BAB I,II,III.docx

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat harus terus belajar sehingga perawat dapat mempertahankan pengetahuan dan keterampilan di tengah- tengah banyaknya perubahan dalam perawatan kesehatan. Perawat mengajarkan klien dan keluarganya, profesional perawatan kesehatan lain, dan asisten keperawatan yang diberikan delegasi perawatan, serta perawat dapat berbagi keahlian dengan perawat lain dan profesional kesehatan. Belajar dan mengajar tidak terbatas pada pengalaman dalam ruang kelas dan dapat terjadi dalam semua tatanan praktek. Pengalaman belajar klinik adalah suatu proses transformasi mahasiswa menjadi seorang perawat profesional yang memberi kesempatan mahasiswa untuk beradaptasi dengan perannya sebagai perawat profesional dalam melaksanakan praktek keperawatan profesional di situasi nyata pada pelayanan kesehatan klinik atau komunitas. Pendidikan bagi klien adalah penting sebab klien memiliki hak untuk mengetahui dan mendapatkan informasi tentang diagnosis, prognosis, pengobatan, dan risiko yang dihadapinya. Rancangan pembelajaran yang baik, rencana 1 | Pendidikan Dalam Keperawatan: Bedside Teaching

description

bedside teaching

Transcript of BAB I,II,III.docx

Page 1: BAB I,II,III.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat harus terus belajar sehingga perawat dapat mempertahankan

pengetahuan dan keterampilan di tengah-tengah banyaknya perubahan dalam

perawatan kesehatan. Perawat mengajarkan klien dan keluarganya, profesional

perawatan kesehatan lain, dan asisten keperawatan yang diberikan delegasi

perawatan, serta perawat dapat berbagi keahlian dengan perawat lain dan profesional

kesehatan. Belajar dan mengajar tidak terbatas pada pengalaman dalam ruang kelas

dan dapat terjadi dalam semua tatanan praktek.

Pengalaman belajar klinik adalah suatu proses transformasi mahasiswa

menjadi seorang perawat profesional yang memberi kesempatan mahasiswa untuk

beradaptasi dengan perannya sebagai perawat profesional dalam melaksanakan

praktek keperawatan profesional di situasi nyata pada pelayanan kesehatan klinik atau

komunitas.

Pendidikan bagi klien adalah penting sebab klien memiliki hak untuk

mengetahui dan mendapatkan informasi tentang diagnosis, prognosis, pengobatan,

dan risiko yang dihadapinya. Rancangan pembelajaran yang baik, rencana

pembelajaran yang komprehensif, yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran klien

akan menurunkan biaya perawatan, meningkatkan kualitas perawatan, dan membantu

klien mencapai tingkat kesehatan yang optimal serta meningkatkan kemandirian

klien. Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan yang adekuat hanya bila

melakukan identifikasi kebutuhan klien dengan menggunakan strategi dan metode

pengajaran yang paling tepat.

Metode pembelajaran merupakan suatu metode untuk mendidik peserta didik

di klinik yang memungkinkan pendidik memilih dan menerapkan cara mendidik yang

sesuai dengan tujuan dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka

konsep pembelajaran. Salah satu jenis metode pembelajaran klinik yang biasanya

digunakan adalah bedside teaching.

1 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 2: BAB I,II,III.docx

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan dari penulisan ini adalah:

a. Menjelaskan tentang teori dan konsep bedside teaching.

b. Menjelaskan prinsif dan manfaat bedside teaching.

c. Menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan bedside teaching.

C. Ruang Lingkup Masalah

Dalam pembuatan makalah ini, penulis membatasi masalah hanya pada

pembelajaran klinik bedside teaching.

2 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 3: BAB I,II,III.docx

BAB II

ISI

A. Analisis Masalah

Ny. Zubaidah umur 45 tahun post operasi payudara sebelah kanan 3 hari yang

lalu. Kondisi luka kering, tidak mengalami edem, eritema dan tidak ada drainase/pus.

Klien diberi perawatan luka kering steril 2 kali sehari. Klien terpasang infuse NaCl

0,9% dengan tesesan 20 kali/menit.

B. Teori

1. Konsep Dasar Bedside Teaching

Para pakar pendidikan klinik memberikan sebuah panduan dalam pengajaran

dan pembelajaran dalam pendidikan klinik yang dikenal “BEDSIDE”. BEDSIDE

merupakan singkatan dari Briefing, Expectation, Demonstrations, Spesific Feedback,

Inclution microskill, Debriefing and Education.

