Bab III Tonsilofaringitis

26
BAB III FARINGITIS DAN TONSILITIS 3.1 Faringitis Akut Gambar 1. Faringitis Akut 3.1.1 Faringitis viral Virus merupakan penyebab tersering faringitis akut. Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis. 10,11,12 Gejala Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan dan konjungtivitis. Pemeriksaan fisik Tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa muculopapular rash. Epstain Bar virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat

description

Tonsilofaringitis

Transcript of Bab III Tonsilofaringitis

BAB III

FARINGITIS DAN TONSILITIS3.1 Faringitis Akut

Gambar 1. Faringitis Akut3.1.1Faringitis viral

Virus merupakan penyebab tersering faringitis akut. Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis.10,11,12Gejala

Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan dan konjungtivitis.Pemeriksaan fisik

Tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa muculopapular rash. Epstain Bar virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa diseluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali.11,.12Terapi

Istirahat dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat,tidak dianjurkan memberilan obat kumur antiseptic tidak dianjurkan, analgetik jika perlu. Anti virus metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak 38 C

Tidak ada batuk2,5,6Diagnosis

Penelitian yang telah dilakukan menyatakan tidak mungkin untuk memisahkan gejala streptococcus grup A dengan viral hanya dengan berdasarkan anamnesis dan penemuan klinis. Tanda klinis dan gejala tidak spesifik. Diagnosis harus ditegakkan dengan swab tenggorok.

Swab tenggorok: standar diagnostik untuk faringitis bakteri. sensitivitasnya 90-95%. Walaupun begitu, terkadang dibutuhkan swab ulangan pada hasil (-) untuk pasien yang tidak diobati.

Rapid Antigen Tes: sebagian besar tes memiliki spesifitas tinggi tapi sensitivitas rendah. Hasil negative belum bisa menyingkirkan infeksi streptococcus grup A. karena itu dibutuhkan pemeriksaan swab tenggorok karena spesifitas yang rendah dan karena pengobatan antibiotic untuk faringits streptococcus grup A bisa saja ditunda, pemeriksaan ini tidak direkomendasikan.9,14,15,16Terapi

Terapi antibiotic empiric tidak disarankan tapi clinical practice Gurdeline menyatakan bila pada kondisi tertentu (akses labor terbatas, pasien tidak follow up, adanya efek toksik) pasien sudak menunjukkan 4 gejala klasik bisa diberikan antibiotic secara empiric.

Disarankan pemberian antibiotic 10 hari untuk mencegah demam rematik akut.a. AntibiotikDiberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A streptococcus hemoliticus. Penisilin G Banzatin 50.000 u/kgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari.b. Kortikosteroid : dexametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0,08-0,3 mg/kgBB, 1 kali

c. Analgetika

d. Kumur dengan air hangat atau antiseptic

Manajemen pada pasien yang tidak respon terhadap antibiotic yang masih menunjukkan gejala setelah 72 jam diterapi, pasien sebaiknya dievakuasi kembali faktor-faktor seperti: Komplikasi akut faringitis, streptococcus grup A (contohnya abses peritonsil)

Infeksi virus yang terjadi secara bersamaan

Kepatuhan minum obat

Manajemen pada kasus relaps: Terapi penisilin bisa gagal dikarenakan produksi -laktamase oleh anaerob oral

Bila timbul gejala akut pada hari ke2- ke 7 setelah diterapi tuntas dengan antibiotic, swab tenggorok ulang perlu dilakukan

Jika hasil kultur (+) untuk streptococcus grup A, pertimbambangan untuk memberikan inhibitor seperti agen B-laktan/ Blaktamase. Amoxicillin, klawlanat, atau antibiotic non- laktan seperti klindamisin/ eritromisin (jika tidak diberikan terapi lini pertama).10,12,17,183.1.3 Faringitis Fungal

Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. C.albicans merupakan komensal normal dalam rongga mulut, biasanya tidak menimbulakan gejala . Faringitis jamur bisa terjadi pada semua umur biasnya pada pasien dengan sistem imun yang turun seperti pada pasien HIV dan pasien yang menggunakan steroid dalam jangka waktu yang panjang. Infeksi jamur ini merupakan infeksi opurtunistik.11,13Gejala dan tanda

Nyeri tenggorokdan, nyeri menelan, rasa seperti terbakar . Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. Jika dilakukan pemeriksaan dengan KOH akan ditemukan pseudo hifa.10,14,15

Gambar 2. Faringitis Fungal

TerapiNystasin 100.000 400.000 2 kali/hari. Analgetik183.1.4 Faringitis Gonorea

Kasus ini faringitis Gonorea jarang terjad, ,mungkin hanya terdapat