Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

download Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

of 20

Transcript of Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    1/20

    BAB III

    TATALAKSANA PENCEGAHAN & PENGENDALIAN

    INFEKSI RS (IRS)/INFEKSI NOSOKOMIAL

    Prinsip tatalaksana pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial (IRS) adalah kewaspadaan

    dan manajemen secara maksimal setiap risiko potensial di setiap tahap aktivitas pelayanan

    terkait, untuk meminimalkan manifestasi aktualnya secara optimal sehingga tercapai

    perlindungan pasien, petugas, pengunjung dan lingkungan.

    A. Tatalaksana Pene!a"an #an Pen!en#al$an In%eks$ Sal'an Ke$"

    Pencegahan infeksi saluran kemih nosokomial terkait kateterisasi uretra perlu memperhatikan

    halhal yang !erkaitan dengan pemasangan kateter urin.

    . Tena!a Pelaksana*

    a) Pemasangan kateter hanya dikerjakan oleh tenaga yang !erkompeten dan terampil

    dalam teknik pemasangan kateter secara aseptik dan perawatannya ("ategori I)

    !) Personil yang mem!erikan asuhan pada pasien dengan kateter harus mendapat

    pelatihan secara !erkala khusus dalam teknik yang !enar tentang prosedur

    pemasangan kateter kandung kemih dan pengetahuan tentang potensi komplikasi

    yang tim!ul (kategori II)

    +. Tekn$k Peasan!an Katete'*

    a) Pemasangan kateter dilakukan hanya !ila perlu saja dan segera dilepas !ila tidak

    diperlukan lagi. #lasan pemasangan kateter tidak !oleh hanya untuk kemudahan

    personil dalam mem!eri asuhan pada pasien ("ategori II)

    !) $unakan kateter dengan ukuran yang paling sesuai sehingga aliran urin lancar dan

    tidak menim!ulkan ke!ocoran dari samping kateter ("ategori II)

    c) %ara drainase urin yang lain seperti & kateter kondom, kateter suprapu!ik, kateterisasi

    selangseling (intermitten)dapat digunakan se!agai ganti kateterisasi menetap !ila

    memungkinkan ("ategori III).

    d) %uci tangan sesuai prosedur se!elum dan sesudah manipulasi kateter ("ategori I)

    e) Pemasangan secara aseptik dengan menggunakan peralatan steril ("ategori II)

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    2/20

    ,. Pe'a-atan S$ste Al$'an Te'tt*

    a) Irigasi hanya dikerjakan apa!ila diperkirakan ada sum!atan aliran misalnya karena

    !ekuan darah pada operasi prostat atau kandung kemih. 'ntuk mencegah hal ini

    digunakan irigasi kontinu secara tertutup. 'ntuk menghilangkan sum!atan aki!at

    !ekuan darah dan se!a! lain dapat digunakan irigasi selang seling. Irigasi dengan

    anti!iotik se!agai tindakan rutin pencegahan infeksi tidak direkomendasikan

    (kategori II)

    !) $unakan semprit !esar steril untuk irigasi dan setelah irigasi selesai semprit di!uang

    secara aseptik (kategori I)

    c) Sam!ungan kateter harus didisinfeksi se!elum dilepas (kategori II)

    d) ika kateter sering tersum!at dan harus sering diirigasi (jika kateter itu sendiri

    menim!ulkan sum!atan), maka kateter harus diganti (kategori II)

    . Pen!a0$lan Ba"an 1'$n*

    a) ahan pemeriksaan urin segar dalam jumlah kecil dapat diam!il dari !agian distal

    kateter, atau le!ih !aik dari tempat pengam!ilan !ahan yang tersedia dan se!elum

    urin diaspirasi dengan jarum dan semprit yang steril tempat pengam!ilan !ahan harus

    didisinfeksi (kategori I)

    !) ila diperlukan !ahan dalam jumlah !esar maka urin harus diam!il dari kantong

    penampung secara aseptik (kategori I)

    c) ahan pemeriksaan urin kultur ditampung dalam spuit steril atau tempat menampung

    urin (pot) steril untuk segera di!awa ke la!oratorium

    2. Kelana'an Al$'an 1'$n*

    a) #liran urin harus lancar sampai ke kantong penampung. Penghentian aliran secara

    sementara hanya dengan maksud mengumpulkan !ahan pemeriksaan untuk

    pemeriksaan yang direncanakan (kategori II)

    !) 'ntuk menjaga kelancaran aliran perhatikan&

    Pipa jangan tertekuk (kinking).