BEDSIDE ini dikembangkan dari teori experience and explanation cycles

yang dikemukakankan oleh Cox, 1993.

Briefing meliputi kegiatan menyiapkan mahasiswa Koas tentang syarat

pengetahuan yang harus dimiliki sebelum BST dan juga mempersiapkan pasien

untuk BST.

Expectation adalah menentukan tujuan belajar yang ingin dicapai oleh

mahasiswa.

Demonstrations tergantung tujuan yang ingin dicapai yaitu bila dosen ingin

mengamati dan memberi feedback atas kegiatan mahasiswa maka dosen harus

meminimalkan interupsi dan bila tujuannya sebagai model maka mahasiswa

diberi kesempatan mengamati dosen dalam memeriksa pasien.

Spesific Feedback diawali dengan positif aspek sehingga akan memotivasi

mahasiswa untuk belajar.

Inclution microskill merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh dosen

klinik sehingga BST menjadi efektif dan efisien.

3 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 4: BAB I,II,III.docx

Debriefing meliputi menanyakan masukan dari mahasiswa dan pasien.

Education meliputi memberitahu sumber belajar yang digunakan mahasiswa

belajar lebih lanjut dan dalam.

Neher, Gordon, Meyer dan Stevens mengemukakan sebuah model pengajaran

di kontek klinik yang mereka beri nama The Five Steps Microskill. Model ini dapat

diterapkan dalam pendidikan klinik di unit rawat jalan (poliklinik) dan di bangsal.

Penerapan model ini di pendidikan klinik rawat jalan sangat efektif karena dengan

waktu yang sangat terbatas (3-5 menit), Preceptor dapat mengajarkan pengetahuan

dan ketrampilan klinik dengan menggunakan pasien yang sebenarnya. Model ini juga

dapat diterapkan pada BST di bangsal. Seperti yang sudah diketahui , bangsal

ditempati oleh pasien dengan bermacam kasus penyakit. Contohnya Jumlah pasien di

Bangsal penyakit saraf pada waktu penulis mengamati ada sekitar dua puluh pasien

dengan bermacam variasi penyakit. Apabila model ini diterapkan pada 20 orang

pasien maka di butuhkan waktu sekitar 60 menit sampai 100 menit yang mana masih

dalam rentang waktu BST yang selama ini telah diterapkan. Penerapan model ini

tentu saja menguntungkan dalam pendidikan klinik selain dapat mengatasi

keterbatasan waktu juga dapat mengajarkan pendidikan klinik secara efektif.

Bedside teaching merupakan mengajar peserta didik yang dilakukan di

samping tempat tidur klien, meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan

keperawatan yang diperlukan oleh klien. Bedside teaching merupakan pembelajaran

kontekstual dan interaktif yang mendekatkan pembelajar pada real clinical setting.

Bedside teaching dispesialisasikan dalam pengajaran kelompok kecil yang

berlangsung dihadapan klien. Meskipun diketahui bahwa bedside teaching dikenal

untuk meningkatkan pembelajaran klien dan memperbaiki keperawatan klien,

pemakaian pembelajaran jenis ini sayangnya secara terus-menerus mengalami

kemunduran. Keterampilan bedside teaching dapat dilakukan selain di rumah sakit,

seperti fasilitas perawatan jangka panjang dan kantor.

Bedside teaching cocok untuk digunakan pada role model sebagai teknik

pembelajaran. Meskipun hal ini memungkinkan untuk mendeskripsikan dan

mendiskusikan bagaimana bertanya suatu pertanyaan yang baik atau bagaimana

4 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 5: BAB I,II,III.docx

mendemonstrasikan sensitivitas kenyamanan klien di depan peserta didik. Pengajar

mungkin menjadi lebih cocok untuk mempraktikkan daripada peserta didik hanya

berkata.

Samping tempat tidur merupakan suatu tempat yang baik untuk pembelajaran

dan keterampilan pemeriksaan fisik. Suatu keterampilan yang sering dilupakan adalah

mengobservasi keadaan klien. Petunjuk penting terhadap sakit, penyakit, atau respon

klien untuk hospitalisasi yang mungkin ditemukan pada ruang atau di samping

tempat tidur. Kunjungan di samping tempat tidur merupakan waktu yang tepat untuk

mengajarkan dan mempraktekkan observasi dengan teliti.

