BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4%...
Transcript of BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4%...
![Page 1: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4% Usia ≤ 19 tahun 49 37,7% 20-29 tahun 53 40,8% 30-39 ... menunjukan bahwa keseluruhan](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022013100/6090af07b57d19390723be1c/html5/thumbnails/1.jpg)
79
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh melalui penyebaran
kuisioner kepada para pegawai di Pasar Modern Laris Ambarawa diperoleh
karakteristik responden meliputi nama, bagian, umur, jenis kelamin,
pendidikan, lama bekerja, gaji perbulan dan suku bangsa. Adanya
karakteristik responden, dilakukan untuk mengetahui dan memahami
perilaku responden dalam kaitannya dengan resolusi konflik, komitmen
organisasi, otonomi tugas dan kepuasan kerja.
Tabel 4.1
Karakteristik Responden
Karakteristik Kategori Jumlah Responden Prosentase
Bagian Pramuniaga lantai satu
Supermarket 29 22,3%
Pramuniaga lantai satu
department store 22 16,9%
Helper / pembungkus 14 10,8
Merchandiser (MD) 3 2,3%
Receiver / Supervisor 5 3,8%
Administrasi 6 4,6%
Pramuniaga lantai 2
fashion 23 17,7%
Kasir 21 16,2%
Gudang 7 5,4%
Usia ≤ 19 tahun 49 37,7%
20-29 tahun 53 40,8%
30-39 tahun 23 17,7%
40-49 tahun 3 2,3%
Tidak menyebutkan 2 1,5%
Jenis Kelamin Perempuan 70 53,8%
Laki-laki 60 46,2%
Pendidikan SD 2 1,5%
![Page 2: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4% Usia ≤ 19 tahun 49 37,7% 20-29 tahun 53 40,8% 30-39 ... menunjukan bahwa keseluruhan](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022013100/6090af07b57d19390723be1c/html5/thumbnails/2.jpg)
80
SMP 26 20%
SMA 101 77,7%
S1 -
S2 -
Tidak menyebutkan 1 0,8%
Lama Bekerja < 1 tahun 62 47,6%
1 – 5 tahun 52 40%
6 – 10 tahun 4 3,1%
> 10 tahun 4 3,1%
Tidak menyebutkan 8 6,2%
Gaji perbulan < 1 juta 72 55,4%
1 – 1,5 juta 39 30%
1,6 – 2 juta 1 0,8%
Tidak menyebutkan 18 13,8
Suku Bangsa WNI 87 100%
WNA 0 0%
Sumber : data primer, 2014
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa Pasar Modern Laris Ambarawa
lebih banyak menggunakan pegawai yang usianya masih tergolong muda,
yaitu sebanyak 53 orang (40,8%). Bahkan ada 49 (37,7%) orang pegawainya
yang berusia remaja. Selanjutnya, jumlah pegawai perempuan dan laki-laki
tidak jauh berbeda, yaitu sebanyak 70 (53,8%) orang pegawai perempuan
dan 60 (46,2%) orang pegawai laki-laki. Selanjutnya, sebagian besar
pegawainya memiliki pendidikan SMA, yaitu sebanyak 101 orang (77,7%).
Selain itu, Pasar Modern Laris Ambarawa didominasi pegawai baru
yang lama bekerjanya kurang dari 1 tahun, yaitu sebanyak 62 orang (47,6%).
Hal ini tentu saja berkaitan dengan jumlah gaji yang diberikan, sehingga
sebanyak 72 (55,4%) orang pegawainya memiliki gaji dibawah Rp.
1.000.000,-.
![Page 3: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4% Usia ≤ 19 tahun 49 37,7% 20-29 tahun 53 40,8% 30-39 ... menunjukan bahwa keseluruhan](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022013100/6090af07b57d19390723be1c/html5/thumbnails/3.jpg)
81
4.2 Uji Validitas dan Reliabiltas
Sebelum melakukan teknik analisis data atas data yang telah
dikumpulkan, maka penulis melakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji
validitas ini berguna untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang
telah disusun sudah benar-benar akurat sehingga mampu mengukur variabel-
variabel dalam penelitian ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 130 orang. Syarat item valid adalah r hitung lebih besar r tabel
(Ghozali, 2006), sehingga dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.
