BAB I,II,III.docx
-
Author
ima-luchita-part-ii -
Category
Documents
-
view
82 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of BAB I,II,III.docx

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pembangunan Nasional berupaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada semua lapisan masyarakat
(Dinkes Jabar, 2005). Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya
manusia, oleh sebab itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan
kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikan. Dengan adanya
pemikiran tersebut pemerintah berupaya mewujudkan satu tatanan
kehidupan yang mencerminkan upaya mencapai tujuan pembangunan
kesehatan nasional yang sejalan dengan UU no.23 tahun 1992 tentang
kesehatan yang tetap dijadikan acuan dalam upaya meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan yang optimal (Dinkes Jabar, 2005).
Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus
dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa
aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Kontrasepsi berasal dari dua kata
kontra dan sepsi. Kontra berarti menolak, konsepsi berarti pertemuan
antara sel telur wanita (ovum) yang sudah matang dengan sel mani pria
(sperma) sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Dengan demikian
kontrasepsi adalah mencegah bertemunya sel telur yang matang dengan sel
mani pada waktu bersenggama, sehingga tidak akan terjadi pembuahan
dan kehamilan (Farrer, 2001).
Keluarga berencana menjadi salah satu komponen penting konsep
kesehatan reproduksi sehingga diperlukan perubahan paradigma, antara
lain, tentang perlunya integrasi pelayanan pada tingkat lini terdepan.
Misalnya adalah banyak Negara termasuk Indonesia melakukan
vertikalisasi dan pemisahan institusi yang menangani masalah keluarga
1

berencana dan kesehatan reproduksi secara umum (minus keluarga
berencana) (Hull dan Hull, 2006; United Nation Secretariat Population
Division, 1998 dan White, Merrick, dan Yazbeck, 2006).
Data terakhir tahun 2008 menunjukkan, jumlah akseptor KB di
Indonesia sebanyak 6.665.203 orang. Pengguna IUD sebanyak 4,59 %
MOP sebanyak 0,22 %, MOW sebanyak 1,34 %, implant sebanyak 4,76
%, suntik 56,16 %, pil sebanyak 30,19 % dan pengguna kondomsebanyak
2,74 %. Jumlah akseptor KB di Jawa Barat sendiri sebanyak 1.423.800
orang. Pengguna IUD sebanyak 8,04 %, MOP sebanyak 0,29 %, MOW
2,65 %, implant sebanyak 2,50 %, suntik sebanyak 55,36 %, pil sebanyak
29,85 % dan kondom sebanyak 1,31 %.
Jumlah peserta KB di Jabar saat ini sebanyak 6,7 juta akseptor.
Terbanyak akseptor KB suntik sekitar 3,3 juta, pil 1,7 juta, IUD 800.000
akseptor dan sisanya KB lain-lain (BKKBN Jabar). Peserta KB aktif pada
Tahun 2009 di Tasikmalaya sebanyak 89.381 akseptor, apabila dilihat dari
tingkat kesertaan ber-KB pada tahun 2009 sebesar 74,16% dan jenis alat
kontrasepsi yang paling banyak diminati pada tahun 2009 adalah suntik
sebanyak 49.852 akseptor, kemudian pil 25.031 akseptor dan IUD 9.749
akseptor.
Jumlah PUS di kecamatan Kawalu pada tahun 2009 sebanyak
17.380 orang dengan jumlah peserta KB aktif sebanyak 12.552 orang.
Jumlah akseptor keluarga berencana aktif menurut alat kontrasepsi yang
dipergunakan di kecamatan kawalu yaitu IUD 708 orang, MOP 16 orang,
MOW 201 orang, Implan 180 orang, Suntik 8.327 orang, Pil KB 3.019,
kondom 99 orang.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan akseptor KB
mengenai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim dengan pemilihan Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Kawalu Kota
Tasikmalaya.
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas telah tergambarkan akseptor AKDR
lebih rendah dari akseptor kontrasepsi lainnya. Rendahnya pemakaian
AKDR mungkin dapat dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan akseptor
mengenai alat kontrasepsi.
Atas dasar hal-hal tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut “Adakah hubungan antara pengetahuan akseptor KB
mengenai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim dengan pemilihan Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Kawalu Kota
Tasikmalaya”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan akseptor KB
mengenai AKDR dengan pemilihan AKDR di wilayah kerja
Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya.
2. Tujuan Khusus
a. Identifikasi pengetahuan akseptor KB tentang AKDR
b. Identifikasi pemilihan AKDR oleh para akseptor KB
c. Hubungan antara pengetahuan akseptor KB dengan
pemilihan AKDR
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan yang diterima di bangku kuliah dan melatih kemampuan
dalam menumbuhkan pemikiran yang kreatif serta menambah
wawasan penulis mengenai alat kontrasepsi dalam rahim.
3

