BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas...
Transcript of BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas...
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 9-01-2008 di ruang VII (Hudowo) RSJ
Amino Gondohutomo Semarang, dengan diagnosa medik : skizofrenia tak terinci.
Pasien bernama Tn. N, umur 23 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan pasien
SMP, pasien tinggal di mangunjiwan, demak, dan pasien dibawa ke RSJ oleh
ayahnya, Tn. M, jenis kelamin laki-laki, sebagai penanggung jawab dari pasien
selama dirawat di RSJ, pasien masuk pada tanggal 8 Desember 2008.
B. Riwayat keperawatan
1. Alasan masuk
Menurut keterangan keluarga pada tanggal 8 januari 2008, pasien dibawa ke
RSJ karena dirumah, pasien mengamuk, memukul orang dan bicara kasar.
Keluarga mengatakan pasien punya keinginan membuka usaha yang dulu
bangkrut tapi tidak terlaksana.
2. Faktor predisposisi
Dalam keluarga sebelumnya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
Kurang lebih 2 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di RSJD Amino Gonda
Hutomo Semarang, dengan gejala yang sama selama 3 minggu, kemudian
sembuh. Pasien jarang control dan minum obat selama dua bulan terakhir karena
pasien mengatakan malas dan jenuh dengan obat. Sebelum sakit pasien aktif
mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga
baik tetapi karena usaha dagangnya yang bangkrut kurnag lebih 1 tahun lau,
pasien jadi renggang hubunagn dengan masyarakat dan keluargapun juga
renggang. Pasien jadi mudah marah dan tersinggung. Pasien mengatakan kurang
lebih dua tahun lalu pernah mau menikam tapi gagal karena tidak direstui oleh
orang tua kekasihnya.
3. Faktor prespitasi
Kurang lebih satu bulan yang lalu pasien ditagih hutangnya oleh pihak grosir
tapi pasien belum bisa membayar. Pasien merasa bingung jadi mudah marah dan
tersinggung. Sehari yang lalu yang nagih datang lagi sama pasien, meminta untuk
pasien melunasi hutang-hutangnya. Pasien mengatakan sangat marah dan sempat
memukul karena jengkel yang nagih tidak mau disemayani padahal tahu pasien
tidak punya uang.
4. Riwayat penyakit sekarang (tanggal 9 desember 2008)
Pasien mengatakan bingung, pengen pulang karena takut biaya Rumah Sakit
mahal. Pasien mengatakan ingin marah, kenapa hanya bisa buat beban keluarga,
pasien juga mengatakan memukul teman seruangan karena jengkel.
1) Tanda vital : tekana darah : 110/70 mmHg, nadi : 80 kali/menit
2) Ukur : tinggi badan : 168 cm, berat badan : 50 kg.
C. Psikososial
1. Genogram
Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, pasien mempunyai 4
adik, 2 sudah bekerja dan yang 2 lagi perempuan, yang satu SMA dan SD. Pasien
di rumah dididik secara baik oleh orang tuanya. Dalam pengambilan keputusan
pasien selalu dimintai pendapat, dirumah yang bertanggungjawab ekonomi adalah
ayahnya. Dalam keluarga pasien suka bertukar pendapat dengan orang tua dan
adiknya ke-2 dan ke-3 tentang masalah pribadi / usaha pasien.
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Pasien mengatakan dari semua anggota badannya disenangi, pasien
mengatakan bagaimana caranya supaya cewek tertarik dan mau menikah
dengan pasien.
b. Identitas Diri
Pasien mengatakan tahu bahwa dirinya laki-laki dan pasien adalah anak
pertama dari 5 bersaudara. Pasien mengatakan dulu punya usaha dagang,
sukses dan akhirnya bangkrut, sekarang pasien tidak bisa kerja apa-apa, pasien
bingung karena hutangnya banyak dan tidak bisa membayar.
c. Peran Diri
Pasien sebelum gangguan jiwa punya usaha sembako sukses tapi setelah
bangkrut pasien tidak punya kerja lain. Di keluarga sebagai anak pertama tapi
tidak bisa Bantu orang tua. Pasien merasa tidak bisa jadi contoh adik-adiknya,
pasien merasa dirinya gagal. Dalam kegiatan masyarakat pasien mengatakan
jarang ijut karena malu dengan usahanya yang bangkrut.