Selanjutnya uji reliabilitas berguna untuk mengetahui sejauh mana suatu
hasil pengukuran relatif konsisten jika diulangi beberapa kali. Menurut
Ghozali (2006) instrument penelitian dikatakan valid jika nilai alpha hitung
lebih besar dari 0,600.Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen
penelitian disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Variabel Indikator r hitung
Resolusi
Konflik
X1 0,504
X2 0,086*
X3 0,239
X4 0,458
X5 0,053*
Komitmen
Organisasi
X6 0,550
X7 0,468
X8 0,601
X9 0,615
Otonomi
Tugas
X10 0,271
X11 0,523
X12 0,285
X13 0,428
X14 0,266
Kepuasan
Kerja
Y1 0,524
Y2 0,624
Y3 0,606
Y4 0,566
Y5 -0,267*
Y6 0,279*
Sumber : olah data primer, 2014
![Page 4: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4% Usia ≤ 19 tahun 49 37,7% 20-29 tahun 53 40,8% 30-39 ... menunjukan bahwa keseluruhan](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022013100/6090af07b57d19390723be1c/html5/thumbnails/4.jpg)
82
Keterangan : r tabel = 0,1449; * = item tidak valid
Tabel 4.2 menunjukan hasil pengujian validitas instrument penelitian.
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ada 4 item yang tidak valid, yaitu pada
item X2, X5, Y5 dan Y6. Item yang tidak valid ini kemudian dibuang dan di
dapat bahwa item yang lain sudah valid semua, sehingga dapat digunakan
untuk analisis lebih lanjut. Kemudian dilakukan penghitungan uji reliabilitas.
Berikut ini tabel hasil penghitungan reliabilitas:
Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel Alpha hitung Alpha Cronbach Ket
X 0,789 0.600 Reliabel
Y 0,775 0.600 Reliabel
Sumber : olah data primer, 2013
Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.3 Dari hasil
perhitungan didapat nilai keseluruhan nilai alpha instrument penelitian di
atas 0,600. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hasil uji reliabilitas
menunjukan bahwa keseluruhan pertanyaan pada kuisioner adalah reliabel
dan memenuhi persyaratan untuk digunakan untuk analisis lebih lanjut.
4.3 Statistik Deskriptif Data Penelitian
Deskripsi jawaban responden secara keseluruhan dari variabel akan
dibahas berdasarkan mean atau rata-rata, standardeviasi, minimumdan
maksimum. Statistik deskriptif dari setiap jawaban juga akan dibahas dengan
menitikberatkan pada rata-rata, dimana rata-rata tersebut akan dikategorikan
mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju untuk
mengintrepretasikan jawaban responden dari setiap pertanyaan. Jumlah
pernyataan ada 16 pernyataan dan diberikan kepada 130 sampel penelitian.
![Page 5: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4% Usia ≤ 19 tahun 49 37,7% 20-29 tahun 53 40,8% 30-39 ... menunjukan bahwa keseluruhan](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022013100/6090af07b57d19390723be1c/html5/thumbnails/5.jpg)
83
Hasil data deskriptif instrumen penelitian disajikan dalam tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.4
Data Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel Min Max Mean Standart Deviasi
Resolusi Konflik 2 5 3,95 0,56827
Komitmen Organisasi 1 5 3,38 0,68851
Otonomi Tugas 2 5 3,64 0,51052
Kepuasan Kerja 1 5 3,38 0,72152
Rata-rata keseluruhan variabel 3,59 0,622205
Sumber : Lampiran hasil pengolahan data SPSS, 2014
Keterangan : Interval kategori jawaban : 1 - 1,8 (sangat tidak setuju); 1,81 – 2,6
(tidak setuju); 2,61 – 3,4 (netral); 3,41 – 4,2 (setuju); 4,21 – 5 (sangat setuju)
Dari tabel 4.4 diindikasikan bahwa rata-rata responden menjawab
setuju pada setiap variabel.
