BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data...

48
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELTIAN 2.1. Kajian Pustaka Purwati Widaningsih (2008), dalam tesisnya yang berjudul Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Perumahan Studi Kasus di Desa Donoharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman sebagian besar wilayahnya berada di hulu yang sangat penting berfungsi sebagai daerah tangkapan air ( kawasan resapan air) yaitu daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan, sehingga perlu dijaga kelestariannya agar sesuai fungsinya. Untuk itu diperlukan perencanaan tata guna tanah yang bertujuan untuk mengatur penggunaan tanah agar terdapat keserasian. Pengaturan pemanfaatan ruang telah ada sejak tahun 1994, namun demikian selama 6 tahun terakhir ini telah terjadi fenomena perkembangan permukiman dengan pengurangan lahan-lahan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menjelaskan alih fungsi pada lahan-lahan pertanian yang menjadi perumahan dari sisi bagaimana fenomenanya dan 7

Transcript of BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data...

Page 1: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL

PENELTIAN

2.1. Kajian Pustaka

Purwati Widaningsih (2008), dalam tesisnya yang berjudul Alih Fungsi

Lahan Pertanian ke Perumahan Studi Kasus di Desa Donoharjo Kecamatan Ngaglik

Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman sebagian besar wilayahnya berada di hulu

yang sangat penting berfungsi sebagai daerah tangkapan air ( kawasan resapan air)

yaitu daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan,

sehingga perlu dijaga kelestariannya agar sesuai fungsinya. Untuk itu diperlukan

perencanaan tata guna tanah yang bertujuan untuk mengatur penggunaan tanah agar

terdapat keserasian. Pengaturan pemanfaatan ruang telah ada sejak tahun 1994,

namun demikian selama 6 tahun terakhir ini telah terjadi fenomena perkembangan

permukiman dengan pengurangan lahan-lahan pertanian.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menjelaskan alih fungsi

pada lahan-lahan pertanian yang menjadi perumahan dari sisi bagaimana

fenomenanya dan hal-hal yang melatar belakanginya tata kalimat. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif menggunakan metode

kualitatif. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Responden adalah

pemilik dan orang yang mengetahui seluk beluk lahan pertanian yang telah menjadi

perumahan di Desa Donoharjo Kecamatan Ngaglik. Analisis secara induktif untuk

memahami fenomena yang terjadi dengan menghasilkan konsep. Konsep disarikan

dari tema-tema dan unit-unit informasi yang didasarkan pada hasil wawancara.

7

Page 2: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

8

Ada 3 (tiga) konsep dalam alih fungsi lahan pertanian ke perumahan yang

dapat diterangkan dalam penelitian ini yaitu 1) Kronologi kronologi dan tipologi alih

fungsi lahan, 2) Gejala gejala marginalisasi sektor pertanian dan lingkungan, dan 3)

Perubahan perubahan budaya dan pola pikir. Tiga kronologi dan tipologi alih fungsi

yaitu terjadi secara langsung dan melalui perubahan kepemilikan lahan, terjadi secara

tidak langsung dan melalui perubahan kepemilikan lahan, dan terjadi secara tidak

langsung tanpa perubahan kepemilikan lahan. Gejala marginalisasi sektor pertanian

dan lingkungan menyangkut pengurangan fungsi lahan sebagai penyedia sumber

pangan, penurunan kesempatan kerja, pendapatan petani dan transformasi status

petani serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan/degradasi lahan yang tidak

dapat kembali. Perubahan budaya dan pola pikir meliputi generasi kedua yang sudah

enggan/tidak mau bertani.

Dalam penelitian ini mendiskripsikan dan menjelaskan alih fungsi pada

lahan-lahan pertanian yang menjadi perumahan dari sisi bagaimana

fenomenanya dan hal-hal yang melatar belakanginya hindari pengulangan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif

menggunakan metode kualitatif. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada objek

penelitannya yaitu ruang terbuka hijau kota (RTHK) yang bukan hanya sawah atau

lahan pertanian.

Aulia Yusran (2006), dalam tesisnya Kajian Perubahan Tata Guna Lahan

pada Pusat Kota Cilegon, Fenomena alih fungsi lahan senantiasa terjadi dalam

pemenuhan aktivitas sosial ekonomi yang menyertai pertumbuhan penduduk kota.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor-faktor

yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pada koridor jalan protokol

Page 3: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

9

sebagai pusat aktivitas perekonomian kota dan pelayanan regional, dan sasaran

penelitian sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a.)

Mengidentifikasi perkembangan aktivitas perekonomian Kota Cilegon sebagai akibat

tingginya tingkat permintaan (demand) dan penawaran (supply) akan lahan serta

pelayanan terhadap kebutuhan domestik serta regional; b.) Mengidentifikasi

perubahan penggunaan lahan dan sebaran lokasinya di pusat Kota Cilegon; c)

Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada perubahan penggunaan lahan di

pusat Kota Cilegon.

Dengan menggunakan analisis deskriptif, dapat diketahui bahwa perubahan

penggunaan lahan di pusat Kota Cilegon dipengaruhi pula oleh aktivitas regional

yang bersinggungan langsung dengan aktivitas perkotaan di Kota Cilegon. Tahapan

penilaian secara kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian.

Dari data yang direduksi (data primer dan data sekunder) disajikan dalam bentuk

peta, grafik, diagram atau tetap dalam bentuk deskriptif untuk data yang bersifat

kualitatif. Penyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan

secara visual kondisi nyata di lapangan.

Hasil studi yang diperoleh menunjukkan bahwa pusat kota telah mengalami

pergeseran fungsi yang dipengaruhi adanya faktor eksternal berupa aktivitas industri

dan pariwisata dan program kebijakan pemerintah. Faktor internal yang turut

mempengaruhi perubahan ini terkait dengan perkembangan dan tingkat pelayanan

sarana prasarana serta utilitas kota dan ketersediaan lahan dan fasilitas perkotaan.

Hasil ini diharapkan dapat dijadikan input dalam perencanaan, pemanfaatan dan

pengendalinan kebijaksanaan pemanfaatan lahan, sehingga segala potensi dan

permasalahan perubahan dapat diantisipasi sedini mungkin. Perbedaan dengan

Page 4: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

10

penelitian ini adalah pada objek penelitannya yaitu perubahan penggunaan lahan di

pusat Kota Cilegon.

Penelitian yang ketiga disusun oleh Rizky Ramadhana (2005), dalam tesisnya

Perubahan Pemanfaatan Ruang Hijau. Studi Kasus Kota Palangkaraya. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menemukan dan menjelaskan penyimpangan pemanfaatan

ruang terbuka hijau, dan mengetahui faktor yang mempengaruhi penyimpangan

pemanfaatan ruang terbuka hijau di Kota Palangkaraya. Lokasi penelitian adalah

Kota Palangkaraya, di Propinsi Kalimantan Tengah yang meliputi 12 lokasi yang

terjadi penyimpangan ruang terbuka hijau.

