BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN · 2019. 5. 23. · BAB IV . ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 . Analisis...

18
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 . Analisis Data Iklan Tri Indie+ diperankan oleh anak-anak pada sebagian besar scene nya. Dalam keseluruhan tampilan yang diperankan oleh anak-anak yang membicarakan kehidupan orang dewasa inilah yang menjadi data dalam penelitian ini yang dianalisis menggunakan analisa semiotika roland barthes. Dalam penelitian ini peneliti tidak mengambil semua scene, namun hanya beberapa scene dengan narasi iklan yang peneliti anggap sebagai data yang relevan yang menunjukkan representasi eksploitasi anak. Untuk mempermudah penelitian ini, berikut beberapa scene dari peran anak-anak yang dapat diteliti secara Semiotika menggunakan pemaknaan denotasi, konotasi juga mitos sesuai dengan semiotika Roland Barthes. 4.1.1. Deskripsi scene dengan narasi “tapi ngerjain kerjaan yang kurang penting” Scene/ Shot Visual Deskripsi Adegan MS Anak perempuan yang sedang bermain kertas berbentuk burung berwarna kuning MS Close up endorser iklan anak perempuan dengan narasi tapi ngerjain kerjaan yang kurang penting dan memperlihatkan ekspresi datar

Transcript of BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN · 2019. 5. 23. · BAB IV . ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 . Analisis...

  • BAB IV

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    4.1 . Analisis Data

    Iklan Tri Indie+ diperankan oleh anak-anak pada sebagian besar scene nya. Dalam

    keseluruhan tampilan yang diperankan oleh anak-anak yang membicarakan kehidupan orang

    dewasa inilah yang menjadi data dalam penelitian ini yang dianalisis menggunakan analisa

    semiotika roland barthes.

    Dalam penelitian ini peneliti tidak mengambil semua scene, namun hanya beberapa

    scene dengan narasi iklan yang peneliti anggap sebagai data yang relevan yang menunjukkan

    representasi eksploitasi anak. Untuk mempermudah penelitian ini, berikut beberapa scene

    dari peran anak-anak yang dapat diteliti secara Semiotika menggunakan pemaknaan denotasi,

    konotasi juga mitos sesuai dengan semiotika Roland Barthes.

    4.1.1. Deskripsi scene dengan narasi “tapi ngerjain kerjaan yang kurang penting”

    Scene/ Shot Visual Deskripsi Adegan

    MS

    Anak perempuan

    yang sedang

    bermain kertas

    berbentuk burung

    berwarna kuning

    MS

    Close up endorser

    iklan anak

    perempuan dengan

    narasi tapi ngerjain

    kerjaan yang kurang

    penting dan

    memperlihatkan

    ekspresi datar

  • a. Sistem Penandaan Tingkat Pertama ( Denotasi )

    Shot ini memperlihatkan penggunaan anak kecil sebagai endorser iklan

    3indie+ yaitu seorang anak perempuan yang sedang bermain mainan burung

    yang terbuat dari kertas berwarna kuning dan memperlihatkan ekspresi datar

    dengan narasi tapi ngerjain kerjaan yang kurang penting. Makna denotasi yang

    terdapat di dalam scene ini adalah sebuah scene dimana seorang anak

    perempuan yang sedang bermain sambil menceritakan kegiatan orang

    dewasa. Pesan denotasi di atas disebut pesan tanpa kode yaitu pesan yang

    sampai pada penonton tanpa melakukan penafsiran

    b. Sistem Penandaan Tingkat Kedua ( Konotasi )

    Analisis pada tataran kedua, pesan yang diinterpretasikan tidak sesederhana

    pada tataran pertama. Pada analisis tataran kedua ini ada makna konotasi yang

    tercipta. Peneliti menggunakan enam prosedur konotasi barthes untuk

    menganalisis yaitu trick effect, pose, object, photogenia, aestheticism, dan

    sintax. Enam langkah tersebut dapat dipandang sebagai pertimbangan utama

    ketika orang membaca bahasa gambar tersebut. Menurut Barthes (2010:7)

    dalam Image, Music, Text dengan menggunakan minimal tiga pendekatan

    sudah bisa memunculkan konotasi.

    1. Trick Effect

    Trick effect merupakan syarat konotasi yang melihat melalui teknik-

    teknik visual yang terdapat dalam shot. Pada shot pertama, gambar

    diambil dengan komposisi medium shot (MS), komposisi ini

    memperlihatkan anak perempuan berkuncir dua sedang memainkan

    mainan burung kertas berwarna kuning. Shot ini memiliki makna bahwa

    anak tersebut adalah anak yang polos dengan mainan yang terbuat dari

    kertas menandakan bahwa mainan itu mainan yang sederhana,

    permainan yang apa adanya gambaran anak kecil pada umunya.