    "antong penampung harus dikosongkan secara teratur ke wadah penampung urin

    yang terpisah !agi tiaptiap pasien. Saluran urin dari kantong penampung tidak

    !oleh menyentuh wadah penampung.

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    3/20

    "ateter yang kurang lancar*tersum!at harus diirigasi sesuai standar prosedur

    operasional, !ila perlu diganti dengan yang !aru.

    "antong penampung harus selalu terletak le!ih rendah dari kandung kemih, tidak

    !oleh tergeletak*menyentuh lantai (kategori I).

    3. Pe'a-atan Meats

    +irekomendasikan mem!ersihkan dan perawatan meatus (selama kateter dipasang)

    dengan larutan povidone iodine, walaupun tidak mencegah kejadian infeksi saluran

    kemih (kategori II).

    4. Pen!!ant$an Katete'

    "ateter urin menetap harus dipertim!angkan segera dilepas !ila sudah tidak ada indikasi

    mutlak tidak ada rekomendasi harus menggantinya menurut waktu tertentu*secara rutin

    (kategori II)

    5. Ran! Pe'a-atan

    'ntuk mencegah terjadinya infeksi silang antara pasien yang memakai kateter menetap

    maka pasien yang terinfeksi harus dipisahkan dari pasien tidak terinfeksi (kategori III)

    6. Peantaan Bakte'$7l7!$k

    Pemantauan !akteriologik secara rutin pada pasien yang memakai kateter tidak

    direkomendasikan (kategori III)

    BUNDLE PENCEGAHAN CAUTI:

    -. iksasi kateter urin ke samping (paha) & untuk mengurangi gerakan selang kateter, mencegah

    iritasi.

    /. 'rine !ag selalu digantung di tempat tidur apa!ila pasien ditempat tidur (posisi urine !ag

    harus selalu di!awah !lader) untuk mencegah refluks.

    0. 1emastikan urine selalu mengalir ke urine !ag

    2. 3!servasi tandatanda infeksi

    4. Strick 5and hygiene.

    6. Perawatan meatus setiap hari & lakukan hygiene vulva * penis minimal 0 kali sehari.

    B. Tatalaksana Pene!a"an #an Pen!en#al$an In%eks$ Lka Oe'as$

    7indakan pencegahan dikelompokkan dalam&

    . Kala se0el ask 'a" sak$t*

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    4/20

    a) Semua pemeriksaan dan pengo!atan untuk persiapan operasi hendaknya dilakukan

    se!elum rawat inap agar waktu pra!edah menjadi pendek (8 - hari) (kategori II)

    !) Per!aikan keadaan yang meningkatkan kemungkinan terjadinya I93 antara lain&

    +ia!etes melitus

    1alnutrisi

    3!esitas

    Infeksi

    Pemakaian kortikosteroid (kategori II)

    +. Kala P'a Oe'as$

    a) Perawatan pra operasi satu hari untuk operasi elektif. #pa!ila per!aikan keadaan yang

    memper!esar terjadinya I93 tidak dapat dilakukan di luar rumah sakit (misal&

    malnutrisi !erat yang memerlukan oral atau parenteral hiperalinientasi) maka pasien

    dapat dirawat le!ih awal (kategori II).

    !) 1andi dengan antiseptik dilakukan malam se!elum operasi (kategori III)

    c) Pencukuran ram!ut daerah operasi dilakukan hanya !ilamana perlu, misalnya daerah

    operasi dengan ram!ut yang le!at.

    %ara pencukuran adalah se!agai !erikut&

    ila menggunakan pisau !iasa maksimal dilakukan enam jam se!elum operasi

    ila menggunakan pisau cukur listrik dapat dilakukan le!ih lama se!elum operasi

    dari pada pisau cukur !iasa.