Menggunakan analisis data dilakukan dalam kerangka berpikir induktif,

karena dengan demikian konteks lebih mudah dideskripsikan. Teknik analisa

dilakuan dengan menggunakan motode sistem perodesasi. Dimulai dengan

pengumpulan data, observasi terhadap 12 lokasi yang berubah fungsi, tahapan

analisa serta pengelompokan data dari sub tema-sub tema yang sama menjadi satu

tema, kemudian tema-tema tersebut dibahas untuk mencari makna yang terkandung

di dalamnya dan selanjutnya dapat ditarik suatu konsep.

Penggolongan data untuk analisis dilakukan periodesasi periodisasi yang

berarti penyusunan periodesasi periodisasi atas dasar pikiran, terhadap data

(informasi) yang diperoleh. Selanjutnya menempatkan data pada periodesasi masing-

masing. Sistem periodesasi data dimaksudkan agar data yang diperoleh dapat mudah

dikelompokkan serta diobservasi tiap 12 lokasi yang berubah fungsi yang

mempunyai makna untuk menjawab masalah penelitian, menemukan dan

menjelaskan penyimpangan ruang terbuka hijau di Kota Palangkaraya, dan

Page 5: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

11

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan pemanfaatan ruang

terbuka hijau di Kota Palangkaraya. Tata kalimat

Perbedaan penelitian ini, pusat studi terfokus adalah Kota Palangkaraya,

khususnya ruang terbuka yang terjadi perubahan fungsi ruang-ruang hijau menjadi

fungsi lainnya. Perubahan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang pesat di daerah

perkotaan telah memberikan tekanan yang besar terhadap upaya mewujudkan

keterpaduan penataan ruang dan pembangunan perkotaan. Satu sisi pembangunan

perkotaan tidak dapat dilakukan secara parsial namum di sisi lain terjadi

pembangunan secara sporadis yang ditentukan oleh mekanisme pasar sehingga perlu

diperhatikan aspek-aspek yang mempengarhui tata ruang tersebut, sehingga perlu

penanganan yang serius agar kota tersebut dapat dikendalikan dalam ekosistem yang

saling berhubungan antara semua komponen-komponen kota.

Berkaitan dengan hal tersebut, dan melihat fenomena yang berkaitan dengan

terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang terbuka hijau Kota Palangkaraya?

muncul berbagai permasalahan. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian lanjut

mengenai permasalahan tersebut sebagai suatu kajian yang menyeluruh. Dengan

memperhatikan kondisi yang terjadi, maka yang menjadi fokus kajian didasarkan

pada penelitian, bagaiamana terjdi penyimpangan pemanfaatan ruang terbuka hijau

di Kota Palangkaraya dan faktor yang mempengaruhinya.

2.2. Konsep

2.2.1 Pengertian dan Tujuan Ruang Terbuka Hijau Kota

Membahas Ruang Terbuka Hijau akan selalu berhubungan dengan Ruang

dan Ruang Terbuka. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehiduan manusia, baik

secara psikologis mupun secara dimensional, karena manusia berada dalam ruang

Page 6: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

12

bergerak serta berpikir dan juga menciptakan untuk menyatakan dunianya

(Budihardjo. 1999). Ruang pada dasarnya terjadi oleh adanya obyek dan manusia

yang melihatnya dan ruang ini terjadi bukan secara alamiah melainkan terbentuk oleh

lingkungan luar yang dibuat oleh manusia.

Ruang umum pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung

aktivits/ kegiatan tertentu dari masyarakat, baik secara individu maupun kelompok

(Hakim, 1993). Budihardjo, 1999, membagi ruang menurut sifatnya menjadi dua

yaitu:

1. Ruang Umum Terutup, yaitu ruang umum yang terdapat di dalam suatu

bangunan.

2. Ruang Umum Terbuka, yaitu ruang umum di luar bangunan.

Ruang Terbuka secara umum mempunyai arti bermacam-macam, setiap

aktor cendrung menterjemahkan sesuai dengan visi dan pandangan mereka masing-

masing, sebagaimana profesi mereka masing-masing (Kaiser, Godschalk and

Chapin, 1905).

Ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan

tempat-tempat pertemuan dan aktifitas bersama di ruang tebuka Shirvani (1986),

menyatakan bahwa ruang terbuka adalah semua lansekap seperti jalan, trotoar dan

semacamny, taman dan ruang rekreasi di daerah perkotaaan, tetapi tidak termasuk

”superhole” (ruang raksasa sisa perombakan kota)

Ruang terbuka (hijau) dinyatakan sebagai ruang-ruang dalam kota atau

wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk membulat maupun dalam bentuk

memanjang/jalur yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, yaitu tanpa bangunan

Page 7: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

13

permanen (Dahlan, 1992). Ruang terbuka hijau kota wilayah/ kawasan RTHK tanpa

Bangunan ( KBD 0%) .

Simmond (1994) membedakan ruang terbuka dalam bentuk kantong dan

linier. Yang termasuk ruang terbuka dalam bentuk kantor (lot) adalah lapangan olah

raga, pust-pusat rekreasi, taman-taman pada riverfront, halaman sekolah dan insitusi,

taman parkir serta pekarangan rumah. Beberapa ahli membedakan ruang terbuka

yang berupa kantong menjadi beberapa jenis penggunaan. Penggunaan tersebut

adalah hutan, lapangan, lahan produktif, taman kota dan tempat pemakaman umum.

Yang termasuk ruang terbuka linier adalah jalur pejalan kaki, jalur jalan raya

dan jalan bebas hambatan serta jalur bersepeda. Di perkotaaan, ruang terbuka

cendrung difungsikan secara aktif sebagai pusat rekreasi dan interaksi sosial

sehingga seringkali kurng efektif menjadi areal resapan air karena telah dipaving,

dibeton, diaspal atau bahkan dikeramik. Elemen aktifitas aktivitas pada ruang

terbuka dipusat kota lebih menonjol dibandingkan elemen lainnya. Oleh karenanya

perlu dibedakan pengertian ruang terbuka sebagai ruang terbuka yang menyeluruh

meliputi ruang hijau dan tak hijau.

Menurut Undang-undang Undang No. 24/1992 sudah diganti UU 26/2006,

dinyatakan bahwa Ruang Terbuka sebagai wadah (Container) untuk kehidupan

manusia, baik sebagi individu maupun berkelompok, serta wadah makluk lainnya

untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan. Makluk hidup lainnya

dimaksudkan sebagai vegetasi (tumbuhan) dan kehidupan berbagai jenis fauna

seperti ikan, binatang, serangga, burung dan jenis fauna lainnya yang juga

dibutuhkan oleh manusia.