    Shot kedua ditampilkan secara medium shot dikarenakan mulai

    memfokuskan antara narasi dengan ekspresi wajah datar atau kepolosan

    yang diperlihatkan oleh anak tersebut.

  • 2. Pose

    Ketika berbicara mengenai pose, kita akan teringat kepada objek tubuh.

    Pose merupakan komunikasi non verbal yang dilihat melalui bahasa

    tubuh. Munculnya ekspresi wajah datar yang diperlihatkan anak tersebut

    memiliki makna tersembunyi bahwa anak tersebut tidak begitu suka

    dengan yang dibicarakannya.

    3. Object

    Object mencakup apa seseorang atau benda tersebut, bagaimana letak

    benda, besar kecilnya benda. Ada beberapa objek dalam scene tersebut

    diantaranya rambut yang dikuncir dua menandakan anak kecil yang

    polos, permainan burung yang terbuat dari kertas menandakan mainan

    sederhana karena hanya terbuat dari kertas, kemudian ekspresi wajah

    datar anak menunjukkan kepolosan.

    4. Photogenia

    Dalam photogenia, sebuah scene bisa ditampilkan secara lebih dramatis

    atau romantis. Dalam scene anak perempuan ini bisa peneliti katakan

    bahwa kegiatan ini dilakukan pada siang hari dimana umumnya waktu

    bermain anak. Bisa dilihat dari teknik pencahayaan yang tidak

    menggunakan lighting karena melakukan shot di luar ruangan.

    5. Aestheticism

    Aestheticism melihat pada keseluruhan makna shot, maka dari itu untuk

    menentukan makna shot sesuai syarat aestheticism harus diteliti dari

    segala aspek. Cahaya yang ditampilkan pada shot pertama memberikan

    interpretasi bahwa sekuen ini terjadi pada siang hari. Iklan provider 3

    indie+ yang menggunakan anak-anak sebagai endorser memanfaatkan

    anak-anak tersebut untuk menceritakan kegiatan orang dewasa.

    6. Sintax

    Dari shot yang terdapat dalam scene diatas, sudah tergambarkan secara

    jelas bahwa kepolosan seorang anak tidak sepatutnya dijejali perkataan

    yang kurang pantas karena narasi “ngerjain kerjaan yang kurang

    penting” bukan perkataan yang umumnya dikatakan oleh anak-anak,

  • karena pembuat iklan 3indie+ memanipulasi kata-kata orang dewasa

    yang di sampaikan kepada khalayak melalui anak-anak.

    Dari keenam syarat konotasi diatas dapat disimpulkan makna konotasi dari adegan ini

    adalah anak memang banyak dijadikan endorser dibanyak iklan dimedia televisi

    namun menggunakan anak untuk dimanfaatkan kepolosannya hanya untuk

    keuntungan iklan tersebut sangat tidak dianjurkan. Karena akan

    mempengaruhi pertumbuhan psikologi anak tersebut, hal ini jelas membuktikan

    bahwa adanya unsur eksploitasi anak, eksploitasi anak sendiri diartikan sebagai

    sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang

    dilakukan oleh keluarga ataupun masyarakat. Memaksa anak untuk melakukan

    sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial ataupun politik tanpa memperhatikan

    hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan

    fisik, psikis & status sosialnya (Suharto, 2005).

    4.1.2. Deskripsi scene dengan narasi “bawain laptop, beres-beres kertas”

    Scene/ Shot Visual Deskripsi Adegan

    MS

    Close up anak laki-

    laki dengan ekspresi

    wajah datar dan

    tatapan sayu dan

    menggaruk leher

    LS

    Sebuah ruangan

    tertutup dengan

    kursi berjajar

    mengelilingi meja.

    Audio suara anak

    perempuan dengan

    narasi “beres-beres

    kertas”

    a. Sistem Penandaan Tingkat Pertama ( Denotasi )

  • Shot ini memperlihatkan penggunaan anak-anak kecil sebagai endorser

    yaitu seorang anak laki-laki dengan ekspresi wajah datar dan tatapan sayu

    dan menggaruk leher diteruskan dengan shot sebuah ruangan tertutup

    dengan kursi berjajar mengelilingi meja dengan audio anak perempuan.

