BAB IV

20
40 BAB IV PEMBAHASAN Pelaksanaan asuhan keperawatan secara murni mengacu pada konsep dan teori yang sudah ada. Proses keperawatan yang dilaksanakan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi atau perencanaan, implementasi atau pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Proses ini akan dibahas secara mendalam dari masing-masing tahap. Dalam bab ini penulis akan membahas kesesuaian antara kasus nyata dilapangan dengan teori dari berbagai pihak yang sudah ada. 4.1 Pengkajian Keperawatan Pengkajian pada Tn. H dilakukan pada tanggal 05 Mei 2015 pukul 08.00 WIB dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru, ditemukan data-data pasien mengeluhkan sesak nafas, badan terasa lemah, sering batuk berdahak, dan tidak nafsu makan, . Pengkajian yang didapatkan menurut teori (Doenges, 2000) dengan Tuberkulosis Paru adalah sesak nafas, batuk, nyeri dada, terdapat suara tambahan rochi basah dan kering, perubahan pola eliminasi, mual dan anoreksia. Antara fakta dan teori terdapat beberapa kesamaan menurut pandangan penulis tentang pasien yang mengalami sesak nafas akibat sekret yang berlebihan sehingga terjadi obstruksi saluran pernafasan. Batuk yang terjadi untuk mengeluarkan

description

up

Transcript of BAB IV

51

BAB IVPEMBAHASAN

Pelaksanaan asuhan keperawatan secara murni mengacu pada konsep dan teori yang sudah ada. Proses keperawatan yang dilaksanakan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi atau perencanaan, implementasi atau pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Proses ini akan dibahas secara mendalam dari masing-masing tahap.Dalam bab ini penulis akan membahas kesesuaian antara kasus nyata dilapangan dengan teori dari berbagai pihak yang sudah ada.4.1 Pengkajian KeperawatanPengkajian pada Tn. H dilakukan pada tanggal 05 Mei 2015 pukul 08.00 WIB dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru, ditemukan data-data pasien mengeluhkan sesak nafas, badan terasa lemah, sering batuk berdahak, dan tidak nafsu makan, .Pengkajian yang didapatkan menurut teori (Doenges, 2000) dengan Tuberkulosis Paru adalah sesak nafas, batuk, nyeri dada, terdapat suara tambahan rochi basah dan kering, perubahan pola eliminasi, mual dan anoreksia. Antara fakta dan teori terdapat beberapa kesamaan menurut pandangan penulis tentang pasien yang mengalami sesak nafas akibat sekret yang berlebihan sehingga terjadi obstruksi saluran pernafasan. Batuk yang terjadi untuk mengeluarkan sekret yang berlebihan. Sedangkan kurang nafsu makan dan berat badan menurun merupakan gejala yang timbul ketika proses progresif.

4.2 Diagnosa KeperawatanDari hasil pengkajian terhadap Tn. H penulis mengangkat 4 diagnosa berdasarkan analisa data yaitu pola nafas tidak efektif, bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan kurang pengetahuan.Sedangkan berdasarkan teori menurut (Doenges, 2000) diagnosa yang muncul pada pasien dengan Tuberkulosis Paru adalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial dan kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, terbatasnya pengetahuan/kognitif.Antara kasus nyata dengan teori menurut pandangan penulis pengangkatan diagnosa ada yang memiliki ketidaksamaan yaitu pola nafas tidak efekitf, dan juga memiliki kesamaan yaitu bersihan bersihan jalan tidak efektif, perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan kurang pengetahuan. Ada beberapa diagnosa yang tidak diangkat karena tidak ditemukan data dalam pengkajian yang mendukung diagnosa keperawatan teori menurut (Doengoes, 2000) yaitu4.2.1 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial.4.2.2 Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman

4.3 Intervensi Keperawatan4.3.1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekretPada diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, ini dikarenakan jika masalah pola nafas yang tidak diatasi segera akan mengganggu kesehatan dan aktivitas pasien. Tujuannya: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola nafas efektif, dengan kriteria hasil: sesak (+), tanda-tanda vital dalam batas normal. Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah kaji pola nafas pasien, observasi TTV, atur posisi semifowler, ajarkan pasien nafas dalam dan batuk efektif, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan O2.Menurut teori secara umum, pada diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, meningkatnya sekret. Tujuannya: mempertahankan jalan nafas, pola nafas efektif, tidak terjadi suara tambahan ronchi. Rencana tindakan yang dilakukan: Pertahankan kepatenan jalan nafas bila diperlukan (oksigen 2 ml dengan kanule), kaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, berikan oksigen sesuai program, berikan cairan yang adekuat per oral atau peranteral, pemberian terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada, ajarkan batuk dan nafas dalam efektif setelah pengobatan dan pengisapan sekret.4.3.2 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekretPada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, ini dikarenakan jika masalah batuk tidak teratasi dengan optimal akan mengganggu kesehatan pasien. Tujuannya: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan jalan nafas efektif, dengan kriteria hasil: batuk (-), sputum (-), TTV dalam batas normal: RR: 16-24x/mnt, jalan nafas lancar, tidak ada sesak, tidak menggunakan O2, suara nafas vesikuler, tidak ada suara tambahan. Rencana tindakan yang dilakukan adalah kaji fungsi pernapasan seperti bunyi, kecepatan dan irama. Observasi TTV, atur posisi semifowler, ajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif, kolaborasi dalam pemberian obat sesuai intruksi dokter.Menurut teori (Doengoes, 2000) pada diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal. Tujuannya: mempertahankan jalan napas pasien, mengeluarkan sekret tanpa bantuan, menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi, mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat. Rencana tindakan yang dilakukan: kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis. Berikan pasien posisi semi atau Fowler. Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu. Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. Lembabkan udara/oksigen inspirasi. Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi. Bantu inkubasi darurat bila perlu. 4.3.3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia Pada diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, hal ini segera ditangani karena kebutuhan nutrisi pasien harus terpenuhi dengan optimal. Tujuannya: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil: BB normal/ideal, menunjukkan kenaikan BB, pasien tampak bersemangat, intake dan output adekuat, turgor kulit baik, nafsu makan meningkat/normal. Rencana tindakan yang dilakukan adalah catat nutrisi klien: turgor kulit, timbang BB, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah. Monitor intake dan output secara periodic, lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan, anjurkan makan sedikit tapi sering, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.Menurut teori (Doenges, 2000) diagnosa perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial. Tujuannya: menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi, melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat. Rencana tindakan yang dilakukan: catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare. Kaji pola diet pasien yang disukai/tidak disukai. Monitor intake dan output secara periodik. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB). Anjurkan bedrest. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan. Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat. Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet. Konsul dengan tim medis untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan. Awasi pemeriksaan laboratorium. (BUN, protein serum, dan albumin). Berikan antipiretik tepat.4.3.4 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang pencegahan penularan penyakit.Pada diagnosa kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang pencegahan penularan penyakit. Tujuannya: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan keluarga dan pasien dapat melakukan perubahan perilaku dan pola hidup dengan kriteria hasil: klien tampak bersemangat, batuk (-), sputum (-), menaruh tempat dahak pada tempatnya. Rencana tindakan yang dilakukan: kaji tingkat pengetahuan klien, anjurkan pasien untuk menaruh tempat dahak pada tempat yang benar, berikan pendidikan kesehatan tentang batuk efektif dan cara menaruh dahak/tempat dahak pada tempat yang benar.Menurut teori (Doenges, 2000) diagnosa kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif. Tujuannya: menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan, melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru, mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi, menerima perawatan kesehatan adekuat. Rencana tindakan yang dilakukan: kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media, orang dipercaya. Identifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya: hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo. Tekankan pentingnya asupan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan intake cairan yang adekuat. Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya: jadwal minum obat. Jelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi, tindakan dan perlunya terapi dalam jangka waktu lama. Ulangi penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis dengan obat lain. Jelaskan tentang efek samping obat: mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah. Anjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang terapi INH. Perneriksaan mata saat mulai dan menjalani terapi etambutol. Dorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan kecemasan. Jangan menyangkal. Berikan gambaran tentang pekerjaan yang berisiko terhadap penyakitnya misalnya: bekerja di pengecoran logam, pertambangan, pengecatan. Anjurkan untuk berhenti merokok. Review tentang cara penularan Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi.Dari ketiga diagnosa yang diangkat penulis berdasarkan fakta dan teori pada intervensi memiliki ketidaksamaan yaitu pada diagnosa kurang pengetahuan karena pada intervensi secara teori sangat berbeda dengan intervensi secara kasus nyata. Dan juga ada beberapa intervensi pada diagnosa pola nafas tidak efektif secara teori dan kasus nyata memiliki kesamaan, tetapi berdasarkan teori secara umum tidak berdasarkan teori menurut (Doenges, 2000) pada pasien dengan Tuberkulosis Paru.

