BAB I_OK

download BAB I_OK

of 6

description

pendahuluan

Transcript of BAB I_OK

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahReformasi pengelolaan keuangan di Indonesia dewasa ini telah memicu semakin kuatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006). Untuk menegakkan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan, pemerintah bertanggung jawab untuk mempublikasikan laporan keuangan kepada stakeholder. Governmental Accounting Standards Board (1999) dalam Concepts Statement No. 1 tentang Objectives of Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar pelaporan keuangan di pemerintahan yang didasari oleh adanya hak masyarakat untuk mengetahui dan menerima penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan penggunaannya. Pembuatan laporan keuangan juga merupakan suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas berupa keterbukaan pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik. Transparansi informasi terutama informasi keuangan dan fiskal harus dilakukan dalam bentuk yang relevan dan mudah dipahami (Schiavo-campo and tomasi,1999 dalam Mardiasmo 2006).

Dalam penyajian laporan keuangan, harus disadari bahwa banyak pihak yang akan mengandalkan informasi dalam laporan keuangan tersebut, salah satunya sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu informasi yang dihasilkan harus berkualitas agar memberikan manfaat bagi pemakai. Kualitas informasi dalam laporan keuangan pemerintah sangat dipengaruhi oleh kepatuhan terhadap standar akuntansi dan dukungan teknologi yang diantaranya dalam bentuk sistem akuntansi yang handal.

Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) disebutkan bahwa karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki, pertama; relevan, yang berarti informasi harus memiliki feedback value, predictive value, tepat waktu dan lengkap; kedua andal, yang berarti informasi harus memiliki karakteristik penyajian jujur, veriability, netralitas; ketiga dapat dibandingkan, berarti laporan keuangan dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya atau dibandingkan dengan laporan keuangan entitas lain dan keempat dapat dipahami, berarti bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.Dalam rangka memenuhi kriteria kualitatif laporan keuangan tersebut di atas, pemerintah pusat berusaha memanfaatkan teknologi informasi dengan mengembangkan sebuah Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP). SAPP akan menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang akan diperiksa terlebih dahulu oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) sebelum diserahkan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). SAPP terdiri dari dua sub sistem yaitu Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SABUN) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). SABUN akan menghasilkan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). Sedangkan SAI menghasilkan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga. Oleh karena itu kualitas informasi LKPP dipengaruhi oleh implementasi SABUN dan SAI, karena pada dasarnya LKPP merupakan konsolidasi dari Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga. Dalam melakukan audit LKPP, BPK-RI menemukan beberapa kelemahan terkait dengan pelaksanaan SAPP khususnya implementasi SAI pada tingkat Kementerian, Eselon I, Wilayah maupun Satuan Kerja (satker). Dengan masih terdapatnya kelemahan dalam pelaksanaan SAI maka perlu dilakukan analisis terhadap pelaksanaan maupun output yang dihasilkan dari sistem tersebut. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen DIKTI) yang merupakan unit akuntansi eselon I Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sudah melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan SAI. Hal yang dilakukan adalah dengan melaksanakan evaluasi terhadap laporan keuangan satuan kerja yang berada dalam lingkungan Dijten DIKTI. Evaluasi mulai dilakukan di semester I tahun 2010 dengan menggunakan instrument yang sudah disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah. Politeknik Negeri Padang (PNP) merupakan salah satu satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Walaupun saat ini masih satu wilayah dengan Universitas Andalas, namun sistem pengelolaan keuangan Politeknik Negeri Padang sudah berdiri sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan pejabat perbendaharaan yang terpisah dari Universitas Andalas.

Sejak diberlakukannya Sistim Akuntansi Pemerintah Pusat, Politeknik Negeri Padang telah melaksanakan Sistem Akuntansi Instansi dengan bimbingan dan pendampingan yang diberikan oleh bagian akuntansi dan pelaporan Ditjen DIKTI. Secara berkala Ditjen DIKTI mengadakan sosialisasi, workshop dan bimbingan teknis mengenai SAI yang diikuti oleh pengelola keuangan Politeknik Negeri Padang. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Ditjen Dikti semester 1 tahun anggaran 2010 menunjukkan kualitas laporan keuangan Politeknik Negeri Padang masih berada pada urutan ke-65 dari total 91 (sembilan pulu satu) satuan kerja di lingkungan Ditjen DIKTI. Hal ini disebabkan masih banyaknya permasalahan dan kendala yang perlu dianalisa lebih lanjut karena akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan kondisi tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Pelaksanaan Sistem Akuntansi Instansi di Politeknik Negeri Padang.

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan permasalahan yang diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan sistem akuntansi instansi (SAI) di Politeknik Negeri Padang?2. Kendala-kendala apa yang dihadapi Politeknik Negeri Padang dalam melaksanakan SAI?1.3 Batasan MasalahSistem akuntansi instansi mempunyai dua buah sub sistem yaitu sistem akuntansi keuangan dan sistem manajemen barang milik negara. Dalam penelitian ini, analisis pelaksanaan sistem akuntansi instansi Politeknik Negeri Padang dibatasi hanya untuk sistem akuntansi keuangan saja.1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :1. Memahami pelaksanaan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) di Politeknik Negeri Padang.

2. Memahami kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) di Politeknik Negeri Padang.

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini penulis mengharapkan beberapa manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut :

1. Manfaat praktis bagi Politeknik Negeri Padang adalah sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi permasalahan dan kendala dalam pelaksanaan Sistem Akuntansi Instansi. Selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan Politeknik Negeri Padang. 2. Bagi pembaca hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan pelaksanaan sistem akuntansi pemerintahan.3. Manfaat bagi penulis sendiri adalah dapat menambah ilmu dan wawasan tentang sistem akuntansi instansi serta memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada jurusan akuntansi program Pasca Sarjana Universitas Andalas.PAGE 6