    Makna denotasi yang terdapat di dalam scene ini adalah sautan anak laki-

    laki dan perempuan yang membicarakan kegiatan atau pekerjaan

    yang akan dilakukan ketika dewasa nanti.

    b. Sistem Penandaan Tingkat Kedua ( Konotasi )

    Analisis pada tataran kedua, pesan yang diinterpretasikan tidak

    sesederhana pada tataran pertama. Pada analisis tataran kedua ini ada

    makna konotasi yang tercipta. Peneliti menggunakan enam prosedur

    konotasi barthes untuk menganalisis yaitu trick effect, pose, object,

    photogenia, aestheticism, dan sintax. Enam langkah tersebut dapat

    dipandang sebagai pertimbangan utama ketika orang membaca bahasa

    gambar tersebut. Menurut Barthes (2010:7) dalam Image, Music, Text

    dengan menggunakan minimal tiga pendekatan sudah bisa memunculkan

    konotasi.

    1. Trick Effect

    Trick effect merupakan syarat konotasi yang melihat melalui teknik-teknik

    visual yang terdapat dalam shot. Pada shot pertama, gambar diambil

    dengan komposisi medium shot (MS), komposisi ini memperlihatkan anak

    yang sedang menggaruk leher dengan tatapan sayu dan ekspresi wajah

    datar seperti berat memikirkan pekerjaan yang akan dilakukan ketika

    dewasa kelak menjadi tukang bawa laptop.

    Shot kedua ditampilkan secara medium shot dengan menampilkan sebuah

    ruangan tertutup dengan komposisi kursi berjajar mengelilingi meja besar

    yang bisa diartikan sebagai ruang rapat sebuah perusahaan dengan diiringi

    suara anak perempuan “beres-bers kertas”.

    2. Pose

    Ketika berbicara mengenai pose, kita akan teringat kepada objek tubuh.

    Pose merupakan komunikasi non verbal yang dilihat melalui bahasa

    tubuh. Munculnya ekspresi wajah datar yang diperlihatkan anak tersebut

    memiliki makna tersembunyi bahwa anak tersebut tidak siap atau ragu

  • membayangkan kegiatan yang akan dilakukannya ketika dewasa kelak

    karena menjadi seorang pesuruh dengan melakukan aktifitas

    membawakan laptop.

    3. Object

    Object mencakup apa seseorang atau benda tersebut, bagaimana letak

    benda, besar kecilnya benda. Ada beberapa objek dalam scene tersebut

    diantaranya anak laki-laki sedang menggaruk leher, ekspresi wajah

    datar dan tatapan sayu, ruangan rapat yang kosong.

    4. Photogenia

    Dalam photogenia, sebuah scene bisa ditampilkan secara lebih dramatis

    atau romantis. Dalam scene anak laki-laki dan ruangan rapat tersebut

    bisa peneliti katakan bahwa kegiatan ini dilakukan pada siang hari

    didalam ruangan terlihat dari jendela yang memperlihatkan adanya

    cahaya dari luar.

    5. Aestheticism

    Aestheticism melihat pada keseluruhan makna shot, maka dari itu untuk

    menentukan makna shot sesuai syarat aestheticism harus diteliti dari

    segala aspek. Cahaya yang ditampilkan pada shot pertama memberikan

    interpretasi bahwa sekuen ini terjadi pada siang hari. Iklan provider

    3indie+ yang menggunakan anak-anak sebagai endorser memberi

    gambaran yang kurang baik tentang kegiatan bekerja yang akan

    dilakukan anak-anak tersebut ketika dewasa nanti.

    6. Sintax

    Dari shot yang terdapat dalam scene diatas, sudah tergambarkan secara

    jelas bahwa kepolosan seorang anak tidak sepatutnya dijejali perkataan

    yang kurang pantas karena narasi “bawain laptop dan beres-beres

    kertas” dinilai dapat memberi rasa takut untuk menjadi dewasa karena

    anak kecil umumnya mempunyai cita-cita untuk menjadi seseorang

    yang sukses namun dalam scene diatas memperlihatkan sebagai seorang

    suruhan.

    Dari keenam syarat konotasi diatas dapat disimpulkan makna konotasi dari adegan ini

    adalah seharusnya seorang anak diperlihatkan atau diajarkan sesuatu yang baik

  • tentang kegiatan atau cita-cita ketika dewasa kelak supaya tidak takut untuk

    menjadi dewasa dengan menjadi seorang suruhan. Hal tersebut sudah jelas

    memenuhi unsur eksplotasi karena memanipulasi kegiatan orang dewasa kepada

    anak-anak.