4.4 Implementasi KeperawatanBerdasarkan tujuan yang akan dicapai dan berdasarkan rencana tindakan keperawatan yang diaplikasikan dalam tindakan nyata. Pada kasus Tn. H pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun.4.4.1 Pada diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengkaji pola nafas pasien, mengobservasi TTV, mengatur posisi semifowler, mengajarkan pasien nafas dalam dan batuk efektif, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan O2. Menurut teori secara umum, diagnosa pola nafas tidak efektif. Tindakan yang dilakukan: mempertahankan kepatenan jalan nafas bila diperlukan (oksigen 2 ml dengan kanule), mengkaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, memberikan oksigen sesuai program, memberikan cairan yang adekuat per oral atau peranteral, memberikan terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada, ajarkan batuk dan nafas dalam efektif setelah pengobatan dan pengisapan sekret.4.4.2 Pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengkaji fungsi pernapasan seperti bunyi, kecepatan dan irama. Mengobservasi TTV, mengatur posisi semifowler, mengajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif, berkolaborasi dalam pemberian obat sesuai intruksi dokter. Menurut teori (Doenges, 2000) pada diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal.tindakan keperawatan yang dilakukan: mengkaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori. Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis. Memberikan pasien posisi semi atau Fowler, membantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam, membersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu. Mempertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. Melembabkan udara/oksigen inspirasi. Memberikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi. Membantu inkubasi darurat bila perlu. 4.4.3 Pada diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, tindakan keperawatan yang dilakukan mencatat nutrisi klien: turgor kulit, timbang BB, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah. Memonitor intake dan output secara periodik, melakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan, menganjurkan makan sedikit tapi sering, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.Menurut teori (Doenges, 2000) pada diagnosa perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial. Tindakan keperawatan yang dilakukan: mencatat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare. Mengkaji pola diet pasien yang disukai/tidak disukai. Memonitor intake dan output secara periodik. Mencatat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Mengawasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB). Menganjurkan bedrest. Melakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan. Menganjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat. Rujukan ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet. Konsulkan dengan tim medis untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan. Mengawasi pemeriksaan laboratorium. (BUN, protein serum, dan albumin). Memberikan antipiretik tepat.4.4.4 Pada diagnosa kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang pencegahan penularan penyakit, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengkaji tingkat pengetahuan klien, menganjurkan pasien untuk menaruh tempat dahak pada tempat yang benar, memberikan pendidikan kesehatan tentang batuk efektif dan cara menaruh dahak/tempat dahak pada tempat yang benar.Menurut teori (Doenges, 2000) pada diagnosa kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif. Tindakan keperawatan yang dilakukan: mengkaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media, orang dipercaya. Mengidentifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya: hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo. Menekankan pentingnya asupan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan intake cairan yang adekuat. Memberikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya: jadwal minum obat. Menjelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi, tindakan dan perlunya terapi dalam jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis dengan obat lain. Menjelaskan tentang efek samping obat: mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah. Menganjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang terapi INH. Memeriksakan mata saat mulai dan menjalani terapi etambutol. Mendorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan kecemasan. Jangan menyangkal. Memberikan gambaran tentang pekerjaan yang berisiko terhadap penyakitnya misalnya: bekerja di pengecoran logam, pertambangan, pengecatan. Menganjurkan untuk berhenti merokok. Mereview tentang cara penularan Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi.Dari ketiga diagnosa yang diangkat penulis berdasarkan fakta dan teori pada implementasi memiliki ketidaksamaan yaitu pada diagnosa kurang pengetahuan karena pada implementasi secara teori sangat berbeda dengan implementasi secara kasus nyata. Dan ada beberapa implementasi pada diagnosa pola nafas tidak efektif secara teori dan kasus nyata memiliki kesamaan, tetapi berdasarkan teori secara umum tidak berdasarkan teori menurut (Doenges, 2000) pada pasien dengan Tuberkulosis Paru.

