IV-1 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Perancangan Basis Data ...
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Obyek...
Transcript of BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Obyek...
35
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Jemaat Dobo
Jemaat Dobo berada di pusat Klasis Pulau-Pulau
Aru, memiliki empat belas sektor pelayanan dengan
1862 kepala keluarga. Jarak yang ditempuh dari jemaat
ke pusat kota, kurang lebih 3 menit dengan
menggunakan jasa angkutan darat yaitu sepeda motor
dan mobil. Aset- aset yang dimiliki oleh jemaat Dobo
adalah surat-surat berharga, barang-barang yang
bergerak (perabot-perabot perlengkapan kantor,
kendaraan bermotor, invertaris gereja) dan barang-
barang yang tidak bergerak (gedung gereja, kantor,
gedung serbaguna, gedung pastori, tanah dan kebun
jemaat).
Jemaat Marbali
Jemaat Marbali berada di pinggiran kota,
memiliki tiga sektor pelayanan dengan 256 kepala
keluarga. Jarak tempuh dari jemaat ke pusat kota
Dobo, kurang lebih 5 menit dengan menggunakan
36
angkutan darat yaitu sepeda motor dan mobil. Aset-
aset yang dimiliki oleh jemaat Marbali berupa surat-
surat berharga, barang-barang yang bergerak (perabot,
perlengkapan kantor, kendaraan bermotor) dan barang-
barang yang tidak bergerak (gedung gereja, kantor,
gedung pastori, tanah, kebun jemaat, tempat kost dan
sekolah PAUD).
Jemaat Wangel
Jemaat Wangel berada di pinggiran kota, memiliki
tiga sektor pelayanan dengan 125 kepala keluarga.
Jarak yang ditempuh untuk tiba di pusat kota Dobo,
kurang lebih 15 menit dengan menggunakan
transportasi darat yaitu sepeda motor dan mobil. Aset-
aset yang dimiliki oleh jemaat Wangel antara lain,
surat-surat berharga, kendaraan bermotor, gedung
gereja, gedung pastori, tempat kost, tanah, kebun
jemaat dan tempat wisata “Kora Ever”.
Jemaat Lamerang
Jemaat Lamerang berada di pinggiran kota Dobo,
dengan dua sektor pelayanan dan 75 kepala keluarga.
37
Jarak yang ditempuh untuk tiba kota Dobo, kurang
lebih 30 menit dengan menggunakan transportasi laut.
Aset-aset yang dimiliki oleh jemaat Lamerang yaitu
gedung gereja, gedung pastori, tanah dan kebun
jemaat.
Jemaat Jabulenga
Jemaat Jabulenga berada jauh dari pusat kota
Dobo, dengan dua sektor pelayanan dan 102 kepala
keluarga. Jarak yang ditempuh untuk tiba di pusat
kota, kurang lebih 35 menit dengan menggunakan
transportasi laut (speedboat). Aset-aset yang dimiliki
oleh jemaat Jabulenga berupa gedung gereja, gedung
pastori dan kebun jemaat.
Jemaat Tungu
Jemaat Tungu merupakan jemaat yang jauh dari
pusat kota Dobo. Jemaat Tungu memiliki satu sektor
pelayanan dengan jumlah 60 kepala keluarga. Untuk
tiba di pusat kota Dobo, membutuhkan waktu 40 menit
dengan menggunakan transportasi laut (speed boat).
38
Aset-aset yang dimiliki seperti gedung gereja, gedung
pastori, tanah dan kebun jemaat.
4.2. Pendayagunaan Aset-aset Gereja bagi
Pengembangan Ekonomi Jemaat
Gereja dalam pengembangan ekonomi jemaat,
berperan sebagai alat untuk melayani warga gereja
dengan memberdayakan keahlian, keterampilan dan
memanfaatkan potensi alam untuk kesejahteraan
warga gereja. Maka dari itu, aset-aset yang dimiliki
gereja dikelola untuk pengembangan ekonomi.
Sehingga bukan saja kebutuhan gereja sebagai
organisasi terpenuhi, tetapi kesejahteraan warga gereja
terpelihara.
Tabel dibawah ini, menunjukkan seperti apa
pendayagunaan aset gereja bagi pengembangan
ekonomi jemaat yang dimiliki oleh masing-masing
jemaat GPM yang menjadi obyek penelitian :
39
Tabel 2. Identifikasi Aset Ruang: Gedung
Jemaat Jenis dan peruntukan Kondisi
Dobo 1 unit gedung serbaguna dengan ukuran 25 m x 17 m di sewakan dengan biaya Rp. 3.000.000
Baik, usia 8 tahun, dikelola Majelis Jemaat
Marbali
1 unit tempat kost (5 kamar), disewakan dengan biaya Rp.500,000 per bulan dikelola oleh seorang warga Jemaat, dibawah pengawasan Pendeta.
Baik, usia 5 tahun, dikelola Majelis Gereja
1 unit sekolah PAUD Sumber
Kasih(3 kelas) digunakan untuk proses belajar
Baik, usia 3
tahun, dikelola oleh Pemerintah
Wangel
1 unit tempat kost dengan 7 kamar (6 kamar sudah ditempati
sedangkan 1 kamar masih kosong) disewakan dengan biaya Rp.400,000 per bulan yang dikelola oleh warga gereja dan dibawah pengawasan pendeta
Baik, dengan usia 3 tahun,
dikelola Majelis Gereja
Lamerang Tidak ada Tidak ada
Jabulenga Tidak ada Tidak ada
Tungu Tidak ada Tidak ada
*) Selain Gereja dan pastori
Sumber data yang diolah 2016
40
Tabel 3. Identifikasi Aset Ruang: Non Gedung
Jemaat Jumlah Kondisi
Dobo Tidak ada -
Marbali
1 petak kebun jemaat berukuran 1,5 Ha, ditanami pohon kelapa (150 pohon kelapa)
75% berbuah, 10 % rusak, 15% muda. Buah yang jatuh diambil oleh Jemaat untuk konsumsi. Dikelola oleh Pendeta.
Wangel
Tempat Wisata”KoraEver” dengan ukuran kurang lebih
300 meter terdiri dari 15 bungalow (tempat santai) dengan biaya sewa Rp 25,000
75% baik dan 25% rusak. Dikelola oleh
Pendeta.