    4.1.3. Deskripsi scene dengan narasi “gak masalah kerja 15 jam sehari dan tidur cuma

    5 jam sehari”

    Scene/ Shot Visual Deskripsi Adegan

    MS

    Close up anak laki-

    laki dengan

    pandangan kebawah

    LS

    Anak laki-laki yang

    bersandar ditembok

    sebuah lorong

    a. Sistem Penandaan Tingkat Pertama ( Denotasi )

    makna denotasi dari scene diatas adalah kegelisahan anak-anak ketika

    menyebutkan narasi iklan 3indie+ tentang beratnya bekerja

    b. Sistem Penandaan Tahap Kedua ( Konotasi )

    Analisis pada tataran kedua, pesan yang diinterpretasikan tidak sesederhana

    pada tataran pertama. Pada analisis tataran kedua ini ada makna konotasi

    yang tercipta. Peneliti menggunakan enam prosedur konotasi barthes untuk

    menganalisis yaitu trick effect, pose, object, photogenia, aestheticism, dan

    sintax. Enam langkah tersebut dapat dipandang sebagai pertimbangan

  • utama ketika orang membaca bahasa gambar tersebut. Menurut Barthes

    (2010:7) dalam Image, Music, Text dengan menggunakan minimal tiga

    pendekatan sudah bisa memunculkan konotasi.

    1. Trick Effect

    Trick Effect merupakan syarat konotasi yang melihat melalui teknik-teknik

    visual yang terdapat dalam shot. Pada shot pertama, gambar diambil secara

    medium shot (MS) untuk memperlihatkan ekspresi wajah seorang anak

    laki-laki yang memandang kebawah, pengambilan gambar close up wajah

    memberikan kesan bahwa sedang merasa lelah, kecewa, gelisah dan lain

    sebagainya. Makna shot yang muncul adalah pembuat iklan 3indie+ ingin

    memberitahukan kepada penonton tentang kegelisahan hati tentang

    banyaknya waktu yang tersita untuk bekerja dengan obyek anak-anak.

    shot selanjutnya tidak jauh berbeda dengan yang pertama namun shot

    diambil secara long shot (LS) untuk memperlihatkan postur tubuh anak

    yang bersandar ditembok dengan kepala menunduk biasa dibaca sebagai

    bahasa yang menunjukkan suatu penyesalan, dengan tangan dimasukkan

    kedalam saku celana bisa diartikan sebagai keadaan gugup, cemas, bosan

    tentang sedikitnya waktu yang mereka miliki untuk beristirahat.

    2. Pose

    Ketika berbicara mengenai pose, kita akan teringat kepada objek tubuh.

    Pose merupakan komunikasi non verbal yang dilihat melalui bahasa

    tubuh. Kepala sama-sama menunduk menandakan kegelisahan yang

    dirasakan kedua anak tersebut

    3. Object

    Object mencakup apa seseorang atau benda tersebut, bagaimana letak

    benda, besar kecilnya benda. Ada beberapa objek dalam scene tersebut

    diantaranya anak laki-laki sedang menunduk dan bersandar pada

    tembok sebuah lorong.

    4. Photogenia

    Dalam photogenia, sebuah scene bisa ditampilkan secara lebih dramatis

    atau romantis. Dalam scene lorong ini, bisa peneliti katakan bahwa

    kegiatan ini dilakukan pada malam hari. Bisa dilihat dari teknik

    pencahayaan yang kurang dan cenderung gelap.

  • 5. Aestheticism

    Aestheticism melihat pada keseluruhan makna shot, maka dari itu untuk

    menentukan makna shot sesuai syarat aestheticism harus diteliti dari

    segala aspek. Cahaya yang ditampilkan pada shot pertama memberikan

    interpretasi bahwa scene ini terjadi pada malam hari. Iklan provider

    3indie+ yang menggunakan anak-anak sebagai endorser dengan

    menceritakan kegiatan orang dewasa memang sangat tidak pantas

    karena menceritakan bagaimana kerasnya bekerja dan sedikitnya waktu

    beristirahat.

    6. Sintax

    Dari shot yang terdapat dalam scene diatas, sudah tergambarkan secara

    jelas mengenai kegelisahan anak-anak tentang keadaan bekerja dengan

    banyak waktu.

    Dari keenam syarat konotasi diatas dapat disimpulkan makna konotasi dari adegan ini

    adalah secara alamiah seorang anak bisa saja menunjukkan ekspresi apa saja

    namun tidak dengan membicarakan atau mengetahui permasalahan orang

    dewasa yang sulit dan berat. Hal tersebut juga terbukti mengandung unsur

    eksploitasi karena memanipulasi kegiatan orang dewasa kepada anak-anak

    sehingga akan mengganggu perkembangan psikis anak karena memikirkan

    sesuatu yang berat dan belum waktunya.

