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitiaan adalah siswa kelas 6 SDN Kutowinangun 12 dan SDN 03 Kutowinangun. Jumlah subjek penelitiannya adalah 19 siswa untuk SDN 12 Kutowinangun dan 16 siswa untuk SDN 03 Kutowinangun. Sehingga total subjek penelitian adalah 35 siswa. Pada penelitian ini, Subjek penelitian akan diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu dengan perlakuan model penemuan terbimbing dan model pemecahan masalah melalui pendekatan matematika realistik. 4.1.2 Deskripsi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 12 dan SDN 03 Kutowinagun yang berlokasi di Jalan Wuni Benoyo 1/20 Salatiga. Kedua sekolah dasar tersebut berada dipinggir kota Salatiga dan dekat dengan pasar tradisional Blauran. SDN 12 dan SDN 03 Kutowinagun terletak berdampingan dari segi bangunan sekolahnya.

Transcript of BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN -...

Page 1: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

66

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Subjek dan Tempat penelitian4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitiaan adalah siswa kelas 6 SDN

Kutowinangun 12 dan SDN 03 Kutowinangun. Jumlah subjek

penelitiannya adalah 19 siswa untuk SDN 12 Kutowinangun

dan 16 siswa untuk SDN 03 Kutowinangun. Sehingga total

subjek penelitian adalah 35 siswa. Pada penelitian ini, Subjek

penelitian akan diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu

dengan perlakuan model penemuan terbimbing dan model

pemecahan masalah melalui pendekatan matematika realistik.

4.1.2 Deskripsi Tempat PenelitianPenelitian ini dilakukan di SDN 12 dan SDN 03

Kutowinagun yang berlokasi di Jalan Wuni Benoyo 1/20

Salatiga. Kedua sekolah dasar tersebut berada dipinggir kota

Salatiga dan dekat dengan pasar tradisional Blauran. SDN 12

dan SDN 03 Kutowinagun terletak berdampingan dari segi

bangunan sekolahnya.

Page 2: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

67

4.2 Uji Homogenitas Kelas Model PenemuanTerbimbing dan Model Pemecahan MasalahBerikut ini adalah tahap Uji homogenitas. Dimana uji ini

untuk mengetahui kehomogenan skor data pretes. Dalam

penggunaan uji ini digunakan uji Homogeneity of variances

(Levene Statistic), dengan hipotesis seperti berikut:

H0 : = Varians populasi skor untuk kedua

kelas homogen

H1 : ≠ Varians populasi skor kedua untuk

kelas tidak homogen

Keterangan :

= variansi skor kelas yang diajar dengan

Model Peemuan Terbimbing

= variansi skor kelas yang diajar dengan

Model Pemecahan Masalah

Dengan perhitungan menggunakan SPSS 17, maka hasil uji

homogenitas varians skor pretes untuk kedua kelas terlihat

seperti Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 uji homogenitas Pretes kedua kelas

Pretes

Levene Statistic 14.989

df 1 1

df 2 33

Signifikansi 0,274

Page 3: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

68

Dari Tabel 4.1, terlihat bahwa skor pretes kelas Model

Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah

memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari α = 0.05,

sehingga H0 diterima. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa

data skor pretes kedua kelas berasal dari varians yang

homogen.

4.3 Uji Normalitas Kelas Model PenemuanTerbimbing dan Model Pemecahan MasalahSetelah dilakukan uji homogenitas, langkah selanjutnya

akan dilakukan uji normalitas. Uji normalitas tersebut

dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing data

nilai kelas memiliki distribusi normal atau tidak . pengujian

normalitas terhadap kedua kelas dilakukan dengan

menggunakan program SPSS versi 17 pada uji Tests of

Normality, dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi

normal

H1 : Data berasal dari populasi tidak

berdistribusi normal

Page 4: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

69

Berikut adalah Tabel 4.2 hasil uji normalitas kedua kelas

tersebut:

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Skor Pretes danPostes Kelas Model Penemuan Terbimbing dan Kelas

