bab IV
-
Upload
faisal-ansiska -
Category
Documents
-
view
177 -
download
11
Transcript of bab IV
12
BAB. IV. TINJAUAN UMUM OBJEK LOKASI
4.1. Umum
Perkebunan dan Pabrik Pengolahan teh Unit Usaha Pagaralam merupakan
salah satu Unit Usaha di Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan VII. PT.
Perkebunan Nusantara VII yang disingkat PTPN VII (Persero) adalah Badan
Hukum Indonesia yang berkedudukan dan berkantor pusat di Bandar
Lampung, Propinsi Lampung, yang telah secara sah berdiri sendiri dan
dijalankan berdasarkan peraturan perundang-undangan Negara Republik
Indonesia. Pendiriannya pada tahun 1929 oleh Perusahaan Belanda yaitu NV.
Lanbouw Ma ata Chapij. Kebun teh juga biasa dikenal dengan sebutan
Gunung Dempo adalah satu-satunya Unit Usaha di lingkungan PT. Perkebunan
Nusantara VII yang mengelola budidaya teh yang terletak di Kota Pagaralam
Propinsi Sumatera Selatan. Jenis produksi yang dihasilkan adalah teh hitam
dengan kapasitas olah Pabrik 40 ton pucuk basah.
PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Pagaralam didirikan berdasarkan Akta
No : 40 tanggal 11 Maret 1996 di buat dihadapan Harun Kamil, SH., Notaris di
Jakarta, yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik
Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No : C2-8335.HT.01.01.Th.96 tertanggal
8 Agustus 1996, dan telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara
Indonesia No : 80 tertanggal 4 Oktober 1996 dan Tambahan Lembaran Negara
13
Republik Indonesia No : 8563/1996 (Akta Pendirian), serta telah didaftarkan
dalam Daftar Perusahaan sesuai dengan Undang-undang No: 3 Tahun 1982
tentang Wajib Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Departemen
Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Bandar Lampung (TDP) No :
070111010385 dengan No: 001/BH.2.13/IX/1996 tertanggal 3 September 1996.
Perkebunan teh Pagaralam terletak di kaki Gunung Dempo dengan suhu
udara 15°C - 26°C, merupakan tempat yang nyaman dengan pemandangan
yang indah dan merupakan salah satu tempat tujuan wisata di wilayah Sumatera
Selatan.
Visi PTPN VII (Persero) Unit Usaha Pagaralam
Visi dari Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Pagaralam yaitu
menjadikan Unit Usaha yang menghasilkan laba, terus tumbuh dan berkembang,
sebagai penghasil teh hitam yang unggul dan diterima pasar dunia.
Misi PTPN VII (Persero) Unit Usaha Pagaralam
Adapun misi dari Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Pagaralam
yaitu memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan efisien dan
menggunakan teknologi budidaya dan proses pengolahan yang tepat dan akrab
lingkungan.
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
14
Perkebunan Teh Unit Usaha Pagaralam merupakan salah satu Unit Usaha di
PTP Nusantara VII. Perkembangan Unit Usaha ini secara singkat seperti pada
tabel 1.
Tahun Perkembangan
1929Peletakan batu pertama tanggal 02 Mei 1929 dan dike lola oleh perusahaan Belanda yaitu NV. Landbouw Maata Chapij Pagaralam.
1942 - 1945 Pada masa Perang Dunia ke-2 dikuasai oleh Jepang.1945 - 1949 Di bawah Departemen Pertanian.
1949 - 1951Semasa class ke-2 dengan Belanda kebun dan pabrik teh Gunung Dempo di tiadakan
1951 - 1958Dibangun kembali oleh perusahaan Belanda yaitu Cultur NV. Soerabaya.
1958 - 1963Dinasionalisasikan dan dikelola oleh PPN Baru Sumatra Selatan.
1963 - 1968 Di bawah PPN Antan VII Bandung.1968 - 1980 Di bawah PNP. X.1980 - 1996 Di bawah PT Perkebunan X (Persero).
1996 - Sekarang
Bergabung dengan Eks. PTP XI, XXIII dan XXXI (Persero) menjadi PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) dengan wilayah kerja meliputi Sumatra Selatan, Bengkulu dan Lampung.
Tabel 1 sejarah singkat perkembangan perusahaan perkebunan teh pagar alam
4.1.2. Lokasi Perusahaan.
Lokasi PT. Perkebunan Nusantara VII (Pesrsero) Unit Usaha Pagaralam berada di
Kelurahan Gunung Dempo Kecamatan Pagaralam Selatan yang berjarak 9 Km
dari Kota Pagaralam, 69 Km dari Kota Lahat, 300 Km dari Kota Palembang
ibukota Provinsi Sumatera Selatan, 280 Km dari Propinsi Bengkulu dan 660 km
dari Kantor Direksi PTPN. VII (Persero) Bandar Lampung.
15
Secara Gografis lokasi perkebunan ini terletak pada 1.034.025" - 1.035,030"
BT dan 4,0 IS" - 4,345" LS dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Barat : Berbatasan dengan hutan
Negara dan Gunung Dempo.
Sebelah Barat: Berbatasan dengan Hutan Negara
dan Gunung Dempo.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan
Kelurahan Dempo Makmur dan Kelurahan
Pagar Wangi.
Timur: Berbatasan dengan Kelurahan Dempo
Makmur.
Sebelah Utara : Berbatasan dengan
Kelurahan DempoMakmur.
4.1.3. Kondisi Umum Areal
Kondisi topograpi wilayah perkebunan ini relative miring dan bergelombang
dengan jenis tanah umumnya Andosol. Areal kebun berada pada ketinggian
sekitar 950 M - 1.900 M diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata
pertahun 2.500 mm - 3.000 mm. Bulan basah selama 10 bulan dan bulan kering
selama 2 bulan, memiliki kelembaban udara berkisar antara 60 % - 85 % dengan
suhu udara berkisar antara 15°C - 26°C.
16
4.1.4. Komposisi Areal
Pada PT Perkebunan Nusantara VII perkebunan di bagi menjadi 5 afdeling, yang
masing - masing afdelingnya memiliki luas dan keadaan topografi yang berbeda –
beda.
4.1.5. Struktur Organisasi Perusahaan
Perusahaan Persero PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Pagar Alam
mempunyai struktur organisasi garis, dalam hal ini kekuasaan mengalir secara
langsung dari manajer kepada pekerja-pekerja di bawah. Masing-masing bagian
merupakan unit yang berdiri sendiri dan terdapat seorang sinder bagian afdeling
yang menjalankan fungsi pengawasan.
4.1.6. Pemasaran Produk
Untuk pemasaran teh hanya bersifat local melalui koperasi. Untuk pemasaran
dengan orientasi ekspor dilakukan melalui system Lelang oleh KPB (Kantor
Pemasaran Bersama).
4.2. Budidaya Teh dan Sistem Perawatan Tanaman Teh.
17
Tanaman teh (Camellia sinensis) berasal dari daerah subtropis, karena itu di
Indonesia teh lebih cocok ditanam di daerah pegunungan. Lingkungan fisik yang
paling berpengaruh terhadap pertumbuhan teh ialah iklim dan tanah.
