BAB IV

download BAB IV

of 3

description

gdn

Transcript of BAB IV

BAB IVPEMBAHASAN

Pasien adalah seorang laki-laki usia 38 tahun rujukan dari RS Santo Vincentius dengan kondisi sadar dan sudah terpasang IVFD RL 30 tpm. Pasien dibawa ke IGD RS Abdul Aziz untuk di evaluasi lebih lanjut. Dari anamesis didapatkan informasi bahwa sebelumnya pasien terjatuh dari ketinggian 4 m karena tersengat listrik saat sedang bekerja. Pasien jatuh terlentang dengan kepala menghantam lantai semen. Setelah jatuh pasien sempat pingsan selama 15 menit, setelah sadar pasien mengeluhkan pusing, sakit kepala yang berdenyut yang dirasakan terus menerus disertai mual dan muntah menyemprot. Kepala semakin sakit jika mata di buka, dan pasien sudah muntah menyemprot sebanyak 4 kali SMRS. Sesak, keluar darah dari hidung dan telinga disangkal oleh pasien dan pasien merasa penglihatanya kabur.Primary survey tidak ada gangguan jalan nafas ataupun pernafasan dan hemodinamik yang masih stabil. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien sadar dan tampak sakit sedang. Terdapat hematoma pada daerah dan edema serta luka lecet pada daerah temporoparietal dextra. Pada daerah thorax dan abdomen tidak ditemukan jejas trauma ataupun tanda-tanda perdarahan. Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan terjadinya trauma pada thorax dan abdomen yang bersifat emergensi seperti pneumothorax, hematothorax, cardiac tamponade, intraabdominal bleeding akibat laserasi hati dan limpa. Dari hasil anamesis dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan Tekanan Intrakranial pada pasien hal ini dibuktikan dengan keluhan nyeri kepala hebat dan muntah proyektil yang pasien alami. Kenaikan TIK ini dapat mengakibatkan pengurangan suplai darah ke otak yang akan mengakibatkan serangkaian iskemia sehingga akan terjadi kerusakan otak. Dari harisl kronologis jatuhnya pasien dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami cidera kepala ringan karena nilai GCS pasien masih 15, namun pasien mungkin saja mengalami fraktur tulang kepala yang dapat mengakibakan perdarahan di dalam kepala, sehingga pasien perlu dilakukan observasi untuk melihat apakah kemungkinan terjadi lucid interval. CT Scan kepala dilakukan untuk memastikan perlukaan dan trauma yang terjadi. Hasil dari pemeriksaan tersebut adalah ditemukan adanya adanya lesi hiperdens yang berbentuk bikonveks pada region Supra-Infra Tentorial dengan volume 40 cc. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi hematoma epidural pada sisi tersebut dan perlu penanganan segera untuk mengvakuasi hematoma tersebut. Sebagian besar kasus epidural hematom diakibatkan oleh robeknya arter meningea media. Perdarahan terletak anatara tulang tengkorak dan duramater. Pada pemeriksaan neurologis tidak didapatkan kelainan berarti. Tidak didapatkan tanda-tanda lateralisasi yang berupa penurunan kekuatan motorik dan saraf sensorik, pupil masih reaktif terhadap cahaya. Refleks patologis yang berupa refleks Babinsky negative. Hal ini menandakan bahwa hematoma yang terjadi belum sampai menyebabkan penekanan yang dapat megakibatkan herniasi otak atau brain injury yang dapat mengakibatkan defisit neurologis. Penanganan pertama atasi dahulu ABCDEnya, Non medikamentosa, Oksigen 3-4 L/m, IVFD RL 30 tpm, Pemasangan kateter urin, Pemasangan NGT, Tirah baring elevasi kepala 300, Observasi KU dan cek TTV, Penjelasan kepada keluarga pasien mengenai kondisi, tatalaksana, dan prognosis penyakit. Medikamentosa Injeksi Merofen 2 x 1 gr Injeksi Ketorolac 2x30 mg, Ketorolac digunakan untuk membantu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien. Injeksi Ranitidine 3x50 mg, Injeksi citicolin 1x1 gr Pada pasien ini dilakukan tindakan kraniotomi sito guna mengevakuasi hematoma dan mencegah timbulnya defisit neurologis. Hal ini dilakukan karena epidural hematoma merupakan kasus yang paling emergensi di bedah saraf karena progresifitasnya yang cepat karena duramater melekat erat pada sutura sehingga langsung mendesak ke parenkim otak yang menyebabkan mudah terjadinya herniasi trans dan infratentorial. Penanganan operatif diindikasikan pada kasus : > 40 cc dengan midline shifting pada daerah temporal / frontal / parietal dengan fungsi batang otak masih baik. > 30 cc pada daerah fossa posterior dengan tanda-tanda penekanan batang otak atau hidrosefalus dengan fungsi batang otak masih baik. EDH progresif. EDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi.