eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/29732/2/BAB I, II, III.docx · Web vieweprints.uny.ac.id
BAB I,II,III.docx
-
Upload
a-fifah-otlivio-alfiana -
Category
Documents
-
view
9 -
download
1
description
Transcript of BAB I,II,III.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat harus terus belajar sehingga perawat dapat mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan di tengah-tengah banyaknya perubahan dalam
perawatan kesehatan. Perawat mengajarkan klien dan keluarganya, profesional
perawatan kesehatan lain, dan asisten keperawatan yang diberikan delegasi
perawatan, serta perawat dapat berbagi keahlian dengan perawat lain dan profesional
kesehatan. Belajar dan mengajar tidak terbatas pada pengalaman dalam ruang kelas
dan dapat terjadi dalam semua tatanan praktek.
Pengalaman belajar klinik adalah suatu proses transformasi mahasiswa
menjadi seorang perawat profesional yang memberi kesempatan mahasiswa untuk
beradaptasi dengan perannya sebagai perawat profesional dalam melaksanakan
praktek keperawatan profesional di situasi nyata pada pelayanan kesehatan klinik atau
komunitas.
Pendidikan bagi klien adalah penting sebab klien memiliki hak untuk
mengetahui dan mendapatkan informasi tentang diagnosis, prognosis, pengobatan,
dan risiko yang dihadapinya. Rancangan pembelajaran yang baik, rencana
pembelajaran yang komprehensif, yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran klien
akan menurunkan biaya perawatan, meningkatkan kualitas perawatan, dan membantu
klien mencapai tingkat kesehatan yang optimal serta meningkatkan kemandirian
klien. Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan yang adekuat hanya bila
melakukan identifikasi kebutuhan klien dengan menggunakan strategi dan metode
pengajaran yang paling tepat.
Metode pembelajaran merupakan suatu metode untuk mendidik peserta didik
di klinik yang memungkinkan pendidik memilih dan menerapkan cara mendidik yang
sesuai dengan tujuan dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka
konsep pembelajaran. Salah satu jenis metode pembelajaran klinik yang biasanya
digunakan adalah bedside teaching.
1 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan dari penulisan ini adalah:
a. Menjelaskan tentang teori dan konsep bedside teaching.
b. Menjelaskan prinsif dan manfaat bedside teaching.
c. Menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan bedside teaching.
C. Ruang Lingkup Masalah
Dalam pembuatan makalah ini, penulis membatasi masalah hanya pada
pembelajaran klinik bedside teaching.
2 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
BAB II
ISI
A. Analisis Masalah
Ny. Zubaidah umur 45 tahun post operasi payudara sebelah kanan 3 hari yang
lalu. Kondisi luka kering, tidak mengalami edem, eritema dan tidak ada drainase/pus.
Klien diberi perawatan luka kering steril 2 kali sehari. Klien terpasang infuse NaCl
0,9% dengan tesesan 20 kali/menit.
B. Teori
1. Konsep Dasar Bedside Teaching
Para pakar pendidikan klinik memberikan sebuah panduan dalam pengajaran
dan pembelajaran dalam pendidikan klinik yang dikenal “BEDSIDE”. BEDSIDE
merupakan singkatan dari Briefing, Expectation, Demonstrations, Spesific Feedback,
Inclution microskill, Debriefing and Education.
BEDSIDE ini dikembangkan dari teori experience and explanation cycles
yang dikemukakankan oleh Cox, 1993.
Briefing meliputi kegiatan menyiapkan mahasiswa Koas tentang syarat
pengetahuan yang harus dimiliki sebelum BST dan juga mempersiapkan pasien
untuk BST.
Expectation adalah menentukan tujuan belajar yang ingin dicapai oleh
mahasiswa.
Demonstrations tergantung tujuan yang ingin dicapai yaitu bila dosen ingin
mengamati dan memberi feedback atas kegiatan mahasiswa maka dosen harus
meminimalkan interupsi dan bila tujuannya sebagai model maka mahasiswa
diberi kesempatan mengamati dosen dalam memeriksa pasien.