4.4 Uji Asumsi Klasik
Dalam perhitungan menggunakan analisis regresi berganda
diperlukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui
apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model regresi yang baik,
sehingga dapat digunakan untuk melihat pengaruh dari variabel independen
terhadap variabel dependennya (Ghozali, 2006). Jadi uji asumsi klasik
dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan uji regresi linear. Dalam uji
asumsi klasik, yang harus dilakukan adalah:
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Menurut Ghozali (2006), multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolenrance
![Page 6: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4% Usia ≤ 19 tahun 49 37,7% 20-29 tahun 53 40,8% 30-39 ... menunjukan bahwa keseluruhan](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022013100/6090af07b57d19390723be1c/html5/thumbnails/6.jpg)
84
dan variance inflantion factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolenearitas adalah nilai Tolenrance ≥ 0.10 dan
VIF ≥ 10. Dalam penelitian ini, dihasilkan beberapa tabel tolerance dan VIF
sesuai dengan jumlah hipotesis yang ada. Berikut ini adalah hasil
perhitungannya:
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas
No. Hipotesis Nilai
Tolerance VIF
1 Uji hipotesis 1 1 1
2 Uji hipotesis 3 1 1
Sumber : olah data primer, 2014
Keterangan : * terjadi multikolinearitas
Dari tabel 4.5 diindikasikan bahwa syarat-syarat uji multikolinearitas
terpenuhi.Jadi dalam model-model regresi tidak ditemukan adanya
multikolinearitas antar variabel indenpenden.
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan
kesalahan periode t-1 (sebelumnya).Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi. Dalam penelitian ini ada 2 hipotesis, sehingga
ada beberapa nilai Durbin – Watson (DW test) yang dihasilkan. Berikut ini
adalah hasil uji autokorelasi menggunakan uji Durbin – Watson (DW test):
![Page 7: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4% Usia ≤ 19 tahun 49 37,7% 20-29 tahun 53 40,8% 30-39 ... menunjukan bahwa keseluruhan](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022013100/6090af07b57d19390723be1c/html5/thumbnails/7.jpg)
85
Tabel 4.6
Uji Autokorelasi
No. Hipotesis Nilai
DW test dl du
1 Uji hipotesis 1 1,869 1,522 1,562
2 Uji hipotesis 3 1,684 1,522 1,562
Sumber: olah data primer, 2014
Keterangan: * ada autokorelasi
Dari tabel 4.6, diketahui nilai DW masing-masing hipotesis.
Kemudian nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan
menggunakan nilai signifikan 1%, jumlah sampel 130 (n) dan disesuaikan
dengan jumlah variabel bebasnya, maka didapat nilai tabel dari Durbin
Watson (dl dan du). Dari perbandingan tersebut di dapat kesimpulan bahwa
tidak terdapat autokorelasi yang positif dan negatif pada model regresi.
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang
tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat melalui
grafik scatterplot.
Dari semua diagram scatterplot model-model regresi ini, terlihat titik-titiknya
menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada setiap
model regresi atau setiap model regresi ini dapat dipakai. Hasil diagram
scatterplot dari semua model regresi dapat dilihat pada lampiran.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel-variabel berdistribusi normal.Uji normalitas dilakukan
dengan melihat hasil perhitungan uji kolmogorov smirnov. Berikut adalah
hasil perhitungannya:
![Page 8: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4% Usia ≤ 19 tahun 49 37,7% 20-29 tahun 53 40,8% 30-39 ... menunjukan bahwa keseluruhan](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022013100/6090af07b57d19390723be1c/html5/thumbnails/8.jpg)
86
Tabel 4.7
Uji Normalitas
No. Hipotesis Nilai
Kolmogorov Smirnov Signifikan
1 Uji hipotesis 1 0,808 0,531
2 Uji hipotesis 3 1,028 0,242
Sumber: olah data primer, 2014
Dari tabel 4.7 diindikasikan bahwa semua model regresi berdistribusi
normal. Hal ini dapat di lihat dari seluruh nilai p > 0,05. Syarat data normal
adalah memiliki p > 0,05 (Ghozali, 2006). Sedangkan nilai kolmogorov
smirnov dapat dilihat pada tabel di atas.