Page 8: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

14

2.2.2 Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau Kota

Ruang terbuka di perkotaan terutama ditujukan agar berfungsi sebagai areal

penghijauan kota. Dalam skala besar, secara alamiah ruang terbuka dapat berwujud

sebagai hutan kota yang memilik fungsi ekologis dan estetis. Ruang Terbuka Hijau

dapat berbentuk jalur (koridor) , bergerombol maupun menyebar.

Di dalam Inmendagri No. 14/188 dinyatakan bahwa Ruang Terbuka Hijau

Kota berfungsi sebagai areal pelindungan, penyangga, sarana untuk menciptakan

kebersihan, kesehatan, keindahan dan rekreasi, sebagai pengaman terhadap

pencemaran udara maupun air, sarana penelitian, perlindungan plasma nutfah,

perbaikan iklim mikro dan pengatur tata air.

Menurut Sujarto, 1993 funsi ruang terbuka kota, antara lain: buat kalimat

1. Ruang terbuka berfungsi rekreatif

2. Ruang terbuka berfungsi penyangga

3. Ruang terbuka befungsi pemeliharaan

4. Ruang terbuka berfungsi pengamann dan pelestarian

5. Ruang terbuka berfungsi sosial

Di samping itu Ruang ruang Terbuka terbuka Hijau hijau dapat berperan

ganda misalnya fungsi lindung sekaligus rekreatif dan habitat ikan. Pepohonan/

tanaman (vegetasi) dalam Ruang ruang Terbuka terbuka Hijau hijau sangat

bermanfaat untuk merekayasa masalah lingkungan di perkotaantitik, disebutkan

bahwa vegatasi maupun merekayasa estitika, mengontrol erosi dan air tanah,

mengurani polusi udara, mengurangi kebisingan, mengendalikan air limbah,

mengontorl lalu lintas dan cahaya yang menyilaukan, serta mengurangi pantulan

cahaya (Irwan, 1996).

Page 9: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

15

Robinatte, (1972) dalam Gey and Dekene, (1978), mengemukakan berbagai

sifat tumbuhan yang khas dan pengaruh-pengaruh dapat menolong memecahkan

masalah-masalah teknik yang berhungan dengan lingkungan, yaitu daun mengurangi

bunyi, ranting-ranting yang bergerak dan bergeser untuk menyerap dan menutupi

bunyi-bunyian, pubesen atau bulu-bulu daun dapat menjebak dan menahan partikel-

partikel air; stomata daun untuk mengganti gas-gas; kumpulan bunga dan dedaunan

yang memberikan aroma yang sedap berguna untuk mengurangi bau busuk; daun dan

ranting-ranting mampu memperlambat aliran angin dan curahan hujan; akar yang

menjalar akan menahan erosi tanah baik oleh air hujan maupun angin; daun-daun

yang tebal berguna untuk menghalangi cahaya sedangkan yang tipis menyaring

cahaya.

Ruang terbuka dapat dibuat sebagai area rekreatif yang penting untuk

kenyamanan penduduk kota. Dalam perancangan kota ruang terbuka difungsikan

sebagai area interaksi sosial warga kota sekaligus sebagai estitika untuk mewujudkan

morfologi bangunan dan wajah kota.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008, tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

tujuan penyelenggaraan Ruang Terbuka Hijau adalah: berikut dijadikan kalimat

1. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air

2. Menciptakan aspek planologis perkotaan melelaui keseimbangan antara

lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan

masyarakat

Page 10: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

16

3. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman

lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.

Sedangkan fungsi Ruang Terbuka Hijau memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:

Memberi jaminan pangadaan Ruang Terbuka Hijau menjadi bagian

dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota)

Pengatur iklim mikro agr sistem sirkulasi udara dan air secara alami

dapat belangsung lancar

Sebagai peneduh

Prodesun oksigen

Penyerap air hujan

Penyedia habitat satwa

Penyerap polutan medi udara, air dan tanah

Penahan angin

b. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:

Fungsi sosial dan budaya: menggambarkan ekspresi budaya lokal;

merupakan medi komunikasi warga lokal; tempat rekreasi; dan wadah

dan obyek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.

Page 11: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

17

Fungsi Ekonomi: sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman

bunga, buah, daun, sayur mayur; bisa menjadi bagian dari usaha

pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain

Fungsi estetika: meningkatkan kenyamanan, memperindah

lingkungan kota baik dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan

permukiman, maupun makro: lansekap kota secara keseluruhan;

menstimulasi kreativitas dan produktifitas warga kota; pembentuk faktor

keindahan arsitektural; dan menciptakan suasana serasi dan seimbang

antara area terbangun dan tidak terbangun.

2.2.3 Tata Guna Lahan

Definisi lahan sendiri dapat ditinjau dari beberapa segi. Dari segi fisik

geografi, lahan merupakan wadah bagi sebuah hunian yang mempunyai kualitas fisik

yang penting dalam penggunaannya. Sedangkan ditinjau dari segi ekonomi lahan

adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam suatu produksi

(Lichfield dan Drabkin, 1980:12). Sedangkan definisi tata guna tanah/lahan adalah

pengaturan dan penggunaan yang meliputi penggunaan di permukaan bumi di

daratan dan permukaan bumi di lautan. Adapun definisi tata guna tanah perkotaan

adalah pembagian dalam ruang dari peran kota; kawasan tempat tinggal, kawasan

tempat bekerja dan rekreasi. (Jayadinata, 1999:10).

Penggunaan lahan adalah suatu aktivitas manusia pada lahan yang langsung

berhubungan dengan lokasi dan kondisi lahan (Soegino, 1987:24).

Penggunaan lahan adalah suatu proses yang berkelanjutan dalam

pemanfaatan lahan bagi maksud-maksud pembangunan secara optimal dan efisien

Page 12: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

18

(Sugandhy, 1989:1). Jayadinata mengatakan bahwa penggunaan lahan adalah wujud

atau bentuk usaha kegiatan pemanfaatan suatu bidang tanah pada satu waktu.

Tata Guna Lahan (land use) menurut Edy Darmawan, (2009), merupakan

salah satu elemen kunci dalam perancangan kota, untuk menentukan perancangan

kota, untuk menentukan perencanaan dua dimensional, yang kemudian akan

menentukan ruang tiga dimensional. Penetuan land use dapat menciptakan

hubungan antara sirkulasi atau parker, mengatur kepadatan kegiatan/penggunaan

diarea lahan kota. Terdapat perbedaan kapasitas dalam penataan ruang kota, apakah

dalam aspek percapaaian, parker, sistim trasportasi yang ada, dan kebutuhan untuk

penggunaan lahan secara individual. Pada prinsipnya pengertian land use adalah

pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam

mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara umum dapat memberikan gambaran

keseluruhan bagaimana daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi.

Beberapa keuntungan dan kelemahan dalam penataan penggunaan lahan

menjadi kelompok-kelompok fungsional yaitu: kalimat ya

1) Menjamin keaman dan kenyaman atas terjadinya dapak negative karena

saling pengaruh antar zona, misalnya antar industry dan perimahan.