2. Bagi Institusi Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi standar acuan dalam
pengambilan kebijakan pelayanan kesehatan khususnya tenaga bidan
untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam upaya meningkatkan
pengetahuan akseptor KB mengenai pemakaian KB yang efektif dan
efisien.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan masukan
bagi masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan minat dan
kesadaran dalam pemakaian alat kontrasepsi.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu
pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda-beda. (Notoatmodjo, 2010)
Penelitian Rogers tahun 1974 (Notoatmodjo, 2003)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1) Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalamarti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3) Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
4) Trial, yakni orang telah memulai mencoba perilaku baru.
5) Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaanperilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya jika
5

perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka tidak
akan berlangsung lama.
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan,
(Notoatmodjo, 2010) yakni :
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk
mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut
harus dapat mengintreprestasikan secara benar tentang objek yang
diketahui tersebut.
c) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat
diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-
komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis
6

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003), berikut ini adalah faktor- faktor yang
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang suatu hal.
1) Faktor Internal
a) Umur
Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur-umur
tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak
secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Dari uraian di
atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan bertambahnya
umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi akan menjelang
usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
b) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan proses pembelajaran
untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan
tertentu sehingga pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Jadi
pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya
hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga makin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
7

2) Faktor Eksternal
a) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang meskipun seseorang mempunyai pendidikan yang
rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari
berbagai media, misalnya : TV, Radio, Surat kabar. Hal ini
akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
b) Lingkungan
Lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
seseorang memberikan pengaruh sosial terutama bagi
seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang
baik dan hal-hal yang buruk tergantung pada sifat
kelompoknya.
c) Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan salah satu yang mempunyai
pengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Seseorang
memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungan dengan orang
lain karena hubungan ini seseorang mengalami proses belajar
dan memperoleh suatu pengetahuan.
d) Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, suatu cara
untuk kebenaran pengetahuan, hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh dengan
memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.
c. Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2002) tingkat pengetahuan di bagi menjadi tiga
yaitu
1) Tingkat pengetahuan baik
Tingkat pengetahuan baik adalah tingkat pengetahuan dimana
seseorang mampu mengetahui, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan
8

dapat dikatakan baik jika seseorang mempunyai 76% - 100%
pengetahuan.
2) Tingkat pengetahuan cukup
Tingkat pengetahuan cukup adalah tingkat pengetahuan dimana
seseorang mengetahui, memahami, tetapi kurang mengaplikasi,
menganalisis, mengintesis dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan
dapat dikatakan sedang jika seseorang mempunyai 56% - < 76%
pengetahuan.
3) Tingkat pengetahuan kurang
Tingkat pengetahuan kurang adalah tingkat pengetahuan
dimana seseorang kurang mampu mengetahui, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.
Tingkat pengetahuan dapat dikatakan kurang jika seseorang
mempunyai <56% pengetahuan.
d. Metode memperoleh pengetahuan
Cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan ini (Notoatmodjo,
2010), meliputi:
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Metode ini paling tradisional yang digunakan manusia untuk
memperoleh pengetahuan. Manusia telah menggunakan metode ini
dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai
masalah. Cara ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, di coba kemungkinan yang
lainnya.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang
otoritas yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli
ilmu pengetahuan atau ilmuan.
9

