BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas...

22
BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 9-01-2008 di ruang VII (Hudowo) RSJ Amino Gondohutomo Semarang, dengan diagnosa medik : skizofrenia tak terinci. Pasien bernama Tn. N, umur 23 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan pasien SMP, pasien tinggal di mangunjiwan, demak, dan pasien dibawa ke RSJ oleh ayahnya, Tn. M, jenis kelamin laki-laki, sebagai penanggung jawab dari pasien selama dirawat di RSJ, pasien masuk pada tanggal 8 Desember 2008. B. Riwayat keperawatan 1. Alasan masuk Menurut keterangan keluarga pada tanggal 8 januari 2008, pasien dibawa ke RSJ karena dirumah, pasien mengamuk, memukul orang dan bicara kasar. Keluarga mengatakan pasien punya keinginan membuka usaha yang dulu bangkrut tapi tidak terlaksana. 2. Faktor predisposisi Dalam keluarga sebelumnya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Kurang lebih 2 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di RSJD Amino Gonda Hutomo Semarang, dengan gejala yang sama selama 3 minggu, kemudian sembuh. Pasien jarang control dan minum obat selama dua bulan terakhir karena pasien mengatakan malas dan jenuh dengan obat. Sebelum sakit pasien aktif mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

Transcript of BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas...

Page 1: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Identitas Pasien

Pengkajian dilakukan pada tanggal 9-01-2008 di ruang VII (Hudowo) RSJ

Amino Gondohutomo Semarang, dengan diagnosa medik : skizofrenia tak terinci.

Pasien bernama Tn. N, umur 23 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan pasien

SMP, pasien tinggal di mangunjiwan, demak, dan pasien dibawa ke RSJ oleh

ayahnya, Tn. M, jenis kelamin laki-laki, sebagai penanggung jawab dari pasien

selama dirawat di RSJ, pasien masuk pada tanggal 8 Desember 2008.

B. Riwayat keperawatan

1. Alasan masuk

Menurut keterangan keluarga pada tanggal 8 januari 2008, pasien dibawa ke

RSJ karena dirumah, pasien mengamuk, memukul orang dan bicara kasar.

Keluarga mengatakan pasien punya keinginan membuka usaha yang dulu

bangkrut tapi tidak terlaksana.

2. Faktor predisposisi

Dalam keluarga sebelumnya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

Kurang lebih 2 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di RSJD Amino Gonda

Hutomo Semarang, dengan gejala yang sama selama 3 minggu, kemudian

sembuh. Pasien jarang control dan minum obat selama dua bulan terakhir karena

pasien mengatakan malas dan jenuh dengan obat. Sebelum sakit pasien aktif

mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

Page 2: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

baik tetapi karena usaha dagangnya yang bangkrut kurnag lebih 1 tahun lau,

pasien jadi renggang hubunagn dengan masyarakat dan keluargapun juga

renggang. Pasien jadi mudah marah dan tersinggung. Pasien mengatakan kurang

lebih dua tahun lalu pernah mau menikam tapi gagal karena tidak direstui oleh

orang tua kekasihnya.

3. Faktor prespitasi

Kurang lebih satu bulan yang lalu pasien ditagih hutangnya oleh pihak grosir

tapi pasien belum bisa membayar. Pasien merasa bingung jadi mudah marah dan

tersinggung. Sehari yang lalu yang nagih datang lagi sama pasien, meminta untuk

pasien melunasi hutang-hutangnya. Pasien mengatakan sangat marah dan sempat

memukul karena jengkel yang nagih tidak mau disemayani padahal tahu pasien

tidak punya uang.

4. Riwayat penyakit sekarang (tanggal 9 desember 2008)

Pasien mengatakan bingung, pengen pulang karena takut biaya Rumah Sakit

mahal. Pasien mengatakan ingin marah, kenapa hanya bisa buat beban keluarga,

pasien juga mengatakan memukul teman seruangan karena jengkel.

1) Tanda vital : tekana darah : 110/70 mmHg, nadi : 80 kali/menit

2) Ukur : tinggi badan : 168 cm, berat badan : 50 kg.