2) Adanya pengelompokan kegiatan, fungsi dan karakter tertentu pada setiap

zona yang terpisah akan memudahkan dalam penataan, perencanaan dan

penggunaan lahan secara mikro.

3) Memudahkan implementasi dalam pengawasan dan control

pelaksnaannya.

Dilain pihak terdapat beberapa kelemahan antara lain:

Page 13: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

19

4) Karena pembagian zona yang sudah sesuai fungsinya, pencapaian dari

satu tempat ketemapt lain menjadi jauh dan memerlukan waktu yang lma

5) Dibutuhkan sarana prasarana trasportasi yangb esar dan kemungkinan

terjadi kepadatan lalu lintas pada jam pulang dan pergi kerja

6) Timbulnya kesenjangan keramaian dan sepinya kegiatan dikawasan

tertentu, sehingga terdapat kawasan mati pada jam-jam tertentu

7) Kepadatan zona yang tidak seimbang menyebabkan pemanfaatan lahan

tidak optimal.

Beberapa metode Barnett (1982) yang dapat dapat digunakan untuk

mengendalikan perkembangan kawasan antara lain: a) Planned planned Unit unit

Development development (PUD) yang dikenal sebagai Cluster cluster

Zoningzoning, digunakan pada daerah pedesaan atau sub urban sebagai

pengembangan yang intensif, b) Urban Renewal Control yang digunakan untuk

mengatasi pertumbuhan dan perkembangan kawasa fungsional dipusat kota, c)

Zoning Incentives merupakan bonus yang diberikan kepada pengembang sebagai

imbalan disediakannya fasilitas-fasilitas untuk umum.

Pada masa lampau, terdapat dua masalah untama dalam kebijakan tata guna

lahan: kalimat bro

1) Kurangnya pembedaan penggunaan lahan dalam kawasan kota, dalam

arti pemilahan tiap bagian penggunaan lahan kota yang belum jelas.

2) Kegagalan mempertimbangka faktor lingkungan dan faktor alam. Isu

kunci untuk pengembangan tata guna lahan lebih kerah Mixing Uses,

yang akan mengoptimalkan fungsi kota 24 jam penuh, deng

meningkatkan sirkulasi penyediaan fasilitas pejalan kaki, sistim

Page 14: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

20

infrastruktur, analisa lingkungan alam, dan peningkatan perencanaan serta

operasional yang baik.

Perbedaan fungsi jalan akan berpengaruh terhadap karakter dan kegiatan

pendukungnya sehingga akan tercipta lingkungan yang manusiawi, aman dan

menyenangkan.Pada prinsipnya land use harus dipertimbangkan dari dua

perpektif, umum dan tingkat klasifikasi jalan, yang berpengaruh terhadap

kegiatan pendukung.

Untuk menentukan Building Coverage (Hamid Shirvani, 1986), mengikuti

tata guna lahan dengan cara yang sistematik yakni: kalimat bro

a) Tipe penggunaan lahan yang diijinkan di suatu kawasan.

b) Hubungan fungsional diantara kawasan puat kota seharusnya dibedakan

dengan jelas.

c) Jumlah maksimum lantai bangunan harus di tetapkan tiap-tiap izin

penggunaan lahan

d) Skala pengembangan baru

e) Tipe insentif pembangunan yang diterapkan pada pengembangan pusat

kota harus dirinci lebih spesifik.

2.2.4. Faktor yang menyebabkan alih fungsi Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK)

Pengertian konversi lahan atau perubahan guna lahan adalah alih fungsi atau

mutasi lahan secara umum menyangkut tranformasi dalam pengalokasian sumber

daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lain (Tjahjati, 1997:505).

Namun sebagai terminologi dalam kajian-kajian Land economics, pengertiannya

terutama difokuskan pada proses dialihgunakannya lahan dari lahan pertanian atau

Page 15: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

21

perdesaan ke penggunaan non-pertanian atau perkotaan yang diiringi dengan

meningkatnya nilai lahan(Pierce dalam Iwan Kustiwan 1997:505).

Mengutip penjelasan Bourne (1982:95), bahwa ada beberapa faktor yang

menjadi penyebab terjadinya penggunaan lahan, yaitu: perluasan batas kota;

peremajaan di pusat kota; perluasan jaringan infrastruktur tertutama jaringan

transportasi; serta tumbuh dan hilangnya pemusatan aktifitas tertentu. Secara

keseluruhan perkembangan dan perubahan pola tata guna lahan pada kawasan

permukiman dan perkotaan berjalan dan berkembang secara dinamis dan natural

terhadap alam, dan dipengaruhi oleh: kalimat

• Faktor manusia, yang terdiri dari: kebutuhan manusia akan tempat tinggal, potensi

manusia, finansial, sosial budaya serta teknologi.

• Faktor fisik kota, meliputi pusat kegiatan sebagai pusat-pusat pertumbuhan kota

dan jaringan transportasi sebagai aksesibilitas kemudahan pencapaian.

• Faktor bentang alam yang berupa kemiringan lereng dan ketinggian lahan.

Menurut Zahnd (1999:28) dinamika perkembangan sebuah kawasan

perkotaan tergantung dari tiga hal, yaitu: kalimat

1. Perkembangan kota tidak terjadi secara abstrak. Artinya, setiap perkembangan

kota berlangsung di dalam tiga dimensi, yaitu rupa, massa dan ruang yang berkaitan

erat sebagai produknya.

2. Perkembangan kota tidak terjadi secara langsung, dimana setiap perkembangan

kota berlangsung di dalam dimensi keempat, yaitu waktu sebagai prosesnya.

3. Perkembangan kota tidak terjadi secara otomatis, karena setiap perkembangan

kota membutuhkan manusia yang bertindak. Keterlibatan manusia tersebut dapat

diamati dalam dua skala atau perspektif, yaitu ‘dari atas’ serta ‘dari bawah’. Skala

Page 16: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

22

‘dari atas’ memperhatikan aktivitas ekonomi politis (sistem keuangan, permodalan,

kekuasaan dan sejenisnya) yang bersifat abstrak. Sedangkan skala ‘dari bawah’

berfokus secara konkret pada perilaku manusia (cara, kegiatan atau pembuatannya).

Adapun faktor yang mempengaruhi perkembangan kota adalah:

1. Fisik Kota (Branch, 1995:37-43) Keadaan geografis, berpengaruh terhadap fungsi

dan bentuk kota. Kota sebagai simpul distribusi, misalnya terletak di simpul jalur

transportasi di pertemuan jalur transportasi regional atau dekat pelabuhan laut. Kota

pantai misalnya akan cenderung berbentuk setengah lingkaran dengan pusat

lingkarannya adalah pelabuhan laut.