Spesific Feedback diawali dengan positif aspek sehingga akan memotivasi
mahasiswa untuk belajar.
Inclution microskill merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh dosen
klinik sehingga BST menjadi efektif dan efisien.
3 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
Debriefing meliputi menanyakan masukan dari mahasiswa dan pasien.
Education meliputi memberitahu sumber belajar yang digunakan mahasiswa
belajar lebih lanjut dan dalam.
Neher, Gordon, Meyer dan Stevens mengemukakan sebuah model pengajaran
di kontek klinik yang mereka beri nama The Five Steps Microskill. Model ini dapat
diterapkan dalam pendidikan klinik di unit rawat jalan (poliklinik) dan di bangsal.
Penerapan model ini di pendidikan klinik rawat jalan sangat efektif karena dengan
waktu yang sangat terbatas (3-5 menit), Preceptor dapat mengajarkan pengetahuan
dan ketrampilan klinik dengan menggunakan pasien yang sebenarnya. Model ini juga
dapat diterapkan pada BST di bangsal. Seperti yang sudah diketahui , bangsal
ditempati oleh pasien dengan bermacam kasus penyakit. Contohnya Jumlah pasien di
Bangsal penyakit saraf pada waktu penulis mengamati ada sekitar dua puluh pasien
dengan bermacam variasi penyakit. Apabila model ini diterapkan pada 20 orang
pasien maka di butuhkan waktu sekitar 60 menit sampai 100 menit yang mana masih
dalam rentang waktu BST yang selama ini telah diterapkan. Penerapan model ini
tentu saja menguntungkan dalam pendidikan klinik selain dapat mengatasi
keterbatasan waktu juga dapat mengajarkan pendidikan klinik secara efektif.
Bedside teaching merupakan mengajar peserta didik yang dilakukan di
samping tempat tidur klien, meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan
keperawatan yang diperlukan oleh klien. Bedside teaching merupakan pembelajaran
kontekstual dan interaktif yang mendekatkan pembelajar pada real clinical setting.
Bedside teaching dispesialisasikan dalam pengajaran kelompok kecil yang
berlangsung dihadapan klien. Meskipun diketahui bahwa bedside teaching dikenal
untuk meningkatkan pembelajaran klien dan memperbaiki keperawatan klien,
pemakaian pembelajaran jenis ini sayangnya secara terus-menerus mengalami
kemunduran. Keterampilan bedside teaching dapat dilakukan selain di rumah sakit,
seperti fasilitas perawatan jangka panjang dan kantor.
Bedside teaching cocok untuk digunakan pada role model sebagai teknik
pembelajaran. Meskipun hal ini memungkinkan untuk mendeskripsikan dan
mendiskusikan bagaimana bertanya suatu pertanyaan yang baik atau bagaimana
4 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
mendemonstrasikan sensitivitas kenyamanan klien di depan peserta didik. Pengajar
mungkin menjadi lebih cocok untuk mempraktikkan daripada peserta didik hanya
berkata.
Samping tempat tidur merupakan suatu tempat yang baik untuk pembelajaran
dan keterampilan pemeriksaan fisik. Suatu keterampilan yang sering dilupakan adalah
mengobservasi keadaan klien. Petunjuk penting terhadap sakit, penyakit, atau respon
klien untuk hospitalisasi yang mungkin ditemukan pada ruang atau di samping
tempat tidur. Kunjungan di samping tempat tidur merupakan waktu yang tepat untuk
mengajarkan dan mempraktekkan observasi dengan teliti.
Untuk melakukan bedside teaching diperlukan memelihara lingkungan untuk
semua partisipan. Kenyamanan klien merupakan suatu pertimbangan yang penting
untuk proses pembelajaran. Bedside teaching juga bukan merupakan tempat untuk
bertanya atau mengkritisi peserta didik. Bedside teaching harus merupakan suatu
tempat yang pembelajaran yang positif. Hindari mempelajari topik yang mengurangi
kenyamanan klien. Dalam pembelajaran ini, peserta didik menggunakan keterampilan
dan sikap yang alami. Hal ini dapat dilakukan dengan sering atau secara berangsur-
angsur menambahkan keterampilan baru dengan kunjungan yang sering pada klien.