Page 3: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

C. Psikososial

1. Genogram

Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, pasien mempunyai 4

adik, 2 sudah bekerja dan yang 2 lagi perempuan, yang satu SMA dan SD. Pasien

di rumah dididik secara baik oleh orang tuanya. Dalam pengambilan keputusan

pasien selalu dimintai pendapat, dirumah yang bertanggungjawab ekonomi adalah

ayahnya. Dalam keluarga pasien suka bertukar pendapat dengan orang tua dan

adiknya ke-2 dan ke-3 tentang masalah pribadi / usaha pasien.

2. Konsep Diri

a. Gambaran Diri

Pasien mengatakan dari semua anggota badannya disenangi, pasien

mengatakan bagaimana caranya supaya cewek tertarik dan mau menikah

dengan pasien.

b. Identitas Diri

Pasien mengatakan tahu bahwa dirinya laki-laki dan pasien adalah anak

pertama dari 5 bersaudara. Pasien mengatakan dulu punya usaha dagang,

Page 4: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

sukses dan akhirnya bangkrut, sekarang pasien tidak bisa kerja apa-apa, pasien

bingung karena hutangnya banyak dan tidak bisa membayar.

c. Peran Diri

Pasien sebelum gangguan jiwa punya usaha sembako sukses tapi setelah

bangkrut pasien tidak punya kerja lain. Di keluarga sebagai anak pertama tapi

tidak bisa Bantu orang tua. Pasien merasa tidak bisa jadi contoh adik-adiknya,

pasien merasa dirinya gagal. Dalam kegiatan masyarakat pasien mengatakan

jarang ijut karena malu dengan usahanya yang bangkrut.

Masalah Keperawatan: Gangguan Konsp Diri;Harga Diri Rendah

d. Ideal Diri

Pasien mengatakan ingin lagi bisa membangun usaha dagangnya, pasien

ingin sukses seperti dulu agar bisa membuat bangga orang tua.

e. Harga Diri Rendah

Pasien mengatakan dengan usahanya yang bangkrut dan tidak lagi bisa

membantu orang tua merasa tidak layak sebagai kakak dan sungkan untuk

berkumpul dengan masyarakat. Pasien mengatakan menyesal tidak bisa

membantu orang tua tapi malah menjadi beban mereka.

Masalah Keperawatan: Ketidak sesuaian peran

3. Hubungan Sosial

Pasien jika ada masalah sering cerita dengan ibu dan adik pertamanya. Di masyarakat

pasien jarang punya teman karena pasien jarang kumpul dengan warga. Di Rumah

Sakit lebih banyak memisahkan diri karena merasa tidak kenal dan malu

menceritakan tentang masalahnya usaha yang gagal

Page 5: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

4. Spiritual

Pasien selalu taat beribadah, di Rumah Sakit juga terlihat tekun ibadahnya.

D. Status Mental

1. Penampilan

Penampilan pasien tidak rapi, rambut gondrong dan kotor.

2. Pembicaraan

Saat menyinggung masalah pasien, pasien bicara tiba-tiba keras, tatapan mata

tajam, pasien mengatakan jengkel saat ditanya masalahnya, pasien agresif saat

menjawab pertanyaan. Pasien mengatakan “Saya orangnya memang suka

ngomong keras dan kasar, apalagi saat jengkel di rumah saya juga seperti ini.”

Masalah Keperawatan: ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif

3. Aktivitas Motorik

Kontak mata tajam, tangan mengepal, pembicaraan tidak focus / mudah beralih.

Sebelum dilakukan pengkajian pasien diruangan teriak-teriak dan sempat

memukul temannya. Pasien mengatakan jika jengkel suka marah-marah dan

berteriak kadang mukul dan ada disekitarnya.

Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan

4. Afek

Afek pasien sesaat stimulus yang diberikan, ekspresi wajah tegang saat ditanya

soal masalahnya.

4.Alam Perasaan

Pasien mengatakan bingung dan pusing bagaimana bisa membayar hutang-

hutangnya, sedangkan dirumah menganggur, apalagi sekarang saya sakit siapa

Page 6: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

yang menanggung biaya Rumah Sakit, saya tidak bekerja dan tidak punya uang.

Pasien khawatir.

5. Interaksi Selama Wawancara

Kontak mata ada, wajah tegang, pasien kooperatif menjawab pertanyaan namun

tiba-tiba bicara pasien kasar saat ditanya masalahnya.