Model Pemecahan Masalah

Pretes PostesKelas

AKelas

BKelas

AKelas

BN 19 16 19 16Kolmogorov-Smirnov 1.000 0988 1.207 0.770Sig. (2-tailed) 0.270 0.283 0.108 0.594

Sumber: data primer yang diolah,2013

Keterangan :Kelas A : siswa kelas Model Penemuan Terbimbing

Kelas B : siswa kelas Model Pemecahan Masalah

Dari Tabel 4.2 diatas, terlihat bahwa skor pretes dan

postes siswa kelas Model Penemuan Terbimbing dan Model

Pemecahan Masalah memiliki signifikan yang lebih besar dari

α = 0.05, sehingga Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa

data skor pretes dan postes prestas kedua kelas berdistribusi

normal.

Page 5: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

70

4.4 Uji Beda Pretes Kelas Model PenemuanTerbimbing Dan Kelas Model PemecahanMasalahPerlu diadakan pengujian nilai tes awal untuk kelas

Model Penemuan Terbimbing dan kelas Model Pemecahan

Masalah untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas

tersebut. Selanjutnya diadakan perhitungan rataan pretest

menggunakan uji t Paired. Pada taraf signifikan = 0.05,

dengan hipotesis berikut:

H0 : µ1 = µ2 Tidak ada perbedaan rataan pretes

prestasi hasil belajar matematika

antara siswa kelas VI yang diajar

dengan Model Penemuan Terbimbing

dan Model Pemecahan Masalah

menggunakan pendekatan PMR.

H1 : µ1 ≠ µ2 Ada perbedaan rataan prestasi hasil

belajar matematika antara siswa

kelas VI yang diajar dengan Model

Penemuan Terbimbing dan Model

Pemecahan Masalah menggunakan

pendekatan PMR.

Page 6: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

71

Keterangan:

µ1 = rataan pretes prestasi matematika

siswa kelas Model Penemuan

Terbimbing

µ2 = rataan pretes prestasi matematika

siswa kelas Model Pemecahan

Masalah.

Tabel 4.3 berikut adalah hasil uji Beda Pretes menggunakan

uji t Paired antara kelas Model Penemuan Terbimbing Dan

kelas Model Pemecahan Masalah.

Tabel 4.3 Hasil uji Beda Pretes

Kelas Rerata Stdv sig. (2-tailed)

A 67,89 31,89 0,704

B 65,38 21,49Sumber: data primer yang diolah,2013

Keterangan :Kelas A : siswa kelas Model Penemuan Terbimbing

Kelas B : siswa kelas Model Pemecahan Masalah

Dari Tabel 4.3 diatas nampak bahwa rata - rata

perbedaan hasil tes awal kedua kelas tidak jauh berbeda. Dari

hasil uji beda rata rata tersebut diperoleh nilai signifikansi

sebesar 0.704, yang berarti telah melebihi nilai = 0.05,

Page 7: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

72

sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki

kemampuan awal yang sama. Karena sudah diketahui bahwa

kemapuan awal kedua kelas adalah sama, maka dilaksanakan

proses pembelajaran dengan menggunakan kedua model

tesebut. Setelah selesai proses pembelajaran, akan diberikan

postes guna untuk mengetahui kemampuan kedua kelas

setelah di laksanakan model pembelajaran tersebut. Dalam

penentuan hasil nilai postes akan dilakukan uji nilai postes

tersebut.

4.5 Uji Beda Postes Kelas Model PenemuanTerbimbing Dan kelas Model PemecahanMasalah dengan Pendekatan MatematikaRealistikDalam pengujian nilai postes antara Kelas Model

Penemuan Terbimbing Dan kelas Model Pemecahan Masalah

menggunakan Uji t. Dalam hal ini untuk mengetahui

kemampuan akhir yang dimiliki kedua kelas tersebut sama

atau tidak. Dalam uji t tersebut menggunakan uji t Paired,

pada taraf signifikansi = 0.05. dengan hipotesisnya sebagai

berikut :

Page 8: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

73

Keteranganµ1 = rataan postes prestasi matematika

siswa kelas Model Penemuan

Terbimbing.