    Setelah dicukur diolesi antiseptik (kategori III)

    d) +aerah operasi harus dicuci dengan pemakaian antiseptik kulit dengan teknik dari

    sentral ke arah luar. #ntiseptik kulit yang dipakai direkomendasikan klorheksidin,

    larutan yodium atau iodofor (kategori I)

    e) +i kamar operasi pasien ditutup dengan duk steril sehingga hanya daerah operasi

    yang ter!uka (kategori I)

    f) #nti!iotik profilaksis di!erikan secara &

    Sistemik harus memenuhi syarat &

    7epat dosis

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    5/20

    7epat indikasi (hanya untuk operasi !ersih terkontaminasi, pemakaian implant dan

    protesis, atau operasi dengan risiko tinggi seperti !edah vaskuler, atau !edah

    jantung).

    7epat cara pem!erian (harus di!erikan secara I: maksimal dua jam se!elum

    operasi dilakukan, dan rekomendasi durasi pem!erian tidak le!ih dari 2; jam)

    7epat jenis (sesuai dengan mikroorganisme yang sering menjadi penye!a! I93

    data pola kuman empirik)(kategori I)

    3ral & hanya digunakan untuk operasi kolorektal, dan durasi pem!erian tidak le!ih

    dari /2 jam (kategori I)

    %atatan &

    #ntimikro!a yang di!erikan pada luka operasi kotor dimasukkan dalam kelompok

    terapeutik

    ,. Kala Int'a Oe'as$

    -) Persiapan 7im Pem!edahan

    a) Setiap orang yang masuk kamar operasi harus &

    1emakai masker yang efisien, menutupi hidung dan mulut.

    1emakai tutup kepala yang menutupi semua ram!ut

    1emakai sandal khusus kamar operasi atau memakai pem!ungkus (kategori I)

    !) #nggota tim !edah se!elum setiap operasi harus mencuci tangan dengan

    antiseptik selama 4 menit atau le!ih, dengan posisi jarijari le!ih tingi dari siku

    (kategori I)

    c) #ntiseptik yang direkomendasikan untuk cuci tangan khlorheksidin, Iodofor atau

    5eksaklorofen (kategori II)

    d) Setelah cuci tangan, keringkan dengan handuk steril (kategori I)

    e) Setiap anggota tim harus memakai ju!ah steril (kategori I)

    f) Setiap anggota tim harus memakai sarung tangan steril, apa!ila sarung tangan

    terse!ut kotor, harus diganti yang !aru.

    g) Pemakaian sarung tangan memakai metode tertutup (kategori I)

    h) 'ntuk operasi tulang atau pemasangan implant direkomendasikan memakai dua

    lapis sarung tangan steril (kategori II)

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    6/20

    /) 7eknik 3perasi

    5arus dilakukan dengan sempurna untuk menghindari kerusakan jaringan lunak yang

    !erle!ihan, menghilangkan rongga, mengurangi perdarahan dan menghindanj

    tertinggalnya !enda asing yang tidak diperlukan (kategori I)

    0) 9ama 3perasi

    3perasi dilakukan secepatcepatnya dalam !atas yang aman (kategori II)

    a) $unakan peralatan seperti sarung tangan, kain penutup duk, kain kasa dan

    antiseptik untuk disinfeksi hanya satu kali pemasangan (kategon II)

    !) "ateter yang sudah terpasang harus difiksasi secara !aik untuk mencegah aliran

    !alik maupun tarikan pada uretra (kategori I)

    2) Pemakaian drain

    Pemakaian drain harus dengan sistem tertutup, !aik dengan cara penghisapan atau

    dengan cara memakai gaya tarik !umi (gravitasi) dan drain harus melalui luka

    tusukan di luar luka operasi ("ategori I)

    4) Pengendalian 9ingkungan kamar operasi

    a) Semua pintu kamar operasi tertutup dan jumlah personil yang keluar masuk

    kamar operasi di!atasi ("ategori I)

    !) :entilasi kamar operasi harus diperhatikan dalam hal &

    'dara yang sudah disaring masuk ke kamar operasi dari !agian atas

    dikeluarkan ke !agian !awah

    rekuensi pergantian udara /4% /2>%

    Standar kelem!a!an 24 6?@

    7ekanan & positif

    c) #latalat operasi setelah di!ersihkan dari jaringan, darah, atau sekeresi, harus

    disterilkan (di sentral sterilisasi atau menggunakan metode flash sterilization).