4.5 Hasil Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini ada beberapa uji hipotesis yang dilakukan.
Berikut ini adalah hasil perhitungan uji regresi dari tiap-tiap hipotesis
berserta kesimpulannya:
Tabel 4.8
Hasil Uji Hipotesis dan Keputusan Uji Hipotesis Penelitian
Hipotesis Hasil Uji Regresi R2
B sig
H1: Dengan pengendalian konflik yang baik akan
meningkatkan kepuasan kerja.
0,354 0,001** 0,078
H2: Melalui otonomi tugas sebagai variabel
moderat, pengendalian konflik yang baik akan
meningkatkan kepuasan kerja.
0,1613 0,1256 0,026
H3: Tingkat komitmen organisasi yang tinggi
akan meningkatkan kepuasan kerja.
0,736 0,000* 0,494
H4: Melalui otonomi tugas sebagai variabel
moderat, Tingkat komitmen organisasi yang
tinggi akan meningkatkan kepuasan kerja.
0,6412 0,000* 0,411
Sumber : olah data primer, 2014
Keterangan: * = signifikan pada p < 0,01; ** = signifikan pada p < 0,05;
*** = sigifikan pada p < 0,10
![Page 9: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4% Usia ≤ 19 tahun 49 37,7% 20-29 tahun 53 40,8% 30-39 ... menunjukan bahwa keseluruhan](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022013100/6090af07b57d19390723be1c/html5/thumbnails/9.jpg)
87
Hipotesis 1: Dengan pengendalian konflik yang baik akan
meningkatkan kepuasan kerja. Pengujian hipotesis pertama ditujukan untuk
melihat resolusi konflik yang baik dapat meningkatkan kepuasan kerja.
Resolusi konflik memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja.Hipotesis pertama (H1) diuji dengan menggunakan uji regresi
yang disajikan pada tabel 4.8. Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai p =
0,001 (signifikan pada p < 0,01) sehingga dapat diindikasikan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara resolusi konflik yang baik terhadap
kepuasan kerja. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis 1 diterima.
Hipotesis 2: Melalui otonomi tugas sebagai variabel moderat,
pengendalian konflik yang baik akan meningkatkan kepuasan kerja.
Pengujian hipotesis kedua ditujukan untuk melihat otonomi tugas sebagai
variabel moderat dapat meningkatkan nilai pengaruh resolusi konflik yang
baik terhadap kepuasan kerja. Hipotesis yang kedua diuji dengan
menggunakan uji sobel tes yang disajikan pada tabel 4.8. Dari tabel 4.8 dapat
dilihat bahwa nilai p = 0,1256 (p > 0,05) sehingga dapat dilihat bahwa
variabel otonomi tugas tidak dapat menjadi variabel moderating yang dapat
memperkuat pengaruh variabel pengendalian konflik yang baik terhadap
variabel kepuasan kerja. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis 2 ditolak.
Hipotesis 3: Tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan
meningkatkan kepuasan kerja. Pengujian hipotesis ketiga ditujukan untuk
melihat komitmen organisasi yang tinggi memiliki pengaruh terhadap
kepuasan kerja. Hipotesis ketiga (H3) diuji dengan menggunakan uji regresi
yang disajikan pada tabel 4.8. Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai p =
0,000 (signifikan pada p < 0,000) sehingga dapat dilihat bahwa ada pengaruh
yang positif dan signifikan antara komitmen organisasi terhadap kepuasan
kerja. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis 3 diterima.
