Bab III (Tinjauan Perencanaan)
-
Upload
anggara-kusuma-inasa -
Category
Documents
-
view
62 -
download
7
Transcript of Bab III (Tinjauan Perencanaan)
BAB III
TINJAUAN PERENCANAAN
3.1. Tinjauan Umum
Suatu bangunan diharapkan dapat mendukung kebutuhan aktivitas manusia yang
berada di dalam bangunan. Untuk itu di dalam bangunan perlu disediakan segala sesuatu yang
dibutuhkan bagi metabolisme manusia, seperti udara dan air bersih, pengolahan limbah,
pengendalian suhu dan kelembaban udara, privasi, keamanan, dan kenyamanan lainnya baik
yang berkaitan dengan aspek audio maupun visual. Oleh karena itu diperlukan pasokan energi
untuk mengoperasikan perlengkapan bangunan baik untuk transportasi distribusi, maupun
unutk keperluan komunikasi, seperti telepon, siaran radio dan televisi, serta kebutuhan tata
udara, tata suara dan pencahayaan.;
Struktur pada bangunan harus kokoh dan aman terhadap keruntuhan, bahaya api,
sambaran petir dan gaya-gaya yang disebabkan oleh angin dan gempa bumi, serta tidak
mengakibatkan kerusakan lingkungan sekitar dengan mengadakan penataan lingkungan luar
yang cocok. Bangunan juga dipertimbangkan atas aspek ekonomi, mudah dalam pelaksanaan
klonstruksinya dan tidak menyulitkan dalam pengoperasian dan perawatannya.
3.2. Strategi Perencanaan
Dalam perencanaan suatu bangunan yang dapat melibatkan aplikasi teknologi dan
sistem bangunan secara terpadu. Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk
menghasilkan bangunan yang lebih peduli terhadap lingkungan.
Pendekatan pertama dilakukan berdasarkan kepedulian atas bahaya menipisnya lapisan
ozon yang diakibatkan oleh efek rumah kaca. Terlihat hubungan yang erat antara kondisi iklim
setempat dengan tipologi bangunan. Oleh karena itu bentuk lansekap juga mempengaruhi
bentuk bangunan.
Pendekatan lainnya dilakukan karena manusia sadar untuk melakukan penghematan
atas penggunaan sumber daya alam yang ada di bumi. Ini khususnya ditujukan kepada
penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan dari pembakaran minyak atau batu bara sebagai
penyebab utama menipisnya lapisan ozon.
III - 1
Selanjutnya pendekatan lebih pada upaya menyediakan ruang dan sekaligus
menyembunyikan jaringan utilitas bangunan seperti saluran ventilasi, pengkondisian udara,
sirkulasi vertikal, jaringan listrik dan pemipaan.
Pada strategi ini seakan-akan terlihat pembagian yang jelas antara ruang-ruang
pelayanan dan ruang-ruang yang dilayani, sehingga kebutuhan ruangan yang dibutuhkan untuk
sistem mekanikal elektrikal dapat dialokasikan secara baik. Dengan demikian bangunan
merupakan suatu kompleks sistem layanan dimana jaringan utilitas merupakan bagian yang
perlu diperhatikan dalam perencanaan.
Dalam perancangan bangunan tersebut diatas merupakan dasar agar tercapainya
integrasi sistem bangunan yang ditujukan demi tercapainya kebutuhan fungsi bangunan tanpa
mengabaikan kekuatan struktur dan kenyamanan dalam bangunan. Adapun beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada rancangan bangunan adalah sebagai berikut:
1. Sistem Struktural.
2. Sistem Tata Udara.
3. Sistem Mekanikal Elektrikal.
4. Sistem Pemipaan.
5. Sistem Pencahayaan.
6. Sistem Transportasi Vertikal.
7. Sistem Akustik.
8. Pengaturan Bangunan.
Pada dasarnya setiap sistem struktur pada suatu bangunan merupakan penggabungan
berupa elemen struktur tiga dimensi yang cukup rumit. Fungsi utama dari sistem struktur
adalah memikul secara aman dan efektif beban yang bekerja pada bangunan, serta
menyalurkan ke tanah melalui pondasi. Beban yang bekerja pada bangunan terdiri dari beban
vertikal, horizontal, getaran dan sebagainya.