µ2 = rataan postes prestasi matematika

siswa kelas Model Pemecahan

Masalah.

Tabel 4.4 Berikut adalah hasil Rerata postes antara kelas

Model Penemuan Terbimbing dan kelas Model Pemecahan

Masalah:

H0 : µ1= µ2 Tidak ada perbedaan rataan postes

prestasi hasil belajar matematika antara

siswa kelas VI yang diajar dengan Model

Penemuan Terbimbing dan kelas Model

Pemecahan Masalah menggunakan

pendekatan PMR.

H1 : µ1≠ µ2 Ada perbedaan rataan postes prestasi

hasil belajar matematika antara siswa

kelas VI yang diajar dengan Model

Penemuan Terbimbing dan Model

Pemecahan Masalah menggunakan

pendekatan PMR.

Page 9: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

74

4.4 Tabel Hasil Uji Beda Postes

Kelas Rerata Stdv sig. (2-tailed)

A 91,05 10,48 0,000

B 76,87 14,47Sumber: data primer yang diolah,2013

Keterangan :Kelas A : kelas Model Penemuan Terbimbing

Kelas B : kelas Model Pemecahan Masalah

Dari penjelasan pada Tabel 4.4 , terlihat bahwa nilai

hasil postes kedua kelas berbeda jauh. Hal ini terlihat pada

rerata kedua kelas tersebut. Perbedaan ini signifikan antara

kelas Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan

Masalah. Hasil uji beda rata-rata diperoleh nilai signifikansi

sebesar 0.000, yang memiliki arti bahwa lebih kecil dari nilai α

= 0.05. sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas

memiliki kemampuan akhir yang berbeda setelah diberi

perlakuan yang berbeda pula. Sehingga H1 diterima dan

menolak H0.

Page 10: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

75

4.6 Uji Perbedaan Hasil Pretes dan Postes KelasModel Penemuan Terbimbing dan Kelas ModelPemecahan MasalahKetika akan melakukan uji perbedaan, maka terlebih

dahulu ditentukan pencapain skor (Gain) pada kedua kelas

tersebut. Sehingga dalam penentuan Gain tersebut akan

diketahui perbedaan peningkatan prestasi hasil belajar antara

kelas Model Penemuan Terbimbing dan kelas Model

Pemecahan Masalah dengan pendekatan Matematika Realistik

secara signifikan. Berikut adalah Tabel 4.5 hasil perhitungan

rataan Gain prestasi belajar matematika.

Tabel 4.5. Hasil rataan Gain prestasi belajarmatematika.

Kelas

A B

N 19 16

Rataan Gain 23,15 11,50Sumber: data primer yang diolah,2013

Dari Tabel 4.5 diatas dapat disimpulkan bahwa nilai

rataan gain pada peningkatan prestasi pembelajaran

matematika untuk kedua kelas terlihat berbeda. Dapat terlihat

bahwa kelas dengan model pembelajaran pemecahan masalah

memiliki rataan gain 11,50 lebih rendah di banding kelas yang

diajar dengan model penemuan terbimbing sebesar 23,15.

Page 11: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

76

Dengan menggunakan SPSS versi 17.0 akan dihitung uji

t dengan menggunakan Independent Sample T-test yaitu

perhitungan perbedaan rata – rata nilai pada kelas model

penemuan terbimbing dan kelas model pemecahan masalah

dengan taraf kepercayaan 95%. Langkah pertama yang

dilakukan adalah merumuskan hipotesis untuk pengujian

mean atau rataan hitung. Berikut hipotesisnya:

H0 :µ1= µ2 Tidak ada perbedaan prestasi belajar

matematika antara siswa kelas VI yang diajar

dengan Model Penemuan Terbimbing dan Model

Pemecahan Masalah menggunakan pendekatan

PMR.

H1 :µ1≠ µ2 Ada perbedaan prestasi belajar matematika

antara siswa kelas VI yang diajar dengan Model

Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan

Masalah menggunakan pendekatan PMR.