Pembelajaran sisi tempat tidur akan sukses hanya jika ketika setiap orang pada
pembelajaran tersebut merasakan lebih baik setelah diadakannya pembelajaran.
2. Tujuan Bedside Teaching
Bedside teaching dapat memperbaiki pengambilan sejarah peserta didik,
keterampilan klinik yang dimiliki peserta didik, dan pengetahuan mengenai etika
klinik, dapat mengajarkan klien mengenai profesionalitas, dan dapat membantu
mengembangkan komunikasi yang baik dan keterampilan role model. Bagian
pembelajaran ini mengintegrasikan teori, keterampilan praktek, dan kontak dengan
klien menyebabkan proses pembelajaran yang real, dan pendidik mengizinkan peserta
didik untuk mengembangkan rasa empati terhadap klien.
5 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
Dibandingkan dengan mendengarkan presentasi atau membaca pada
whiteboard. Peserta didik lebih mempunyai peluang untuk menggunakan lebih
banyak alat indera (mendengar, melihat, mencium, dan menyentuh) untuk belajar
lebih banyak mengenai klien dan masalahnya. Pada suatu kasus, seorang peserta
didik yang baru melakukan latihan dengan klien untuk pertama kalinya. Orang
tersebut mengakui pada klien dengan pankreatitis, napasnya berbau alkohol, lidahnya
kering, dan turgor kulit yang jelek. Dengan adanya bedside teaching, orang tersebut
juga belajar mengenai kemerahan di sekitar umbilicus pada pankreatitis haemorrhagic
yang berat dan tanda Rovsing’s pada apendisitis akut. Pengalaman yang didapat dari
orang tersebut menciptakan suatu keterkaitan yang tergantung pada saat pendidikan
klinik.
3. Manfaat Bedside Teaching
Manfaat dari dilakukan bedside teaching ini adalah:
a. Mengajarkan dan mendidik peserta didik untuk menguasai keterampilan
prosedural.
b. Menumbuhkan sikap profesional.
c. Mengaplikasikan kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif secara
terintegrasi.
d. Mempelajari perkembangan biologis/fisik.
e. Melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung.
4. Prinsip Bedside Teaching
Adapun prinsip dari bedside teaching antara lain:
1. Sikap fisik maupun psikologis dari pembimibing klinik peserta didik dan klien.
2. Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang).
3. Diskusi pada awal dan paska demonstrasi di depan klien dilakukan seminimal
mungkin.
4. Lanjutkan dengan redemonstrasi.
6 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
5. Kaji pemahaman peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang didapatnya
saat itu.
6. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh
peserta didik sebelumnya, atau apabila peserta didik menghadapi kesulitan
menerapkan.
5. Fase-Fase dalam Bedside Teaching
Bedside teaching dilakukan dalam fase-fase sebagai berikut:
Fase Pra Interaksi
1. Peserta didik harus mampu mengkaji perasaan, fantasi, dan ketakutannya
sehingga kesadaran dan kesiapan peserta didik untuk melakukan hubungan
dengan klien dapat dipertanggungjawabkan.
2. Peserta didik mampu mengoptimalkan dirinya secara efektif, artinya dapat
memaksimalkan penggunaan kekuatannya dan meminimalkan pengaruh
kelemahan yang ada pada dirinya.
3. Pada fase ini, peserta didik diharapkan mendapatkan informasi tentang klien dan
menentukan kontrak pertama serta menuliskan dalam laporan pendahuluan
tentang kasus yang akan diambil. Pembimbing Klinik (PK) berperan untuk
mengidentifikasikan kesiapan peserta didik melalui konferensi praklinik. Jika
peserta didik belum siap, sebaiknya harus diatasi terlebih dulu sebelum
melepaskan peserta didik pada tahap berikutnya.
Fase Introduksi (Perkenalan)
1. Tugas utama peserta didik pada fase ini adalah membina perasaan menerima dan
mengerti, komunikasi yang terbuka, serta perumusan kontrak dengan klien.