    1utu sterilisasi harus dipantau kontinu ("ategori I), di !awah tanggung jawa!

    IP/S

    d) "amar operasi harus di!ersihkan

    #ntara / operasi

    7iap hari walaupun kamar operasi tidak dipakai

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    7/20

    Pem!ersihan terminal setiap hari harus mencakup seluruh peralatan yang

    terdapat di kamar operasi, seperti lampu operasi, furniture, telpon, handle pintu,

    dll.

    e) Pemakaian keset dengan antiseptik pada pintu masuk kamar operasi secara rutin,

    tidak diperlukan ("ategori I)

    f) iakan udara dan !iakan yang diam!il dari personil kamar operasi secara rutin,

    tidak diperlukan ("ategori I)

    . Kala Pe'a-atan Pasa Oe'as$

    a) 'ntuk luka kotor atau infeksi, kulit tidak ditutup primer (kategori I)

    !) Petugas harus mencuci tangan dengan standar cuci tangan yang !aku se!elum dan

    sesudah merawat luka. Petugas tidak !oleh menyentuh luka secara langsung dengan

    tangan, kecuali setelah memakai sarung tangan steril (kategori I)

    c) "asa luka diganti apa!ila&

    asah

    1enunjukkan tandatanda infeksi (kategori I)

    ika cairan keluar dari luka, lakukan pewarnaan gram dan !iakan (kategori I)

    BUNDLE PENCEGAHAN ILO:

    -. Pem!erian #nti!iotik profilaksis, dipastikan pem!erian dalam 6? menit se!elum insisi

    pertama

    /. Pencukuran ram!ut hanya !ila perlu.

    0. $ula darah terkontrol selama di kamar !edah.

    2. Suhu tu!uh pasien se!elum anestesi normal

    C. Tatalaksana Pene!a"an #an Pen!en#al$an In%eks$ Al$'an Da'a" P'$e' (IADP) #an

    Ple0$t$s

    Pencegahan I#+P dan ple!itis ditujukan pada pemasangan dan perawatan kateter

    vena sentral dan kateter vena perifer.

    -. Pemasangan dan perawatan kateter intravaskular serta pem!erian o!at I: harus dilakukan

    staf yang terlatih. Pendidikan dan pelatihan staf perlu dilakukan secara periodik,

    menggunakan metode simulasi dan audiovisual yang efektif.

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    8/20

    /. Indikasi pemasangan I: line hanya dilaksanakan untuk tindakan pengo!atan dan atau

    untuk kepentingan diagnostik. Segera lepaskan kateter I: jika sudah tidak ada indikasi

    (kategori I).

    0. Pemilihan kanula untuk infus primer&

    $unakan jenis dan ukuran alat intravaskuler yang !erisiko rendah terjadinya infeksi.

    "anula plastik !oleh digunakan untuk I: line, pemasangan tidak !oleh le!ih dan A/

    jam (kategori II).

    Penggantian alat sesuai jadwal yang direkomendasikan untuk mengurangi komplikasi

    mekanis dan keter!atasan alternatif lokasi pemasangan.

    2. "e!ersihan tangan

    a) "e!ersihan tangan harus dIakukan se!elum dan sesudah palpasi, insersi, melepaskan

    atau dressingIV device(kategori I).

    !) Pada umumnya cuci tangan cukup menggunakan sa!un dan air mengalir untuk

    pemasangan melalui insisi, cuci tangan harus menggunakan sa!un antiseptik (kategori

    I).