4.2.1 Syarat Tumbuh
Tanaman teh menghendaki daerah pertanaman yang lembab dan sejuk, curah
hujan tahunan yang diperlukan adalah 2.000 - 2.500 mm dengan jumlah hujan
pada musim kemarau rata-rata 100 mm. Suhu yang baik yaitu berkisar antara 130C
- 25°C yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah dengan kelembapan relatif
pada siang hari tidak kurang dari 70%. Tanaman teh hanya ditanam didataran
tinggi. daerah pertanaman ini umumnya terletak pada ketinggian lebih dari 400
mdpl. Sinar matahari mempengaruhi pula suhu udara, makin banyak sinar
matahari, suhu udara semakin tinggi. Angin yang bertiup kencang dapat
menurunkan tingkat kelembapan sampai 30%, meskipun hanya berpengaruh
sedikit pada kelembapan lapisan tanah bawah. Tanah yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan
bahan organik cukup, tidak bercadas serta mempunyai derajat keasaman (PH)
antara 4,5-6,0.
4.2.2. Perawatan Tanaman
A). Pemupukan
18
Pemupukan adalah memberikan unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah yang
cukup, sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman teh. Pemupukan bertujuan
meningkatkan daya dukung tanah terhadap peningkatan pertumbuhan dan
produksi tanaman teh (Suryatmo, 1990). Oleh karena itu, pemupukan harus
dilakukan dengan tepat, meliputi dosis, tepat jenis, tepat cara dan tepat waktu.
Untuk menentukan dosis pemupukan yang tepat, perlu dilaksanakan analisis tanah
untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah, yang tentunya harus dilaksanakan
pada lokasi lokasi perkebunan teh yang bersangkutan. Pemupukan adalah bagian
pemeliharaan kebun teh yang sangat penting karena jika kurang sempurnanya
pemupukan atau kesalahan pemupukan dapat berakibat terhadap produksi karena
umumya kondisi dan menurunnya potensi tanaman sehingga tanaman teh mudah
diserang hama dan kekurangan unsur hara. PT Perkebunan Nusantara Pagaralam
menggunakan jenis pupuk :
Pupuk pohon : Urea,ZA,Kcl,Kieserite,TSP
Pupuk daun : Bayfolan,ZnSO4
ZPT : Hantu
B). Pengendalian Hama atau Penyakit
Tanaman teh sebagaimana tanaman lainnya tidak luput dari serangan hama dan
penyakit yang dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu, Jenis
hama yang menyerang tanaman teh antara lain Ulat andraka, ulat api (Setora
19
nitens), Wereng penghisap pucuk teh (Empoasca), Serangga ini menyerang pucuk
teh, dengan menusuk dan menghisap cairannya. Gejala serangan berupa
perubahan warna tulang daun merah coklat. Pada daun, timbul noda-noda
berwarna kemerahan seperti terbakar. Pertumbuhan daun menjadi terhambat,
pucuk daun teh tumbuh tidak normal. Jenis penyakit yang menyerang tanaman teh
di PTPN VII Pagaralam yakni jenis blister/cacar daun, penyakit ini biasanya
disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans, penyakit cacar daun teh yang
disebabkan oleh jamur E. vexans dapat menurunkan produksi pucuk basah
sampai 50 persen karena menyerang daun atau ranting yang masih muda.
Pengendalian penyakit dilakukan dengan pengaturan naungan agar sinar matahari
dapat masuk ke kebun. Hama dan penyakit hendaknya mendapat pengawasan
ketat, selalu dimonitor dan segera ditanggulangi. Serangan hama dan penyakit
akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman teh tergangggu. (Setyamidjaja, 2000).
Untuk menunjang hal tersebut perlu adanya pengamatan dini, dengan cara
sesuai yang dilaksanakan pada areal Tanaman Menghasilkan (TM). Pengendalian
hama dan penyakit pada PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam yakni dengan
penyemprotan insektisida jenis matador dan Fungisida jenis Nordo. Insektisida
dan fungisida disemprotkan sesuai dengan dosis yang anjuran sebab jika terlalu
banyak akan berdampak terhadap produk teh itu sendiri dan kontaminannya
misalnya terjadi penurunnya kualitas teh, kualitas tanah, kualitas air dan berbagai
komoditas yang dikonsumsi setempat maupun ekspor selain teh, kemudian dapat
mempengaruhi hubungan alamiah antara mangsa-pemangsa.
20
C). Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma di perkebunan teh merupakan salah satu kegiatan rutin
yang sangat penting dalam pemeliharaan tanaman teh. Gulma akan menimbulkan
masalah besar terutama pada areal tanaman teh produktif yang baru
dipangkas/TP muda. Hal ini disebabkan sebagian besar permukaan tanah terbuka
dan secara langsung mendapatkan sinar matahari, sehingga perkecambahan
maupun laju pertumbuhan berbagai jenis gulma belangsung sangat cepat.
D). Pemangkasan
Menurut Styamidjaja (2000), pembentukan bidang petik dapat dilakukan dengan
tiga cara, yaitu cara pemangkasan, cara perundukan (bending), dan cara
kombinasi (centering - bending). PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam yang
dilakukan adalah system pemangkasan (centering). Tujuan dari pemangkasan
adalah sebagai berikut: Mendorong pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase
vegetatif, menghindari fase generatif.
Memelihara bidang petik agar tetap rendah guna memudahkan pemetikan
Membentuk bidang petikan (frame) seluas mungkin
Merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru, sehingga mampu
menghasilkan pucuk yang banyak
Meminimalkan formasi pucuk burung
21
Membuang cabang-cabang yang tidak dikehendaki (tak produktif) yang
dapat menghambat pertumbuhan tunas-tunas baru.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemangkasan adalah sistem pemangkasan,
daur pemangkasan, waktu pemangkasan. Sistem pemangkasan yang dilakukan
PTPN VII Unit Usaha Pagaralam yaitu system pemangkasan pemangkasan
produksi.
Pemangkasan Produksi adalah pangkasan yang menggunakan parang pangkas
yakni dengan cara memangkas teh dimana ketinggian pangkas ± 45-50 cm
pada ketinggian saat jumlah cabang pensil > 60 %. Sebaiknya arah pemangkasan
dilakukan sejajar dengan pohon yang dipangkas dari arah kanan ke kiri sesuai
dengan arah putaran mesin, untuk mengefektifkan jam kerja mesin, setiap waktu
satu jam kerja mesin diistirahatkan selama 1 menit. Dengan system ini cabang
atau ranting yang tertinggal pada perdu relatif lebih rendah dari pengkasan
sebelumnya, sehingga akan Iebih cepat menumbuhkan tunas baru. Cara
pemangkasan dan tingkat kemahiran pemangkas sangat menentukan suatu
pemangksan.
Penentuan kapan satu blok kebun siap untuk dipangkas jika prokdutivitas tanaman
sudah menurun, ketinggian bidang petik yang sudah tidak ekonomis bagi pemetik
22
(120-140 cm), urutan pemangkasan dikaitkan dengan sebaran pangkas perbulan.