Topografi/tapak menjadi faktor pembatas bagi perkembangan suatu kawasan karena

kondisi fisik ini tidak dapat berkembang kecuali dalam keadaan labil. Meskipun

demikian usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah topografi atau mengatasi

keadaan ketinggian, kemiringan tanah dapat dilakukan dengan menggali bukit,

menguruk tanah, reklamasi laut/rawa dapat mengurangi hambatan. Kota yang berada

pada daratan yang rata akan mudah berkembang ke segala arah dibandingkan dengan

kota yang berada di wilayah pegunungan.

Fungsi Kota, kota yang memiliki aktivitas dan fungsi yang beragam biasanya secara

ekonomi akan lebih kuat dan berkembang pesat dibanding dengan kota yang

memiliki satu fungsi.

Sejarah dan kebudayaan, penduduk kota memiliki komitmen untuk menjaga dan

melindungi bangunan atau tempat bersejarah lainnya dari perambahan perkembangan

lahan yang tidak sesuai. Meskipun lokasinya berada di tengah kota, bangunan atau

tempat tersebut akan senantiasa dilestarikan selamanya.

Page 17: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

23

Unsur-unsur umum seperti jaringan jalan, penyediaan air bersih dan jaringan

penerangan listrik yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat.

2. Faktor Fisik Eksternal, yang meliputi :

Fungsi primer dan sekunder kota yang tidak terlepas dan keterkaitan dengan daerah

lain apakah daerah itu dipandang secara makro (nasional dan internasional) maupun

secara mikro (regional). Keterkaitan ini menimbulkan arus pergerakan yang tinggi

memasuki kota secara kontinyu.

Fungsi kota yang sedemikian rupa merupakan daya tarik bagi wilayah sekitarnya

untuk masuk ke kota tersebut (urbanisasi), karena kota adalah tempat

terkonsentrasinya kegiatan.

Sarana dan prasarana transportasi yang lancar, semakin baik sarana transportasi ke

kota maka semakin berkembang kota tersebut, baik transportasi udara, laut dan darat.

Transportasi meningkatkan aksesibilitas dari potensi-potensi sumber alam dan luas

pasar (Nasution, 2004:14). Menurut Catanese dan Snyder (1979:120) bahwa

keberadaan infrastruktur memberi dampak yang sangat besar bagi kehidupan

masyarakat, pola pertumbuhan dan prospek perkembangan ekonomi suatu kota.

3. Faktor Sosial

Ada dua faktor sosial yang berpengaruh dan menentukan dalam perkembangan kota,

yaitu:

Faktor Kependudukan, kesempatan kerja yang tersedia seiring dengan perkembangan

industrialisasi menyebabkan semakin meningkatnya penduduk kota industri (Lesley

E. White, dalam Tri Joko, 2002:34).

Page 18: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

24

Kualitas Kehidupan bermasyarakat, semakin padatnya penduduk kota maka semakin

menurunnya pola-pola kemasyarakatan karena lingkungan kehidupan yang

mengutamakan efisiensi ekonomis telah menimbulkan berbagai segi degradasi sosial.

4. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi yang berpengaruh dan menentukan di dalam pengembangan dan

perkembangan kota dapat dikemukakan tiga hal pokok yaitu: kegiatan usaha; politik

ekonomi; dan faktor lahan yang terdiri dari pola penggunaan lahan serta harga lahan

(P.B. Desai; Ashish, 1965 dalam Tri Joko, 2002:35)

Kegiatan usaha, akan sangat menentukan kegiatan masyarakat umumnya.

Terbukanya kesempatan kegiatan usaha pada pusat-pusat atau kota-kota yang baru

akan menarik aliran penduduk ke arah tersebut ( Tri Joko, 2002:35).

Politik Ekonomi, dengan kebijakan politik ekonomi yang tepat maka akan terjadi

pertumbuhan ekonomi meliputi kenaikan pendapatan per kapita, masuknya investasi

dan tumbuhnya kegiatan usaha. T.C Peng dan N.S Verma dalam Tri Joko (2002:36)

mengatakan tiga jenis pembangunan kota yang dikembangkan dengan sistem

ekonomi terpusat; bebas; dan campuran.

Faktor Lahan, dalam Pola penggunaan lahan perkembangan, kota merupakan suatu

proyek pembangunan permukiman berskala besar yang akan memerlukan lahan yang

luas (Robin H. Best dalam Tri Joko, 2002:35).

Konsekwensi logis dari pembangunan kota adalah meningkatnya kebutuhan akan

lahan, dan terjadi proses ekstensifikasi ruang merembet hingga daerah perdesaan.

Fenomena konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun memberikan dampak

bagi perubahan sosial ekonomi di wilayah pertanian.

Page 19: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

25

Kedatangan para petani yang telah beralih profesi berusaha mencari celahcelah

kosong kegiatan usaha/pekerjaan yang senantiasa ada di kawasan perkotaan.

Akhirnya pertimbangan dalam pola penggunaan lahan menjadi faktor penting dalam

perencanaan pembangunan kota.

Harga Lahan, menurut P. A Stone dalam Tri Joko (2002:36) bahwa kenaikan nilai

dan harga lahan umumnya merupakan suatu konsekwensi dari suatu perubahan

penggunaan dan pemanfaatan lahan yang dinilai dari segi ekonomisnya. Dalam

penelitin ini faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan alih fungsi lahan

Ruang Terbuka Hijau Kota yaitu:

1. Fisik Kota

2. Faktor Fisik Eksternal Kota

3. Faktor Sosial

4. Faktor Ekonomi

2.3. Landasan Teori

2.3.1 Pengertian Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan kegiatan yang berkaitan dengan

pengawasan dan penertiban terhadap implementasi rencana sebagai tindak lanjut dari

penyusunan atau adanya rencana, agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata

ruang. Ibrahim (1998 : 27) mengemukakan bahwa dengan kegiatan pengendalian

pemanfaatan ruang, maka dapat diidentifikasi sekaligus dapat dihindarkan

kemungkinan terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang.

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kota

Kota dimanapun di belahan dunia memiliki unsur-unsur umum yang berlaku

yang mempengaruhi perkembangannya. Unsur-unsur internal ini meliputi kondisi

Page 20: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

26

sosial, ekonomi, politik, keagamaan dan budaya serta yang tidak bisa diabaikan

adalah unsur fisik geografis (Branch, 1995:37). Menurut Zahnd (1999:28) dinamika

perkembangan sebuah kawasan perkotaan tergantung dari tiga hal, yaitu:

1. Perkembangan kota tidak terjadi secara abstrak. Artinya, setiap perkembangan

kota berlangsung di dalam tiga dimensi, yaitu rupa, massa dan ruang yang berkaitan

erat sebagai produknya.

2. Perkembangan kota tidak terjadi secara langsung, dimana setiap perkembangan

kota berlangsung di dalam dimensi keempat, yaitu waktu sebagai prosesnya.