Sistem struktur dalam proses perancangannya selalu menghadapi beberapa kendala,
diantaranya persyaratan arsitektural, sistem mekenikal elektrikal, metode konstruksi dan aspek
ekonomi.
Dalam berbagai sistem struktur, baik yang menggunakan bahan beton bertulang, baja
maupun komposit, selalu ada komponen yang dapat dikelompokkan dalam sistem yang
digunakan untuk menahan gaya gravitasi dan sistem untuk menahan gaya lateral.
III - 2
3.3. Konsep Perencanaan Arsitektur
Perencanaan arsitektur merupakan dasar dari seluruh aspek perencanaan dalam suatu
proyek. Hal ini dilakukan agar didapatkan gambaran bangunan berupa deskripsi bentuk, tata
ruang dan tata letak bangunan secara keseluruhan sebelum dilaksanakan perhitungan struktur.
Perencanaan struktur menghasilkan gambar–gambar arsitek yang berupa peta situasi, gambar
denah, gambar potongan dan tampak.
Perencanaan arsitektur meliputi perencanaan tata ruang luar (exterior), perencanaan
tata ruang dalam (interior), landscape, kenyamanan pemakai dan keamanan. Perencanaan
arsitektur pada proyek ini meliputi bentuk bangunan, tata letak ruang, fasilitas, keindahan dan
hubungan antar ruangan yang sesuai dengan tujuan dan maksud yang ingin dicapai.
Untuk mendapatkan hasil perencanaan arsitektur yang representatif, diperlukan suatu
kriteria perencanaan arsitektur berupa :
1. Master Plan.
2. Fungsi dan kegunaan bangunan.
3. Faktor keamanan dan kenyamanan.
4. Keindahan.
5. Dampak lingkungan yang mungkin terjadi.
6. Pertimbangan nilai ekonomis bangunan.
Konsep perencanaan arsitektur pada Proyek The Central 88 – Mini Office
menggunakan konsep minimalis sehingga bangunan terlihat lebih sederhana, mulai dari
interior maupun exterior. Sesuai dengan fungsi bangunan ini sebagai kantor, maka konsep
minimalis dipercaya baik untuk kenyamanan dalam melakukan aktivitas dalam kantor
tersebut.
Sesuai dengan fungsinya yaitu untuk perkantoran, maka desain ruang kerja sangat
diutamakan dalam perencanaan. Syarat yang utama suatu ruangan nyaman untuk ditempati
adalah ruangan tersebut merupakan ruangan yang sehat, antara lain memiliki sirkulasi udara
yang baik, pencahayaan yang cukup (terang), tata letak yang teratur, dan warna yang nyaman
untuk dipandang.
Sirkulasi udara yang baik adalah udara dari luar dapat masuk ke dalam ruangan. Selain
itu pencahayaan pada siang dan malam hari harus mendapat sinar yang baik. Dalam ruang
kerja, letak perabotan harus tertata rapi dan pemilihan warna dengan sentuhan lembut yang
III - 3
bercampur dengan warna dasar putih sehingga memberikan kesan sederhana dan santai saat
berada diruangan.
3.4. Konsep Perencanaan Struktur
Perancangan struktur yaitu menghitung kekuatan struktur dari gedung tersebut.
Koordinasi antara perencanaan struktur dengan perencanaan arsitektur sangat penting karena
bangunan harus kuat dan memiliki estetika.
Struktur adalah suatu kesatuan dari beberapa elemen struktur (pondasi, balok, kolom,
plat, dan tangga) yang direncanakan mampu menerima beban luar maupun berat sendiri tanpa
mengalami perubahan bentuk atau deformasi yang melampaui batas yang direncanakan.
Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban, baik vertikal
(beban mati dan beban berguna) maupun beban horizontal (beban gempa dan angin) yang
direncanakan dan berat sendiri bangunan tanpa mengalami perubahan bentuk yang berarti.
Bagian dari struktur yang direncanakan dan memerlukan penanganan serius meliputi
dimensi, jumlah dan jenis material struktur yang akan dibangun. Perencanaan struktur
bangunan terdiri dari tiga bagian utama struktur bawah (Sub structure), basement dan struktur
atas (Upper structure).