Para pemegang otoritas baik pemimpin pemerintahan, tokoh
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai
mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip
inilah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas tanpa menguji terlebih dahulu atau
membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris
maupun penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang
menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang
dikemukakannya adalah sudah benar.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan salah satu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, pengalaman pribadi dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan, dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
e. Cara pengukuran tingkat pengetahuan
Menurut (Arikunto, 2006 : 97), bahwa pengukuran pengetahuan
dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang menanyakan isi materi
yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkat pengetahuan tersebut diatas. Sedangkan
kualitas pengetahuan pada masing – masing tingkat pengetahuan dapat
dilakukan dengan skoring yaitu :
1) Tingkat pengetahuan baik bila skore atau nilai 76 – 100 %
2) Tingkat pengetahuan cukup baik bila skore atau nilai 56 – 75
%
3) Tingkat pengetahuan kurang baik bila skore atau nilai 40 –
55%
10

2. Pengertian Keluarga Berencana
Ada dua pengertian tentang keluarga berencana ialah pengertian
secara umum dan pengertian secara khusus.
Pengertian keluarga berencana secara umum ialah usaha yang
mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu
maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang
bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung
dari kelahiran tersebut.
Pengertian keluarga berencana secara khusus ialah pencegahan
konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah
pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita sekitar
persetubuhan.
Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan
kemandulan dan penjarangan kehamilan. Pelayanan keluarga berencana
sebaiknya diberikan kepada pasangan suami isteri yang ingin mencegah
kehamilan karena alasan-alasan pribadi, ingin menjarangkan kehamilan,
ingin membatasi jumlah anak, karena alasan kesehatan.
Jadi Keluarga Berencana adalah usaha yang mengatur banyaknya
jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi yang bersangkutan tidak
akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan
tersebut dan hasil akhir yang akan diperoleh adalah tercapainya
kesejahtaraan.
3. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan dapat juga
bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita
tubektomi dan pada pria pasektomi.
Pengertian kontrasepsi berasal dari kata “ kontra” yakni mencegah
dan “konsepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur dan sel sperma.
11

Jadi kontrasepsi adalah mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur dan sperma.
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sel sperma.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan,
upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.
penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas.
Jadi kontrasepsi adalah upaya mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur dan sel sperma dapat
bersifat sementara dapat pula bersifat permanen.
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal itu belum ada.
Kontrasepsi ideal harus memenuhi sarat-sarat sebagai berikut:
a. Dapat dipercaya
b. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
c. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
d. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
e. Tidak memerlukan motivasi terus menerus
f. Mudah pelaksanaannya
g. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
h. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan
Efektifitas (daya guna) suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada
dua tingkat, yakni:
a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan
suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan, apabila cara tersebut digunakan terus
menerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
b. Daya guna pemakaian (use effectiviness), yaitu kemampuan suatu
cara kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya
12

dipengauhi oleh faktor-faktor seperti pemakai tidak berhati-hati,
kurang taat pada peraturan dan sebagainya.
Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Banyak perempuan
mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi.
Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi
juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan
metode kontrasepsi tersebut. (Saifuddin, 2006)
4. Kontrasepsi dengan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Memasukan benda-benda atau alat-alat kedalam uterus untuk
mencegah terjadinya kehamilan telah dikenal sejak dahulu. Di Indonesia
AKDR telah dipergunakan secara umum dalam program berencana, AKDR
mula-mula dipakai ialah jenis lippes loop, yang pada waktu itu disponsori
oleh perkumpulan keluarga berencana indoanesia (PKBI). Pada tahun 60-an
mulai dilakukan penyelidikan terhadap AKDR yang mengandung bahan-
bahan seperti tenaga, seng, magnesium, timah, progesterone, dan lain-lain.
Maksud penambahan itu iaha untuk mempertinggi efektivitas AKDR.
Penyelidikan AKDR jenis ini, yang diberi nama AKDR bio aktif sampai
sekarang masih berlangsung.
a. Mekanisme kerja AKDR
AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan
endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat
menghancurkan blastokista atau sperma. Pada pemeriksaan cairaun
uterus pada pemakaian AKDR sering kali dijumpai pula sel-sel makrofag
(fagosit) yang mengandung spermatozoa. Penyelidikan-penyelidikan lain
menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR,
yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada wanita.
Pada AKDR bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan
peradangan seperti pada AKDR biasa, juga oleh karena ion logam atau
bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap
sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion
13