Untuk melakukan bedside teaching diperlukan memelihara lingkungan untuk

semua partisipan. Kenyamanan klien merupakan suatu pertimbangan yang penting

untuk proses pembelajaran. Bedside teaching juga bukan merupakan tempat untuk

bertanya atau mengkritisi peserta didik. Bedside teaching harus merupakan suatu

tempat yang pembelajaran yang positif. Hindari mempelajari topik yang mengurangi

kenyamanan klien. Dalam pembelajaran ini, peserta didik menggunakan keterampilan

dan sikap yang alami. Hal ini dapat dilakukan dengan sering atau secara berangsur-

angsur menambahkan keterampilan baru dengan kunjungan yang sering pada klien.

Pembelajaran sisi tempat tidur akan sukses hanya jika ketika setiap orang pada

pembelajaran tersebut merasakan lebih baik setelah diadakannya pembelajaran.

2. Tujuan Bedside Teaching

Bedside teaching dapat memperbaiki pengambilan sejarah peserta didik,

keterampilan klinik yang dimiliki peserta didik, dan pengetahuan mengenai etika

klinik, dapat mengajarkan klien mengenai profesionalitas, dan dapat membantu

mengembangkan komunikasi yang baik dan keterampilan role model. Bagian

pembelajaran ini mengintegrasikan teori, keterampilan praktek, dan kontak dengan

klien menyebabkan proses pembelajaran yang real, dan pendidik mengizinkan peserta

didik untuk mengembangkan rasa empati terhadap klien.

5 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 6: BAB I,II,III.docx

Dibandingkan dengan mendengarkan presentasi atau membaca pada

whiteboard. Peserta didik lebih mempunyai peluang untuk menggunakan lebih

banyak alat indera (mendengar, melihat, mencium, dan menyentuh) untuk belajar

lebih banyak mengenai klien dan masalahnya. Pada suatu kasus, seorang peserta

didik yang baru melakukan latihan dengan klien untuk pertama kalinya. Orang

tersebut mengakui pada klien dengan pankreatitis, napasnya berbau alkohol, lidahnya

kering, dan turgor kulit yang jelek. Dengan adanya bedside teaching, orang tersebut

juga belajar mengenai kemerahan di sekitar umbilicus pada pankreatitis haemorrhagic

yang berat dan tanda Rovsing’s pada apendisitis akut. Pengalaman yang didapat dari

orang tersebut menciptakan suatu keterkaitan yang tergantung pada saat pendidikan

klinik.

3. Manfaat Bedside Teaching

Manfaat dari dilakukan bedside teaching ini adalah:

a. Mengajarkan dan mendidik peserta didik untuk menguasai keterampilan

prosedural.

b. Menumbuhkan sikap profesional.

c. Mengaplikasikan kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif secara

terintegrasi.

d. Mempelajari perkembangan biologis/fisik.

e. Melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung.

4. Prinsip Bedside Teaching

Adapun prinsip dari bedside teaching antara lain:

1. Sikap fisik maupun psikologis dari pembimibing klinik peserta didik dan klien.

2. Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang).

3. Diskusi pada awal dan paska demonstrasi di depan klien dilakukan seminimal

mungkin.

4. Lanjutkan dengan redemonstrasi.

6 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 7: BAB I,II,III.docx

5. Kaji pemahaman peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang didapatnya

saat itu.

6. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh

peserta didik sebelumnya, atau apabila peserta didik menghadapi kesulitan

menerapkan.

5. Fase-Fase dalam Bedside Teaching

Bedside teaching dilakukan dalam fase-fase sebagai berikut:

Fase Pra Interaksi

1. Peserta didik harus mampu mengkaji perasaan, fantasi, dan ketakutannya

sehingga kesadaran dan kesiapan peserta didik untuk melakukan hubungan

dengan klien dapat dipertanggungjawabkan.

2. Peserta didik mampu mengoptimalkan dirinya secara efektif, artinya dapat

memaksimalkan penggunaan kekuatannya dan meminimalkan pengaruh

kelemahan yang ada pada dirinya.