Masalah Keperawatan: Gangguan Konsp Diri;Harga Diri Rendah
d. Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin lagi bisa membangun usaha dagangnya, pasien
ingin sukses seperti dulu agar bisa membuat bangga orang tua.
e. Harga Diri Rendah
Pasien mengatakan dengan usahanya yang bangkrut dan tidak lagi bisa
membantu orang tua merasa tidak layak sebagai kakak dan sungkan untuk
berkumpul dengan masyarakat. Pasien mengatakan menyesal tidak bisa
membantu orang tua tapi malah menjadi beban mereka.
Masalah Keperawatan: Ketidak sesuaian peran
3. Hubungan Sosial
Pasien jika ada masalah sering cerita dengan ibu dan adik pertamanya. Di masyarakat
pasien jarang punya teman karena pasien jarang kumpul dengan warga. Di Rumah
Sakit lebih banyak memisahkan diri karena merasa tidak kenal dan malu
menceritakan tentang masalahnya usaha yang gagal
4. Spiritual
Pasien selalu taat beribadah, di Rumah Sakit juga terlihat tekun ibadahnya.
D. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, rambut gondrong dan kotor.
2. Pembicaraan
Saat menyinggung masalah pasien, pasien bicara tiba-tiba keras, tatapan mata
tajam, pasien mengatakan jengkel saat ditanya masalahnya, pasien agresif saat
menjawab pertanyaan. Pasien mengatakan “Saya orangnya memang suka
ngomong keras dan kasar, apalagi saat jengkel di rumah saya juga seperti ini.”
Masalah Keperawatan: ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif
3. Aktivitas Motorik
Kontak mata tajam, tangan mengepal, pembicaraan tidak focus / mudah beralih.
Sebelum dilakukan pengkajian pasien diruangan teriak-teriak dan sempat
memukul temannya. Pasien mengatakan jika jengkel suka marah-marah dan
berteriak kadang mukul dan ada disekitarnya.
Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan
4. Afek
Afek pasien sesaat stimulus yang diberikan, ekspresi wajah tegang saat ditanya
soal masalahnya.
4.Alam Perasaan
Pasien mengatakan bingung dan pusing bagaimana bisa membayar hutang-
hutangnya, sedangkan dirumah menganggur, apalagi sekarang saya sakit siapa
yang menanggung biaya Rumah Sakit, saya tidak bekerja dan tidak punya uang.
Pasien khawatir.
5. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata ada, wajah tegang, pasien kooperatif menjawab pertanyaan namun
tiba-tiba bicara pasien kasar saat ditanya masalahnya.
6. Persepsi
Kurang lebih 2 tahun lalu saat pertama kali dirawat di RSJ pasien mengatakan
sering mendengar suara-suara orang menyuruh lari, suara anak yang tidak ada
wujudnya itu datang setiap pasien sedang melamun/menjelang tidur tapi sekarang
pasien sudah tidak mendengar suara-suara itu lagi.
7. Proses Fikir
Pembicaraan pasien bisa dimengerti, pasien sering mengulang pembicaraan
tentang masalah pasien yaitu tentang usahanya yang bangkrut.
8. Isi FikirPasien ada gangguan isi fikir yaitu obsesi, pasien mengatakan ingin sekali
membuka usaha dagang baru biyar dapat melunasi hutang dan tidak membebani
orang tua dan keluarganya lagi.
9. Tingkat Kesadaran
Pembicaraan pasien terkadang kacau
10. Memori
Pasien dapat mengingat kejadian jangka panjang, pasien mengatakan ± 2 tahun
pernah dirawat disini karena ditinggal pacar.