    4.1.4. Deskripsi scene dengan narasi “masalahnya gaji Cuma tahan sampai tanggal 15

    dan untung diwarteg bisa makan dulu bayar belakangan”

    Scene/

    Shot

    Visual Deskripsi Adegan

    MS

    Close up anak laki-

    laki disebuah

    ruangan selesai

    melakukan satu

    aktifitas cuci tangan

  • LS

    Sebuah tempat

    makan dengan

    suasana ramai yang

    terdiri dari lapak-

    lapak makanan yang

    menawarkan aneka

    menu

    a. Sistem Penandaan Tingkat Pertama ( Denotasi )

    makna denotasi dari scene diatas adalah anak-anak yang

    membicarakan masalah gaji yang tidak mencukupi dan cara

    bagaimana bertahan sampai pada akhir bulan dengan sistem

    berhutang di warung makan.

    b. Sistem Penandaan Tingkat Kedua (Konotasi)

    Analisis pada tataran kedua, pesan yang diinterpretasikan tidak sesederhana

    pada tataran pertama. Pada analisis tataran kedua ini ada makna konotasi

    yang tercipta. Peneliti menggunakan enam prosedur konotasi barthes untuk

    menganalisis yaitu trick effect, pose, object, photogenia, aestheticism, dan

    sintax. Enam langkah tersebut dapat dipandang sebagai pertimbangan

    utama ketika orang membaca bahasa gambar tersebut. Menurut Barthes

    (2010:7) dalam Image, Music, Text dengan menggunakan minimal tiga

    pendekatan sudah bisa memunculkan konotasi.

    1. Trick Effect

    Trick Effect merupakan syarat konotasi yang melihat melalui teknik-teknik

    visual yang terdapat dalam shot. Pada shot pertama, gambar diambil secara

    medium shot (MS) untuk memperlihatkan ekspresi wajah seorang anak

    laki-laki yang membicarakan masalah gaji yang tidak mencukupi sampai

    pada waktu datangnya gaji berikutnya, kemudian dilanjutkan dengan Long

    shot sebuah tempat dimana terdapak banyak lapak makanan yang

    dimaksudkan ketika gaji sudah habis maka cara untuk mempertahankan

    hidup adalah makan di warung makanan yang menerima sistem hutang.

    2. Pose

  • Ketika berbicara mengenai pose, kita akan teringat kepada objek tubuh.

    Pose merupakan komunikasi non verbal yang dilihat melalui bahasa tubuh.

    Seorang anak yang selesai mengerjakan sesuatu kemudian mencuci tangan

    dan membicarakan masalah gaji yang tidak cukup seolah anak tersebut

    merasakan hal tersebut, apalagi kebutuhan makan harus setiap hari jadi

    adanya warung makan yang bisa dihutang itu sangat membantu.

    3. Object

    Object mencakup apa seseorang atau benda tersebut, bagaimana letak

    benda, besar kecilnya benda. Ada beberapa objek dalam scene tersebut

    diantaranya anak laki-laki yang selesai mengerjakan sesuatu dan tempat

    makan dengan banyak lapak-lapak dalam keadaan ramai.

    4. Photogenia

    Dalam photogenia, sebuah scene bisa ditampilkan secara lebih dramatis

    atau romantis. Dalam scene anak laki-laki menunjukan siang hari terlihat

    dari kaca yang terdapat cahaya dan malam hari terlihat dari teknik

    pencahayaan yang kurang dan cenderung gelap.

    5. Aestheticism

    Aestheticism melihat pada keseluruhan makna shot, maka dari itu untuk

    menentukan makna shot sesuai syarat aestheticism harus diteliti dari segala

    aspek. Cahaya yang ditampilkan pada shot pertama memberikan

    interpretasi bahwa scene ini terjadi pada siang hari. Iklan provider 3indie+

    yang menceritakan kegiatan orang dewasa melalui anak-anak memang

    membenarkan bahwa kebanyakan masalah gaji seorang yang bekerja tidak

    pernah cukup sampai akhir bulan belum lagi kebutuhan makan yang harus

    dipenuhi setiap hari sampai pada akhirnya melakukan hutang diwarung

    makan.

    6. Sintax

    Dari shot yang terdapat dalam adegan diatas, sudah tergambarkan secara

    jelas mengenai masalah gaji yang tidak sampai akir bulan dan cara

    memenuhi kebutuhan makan setiap harinya tanpa harus membayar terlebih

    dahulu.

    Dari keenam syarat konotasi diatas dapat disimpulkan makna konotasi dari adegan ini

    adalah anak-anak yang memperlihatkan permasalahan gaji dari seorang yang

    bekerja dan kebutuhan yang harus dipenuhi menjadikan hutang adalah cara

  • yang efektiv dilakukan. Hal tersebut juga jelas memenuhi unsur eksploitasi

    karena permasalahan pekerjaan, gaji yang tidak mencukupi dan hutang-piutang

    bukanlah tataran pemikiran anak, namun itu semua dimanipulasi oleh pembuat

    iklan untuk disampaikan kepada khalayak melalui anak-anak.