logam tembaga (Cu), pengaruh AKDR bio aktif dengan berkurangnya
konsentrasi logam makin lama makin berkurang.
b. Jenis-jenis AKDR
Sampai sekarang telah terdapat berpuluh-puluh jenis AKDR,
yang paling banyak digunakan dalam program keluarga berencana
di Indonesia ialah AKDR jenis lippes loop. AKDR dapat dibagi
dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup seperti
cincin. Yang termasuk dalam golongan bentuk terbuka dan linear
antara lain adalah lippes loops, saf-T-coil, multi load 250, Cu-7,
Cu-T, Cu-T 380A, spring coil, Margulies spiral dan lain-lain.
Sedang yang termasuk dalam golongan bentuk golongan tertutup
dengan bentuk dasar cincin antara lain adalah otaring, antigon F,
radab ring, cincin gravenberg, cincin hall-stone, birnberg bow, dan
lain-lain.
c. Keuntungan AKDR
1) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi, sangat efektif 0,6
– 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (satu
kegagalan dalam 125-170 kehamilan)
2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu T 380 A d
an tidak perlu diganti)
4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6) Meningkatnya kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil
7) Tidak ada efek samping hormonal denga Cu T 380 A
8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi)
10) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir)
14

11) Tidak ada interaksi dengan obat-obat
12) Membantu mencegah kehamilan ektopik
d. Kerugian
1) Efek samping yang umum terjadi
a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan)
b) Haid lebih lama dan banyak
c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi
d) Saat haid lebih sakit
2) Komplikasi lain
a) Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah
pemasangan
b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
c) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila
pemasangannya benar).
Umumnya terjadi saat pemasangan AKDR walaupun bisa
terjadi pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung AKDR
saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan
dengan adanya kontraksi uterus, AKDR terdorong lebih
jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai
ke rongga perut. Kemungkinan adanya perforasi harus
diperhatikan apabila pada pemeriksaan dengan speculum
AKDR tidak kelihatan. Dalam hal ini pada pemriksaan
dengan sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan
AKDR dalam rongga uterus. Jika ada kecurigaan kuat
tentang terjadinya perorassi sebaiknya dibuat foto rontgen,
dan jika tampak di foto AKDR dalam rongga panggul,
hendaknya dilakukan histerografi untuk menentukan
apakah AKDR terletak di dalam atau di luar kavum uteri.
Dewasa ini dapat ditentukan dengan USG transvaginal dan
15

transabdominal. Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang
tertutup, AKDR harus dikeluarkan dengan segera oleh
karena dikuatirkan terjadinya ileus, begitu pula untuk
AKDR yang mengandung logam. Pengeluaran AKDR
dapat dilakukan dengan laparoskopi. Laparotomy hanya
dilakukan jika laparoskopi tidak berhasil, atau setelah
terjadi ileus. Jika AKDR yang menyebabkan perforasi itu
jenis terbuka dan linear, dan tidak mengandung logam
AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.
d) Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam
vagina, ummnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika
alat-alat yang digunakan disucihamakan, yakni tabung
penyalur, pendorong, dan AKDR. Jika terjadi infeksi, hal
ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang sub
akut atau menahun pada traktus genitalis sebelum
pemasangan AKDR.
e) Kehamilan
Jika timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan
timbul cacat pada bayi oleh karena AKDR terletak antara
selaput ketuban dan dinding Rahim. Angka keguguran
dengan AKDR in situ tinggi. Jika ditemukan kehamilan
dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan,
sebaiknya AKDR dikeluarkan oleh karena kemungkinan
terjadinya abortus setelah AKDR itu dikeluarkan lebih kecil
daripada jika AKDR dibiarkan terus berada dalam rongga
uterus. Jika benang AKDR tidak kelihatan, sebaiknya
AKDR dibiarkan saja dalam uterus.
3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV dan AIDS
4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan.
16

5) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan
IMS memakai AKDR. Penyakit radang panggul dapat memicu
infertilitas.
6) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan
dalam pemasangan AKDR. Sering kali perempuan takut selama
pemasangan.
7) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR. Biasanya menghilang 1-2 hari.
8) Klien tidak dalam melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR.
9) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering
terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan).
10) Tidak mencegah terjadinya kehamilanektopik karena fungsi
AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
11) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu
ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan
jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau
melakukan ini.
e. Persyaratan pemakaian.
1) Yang dapat menggunakan
a) Usia reproduktif
b) Keadaan nulipara
c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d) Menyusui yang menginginkan kontrasespsi
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f) Setelah mengalami abrtus dan tidak terlihat adanya infeksi
g) Resiko rendah dari IMS
h) Tidak menghendaki metode hormonal
i) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap
hari
j) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
17

2) Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR
a) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
b) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat
dievaluasi)
c) Sedang menderita infeksi alat genital
d) Tiga bulan terakhir bulan terakhir sedang mengalami atau
sering menderita penyakit radang panggul atau abortus
septik
e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak
rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
f) Penyakit trofoblast yang ganas.
g) Diketahui menderita TBC Pelvic
h) Kanker alat genital
i) Ukuran rongga Rahim kurang dari 5 cm
f. Efek samping AKDR
1) Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadinya
perdarahan sedikit-sedikit yang cepat berhenti. Kalau
pemasanngan dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang sedikit-
sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. Keluahan yang
sering terdapat pada pemakai AKDR adalah menoraghia,
spotting metrorarghia. Jika terjadi perdarahan banyak yang
tidak teratasi, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan
AKDR yang mempunyai ukuran kecil. Jika perdarahan sedikit-
sedikit dapat diusahakan mengatasinya dengan pengobatan
konservatif. Pada perdarahan yang tidak berhenti dengan
tindakan-tindakan tersebut diatas, sebaiknya AKDR diangkat
dan digunakan cara kontrasepsi lain.
2) Rasa nyeri dan kejang diperut
Rasa nyeri atau kejang diperut dapat terjadi segera setelah
pemasangan AKDR, biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur
18

hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau
dihilangkan dengan jalan memberi analgetik. Jika keluhan
berlangsung terus, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti
dengan AKDR yang mempunyai ukuran yang lebih kecil.
3) Gangguan pada suami
Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang
AKDR sewaktu bersenggama. Ini disebabkan oleh benang
AKDR yang keluar dari portio uteri terlalu pendek atau terlalu
panjang. Untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan ini,
benang AKDR yang terlalu panjang dipotong sampai kira-kira
2-3 cm dari portio, sedang jika AKDR terlalu pendek sebaiknya
AKDR diganti. Biasanya dengan cara ini keluahan suami akan
hilang.
4) Ekspulsi (pengeluaran sendiri)
Ekspulsi AKDR dapat terjadi untuk sebagian atau
seluruhnya. Ekspulsi biasanya terjadi dan ddipengaruhi oleh :
a) Umur dan paritas : pada paritas yang rendah, satu atau dua,
kemungkinan ekspulsi 2x lebih besar daripada pada paritas
5 atau lebih, demikian pula pada wanita muda ekspulsi
lebih sering terjadi daripada wanita yang umurnya lebih tua
b) Lama pemakaian : ekspulsi paling sering terjadi pada 3
bulan pertama setelah pemasangan, setelah itu angka
kejadian menurun dengan tajam.
c) Ekspulsi sebelumnya : pada wanita yang oernah mengalami
ekspulsi, maka pada pemasangan kedua kalinya cenderung
terjadi ekspulsi lagi adalah kira-kira 50%. Jika terjadi
ekspulsi pasangkanlah AKDR dari jenis yang sama tetapi
dengan ukuran yang lebih besar daripada sebelumnya,
dapat juga diganti dengan AKDR jenis lain atau dipasang 2
AKDR
19