3. Pada fase ini, peserta didik diharapkan mendapatkan informasi tentang klien dan

menentukan kontrak pertama serta menuliskan dalam laporan pendahuluan

tentang kasus yang akan diambil. Pembimbing Klinik (PK) berperan untuk

mengidentifikasikan kesiapan peserta didik melalui konferensi praklinik. Jika

peserta didik belum siap, sebaiknya harus diatasi terlebih dulu sebelum

melepaskan peserta didik pada tahap berikutnya.

Fase Introduksi (Perkenalan)

1. Tugas utama peserta didik pada fase ini adalah membina perasaan menerima dan

mengerti, komunikasi yang terbuka, serta perumusan kontrak dengan klien.

2. Elemen kontrak peserta didik dan klien adalah sebagai berikut:

Nama individu (peserta didik-klien).

Peran (peserta didik-klien).

Tanggung jawab (peserta didik-klien).

Harapan (peserta didik-klien).

Tujuan hubungan.

7 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 8: BAB I,II,III.docx

Waktu dan tempat pertemuan.

Situasi terminasi.

Privasi.

Tugas lain peserta didik adalah mengeksploitasi pikiran, perbuatan klien,

mengidentifikasi masalah, serta merumuskan tujuan bersama klien.

Tugas PK adalah memberi dukungan dan arahan, bahkan memberi contoh peran cara-

cara memulai hubungan dengan klien yang disertai kontrak.

Fase Kerja

Fase ini merupakan periode di mana terjadi interaksi yang aktif antara peserta didik

dan klien dalam upaya membantu klien mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.

Tahapan fase ini adalah:

1. Peserta didik-klien mengeksporasi penyebab stress (stressor) dan mendukung

perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan, dan

perbuatan klien.

2. Peserta didik membantu klien dalam mengatasi kecemasan, meningkatkan

kemandirian, dan tanggung jawab klien, serta mengembangkan mekanisme

koping yang konstruktif.

3. Pada fase ini dibutuhkan PK yang ahli dan terampil, karena banyak terkait

dengan tindakan dan prosedur keperawatan.

4. Fase ini merupakan periode yang tepat dalam melaksanakan metode bimbingan

klinik.

Fase Terminasi

1. Pada fase ini, peserta didik dan klien akan merasakan kehilangan. Tugas peserta

didik adalah menghadapi realitas perpisahan peserta didik dan klien bersama-

sama mengevaluasi proses keperawatan yang telah dilalui dan upaya pencapaian

tujuan.

2. Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan dapat diartikan sebagai

penolakan.

3. Tugas PK adalah menilai kemampuan interpersonal.

8 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 9: BAB I,II,III.docx

Peserta didik diharapkan mampu melihat nilai yang unik dari samping tempat

tidur yang merupakan bagian dari metode pembelajaran. Jika telah dilakukan

beberapa pengajaran samping tempat tidur diharapkan bahwa dapat ditemukan ide-

ide ataupun gagasan-gagasan yang dapat mengubah cara pengajaran di samping

tempat tidur. Bila peserta didik tidak siap untuk melakukan bedside teaching, hal

inilah yang menjadi rintangan yang utama untuk memulai pembelajaran. Dalam

bedside teaching, peserta didik mungkin tidak menemukan kemewahan yang

menstimulasi kasus klinik untuk peserta didik dalam kelompok yang antusiasme dan

juga apresiatif. Kunci dari untuk melakukan bedside teaching adalah dimulai dengan

melakukan hal yang kecil.

C. Langkah Kegiatan

TAHAP 1: PERSIAPAN

Kasus

Ny. Zubaidah umur 45 tahun post operasi payudar sebelah kanan 3 hari yang

lalu. Kondisi luka kering, tidak mengalami edem, eritema dan tidak ada drainase/pus.

Klien diberi perawatan luka kering steril 2 kali sehari. Klien terpasang infuse NaCl

0,9% dengan tetesan 20 kali/menit.

Pelaku Bed Side Teaching

Perawat Ema sebagai instruktur

Laily sebagai peserta didik 1

Mutia sebagai peserta didik 2

Enny sebagai peserta didik 3

Prinsip Penatalaksaan

1. Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik, peserta didik dan klien.

2. Jumlah peserta didik dibatasi, yaitu sekitar lima orang.

3. Diskusi pada awal dan pascademonstrasi di depan klien dilakukan seminimal

mungkin.