11. Tingkat konsentrasi berhitung
Pasien dapat berkonsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan pasien mampu
berhitung “1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. pasien mengatakan umurnya 23 th.
E. Kebutuhan persiapan pulang
1. Makan
Dirumah pasien mau makan tanpa disuruh, di SRJ pasien makan teratur.
2. BAK / BAB
Dirumah pasien BAK/BAB pada tempatnya, di RSJ pasien juga selalu BAK/
BAB di tempatnya.
3. Mandi
Pasien mengatakan dirumah mandi 2x sehari, dirumah sakit mandi tanpa disuruh.
4. Berpakaian
Selama dirumah tidak pernah memperdulikan cara berpakaian/ penampilan, cara
berpakaian tidak rapi, di RSJ pasien juga tidak perduli dengan penampilannya.
5. Kebersihan Diri
Pasien mandi rutin tapi Kalau tidak diingatkan gosok gigi pasien tidak mau gosok
gigi di Rumah Sakit juga.
6. Istirahat dan Tidur
Dirumah pasien jarang bisa tidur lebih suka melamun, dirumah sakit pasien bisa
tidur malam saja jam 22.00 s/d 05.30 WIB.
7. Penggunaan Obat
Setelah pasien pulang dari RSJ pasien suka kontrol, tapi pasien mengatakan jenuh
dan malas dengan obat. Pasien mengatakan ± 2 bulan tidak lagi mengkonsumsi
obat. Di RSJ harus dipaksa dulu minum obat.
F. Mekanisme Koping
Pasien mengatakan ingin bisa usaha dagang lagi agar bisa melunasi utang dan
membantu orang tua, pasien mengatakan saat di rumah karena tidak ada kesibukan
kerja, pasien bingung dan marah-marah, pikiran panas dan akhirnya pasien
melampiaskan dengan teriak / memukul apa yang ada disekitar.
G. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan setiap ada masalah tidak pernah bercerita dengan orang lain
kecuali ibu dan adiknya / ayah pasien.
H. Penatalaksanaan
1. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Glukosa 5 waktu
Ureum
Creatinin
Cholesterol total
Trigliserid
Protein total
Albumin
SGOT
SPGT
Uric acid
120
49.9
0.9
146
42
73
4.4
76
38
8.2
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Unit / l
Unit / l
Mg / 100 ml
7-115
10-50
LK 0.6-1.1
150-220
SD / 150
6.3-8.0
3.8-5.1
LK s/d 37
KK : s/d 42
L. 3.5-7.0
P. 2.5-5.7
2. Diagnosa : skizofrenia tak terinci
3. Therapy Medik : - Holoperidol 2x5 mg
- Thrihexypenidyl 2x2 mg
I. Analisa Data
No. Tgl/jam Data Problem
1 9 Januari 08
13.30 WIB
Ds : Pasien mengatakan jika kesal pengen
marah dan berteriak
- pasien mengatakan dirumah sempat
memukul karena yang nagih hutang
tidak mau disemayani.
- Pasien mengatakan sejak usaha
bangkrut jadi mudah marah dan
tersinggung.
- Pasien mengatakan diruangan
memukul teman karena jengkel.
Do : pasien saat berbicara wajah tegang,
tatapan mata tajam, menjawab dengan
agresif, pembicaraan tidak fokus,
pasien diruangan berteriak-teriak, dan
sempat memukul teman.
Perilaku
kekerasan
2 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan kalau marah
bicara saya kasar, kadang sampai
memukul yang ada disekitar saya.
- pasien mengatakan : saya orangnya
memang suka bicara keras dan kasar
dirumah saya juga seperti ini
apalagi saat jengkel.
Do : Pasien waktu bercerita wajah tegang,
diruang berteriak-teriak menjawab
pertanyaan agresif.
Ketidakmampuan
mengungkapkan
marah secara
asertif.
3 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan sejak usaha
bangkrut tidak bisa membantu
keluarga malah membebani.