![Page 10: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4% Usia ≤ 19 tahun 49 37,7% 20-29 tahun 53 40,8% 30-39 ... menunjukan bahwa keseluruhan](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022013100/6090af07b57d19390723be1c/html5/thumbnails/10.jpg)
88
Hipotesis 4: Melalui otonomi tugas sebagai variabel moderat,
Tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kepuasan
kerja. Pengujian hipotesis keempat ditujukan untuk melihat variabel otonomi
tugas dapat menjadi variabel moderating yang dapat memperkuat pengaruh
variabel komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja atau tidak. Hipotesis
keempat (H4) diuji dengan menggunakan uji regresi yang disajikan pada
tabel 4.8. Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai p = 0,000 (signifikan pada
p < 0,000) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel otonomi tugas dapat
menjadi variabel moderating yang dapat memperkuat pengaruh variabel
komitmen organisasi terhadap variabel kepuasan kerja. Hal ini membuktikan
bahwa hipotesis 4 diterima.
1.6 Pembahasan
Berawal dari teori Maslow, bahwa kepuasan yang diperoleh para
pekerja menyangkut lima hal penting menunjukan bahwa kepuasan yang
dimiliki oleh bawahan atau pekerja sangat dimunkinkan adanya
peningkantan produktivitas pekerja itu sendiri. Namun sebaliknya jika tidak
terpenuhi keinginan pekerja maka produktivitas akan rendah pula.Oleh
karena itu peran menejer selaku pemimpin perusahaan harus mampu
mengelolanya dengan kemampuan yang dimilikinya.
Resolusi konflik yang baik didalam sebuah perusahaan diharapkan
dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawannya. Hal ini seperti yang
terjadi dalam situasi kerja di Pasar Moderen Laris Ambarawa. Berdasarkan
rata-rata jawaban karyawan, didapat hasil bahwa para karyawan setuju
bahwa dengan resolusi konflik yang baik dapat meningkatkan kepuasan
kerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh: Lambert et al
(2007) yang mengungkapkan bahwa adanya konflik dalam lingkungan kerja
memiliki dampak terhadap kepuasan kerja karyawan.
![Page 11: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4% Usia ≤ 19 tahun 49 37,7% 20-29 tahun 53 40,8% 30-39 ... menunjukan bahwa keseluruhan](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022013100/6090af07b57d19390723be1c/html5/thumbnails/11.jpg)
89
Adanya hasil yang demikian, dapat diduga bahwa karyawan di Pasar
Moderen Laris Ambarawa diberi kesempatan untuk melakukan pekerjaan
sesuai dengan keinginan mereka tanpa ada tekanan yang cukup berarti.
Berbekal beberapa pengetahuan tentang produk dan cara pelayanan yang
didapat dari para seniornya bahkan ada pengarahan yang intensif dari
atasannya, memungkinkan karyawan untuk mengatasi konflik yang terjadi
dengan baik. Selain itu, faktor lain yang dapat diduga memengaruhi
terjadinya resolusi konflik yang baik adalah sikap pemimpin karyawan
terhadap konflik-konflik yang terjadi di dalam perusahaan tersebut. Sikap
pemimpin, akan cenderung menghindari konflik dan berusaha memiliki
resolusi konflik yang baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ivancevich (2005) dan Luthans (2006). Jika karyawan tidak ada konflik
di tempat kerja, maka akan tercipta situasi yang menyenangkan saat mereka
bekerja. Hal ini tentu akan menunjang kepuasan kerja karyawan.
Berbeda dengan hasil kesimpulan pada hipotesis kedua yang
menyimpulkan bahwa variabel otonomi tugas tidak dapat menjadi variabel
moderating yang menguatkan pengaruh resolusi konflik yang baik terhadap
kepuasan kerja. Disisi lain, otonomi tugas tidak dapat dijadikan sebagai
variabel moderating. Hal ini diduga bahwa, otonomi tugas lebih kepada
pengembangan diri mereka sendiri. Otonomi tugas erat kaitannya dengan
bagaimana cara karyawan melaksanakan tugas-tugas mereka. Karyawan
diberikan kebebasan untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, namun tetap
ada batasan-batasannya.