3. Perkembangan kota tidak terjadi secara otomatis, karena setiap perkembangan

kota membutuhkan manusia yang bertindak. Keterlibatan manusia tersebut dapat

diamati dalam dua skala atau perspektif, yaitu ‘dari atas’ serta ‘dari bawah’. Skala

‘dari atas’ memperhatikan aktivitas ekonomi politis (sistem keuangan, permodalan,

kekuasaan dan sejenisnya) yang bersifat abstrak.

Sedangkan skala ‘dari bawah’ berfokus secara konkret pada perilaku manusia

(cara, kegiatan atau pembuatannya). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan kota adalah:

1. Fisik Kota (Branch, 1995:37-43) Keadaan geografis, berpengaruh terhadap fungsi

dan bentuk kota. Kota sebagai simpul distribusi, misalnya terletak di simpul jalur

transportasi di pertemuan jalur transportasi regional atau dekat pelabuhan laut. Kota

pantai misalnya akan cenderung berbentuk setengah lingkaran dengan pusat

lingkarannya adalah pelabuhan laut.

Topografi/tapak menjadi faktor pembatas bagi perkembangan suatu kawasan karena

kondisi fisik ini tidak dapat berkembang kecuali dalam keadaan labil. Meskipun

demikian usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah topografi atau mengatasi

Page 21: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

27

keadaan ketinggian, kemiringan tanah dapat dilakukan dengan menggali bukit,

menguruk tanah, reklamasi laut/rawa dapat mengurangi hambatan. Kota yang berada

pada daratan yang rata akan mudah berkembang ke segala arah dibandingkan dengan

kota yang berada di wilayah pegunungan.

Fungsi Kota, kota yang memiliki aktivitas dan fungsi yang beragam biasanya secara

ekonomi akan lebih kuat dan berkembang pesat dibanding dengan kota yang

memiliki satu fungsi.

Sejarah dan kebudayaan, penduduk kota memiliki komitmen untuk menjaga dan

melindungi bangunan atau tempat bersejarah lainnya dari perambahan perkembangan

lahan yang tidak sesuai. Meskipun lokasinya berada di tengah kota, bangunan atau

tempat tersebut akan senantiasa dilestarikan selamanya.

Unsur-unsur umum seperti jaringan jalan, penyediaan air bersih dan jaringan

penerangan listrik yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat.

2. Faktor Fisik Eksternal, yang meliputi :

Fungsi primer dan sekunder kota yang tidak terlepas dan keterkaitan dengan daerah

lain apakah daerah itu dipandang secara makro (nasional dan internasional) maupun

secara mikro (regional). Keterkaitan ini menimbulkan arus pergerakan yang tinggi

memasuki kota secara kontinyu.

Fungsi kota yang sedemikian rupa merupakan daya tarik bagi wilayah sekitarnya

untuk masuk ke kota tersebut (urbanisasi), karena kota adalah tempat

terkonsentrasinya kegiatan.

Sarana dan prasarana transportasi yang lancar, semakin baik sarana transportasi ke

kota maka semakin berkembang kota tersebut, baik transportasi udara, laut dan darat.

Transportasi meningkatkan aksesibilitas dari potensi-potensi sumber alam dan luas

Page 22: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

28

pasar (Nasution, 2004:14). Menurut Catanese dan Snyder (1979:120) bahwa

keberadaan infrastruktur memberi dampak yang sangat besar bagi kehidupan

masyarakat, pola pertumbuhan dan prospek perkembangan ekonomi suatu kota.

3. Faktor Sosial

Ada dua faktor sosial yang berpengaruh dan menentukan dalam perkembangan kota,

yaitu:

Faktor Kependudukan, kesempatan kerja yang tersedia seiring dengan perkembangan

industrialisasi menyebabkan semakin meningkatnya penduduk kota industri (Lesley

E. White, dalam Tri Joko, 2002:34).

Kualitas Kehidupan bermasyarakat, semakin padatnya penduduk kota maka semakin

menurunnya pola-pola kemasyarakatan karena lingkungan kehidupan yang

mengutamakan efisiensi ekonomis telah menimbulkan berbagai segi degradasi sosial.

4. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi yang berpengaruh dan menentukan di dalam pengembangan dan

perkembangan kota dapat dikemukakan tiga hal pokok yaitu: kegiatan usaha; politik

ekonomi; dan faktor lahan yang terdiri dari pola penggunaan lahan serta harga lahan

(P.B. Desai; Ashish, 1965 dalam Tri Joko, 2002:35)

Kegiatan usaha, akan sangat menentukan kegiatan masyarakat umumnya.

Terbukanya kesempatan kegiatan usaha pada pusat-pusat atau kota-kota yang baru

akan menarik aliran penduduk ke arah tersebut ( Tri Joko, 2002:35).

Politik Ekonomi, dengan kebijakan politik ekonomi yang tepat maka akan terjadi

pertumbuhan ekonomi meliputi kenaikan pendapatan per kapita, masuknya investasi

dan tumbuhnya kegiatan usaha. T.C Peng dan N.S Verma dalam Tri Joko (2002:36)

Page 23: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

29

mengatakan tiga jenis pembangunan kota yang dikembangkan dengan sistem

ekonomi terpusat; bebas; dan campuran.

Faktor Lahan, dalam Pola penggunaan lahan perkembangan, kota merupakan suatu

proyek pembangunan permukiman berskala besar yang akan memerlukan lahan yang

luas (Robin H. Best dalam Tri Joko, 2002:35).

Konsekwensi logis dari pembangunan kota adalah meningkatnya kebutuhan akan

lahan, dan terjadi proses ekstensifikasi ruang merembet hingga daerah perdesaan.

Fenomena konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun memberikan dampak

bagi perubahan sosial ekonomi di wilayah pertanian.

Kedatangan para petani yang telah beralih profesi berusaha mencari celahcelah

kosong kegiatan usaha/pekerjaan yang senantiasa ada di kawasan perkotaan.

Akhirnya pertimbangan dalam pola penggunaan lahan menjadi faktor penting dalam

perencanaan pembangunan kota.

Harga Lahan, menurut P. A Stone dalam Tri Joko (2002:36) bahwa kenaikan nilai

dan harga lahan umumnya merupakan suatu konsekwensi dari suatu perubahan

penggunaan dan pemanfaatan lahan yang dinilai dari segi ekonomisnya.

2.3.3 Ruang Lingkup dan Batasan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan

Ruang, Pasal 17 “pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan

pengawasan dan penertiban”. Uraian berikut ini meliputi penjelasan kegiatan

pengendalian pemanfaatan sebagai piranti manajemen dan kegiatan pengendalian

yang terkait dengan mekanisme perijinan. Ruang lingkup dan batasan pengendalian

pemanfaatan ruang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Page 24: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

30

Gambar 3.1Diagram Lingkup Kegiatan Pengendalian

a. Pengawasan

Suatu usaha atau kegiatan untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang

dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang yang dilakukan dalam

bentuk :

Pelaporan adalah usaha atau kegiatan memberi informasi secara obyektif

mengenai

pemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana tata

ruang.