6. Persepsi

Kurang lebih 2 tahun lalu saat pertama kali dirawat di RSJ pasien mengatakan

sering mendengar suara-suara orang menyuruh lari, suara anak yang tidak ada

wujudnya itu datang setiap pasien sedang melamun/menjelang tidur tapi sekarang

pasien sudah tidak mendengar suara-suara itu lagi.

7. Proses Fikir

Pembicaraan pasien bisa dimengerti, pasien sering mengulang pembicaraan

tentang masalah pasien yaitu tentang usahanya yang bangkrut.

8. Isi FikirPasien ada gangguan isi fikir yaitu obsesi, pasien mengatakan ingin sekali

membuka usaha dagang baru biyar dapat melunasi hutang dan tidak membebani

orang tua dan keluarganya lagi.

9. Tingkat Kesadaran

Pembicaraan pasien terkadang kacau

10. Memori

Pasien dapat mengingat kejadian jangka panjang, pasien mengatakan ± 2 tahun

pernah dirawat disini karena ditinggal pacar.

11. Tingkat konsentrasi berhitung

Page 7: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

Pasien dapat berkonsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan pasien mampu

berhitung “1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. pasien mengatakan umurnya 23 th.

E. Kebutuhan persiapan pulang

1. Makan

Dirumah pasien mau makan tanpa disuruh, di SRJ pasien makan teratur.

2. BAK / BAB

Dirumah pasien BAK/BAB pada tempatnya, di RSJ pasien juga selalu BAK/

BAB di tempatnya.

3. Mandi

Pasien mengatakan dirumah mandi 2x sehari, dirumah sakit mandi tanpa disuruh.

Page 8: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

4. Berpakaian

Selama dirumah tidak pernah memperdulikan cara berpakaian/ penampilan, cara

berpakaian tidak rapi, di RSJ pasien juga tidak perduli dengan penampilannya.

5. Kebersihan Diri

Pasien mandi rutin tapi Kalau tidak diingatkan gosok gigi pasien tidak mau gosok

gigi di Rumah Sakit juga.

6. Istirahat dan Tidur

Dirumah pasien jarang bisa tidur lebih suka melamun, dirumah sakit pasien bisa

tidur malam saja jam 22.00 s/d 05.30 WIB.

7. Penggunaan Obat

Setelah pasien pulang dari RSJ pasien suka kontrol, tapi pasien mengatakan jenuh

dan malas dengan obat. Pasien mengatakan ± 2 bulan tidak lagi mengkonsumsi

obat. Di RSJ harus dipaksa dulu minum obat.

F. Mekanisme Koping

Pasien mengatakan ingin bisa usaha dagang lagi agar bisa melunasi utang dan

membantu orang tua, pasien mengatakan saat di rumah karena tidak ada kesibukan

kerja, pasien bingung dan marah-marah, pikiran panas dan akhirnya pasien

melampiaskan dengan teriak / memukul apa yang ada disekitar.

Page 9: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

G. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Pasien mengatakan setiap ada masalah tidak pernah bercerita dengan orang lain

kecuali ibu dan adiknya / ayah pasien.

Page 10: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

H. Penatalaksanaan

1. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

Glukosa 5 waktu

Ureum

Creatinin

Cholesterol total

Trigliserid

Protein total

Albumin

SGOT

SPGT

Uric acid

120

49.9

0.9

146

42

73

4.4

76

38

8.2

Mg / 100 ml

Mg / 100 ml

Mg / 100 ml

Mg / 100 ml

Mg / 100 ml

Mg / 100 ml

Mg / 100 ml

Unit / l

Unit / l

Mg / 100 ml

7-115

10-50

LK 0.6-1.1

150-220

SD / 150

6.3-8.0

3.8-5.1

LK s/d 37

KK : s/d 42

L. 3.5-7.0

P. 2.5-5.7

2. Diagnosa : skizofrenia tak terinci

3. Therapy Medik : - Holoperidol 2x5 mg

- Thrihexypenidyl 2x2 mg

Page 11: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

I. Analisa Data

No. Tgl/jam Data Problem

1 9 Januari 08

13.30 WIB

Ds : Pasien mengatakan jika kesal pengen

marah dan berteriak

- pasien mengatakan dirumah sempat

memukul karena yang nagih hutang

tidak mau disemayani.

- Pasien mengatakan sejak usaha

bangkrut jadi mudah marah dan

tersinggung.