    4.1.5. Deskripsi scene dengan narasi “ pesen kopi secangkir harga 40 ribuan dan kalau

    tanggal tua pagi,siang,malam makannya mie instan”

    Scene/ Shot Visual Deskripsi Adegan

    MS

    Dua nak laki-laki

    yang sedang

    berbincang

    disebuah balkon

    MS

    Seorang anak laki-

    laki yang berada

    disebuah

    minimarket

    a. Sistem Penandaan Tingkat Pertama ( Denotasi )

    makna denotasi yang muncul dari scene diatas adalah anak-anak yang

    memperagakan gaya hidup orang dewasa yang berbeda dengan

    keadaan yang sebenarnya.

    b. Sistem Penandaan Tingkat Kedua ( Konotasi )

    Analisis pada tataran kedua, pesan yang diinterpretasikan tidak sesederhana

    pada tataran pertama. Pada analisis tataran kedua ini ada makna konotasi

    yang tercipta. Peneliti menggunakan enam prosedur konotasi barthes untuk

    menganalisis yaitu trick effect, pose, object, photogenia, aestheticism, dan

  • sintax. Enam langkah tersebut dapat dipandang sebagai pertimbangan

    utama ketika orang membaca bahasa gambar tersebut. Menurut Barthes

    (2010:7) dalam Image, Music, Text dengan menggunakan minimal tiga

    pendekatan sudah bisa memunculkan konotasi.

    1. Trick Effect

    Trick Effect merupakan syarat konotasi yang melihat melalui teknik-teknik

    visual yang terdapat dalam shot. Pada shot pertama, gambar diambil secara

    Long Shot (LS) untuk memperliahatkan dua anak yang sedang berbincang

    disebuah tempat terbuka dan memesan kopi dengan harga yang mahal

    untuk ukuran perkerja dengan gaji pas-pasan karena pada shot kedua yang

    diambil dengan Medium Shot (MS) memperlihatkan seorang anak yang

    berada disebuah minimarket untuk membeli mie instan.

    2. Pose

    Ketika berbicara mengenai pose, kita akan teringat kepada objek tubuh.

    Pose merupakan komunikasi non verbal yang dilihat melalui bahasa tubuh.

    Kedua anak yang sedang berbincang dan seorang anak di sebuah

    minimarket.

    3. Object

    Object mencakup apa seseorang atau benda tersebut, bagaimana letak

    benda, besar kecilnya benda. Ada beberapa objek dalam scene tersebut

    diantaranya dua anak yang sedang berbincang di sebuah tempat terbuka,

    dan seorang anak di sebuah minimarket terlihat dari adanya beberapa

    minyak goreng yang berjajar rapi.

    4. Photogenia

    Dalam photogenia, sebuah scene bisa ditampilkan secara lebih dramatis

    atau romantis. Dalam scene dua anak laki-laki menunjukan disore hari

    terlihat dari awan merah yang terlihat dilangit dan waktu tepat untuk

    berbincang dan minum kopi adalah pada sore hari.

    5. Aestheticism

    Aestheticism melihat pada keseluruhan makna shot, maka dari itu untuk

    menentukan makna shot sesuai syarat aestheticism harus diteliti dari segala

    aspek. Cahaya yang ditampilkan pada shot pertama memberikan

  • interpretasi bahwa scene ini terjadi pada sore dan malam hari. Iklan

    provider 3indie+ yang menceritakan kegiatan orang dewasa melalui anak-

    anak memeperlihatkan bahwa gaya hidup terkadang tidak sesuai dengan

    keadaan yang sebenarnya.

    6. Sintax

    Dari shot yang terdapat dalam scene diatas, sudah tergambarkan secara

    jelas mengenai gaya hidup diluar tidak sesuai dengan keadaan yang

    sebenarnya, dimana ketika diluar bersama teman-temannya menggunakan

    gaya hidup yang terbilang mewah dengan memesan kopi dengan harga

    mahal namun ketika dalam keadaan yang sebenarnya memenuhi

    kebutuhan makan sehari-hari hanya dengan mie instan yang terbilang

    murah.

    Dari keenam syarat konotasi diatas dapat disimpulkan makna konotasi dari adegan ini

    adalah anak-anak yang memperagakan gaya hidup orang dewasa yang tidak

    sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, yang seperti ini merupakan gambaran

    dari memaksakan diri dengan tidak mempertimbangkan komposisinya sebagai

    orang yang terbilang pas-pasan. Hal tersebut juga terbukti mengandung unsur

    eksploitasi karena permasalahan orang dewasa yang dimanipulasi oleh pembuat

    iklan untuk khayalak yang di sampaikan melalui anak-anak.