Perencanaan diawali dengan penentuan dimensi dari struktur yang kemudian dilakukan
pengecekan terhadap stabilitas dengan menggunakan kombinasi pembebanan (load
combination) antara lain :
1. Beban Mati / Dead Load (D)
2. Beban Hidup / Life Load (L)
3. Beban Angin / Wind Load (W)
4. Beban Gempa / Quake Load (E)
Perencanaan struktur dari analisa kombinasi pembebanan tersebut adalah dengan
menggunakan setiap nilai maksimum resultante pembebanan. Setelah seluruh beban rencana
diketahui, maka secara mekanika dapat dihitung besarnya momen lentur, gaya lintang dan
gaya normal dari struktur bangunan. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, maka
dimensi atau ukuran dari konstruksi dapat ditentukan.
Pada proyek ini direncanakan menggunakan konstruksi beton bertulang untuk
konstruksi portal bertingkat dan untuk pondasinya adalah bored pile. Prinsip beton bertulang
III - 4
adalah menggabungkan dua buah material yang berbeda yaitu beton dan baja untuk
memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini dikarenakan beton kuat menerima tekan tetapi
lemah menerima tarik. Sedangkan baja kuat menerima tarik tetapi lemah menerima tekan.
Selain mempertimbangkan pembebanan yang dikombinasikan, perencanaan struktur
harus mempertimbangkan dan harus dapat mencapai sasaran-sasaran yang antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Struktur harus mempunyai unsur yang mendukung dari ide arsitektur dalam
pertimbangan teknis maupun ekonomis.
2. Struktur harus kuat dalam mempertahankan bentuk meski menerima beban akibat
penggunaan bangunan tersebut.
3. Harus dapat memperhitungkan atau mempertimbangkan faktor ekonomis.
4. Mudah dan cepat dalam pelaksanaannya sesuai rencana kerja.
Pada Proyek The Central 88 – Mini Office menggunakan konsep struktur tahan gempa,
terutama pada penulangan balok dan kolom, yaitu dengan prinsip Strong Column Weak Beam.
Agar struktur mempunyai kemampuan yang cukup dan tidak terjadi keruntuhan pada saat
terjadi gempa kuat maka membuat struktur yang mempunyai kekuatan elastis yang hanya
menahan gempa rencana saja. Dengan demikian struktur masih bersifat elastis pada saat
terjadi gempa ringan dan gempa sedang. Pada saat terjadi gempa kuat struktur dirancang agar
mampu berdeformasi secara plastis (inelsatis) struktur dirancang dapat berdeformasi cukup
besar akan dapat mengurangi sebagian dari energi gempa yang masuk ke dalam struktur.
Adapun tanda-tanda struktur tahan gempa sebagai berikut:
1. Joint balok dan kolom untuk tulangan sengkang dipasang rapat dengan ukuran
D13-100.
2. Untuk pemasangan tulangan sengkang pada balok dipasang rapat sepanjang ¼
bentang dari balok pada daerah tumpuan. Pada daerah tumpuan, tulangan sengkang
dipasang sesuai dengan balok yang ada dengan ukuran D10-100, D10-125, dan
ø8-100.
3. Untuk pemasangan tulangan sengkang pada balok daerah lapangan dipasang lebih
renggang dari daerah tumpuan. Pada daerah lapangan, tulangan sengkang dipasang
sesuai dengan balok yang ada dengan ukuran D10-125, D10-150, D10-200, dan ø8-
200.
III - 5
3.4.1. Struktur Bawah (Sub Structure)
Struktur bawah atau sub structure pada Proyek The Central 88 – Mini Office
menggunakan sistem pondasi bored pile. Yang dimaksud dengan sistem ini adalah pengerjaan
pondasi diawali oleh pengerjaan pembuatan lubang pondasi dengan bor, kemudian dilakukan
casing yang berfungsi untuk mengarahkan pengeboran dan mengarahkan penempatan
tulangan. Pada sistem pondasi bored pile ini gaya-gaya dari upper structure diimbangi oleh
gaya pikul tanah seluas (20%) penampang dasar pondasi dan friksi dari dindingnya (80%).
Pondasi bored pile termasuk kategori podasi dalam, yang termasuk sub kategori pondasi tiang
pancang cor ditempat.
Adapun keuntungannya yaitu sebagai berikut:
1. Getaran kecil, sehingga lebih cocok untuk digunakan di daerah yang padat
penduduk.