Do : Pasien menganggur dan tidak punya
Gangguan
konsep diri,
harga diri rendah
kerja apa-apa.
4 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan merasa gagal
sebagai anak pertama, tidak bisa jadi
contoh adik-adiknya.
Do : Pasien tidak bisa kerja dan memebntu
keluarga dengan kondisinya yang
sakit.
Ketidaksesuaian
peran
J. Pohon Masalah
Core problem
Ketidakmampuan mengungkapkan
marah secara asertif
Gangguan konsep diri :
Harga diri rendah
Perilaku kekerasan
Ketidak sesuaian
peran
K. Diagnosa
1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan marah
secara asertif
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah, berhubungan dengan ketidaksesuaian
peran
Tindakan Keperawatan
Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
09-01-08
jam:09.30
. wib
Perilaku
kekerasan b/d
ketidakmampuan
mengungkapkan
marah secara
asertif
TUK : 1.2.3
- mengucap salam
- memperkenalkan diri
- menanyakan nama
dan panggilan yang
disukai
- menjelaskan tujuan
- memberi kesempatan
pasien bicara
- menanyakan
penyebab
jengkel/marah pasien.
- Menanyakan perasaan
yang dialami pasien
saat jengkel.marah
S: pasien menjawab : nama
saya N, mbak mau kita
ngomong soal apa?
- Pasien mengatakan :
saya marah karena
kepikiran dagangan
yang bangkrut, utang
yang menumpuk dan
ditambah biaya Rumah
Sakit ini.
- Pasien mengatakan
saat marah pikiran saya
panas, bingung,
jengkel, saya ingin
berteriak/memukul
yang ada disekitar
saya, dengan begitu
saya lega.
O: wajah pasien memerah,
pandangan mata tajam,
nada suara tinggi.
- pasien kooperatif
menjawab pertanyaan.
A: TUK 1,2,3 tercapai
- pasien mau
menyebutkan nama
- pasien mau diajak
berinteraksi/bertukar
pikiran.
- Pasien menyebutkan
penyebab marahnya
karena dagangan
bangkrut, utang
menumpuk dan biaya
Rumah Sakit
- Pasien menyebutkan
tanda-tanda marahnya.
P: - lanjut ke TUK 4,5,6
- pasien dapat
mengidentifikasi
marah yang sering
dilakukan.
- Pasien dapat
mengidentifikasi akibat
marah.
- Pasien dapat
mengidentifikasi cara
konstruksi terhadap
marah
10-01-08
jam:09.30
Dx. 1 TUK : 4,5,6
- Menanyakan pasien
cara marah yang biasa
dilakukan.
- Menanyakan pasien
apa dengan marah
yagn dilakukan dapat
menyelesaiakan
masalah.
- Menanyakan apa
S: Pasien mengatakan
Kalau saya marah,
pengennya berteriak dan
memukul apa yang ada
disekitar saya.
- pasien mengatakan
dengan marah yang
saya lakukan saya
hanya merasa puas tapi
tidak menyelesaikan
akibat dari
kemarahannya.
- Menanyakan pasien
apakah mau cara yang
sehat untuk mengatasi
marah.
- Mengajarkan pasien
cara sehat mengontrol
marah :
1. saat ingin marah /
ingin mukul pasien
bisa memukul
bantal.
2. dengan melakukan
kegiatan atau
mengutarakan
marahnya dengan
teman/orang sekitar
tanpa harus berteriak
atau memukul.
3. berdoa atau tarik
nafas dalam sambil
mengucapkan
astaghfirullah.
masalah
- pasien mengatakan
“kalau saya habis
marah
(berteriak/mukul),
tenggorokan saya sakit,
tangan saya sakit,
orang yang saya pukl
juga marah.
- Pasien mengatakan
ingin tahu cara marah
sehat seperti apa.
- Pasien mengatakan jadi
saya harus belajar cara
marah yang seperti
mbak yanti ajarkan.