Secara umum setelah dipangkas lebih kurang 30 hari terjadi butil-butil calon tunas
dan setelah 70 hari sampai dengan 100 hari pertumbuhan pucuk sudah siap untuk
dilakukan petik jendang Daur pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan
terdahulu dengan pemangkasan berikutnya yang dinyatakan dalam tahun/bulan,
lama daur pangkas dipengaruhi oleh ketinggian letak kebun dari permukaan laut,
system petik, kesuburan tanah, dan jenis tanaman, Waktu yang terbaik untuk
melakukan pemangkasan adalah akhir musim hujan atau awal musim kemarau.
Untuk menentukan waktu pangkasan perlu memperhatikan beberapa factor
anatara lain (TP), dengan ketinggian bidang petik :
1) 45 - 50 - 55 - 60 - 65 - 45
2000 2004 2008 2012 2016 2020
2) 45 - 53 - 49 - 57 - 53 - 61 - 57 - 65 - 45
2000 2004 2008 2012 2016 2020 2024 2028 2032
4.2.3. Pelaksanaan Penanaman Ulang (Peremajaan)
Di PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam peremajaan tanaman teh dilakukan
dengan dua cara yaitu untuk lahan datar dilakukan pencabutan dengan alat berat,
sedangkan untuk lahan dengan kemiringan > 30% yaitu dimatikan dengan bahan
kimia, agar eros tidak terlalu besar. Lahan yang datar harus mempertimbangkan
kemiringan lahan agar erosi tidak terlalu besar.
23
4.2.4. Organisasi Kebun
Sinder afdeling di PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam memiliki manajemen
kebun yang berfungsi untuk mengatur, mengendalikan, mengkoordinasikan dan
merencanakan kegiatan di kebun. Bentuk dari manajemen di kebun dapat
digambarkan pada struktur organisasi dibawah ini:
Struktur Organisasi Afdeling:
Sinder Afdeling1-5
Mandor BesarKrani afdeling
Krani TimbangMandor Pemeliharaanaan
Mandor Panen
AdministrasiPekerja PemeliharaanPekerja Petik
24
Gmbar 1. Struktur organisasi kebun
1. Sinder Afdeling
Melaksanakan kebijakan direksi dibidang tanaman sesuai standar kultur
teknis dan atas petunjuk administrator serta sinder kepala tanaman.
Membuat dan melaksanakan rencana kerjalanggaran dan rencana
operasional di bidang tanaman.
Memeriksa hasiI kerja karyawan bagian tanaman.
Menyampaikan laporan kegiatan kepada administratur.
Bertanggung jawab kepada administrator melalui sinder kepala tanaman.
2. Mandor Besar
Menyusun reneana kerja harian yang diperoleh dari catatan mandor.
Melakukan kontrol terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan
mandor- mandor.
Memberikan petunjuk teknis pekerjaan kepada mandor-mandor.
Melaksanakan petunjuk teknis yang berasal dari sinder tanaman, sinder
tata usaha, keuangan, dan administratur.
3. Mandor Pemeliharaan
25
Menyusun rencana kerja harian karyawan.
Mencatat waktu hadir dan jam kerja karyawan.
Mengontrol dan mengevaluasi cara kerja karyawan.
Melaporkan waktu hadir dan jam kerja serta hasil yang dicapai karyawan
kepada krani.
Menerima dan melaksanakan petunjuk teknis baik yang berasal dari
mandor besar maupun sinder tanaman.
4. Mandor Petik
Menyusun reneana kerja harian karyawan.
Mencatat waktu hadir dan jam kerja karyawan.
Mengawasi kecepatan kerja karyawannya.
Mengatur/mengawasi pemetik untuk menempati ancak petik.
Mengawasi pendapatan pemetik yang tidak basis.
Mengawasi ancak petik.
Mencatat produksi yang dihasilkan karyawan.
5. Krani
Menerima laporan catatan masuk kerja hasil kerja dari mandor.
26
Membuat ikhtisar laporan kerja harian.
Membuat daftar upah dan premi karyawan.
Membuat slip gaji/upah.
Membantu sinder tanaman membayar upah karyawan.
6. Krani Timbang
Menimbang/mencatat daun setiap han kerja
Mengerjakan pembukuan pucuk tiap pemetik
Mencatat produksi yang diperoleh setiap hari
7. Administrasi
Administrasi bertugas melaksanakan semua kebijakan Sinder Afdeling
Menyusun rencana kerja/anggaran dan rencana operasional
Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan unit usaha
27
8. Pekerja
Karyawan pemetik biasanya pada satu kemandoran mencapai 25-30 orang tenaga
petik gunting sedangkan untuk petik mesin, satu unit mesin terdiri dari 5 orang
karyawan. Tenaga pemetik dikenakan basis petikan/borongan yang harus dipenuhi
dalam satu hari kerja. Basis petikan ini dilakukan untuk memenuhi RKAP
(Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) harian yang dibebankan pada afdeling.
Apabila hasil pemetikan yang diperoleh melebihi basis petikan maka untuk
kelebihan per-kilogramnya dihitung sebagai premi. Premi ini dibayar sesuai
dengan kualitas pucuk yang dihasilkan oleh karyawan masing-masing
kemandoran.
4.3 Sistem Panen dan Bahan Baku
PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam pada tahun 2010, memiliki areal
tanaman menghasilkan (TM) seluas 1439 ha dan tanaman yang belum
menghasilkan (TBM) seluas 8200 ha. Secara keseluruhan luas lahan yang
ditanami adalah 14.472.000 ha yang terbagi ke dalam lima afdeling. Luas masing-
masing afdeling pada PTPN VII Unit Usaha Pagaralam berbeda-beda.
4.3.1. Tata Laksana Panen
28
A.Pemetikan
Pemetikan ialah panen yang dilakukan dengan memetik daun-daun yang cocok
untuk pengolahan. Pemetikan bertujuan untuk mendapatkan produksi daun muda
yang mempunyai kualitas maupun kuantitas yang memenuhi syarat-syarat
pengolahan. Operasi pemanenan yang dilakukan PTPN VII Unit Usaha
Pagaralam adalah system ancak tetap. Jenis petik yang dilakukan yaitu:
Petikan Gunting
Petik gunting dilakukan dengan menggunakan gunting petik. Petikan dengan
menggunakan gunting bertujuan untuk pemetikan pucuk teh yang tidak dapat
dijangkau oleh mesin petik contohnya pada bagian pinggir tanaman teh didaerah
dengan ketinggiannya curam didaerah dengan kemiringannya curam. Target hasil
kerja untuk satu orang pemetik gunting yaitu sebanyak ± 75 kg.
Pemetik gunting PTPN VII Unit Usaha Pagaralam diawasi oleh seorang mandor
dengan jumlah pekerja petik satu kemandoran 25-27 orang tenaga petik
dengan jam kerja mulai dari pukul 07.00 - 14.00 wib dengan satu hari libur
yaitu minggu (jika tetap kerja dianggap kerja borong/ dibayar rp/kg).