Lamerang
I petak kebun jemaat
berukuran 1,2 Ha ditanami pohon kelapa (90 pohon kelapa)
65% berbuah, 10%
rusak, 25% muda. Buah yang jatuh diambil untuk membuat kopra untuk di jual dengan harga Rp 5000-Rp 7000 per Kg. Dikelola oleh Warga Gereja.
Jabulenga
1 petak kebun jemaat berukuran 1,4 Ha di tanami kurang lebih 100 pohon kelapa
80% berbuah, 10% muda dan 10% rusak. Buah dari pohon kelapa di olah menjadi minyak kelapa untuk di jual dengan harga Rp 10.000 per botol dan
dikomsumsi oleh warga yang mengelola, Dikelola oleh Warga Gereja.
Tungu
I petak kebun jemaat dengan ukuran 1 Ha yang ditanami sekitar 80 pohon kelapa
60% baik, 25% muda dan 15% rusak. Buah yang jatuh diambil oleh warga gereja untuk kebutuhan sehari-hari. Dikelola oleh Pendeta dan Warga Gereja.
Pengelolaan kerang menjadi souvenir yang di jual dengan harga Rp 10000- Rp 50000 per souvenir dan isi kerang di buat menjadi cemilan dan di jual dengan Rp 50000 per
bungkus
90% baik dan 10% rusak. hasil penjualan sebagian untuk gereja dan sebagian untuk warga gerejayang mengelola. Dikelola oleh
Warga Gereja.
Sumber data yang diolah 2016
41
Tabel 2 dan Tabel 3 menjelaskan bahwa, jemaat
Dobo memiliki satu buah gedung serbaguna dengan
ukuran 25m x 17m yang digunakan untuk kegiatan
gerejawi dan non gerejawi. Kegiatan gerejawi tidak
dikenakan biaya sewa gedung, sedangkan kegiatan non
gerejawi dikenakan biaya sewa sebesar Rp.3.000.000
sekali pakai. Uang yang diperoleh dari biaya sewa
gedung, digunakan untuk perawatan dan perlengkapan
gedung misalnya penambahan kursi, memperbaiki yang
rusak, menggantikan warna cat, serta membayar upah
tenaga kerja dan sisanya dimasukkan ke kas gereja
untuk biaya rutin kegiatan gerejawi.
Proses pengelolaan gedung serbaguna dikerjakan
oleh warga gereja yang dipercaya untuk menjaga dan
merawat gedung, serta dibawah pengawasan pendeta
dan majelis jemaat. Selama tiga tahun terakhir ini,
terdapat surplus pendapatan dari sewa gedung
serbaguna yang digunakan untuk biaya perawatan
gedung. Selain itu, pendapatan dari sewa gedung
diberikan bagi warga gereja yang kurang mampu untuk
42
modal berjualan di pasar. Ini menunjukkan proses
pengelolaannya baik dan bermanfaat bagi
pengembangan ekonomi jemaat.
Jemaat Marbali memiliki satu unit tempat kost
(enam kamar) dengan biaya sewa Rp.500,000 per bulan
dan satu unit sekolah PAUD Sumber Kasih (tiga ruang
kelas). Biaya yang diperoleh dari sewa kost digunakan
untuk membeli perabotan kost, memperbaiki yang
rusak dan membayar upah penjaga kost. Sedangkan,
untuk sekolah PAUD adanya pembebasan uang sekolah
bagi siswa yang ekonominya lemah.
Proses pengelolaan tempat kost, diatur oleh
seorang warga gereja untuk menjaga dan
membersihkan, dibawah pengawasan pendeta dan
majelis jemaat. Sekolah PAUD proses pengelolaannya,
diatur oleh Dinas Pendidikan dan warga gereja yang
memiliki talenta untuk mengajar dan dibawah
pengawasan pemerintah.
Jemaat Marbali memiliki satu petak kebun
jemaat, berukuran 1,5 Ha yang ditanami pohon kelapa
43
dengan kondisi 75% berbuah, 10 % rusak dan 15%
masih muda. Pohon kelapa yang 75% berbuah jika
buahnya kering dan jatuh, maka akan diambil oleh
warga gereja yang melintasi area kebun tersebut, untuk
kebutuhan sehari-hari. Sisanya 15% pohon kelapa
masih muda dibiarkan dan tumbuh besar, sedangkan
10% pohon kelapa yang rusak dan tumbang karena
angin kencang dibiarkan begitu saja sampai busuk.
Hasil yang didapat dari pengelolaan tempat kost
selama tiga tahun terakhir ini, dapat mencukupi
kebutuhan pelayanan gereja dan membantu warga
gereja yang kurang mampu. Sedangkan untuk kebun
jemaat yang ditanami oleh pohon kelapa, hasil
pengelolaannya tidak masuk ke kas gereja. Hal ini
disebabkan, warga gereja tidak mengelola kebun jemaat
dengan baik. Pohon kelapa dibiarkan begitu saja dan
ketika buah kelapa jatuh langsung diambil oleh warga
gereja untuk dikomsumsi sehari-hari.
Jemaat Wangel memiliki satu unit tempat kost
(tujuah kamar) dengan biaya sewa Rp.400,000
44
perbulan. Satu unit kamar kost, dikelola oleh salah
satu warga gereja yang sekaligus bertugas sebagai
penjaga kost dan dibawah pengawasan pendeta dan
majelis jemaat. Kendala dalam pengelolaan tempat kost,
yaitu pembayaran biaya sewa tidak berjalan dengan
lancar karena sebagian penghuni belum membayar.
Akibatnya, uang yang didapat dari usaha tempat kost
tidak sesuai dengan target yang ditetapkan. Hal ini,
menyebabkan rencana pengadaan barang-barang baru,
memperbaiki bagian yang rusak serta membayar upah
penjaga kost juga tertunda.
Jemaat Wangel memiliki tempat wisata ”Kora
Ever”, dengan ukuran kurang lebih 300 meter terdiri
dari 15 bungalow (tempat santai) dengan biaya sewa
Rp.25,000. Tempat wisata “Kora Ever”, sering dipakai
oleh warga gereja yang tidak memiliki pekerjaan untuk
berjualan. Biasanya mereka berjualan di Kora Ever
pada hari minggu. Hal ini menunjukan bahwa, gereja
menyediakan peluang untuk warga gereja yang tidak
memiliki pekerjaan untuk berjualan.