A: TUK 4,5,6 tercapai
- pasien mau
mengutarakan marah
yang biasa dilakukan
- pasien mengatakan
akibat dari marahnya.
- Pasien mengerti dan
mau belajar cara marah
yang sehat.
- TUK 4,5,6 tercapai.
O: tidak ada gerakan
motorik dari wajah,
kaki/ tangan pasien.
- pasien kooperatif
menjawab pertanyaan.
P: - Lanjut ke TUK 7-9
- Pasien dapat
mendemonstrasikan
cara mengontrol
marah.
- Pasien dapat
menggunakan obat
dengan benar.
11-01-08
Jam:10.30
wib
Dx. 1 TUK 7-9
- Menyuruh pasien
memilih cara yang
sehat yang diajarkan
untuk mengontrol
marah.
- Menyuruh pasien
mendemonstrasikan
cara yang dipilih
untuk mengontrol
marah.
- Menjelaskan manfaat
minum obat
- Menjelaskan kapan
waktu minum obat.
- Menjelaskan dosis
jenis obat yang harus
pasien minum sesuai
kebutuhan.
S: pasien mengatakan saya
akan memilih cara
marah yang sehat
dengan memukul bantal.
- pasien mengatakan jadi
obat yang harus saya
minum jambon dan
putih,saya akan minum
obat rutin dan tepat
waktu pagi, sore,
malam, saya ingin
cepat sembuh dan tidak
marah-marah lagi.
O: pasien
mendemonstrasikan cara
marah dengan memukul
bantal.
A: TUK 7-9 tercapai
- Pasien mau
mendemonstrasikan
salah satu marah yang
sehat yang telah
diajarkan
- Pasien mengerti
manfaat , jenis dan
waktu kapan pasien
harus minum obat.
P: - Lanjut ke TUK 8
- Pasien dapat dukungan
keluarga untuk
mengontrol marah.
12-01-08
jam:08.30
Gangguan konsep
diri harga diri
rendah
TUK 1,2,3
- membina hubungan
saling percaya
- menanyakan
kemampuan positif
yang dimiliki di
rumah
- menanyakan
kemampuan dan
mendiskusikan
kemampuan positif
yang dapat digunakan
di Rumah Sakit.
S: pasien mengatakan
dirumah suka bersih-
bersih, nyapu, nyuci
baju, kadang saya suka
adzan di masjid.
- pasien mengatakan
dirumah sakit kadang
saya nyapu, Bantu
mbak perawat nyapu
dan merapikan tempat
tidur.
O: pasien pagi-pagi
membantu perawat
merapikan tempat tidur.
- pasien mencatat
kegiatan yang
dilakukan di rumah
A: TUK 1,2,3 tercapai
- pasien mau
mengungkapkan
kemampuan yang
dapat digunakan
dirumah dan di Rumah
Sakit.
P: - lanjut TUK 4, 5, 6
- pasien dapat
menetapkan dan
merencanakan kegiatan
sesuai jadwal.
- Pasien dapat
melakukan kegiatan
sesuai kondisi sakit.
- Pasien dapat dukungan
dari keluarga
- Mendelegasikan TUK
4,5,6 pada poerawat
jaga
13-01-08
jam:10.30
Dx. 1 TUK 8
- menanyakan keluarga
bagaimana
kemampuan keluarga
dari sikap yang telah
dilakukan dirumah
Menjelaskan tanda
pasien marah :
1. mata melotot
2. muka merah
3. tangan mengepal/
ada gerakan pad
muka yang
menunjukkan
permusuhan.
4. nada suara tinggi
S: keluarga mengatakan
saat pasien marah sikap
keluarga hanya
mendiamkan, kadang
ikut memarahi pasien.
- keluarga mengatakan
“tanda marah yang
mbak jelaskan tadi
persis dengan tanda
saat anak saya mau
marah, muka merah,
mata melotot, suara
kasar, kadang sampai
memukul”.