Page 12: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

77

Tabel 4.6 berikut adalah tabel Uji-t perbedaan rata – rata Gain

Pada kedua kelas.

Tabel 4.6 Uji-t perbedaan rata – rata Gain Padakedua kelas.

Sumber: data primer yang diolah,2013

Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.6 diatas dapat diambil

keputusan dengan membandingkan nilai thitung dan tTabel . Dari

perhitungan diatas diperoleh nilai thitung sebesar 2,169.

Selanjutnya nilai ttabel dapat dicari menggunakan table

distribusi t dengan tingkat kepercayaan 95%. Dalam uji-t lebih

bersifat dua sisi, sehingga nilai yang dirujuk pada table t

adalah2

, sehingga2

05.0 = 0,025. Dalam perhitungan ini juga

diperlukan derajat bebas (df) = 221 nn .

Page 13: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

78

Sehingga disubtitusikan nilai n ( jumlah siswa tiap

kelas) kedalam rumus derajar bebas.

(df) = 221 nn .

(df) = 21619 .

(df) =33

Sehingga diperoleh nilai t table = t(0,025 : 33) = 2,035. Maka dapat

ditarik kesimpulan nilai thitung > ttabel , sehingga

mengakibatkan H1 diterima. Dari perhitungan diatas

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi hasil belajar

matematika siswa kelas VI yang diajar dengan Model

Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah dengan

pendekatan pendidikan matematika realistik di SDN 12 dan

SDN 03 Kutowinagun Salatiga pada taraf signifikan 95 %

karena nilai thitung terletak pada daerah penolakan Ho. Lalu

jika dilihat pada rataan gain prestasi matematika , terbukti

bahwa hasil pembelajaran matematika menggunakan model

Penemuan terbimbing lebih baik jika dibandingkan dengan

hasil pembelajaran dengan Model Pemecahan Masalah.

4.7 PembahasanPada penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan

yang signifikan antara hasil prestasi matematika siswa kelas

VI SDN Kutowinangun 12 dan SDN Kutowinangun 03 yang

diajar dengan dengan Model Penemuan Terbimbing dan Model

Pemecahan Masalah dengan pendekatan matematika realistik.

Jika dilihat dari kedua model yang diterapkan, kelompok

Page 14: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

79

siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model

Penemuan Terbimbing cenderung mendapatkan hasil yang

lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang

diajar dengan model Pemecahan Masalah. Dari segi waktu

pembelajaran, untuk model Pembelajaran dengan penemuan

terbimbing juga lebih efektif jika dibandingkan dengan

pembelajaran dengan model Pemecahan Masalah. Dari hasil

tes secara keseluruhan dengan jelas menunjukkan hasil skor

rata-rata pretes kelas Model Penemuan terbimbing adalah

67,89 dan skor rata-rata postesnya adalah 91,05. Sedangkan

rata-rata pretes kelas Model Pemecahan Masalah adalah 65,38

dan skor rata-rata postesnya adalah 76,87. Terdapat

perbedaan hasil dari proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan dengan kedua model tersebut. Perbedaan hasil

ini menunjukkan bahwa Model Pembelajaran dengan Model

Penemuan Terbimbing lebih efektif jika dibandingkan dengan

pembelajaran model Pemecahan Masalah. Pada model

pembelajaran Pemcahan Masalah Siswa dituntut belajar

dengan gaya belajar mereka masing-masing, tetapi

diseragamkan dalam bentuk pemecahan masalah. Siswa

dengan kemampuan visual akan kesulitan memahami konsep

pengetahuan yang disampaikan secara lisan sehingga

Perbedaan karakteristik siswa inilah yang harus dipahami

benar oleh guru agar dapat mengaktifkan siswa dalam proses

pembelajaran. Pada pembelajaran model Penemuan

Terbimbing guru memberikan kesempatan kepada siswa

dengan setiap perbedaan karakteristiknya untuk menyatakan

Page 15: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

80

pendapatnya tentang penyelesaian suatu masalah, dan guru

membimbingnya. Terlebih dengan pendekatan pendidikan

matematika realistik yang menggunakan contoh benda

disekitar siswa. Sehingga kebutuhan siswa dengan

kemampuan audio dan visual terpenuhi dalam situasi diskusi

kelas, tanya jawab, dan penjelasan tambahan dari guru di

akhir kegiatan pembelajaran model penemuan terbimbing.