2. Diameter dapat besar, tiang dapat lebih panjang, dan ketepatan lebih baik.
3. Letak tanah pendukung pondasi dapat langsung diketahui.
4. Pondasi bored pile tidak memerlukan kedalaman seperti tiang pancang, pada ini
hanya memerlukan kedalaman sekitar 12 meter, karena pondasi ini mengandalkan
gaya friksi yang terjadi antara dinding pondasi dengan lapisan tanah (80% gaya
friksi).
Adapun kerugiannya yaitu sebagai berikut:
1. Pemeriksaan kualitas tiang hanya dapat dilakukan secara tidak langsung.
2. Adukan beton bisa bercampur tanah atau lumpur, untuk itu harus ditangani dengan
seksama.
3. Biaya lebih besar.
4. Lokasi pengerjaan menjadi kotor akibat lumpur dan air yang diangkat dari hasil
pengeboran.
5. Pengeboran tidak sampai pada tanah keras.
Pile Cap atau poer merupakan bagian konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
mengikat atau menyatukan beberapa bored pile, sehingga menjadi satu kesatuan yang
mendukung beban dari kolom ke pondasi secara merata, kemudian diteruskan ke lapisan tanah
keras dibawahnya. Pada struktur bawah juga terdapat tie beam yang berfungsi sebagai balok
pengikat antar pile cap, meratakan gaya beban bangunan, sebagai balok penahan gaya reaksi
III - 6
tanah, bila ada penurunan pada bagian bangunan maka penurunan akan sama, dan peningkatan
kekakuan antar poer.
3.4.2. Struktur Atas (Upper Structure)
Struktur atas adalah meneruskan struktur yang ada pada bagian basement. Struktur
bangunan atas ini tersusun atas beberapa elemen yang saling berhubungan akan tetapi
mempunyai fungsi berbeda antara satu dengan yang lainya. Elemen-elemen yang dimaksud
adalah balok, plat lantai, kolom, dan tangga.
Struktur atas pada Proyek The Central 88 – Mini Office menggunakan struktur rangka
kaku. Bahan yang digunakan adalah beton bertulang (Reinforced Concrete) dalam
perencanaan struktur karena memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Kelebihan struktur beton bertulang:
1. Bersifat daktail.
2. Ekonomis.
3. Material beton cocok digunakan untuk fungsi arsitektural (dapat dibentuk) dan
struktural.
4. Tahan terhadap api.
5. Kekakuan dan massa yang lebih besar sehingga dapat mengurangi goyangan akibat
angin dan getaran lantai (akibat pengaruh beban berjalan).
6. Biaya perawatan yang rendah.
7. Ketersediaan material seperti pasir, kerikil, semen, air dan fasilitas pencampuran
beton mudah diperoleh.
Kekurangan struktur beton bertulang:
1. Rawan retak.
2. Kuat tarik yang rendah.
3. Membutuhkan bekisting (Form work) dan perancah.
4. Kekuatan per unit volume relatif rendah.
5. Perubahan volume dengan bertambahnya waktu.
Pada struktur atas ini menggunakan konsep struktur tahan gempa, maka dipilih struktur
beton bertulang karena struktur beton bertulang bersifat daktail, beban yang besar akibat
gempa tidak akan menyebabkan keruntuhan dari struktur, lebih-lebih karena beban gempa
III - 7
merupakan beban dinamis yang arahnya bolak-balik. Beban gempa yang besar akan
menyebabkan deformasi yang permanen dari struktur akibat rusaknya elemen-elemen dari
struktur seperti balok dan kolom. Pada kondisi seperti ini, walaupun elemen-elemen struktur
bangunan mengalami kerusakan, namun secara keseluruhan struktur tidak mengalami
keruntuhan. Analisis statik hanya boleh dilakukan untuk struktur-struktur bangunan dengan
bentuk yang sederhana dan beraturan atau simetris. Pada bangunan ini struktur gedung tidak
terlalu tinggi yaitu kurang dari 10 tingkat atau 40 meter. Respons dinamik dari struktur
bangunan gedung beraturan dapat ditampilkan seolah-olah sebagai akibat dari suatu beban
gempa statik ekivalen.