2. Elemen kontrak peserta didik dan klien adalah sebagai berikut:
Nama individu (peserta didik-klien).
Peran (peserta didik-klien).
Tanggung jawab (peserta didik-klien).
Harapan (peserta didik-klien).
Tujuan hubungan.
7 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
Waktu dan tempat pertemuan.
Situasi terminasi.
Privasi.
Tugas lain peserta didik adalah mengeksploitasi pikiran, perbuatan klien,
mengidentifikasi masalah, serta merumuskan tujuan bersama klien.
Tugas PK adalah memberi dukungan dan arahan, bahkan memberi contoh peran cara-
cara memulai hubungan dengan klien yang disertai kontrak.
Fase Kerja
Fase ini merupakan periode di mana terjadi interaksi yang aktif antara peserta didik
dan klien dalam upaya membantu klien mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
Tahapan fase ini adalah:
1. Peserta didik-klien mengeksporasi penyebab stress (stressor) dan mendukung
perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan, dan
perbuatan klien.
2. Peserta didik membantu klien dalam mengatasi kecemasan, meningkatkan
kemandirian, dan tanggung jawab klien, serta mengembangkan mekanisme
koping yang konstruktif.
3. Pada fase ini dibutuhkan PK yang ahli dan terampil, karena banyak terkait
dengan tindakan dan prosedur keperawatan.
4. Fase ini merupakan periode yang tepat dalam melaksanakan metode bimbingan
klinik.
Fase Terminasi
1. Pada fase ini, peserta didik dan klien akan merasakan kehilangan. Tugas peserta
didik adalah menghadapi realitas perpisahan peserta didik dan klien bersama-
sama mengevaluasi proses keperawatan yang telah dilalui dan upaya pencapaian
tujuan.
2. Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan dapat diartikan sebagai
penolakan.
3. Tugas PK adalah menilai kemampuan interpersonal.
8 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
Peserta didik diharapkan mampu melihat nilai yang unik dari samping tempat
tidur yang merupakan bagian dari metode pembelajaran. Jika telah dilakukan
beberapa pengajaran samping tempat tidur diharapkan bahwa dapat ditemukan ide-
ide ataupun gagasan-gagasan yang dapat mengubah cara pengajaran di samping
tempat tidur. Bila peserta didik tidak siap untuk melakukan bedside teaching, hal
inilah yang menjadi rintangan yang utama untuk memulai pembelajaran. Dalam
bedside teaching, peserta didik mungkin tidak menemukan kemewahan yang
menstimulasi kasus klinik untuk peserta didik dalam kelompok yang antusiasme dan
juga apresiatif. Kunci dari untuk melakukan bedside teaching adalah dimulai dengan
melakukan hal yang kecil.
C. Langkah Kegiatan
TAHAP 1: PERSIAPAN
Kasus
Ny. Zubaidah umur 45 tahun post operasi payudar sebelah kanan 3 hari yang
lalu. Kondisi luka kering, tidak mengalami edem, eritema dan tidak ada drainase/pus.
Klien diberi perawatan luka kering steril 2 kali sehari. Klien terpasang infuse NaCl
0,9% dengan tetesan 20 kali/menit.
Pelaku Bed Side Teaching
Perawat Ema sebagai instruktur
Laily sebagai peserta didik 1
Mutia sebagai peserta didik 2
Enny sebagai peserta didik 3
Prinsip Penatalaksaan
1. Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik, peserta didik dan klien.
2. Jumlah peserta didik dibatasi, yaitu sekitar lima orang.
3. Diskusi pada awal dan pascademonstrasi di depan klien dilakukan seminimal
mungkin.
4. Lanjutan dengan demonstrasi ulang.
9 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
5. Evaluasi pemahaman peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang
didapatnya saat itu.
6. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh
peserta didik sebelumnya atau kesulitan yang dihadapi peserta.
Koordinasi dengan staf di klinik agar tidak mengganggu jalannya rutinitas
perawatan klien.