4. Lanjutan dengan demonstrasi ulang.

9 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 10: BAB I,II,III.docx

5. Evaluasi pemahaman peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang

didapatnya saat itu.

6. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh

peserta didik sebelumnya atau kesulitan yang dihadapi peserta.

Koordinasi dengan staf di klinik agar tidak mengganggu jalannya rutinitas

perawatan klien.

Melengkapi peralatan atau fasilitas yang akan digunakan

Peralatan yang digunakan:

- Sarung tangan steril

- Sarung tangan bersih

- Kantong plastic disposable/bengkok

- Alat dressing sesuai kebutuhan

- Plester/hifafik

- Normal salin

- Kasa steril

- Selimut

Strategi

Bed Side Teaching agar klien tidak merasa dijadikan objek, maka instruktur

sendiri yang akan melakukan tindakan Perawatan Luka kering steril, peserta didik

akan diperkenalkan instruktur sebagai rekan-rekan. Peserta didik memberi perhatian

penuh terhadap tindakan yang dilakukan instruktur. Diskusi pertama dilakukan

instruktur dan peserta didik di ruang perawat, perawat menjelaskan kepada peserta

didik (ada 3 orang peserta didik), mengenai metode bedside teaching yaitu metode

pembelajaran dengan memberikan pengajaran langsung kepada klien dengan teknik

demonstrasi dan redemonstrasi dan apabila ada pertanyaan selama tindakan maka

peserta didik diperbolehkan bertanya saat evaluasi, dijaga seminimal mungkin hal

tersebut terjadi di depan klien.

Fase Preinteraksi

1. Mencek catatan medis dan perawatan klien yang akan dilakukan bedside

teaching.

10 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 11: BAB I,II,III.docx

2. Mencuci tangan dan menyiapkan alat-alat yang diperlukan.

3. Menjelaskan kepada peserta didik (ada 3 orang peserta didik), mengenai metode

bedside teaching yaitu metode pembelajaran dengan memberikan pengajaran

langsung kepada klien dengan teknik demonstrasi dan redemonstrasi.

4. Di ruang perawat, perawat (instruktur) memberikan pengarahan peserta didik.

Percakapan

Perawat Ema : “selamat pagi, adik-adik !”

Peserta didik 1,2 &3 : “selamat pagi, Ners!”

Perawat Ema : “Baik, hari ini saya akan mendemonstrasikan tentang

perawatan luka kering steril, katanya kemarin kalian

kesulitan ya dalam melakukan tindakan ini?”

Peserta didik 1 : “ Iya, Ners. Kami belum tepat melakukan perawatan luka

kering steril kepada klien, menurut kami masih banyak kesalahan yang kami

lakukan”

Peserta didik 2 : “kemarin kami mengalami kesulitan karena belum tepat

melakukan teknik steril”

Peserta didik 3 : “kalau saya belum pernah melakukan ke klien langsung,

pada saat diajarkan hanya melalui pantom saja”

Perawat Ema : “ oh, begitu. Nanti saya akan mendemonstrasikan cara

perawatn luka skering steril kepada Ny. Zubaidah umur 45

tahun post operasi payudara sebelah kanan 3 hari yang lalu.

Kondisi luka kering, tidak mengalami edem, eritema dan

tidak ada drainase/pus. Klien diberi perawatan luka kering

steril 2 kali sehari. Klien terpasang infuse NaCl 0,9% dengan

tetesan 20 kali/menit Pada waktu saya mendemonstrasikan

adik-adik perhatikan saja ya, kalau ada yang ingin

ditanyakan, bisa ditanyakan saat evaluasi. Nanti kita akan

mediskusikannya di ruang perawat ini lagi. Bagaimana adik-

adik? Ada yang mau ditanyakan dulu?”

Peserta didik 1, 2 & 3 : “tidak ada ners”

11 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 12: BAB I,II,III.docx

Perawat Ema : “ baik kalau begitu kita langsung saja ke ruang perawatan

Ny. Zubaidah”

Peserta didik 1, 2 & 3 : “ baik ners”

TAHAP 2: PELAKSANAAN

Fase Orientasi

Perawat Ema : “Selamat pagi ibu, benar dengan Ibu Zubaidah ya?”