45
Selanjutnya, uang yang diperoleh dari biaya
sewa tempat wisata “Kora Ever” digunakan untuk biaya
perawatan dan pemeliharan. Selain itu, hasil dari
pengelolaan tempat wisata dapat memenuhi kebutuhan
gereja dan warga gereja yang membutuhkan. Kondisi
dari tempat wisata “Kora Ever” 75% baik dan 25%
rusak karena diterjang angin kencang. Proses
pengelolaan tempat wisata, diatur oleh warga gereja
dan dibawah pengawasan pendeta dan majelis jemaat.
Pendapatan yang diperoleh dari tempat kost dan
tempat wisata “Kora Ever” selama tiga tahun terakhir
ini, dimasukkan ke kas gereja untuk kegiatan gerejawi
seperti koinonia antar jemaat dan membantu warga
gereja yang ekonominya lemah (diakonia). Sehingga,
manfaatnya bukan saja dirasakan oleh gereja tetapi
juga warga gereja.
Jemaat Lamerang memiliki kebun jemaat,
berukuran 1,2 Ha ditanami pohon kelapa kurang lebih
90 pohon kelapa dengan kondisi 65% berbuah, 10%
rusak dan 25% masih muda. Pohon kelapa yang 65%
46
berbuah, jika buahnya jatuh dan kering diambil dan
diolah menjadi kopra oleh warga gereja, dan dijual
dengan harga Rp.5,000-Rp.7,000 per Kg.
Hasil dari penjualan kopra sebagian dimasukkan
ke kas gereja dan sebagian diberikan kepada warga
gereja yang mengolah. Proses pengawasannya diatur
oleh pendeta dan majelis jemaat. Manfaat yang didapat
dari hasil penjualan kopra selama tiga tahun terakhir
ini, cukup membantu kebutuhan warga gereja yang
ekonominya masih lemah dan membantu kegiatan
gerejawi.
Jemaat Jabulenga memiliki kebun jemaat,
dengan ukuran 1,4 Ha ditanami kurang lebih 100
pohon kelapa dengan kondisi 80% berbuah, 10% muda
dan 10% rusak. Pohon kelapa yang 80% berbuah, jika
buahnya sudah kering dan jatuh diolah menjadi
minyak kelapa oleh warga gereja dan dijual dengan
harga Rp.10,000 per botol dan sisanya dikomsumsi
oleh warga gereja yang mengolah.
47
Hasil dari penjualan minyak kelapa, sebagian
dimasukkan ke kas gereja untuk pelayanan gereja dan
sebagian untuk warga gereja yang mengolah. Proses
mengolah buah kelapa menjadi minyak kelapa dibawah
pengawasan pendeta dan majelis jemaat. Pendapatan
dari hasil penjualan minyak kelapa pada tiga tahun
terakhir ini, membantu warga gereja yang ekonominya
lemah dan kegiatan gerejawi.
Jemaat Tungu memiliki kebun jemaat, dengan
ukuran 1 Ha yang ditanami sekitar 80 pohon kelapa
dengan kondisi 60% baik, 25% muda dan 15% rusak
karena diterjang angin. Pendeta dan warga gereja di
jemaat Tungu, memanfaatkan sumber daya alam
dengan mengolah kerang menjadi souvenir dijual
dengan harga Rp.10,000 – Rp.50,000 per souvenir dan
isi kerang dibuat cemilan dan dijual dengan harga
Rp.50,000 per bungkus.
Pendapatan dari penjualan souvenir dan isi
kerang, dibagi sebagian untuk warga gereja yang
mengolah dan sebagian dimasukkan ke kas gereja.
48
Proses pengawasannya diatur oleh pendeta dan majelis
jemaat. Hasil yang didapat dari proses pengelolaan
kerang menjadi souvenir pada tiga tahun belakangan
ini, membantu warga gereja yang ekonominya lemah
dan juga memenuhi kebutuhan gereja. Sehingga,
manfaatnya dirasakan oleh warga gereja dan organisasi
gereja.
4.3 Penatalayanan Aset-Aset Organisasi Gereja bagi
Pengembangan Ekonomi Jemaat
Seorang pemimpin dalam organisasi harus dapat
menjalankan empat fungsi utama manajemen, dengan
fungsi kegiatan dalam bidang perencanaan (planning),
disusul dengan kegiatan pengorganisasian (organizing),
lalu kegiatan pelaksanaan (actuating), dan diakhiri
dengan kegiatan pengawasan (controling) (bandingkan
Prodjowijono, 2008). Kewajiban melakukan empat
fungsi utama tersebut, tidak hanya menjadi tugas
seorang pemimpin (pendeta) tetapi kepada majelis
jemaat.
Seorang pemimpin dalam organisasi harus dapat,
menjalankan empat fungsi utama manajemen yaitu
49
merencanakan pekerjaan dalam organisasi, kegiatan
pengorganisasian (mengatur dana, lahan dan pekerja,
kegiatan pelaksanaan (mengerjakan pekerjaan), dan
diakhiri dengan kegiatan pengawasan (mengontrol
pekerjaan dan hasil usaha).
Kewajiban melakukan empat fungsi utama
tersebut, tidak hanya menjadi tugas seorang pemimpin
(pendeta) tapi juga harus diterapkan kepada majelis
jemaat maupun warga gereja didalam organisasi.