29
Gambar2.(a) Pemetikan Secara manual
Petik mesin
Mesin petik yang digunakan adalah mesin petik tipe Ochiai Hagono Kyoso
133-100 dengan bahan bakar bensin dan pencampuran oli dengan perbandingan
20: 1. Cara kerja petik mesin sama seperti cara kerja mesin cukur, yaitu ada dua
pisau yang saling berhadapan seperti gunting, kemudian setelah dihidupkan mata
pisau yng seperti gunting bergerak berlawanan dan memotong pucuk teh sesuai
dengan jenis petikan. Setelah pucuk terpotong dan pucuk ditiup oleh angin yang
dihasilkan dari perputaran kipas pada mesin dan didorong masuk kedalam balon
penampung.Untuk satu kemandoran diberi 3 unit mesin petik, dimana untuk satu
unit mesin petik dijalankan oleh 5 orang.
Waktu kerja mesin dalam sehari yaitu ±5 jam dengan kapasitas mesin petik per
unit adalah 700 kg. Jadi dengan menggunakan mesin petik akan mengefisienkan
jumlah tenaga petik. Karena mesin petik hanya membutuhkan tenaga kerja 5
orang per unit mesin petik. Untuk satu kemandoran petik manual (gunting)
30
membutuhkan tenaga kerja 25-30 orang, hal ini berarti dapat mengefisienkan
tenaga pemetik sebanyak 20-22 orang, Jumlah mesin petik tiap-tiap afdeling
berbeda-beda. Jumlah mesin petik didasarkan luas Area yang bisa dipetik mesin.
Kelemahan petik mesin antara lain:
a. Masih menyisakan pucuk dibagian pinggir bidang petik,sehingga masih
membutuhkan tenaga petik manual untuk memetik pucuk yang
masih tertinggal.
b. Dapat memperpanjang rotasi petik.
c. Hanya dapat memetik areal dengan kemiringan < 300
d. Biaya operasional mesin tinggi
e. Tidak dapat memilih pucuk yang akan dipilih
Kelebihan petik mesin antara lain
a. Hemat tenaga kerja
b. Bidang petikan yang dibentuk oleh hasil petikan mesin petik lebih
datar.
c. Produksi tinggi
31
Gambar 3. (b) Pemetikan menggunakan Mesin Pemetik
B. Standar Petik
Standar petikan yang digunakan PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha
Pagaralam adalah standar petikan medium, yaitu apabila pucuk yang dihasilkan
terdiri dari pucuk pecco (P) dengan satu dan atau puc uk burung (B) dengan
satu daun muda atau dapat ditulis dengan rumus petik:
1. Satu pecco + 3 daun muda (P + 3 M)
2. Satu pecco + 2 daun muda (P + 2 M)
3. Burung + 3 daun muda (8 + 3 M)
Supaya memperoleh hasil petik yang sesuai dengan standar petikan yang
diinginkan maka tenaga pemetik di PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam
diharuskan untuk memahami:
32
a. Pucuk pecco
Pucuk pecco ialah suatu pertumbuhan tunas yang aktif yang terletak di
ujung ranting.
b. Pucuk burung
Pucuk burung ialah merupakan fase pertumbuhan yang akan dormansi
(tidak aktif) selama 90 hari, untuk memaksa pertumbuhan pucuk
burung harus dipetik pada keadaan masih muda, pucuk burung normal
selalu terdapat pada pokok teh dengan jumlah ± 3 - 40 % (dari seluruh
pucuk pokok).
Jumlah ini bisa bertambah karena disebabkan antara lain:
Musim kemarau yang panjang
kekurangan unsure hara
kondisi tanaman yang tidak sehat
pemetikan yang berat sepanjang tahun
serangan hama dan penyakit yang terlalu berat
c. Cakar ayam
Pucuk cakar ayam ialah pertumbuhan tunas dari ketiak daun
lebih dari satu.
d. Kepel adalah dua daun awal yang keluar dari tunas yang sebelahnya
tertutup sisik.
33
Tujuan adanya standar petikan bagi pengelolah kebun adalah untuk menetukan
batas medium yang boleh dipetik. Bagi pengelolah pabrik standar petikan
bertujuan untuk menentukan batas pucuk yang wajar untuk diolah, agar
diperoleh mutu teh kering yang baik, untuk mendapatkan mutu teh kering yang
bagus, perlu kerjasama antara pengelolah kebun dengan pengelolah pabrik,
dimana 70 % mutu ditentukan dari lapangan (kebun) dan 30 % ditentukan di
pabrik.
(a) (b)
(c) (d)
34
Gambar 4. (a). Pucuk Pecco (b). Pucuk Burung (C). Pucuk/Cabang Cakar Ayam
(d). Kepel
C. Jenis petikan
PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam ada dua jenis petikan yaitu petikan
Jendangan ukur dan petikan Produksi.
1. Petikan Jendangan/ukur
Petik jendanganlukur ialah pemetikan yang pertama dilakukan pada pucuk-
pucuk yang tumbuh di areal pemangkasan dengan tujuan membentuk bidang
petikan. Petikan jendangan dilakukan 2,5–3 bulan sesudah pemangkasan atau
bila ± 60-70% dari pertumbuhan pucuk dilapang telah mencapai tinggi yang
memenuhi syarat yaitu 15 - 20 cm dari bidanglluka pangkasan.
Lama masa jendangan ukur ini 4·5 kali petik untuk pangkas keprisan dan 6-
8kali untuk pangkas bersih dengan pusingan rotasi petikan 12 hari. PT
Perkebunan Nusantara VII Pagaralam petikan jendangan dilakukan tenaga petik
khusus karena membutuhkan keahlian. Petikan jendangan/ukur tidak boleh
dilakukan pemetikan tepian, karena dapat membuat lorong atau karyawan
anatara satu pohon berikutnya berkurang.
35
2. Petikan Produksi
Petikan produksi bertujuan untuk mengambil semua pucuk-pucuk yang matang
petik, baik secara manual maupun dengan menggunakan mesin petik untuk
memperoleh produksi daun yang memenuhi syarat-syarat mutu pengolahan.
D. Rotasi petikan
Rotasi petikan adalah pemutaran pemetikan atau selang waktu yang diperlukan
antara satu petikan dengan petikan berikutnya. Rotasi petikan bertujuan untuk
memberi kesempatan agar pucuk-pucuk muda yang ditinggalkan dapat tumbuh
dan berkembang mencapi kriteria matang petik. Penentuan rotasi pefikan tiap
blok atau area umumnya berbeda. Hal ini disebabkan karena banyak factor
seperti: cuaca dan iklim, kondisi topografi kebun, kesuburan tanaman jenis
tanaman serta TP.
PTPN VII Unit Usaha Pagaralam rotasi petikan untuk petikan manual, pada
dataran rendah yaitu 8-10 hari sedangkan kebun pada dataran tinggi lebih
lama yaitu 10-12 hari. Hal ini disebabkan karena pada dataran tinggi
lebih sedikit sinar matahari yang masuk sehingga pertumbuhan pucuk semakin
lamban. Rotasi petikan menggunakan gunting berkisar 15-18 hari sedangkan
mesin petik yaitu 40 - 60 hari. Rotasi petikan mesi lebih lama karena
36
pemetikan berat.