Klien : “ Ya benar”

Perawat Ema : “oh, iya bu. Perkenalkan saya perawat Ema, saya dinas di

ruangan ini dari pukul 08.00 pagi sampai pukul 02.00 siang

nanti. Sebelumnya saya perkenalkan dulu rekan-rekan saya.

Yang sebelah kiri saya namanya Laily, yang ditengah

namanya Enny, yang paling ujung Mutia”.

Peserta didik 1,2 &3 : “ selamat pagi ibu”

Klien : “pagi juga”

Perawat Ema : “baik bu, Saya kesini akan melakukan tindakan

keperawatan yaitu melakukan perawatan luka kepada ibu,

kemaren ibu kan melakukan operasi ya bu pada daerah

peyudara. Tujuannya agar luka operasi ibu cepat sembuh.

Ya, bagaimana bu apakah ibu setuju?”

Klien : “Ya, Saya setuju”

Perawat Ema : “ sebelumnya ada yang ditanyakan dulu bu, sebelum

memulai tindakan nanti”

Klien : “Berapa lama Ners ?”

Perawat Ema : “Nanti akan dilakukan selama kurang lebih 10 menit.

Bagaimana Ibu ada yang mau ditanyakan lagi?”

Klien : “ oh ya, sudah jelas Ners”

Perawat Ema : “ sebelumnya ada keluhan tidak”

Klien : “ saya merasa agak nyeri Ners pada daerah operasi”

12 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 13: BAB I,II,III.docx

Perawat Ema : “ Oh begitu ya bu,baik nanti pada saat dilakukan perawatan

akan kita lihat bagaimana kondisi luka ibu, dan memang nyeri ya bu tapi ibu akan

terus diberikan obat khusus ya bu. Baik ibu, bisa saya melakukannya sekarang ?”

Klien : “Baik Ners”

Fase Kerja

Perawat Ema menutup sampiran. Tidak lupa untuk mencuci tangan Mendekatkan alat

steril di atas meja. Kemudian meletakkan kantong plastic untuk balutan kotor dekat

dengan luka. Terlebih dahulu kita buka set steril dan letakkan di tas meja, pasang

selimut klien, pada area luka jangan diselimuti. Kemudian buka plester dan gunting

plester sesuai dengan kebutuhan. Ners “Ibu permisi ya bu, saya akan membuka

plester luka jahitan ibu”. Setelah kita buka balutan luka, kemudian kita pasang sarung

tangan bersih terlebih dahulu. Kemudian kita ambil balutan dan buang ke dalam

kantong plastik. Setelah ini, kita kaji area insisi, dilihat pada daerah luka apakah

terdapat eritema, edema atau drainase. Jangan lupa kita kaji bagaimana warna insisi

bedahnya. Ners “Ya dapat kita lihat didaerah luka tidak terdapat eritema edem

ataupun drainase, dan warna insisi adalah kecoklatan”. Setelah melakukan pengkajian

kita lepas sarung tangan yang tadi digunakan. Kemudian kita dekatkan meja dan

sebelumnya kita buka terlebih dahulu bak steril. Kemudian keluarkan kom

menggunakan korentang, keluarkan kasa sesuai dengan kebutuhan yaitu kurang lebih

3 buah kasa, setelah itu tuangkan NaCl ke dalam kom. Setelah itu gunakan sarung

tangan steril. Kemudian ambil pinset dalam bak steril, ambil kasa dan kita celupkan

pada kom yang sudah dituangkan NaCl. Setelah itu kita bersihkan daerah luka ingat

ya bersihkan dari insisi paling luar, bersihkan dari atas ke bawah hanya menggunakan

satu kasa. Ners “Permisi ya bu saya bersihkan dulu lukanya”. Setelah itu buang kasa

ke kantong plastic atau bengkok. Setelah dibersihkan kita pasang kasa steril pada

daerah luka, sesuaikan ukuran kasa dengan ukuran luka. Setelah dipasangkan kita

lepas sarung tangan, dan buang pada kantong plastik. Kemudian kita pasang

plester/hifafik pada daerah balutan luka. Ners “ibu ini kita pasang lagi ya

balutannya”. Setelah itu buang kantong plastic, dan kita cuci tangan ya. Pada saat

melakukan tindakan pesrta didik mengamati apa yang dilakukan oleh Ners Ema.