- Pasien mengatakan diruangan

memukul teman karena jengkel.

Do : pasien saat berbicara wajah tegang,

tatapan mata tajam, menjawab dengan

agresif, pembicaraan tidak fokus,

pasien diruangan berteriak-teriak, dan

sempat memukul teman.

Perilaku

kekerasan

2 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan kalau marah

bicara saya kasar, kadang sampai

memukul yang ada disekitar saya.

- pasien mengatakan : saya orangnya

memang suka bicara keras dan kasar

dirumah saya juga seperti ini

apalagi saat jengkel.

Do : Pasien waktu bercerita wajah tegang,

diruang berteriak-teriak menjawab

pertanyaan agresif.

Ketidakmampuan

mengungkapkan

marah secara

asertif.

3 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan sejak usaha

bangkrut tidak bisa membantu

keluarga malah membebani.

Do : Pasien menganggur dan tidak punya

Gangguan

konsep diri,

harga diri rendah

Page 12: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

kerja apa-apa.

4 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan merasa gagal

sebagai anak pertama, tidak bisa jadi

contoh adik-adiknya.

Do : Pasien tidak bisa kerja dan memebntu

keluarga dengan kondisinya yang

sakit.

Ketidaksesuaian

peran

Page 13: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

J. Pohon Masalah

Core problem

Ketidakmampuan mengungkapkan

marah secara asertif

Gangguan konsep diri :

Harga diri rendah

Perilaku kekerasan

Ketidak sesuaian

peran

K. Diagnosa

1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan marah

secara asertif

2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah, berhubungan dengan ketidaksesuaian

peran

Page 14: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

Tindakan Keperawatan

Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

09-01-08

jam:09.30

. wib

Perilaku

kekerasan b/d

ketidakmampuan

mengungkapkan

marah secara

asertif

TUK : 1.2.3

- mengucap salam

- memperkenalkan diri

- menanyakan nama

dan panggilan yang

disukai

- menjelaskan tujuan

- memberi kesempatan

pasien bicara

- menanyakan

penyebab

jengkel/marah pasien.

- Menanyakan perasaan

yang dialami pasien

saat jengkel.marah

S: pasien menjawab : nama

saya N, mbak mau kita

ngomong soal apa?

- Pasien mengatakan :

saya marah karena

kepikiran dagangan

yang bangkrut, utang

yang menumpuk dan

ditambah biaya Rumah

Sakit ini.

- Pasien mengatakan

saat marah pikiran saya

panas, bingung,

jengkel, saya ingin

berteriak/memukul

yang ada disekitar

saya, dengan begitu

saya lega.

O: wajah pasien memerah,

pandangan mata tajam,

nada suara tinggi.

- pasien kooperatif

menjawab pertanyaan.

A: TUK 1,2,3 tercapai

- pasien mau

menyebutkan nama

- pasien mau diajak

berinteraksi/bertukar

Page 15: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

pikiran.

- Pasien menyebutkan

penyebab marahnya

karena dagangan

bangkrut, utang

menumpuk dan biaya

Rumah Sakit

- Pasien menyebutkan

tanda-tanda marahnya.

P: - lanjut ke TUK 4,5,6

- pasien dapat

mengidentifikasi

marah yang sering

dilakukan.

- Pasien dapat

mengidentifikasi akibat

marah.

- Pasien dapat

mengidentifikasi cara

konstruksi terhadap

marah

10-01-08

jam:09.30

Dx. 1 TUK : 4,5,6

- Menanyakan pasien

cara marah yang biasa

dilakukan.

- Menanyakan pasien

apa dengan marah

yagn dilakukan dapat

menyelesaiakan

masalah.

- Menanyakan apa

S: Pasien mengatakan

Kalau saya marah,

pengennya berteriak dan

memukul apa yang ada

disekitar saya.

- pasien mengatakan

dengan marah yang

saya lakukan saya

hanya merasa puas tapi

tidak menyelesaikan

Page 16: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

akibat dari

kemarahannya.

- Menanyakan pasien

apakah mau cara yang

sehat untuk mengatasi

marah.

- Mengajarkan pasien

cara sehat mengontrol

marah :

1. saat ingin marah /

ingin mukul pasien

bisa memukul

bantal.

2. dengan melakukan

kegiatan atau

mengutarakan

marahnya dengan

teman/orang sekitar

tanpa harus berteriak

atau memukul.