Berikut ini, tabel pembagian peran dalam
pendayagunaan aset-aset gereja:
50
Tabel 4. Pembagian peran dalam pendayagunaan aset gereja Penata-
layanan aset
Peran
Pendeta Majelis Warga Gereja Pihak lain:
Planning
Penatalayanan gedung:
Mengambil keputusan operasional dalam perencanaan pemanfaatan gedung (kasus di jemaat Dobo, Marbali dan
Wangel)
Penatalayanan Gedung:
Sidang MJ mengambil keputusan strategis atau jangka menengah dan panjang dalam perencanaan pemanfaatan
gedung (kasus di jemaat Dobo, Marbali & Wangel)
Penatalayanan Gedung:
Pemerintah: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang merencanakan program
pendidikan sekaligus pengelolaan gedungnya (kasus di jemaat Marbali)
Penatalayanan non gedung: a. Kebun jemaat: untuk
menambah pohon kelapa (kasus di jemaat Marbali,
Wangel, Lamerang, Jabulenga dan Tungu)
b. Tempat wisata: membuat rencana
operasional fasilitas tempat wisata (misalnya rencana detil penambahan bungalow atau tempat santai) (kasus
di jemaat Wangel)
Penatalayanan non gedung: a. Kebun jemaat: majelis
berperan mengambil keputusan strategis atau
jangka menengah dan panjang dalam perencanaan pemanfaatan kebun Jemaat (kasus di jemaat Marbali,
Wangel,Lamerang, Jabulenga dan Tungu)
b. Tempat wisata: majelis berperan mengambil
keputusan strategis atau jangka menengah dan panjang dalam perencanaan pemanfaatan tempat wisata
(kasus di jemaat Wangel)
Organizing
Penatalayanan gedung: Menyetujui biaya yang akan
dikeluarkan untuk perbaikan gedung (kasus di jemaat Dobo, Marbali dan Wangel)
Penatalayanan gedung: mengeluarkan biaya untuk
memperbaiki gedung serta membayar upah pekerja (kasus di jemaat Dobo, Marbali dan Wangel)
Penatalayanan gedung: Menerima upah dari
hasil menjaga dan membersihkan gedung dan tempat kost (kasus di jemaat Dobo,
Marbali dan Wangel)
51
Lanjutan Tabel 4. Pembagian peran dalam pendayagunaan aset gereja Penata-
layanan aset
Peran
Pendeta Majelis Warga Gereja Pihak lain:
Penatalayan non Gedung:
mengatur jadwal kegiatan pembersihan kebun jemaat dan tempat wisata (di jemaat Marbali, Wangel, Lamerang, Jabulenga
dan Tungu)
Penatalayana non gedung:
meneruskan jadwal kegiatan pembersihan lahan dan tempat wisata kepada warga gereja ( di jemaat Marbali, Wangel,
Lamerang, Jabulenga dan Tungu)
Penatalayan non
gedung: Menerima hasil dari usaha mengolah lahan kebun jemaat (di jemaat Marbali, Wangel,
Lamerang, Jabulenga dan Tungu) dan tempat wisata (di jemaat Wangel)
Actuating
Penatalayanan gedung: membantu warga gereja membersihkan gedung (kasus di
jemaat Dobo, Marbali dan Wangel)
Penatalayanan gedung: membantu warga gereja membersihkan gedung (kasus di
jemaat Dobo, Marbali dan Wangel)
Penatalayanan gedung: (1) Tenaga kerja harian
yang diupah untuk
merawat membersihkan gedung yang pemanfaatannya
dikelola Gereja. (2) Sukarelawan
membantu mengerjakan
kebersihan gedung yang pemanfaatannya dikelola Gereja.
(kasus di jemaat Dobo, Marbali dan Wangel)
Penatalayanan gedung: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
menyelenggarakan program pendidikan sekaligus mengeloala gedungnya (kasus di Jemaat Marbali)
Penatalayanan non gedung:
membantu warga gereja untuk membersihkan kebun jemaat (kasus di jemaat Marbali, Wangel,
Penatalayanan non gedung:
membantu warga gereja untuk membesihkan kebun jemaat (kasus di jemaat Marbali, Wangel,
Membersihkan kebun
jemaat serta mengolah buah kelapa menjadi minyak dan kopra
52
Lanjutan Tabel 4. Pembagian peran dalam pendayagunaan aset gereja
Penata-layanan
aset
Peran
Pendeta Majelis Warga gereja Pihak lain:
Lamerang, Jabulenga dan
Tungu) dan tempat wisata (kasus di jemaat Wangel)
Lamerang, Jabulenga dan
Tungu)
(kasus di jemaat Marbali,
Wangel, Lamerang, Jabulenga dan Tungu)
Mengolah kerang menjadi
souvenir (kasus di jemaat Tungu)
Berjualan di tempat wisata
setiap hari minggu (kasus di jemaat Wangel)
Controling
Penatalayanan gedung: Mengawasi (kasus di jemaat
Dobo, Marbali dan Wangel)
Penatalayanan gedung: mengawasi dan mengontrol
(kasus di jemaat Dobo, Marbali dan Wangel)
Melakukan pembersihan ketika gedung sudah mulai kotor
(kasus di jemaat Dobo, Marbali dan Wangel)
Penatalayan non gedung: Melakukan pengawasan dan mengetahui hasil usaha
yang di peroleh (kasus di jemaat Marbali, Wangel, Lamerang, Jabulenga dan Tungu)
Penatalayan non gedung: mengawasi pekerjaan dan mengetahui hasil usaha yang
diperoleh (kasus di jemaat Marbali, Wangel, Lamerang, Jabulenga dan Tungu)
Mengontrol pekerjaan (kasus di jemaat Marbali, Wangel, Jemaat Lamerang, Jabulenga dan jemaat
Tungu)
Sumber data yang diolah 2016
53
Tabel 4, menjelaskan peran pendeta, majelis
jemaat, warga gereja dan pihak pemerintah untuk
pendayagunaan aset gereja demi pengembangan
ekonomi jemaat dilihat dari empat fungsi manajemen
yaitu planning, organizing, controlling dan actuating.
Fungsi planning, peran pendeta untuk aset
gedung (gedung serbaguna dan tempat kost), yaitu
mengambil keputusan operasional (kasus di jemaat
Dobo, jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Aset non
gedung (kebun jemaat dan tempat wisata “Kora Ever”),
seperti kebun jemaat adanya penambahan penanaman
pohon kelapa (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel,
jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu)
dan tempat wisata “Kora Ever” yaitu membuat rencana
operasional fasilitas tempat wisata (misalnya rencana
detil penambahan bungalow atau tempat santai) (kasus
di jemaat Wangel).
Majelis jemaat berperan, sebagai pengambilan
keputusan strategi jangka menengah dan panjang
dalam perencanaan pemanfaatan penatalayanan aset
54
gedung (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan
jemaat Wangel). Aset non gedung (kebun jemaat),
majelis berperan mengambil keputusan strategis jangka
menengah dan panjang dalam perencanaan
pemanfaatan kebun jemaat (kasus di jemaat Marbali,
jemaat Wangel, jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga
dan jemaat Tungu). Tempat wisata “Kora Ever”, majelis
berperan sebagai perencanaan pemanfaatan tempat
wisata (kasus di jemaat Wangel).