    4.1.6. Deskripsi scene dengan narasi “jadi orang gede emang menyenangkan tapi

    susah dijalani”

    Scene/

    Shot

    Visual Deskripsi

    Adegan

    MS

    Seorang anak

    perempuan

    dengan ekspresi

    malu dan

    menutup

    mulutnya dengan

    kedua tangannya

  • MS

    Seorang anak

    dengan ekspresi

    senyum dan

    tatapan tajam

    a. Sistem Penandaan Tingkat Pertama ( Denotasi )

    makna denotasi yang muncul dari scene diatas adalah anak-anak dengan

    masing-masing ekspresi untuk memikirkan kembali menjadi seorang

    dewasa dengan kegiatan-kegiatan yang akan sulit dijalani.

    b. Sistem Penandaan Tingkat Kedua ( Konotasi )

    Analisis pada tataran kedua, pesan yang diinterpretasikan tidak sesederhana

    pada tataran pertama. Pada analisis tataran kedua ini ada makna konotasi

    yang tercipta. Peneliti menggunakan enam prosedur konotasi barthes untuk

    menganalisis yaitu trick effect, pose, object, photogenia, aestheticism, dan

    sintax. Enam langkah tersebut dapat dipandang sebagai pertimbangan

    utama ketika orang membaca bahasa gambar tersebut. Menurut Barthes

    (2010:7) dalam Image, Music, Text dengan menggunakan minimal tiga

    pendekatan sudah bisa memunculkan konotasi.

    1. Trick Effect

    Trick Effect merupakan syarat konotasi yang melihat melalui teknik-teknik

    visual yang terdapat dalam shot. Pada shot pertama gambar diambil

    dengan komposisi medium shot (MS), komposisi ini memperlihatka

    ekspresi seorang anak perempuan yang malu sembari menutup mulutnya

    dengan kedua tangan, kemudian shot kedua close up anak laki-laki dengan

    tatapan tajam dan sedikit senyum keduanya disisipkan kata “THINK

    AGAIN”

    2. Pose

    Ketika berbicara mengenai pose, kita akan teringat kepada objek tubuh.

    Pose merupakan komunikasi non verbal yang dilihat melalui bahasa tubuh.

    Anak perempuan yang merasa malu dengan menutup mulutnya dengan

  • kedua tangannya itu bisa diartikan sebagai seorang yang ragu dan anak

    laki-laki dengan tatapan tajam dengan sedikit senyum bisa diartikan

    sebagai seorang yang memberi pilihan atau penegasan.

    3. Object

    Object mencakup apa seseorang atau benda tersebut, bagaimana letak

    benda, besar kecilnya benda. Ada beberapa objek dalam scene tersebut

    diantaranya anak perempuan, anak laki-laki, sisipan tulisan “THINK

    AGAIN”

    4. Photogenia

    Dalam photogenia, sebuah scene bisa ditampilkan secara lebih dramatis

    atau romantis. Kedua scene diatas menunjukkan siang hari terlihat dari

    scene anak perempuan yang berada diluar ruangan dengan minumannya,

    sedangkan scene anak laki-laki pada siang hari namun berada didalam

    ruangan terlihat dari kaca yang memantulkan cahaya.

    5. Aestheticism

    Aestheticism melihat pada keseluruhan makna shot, maka dari itu untuk

    menentukan makna shot sesuai syarat aestheticism harus diteliti dari segala

    aspek. Cahaya yang ditampilkan pada shot pertama memberikan

    interpretasi bahwa scene diatas terjadi pada siang hari. Iklan provider

    3indie+ yang menceritakan kegiatan orang dewasa melalui anak-anak

    memperlihatkan bahwa keraguan seorang anak untuk menjadi dewasa

    ketika membayangkan menjadi seorang yang dewasa tidak semudah yang

    dibayangkan. Dapat dilihat juga dari sisipan tulisan “THINK AGAIN”

    yang dalam kamus bahasa inggris berartikan berfikir lagi, hal tersebut bisa

    dijadikan oleh anak-anak sebagai pertimbangan atau penegasan bahwa

    menjadi seorang yang dewasa itu tidak mudah.

    6. Sintax

    Dari shot yang terdapat dalam scene diatas, sudah tergambarkan secara

    jelas bahwa ketimpangan dan keraguan yang dialami oleh anak-anak

    ketika membayangkan menjadi seorang dewasa dengan segala sesuatunya

    yang rumit dan tidak mudah.