E. Penimbangan dan Pengangkutan Pucuk Teh Basah ke Pabrik
Penimbangan pucuk di kebun bertujuan untuk menetukan dan mengetahui
jumlah produksi pucuk yang dihasilkan oleh tenaga pemetik. Jenis timbangan
yang digunakan PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam adalah Jenis Sallter
dengan kapasitas 50 kg. Penimbangan pucuk teh basah dilakukan oleh krani
timbang masing-masing afdeling yang diawasi oleh asisten afdeling atau mandor
besar dan disaksikan oleh mandor petik yang bersangkutan.
Penimbangan pucuk teh basah di kebun PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam
dilakukan sebanyak 2 kali setiap hari kerja. Waktu penimbangan itu adalah
sebagai berikut:
1. penimbangan ke I dilaksanakan pada pukul 11.00 Wib-
2. penimbangan ke II dilaksanakan pada pukul 14.00 Wib
Selesai penimbangan krani timbang segera menjumlah seluruh pucuk yang
diperoleh dan segera mengirimkan pucuk tersebut ke pabrik. Untuk mendapatkan
hasil olahan yang baik maka kondisi pucuk mulai dipetik sampai ke pabrik harus
dalam keadaan mulus dan segar. Pengangkutan pucuk dilakukan dengan
Menggunakan truk.
37
Di PTPN VII Unit Usaha Pagaralam, jumlah truk untuk setiap afdeling
adalah 2-3 truk tergantung dengan jumlah produksi pucuk teh basah.
Kapasitas truk angkut yaitu 3.000 Kg. Waktu pengangkutan pucuk hams
sesingkat mungkin. Lama pengangkutan dari afdeling kepabrik yang baik
maksimal 2 jam setelah dipetik.
4.3.2. Sarana dan Prasarana Sistem Panen dan bahan baku
Sarana dan prasarana panen merupakan salah satu factor yang dapat
mempengaruhi kuantitas maupun kualitas pucuk teh segar yang dihasilkan.
Sarana dan prasarana yang digunakan oleh PTPN VII Unit Usaha Pagaralam
untuk menunjang kinerja karyawannya yaitu kerangjang petik,
fishnet/waring, mesin petik, timbangan, truk, system jaringan jalan dan
system drainase, rumah hujan dan sarana dan prasarana penunjang
lainnya.
a. Keranjang Petik
Keranjang petik yang digunakan PT Perkeunan Nusantara VII Pagaralam terbuat
dan bamboo dengan diameter bawah keranjang 36 cm, diameter atas 5 cm dan
38
tinggi 55 cm. Keranjang petik merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan hasil petikan sementara. Pucuk teh yang dimasukkan kedalam
keranjang tidak boleh ditekan kerena dapat menyebabkan pucuk rusak, patah
dan suhu meningkat sehingga pucuk menjadi layu. Kapasitas keranjang petik
yang diperbolehkan antara 10-15 kg.
b. Fish Net I Waring
Fish net / waring merupakan alat atau tempat mengumpulkan pucuk basah hasil
petikan dengan tujuan untuk mengefisienkan selama penimbangan dan
pengangkutan pucuk ke pabrik. Fish net terbuat dari jarring plastic dan
berbentuk segi empat. Kapasitas fish net yang diperbolehkan PT Perkebunan
Nusantara VII Pagaralam yaitu ± 35 kg.
c. Mesin Petik
Mesin petik yang digunakan PT Perkebunan Nusantara V I I Pagaralam adalah
tipe Ochiai Hagono Kyoso /33-/0 buatan jepang dengan bahan bakar bensin.
I unit mesin petik kapasitas petiknya 650-700 kg/unit.
d. Timbangan
39
Timbangan berfungsi sebagai alat penimbangan pucuk basah sewaktu hendak
dinaikkan ke truk untuk mengetahui jumlah hasil petika masing-masing tenaga
petik. Timbangan yang digunakan PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam
adalah jenis Sallter dengan kapasitas 50 kg.
e.Truk
truk merupakan alat angkut yang digunakan untuk yang digunakan untuk
mengangkut pucuk basah dari kebun kepabrik. Kapasitas truk yang
diperbolehkan PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam adalah 3000 Kg
dengan jumlah armada truk 2-3 truk per afdeling sesuai dengan produksi pucuk
basah yang dihasilkan.
f. Sistem Jaringan Jalan dan Sistem Drainase (saluran air)
Jalan adalah sarana penghubung untuk pengangkutan pucuk basah untuk
jalan kontro`l. Perencanaan pembuatan jaringan jalan harus selaras dengan
desain kebun dan disesuaikan dengan kondisi topografi dan kebutuhan
berdasarkan luas kebun. PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam jalan dibagi
atas 4 jenis yaitu:
Jalan utama, yaitu jalan yang menghubungkan afdeling dengan
40
afdeling serta afdeling dengan emplasmen .
Jalan produksi, yaitu cabang jalan utama yang merupakan penghubung
dengan areal produksi.
falan kontrol, yaitu jalan yang berfungsi sebagai batas atau pemisah
antra blok areal tanaman yang mempermudah untuk control.
Sistem drainase dibuat berdasarkan kebutuhan dengan kondisi areal tertentu.
Sistem drainase harus seefisien mungkin karena permukaan air tanah yang tinggi
merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman.
g. Rumah Hujan
Rumah hujan berfungsi sebagai pelindung pucuk sewaktu musim hujan dan
digunakan sebagai tempat pucuk dalam fish net sebelum penimbangan agar tidak
terkena sinar matahai secara langsung.
h. Sarana dan Prasarana Penunjang Lainnya
Sarana lain yang digunakan pekerja petik yaitu coping sebagai pelindung dari
terik matahari, sepatu boot, sarung tangan dan plastik/basahan Pemetik.
4.3.3. Proses Pengolahan Bahan Baku
41
3.2.1 Diagram alir proses
Gambaran umum mengenai pengolahan teh pada PT Perkebunan Nusantara
VII Pagaralam dapat diihat dalam alir proses berikut:
Kasaran
Kasaran
Kasaran
Pucuk Teh Basah Penerimaan di Pabrik
Pelayuan
Gilingan-I (OTR)
Ayakan Basah (DIBN)
Gilingan II (PCR)
Ayakan Basah (DIBN)
Gilingan II (RV)
Diayak Basah (DIBN)
Gilingan-IV (RV)
Diayak Basah (DIBN)
Bubuk I
Bubuk II
Bubuk III
Bubuk IV dan Badag
Fermentasi
Pengeringan
Sortasi Kering
Bubuk Kering
Mutu I dan IISortasi Kering Teh Hitam Kemas
42
Gambar 4. Diagram Alir Proses Pengolahan Teh Hitam PTPN VII
Pagaralaram.