Melengkapi peralatan atau fasilitas yang akan digunakan
Peralatan yang digunakan:
- Sarung tangan steril
- Sarung tangan bersih
- Kantong plastic disposable/bengkok
- Alat dressing sesuai kebutuhan
- Plester/hifafik
- Normal salin
- Kasa steril
- Selimut
Strategi
Bed Side Teaching agar klien tidak merasa dijadikan objek, maka instruktur
sendiri yang akan melakukan tindakan Perawatan Luka kering steril, peserta didik
akan diperkenalkan instruktur sebagai rekan-rekan. Peserta didik memberi perhatian
penuh terhadap tindakan yang dilakukan instruktur. Diskusi pertama dilakukan
instruktur dan peserta didik di ruang perawat, perawat menjelaskan kepada peserta
didik (ada 3 orang peserta didik), mengenai metode bedside teaching yaitu metode
pembelajaran dengan memberikan pengajaran langsung kepada klien dengan teknik
demonstrasi dan redemonstrasi dan apabila ada pertanyaan selama tindakan maka
peserta didik diperbolehkan bertanya saat evaluasi, dijaga seminimal mungkin hal
tersebut terjadi di depan klien.
Fase Preinteraksi
1. Mencek catatan medis dan perawatan klien yang akan dilakukan bedside
teaching.
10 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
2. Mencuci tangan dan menyiapkan alat-alat yang diperlukan.
3. Menjelaskan kepada peserta didik (ada 3 orang peserta didik), mengenai metode
bedside teaching yaitu metode pembelajaran dengan memberikan pengajaran
langsung kepada klien dengan teknik demonstrasi dan redemonstrasi.
4. Di ruang perawat, perawat (instruktur) memberikan pengarahan peserta didik.
Percakapan
Perawat Ema : “selamat pagi, adik-adik !”
Peserta didik 1,2 &3 : “selamat pagi, Ners!”
Perawat Ema : “Baik, hari ini saya akan mendemonstrasikan tentang
perawatan luka kering steril, katanya kemarin kalian
kesulitan ya dalam melakukan tindakan ini?”
Peserta didik 1 : “ Iya, Ners. Kami belum tepat melakukan perawatan luka
kering steril kepada klien, menurut kami masih banyak kesalahan yang kami
lakukan”
Peserta didik 2 : “kemarin kami mengalami kesulitan karena belum tepat
melakukan teknik steril”
Peserta didik 3 : “kalau saya belum pernah melakukan ke klien langsung,
pada saat diajarkan hanya melalui pantom saja”
Perawat Ema : “ oh, begitu. Nanti saya akan mendemonstrasikan cara
perawatn luka skering steril kepada Ny. Zubaidah umur 45
tahun post operasi payudara sebelah kanan 3 hari yang lalu.
Kondisi luka kering, tidak mengalami edem, eritema dan
tidak ada drainase/pus. Klien diberi perawatan luka kering
steril 2 kali sehari. Klien terpasang infuse NaCl 0,9% dengan
tetesan 20 kali/menit Pada waktu saya mendemonstrasikan
adik-adik perhatikan saja ya, kalau ada yang ingin
ditanyakan, bisa ditanyakan saat evaluasi. Nanti kita akan
mediskusikannya di ruang perawat ini lagi. Bagaimana adik-
adik? Ada yang mau ditanyakan dulu?”
Peserta didik 1, 2 & 3 : “tidak ada ners”
11 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
Perawat Ema : “ baik kalau begitu kita langsung saja ke ruang perawatan
Ny. Zubaidah”
Peserta didik 1, 2 & 3 : “ baik ners”
TAHAP 2: PELAKSANAAN
Fase Orientasi
Perawat Ema : “Selamat pagi ibu, benar dengan Ibu Zubaidah ya?”
Klien : “ Ya benar”
Perawat Ema : “oh, iya bu. Perkenalkan saya perawat Ema, saya dinas di
ruangan ini dari pukul 08.00 pagi sampai pukul 02.00 siang
nanti. Sebelumnya saya perkenalkan dulu rekan-rekan saya.
Yang sebelah kiri saya namanya Laily, yang ditengah
namanya Enny, yang paling ujung Mutia”.