Pada standar gempa yang berlaku di Indonesia, metode analisis statik untuk
memperhitungkan pengaruh beban gempa pada struktur bangunan hanya boleh digunakan
untuk menganalisis struktur bangunan yang beraturan. Struktur bangunan gedung dapat
dianggap beraturan jika memenuhi beberapa ketentuan antara lain, tinggi struktur bangunan
tidak lebih dari 10 tingkat atau 40 meter, denah struktur bangunan berbentuk persegi panjang
tanpa adanya tonjolan-tonjolan, sistem struktur bangunan gedung mempunyai bentuk yang
sederhana dan beraturan, serta mempunyai massa dan kekakuan yang hampir seragam pada
seluruh tingginya.
Pada struktur bangunan ini tidak menggunakan dinding penahan geser karena termasuk
bangunan yang tidak lebih dari 10 tingkat atau 40 meter, struktur fleksibel dan memiliki
periode getar panjang. Untuk keperluan analisis, waktu getar alami untuk struktur-struktur
bangunan gedung yang berbentuk portal tanpa unsur pengaku (dinding geser/shearwall) yang
membatasi simpangan Tempiris = 0,060 H0,75 (untuk portal beton).
Kolom merupakan konstruksi vertikal yang berupa struktur utama dari bangunan portal
yang berfungsi untuk memikul beban vertikal. Beban aksial hanya diberikan pada ujung-
ujungnya dan tidak ada beban transversal. Dalam merencanakan kolom, kolom harus di buat
agar struktur kolom lebih kuat dari struktur balok (Strong Column Weak Beam). Kolom
mentransfer beban aksial dari lantai atas ke lantai dibawahnya. Elemen-elemen vertikal dari
struktur (kolom) harus dibuat lebih kuat dari elemen-elemen horisontal dari struktur (balok),
agar sendi plastis terbentuk terlebih dahulu pada balok-balok.
Dimensi kolom yang dirancang pada suatu struktur bervariasi menurut beban yang
diterimanya. Semakin ke atas, dimensi kolom semakin kecil. Hal ini dikarenakan beban yang
III - 8
diterima oleh kolom bagian bawah lebih besar bila dibandingkan dengan kolom bagian
atasnya, selain hal itu akan menghasilkan sutau perencanaan bangunan yang lebih ekonomis.
Pada kolom digunakan mutu beton K-300.
Pada perencanaan balok, balok direncanakan menahan gaya lintang, normal, momen,
dan puntir yang mungkin bekerja pada balok tersebut. Dimensi balok tergantung dari besarnya
beban yang bekerja. Pada Proyek The Central 88 – Mini Office terdapat dimensi balok yang
berbeda-beda. Yang menyebabkan perbedaan dimensi balok ini adalah fungsi dari balok itu
sendiri. Semakin penting balok itu karena akan menerima beban yang besar, maka dimensi
yang direncanakan juga semakin besar. Pada balok digunakan mutu beton K-300.
Plat lantai atau slab merupakan suatu konstruksi yang menumpang pada balok. Plat
lantai direncanakan mampu menahan beban mati dan beban hidup pada waktu pelaksanaan
konstruksi maupun pada waktu gedung dioperasikan. Pada plat lantai digunakan mutu beton
K-300. Adapun fungsi Plat lantai dalam konstruksi antara lain :
1. Memisahkan ruangan dalam bangunan secara horizontal.
2. Menahan beban diatasnya seperti dinding, partisi atau sekat lainnya dan beban
hidup.
3. Menyalurkan beban yang diterimanya ke balok di bawahnya.
3.5. Konsep Perencanaan MEP
Konsep perencanaan mechanical elektrical plumbing pada proyek ini menggunakan
konsep pada umumnya pembangunan gedung. Perencanaan elektrikal gedung yang meliputi
sistem elektrikal, sistem tata suara, tata udara, sistem telekomunikasi, sistem fire alarm dan
fire fighting.
Dasar perencanaan plumbing yaitu sistem penyediaan airminum dan penyaluran air
buangan di dalam bangunan. Sistem perpipaan pada bangunan ini meliputi perpipaan untuk
penyediaan air minum, penyaluran air buangan, penyediaan air panas, penyaluran air hujan,
pencegah kebakaran, penyediaan gas, dan AC (Air Conditioning). Ada beberapa cara
pemasangan peralatan plumbing, namun pada bangunan ini cara pemasangannya
menggunakan cara halus, yaitu pemasangan peralatan plumbing dilakukan setelah konstruksi
selesai, sehingga menghindari terjadinya kerusakan peralatan plumbing akibat pembangunan
konstruksi.