13 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 14: BAB I,II,III.docx

Fase Terminasi

Perawat Ema berkata,” Ya bu, tindakan sudah selesai dilakukan, bagaimana

perasaannya bu,”. Klien menjawab,”Saya merasa lebih nyaman, lebih bersih ners,

tapi tadi sedikit ada rasa nyeri”. Perawat Ita menjawab,” ya bu, mungkin itu karena

masih baru di operasi, seperi yang saya sebutkan tadi tolong obatnya harus diminum

ya bu, tindakan ini juga membuat Ibu cepat sembuh. Baik Ibu, terima kasih atas

kerjasamanya, sangat membantu sekali dalam tindakan. Saya permisi dulu, dan akan

kembali lagi sekitar 1 jam untuk memberikan obat kepada ibu. Ya bu saya kembali

keruangan dulu, selamat istirahat bu. Selamat pagi. Peserta didik Laily, Ema, Enny,

berpamitan juga kepada Ibu Zubaidah. Ners Ema mengakhiri tindakan.

TAHAP 3: EVALUASI

Diruang perawat, perawat zubaiah melakukan evaluasi (terminasi) kepada

peserta didik yaitu Laily, Mutia dan Enny.

Perawat Ema : “ tadi saya sudah mendemonstrasikan cara peraatn luka

kering steril pada Ibu Zubaidah, bagaimana adik-adik,

apakah ada yang kurang jelas dari tindakan saya tadi”

Peserta didik 2 : “ ya, ners sudah jelas”

Peserta didik 1& 3 : “ ya, Ners saya sudah jelas”

Perawat Ema : “ oh bagus. Kalau begitu saya akan melakukan evaluasi

kepada kalian ya dengan memberikan pertanyaan kepada

kalian, yang pertama apa saja yang perlu di kaji setelah kita

membuka balutan klien ?. Ya silahkan Laily untuk

menjawab”

Peserta Didik 1 : “ ya Ners, sepengetahuan saya tadi setelah mengikuti

kegiatan yang dikaji yaitu apakah pada daerah insisi

terdapat eritema, edem ataupun drainase dan juga kita

lakukan kaji warna luka.

14 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 15: BAB I,II,III.docx

Perawat Ema : “ Ya bagus sekali jawabannya benar. Selanjutnya saya akan

bertanya kepada Enny. Kapan kita membersihkan daerah

insisi mengunakan kasa basah ?.”

Peserta didik 3 : “ ya Ners,pada saat kita mengunakan sarung tangan steril”.

Perawat Ema : “ bagus sekali jawabannya. Baik yang terakhir pertanyaan

untuk Mutia. Untuk menutup luka menggunakan kasa

basah atau kasa kering?.”

Peserta didik 2 : “Ya ners,Baik tadi untuk membersihkan lukanya

menggunakan kasa basah, tapi untuk menutup lukanya

menggunakan kasa kering dan steril.”

Perawat Ema : “ wah bagus sekali jawabanya. Semuanya bisa menjawab

dengan baik dan benar. Berarti pembelajaran klinik hari ini

sudah selesai. Semuanya sudah paham tentang cara

perawatan luka kering steril. Terima kasih atas

perhatiannya hari ini. Kalian bisa hubungi saya lagi jika

kesulitan dalam melakukan tindakan keperawatan lain.”

Peserta didik 2 : “ oh ya Ners, sama-sama. Kami juga mengucapkan terima

kasih atas bimbingannya dan waktunya. Kami permisi dulu

Ners. Selamat pagi ners.”

Peserta didik 1& 3 : “Permisi Ners, selamat pagi.” (tersenyum sambil

meninggalkan ruangan)

D. Pembahasan

Bedside teaching merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang

dilakukan di samping tempat tidur klien. Pada pengobatan yang modern, peserta didik

sedikit lebih percaya kepada keterampilan fisik, dan sebagai hasilnya keterampilan

tersebut terasah dengan sempurna. Bedside teaching memiliki peluang untuk peserta

didik lebih berfokus pada energi untuk keterampilan klinik. Hal ini mungkin

memerlukan pelajaran kembali untuk memulainya dengan hal yang kecil.

15 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 16: BAB I,II,III.docx

Dengan adanya metode pembelajaran bedside teaching, memudahkan peserta

didik untuk mempelajari segala sesuatu mengenai klien, mulai dari kondisi hingga

respons klien mengenai perawatan dan juga pengobatan yang diberikan padanya.