4.4. Proses Pengolahan
Pengolahan teh hitam merupakan proses bertahap yang merubah helaian daun teh
menjadi bubuk teh hitam yang sangat berbeda dengan daun teh, baik
bentuknya maupun sifat-sifatnya. Proses itu yaitu proses kimia, terutama terjadi
mulai dari proses pelayuan sampai proses pengeringan. Kandungan senyawa-
senyawa kimia dalam daun teh (Camclia sinensis) sangat kompleks dan belum
seluruhnya diketahui dengan baik. Dalam garis besamya senyawa-senyawa kimia
dalam daun teh dapat digolongkan menjadi kelompok besar, yaitu: substansi
fenol, substansi bukan fenol, substansi aromatis dan substansi enzim. Pengolahan
teh hitam PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam adalah sistem pengolahan
Ortodox-Rotorvane, yang terdiri dari beberapa tahap pengolahan, yaitu :
penerimaan beberan pucuk basah, pelayuan, penggilingan/pengayakan basah,
43
fermentasi, pengeringan, sortasi dan pengepakan. Setiap prosedur tahap
pengolahan PT Perkebunan Nusantara Pagar Alam harus sesuai dengan Standard
Operational Procedur (SOP) Pengolahan Teh Hitam PT Perkebunan Nusantara
VII Pagaralam yang disusun oleh Konsultan Teknis PT Perkebunan Nusantara
VII Pagaralam.
4.4.1 Pengangkutan
Pada pengangkutan bahan baku yang perlu diperhatikan:
tumpukan pucuk selama pengangkutan aerasi yang cukup
benturan mekanis diusahakan serendah mungkin
hindari adanya panas matahari yang langsung mengenai pucuk
Pada proses pengolahan bahan baku, pucuk teh sebelumnya ditimbang terlebih
dahulu pada jembatan timbang. Kemudian truk pengangkut pucuk teh menuju ke
stasiun beberan. Lama waktu pengangkutan dari kebun menuju pabrik ±30
menit.
4.4.2 Penimbangan
44
Pada proses pengolahan bahan baku, pucuk teh yang telah ditimbang kemudian
truk pengangkut pucuk teh menuju ke stasiun beberan. Tujuan dari penimbangan
ini adalah untuk mengetahui rendemen yang diharapkan dari pengolahan pucuk
teh segar tersebut.
4.4.3. Beberan
Pucuk segar yang diangkut dengan truck dalam fish net/waring tidak sekaligus,
tetapi secara teratur dengan jumlah yang tidak terlampau banyak untuk
mencegah pucuk tertumpuk di pendopo penerimaan pucuk basah. Saat
menurunkan pucuk segar dalam waring dari truck ke lantai papan pendopo, dijaga
agar pucuk tidak berhamburan dan terinjak-injak dilantai truck karena jika daun
memar atau rusak dapat mengakibatkan terjadinya reaksi oksidasi enzimatis.
Pucuk yang telah sampai di papan pendopo segera di distribusikan ke Palung
pelayuan withering trough (WT) dengan menggunakan monorail. Jumlah bangku
monorail yang dimiliki PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam yaitu, 224 unit
akan tetapi jumlah bangku monorail yang masih berfungsi dengan baik sebanyak
200 unit dengan kapasitas alat antara 30 - 35 kg. Pembeberan dilaksanakan satu
arah dimulai dari ujung WT menuju sumber aliran udara (jan), dilakukan 2 orang
yang berhadapan dari kedua sisi WT. Pucuk disebar merata samapai WT penuh
dengan ketebalan ± 30 cm (30 kg/cm2), pada waktu pembeberan udara segar
segera dialirkan untuk menghilangkan panas dan air pada pucuk basah dengan
pintu WT ditutup dan udara terus dialirkan. Hasil pembeberan hams merata pucuk
45
satu dengan pucuk lain tidak saling menempel, agar udara pelayuan mengalir
kesetiap bagian permukaan pucuk.
Setelah pucuk teh yang ada diatas monorail diletakkan pada withering trough. Sebelum dilakukan beberan, dilakukan analisa pucuk terlebih
dahulu Kemudian pucuk teh dibeberkan diatas withering trough dengan ketebalan 25-35 kg/m2
(a) (b)
Gambar 6. (a) Looding Ram (b) Pembeberan
4.4.4 Pelayuan
Setelah pucuk teh dibeberkan diatas withering trough kemudian terjadilah proses
pelayuan. Tujuan dari proses pelayuan adalah :
Mengurangi kadar air sampai tingkat layu tertentu
Melemaskan daun sehingga pada saat penggilingan pucuk teh tidak pecah
Proses pelayuan merupakan dasar dari fermentasi.
Kondisi pelayuan sangat tergantung pada temperature dan kelembaban ruangan
pelayuan, selain itu volume dan laju udara juga mempengaruhi kondisi pelayuan.
Alat yang digunakan oleh PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam dalam
46
proses pelayuan adalah palung pelayuan atau disebut Withering Trough (WT).
Lama proses pelayuan pada PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam adalah
berkisar antara 14-18 jam, lama pelayuan kurang dari 14 jam hanya dapat
dilakukan pada musim kemarau. Selama proses pelayuan pucuk dalam WT
dibalikan 1-2 kali, maksimal 3 kali dibalik. Pembalikan pertama dilakukan
setelah ketebalan pucuk dalam trough (WT), telah layu merata sepanjang trough
(WT) 4 - 6 jam sejak mulai pemberian panas pucuk dalam trough (WT). Cara
pembalikan pertama yaitu ambil dan keluarkan dari trough (WT) pucuk yang
sedang dilayukan sepanjang ± 75 cm di ujung trough (WT), buat "halaman"
trough (WT) yang kosong di ujung trough (WT) ± 75 cm. Ambil/angkat pucuk
di depannya dan ditaruh di "halaman " trough (WT) yang ada sambil dikirab.
Selanjutnya muncul lagi bagian trough (WT) yang kosong juga ± 75cm
panjangnya kemudian ambil/angkat pucuk di depannya dan ditaruh di "halaman"
trough (WT) yang ada sambil dikirab dan seterusnya sampai akhimya di pangkal
trough (WT) dekat kipas, ada kekosongan trough (WT) juga harus ± 75 cm.
Pucuk yang pertama-tama diambil dari ujung trough (WT) sepanjang ± 75 em
selanjutnya ditempatkan pada bagian trough (WT) yang kosong yaitu pangkal
trough (WT) dekat kipas pada waktu memindahkan pucuk yang masih segar
ditaruh di bawah (kena bagian bawah trough (WT) sedangkan pucuk yang sudah
layu ditaruh di atasnya. Usahakan pada waktu pembalikan pucuk, udara segar
tetap diberikan (kipas dihidupkan) dan diatur supaya anginnya tidak terlalu keras,
pintu-pintu trough (WT) dibuka. Pembalikan kedua dilakukan bilamana setengah
47
ketebalan pucuk sudah layu merata disepanjang trough (WT) yaitu lebih kurang
4 jam setelah pembalikan pertama dilakukan. Pembalikan kedua dilakukan
seperti cara pertama, bedanya pada pembalikan kedua, pucuk bagian atas diaduk.
Dengan pucuk bagian bawah. Pastikan tidak terdapat pucuk. yang masih saling
melengket.