4.5 Evaluasi Keperawatan4.5.1 Diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, data Subjektif: pasien mengatakan masih sesak nafas, data Objektif: pasien tampak lemah, pasien tampak sesak, terpasang O2 4 L/mnt, TTV: TD: 90/60 mmHg, N: 84x/menit, RR: 24x/menit, S: 36,70C, Suara nafas tambahan ronchi (+).4.5.2 Pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, data Subjektif: pasien mengatakan masih batuk berdahak, data Objektif: batuk berdahak, sputum (-), TTV: TD: 90/60 mmHg, N: 84x/menit, RR: 24x/menit, S: 36,70C. 4.5.3 Pada diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, data Subjektif: pasien mengatakan masih tidak nafsu makan, data Objektif: klien tampak lemah, Intake: minum: 1 gelas teh dan 1 gelas air putih, makan: bubur 1 porsi tidak dihabiskan. Output: BAK: 1000ml/hr, BAB: 1x/hr, Infus: 200 cc, IMT: 17,8, turgor kulit cukup, nafsu makan berkurang, BB: 48 kg. Menurut pandangan penulis pada ketiga diagnosa diatas, masalah belum teratasi dan perencanaan keperawatan pada pasien Tn. H dengan Tuberkulosis Paru. Dan pada diagnosa kurang pengetahuan masalah pasien teratasi karena pasien dan keluarga dapat memahami tindakan keperawatan yang diberikan oleh penulis yaitu pendidikan kesehatan tentang Tuberkulosis Paru dan Batuk Efektif.

BAB VPENUTUP5.1 KesimpulanBerdasarkan uraian-uraian serta pembahasan yang telah dikemukakan dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:5.1.1 Pengkajian keperawatanPengkajian keperawatan pada pasien Tn. H dengan Tuberkulosis Paru di ruang Gardenia BLUD RS Dr. Doris Sylvanus data didapat melalui wawancara, pengkajian, pemeriksaan fisik, dan data perkembangan pasien, terdapat keluhan sesak nafas, batuk berdahak, dan kurang nafsu makan.

5.1.2 Diagnosa keperawatanPenegakan diagnosa keperawatan yang dikemukakan oleh penulis hasil pengkajian ada empat yaitu: pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang pencegahan penularan penyakit.

5.1.3 Intervensi keperawatanRencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn. H berdasarkan diagnosa:5.1.3.1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, yaitu kaji pola nafas pasien, observasi TTV, atur posisi semifowler, ajarkan pasien nafas dalam dan batuk efektif, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan O2.5.1.3.2 Pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, yaitu kaji fungsi pernapasan seperti bunyi, kecepatan dan irama. Observasi TTV, atur posisi semifowler, ajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif, kolaborasi dalam pemberian obat sesuai intruksi dokter.5.1.3.3 Pada diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, yaitu catat nutrisi klien: turgor kulit, timbang BB, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah. Monitor intake dan output secara periodik, lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan, anjurkan makan sedikit tapi sering, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.5.1.3.4 Pada diagnosa kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang pencegahan penularan penyakit, yaitu kaji tingkat pengetahuan klien, anjurkan pasien untuk menaruh tempat dahak pada tempat yang benar, berikan pendidikan kesehatan tentang batuk efektif dan cara menaruh dahak/tempat dahak pada tempat yang benar.Dari ketiga diagnosa yang diangkat penulis pada intervensi memiliki ketidaksamaan yaitu pada diagnosa kurang pengetahuan karena pada intervensi secara teori sangat berbeda dengan intervensi secara kasus nyata.