Pemantauan adalah usaha atau kegiatan mengamati, mengawasi dan

memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak

sesuai dengan rencana tata ruang. Pemantauan rutin terhadap perubahan tata ruang

dan lingkungan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota masing-masing dengan

mempergunakan semua laporan yang masuk, baik yang berasal dari individu

masyarakat. Organisasi kemasyarakatan, aparat RT, RW, kelurahan dan kecamatan.

Pemantauan ini menjadi kewajiban perangkat Pemerintah Daerah sebagai kelanjutan

Page 25: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

31

dari temuan pada proses pelaporan yang kemudian ditindak lanjuti bersama-sama

berdasarkan proses dan prosedur yang berlaku.

Evaluasi adalah usaha atau kegiatan untuk menilai kemajuan kegiatan

pemanfaatan ruang secara keseluruhan setelah terlebih dahulu dilakukan kegiatan

pelaporan dan pemantauan dalam mencapai tujuan rencana tata ruang. Inti evaluasi

adalah menilai kemajuan seluruh kegiatan pemanfaatan dalam mencapai tujuan

rencana tata ruang. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan membuat potret

tata ruang. Setiap tahunnya hal ini dibedakan dengan kegiatan peninjuan kembali

yang diamanatkan UU Penataan Ruang. Peninjauan kembali adalah usaha untuk

menilai kembali kesahihan rencana tata ruang dan keseluruhan kinerja penataan

ruang secara berkala,

termasuk mengakomodasi pemuktahiran yang dirasakan perlu akibat paradigma serta

peraturan atau rujukan baru dalam kegiatan perencanaan tata ruang yang dilakukan

setelah dari kegiatan suatu evaluasi ditemukan permasalahan-permasalahan yang

mendasar.

b. Penertiban

Penertiban adalah usaha untuk mengambil tindakan terhadap pemanfaatan

ruang yang tidak sesuai dengan rencana dapat terwujud. Tindakan penertiban

dilakukan melalui pemeriksaan dan penyelidikan atas semua pelanggaran atau

kejahatan yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan

rencana tata ruang. Penertiban terhadap pemanfaatan ruang dilakukan oleh

pemerintah daerah melalui aparat yang diberi wewenang dalam hal penertiban

pelanggaran pemamnfaatan ruang termasuk aparat kelurahan. Bentuk pengenaan

Page 26: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

32

sanksi ini dapat berupa sanksi administrasi, sanksi pidana, maupun sanksi perdata

yang diatur dalam perundang-undangan yang berlaku.

Kegiatan penertiban dapat dilakukan dalam bentuk penertiban langsung dan

penertiban tidak langsung. Penertiban langsung yaitu melalui mekanisme penegakan

hukum yang diselenggarakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, sedangkan penertiban tidak langsung yaitu pengenaan sanksi disinsentif

pemanfaatan ruang yang dapat diselenggarakan antara lain melalui pengenaan

retribusi secara progresif atau membatasi sarana dan prasarana dasar lingkungannya.

2.3.4 Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK)

Dalam konteks pemanfaatan, pengertian ruang terbuka hijau kota mempunyai

lingkup lebih luas dari sekedar pengisian hijau tumbuh-tumbuhan, sehingga

mencangkup pula pengertian dalam bentuk pemanfaatan ruang terbuka bagi kegiatan

masyarakat. Ruang terbuka hijau kota dapat diklasifikasikan, baik dalam tata letak

dan fungsinya. Berdasarkan tata letaknya, ruang terbuka hijau kota bisa berwujud

ruang terbuka kawasan pantai, dataran banjir sungai, ruang terbuka pengaman jalan

bebas hambatan, dan ruang terbuka pengemanan kawasan bahaya kecelakaan di

ujung landasan Bandar udara.

Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup menyatakan bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu

untuk melestarikan fungsi hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan

pengendalian lingkungan hidup. Secara umum, pengelolaan merupakan terjemahan

Page 27: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

33

dari manajemen yang mencakup beberpa pokok kegiatan, yakni perencanaan dan

pengendalian, kelembagaan/pengorganisasian, sumber daya manusia, koordinasi, dan

pendanaan.

2.3.5 Pelaku pengelolaan RTHK

Pelaku-pelaku yang terlibat dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota

(Aca Sugandhy, 2007) terdiri atas sebagai berikut.

a) Pemerintah:

Kewajiban pemerintah kota, dalam hal ini instansi/lembaga dinas

pertamanan, dinas pertanian, dan dinas kehutanan ádalah mengadakan dan

menyelenggarakan pembangunan secara adil untuk peningkatan kehidupan

masyarakat kota, termasuk didalamnya bidang keamanan, kenyamana, dan

keserasian. Apabila hal ini dikaitkan dengan jenis ruang terbuka hijau yang ada maka

ruang terbuka hijau yang harus disediaakan oleh pemerintah adalah ruang terbuka

hijau koridor yang meliputi jalar hijau kota dan jalar hijau jalan; ruang terbuka hijau

produktif yang meliputi kawasan pertanian kota, perairan/tambak; ruang terbuka

hijau konservasi yang meliputi kawasan cagar alam dan hutan kota; runag terbuka

hijau lingkungan yang meliputi kawasan taman lingkungan dan bangunan, serta

taman kota; ruang terbuka hijau khusus yang meliputi kawasan permakaman,

perkantoran, dan kebun binatang.

b) Swasta:

Peranan swasta sebagai pelaku ekonomi kota, yang bergerak di sector formal

maupun informal, tidaksecara mutlsk berkewajiban untuk melaksanakan pengadaan

ruang terbuka hijau kota. Melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu serta

pengkajian dari sudut pandang swasta, dapat disediakan ruang terbuka hijau yang

Page 28: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

34

memungkinkan untuk dikelola oleh swasta, yaitu ruang terbuka hijau untuk

keindahan/estitika; ruang terbuka hijau untuk rekreasi; ruang terbuka hijau yang

dapat dikomersialkan.

c) Peran Serta Masyarakat:

Peran serta masysrakat, baik secara individu maupun kelembagaan terhadap

ruang terbuka hijau lebih terbatas pada pemanfaatan dan pemeliharaan. Dari segi

perencanaan maupun pengadaannya, peran serta masyarakat sangat kecil sekali. Hal

ini disebabkan keberadaan ruang hijau kota biasanya terbentuk oleh adanya tanah

kosong yang belum/tidak dimanfaatkan. Kelangsungan keberadaannya tidak dapat

dijamin, sehubungan dengan sifat penguasaan tanahnya yang lebih banyak bersifat

individu.

d) Media Massa:

Media massa, baik media elektronik maupun media cetak, ikut berperan

sebagi pelaku dalam pengelolaan ruang terbuka hijau, khususnya dalam menciptakan

opini publik terhadap pentingnya keberadaan ruang terbuka hijau di perkotaan. Di

samping hal tersebut, fungsi media massa juga bermanfaa untuk ikut mengawasi

perkembangan ruang terbuka hjau.