Tujuan pembalikan adalah memperoleh pucuk yang layu secara merata sehingga
dapat mempermudah proses penggulungan. Pelayuan dihentikan apabila baik
kondisi kandungan air maupun senyawa-senyawa kimia dalam pueuk telah
mencapai tingkat optimal sesuai dengan harapan mutu teh jadi yang dihasilkan.
Pucuk layu yang baik dapat dicirikan sbb:
1. Pucuk layu berwama hijau kekuning-kuningan
2. Tangkai muda menjadi lentur
3. Kalau digenggam terasa lembut dan bila dilemparkan tidak akan buyar
4. Timbul aroma yang khas seperti bau buah masak.
(a) (b)
Gambar 7. (a) Pembeberan (b) Turun layu
48
4.4.5. Penggulungan dan Penggilingan
Penggulungan dan penggilingan merupakan tahap pengolahan untuk menyiapkan
terbentuknya mutu, baik seeara fisik maupun seeara kimiawi. Tujuan
penggulunganlpenggilingan adalah:
1. Seear fisik akan mengakibatkan terjadi pematangan,
penghaneuranlperobekan dan penggulungan, sehingga menjadi bagian-
bagian kecil, sesuai dengan jenis mutu yang dikehendaki.
2. Seeara kimia mengakibatkan peeahnya sel-sel daun sehingga terjadi konak
antara enzim dan senyawa polifenol serta O2 dari udara sehingga
terjadilah oksidasi yang mengakibatkan terbentuknya sifat dalam (inner
quality) dari teh hitam yang dihasilkan.
3. Penggulungan akan mengakibatkan daun memar dan dinding sel rusak
sehingga cairan sel keluar di permukaan secara merata : skema
pengulungan, penggilingan, dan sortasi basah seeara umum, yaitu:
OTR PCR RV RV
40’ DIBN 30’ DIBN 10’ DIBN 10’ DIBN
10’ 10’ 10’ 10’
Gambar 7 Skema Pengglingan Pucuk Layu
49
Alat penggulung yang digunakan oleh PT Perkebunan Nusantara VII adalah
Open Top Roller (OTR). Mesin ini berfungsi memotong dan menggulung
puCuk daun layu, dengan ptinsip kerja menggunakan putaran double action.
Lamanya penggulungan oleh OTR adalah 40 menit. Jumlah OTR pada PT
Perkebunan Nusantara sebanyak 6 unit OTR dengan kapasitas 350-375 kg daun
layu/OTR. Bubuk yang keluar dari OTR selanjutnya diayak dengan mesin
pengayak Double Indian Ballbreaker Nation (DIBN) atau disebut dengan sortasi
basah.
Tujuan dari sortasi basah pada pengolahan teh hitam, yaitu:
1. Untuk memecah bola-bola (ball breaking) pucuk yang terjadi ketika
penggilingan agar terayak dengan baik dan mudah mengeringkannya.
2. Untuk menurunkan suhu pucuk yang sedang diayak/digiling dan
memperlancar aerasi udara
3. Untuk memisahkan fraksi halus (bubuk) dan fraksi kasar yang
akan digiling ulang.
Prinsip kerja mesin DIBN adalah mengayak hasil gulungan dengan gerakan
berputar dengan ukuran mesh 6 x 6 mm dan 7 x 7 mm. Bubuk yang keluar dari
mesin pengayak DIBN I adalah bubuk I yang sebagian besar untuk bahan jenis
teh kering mutu BOP I. Kasaran yang dihasilkan dari pengayakan pertama
kemudian digiling dengan mesin penggiling Press Cup Roller (PCR). Umumnya
lama waktu penggilingan pada mesin PCR yaitu 40 menit dalam mesim PCR ini,
setelah kasaran bubuk masuk semua kedalam PCR selanjutnya dilakukan
50
pengepresan dengan alat press cup. Hal ini akan mengkibatkan meningkatnya
tempeatur bubuk didalam PCR. Waktu press-angkat, yaitu:
lsi = 10 menit
Press = 10 menit
Angkat/ kirab = 5 menit
Press = 10 menit
Angkat/ kirab = 5 menit
Jadwal press-angkat ini bertujuan untuk menurunkan temperature dan mensuplay
oksigen yang sangat diperlukan untuk oksidasi. Hasil dari mesin peR kemudian
dilanjutkan kembali pada mesin pengayak DIBN II. Setelah dilakukan
pengayakan partikel daun teh yang lolos pada ukuran mesh dinamakan Bubuk II.
Bubuk II sedikit mengandung pucuk muda dan tulang merah (berasal dari tangkai
daun), ukuran partikelnya lebih kecil dari bubuk 1, memiliki warna hijau dengan
sedikit warna merah.
Bubuk yang tidak lolos ayakan dilanjutkan pada mesin Rotorvane. Rotorvane
mempunyai prinsip kerja memotong, menggunting dan menggiling daun teh
menjadi partikel yang lebih kecil. Pelaksanaan penggilingan rotorvane harus
didukung oleh mutu pucuk yang baik minimal 60 %, halus, derajat layu medium
44 - 46 %. Proses yang terjadi pada Rotorvane berlangsung selama 10 menit.
Hasil dari mesin rotorvane kemudian dimasukkan ke DIBN III. Bubuk yang lolos
dalam pengayakan dengan ukuran mesih 7x7 dinamakan dengan Bubuk III.
51
Bubuk III memiliki ukuran lebih halus dari bubuk 2, sedikit mengandung tulang
merah sehingga warna bubuk menjadi hijau dengan sedikit warna merah.
Bubuk yang tidak lolos ayakan masuk kembali dalam mesin Rotorvane. Hasil
dari mesin rotorvane dilanjutkan kembali pada mesin pengayak DIBN. Bubuk
yang lolos ayakan dinamakan Bubuk IV. Bubuk IV memi1iki ukuran yang
hampir sama dengan bubuk III tetapi banyak mengandung tulang merah dan
berwarna hijau kemerah-merahan sedangkan bubuk yang tidak lolos dari mesin
pengayak DIBN dinamakan dengan Badag.
Suhu dan kelembaban ruangan pengilingan perlu juga diperhatikan karena akan
membantu untuk mempertahankan mutu. Suhu dan kelembaban ruangan
penggulungan sama dengan suhu dan kelembaban pada ruangan fermentasi.
Suhu ruangan penggulungan di PTPN VII Pagaralam berkisar antara 22 - 24
oCdengan kelembaban 90 - 98 %. Suhu dan kelembapan ruangan pada ruangan
penggilingan diatur dengan penyetelan Humidifier yang mengeluarkan kabut air.
Kabut yang disemburkan oleh Humidifier akan menguap jadi uap air. Titik
halus dati uap air yang menguap akan menyerap panas dari seliling ruangan
sehingga temperatur sekeliling jadi turun.
52
Bubuk yang sudah digiling dan diayak, ditempatkan dalam baki alumunium
dengan ketebalan bubuk 5-6 cm tanpa dipadatkan serta permukaan rata.
Kemudian bak yang berisi bubuk teh tersebut ditempatkan pada trollys dan
dibawa ke ruang fermentasi.