Peserta didik 1,2 &3 : “ selamat pagi ibu”
Klien : “pagi juga”
Perawat Ema : “baik bu, Saya kesini akan melakukan tindakan
keperawatan yaitu melakukan perawatan luka kepada ibu,
kemaren ibu kan melakukan operasi ya bu pada daerah
peyudara. Tujuannya agar luka operasi ibu cepat sembuh.
Ya, bagaimana bu apakah ibu setuju?”
Klien : “Ya, Saya setuju”
Perawat Ema : “ sebelumnya ada yang ditanyakan dulu bu, sebelum
memulai tindakan nanti”
Klien : “Berapa lama Ners ?”
Perawat Ema : “Nanti akan dilakukan selama kurang lebih 10 menit.
Bagaimana Ibu ada yang mau ditanyakan lagi?”
Klien : “ oh ya, sudah jelas Ners”
Perawat Ema : “ sebelumnya ada keluhan tidak”
Klien : “ saya merasa agak nyeri Ners pada daerah operasi”
12 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
Perawat Ema : “ Oh begitu ya bu,baik nanti pada saat dilakukan perawatan
akan kita lihat bagaimana kondisi luka ibu, dan memang nyeri ya bu tapi ibu akan
terus diberikan obat khusus ya bu. Baik ibu, bisa saya melakukannya sekarang ?”
Klien : “Baik Ners”
Fase Kerja
Perawat Ema menutup sampiran. Tidak lupa untuk mencuci tangan Mendekatkan alat
steril di atas meja. Kemudian meletakkan kantong plastic untuk balutan kotor dekat
dengan luka. Terlebih dahulu kita buka set steril dan letakkan di tas meja, pasang
selimut klien, pada area luka jangan diselimuti. Kemudian buka plester dan gunting
plester sesuai dengan kebutuhan. Ners “Ibu permisi ya bu, saya akan membuka
plester luka jahitan ibu”. Setelah kita buka balutan luka, kemudian kita pasang sarung
tangan bersih terlebih dahulu. Kemudian kita ambil balutan dan buang ke dalam
kantong plastik. Setelah ini, kita kaji area insisi, dilihat pada daerah luka apakah
terdapat eritema, edema atau drainase. Jangan lupa kita kaji bagaimana warna insisi
bedahnya. Ners “Ya dapat kita lihat didaerah luka tidak terdapat eritema edem
ataupun drainase, dan warna insisi adalah kecoklatan”. Setelah melakukan pengkajian
kita lepas sarung tangan yang tadi digunakan. Kemudian kita dekatkan meja dan
sebelumnya kita buka terlebih dahulu bak steril. Kemudian keluarkan kom
menggunakan korentang, keluarkan kasa sesuai dengan kebutuhan yaitu kurang lebih
3 buah kasa, setelah itu tuangkan NaCl ke dalam kom. Setelah itu gunakan sarung
tangan steril. Kemudian ambil pinset dalam bak steril, ambil kasa dan kita celupkan
pada kom yang sudah dituangkan NaCl. Setelah itu kita bersihkan daerah luka ingat
ya bersihkan dari insisi paling luar, bersihkan dari atas ke bawah hanya menggunakan
satu kasa. Ners “Permisi ya bu saya bersihkan dulu lukanya”. Setelah itu buang kasa
ke kantong plastic atau bengkok. Setelah dibersihkan kita pasang kasa steril pada
daerah luka, sesuaikan ukuran kasa dengan ukuran luka. Setelah dipasangkan kita
lepas sarung tangan, dan buang pada kantong plastik. Kemudian kita pasang
plester/hifafik pada daerah balutan luka. Ners “ibu ini kita pasang lagi ya
balutannya”. Setelah itu buang kantong plastic, dan kita cuci tangan ya. Pada saat
melakukan tindakan pesrta didik mengamati apa yang dilakukan oleh Ners Ema.