Selanjutnya, otonomi tugas tidak dapat berfungsi sebagai variabel
moderating dalam hipotesis yang kedua ini dapat disebabkan karena jika
seorang individu mendapat kepercayaan untuk meng-emban otonomi tugas
biasanya individu yang bersangkutan akan merasa lebih berkompeten
dibandingkan dengan rekan kerja lainnya. Selain itu, hal ini dapat pula
![Page 12: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4% Usia ≤ 19 tahun 49 37,7% 20-29 tahun 53 40,8% 30-39 ... menunjukan bahwa keseluruhan](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022013100/6090af07b57d19390723be1c/html5/thumbnails/12.jpg)
90
dipengaruhi oleh pola pikir yang berbeda antara sumber daya manusia
ditinjau dari sisi budaya. Budaya di luar Indonesia berprinsip jika seorang
individu mendapatkan kepercayaan dalam menjalankan otonomi tugas, maka
individu tersebut dapat semakin maksimal dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya demi kelancaran tujuan dan sisi operasioanal suatu organisasi.
Sementara untuk sumber daya manusia yang ada dengan latar
belakang orientasi yang berbeda, maka seorang individu yang memiliki
otonomi tugas memungkinkan menjadi faktor pendorong atau pemacu
individu yang bersangkutan untuk beralih ke tempat pekerjaan lain jika
mendapatkan penawaran yang lebih menjanjikan. Hal tersebut erat kaitannya
dengan latar belakang sosial budaya dapat membentuk pola pikir terkait
dengan bagaimana memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan
lebih dominan daripada menunjukan etos kerja yang dimiliki karena
kompetensi pribadi yang telah berkembang. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya karyawan yang lama bekerjanya kurang dari 1 tahun, yaitu
sebesar 47,6%, sehingga Pasar Moderen Laris Ambarawa banyak didominasi
oleh karyawan baru.
Selanjutnya, adanya pengaruh komitmen organisasi terhadap
kepuasan kerja yang diduga dapat disebabkan dengan adanya komitmen
terhadap organisasi, karyawan cenderung mengerjakan pekerjaannya dengan
baik. Hal ini tentunya akan memengaruhi kepuasan kerja karyawan. Ini erat
kaitannya dengan bonus yang diterima karyawan saat mereka bisa
melampaui target yang telah ditetapkan perusahaan. Hal ini terbukti dari
beberapa karyawan yang menuliskan gaji pokok mereka dan juga bonus yang
mereka terima.
Adanya komitmen yang kuat terhadap perusahaan tempat mereka
bekerja akan meningkatkan kepuasan kerja mereka. Hal ini senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh: Markovits, Jannis, Ann j. Davis, Rolf van
![Page 13: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden€¦ · Kasir 21 16,2% Gudang 7 5,4% Usia ≤ 19 tahun 49 37,7% 20-29 tahun 53 40,8% 30-39 ... menunjukan bahwa keseluruhan](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022013100/6090af07b57d19390723be1c/html5/thumbnails/13.jpg)
91
Dick (2007), Tung- Chung Huang dan Wan- Jung Hiau (2007) serta
penelitian yang dilakukan oleh Yosung Paik, K. Praveen and Wonshul Shim
(2007). Dalam penelitian-penelitian tersebut, disimpulkan bahwa komitmen
memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja.
Senada dengan hasil hipotesis keempat yang menyimpulkan bahwa
otonomi tugas dapat menjadi variabel moderating yang menguatkan
pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa otonomi tugas
dapat berfungsi menjadi variabel moderating. Selain itu, adanya otonomi
tugas membuat individu lebih bebas dalam menentukan kebijakan dalam
menjalankan tugas-tugasnya. Hal ini dapat menimbulkan perasaan bahwa
meskipun sebagai karyawan, pihak perusahaan menghargai karyawannya.
Adanya komitmen organisasi yang tinggi meningkatkan perasaan dihargai
sehingga kepuasan kerja karyawan tercapai.