Menurut fungsinya:
1. Open Top Roller (OTR)
terdiri dari silinder dan meja
tanpa tekanan dan menggulung
2. Press Cap Roller trcs)
terdiri dari silinder dan meja
dengan penekanan (press)
menggulung dan memeras
3. Rotor Vane (RV)
terdiri dari silinder horisontal, poros/rotor, kipas pendorong, kipas
penahan, plat ujung dan ulir
memotong atau mengeeilkan ukuran.
53
4.4.6. Fermentasi
Fermentasi berlangsung sejak pucuk mengalami giling I dan berakhir ketika
masuk kedalam mesin pengeringan. Proses dari fermentasi yaitu :
Senyawa polifenol ------ theaflavin, thearubigin oksidasi
a. Theaflavin:
warna seduhan teh kuning
menentukan karakter "brightness" dan "briskness"
b.Thearubigin:
warna seduhan teh merah kecoklatan - membentuk kemantapan.
seduhan "body" atau "strength".
Tujuan dari fermentasi adalah untuk memperoleh aroma, rasa dan wama air
seduhan seperti yang dikehendaki, sebagai akibat reaksi kimia yang terjadi
selama fermentasi. Kondisi Fermentasi:
Suhu ruang : 25 - 27°C
RH udara : 90 - 95%
Pengabutan (mist spraying), air humidifier Lamanya waktu fermentasi
untuk setiap bubuk yaitu:
Bubuk I : 130 menit
Bubuk II : 130 menit
Bubuk III : 145 menit
Bubuk IV : 145 menit
54
Alat yang digunakan untuk tempat fermentasi yaitu baki yang terbuat dari
aluminium dengan tebal hamparan tidak lebih dari 7 cm. Pengendalian proses
fermentasi dapat dilakukan dengan :
• Mengupayakan suhu bubuk tidak terlalu tinggi
• Memberikan kelembaban disekitar bubuk dengan kondisi yang hampir
jenuh
• Menyediakan oksigen yang cukup dengan aerasi
• Membatasi waktu fermentasi
4.4.7. Pengeringan
Setelah selesai difermentasi selanjutnya bubuk teh mengalami proses pengeringan.
Tujuan dari pengeringan yaitu :
• Menghentikan proses fermentasi (oksidasi enzimatis)
• Untuk memperoleh hasil akhir berupa teh kering yang tahan lama
disimpan, mudah diangkut dan diperdagangkan.
Prinsip dari proses pengeringan ini yaitu menghembuskan udara panas melewati
hamparan teh yang telah difermentasi, udara yang paling panas bersentuhan
dengan bubuk teh yang paling kering. Kadar air teh kering yang diharapkan yaitu
3 ~ 4 %.Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi proses pengeringan yaitu:
1. Suhu dan volume udara yang dihembuskan
55
2. Jumlah input bubuk basah
3. Waktu pengeringan (kecepatan gerak tray)
Mesin pengering yang digunakan PT Perkebunan Nusantara VII Pagaralam yaitu:
Two Stage Dryer (TSD), Fluid Bed Dryer (FBD), Sirocco.
4.4.8. Sortasi
Proses pengolahan lanjutan untuk klasifikasi jenis dan mutu teh kering yaitu
dengan dilakukan sortasi. Tujuan dari sortasi yaitu :
• Membersihkan teh kering dari potongan serat batan
• Memisahkanjenis-jenis mutu teh sesuai ukuran yang dikehendaki pasar
Alat yang digunakan pada proses sortasi adalah thee wan, middelton, vibro,
vandeer meer, me sin sortir, thee wan mini, mesin cutter.
1. Thee Wan
Thee wan berfungsi mendinginkan bubuk teh kering setelah dari proses
pengeringan selain itu juga memisahkan bagian-bagian yang ringan/serat-
serat dan bagian yang berat yaitu pasir, tulang dan daun berdasarkan berat
jenisnya, yaitu dengan cara menjatuhkan teh kedalam arus udara yang disedot
memakai kipas melalui badan Thee wan yang terbagi atas beberapa ruang di
bawahnya dilengkapai corong.
56
2. Mddelton
Berfungsi memisahkan bubuk teh menurut bentuk atau jenisnya. Middelton
merupakan ayakan yang bekerja secara maju mundur. Alat ini bertingkat 2
dan berlubang-lubang. Dengan kapasitas 400 kg/jam
3. Vibro
Berfungsi untuk memisahkan atau membersihkan teh kering dari tulang dan
serat.
4. Vandeer meer.
Berfungsi untuk mengecilkan fratisi-fratisi yang lebih besar dari standar
jenisnya. Vandeer meer berbentuk seperti belt conveyor yang mempunyai 2
roll yang dipasang pada bagian pemasukan dan pengeluaran pada mesin ini.
4. Mesin Sortir
Mesin sortir berfungsi untuk memisahkan teh kering menurut standar grade
teh sesuai bentuk atau jenisnya. Jenis mesin sortir yang dipakai PT
Perkebunan Nusantara VII Pagaralam adalah India Sortir Dan Java Sortir. PT
Perkebunan Nusantara VII Pagaralam memiliki 3 mesin sortir
6. Thee Wan mini
57
Thee wan mini prinsip kerja sama dengan mesin Thee wan yaitu berdasarkan
beratjenis. Tetapi pada PT Perkebunan Nusantara VIr Pagaralam Thee wan
Mini digunakan untuk memisahkan kasaran padajenis teh fann.
7. Mesin cutter.
Berfungsi sebagai alat penggiling Bohea agar masih bisa diproses kembali
menjadi jenis Fann, BM dan Dus / IV
Sortasi gagal apabila:
• Permukaan teh tidak mengkilat
• Perubahan wama hitam menjadi kelabu
• Ukuran partikel tidak merata dan masih banyak serat, tangkai dan debu
Teh yang dihasilkan dari sortasi yaitu Mutu I : BOP, BOPF, PF, DUST, BP, BT;
Mutu II : BP II, BT II, PF II, DUST II, DUST III, dan untuk Off Grade: DUST
IV, FANN II, FANN IV dan BM.
JENIS LOLOS TERTAHAN
BOP 10 14
BOPF 16 20
PF 18 28
DUST 22 30
58
BP 10 14
BT 10 14
PF II 18 28
DUST II 22 30
DUST IV 22
BP II 10 14
BT II 10 14
DUST III 30 60
Sete1ah selesai di sortasi teh kemudian disimpan didalam peti miring berdasarkan
jenis masing-masing.
4.4.9. Pengepakan
Teh yang telah selesai disortasikan dimasukkan dalam peti miring (BIN) .Apabila
sudah mencukupi untuk satu chop maka teh tersebut siap untuk dilakukan
pengepakan. Chop merupakan seri pengepakan, dimana 1 chop terdiri dari 40
papersack selanjutnya teh dimasukkan kedam tea bulker agar bentuknya rata.
Tujuan dari pengepakan adalah:
• Melindungi produk teh dari kerusakan.
• Memudahkan transportasi
• Efisiensi dalam penyimpanan di gudang