13 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
Fase Terminasi
Perawat Ema berkata,” Ya bu, tindakan sudah selesai dilakukan, bagaimana
perasaannya bu,”. Klien menjawab,”Saya merasa lebih nyaman, lebih bersih ners,
tapi tadi sedikit ada rasa nyeri”. Perawat Ita menjawab,” ya bu, mungkin itu karena
masih baru di operasi, seperi yang saya sebutkan tadi tolong obatnya harus diminum
ya bu, tindakan ini juga membuat Ibu cepat sembuh. Baik Ibu, terima kasih atas
kerjasamanya, sangat membantu sekali dalam tindakan. Saya permisi dulu, dan akan
kembali lagi sekitar 1 jam untuk memberikan obat kepada ibu. Ya bu saya kembali
keruangan dulu, selamat istirahat bu. Selamat pagi. Peserta didik Laily, Ema, Enny,
berpamitan juga kepada Ibu Zubaidah. Ners Ema mengakhiri tindakan.
TAHAP 3: EVALUASI
Diruang perawat, perawat zubaiah melakukan evaluasi (terminasi) kepada
peserta didik yaitu Laily, Mutia dan Enny.
Perawat Ema : “ tadi saya sudah mendemonstrasikan cara peraatn luka
kering steril pada Ibu Zubaidah, bagaimana adik-adik,
apakah ada yang kurang jelas dari tindakan saya tadi”
Peserta didik 2 : “ ya, ners sudah jelas”
Peserta didik 1& 3 : “ ya, Ners saya sudah jelas”
Perawat Ema : “ oh bagus. Kalau begitu saya akan melakukan evaluasi
kepada kalian ya dengan memberikan pertanyaan kepada
kalian, yang pertama apa saja yang perlu di kaji setelah kita
membuka balutan klien ?. Ya silahkan Laily untuk
menjawab”
Peserta Didik 1 : “ ya Ners, sepengetahuan saya tadi setelah mengikuti
kegiatan yang dikaji yaitu apakah pada daerah insisi
terdapat eritema, edem ataupun drainase dan juga kita
lakukan kaji warna luka.
14 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
Perawat Ema : “ Ya bagus sekali jawabannya benar. Selanjutnya saya akan
bertanya kepada Enny. Kapan kita membersihkan daerah
insisi mengunakan kasa basah ?.”
Peserta didik 3 : “ ya Ners,pada saat kita mengunakan sarung tangan steril”.
Perawat Ema : “ bagus sekali jawabannya. Baik yang terakhir pertanyaan
untuk Mutia. Untuk menutup luka menggunakan kasa
basah atau kasa kering?.”
Peserta didik 2 : “Ya ners,Baik tadi untuk membersihkan lukanya
menggunakan kasa basah, tapi untuk menutup lukanya
menggunakan kasa kering dan steril.”
Perawat Ema : “ wah bagus sekali jawabanya. Semuanya bisa menjawab
dengan baik dan benar. Berarti pembelajaran klinik hari ini
sudah selesai. Semuanya sudah paham tentang cara
perawatan luka kering steril. Terima kasih atas
perhatiannya hari ini. Kalian bisa hubungi saya lagi jika
kesulitan dalam melakukan tindakan keperawatan lain.”
Peserta didik 2 : “ oh ya Ners, sama-sama. Kami juga mengucapkan terima
kasih atas bimbingannya dan waktunya. Kami permisi dulu
Ners. Selamat pagi ners.”
Peserta didik 1& 3 : “Permisi Ners, selamat pagi.” (tersenyum sambil
meninggalkan ruangan)
D. Pembahasan
Bedside teaching merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
dilakukan di samping tempat tidur klien. Pada pengobatan yang modern, peserta didik
sedikit lebih percaya kepada keterampilan fisik, dan sebagai hasilnya keterampilan
tersebut terasah dengan sempurna. Bedside teaching memiliki peluang untuk peserta
didik lebih berfokus pada energi untuk keterampilan klinik. Hal ini mungkin
memerlukan pelajaran kembali untuk memulainya dengan hal yang kecil.
15 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
Dengan adanya metode pembelajaran bedside teaching, memudahkan peserta
didik untuk mempelajari segala sesuatu mengenai klien, mulai dari kondisi hingga
respons klien mengenai perawatan dan juga pengobatan yang diberikan padanya.
Peserta didik menjadi lebih tahu apa yang diperlukan klien dalam perawatan. Bedside
teaching lebih mengasah keterampilan klinik peserta didik karena peserta didik dapat
langsung bersentuhan dengan klien.