Peserta didik menjadi lebih tahu apa yang diperlukan klien dalam perawatan. Bedside

teaching lebih mengasah keterampilan klinik peserta didik karena peserta didik dapat

langsung bersentuhan dengan klien.

Berdasarkan kasus yang diangkat, dilakukan bedside teaching tentang

perawatan luka kering steril untuk mengajarkan dan mendidik peserta didik yang

masih mengalami kesulitan untuk menguasai keterampilan klinik perawatan luka

tersebut. Peserta didik mengalami kesulitan dalam hal melakukan prinsip steril.

Pengetahuan mengenai etika klinik dapat dipelajari melalui metode

pembelajaran bedside teaching. Metode ini juga dapat mengajarkan bagaimana

berkomunikasi yang baik kepada klien dan meningkatkan keterampilan role model

peserta didik. Metode pembelajaran ini sangat tepat untuk menerapkan teori yang

telah dipelajari, mendemonstrasikan keterampilan yang telah didapatkan, dan juga

mengimplementasikan rasa empati peserta didik pada klien.

Namun, dalam menggunakan metode pembelajaran bedside teaching.

Pengajar tidak dapat mengoreksi langsung kesalahan apa yang dibuat oleh peserta

didiknya, dikarenakan langsung berhadapannya dengan klien saat proses

pembelajaran. Ruang lingkup pembelajaran menjadi terbatas. Hal ini dikarenakan

peserta didik maupun pengajar harus menghindari topik yang menyebabkan klien

merasa kurang nyaman.

16 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 17: BAB I,II,III.docx

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah:

Pengalaman belajar klinik adalah suatu proses transformasi mahasiswa

menjadi seorang perawat profesional yang memberi kesempatan mahasiswa untuk

beradaptasi dengan perannya sebagai perawat profesional dalam melaksanakan

praktek keperawatan profesional di situasi nyata pada pelayanan kesehatan klinik atau

komunitas.

Bedside teaching merupakan mengajar peserta didik yang dilakukan di

samping tempat tidur klien, meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan

keperawatan yang diperlukan oleh klien.

Manfaat dari dilakukan bedside teaching ini adalah:

Mengajarkan dan mendidik peserta didik untuk menguasai keterampilan

prosedural.

Menumbuhkan sikap profesional.

Mengaplikasikan kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif secara

terintegrasi.

Mempelajari perkembangan biologis/fisik.

Melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung.

Prinsip pelaksanaan bedside teaching adalah:

Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik, peserta didik, dan klien.

Jumlah peserta didik dibatasi, yaitu sekitar 5 orang.

Diskusi pada awal dan pascademonstrasi di depan klien dilakukan semaksimal

mungkin.

Lanjutkan dengan demonstrasi ulang.

Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh

peserta didik sebelumnya atau kesulitan yang dihapi peserta.

17 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 18: BAB I,II,III.docx

Dengan adanya metode pembelajaran bedside teaching, memudahkan peserta

didik untuk mempelajari segala sesuatu mengenai klien, mulai dari kondisi hingga

respons klien mengenai perawatan dan juga pengobatan yang diberikan padanya.

B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan adalah:

1. Mahasiswa/mahasiswi dapat menambahkan pengetahuan mengenai bedside

teaching dengan membaca literatur yang relevan.

2. Mahasiswa/mahasiswi keperawatan dapat menerapkan bedside teaching dalam

tatanan praktek keperawatan.

18 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g

Page 19: BAB I,II,III.docx

DAFTAR PUSTAKA

Blais, Kathleen Koeing, Janice S. Hayes, et al. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep & Perspektif Edisi 4. Jakarta: EGC, 2007

Nursalam dan Ferry Efendi. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2008

Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, dan Praktik) Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC, 2005

Zulharman. Mengoptimalkan Bedside Teaching Melalui Penerapan The Five Steps Microskill Model. Di unduh dari http://www.pembelajaran.blogspot.com pada tanggal 20 Mei 2011

Ray, Swayamjyoti and Pial Ganguli. Bedside Teaching. Di unduh dari http://careersfair.bmj.com/ Pada tanggal 20 Mei 2011

Anonymous. Teaching at the Bedside. Di unduh dari http://bedside/ pada tanggal 20 Mei 2011

19 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g