5.1.4 Implementasi keperawatan5.1.4.1 Pada diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengkaji pola nafas pasien, mengobservasi TTV, mengatur posisi semifowler, mengajarkan pasien nafas dalam dan batuk efektif, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan O2. 5.1.4.2 Pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengkaji fungsi pernapasan seperti bunyi, kecepatan dan irama. Mengobservasi TTV, mengatur posisi semifowler, mengajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif, berkolaborasi dalam pemberian obat sesuai intruksi dokter. 5.1.4.3 Pada diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, tindakan keperawatan yang dilakukan mencatat nutrisi klien: turgor kulit, timbang BB, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah. Memonitor intake dan output secara periodik, melakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan, menganjurkan makan sedikit tapi sering, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.5.1.4.4 Pada diagnosa kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang pencegahan penularan penyakit, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengkaji tingkat pengetahuan klien, menganjurkan pasien untuk menaruh tempat dahak pada tempat yang benar, memberikan pendidikan kesehatan tentang batuk efektif dan cara menaruh dahak/tempat dahak pada tempat yang benar.Dari ketiga diagnosa yang diangkat penulis berdasarkan fakta dan teori pada implementasi memiliki ketidaksamaan yaitu pada diagnosa kurang pengetahuan karena pada implementasi secara teori sangat berbeda dengan implementasi secara kasus nyata.

5.1.5 Evaluasi keperawatanDari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. H dengan Tuberkulosis Paru untuk diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, data Subjektif: pasien mengatakan masih sesak nafas, data Objektif: pasien tampak lemah, pasien tampak sesak, terpasang O2 4 L/mnt, TTV: TD: 90/60 mmHg, N: 84x/menit, RR: 24x/menit, S: 36,70C, Suara nafas tambahan ronchi (+).Pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, data Subjektif: pasien mengatakan masih batuk berdahak, data Objektif: batuk berdahak, sputum (-), TTV: TD: 90/60 mmHg, N: 84x/menit, RR: 24x/menit, S: 36,70C.Pada diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, data Subjektif: pasien mengatakan masih tidak nafsu makan, data Objektif: klien tampak lemah, Intake: minum: 1 gelas teh dan 1 gelas air putih, makan: bubur 1 porsi tidak dihabiskan. Output: BAK: 1000ml/hr, BAB: 1x/hr, Infus: 200 cc, IMT: 17,8, turgor kulit cukup, nafsu makan berkurang, BB: 48 kg. Pada diagnosa kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang pencegahan penularan penyakit, data Subjektif: pasien mengatakan sering batuk, data Objektif: klien tampak lemah, batuk (+), sputum (+), keluarga pasien sudah menaruh tempat dahak pada tempatnya, keluarga pasien sudah mengerti tentang batuk efektif, klien tampak memperagakan teknik batuk efektif.Menurut pandangan penulis pada ketiga diagnosa diatas, masalah belum teratasi dan perencanaan keperawatan pada pasien Tn. H dengan Tuberkulosis Paru. Dan pada diagnosa kurang pengetahuan masalah pasien teratasi karena pasien dan keluarga dapat memahami tindakan keperawatan yang diberikan oleh penulis yaitu pendidikan kesehatan tentang Tuberkulosis Paru dan Batuk Efektif.

5.2 Saran5.2.1 Rumah SakitBagi pihak Rumah Sakit khususnya di BLUD RS Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya diharapkan lebih meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada pasien sehingga pasien maupun keluarga mendapatkan perawatan yang lebih baik, untuk dapat dikembangkan dimasa yang akan datang5.2.2 InstitusiInstitusi sebagai sarana pendidikan kiranya dapat menambah buku referensi tentang keperawatan, sehingga dapat menambah wawasan bagi mahasiswa STIKES Eka Harap Palangka Raya tentang ilmu pengetahuan teknologi.5.2.3 Bagi PenulisBagi penulis diharapkan untuk melakukan tugasnya dengan baik dalam memberikan asuhan keperawatan, tindakan keperawatan, serta pendidikan kesehatan bagi pasien sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Dapat mengidentifikasi masalah yang muncul pada pasien dan dapat menanganinya secara mandiri serta dapat mendokumentasi hasil asuhan keperawatan tersebut.