Pihak lain dalam hal ini, Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan untuk aset gedung, berperan
merencanakan program pendidikan Sekolah PAUD
Sumber Kasih sekaligus pengelolaan gedungnya (kasus
di jemaat Marbali).
Fungsi organizing, peran pendeta untuk aset
gedung, yaitu menyetujui biaya yang akan dikeluarkan
untuk perbaikan gedung serbaguna dan tempat kost
(kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan jemaat
Wangel). Aset non gedung, pendeta mengatur jadwal
kegiatan pembersihan kebun jemaat (kasus di jemaat
55
Marbali, jemaat Wangel, jemaat Lamerang, jemaat
Jabulenga dan jemaat Tungu) dan tempat wisata “Kora
Ever” (kasus di jemaat Wangel).
fungsi organizing, peran majelis jemaat untuk
aset gedung, yaitu mengeluarkan biaya untuk
memperbaiki gedung serta membayar upah pekerja
(kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan jemaat
Wangel). Aset non gedung, majelis jemaat berperan
untuk meneruskan jadwal kegiatan pembersihan lahan
kebun jemaat (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel,
jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu)
dan jadwal pembersihan tempat wisata (kasus di jemaat
Wangel).
Peran warga gereja untuk aset gedung, yaitu
menerima upah dari hasil menjaga dan membersihkan
gedung dan tempat kost (kasus di jemaat Dobo, jemaat
Marbali dan jemaat Wangel). Aset non gedung, warga
gereja menerima hasil dari usaha mengolah lahan
kebun jemaat membuat buah kelapa menjadi kopra dan
minyak (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel,
56
jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu)
dan tempat wisata “Kora Ever” (kasus di jemaat
Wangel).
Fungsi actuating, peran pendeta untuk aset
gedung (gedung serbaguna dan tempat kost), yaitu
membantu warga gereja membersihkan gedung
serbaguna dan tempat kost (kasus di jemaat Dobo,
jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Aset non gedung,
pendeta membantu warga gereja untuk membersihkan
kebun jemaat (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel,
jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu)
dan tempat wisata “Kora Ever” (kasus di jemaat
Wangel).
Fungsi actuating, peran majelis jemaat untuk aset
gedung (gedung serbaguna dan tempat kost),
membantu warga gereja membersihkan gedung
serbaguna dan tempat kost (kasus di jemaat Dobo,
jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Peran majelis
jemaat untuk aset non gedung, yaitu membantu warga
gereja untuk membesihkan kebun jemaat (kasus di
57
jemaat Marbali, jemaat Wangel, jemaat Lamerang,
jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu) dan
membersihkan tempat wisata “Kora Ever” (kasus di
jemaat Wangel).
Fungsi actuating, peran warga gereja untuk aset
gedung (gedung serbaguna dan tempat kost), yaitu (a)
tenaga kerja harian yang diupah untuk merawat
membersihkan gedung yang pemanfaatannya dikelola
gereja, (b) sukarelawan membantu mengerjakan
kebersihan gedung yang pemanfaatannya dikelola
gereja. (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan
jemaat Wangel). Aset non gedung, warga gereja
berperan sebagai (a) membersihkan kebun jemaat serta
mengolah buah kelapa menjadi minyak dan kopra
(kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel, jemaat
Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu), (b)
mengolah kerang menjadi souvenir (jemaat Tungu), (c)
berjualan di tempat wisata setiap hari minggu (kasus di
jemaat Wangel).
58
Fungsi actuating, peran Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan untuk aset gedung (sekolah PAUD Sumber
Kasih), yaitu menyelenggarakan program pendidikan
sekaligus mengelola gedungnya (kasus di jemaat
Marbali).
fungsi controlling, peran pendeta untuk aset
gedung (gedung serbaguna dan tempat kost), yaitu
mengawasi (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan
jemaat Wangel). Aset non gedung (kebun jemaat dan
tempat wisata”Kora Ever”), yaitu melakukan
pengawasan dan mengetahui hasil usaha yang
diperoleh (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel,
jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat
Tungu).
Peran majelis jemaat untuk aset gedung (gedung
serbaguna dan tempat kost), yaitu mengawasi dan
mengontrol (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan
jemaat Wangel). Aset non gedung (kebun jemaat dan
tempat wisata “Kora Ever”), yaitu mengawasi pekerjaan
dan mengetahui hasil usaha yang diperoleh dari
59
penjualan di tempat wisata, minyak kelapa dan kopra
(kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel, jemaat
Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu).
Peran warga gereja untuk aset gedung, yaitu
melakukan pembersihan ketika gedung serbaguna dan
tempat kost sudah mulai kotor (kasus di jemaat Dobo,
jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Aset non gedung
(kebun jemaat dan tempat wisata “Kora Ever”), yaitu
mengontrol pekerjaan yang dikerjakan misalnya
berjualan di tempat wisata “Kora Ever”, proses
pembuatan buah kelapa menjadi minyak dan kopra
(kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel, jemaat
Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu).
Fakta yang ada di Klasis Pulau – Pulau Aru pada
enam jemaat yang menjadi objek penelitian, bahwa
pendayagunaan aset mulai dari perencanaan sampai
evaluasi dilakukan oleh majelis jemaat sebagai
pengambil keputusan. Keputusan disahkan dan
diberlakukan pada saat sidang jemaat terlaksana yang
dihadiri oleh berbagai utusan dari organisasi gereja
60
seperti pendeta, penatua, diaken, warga gereja,
pelayanan perempuan, pelayanan pria, angkatan muda
dan sekolah minggu tunas pekabaran injil. Segala
keputusan yang berkaitan dengan pendayagunaan
aset-aset gereja disemua jemaat ditetapkan dan
dilakukan secara bersama oleh majelis jemaat maupun
warga gereja.
Mengerjakan aset-aset, setiap orang telah
ditunjuk dalam kelompok untuk menjadi ketua
maupun secara perorangan yang diberikan tanggung
jawab untuk mengatur, mengerjakan dan
mengorganisir aset-aset yang dilakukan. Kalau yang
mengolah hanya perorangan maka itu juga akan
diawasi oleh pihak majelis jemaat, sehingga pekerjaan
itu akan tetap ada dalam pengawasan. Pengawasan
terhadap pekerjaan dilakukan oleh majelis jemaat
tetapi intinya kepada orang yang menduduki jabatan
struktural dalam badan majelis jemaat yaitu seksi
finansial dan keuangan serta seksi kerumahtanggaan
dan dikoordinir oleh pendeta.
61
Pendeta sangat berperan, dalam membangun
hubungan kerjasama yang baik antara majelis dan
warga gereja dalam memanfaatkan aset-aset gereja.
Hendriks (2002), berpendapat bahwa kepemimpinan
yang menggairahkan adalah kepemimpinan yang
bertujuan untuk mendukung orang atau group dalam
mengembangkan dan menolongnya dalam melakukan
tugasnya.
Berikut ini, pola organisasi GPM tingkat jemaat
dan keputusan rencana pemanfaatan aset gereja:
62
Gambar 1. Pola Organisasi GPM Tingkat Jemaat dan
Keputusan Rencana Pemanfaatan Aset Gereja
Keterangan :
Garis komando
Garis staf
Garis koordinasi
a) Sidang jemaat berkedudukan sebagai lembaga
pengambilan keputusan tertinggi ditingkat jemaat
sekaligus menetapkan rencana pemanfaatan aset
gereja.
Sidang jemaat
Majelis jemaat
jemaat
Seksi
Sektor
Unit
PHMJ Badan pelayanan
Sekretariat
Planning dan
Contoling
Organizing dan
controling
Actuating
63
b) Majelis Jemaat merupakan pimpinan jemaat dan
berkedudukan sebagai perangkat pelaksana
persidangan jemaat sekaligus menyusun rencana
pengelolaan aset gereja, mengorganisir pekerjaan,
mengawasi pelaksanaan kegiatan dan mengatur
hasilnya.
c) Pimpinan Harian Majelis Jemaat berkedudukan
sebagai badan pelaksana sehari-hari
kepemimpinan majelis jemaat.
d) Seksi Pelayanan berkedudukan sebagai
perangkat kepengurusan majelis jemaat dalam
melaksanakan program pelayanan jemaat.
e) Badan pelayanan khusus berkedudukan sebagai
perangkat kepengurusan majelis jemaat dalam
melaksanakan program pelayanan khusus
jemaat.
f) Sekretariat Jemaat berkedudukan sebagai
perangkat pelaksana kegiatan kepemimpinan
sehari-hari majelis jemaat.
64
g) Sektor Pelayanan berkedudukan sebagai
perangkat kepengurusan jemaat dibawah majelis
jemaat, dan merupakan bagian dalam pelayanan
jemaat yang terdiri dari beberapa Unit pelayanan.
h) Unit Pelayanan berkedudukan sebagai perangkat
kepengurusan jemaat dibawah koordinasi sektor
pelayanan dan merupakan bagian dalam sektor
pelayanan yang terdiri dari beberapa keluarga.
Warga gereja yang berada diunit pelayanan
bersama-sama melaksanakan rencana
pengelolaan aset gereja.
4.4 Manfaat Penatalayanan Aset Gereja bagi
Pengembangan Ekonomi Jemaat
Pengelolaan aset-aset gereja yang baik akan
memberikan manfaat bagi pengembangan ekonomi
warga gereja. Berikut ini, tabel manfaat dari
pendayagunaan aset-aset gereja bagi pengembangan
ekonomi jemaat:
65
Tabel 5. Manfaat Pendayagunaan Aset-aset Gereja bagi pengembangan ekonomi jemaat
Jenis Aset Dan Operasional Level Organisasi Gereja Level Warga Greja
Uang Non Material Material
Gedung Serbaguna (Jemaat Dobo)
Jasa
Tempat
Kegiatan sosial dan comersial
Tersedianya dana untuk perawatan gedung serbaguna (membeli kursi dan mengganti
warna cat),membantu ibu-ibu janda dan membayar tanggungan koster
Tersedianya modal bagi ibu-ibu untuk berjualan dipasar
Belum ada tempat berjualan bagi
ibu-ibu.
Tempat kegiatan
Tempat Kost (Jemaat Marbali dan Wangel)
Jasa
Tempat tinggal
Pemasukkan bagi kas gereja sebesar 10 % untuk pelayanan dan sisanya untuk perawatan tempat kost
Tersedianya dana yang akan dibayar kepada penjaga kost.
Belum adanya perawatan yang maksimal untuk tempat
kost.
Tersedianya tempat tinggal yang disewa oleh warga
gereja
Tempat wisata (Jemaat Wangel)
Jasa
Hiburan
Hasil yang di dapat
dimasukkan ke kas gereja sebesar 30%
Tersedianya biaya
hidup sehari-hari
Kesempatan
kerja bagi warga gereja
Tempat kegiatan
pada weekend
Kebun jemaat (Jemaat Marbali,
Lamerang, Jabulenga dan Tungu)
Jasa
Tempat
Hasil penjualan dari kebun
jemaat di masukkan ke kas gereja untuk pelayanan
Membantu warga
gereja yang ekonominya lemah untuk biaya hidup sehari-hari
Adanya bahan
kelapa untuk diproduksi menjadi kopra dan minyak
kelapa
Tersedianya
lahan untuk menanam pohon kelapa
Pengolahan Kerang (Jemaat
Tungu)
Jasa
Tenaga
Hasil penjualannya dibagi
30% kepada gereja dan dimasukkan ke kas gereja
Membantu warga
gereja yang ekonominya lemah untuk biaya hidup sehari-hari
Adanya bahan
untuk produk olahan kerang
Tersedianya
tambak kerang untuk diproduksi
Sumber data yang diolah 2016
66
Tabel 5 menjelaskan bahwa manfaat aset gedung
bagi organisasi gereja yaitu:
a) Tersedianya dana untuk perawatan gedung
serbaguna seperti membeli kursi dan
mengganti warna cat dan membantu ibu-ibu
janda dan membayar tanggungan koster
(kasus di jemaat Dobo).
b) Pemasukkan bagi kas gereja sebesar 10 %
untuk pelayanan dan sisanya untuk
perawatan tempat kost (kasus di jemaat
Marbali dan jemaat Wangel).
c) Pemasukkan bagi kas gereja sebesar
dimasukkan ke kas greja sebesar 30% dari
hasil pengelolaan tempat wisata “Kora Ever”
(kasus di jemaat Wangel).
d) Hasil penjualan dari kebun jemaat
dimasukkan ke kas gereja untuk pelayanan
gereja (kasus di jemaat Marbali, Lamerang,
Jabulenga dan Tungu).