3. berdoa atau tarik

nafas dalam sambil

mengucapkan

astaghfirullah.

masalah

- pasien mengatakan

“kalau saya habis

marah

(berteriak/mukul),

tenggorokan saya sakit,

tangan saya sakit,

orang yang saya pukl

juga marah.

- Pasien mengatakan

ingin tahu cara marah

sehat seperti apa.

- Pasien mengatakan jadi

saya harus belajar cara

marah yang seperti

mbak yanti ajarkan.

A: TUK 4,5,6 tercapai

- pasien mau

mengutarakan marah

yang biasa dilakukan

- pasien mengatakan

akibat dari marahnya.

- Pasien mengerti dan

mau belajar cara marah

yang sehat.

- TUK 4,5,6 tercapai.

O: tidak ada gerakan

motorik dari wajah,

kaki/ tangan pasien.

- pasien kooperatif

menjawab pertanyaan.

Page 17: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

P: - Lanjut ke TUK 7-9

- Pasien dapat

mendemonstrasikan

cara mengontrol

marah.

- Pasien dapat

menggunakan obat

dengan benar.

11-01-08

Jam:10.30

wib

Dx. 1 TUK 7-9

- Menyuruh pasien

memilih cara yang

sehat yang diajarkan

untuk mengontrol

marah.

- Menyuruh pasien

mendemonstrasikan

cara yang dipilih

untuk mengontrol

marah.

- Menjelaskan manfaat

minum obat

- Menjelaskan kapan

waktu minum obat.

- Menjelaskan dosis

jenis obat yang harus

pasien minum sesuai

kebutuhan.

S: pasien mengatakan saya

akan memilih cara

marah yang sehat

dengan memukul bantal.

- pasien mengatakan jadi

obat yang harus saya

minum jambon dan

putih,saya akan minum

obat rutin dan tepat

waktu pagi, sore,

malam, saya ingin

cepat sembuh dan tidak

marah-marah lagi.

O: pasien

mendemonstrasikan cara

marah dengan memukul

bantal.

A: TUK 7-9 tercapai

- Pasien mau

mendemonstrasikan

salah satu marah yang

sehat yang telah

diajarkan

Page 18: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

- Pasien mengerti

manfaat , jenis dan

waktu kapan pasien

harus minum obat.

P: - Lanjut ke TUK 8

- Pasien dapat dukungan

keluarga untuk

mengontrol marah.

12-01-08

jam:08.30

Gangguan konsep

diri harga diri

rendah

TUK 1,2,3

- membina hubungan

saling percaya

- menanyakan

kemampuan positif

yang dimiliki di

rumah

- menanyakan

kemampuan dan

mendiskusikan

kemampuan positif

yang dapat digunakan

di Rumah Sakit.

S: pasien mengatakan

dirumah suka bersih-

bersih, nyapu, nyuci

baju, kadang saya suka

adzan di masjid.

- pasien mengatakan

dirumah sakit kadang

saya nyapu, Bantu

mbak perawat nyapu

dan merapikan tempat

tidur.

O: pasien pagi-pagi

membantu perawat

merapikan tempat tidur.

- pasien mencatat

kegiatan yang

dilakukan di rumah

A: TUK 1,2,3 tercapai

- pasien mau

mengungkapkan

kemampuan yang

dapat digunakan

dirumah dan di Rumah

Page 19: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

Sakit.

P: - lanjut TUK 4, 5, 6

- pasien dapat

menetapkan dan

merencanakan kegiatan

sesuai jadwal.

- Pasien dapat

melakukan kegiatan

sesuai kondisi sakit.

- Pasien dapat dukungan

dari keluarga

- Mendelegasikan TUK

4,5,6 pada poerawat

jaga

13-01-08

jam:10.30

Dx. 1 TUK 8

- menanyakan keluarga

bagaimana

kemampuan keluarga

dari sikap yang telah

dilakukan dirumah

Menjelaskan tanda

pasien marah :

1. mata melotot

2. muka merah

3. tangan mengepal/

ada gerakan pad

muka yang

menunjukkan

permusuhan.

4. nada suara tinggi

S: keluarga mengatakan

saat pasien marah sikap

keluarga hanya

mendiamkan, kadang

ikut memarahi pasien.