Berdasarkan kasus yang diangkat, dilakukan bedside teaching tentang
perawatan luka kering steril untuk mengajarkan dan mendidik peserta didik yang
masih mengalami kesulitan untuk menguasai keterampilan klinik perawatan luka
tersebut. Peserta didik mengalami kesulitan dalam hal melakukan prinsip steril.
Pengetahuan mengenai etika klinik dapat dipelajari melalui metode
pembelajaran bedside teaching. Metode ini juga dapat mengajarkan bagaimana
berkomunikasi yang baik kepada klien dan meningkatkan keterampilan role model
peserta didik. Metode pembelajaran ini sangat tepat untuk menerapkan teori yang
telah dipelajari, mendemonstrasikan keterampilan yang telah didapatkan, dan juga
mengimplementasikan rasa empati peserta didik pada klien.
Namun, dalam menggunakan metode pembelajaran bedside teaching.
Pengajar tidak dapat mengoreksi langsung kesalahan apa yang dibuat oleh peserta
didiknya, dikarenakan langsung berhadapannya dengan klien saat proses
pembelajaran. Ruang lingkup pembelajaran menjadi terbatas. Hal ini dikarenakan
peserta didik maupun pengajar harus menghindari topik yang menyebabkan klien
merasa kurang nyaman.
16 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah:
Pengalaman belajar klinik adalah suatu proses transformasi mahasiswa
menjadi seorang perawat profesional yang memberi kesempatan mahasiswa untuk
beradaptasi dengan perannya sebagai perawat profesional dalam melaksanakan
praktek keperawatan profesional di situasi nyata pada pelayanan kesehatan klinik atau
komunitas.
Bedside teaching merupakan mengajar peserta didik yang dilakukan di
samping tempat tidur klien, meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan
keperawatan yang diperlukan oleh klien.
Manfaat dari dilakukan bedside teaching ini adalah:
Mengajarkan dan mendidik peserta didik untuk menguasai keterampilan
prosedural.
Menumbuhkan sikap profesional.
Mengaplikasikan kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif secara
terintegrasi.
Mempelajari perkembangan biologis/fisik.
Melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung.
Prinsip pelaksanaan bedside teaching adalah:
Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik, peserta didik, dan klien.
Jumlah peserta didik dibatasi, yaitu sekitar 5 orang.
Diskusi pada awal dan pascademonstrasi di depan klien dilakukan semaksimal
mungkin.
Lanjutkan dengan demonstrasi ulang.
Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh
peserta didik sebelumnya atau kesulitan yang dihapi peserta.
17 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
Dengan adanya metode pembelajaran bedside teaching, memudahkan peserta
didik untuk mempelajari segala sesuatu mengenai klien, mulai dari kondisi hingga
respons klien mengenai perawatan dan juga pengobatan yang diberikan padanya.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah:
1. Mahasiswa/mahasiswi dapat menambahkan pengetahuan mengenai bedside
teaching dengan membaca literatur yang relevan.
2. Mahasiswa/mahasiswi keperawatan dapat menerapkan bedside teaching dalam
tatanan praktek keperawatan.
18 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g
DAFTAR PUSTAKA
Blais, Kathleen Koeing, Janice S. Hayes, et al. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep & Perspektif Edisi 4. Jakarta: EGC, 2007
Nursalam dan Ferry Efendi. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2008
Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, dan Praktik) Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC, 2005
Zulharman. Mengoptimalkan Bedside Teaching Melalui Penerapan The Five Steps Microskill Model. Di unduh dari http://www.pembelajaran.blogspot.com pada tanggal 20 Mei 2011
Ray, Swayamjyoti and Pial Ganguli. Bedside Teaching. Di unduh dari http://careersfair.bmj.com/ Pada tanggal 20 Mei 2011
Anonymous. Teaching at the Bedside. Di unduh dari http://bedside/ pada tanggal 20 Mei 2011
19 | P e n d i d i k a n D a l a m K e p e r a w a t a n : B e d s i d e T e a c h i n g