    Dari keenam syarat konotasi diatas dapat disimpulkan makna konotasi dari adegan ini

    adalah menjadi seorang dewasa memang tidak mudah namun tidak sepantasnya

    semua itu diperlihatkan oleh seorang anak karena bisa menimbulkan trauma

  • untuk menjadi dewasa karena mungkin yang seperti itu akan mereka alami

    kelak. Hal tersebut juga jelas mengandung unsur eksploitasi karena pembuat

    iklan sama saja memberikan gambaran yang buruk mengenai menjadi seorang

    dewasa kepada anak karena semua anak kelak akan tumbuh menjadi seorang

    yang dewasa.

    4.2. Pembahasan

    Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa iklan 3indie+ memiliki makna

    denotatif, konotatif dan mitos untuk membuktikan adanya unsur eksploitasi anak yang

    dilakukan oleh pembuat iklan. Iklan 3indie+ adalah iklan provider yang ditayangkan pada

    tahun 2013, iklan ini disutradarai oleh Michael Sewandono dengan konsep permasalahan

    akhir bulan para target pasar. Iklan ini dibuat dengan menggunakan pemeran sebanyak

    kurang lebih 40 anak-anak dengan gaya satir atau sindiran yang tujuan utamanya adalah

    menyindir target utama yaitu para pekerja muda.

    Iklan 3 dengan mengusung produk bernama Indie+ menawarkan layanan yang dapat

    memberikan kelonggaran pembayaran pulsa dengan sistem kantong pulsa, yaitu pemakaian

    pulsa yang dapat dibayarkan ketika sudah ada anggaran untuk beli pulsa dengan sistem

    pembayaran yang tidak ditentukan. Ide ini dituangkan dengan slogan “ pakai dulu baru bayar

    belakangan” dengan tagline “ 3indie+ untuk kamu yang sudah gede”.

    Pada tahun yang sama iklan ini mendapat kecaman keras dari Komisi Penyiaran

    Indonesia (KPI). KPI menganggap iklan ini tidak layak untuk ditayangkan pada sembarang

    waktu. Kecaman ini berbuntut pada diberhentikannya penayangan iklan ini sampai sekarang.

    Ketentuan yang sudah jelas dalam EPI tersebut tidak diindahkan oleh pihak pembuat

    iklan dengan alasan penggunaan anak-anak akan memperkuat tujuan yang akan dilancarkan

    dalam iklan sehingga konsekuensinya adalah diberhentikannya tayangan iklan dari televisi1.

    Selain melanggar peraturan dari EPI iklan ini diberhentikan penayangannya oleh

    himbauan KPI dengan dasar iklan ini memanipulasi perkataan yang bukan tataran anak-anak

    dan sangat tidak mendidik. Iklan tersebut dianggap tidak pantas karena menampilkan anak-

    anak yang mengomentari persoalan kehidupan orang dewasa yang sangat jelas bahwa itu

    bukan pemikiran orisinal seorang anak. Hal itu terbukti dari beberapa scene yang jelas

    mengandung unsur eksplotasi anak secara berturut-turut.

    1http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/31520-peringatan-tertulis-untuk-11-stasiun-tv-perihal-iklan-tri-indie-semua-versi-versi-anak-laki-laki-dan-anak-perempuan diakses 13/02/2014pkl 8:50

  • Pola pikir yang ditampilkan adalah ketika dewasa seseorang akan memulai

    mengerjakan hal-hal yang sebenarnya dirasa kurang penting ketika mendapat pekerjaan yang

    tidak sesuai harapan seperti menjadi tukang bawain laptop dan beres-beres kertas, kemudian

    kerja keras yang menghabiskan waktu 15 jam sehari, berangkat pagi, pulang malam, tidur

    cuma 5 jam. Kadang karena kebijakan finansial perusahaan gajinya pas-pasan, tanggal 15

    sudah menipis atau hampir habis, kemudian harus memikirkan kebutuhan makan selanjutnya

    dengan berhutang diwarung makanan. Dalam pemikiran anak-anak juga ditanamkan pola

    pikir pemborosan yaitu dengan membeli minuman yang mahal namun tidak sesuai keadaan

    dan pada akhirnya hanya bisa makan mie instan setiap harinya.

    Pada akhir iklan terdapat narasi yang berbunyi “jadi orang gedhe menyenangkan tapi susah

    dijalanin – think again”, yang dalam narasi itu bisa menimbulkan pemikiran ketakutan untuk

    tumbuh dewasa karena jadi orang gedhe atau orang dewasa itu susah untuk dijalani.

    Pemikiran yang dapat menimbulkan ketakutan seperti itu seharusnya tidak layak untuk

    dinikmati oleh anak-anak yang dalam sedang dalam masa perkembangan dan belajar