d) Jenis dan ukuran : AKDR yang dipasang sangat
mempengaruhi frekuensi ekspulsi. Pada lippes loop, makin
besar ukuran AKDR makin kecil terjadinya ekspulsi
e) Faktor psikis : oleh karena motilitas uterus dapat
dipengaruhi oleh faktor psikis maka frekuensi ekspulsi
lebih banyak dijumpai pada wanita-wanita yang emosional
dan ketakutan. Kepada wanita-wanita seperti ini perlu
penerangan yang cukup sebelum dilakukan pemasangan
AKDR.
5) Amenore
Penanganan efek samping amenore yaitu periksa apakah
sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan
konseling dan selidiki penyebab amenore apabila dikehendaki.
Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR
apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.
Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13
minggu, AKDR jangan dilepas. Apabila klien sedang hamil dan
ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR,
jelaskan adanya resiko kemungkinan terjadinya kegagalan
kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus
lebih di amati dan diperhatikan.
6) Benang yang hilang
Penanganan pada efek samping ini yaitu pastikan adanya
kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas.
Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan
kondom. Periksa talinya didalam saluran endoserviks dan
kavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan
tenaga terlatih) setelah masa haid berikutnya. Apabila tidak
ditemukan, rujuklah ke dokter, lakukan x-ray atau pemeriksaan
ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak
20

ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien
menentukan metode lain.
7) Adanya pengeluaran cairan dari vagina/dicurigai adanya
Penyakit Radang Panggul (PRP)
Penanganna pada efek samping ini yaitu pastikan
pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan
menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau
infeksi klamidial, lakukan pengobatan yang memadai. Bila
PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR
dikeluarkan, beri metode lain sampai masalahnya teratasi.
B. Landasan Teori
Faktor perilaku kesehatan, tidak terlepas dari faktor-faktor yang
menentukan kualitas perilaku tersebut. Dengan kata lain kegiatan promosi
kesehatan harus di sesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi
itu sendiri). Menurut green dalam notoatmojo (2003), perilaku ini ditentukan
3 faktor utama, yaitu :
1. Faktor Predisposisi (predisposing factor)
Faktor-faktor yang mempengaruhi atau mempredisposisi terjadinya
perilaku seseorang pada diri seseorang atau masyarakat, adalah
pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa
yang akan dilakukan.
2. Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas,
sarana atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya
perilaku seseorang atau masyarakat.
21

3. Faktor penguat (reinfarcoring factors)
Pengetahuan, sikapa dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum
menjamin terjadi perilaku seseorang atau masyarakat. Tokoh masyarakat
merupakan faktor penguat bagi terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat. Di samping tokoh masyarakat, peraturan, undang-undang,
surat-surat dari keputusan pejabat pemerintah pusat atau daerah,
merupakan faktor penguat perilaku.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim adalah bahan inert sintetik (dengan
atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan berbagai
bentuk, yang dipasangkan ke dalam rahim untuk menghasilkan efek
kontraseptif.
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan maka kerangka
konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
22
Pengetahuan akseptor KB mengenai AKDR.
Pemilihan AKDR
Faktor pemungkin :
- Sarana
- Fasilitas

Keterangan :
Objek yang diteliti
Objek yang tidak diteliti
D. Hipotesis
Ada hubungan antara pengetahuan akseptor KB mengenai AKDR dengan
pemilihan AKDR di wilayah kerja Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya
tahun 2012.
23

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan
menggunakan pengambilan data secara retrospektif, dengan cara melihat
daftar akseptor IUD pada tahun 2009 kemudian untuk mengukur
pengetahuan akseptor tentang AKDR, peneliti membagikan kuesioner
kepada akseptor IUD tahun 2009.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek yang akan diteliti dan memenuhi
karakteristik yang ditentukan (Riyanto, 2011). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas
Kawalu Kota Tasikmalaya yang terdaftar pada tahun 2009 sejumlah
11.844 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili
atau representatif populasi. Sampel sebaiknya memenuhi kriteria yang
dikehendaki, sampel yang dikehendaki merupakan bagian dari
populasi target yang akan diteliti secara langsung, kelompok ini
meliputi subjek yang memenuhi kriteria inklusi yang merupakan
karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan sumber,
dan kriteria eksklusi yang eksklusi merupakan kriteria dari subjek
penelitian yang tidak boleh ada, dan jika ada subjek mempunyai
kriteria eksklusi maka subjek harus dikeluarkan dari penelitian.
(Riyanto, 2011)
24

a. Besarnya sampel
Besarnya sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus
solvin sebagai berikut ( Nursalam, 2003).
n= N
1+(N . e2)
Keterangan : n = Jumlah sampel
N= Jumlah Populasi
e = standar error (5% = 0,05)
n= N
1+( N . e2 )
n= 11.844
1+(11.844 .0,052)
n=386,93
n=386,93maka dibulatkan menjadi 387 orang
Penulis mengambil sebagian populasi untuk dijadikan sampel penelitian
penulis tetapkan sebanyak 387 orang yang diambil berdasarkan Teknik random
sampling.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati
yang nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainya dan terukur
(Riyanto, 2011). Variabel dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua
variabel, variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah pengetahuan akseptor KB tentang AKDR,
sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemilihan
AKDR.
25