67
e) Hasil penjualan souvenir dibagi 30% kepada
gereja dan dimasukkan ke kas gereja (kasus di
jemaat Tungu).
f) Memberikan kesempatan kerja kepada warga
gereja.
Manfaat pendayagunaan aset- aset bagi warga
gereja yaitu:
a) Tersedianya modal bagi ibu-ibu untuk
berjualan di pasar (kasus di jemaat Dobo).
b) Tersedianya dana yang akan dibayar kepada
penjaga kost dan tersedianya tempat tinggal
yang disewa oleh warga gereja (kasus di
jemaat Marbali dan jemaat Wangel).
c) Tersedianya biaya hidup sehari-hari,
kesempatan kerja bagi warga gereja yang tidak
ada pekerjaan dan adanya tempat wisata pada
setiap hari minggu (kasus di jemaat Wangel).
d) Membantu warga gereja yang ekonominya
lemah untuk biaya hidup sehari-hari,
tersedianya lahan untuk menanam pohon
68
kelapa dan adanya bahan kelapa untuk
diproduksi menjadi kopra dan minyak kelapa
(kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel,
jemaat Lamerang, jemat Jabulenga dan jemaat
Tungu).
e) Tersedianya tambak kerang untuk diproduksi
dan adanya bahan untuk produk olahan
kerang (kasus di jemaat Tungu).
Aset – aset yang dimiliki oleh gereja merupakan
titipan Tuhan yang perlu dikelola. Oleh sebab itu,
pendeta, majelis jemaat dan warga gereja harus
bersama-sama berpartisipasi untuk mengelola dan
memanfaatkan aset-aset yang ada untuk kesejahteraan
warga gereja. Sehingga, gereja dapat memberdayakan
talenta yang dimiliki oleh warga gereja (bandingkan
Kurniadi 2004).
Berhasil dan tidaknya dalam pendayagunaan
aset-aset gereja bagi pengembangan ekonomi jemaat,
bukan hanya peran pendeta dan majelis jemaat tapi
69
juga peran warga gereja yang ingin bersama-sama
dengan pendeta memberdayakan potensi dan talenta.
Gereja dalam mengembangkan ekonomi warga
gereja, berarti gereja melihat kemampuan ekonomi yang
dimiliki oleh warga gereja. Misalnya, memberikan
pendidikan, pelatihan dan modal kepada warga gereja
untuk mengolah aset yang dimiliki untuk kesejahteraan
warga gereja, karena bukan hanya rohani yang harus
dimiliki oleh warga gereja tapi juga jasmaninya warga
gereja (bandingkan Wiryotenoyo 2011).
Manfaat pendayagunaan aset-aset gereja bagi
organisasi gereja adalah (a) gereja telah melakukan
tugas dan tanggung jawab terhadap aset dan warga
gereja, (b) gereja memanfaatkan aset-aset yang ada
untuk dikelola. Manfaat bagi warga gereja adalah
(a) kesempatan kerja, (b) kesempatan untuk berusaha,
(c) memperoleh pendapatan berupa barang maupun
uang, (d) kesempatan warga gereja untuk berpartisipasi
mengelola aset-aset gereja.
70
4.5 Model Penatalayanan Aset-aset gereja
Keberhasilan gereja dalam memanfaatkan aset-
aset, akan membantu warga gereja dalam
pengembangan ekonomi. Sehingga, warga gereja
terlayani baik secara rohani maupun jasmani. Gereja
bukan hanya memberitakan firman kepada warga
gereja, tapi gereja membangun relasi dan bekerjasama
dengan pihak pemerintah untuk memberikan modal
serta pelatihan kepada warga gereja.
Gereja memanfaatkan aset-aset gereja yang ada
untuk pemgembangan ekonomi warga gereja, sehingga
gereja tidak mengharapkan persembahan atau donatur
tetapi gereja juga memberikan kesempatan kepada
warga gereja untuk mengembangkan talenta yang
dimiliki (bandingkan Yohanes 2011).
Gereja memiliki aset berupa surat-surat
berharga, barang-barang yang bergerak (perabot-
perabot perlengkapan kantor, kendaraan bermotor,
invertaris gereja) dan barang-barang yang tidak
bergerak (bangunan-bangunan gereja, kantor, gedung,
71
bangunan pastori, tanah dan kebun jemaat, tempat
kost, tempat wisata) yang dapat digunakan untuk
pelayanan gereja dan pengembangan ekonomi warga
gereja.
Gereja mengolah aset-aset yang tersedia maka
gereja telah melakukan tujuan dari pendayagunaan
aset-aset gereja dalam pengembangan ekonomi jemaat
(bandingkan Calvin,1996). Berikut ini adalah gambaran
dari penggunaan dan dampak pendayagunaan aset-aset
gereja bagi pengembangan ekonomi jemaat (tabel 6).
Tabel 6 dibawah ini, menunjukkan bahwa:
a) Semua aset yang dimiliki oleh gereja telah
didayagunakan, hanya saja semuanya
belum optimal.
b) Pemanfaatan aset telah pada
kebijaksanaan perjabat gereja pada waktu
itu, dan tidak semuanya melalui
perencanaan.
c) Belum ada panduan manajemen aset
gereja.