Dengan demikian, belajar bukan hanya tentang hasil,

tetapi merupakan suatu proses pencapaian hasil. Konsep

mengajar adalah membelajarkan siswa untuk berinteraksi

dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan

perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar

adalah suatu proses dalam diri seseorang, yang

mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku dan

kemampuan menyelesaikan dang menganalisis suatu problem.

Maka perlu diperhatikan benar perbedaan konsep model

penemuan terbimbing dan model pemecahan masalah.

Pembelajaran bukan hanya bagaimana cara mengajar, namun

juga bagaimana seorang siswa dapat memahami suatu

konsep, sehingga dapat bermanfaat dalam penyelesaian

masalah. Dari penerapan kedua model pembelajaran tersebut

memiliki keuntungan dan kelemahan. Adapun keuntungan

dari pembelajaran model Penemuan Terbimbing adalah

Membantu siswa memahami konsep dasar dan ide-ide secara

lebih baik, Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas

inisiatifnya sendiri, Situasi proses belajar menjadi lebih

merangsang dan guru tetap mempunyai kontak pribadi

Page 16: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

81

dengan siswa dalam artian terjalin hubungan yang

membangun semangat belajar dalam diri siswa. Selain

mempunyai keuntungan, pembelajaran model Penemuan

terbimbing juga memiliki kelemahan , yaitu memerlukan

banyak waktu dan belum dapat dipastikan apakah siswa akan

tetap bersemangat menemukan, tidak setiap siswa dapat

diharapkan menjadi seorang penemuan sehingga jika

bimbingan yang diberikan tidak sesuai akan membuat siswa

menjadi sulit memahami konsep, tidak semua materi

pembelajaran dapat dikuasai dengan model penemuan

terbimbing dan bimbingan yang kurang memadahi hanya

akan membuat siswa bermain main. Bagi siswa bimbingan

dari guru merupakan hal yang sangat diperlukan dalam

pembelajaran.

Model penemuan terbimbing adalah salah satu dari

model pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk

membimbing siswa dalam meningkatkan motivasi, aktivitas

dan pemahaman siswa, Dalam pembelajaran penemuan

terbimbing siswa ikut berpartisipasi secara aktif di dalam

kegiatan belajarnya sebab ia harus berpikir, bukan sekedar

mendengarkan informasi yang disampaikan. Selanjutnya

untuk model Pemecahan masalah juga memiliki kentungan

diantaranya, melatih siswa untuk mendesain suatu

pemecahan masalah, berpikir dan bertindak kreatif dalam

memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis,

Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang

perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan

Page 17: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4151/5/T2_942009044_BAB IV.pdf67 4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan

82

masalah yang dihadapi dengan dan membuat pemelajaran

disekolah lebih relevan dengan kehidupan sehari hari.

Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh pembelajaran model

Pemecahan masalah adalah beberapa pokok bahasan sangat

sulit untuk menerapkan metode ini, misal terbatasnya alat-

alat laboratorium sehingga menyulitkan siswa untuk melihat

dan mengamati sertaa menyimpulkan kejadian atau konsep

tersebut dan memerlukan alokasi waktu yang panjang. Jadi,

dengan adanya keuntungan dan kelemahan yang dimiliki oleh

kedua model pembelajaran, menunjukkan terdapatnya variasi

pada masing-masing model pembelajaran yang diterapkan.

sehingga dapat menjadi acuan bagi sekolah untuk

menggunakan model pembelajaran yang tepat guna

meningkatkan prestasi belajar siswa yang tentunya tidak

hanya pelajaran matematika saja tetapi juga pelajaran yang

lain.