- Keluarga mengatakan
“jadi mbak, kalo nanti
anak saya marah, saya
- melatih keluarga cara
mengajari pasien
marah yang sehat
dengan :
1. memberikan
kegiatan
2. latih untuk ambil
nafas dalam
3. menyuruh pasien
mengutarakan marah
dan apa
penyebabnya.
4. menyuruh pasien
berdoa dengan
membaca istighfar
5. menyuruh
melampiaskan marah
dengan memukul
bantal.
- Menganjurkan pada
keluarga memilih cara
melatih anak marah
dan membantu
keluarga
mendemonstrasikan.
- Mengajurkan pada
keluarga untuk
mengawasi pasien
rutin minum obat.
tidak boleh
mendiamkan / marah,
tapi harus mengajari
anak saya marah yang
sehat seperti yang
mbak ajarkan.
- Keluarga mengatakan
“saya ingin mencoba
bagaimana cara
menanyakan sebab
anak marah.
- Keluarga mengatakan
“anak saya disini
marah karena ingin
pulang dan takut biaya
Rumah Sakit mahal.
- Keluarga mengatakan
“saya akan selalu
mengawasi anak saya
rutin minum obat.
O: keluarga kooperatif
- keluarga
mendemonstrasikan
cara menanyakan
penyebab anak marah.
A: TUK 8 tercapai
- keluarga
mengungkapkan sikap
yang dilakukan saat
anak marah.
- Keluarga memilih dan
mendemonstrasikan
cara marah yang sehat
kepada anaknya.
P: - keluarga dapat
mendemonstrasikancara
lain yang diajarkan
untuk melatih anak cara
marah yang sehat.
- lanjut ke-TUK 10
pasien dapat dukungan
dari lingkungan untuk
mengontrol marah
- mendelegasikan TUK
10 ke perawat jaga.
EVALUASI
.Pada diagnosa pertama yaitu prilaku kekerasan dilakukan evaluasi pada tanggal
13- 01- 2008dengan melakukan TUK 8 klien dapat dukungan dari keluarga.. Data
subyektif yang di dapat keluarga mau mengajarkan pasien bagaimana cara marah yang
sehat dengan menanyakan apa yang mengakibatkan marahnya, dan keluarga juga
mengatakan saat pasien marah tidak akan mendiamkan dan memarahi tetapi akan
mengajarkan bagaimana marh yang sehat . keluarga mengatakan senang bisa bertemu
dengan pasien dan lega sudah mengerti masalah yang dihadapi pasien Data obyektif yang
di dapat keluarga kooperatif dan tersenyum, keluarga mau mengerti kondisi pasien.
Sedangkan evaluasi yang di dapat pada pasien yaitu pasien tenang, bicara dengan nada
rendah tidak agresif, kontak mata ada. pasien mengungkapkan masalah yang
membuatnya marah.
Pada TUK 9 yaitu klien dapat minum obat dengan benar sudah dilakukan rada tanggal
11- 01- 2008, sedangkan padaTUK 10 perawat tidak melaksanakan sesuai intervensi
kemudian mendekegasikan keperawat jaga.
Pada diagnosa kedua yaitu gangguan konsep dari harga diri raendah dilakukan
evaluasi pada tanggal 12- 01- 2008 dengan melakukan TUK 1,2,3 yaitu Pasien
mengungkapkan kemampuan yang positif yang dimiliki di rumah dan kemampuan yang
dapat di lakukan di rumah sakit dengan data subyektif pasien mengatakan di rumah saya
suka bersih-bersih, nyuci baju kadang adzan di masjid,sedangkan di rumah sakit pasien
kadang menyapu dan membantu perawat merapikan tempat tidur. Data obyektif yang di
dapat pagi- pagi rasien memabantu perawat merapikan tempat tidur, pasien mencatat
kegiatan yang dapat dilakukan druamah dan di rumah salit. Pada TUK 4, 5, 6 perawat
tidak menyelesaikan sesuai intervensi kemudian mendelegasikan ke perawat jaga