- keluarga mengatakan

“tanda marah yang

mbak jelaskan tadi

persis dengan tanda

saat anak saya mau

marah, muka merah,

mata melotot, suara

kasar, kadang sampai

memukul”.

- Keluarga mengatakan

“jadi mbak, kalo nanti

anak saya marah, saya

Page 20: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

- melatih keluarga cara

mengajari pasien

marah yang sehat

dengan :

1. memberikan

kegiatan

2. latih untuk ambil

nafas dalam

3. menyuruh pasien

mengutarakan marah

dan apa

penyebabnya.

4. menyuruh pasien

berdoa dengan

membaca istighfar

5. menyuruh

melampiaskan marah

dengan memukul

bantal.

- Menganjurkan pada

keluarga memilih cara

melatih anak marah

dan membantu

keluarga

mendemonstrasikan.

- Mengajurkan pada

keluarga untuk

mengawasi pasien

rutin minum obat.

tidak boleh

mendiamkan / marah,

tapi harus mengajari

anak saya marah yang

sehat seperti yang

mbak ajarkan.

- Keluarga mengatakan

“saya ingin mencoba

bagaimana cara

menanyakan sebab

anak marah.

- Keluarga mengatakan

“anak saya disini

marah karena ingin

pulang dan takut biaya

Rumah Sakit mahal.

- Keluarga mengatakan

“saya akan selalu

mengawasi anak saya

rutin minum obat.

O: keluarga kooperatif

- keluarga

mendemonstrasikan

cara menanyakan

penyebab anak marah.

A: TUK 8 tercapai

- keluarga

mengungkapkan sikap

yang dilakukan saat

anak marah.

- Keluarga memilih dan

Page 21: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

mendemonstrasikan

cara marah yang sehat

kepada anaknya.

P: - keluarga dapat

mendemonstrasikancara

lain yang diajarkan

untuk melatih anak cara

marah yang sehat.

- lanjut ke-TUK 10

pasien dapat dukungan

dari lingkungan untuk

mengontrol marah

- mendelegasikan TUK

10 ke perawat jaga.

Page 22: BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasiendigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriyantigo... · mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga

EVALUASI

.Pada diagnosa pertama yaitu prilaku kekerasan dilakukan evaluasi pada tanggal

13- 01- 2008dengan melakukan TUK 8 klien dapat dukungan dari keluarga.. Data

subyektif yang di dapat keluarga mau mengajarkan pasien bagaimana cara marah yang

sehat dengan menanyakan apa yang mengakibatkan marahnya, dan keluarga juga

mengatakan saat pasien marah tidak akan mendiamkan dan memarahi tetapi akan

mengajarkan bagaimana marh yang sehat . keluarga mengatakan senang bisa bertemu

dengan pasien dan lega sudah mengerti masalah yang dihadapi pasien Data obyektif yang

di dapat keluarga kooperatif dan tersenyum, keluarga mau mengerti kondisi pasien.

Sedangkan evaluasi yang di dapat pada pasien yaitu pasien tenang, bicara dengan nada

rendah tidak agresif, kontak mata ada. pasien mengungkapkan masalah yang

membuatnya marah.

Pada TUK 9 yaitu klien dapat minum obat dengan benar sudah dilakukan rada tanggal

11- 01- 2008, sedangkan padaTUK 10 perawat tidak melaksanakan sesuai intervensi

kemudian mendekegasikan keperawat jaga.

Pada diagnosa kedua yaitu gangguan konsep dari harga diri raendah dilakukan

evaluasi pada tanggal 12- 01- 2008 dengan melakukan TUK 1,2,3 yaitu Pasien

mengungkapkan kemampuan yang positif yang dimiliki di rumah dan kemampuan yang

dapat di lakukan di rumah sakit dengan data subyektif pasien mengatakan di rumah saya

suka bersih-bersih, nyuci baju kadang adzan di masjid,sedangkan di rumah sakit pasien

kadang menyapu dan membantu perawat merapikan tempat tidur. Data obyektif yang di

dapat pagi- pagi rasien memabantu perawat merapikan tempat tidur, pasien mencatat

kegiatan yang dapat dilakukan druamah dan di rumah salit. Pada TUK 4, 5, 6 perawat

tidak menyelesaikan sesuai intervensi kemudian mendelegasikan ke perawat jaga