2.3.6 Perubahan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK)

Perkembangan kota yang cepat menyebabkan kebutuhan akan lahan

perkotaan meningkat, ini sering ditandai dengan perubahan terhadap pemanfaatan

lahan di perkotaan. Perubahan pemanfaatan lahan dapat mengacu kepada kedua hal,

yaitu perubahan pemanfaatan lahan sebelumnya, atau perubahan pemanfaatan yang

mengacu kepada rencana penataan ruang. Perubahan yang mengancu pada

pemanfaatan lahan sebelumnya adalah suatu pemanfaatan baru atas lahan yang

Page 29: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

35

berbeda dengan pemanfaatan lahan sebelumnya, sedangkan perubahan yang

mengacu pada rencana penataan ruang adalah pemanfaatn baru atas lahan tidak

sesuai dengan yang ditentukan dalam Rencana Penataan Ruang Wilayah yang telah

disahkan atau yang ditetapkan.

2.3.7 Jenis Perubahan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK)

Gejala perubahan pemanfaatan lahan perkotaan terdiri atas beberapa jenis

perubahan. Jenis perubahan pemanfaatan lahan Zulkaidi (1999), antara lain yaitu: 1)

Perubahan fungsi (use); perubahan fungsi adalah perubahan jenis kegiatan, 2)

Perubahan intensitas mencakup perubahan KDB, KLB, kepadatan bangunan, dan 3)

Perubahan teknis masa bangunan (bulk) mencakup perubahan Garis Sepadan

Bangunan (GSB), tinggi bangunan, dan perubahan minor lainnya yang tanpa

mengubah fungsi dan intensitasnya.

2.3.8 Konsep Identifikasi Persoalan RTHK

Konsep-konsep identifikasi persoalan dimaksud adalah sebagai landasan

dalam menemukenali persoalan kebijakan pengelolaan ruang terbuka hijau kota,

yang terdiri dari penyebab kegagalan pasar dan penyebabab kegagalan pemerintah.

Landasan teoritis (konsep) dari analisis kebijakan ini bersumber dari David L.

Weimer dalam bukunya Policy Analilysis, Consept and Pratics (Aca Sugandhy, 207)

yang menyatakan menyatakan bahwa faktor penyebab kegagalan pasar terdiri dari

dua bagian, 1) Kegagalan pasar tradisional, dan 2) Kegagalan pasar kompetitif.

Faktor penyebab kegagalan pemerintah adalah sebagai berikut: kegagalan demokrasi,

birokrasi, perilaku birokrat, dan kegagalan desentralisasi.

2.3.9 Konsep Partisipasi

Page 30: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

36

Partisipasi masyarakat adalah suau bentuk interaksi sosial terhadap suatu

kegiatan. Dalam wilayah perkotaan, yang biasanya mempunyai masyarakat yang

komplek, sulit untuk menggerakkan partisipasi masyarakat sekaligus pada level

kota. Oleh karena itu, pertumbuhan partisipasi masyarakat harus dimulai dari suatu

unit tertentu. Suatu masyarakat yang komplek terdapat tiga jenis komunitas, yaitu

sebagai berikut: 1) Komunitas Primodial, 2) Komunitas Profesional, dan 3)

Komunitas Spatial.

Apabila setiap komunitas spatial, khususnya pada skala terkecil Rukun

Tetangga dan Rukun Warga (RT/RW), yang merupakan bagian dari komunitas skala

perkotaan dapat dijadikan suatu komunitas yang dinamis maka tujuan pembangunan

ruang terbuka kota dapat lebih cepat terlaksana serta merta. Oleh karena itu,

diperlukan suatu sistem serta upaya yang efektif dan efisien guna mengaktifkan

partisipasi pada tingkat komunitas spatial.

Page 31: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

37

2.4. Model Penelitian

Gambar 2.11. Model Peneltian

Pertumbuhan Penduduk Alami

Migrasi Pemusatan Kegiatan Ekonomi

Perkembangan Tuntutan Masyarakat

(Sosial)

Pertumbuhan Penduduk Kota

Peningkatan Kegiatan Kota

Kedudukan Kota Dalam Perwilayahan

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KOTA

ALIH FUNGSI LAHAN/ PERUBAHAN

PEMANFAATAN RTHK

TATA GUNA LAHAN

Pengaturan Hukum Pemilikan Lahan, dan Sertifikat Tanah

Pengaturan Perijinan, Ijin Prinsip, Ijin Usaha/Tetap, IMB, dan Ijin Penghunian (IPB)

Pajak Lahan/PBB, Pengembangan Lahan, Baliknama/ Jual Beli Lahan

Retribusi Perubahan Guna Lahan

Kompensasi Penguasaan Lahan oleh

Pemerintah

ATURAN TATA GUNA LAHAN

UU No 4 Tahun 198 tentang Lingkungan Hidup

UU No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Permen PU No:05/PRT/M/208 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RH di Kawasan Perkotaan

Perda N0 3 Tahun 2005 RTRW Propinsi Bali

RTRW Kotamadya Dati.II Denpasar Tahun 1999-2004

FUNGSI RTHK

Fungsi Ekologis; Fungsi Sosial Budaya; Fungsi Ekonomi; Fungsi Estetika.(Permen PU. Nomor:05/PRT/M/2008)

IDENTIFIKASI ALIH FUNGSI RTHK

Perubahan Fungí; Perubahan Blok Peruntukan; Perubahan Persyaratan Teknis.

(RTRW Kotamadya Dati. II Denpasar Tahun 1999-2004)

FAKTOR-FAKTOR PENGARUH ALIH FUNGSI RTHK

Fisik Kota Faktor Eksternal Fisik Kota Faktor Sosial Faktor Ekonomi

Identifikasi Jenis Alih Fungsi dan Faktor Mempengaruhi Alih Fungsi

RTHK KDB 0 % Di Kota Denpasar

Faktor Dominan Mempengaruhi Alih Fungsi RTHK KDB 0 %

di Kota Denpasar

JENIS RTHK

Ruang Terbuka Hijau (RTH); Ruang Terbuka Non Hijau; Ruang Terbuka Hijau Privat; Ruang Terbuka Hijau Publik.

(Permen PUNomor: 05/PRTM/2008)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Page 32: BAB IIxa.yimg.com/kq/groups/25465428/1388551007/name/TESIS+BAB... · Web viewPenyajian data deskriptif didukung oleh data foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di

38

Sederhanakan, makin sederhana makin baik.

Ulas terlebih dahulu modelnya baru dituangkan dalam diagram.

Kajian jangan ke mana-mana, focus pada alih fungsi rth saja.