72
Tabel 6. Penggunaan Dan Dampak Pendayagunaan Aset-Aset Gereja bagi Pengembangan Ekonomi Jemaat
No
Aset Penggunaan Dampak
1
Gereja
Gedung serbaguna
(Jemaat Dobo)
- Gedung serbaguna digunakan untuk
kegiatan gerejawi maupun di sewakan untuk acara-acara lainnya
Gereja tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk membayar sewa gedung
Sekolah PAUD (Jemaat Marbali)
Sekolah PAUD digunakan untuk proses belajar anak-anak
Memngembangkan potensi warga gereja untuk mengajar
Tempat kost (jemaat Marbali dan jemaat Wangel)
Tempat kost di sewakan kepada warga gereja yang belum memiliki tempat tinggal
Gereja telah membantu warga gereja untuk memperoleh tempat tinggal walaupun hanya sementara
Tempat wisata ”Kora Ever” (Jemaat Wangel)
Tempat wisata” Kora Ever” di gunakan untuk tempat rekreasi setiap hari minggu
Gereja menyediakan tempat refresing bagi warga gereja
Kebun jemaat (Jemaat Marbali, Lamerang, Jabulenga, dan Jemaat Tungu)
Kebun jemaat di kelola warga gereja untuk kebutuhan sehari- hari maupun usaha minyak kelapa dan kopra
Gereja memberikan kesempatan kerja kepada warga gereja yang di berikan kepercayaan warga gereja untuk mengolah buah kelapa menjadi minyak dan kopra.
2 Warga gereja Aset tak berwujud
atau aset intelektual
Aset intelektual berupa: ide-ide dari warga gereja yang
dituliskan dalam suatu konsep dan praktek yang akan menghasilkan nilai.
Warga gereja diberikan kesempatan untuk berpartisipasi memberikan ide-
ide yang cemerlang demi membangun gereja maupun warga gereja.
Sumber data yang diolah 2016
73
Tabel 6 menjelaskan bahwa, penggunaan aset
gedung digunakan untuk kegiatan gerejawi maupun
acara-acara lainnya (acara pernikahan dan acara
PEMDA). Tempat kost, digunakan untuk membantu
warga gereja yang belum memiliki tempat tinggal.
Tempat wisata, digunakan untuk kegiatan rekreasi
pada hari minggu. Kebun jemaat digunakan untuk
membantu kebutuhan warga gereja, usaha minyak
kelapa dan kopra. Warga gereja diberikan kesempatan
untuk berpartisipasi memberikan ide-ide yang
cemerlang demi membangun gereja maupun warga
gereja.
Dengan demikian dapat dibangun model
pendayagunaan aset gereja untuk pengembangan
ekonomi jemaat sebagai berikut. Komponen-komponen
utama model tersebut terdiri dari:
a) Aktor : majelis jemaat, warga gereja, komisi
finek dan dinas pendidikan.
b) Jalur aktivitas : majelis jemaat melakukan
perencanaan untuk melaksanaan program
74
kepada warga gereja untuk menghasilkan
dampak.
c) Jalur dampak : organisasi gereja tetap
bertahan dan kebutuhan warga gereja
terpenuhi.
75
Gambar 2 Model Dampak dari Suatu Program
Jalur Aktivitas Jalur Dampak Aktor
Pelaksanaan /
opreasionalisasi
program kerja
Outcome Dana untuk PEJ dan gereja
Perawatan iman
Dampak
agregat
Dampak
kelangsungan
Output
Program kerja
Operasional
Perencanaan :
Pengambilan keputusan – perencanaan
program pemanfaatan asset gereja
Identifikasi aset
dan pemanfaatan
Perawatan iman:
Organisasi gereja tetap bertahan
Kebutuhan Warga gereja terpenuhi
Organisasi gereja berlangsung
lancar dan berkecukupan
Pengembangan ekonomi jemaat berlangsung:
- Wajib belajar minimal 9 thn terpenuhi
- Warga gereja dengan ekonomi
lemah dimampukan dan terawat
Jasa
Barang
Uang
Kesempatan kerja
hasil bumi
Kegiatan Gerejawi
Tersedianya kegiatan untuk
memenuhi permintaan jasa
Berlangsungnya kegiatan
produktif untuk mengolah kebun
jemaat
Berlangsungnya kegiatan
produktif untuk mengolah hasil
Rencana Kegiatan
Pengorganisasian (Pembagian
Tugas)
Jadwal dan Anggaran
Gedung Gereja
Tempat Kost
Kebun Jemaat
Tempat Wisata
Pengelolaan Kerang
Majelis jemaat
Majelis jemaat
Warga gereja
Warga gereja
Warga gereja
Komisi Finek
Warga gereja
Dinas Pendidikan
Warga gereja
76
Model diatas dijelaskan bahwa program
pendayagunaan aset gereja, dilihat dari tiga aspek yaitu
jalur aktivitas, jalur dampak dan aktor. Jalur aktivitas
menggambarkan bahwa dalam pendayagunaan aset
gereja pentingnya dilakukan perencanaan, program
kerja, pelaksanaan program kerja, output, outcome,
dampak kelangsungan dan dampak agregat untuk
pengembangan ekonomi jemaat yang telah disusun dan
disepakati oleh majelis jemaat.
Jalur dampak menjelaskan bahwa, perencanaan
untuk aset gedung tersedianya tempat kegiatan baik
kegiatan gerejawi maupun kegiatan warga gereja.
Tempat kost dan tempat wisata, tersedianya kegiatan
untuk memenuhi permintaan jasa baik untuk tempat
tinggal maupun tempat rekreasi bagi warga gereja.
Kebun jemaat, akan berlangsungnya kegiatan produktif
untuk mengolah buah kelapa menjadi minyak dan
kopra. Pengelolaan kerang, berlangsungnya kegiatan
produktif, untuk mengolah kerang menjadi souvenir
maupun cemilan. Sehingga, tersedianya dana
77
pengembangan ekonomi jemaat bagi gereja maupun
warga gereja dan organisasi gereja tetap bertahan serta
kebutuhan warga gereja terpenuhi.
Aktor dalam model dampak dari suatu program
untuk pengembangan ekonomi jemaat adalah majelis
jemaat, komisi finek, warga gereja dan pihak
pemerintah (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan) yang
secara bersama-sama melaksanakan program yang
telah disepakati untuk membuat sebuah perubahan
dalam jemaat.
Gereja dengan sistem presbiterial sinodal, warga
gereja berperan melaksanakan program, mengatur,
menatalayani aset-aset yang dimiliki dan pengambilan
keputusan. Majelis jemaat berperan sebagai
pengambilan keputusan dan melaksanakan program.
Pendeta berperan sebagai pelayan. Pihak pemerintah
merupakan mitra sekerja gereja yang membantu gereja
untuk pengembangan ekonomi jemaat. Sehingga warga
gereja adalah penerima manfaat dari penatalayanan
aset gereja. Manfaatnya berupa pekerjaan dan hasil.