D. Definisi Operasional
Tabel 1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat
Ukur
Kategori Skala
Pengetahuan
akseptor KB
tentang AKDR :
a. Pengertian
b. Keuntungan
c. Kerugian
d. Cara
Pemakaian
Hasil tahu
akseptor KB
tentang
AKDR
Kuesioner 1. Baik (76-100%)
2. Cukup (56-76%)
3. Kurang (<56%)
(Arikunto, 2002)
Ordinal
Pemilihan
AKDR
Cara-cara
pencegahan
kehamilan
dan
perencanaan
keluarga
Kuesioner 1. Ya
2. Tidak
Nominal
E. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayak kerja Puskesmas Kawalu
Kota Tasikmalaya. Pengambilan tempat ini didasarkan karena di
Puskesmas Kawalu pada tahun 2009 angka pemakaian AKDR masih
rendah dibandingkan dengan akseptor pil KB dan suntik.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2013.
.
26

N ∑ XY – (∑ X)(∑Y){N ∑ X2 – (∑ X2)}{ N ∑ Y2 – ( ∑ Y2)}
F. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapat dari hasil
kuesioner yang langsung diisi oleh responden.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini berupa kuesioner. Kuisioner terdiri dari pertanyaan tertutup
sebanyak 20 soal, mengenai pengertian sebanyak 3 soal, keuntungan
sebanyak 7 soal, kerugian sebanyak 6 soal dan cara pemakaian 4 soal.
H. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Validitas merupakan ketepatan atau kecermatan pengukuran suatu alat
ukur. Untuk mengetahui validitas suatu instrument dilakukan dengan cara
melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor
totalnya. Uji validitas instrumen penelitian ini dilakukan di Puskesmas
Tamansari yang mempunyai karakteristik yang sama dengan responden.
Teknik korelasi yang digunakan korelasi “Product Moment” sebagai
berikut :
r xy =
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
X = Skor setiap item
Y = Skor total
Kepuusan uji :
27

a. Bila r hitung > r tabel, maka variabel valid
b. Bila r hitung < r tabel, maka variabel tidak valid (Riyanto, 2011)
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalan suatu ukuran yang menunjukkan sejauhmana
hasil pengukuran tetap konsisten. Cara pengukuran uji reliabilitas dengan
membandingkan nilai r alpa dengan r tabel.
Keputusan uji :
a. Bila r alpa > r tabel, maka variebel reliabel
b. Bila r alpa < r tabel, maka variabel tidak reliabel
I. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan secara manual
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Data (Editing)
Merupakan tahapan memeriksa data yang telah dikumpulkan melalui
kegiatan observasi ataupun melalui pengamatan secara langsung.
2. Pemberian Kode (Coding)
Merupakan tahapan pemberian kode dengan tujuan untuk
mempermudah dalam pengolahan data.
3. Penyusunan Data (Tabulasi)
Data yang telah dikumpulkan dimasukan dalam bentuk tabel.
2. Analisa data
a. Univariat
Analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap
variabel. (Notoatmodjo, 2005)
b. Bivariat
28

∑(f0 - fh)2
fh
Analisis bivariat dilakukan dengan menghubungkan masing-masing
variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis yang dilakukan
bertujuan untuk melihat apakah hubungan yang terjadi memang
bermakna secara statistic atau hanya terjadi secara kebetulan.
Rumus Chi-Square :
X2 =
Keterangan :
X2 = Chi-Kuadrat
f0 = Frekuensi yang diobservasi/diperoleh baik melalui pengamatan
maupun hasil angket
fh = Frekuensi yang diharapkan (Arikunto, 1998)
29