III - 9
3.5.1. Tata udara
Mutu udara pada bangunan, ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor utama
yang terkait dengan kepedulian terhadap lingkungan, karena secara langsung hal ini
berhubungan dengan tingkat kenyamanan, kesehatan dan kenikmatan penghuni atau pengguna
bangunan. Ventilasi dibuat demi menjamin tersedianya udara luar yang masuk ke dalam
ruangan, karena jika pertukaran udara cukup baik, penghawaan dan pengoksidasian udara
dalam bangunan tidak begitu diperlukan. Orientasi matahari berhubungan dengan cahaya yang
dapat dimanfaatkan dalam ruangan agar tidak diperlukan pencahayaan buatan. Perlu
dipertimbangkan agar radiasi panas dapat dikurangi, sehingga udara tidak meningkat, yang
berakibat diperlukannya pengoksidasian udara atau ventilasi mekanik.
Kedua faktor tersebut, ventilasi dan orientasi matahari akan terkait pada perancangan.
Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar penggunaan energi untuk
penghawaan/pengoksidasian udara dan pencahayaan buatan dapat dibuat efisien.
Pada sistem tata udara, mesin pengoksidasian (AC/Air Conditioning) yang di pusatkan
menggunakan Unit Penghantar Udara (Air Handling Unit), semakin banyak digunakan pada
bangunan. Fungsi sistem tata udara adalah mempertahankan suhu dan kelembaban dalam
ruangan dengan cara menyerap panas yang ada dalam ruangan. Mesin tata udara terdiri atas
compressor yang berfungsi untuk mengalirkan zat pendingin (refrigerant) kedalam pipa
tembaga yang berbentuk kumparan (coil).
3.5.2. Perencanaan Lift
Kapasitas atau daya angkut suatu sistem lift harus cocok dengan kebutuhan transportasi
vertikal pada bangunan tertentu yang secara konsisten mengacu pada kriteria rancangan
kualitas bangunan. Perhitungan harus dilakukan secara realistis terhadap kebutuhan sekarang
dan perkiraan di masa yang akan datang, mengingat sulitnya melakukan modifikasi setelah
sistem lift terpasang. Dalam perencanaannya ada beberapa hal yang perlu ditinjau adalah
sebagai berikut:
a. Waktu perjalanan bolak-balik.
Waktu perjalanan bolak-balik merupakan waktu yang dibutuhkan seseorang secara
total, mulai masuk dari lantai dasar sampai lantai yang dituju.
III - 10
b. Beban puncak lift.
Beban puncak lift dilakukan berdasarkan perhitungan empiris terhadap jumlah
penghuni gedung yang harus dapat diangkut oleh lift yang tersedia dalam lima
menit waktu tersibuk di bangunan tersebut.
3.5.3 Konstruksi Tahan Api
Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai, dan atap
untuk dapat menahan api di dalam bangunan. Spesifikasi praktis yang digunakan adalah suatu
konstruksi yang mempunyai tingkat kemampuan untuk bertahan terhadap api. Ini menyatakan
beberapa ketentuan yang terkait pada kemampuan struktur untuk tahan terhadap api tanpa
mengalami perubahan bentuk yang berarti dan mencegah menjalarnya api ke seluruh
bangunan. Dengan demikian, setiap komponen bangunan, dinding, lantai, kolom dan balok
harus tetap bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun bangunan dalam
keadaan terbakar. Selain konstruksi yang tahan api, maka perlu adanya konsep untuk
menanggulangi jika terjadi kebakaran sehingga perlu adanya komponen hidran dan selang
kebakaran. Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listrik
tersendiri dan sumber daya listrik darurat.
3.5.4 Pemipaan, Sanitasi dan Pengolahan Limbah
Instalasi pipa pada bangunan digunakan untuk mengalirkan air bersih, air es untuk
keperluan tata udara, air untuk keperluan pencegahan dan penanggulangan kebakaran,
pembuangan air kotor, air buangan, air hujan dan air limbah. Jaringan pipa diatur menurut
arah vertikal yang disembunyikan dalam saluran didalam tembok (shaft), sedangkan pada arah
horisontal, biasanya diatas langit-langit atau di lantai instalasi (lantai mekanik dan elektrik).
III - 11