    4. Persiapan Pemasangan kateter I:

    a. Protektif barrier precautionselama inisersi dan perawatan kateter I:&

    +igunakan sarung tangan !ersih jika melakukan insersi untuk pencegahan

    kontaminasi blood pathogen.

    +igunakan sarung tangan !ersih pada tindakan dressing.

    !. angan menyingkat prosedur pemasangan kateter yang sudah ditentukan (lihat SP3

    pemasangan kateter I:).

    c. 7empat insersi harus terle!ih dahulu didisinfeksi dengan antiseptik secara adekuat

    untuk menghilangkan*meminimalkan kolonisasi kulit di sekitar tempat insersi.

    $unakan antiseptik povidone-iod -?@, yodium tincture /@ atau alkohol A?@.

    (kategori I)

    d. #ntiseptik harus adekuat, !ila menggunakan iodinepada kulit se!elum insersi maka

    disinfeksi kem!ali dengan alkohol A?@ dan ditunggu sampai kering minimal 0? detik

    se!elum dilakukan pemasangan kanula (kategori I).

    e. angan lakukan palpasi kem!ali pada daerah insersi setelah dilakukan tindakan

    aseptik.

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    9/20

    6. Prosedur setelah pemasangan kateter I:

    a) "anula difiksasi se!aik!aiknya (kategori I)

    !) 7utup daerah insersi dengan transparant dressing (kategori I)

    c) %antumkan tanggat, jam pemasangan kateter di dekat lokasi insersi pada I: perifer

    atau di tempat yang mudah di!aca (dalam rekam medik dicatat tanggal, lokasi dan

    jam pemasangan) (kategori I)

    A. Perawatan tempat pemasangan kateter I:

    a) 7empat tusukan diperiksa setiap hari untuk melihat kemungkinan tim!ulnya tanda

    tanda infeksi (inspeksi dan palpasi daerah vena terse!ut). ila ada demam yang tidak

    !isa dijelaskan dan ada nyeri tekan pada tempat tusukan, kasa penutup *tronsparant

    dressing di!uka untuk melihat kemungkinan komplikasi (kategori I).

    !) ila kanula harus dipertahankan untuk waktu lama, maka setiap A/ jam kasa

    *transparant dressing penutup harus diganti dengan yang !aru dan steril (kategori II)

    c) 9akukan teknik aseptik pada lokasiportdengan alkohol A?@.

    ;. Penggantian Set Infus

    a) ika pengo!atan I: melalui infus perifer (!aik menggunakan heparin atau yang

    dipasang melalui insisi), !ila tidak ada komplikasi yang mengharuskan menca!ut

    kanula maka kanula harus diganti setiap A/ jam secara asepsis (dewasa) (kategori

    I).7idak ada rekomendasi pada anak tentang hal ini.

    !) Selang I: termasuk kanula piggy-back dan stopcock harus diganti setiap A/ jam,

    kecuali !ila ada indikasi klinis (kategori I).

    c) Set infus harus diganti sesudah digunakan untuk pem!erian darah, produk darah, atau

    emulsi lemak (kategori III).

    d) %airan parenteral

    %airan infus*parenteral nutrisi di!erikan dalam waktu /2 jam

    Pem!erian lipid emulsion, secara tersendiri, hanya digunakan selama -/ jam

    =. "anula Sentral

    a). Pemilihan 9okasi Pemasangan kateter sentral

    Pada orang dewasa pemasangan kanula le!ih !aik pada tungkai atas dan pada tungkai

    !awah, !ila perlu pemasangan dilakukan di daerah su!klavia atau jugular (kategori I).

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    10/20

    !) "anula sentral harus dipasang dengan teknik aspetik (kategori I). $unakan

    kewaspadaan standar yang tepat saat insersi (terdiri atas gaun khusus, tutup kepala,

    masker, sarung tangan steril, kain !esar*drape steril). Insersi direkomendasikan

    dilakukan di ruang tindakan.

    c) $unakan teknik aseptik se!elum mengakses sistem kateter.

    d) "anula sentral harus segera dilepas !ila indikasi tidak diperlukan lagi atau diduga

    menye!a!kan sepsis atau menunjukkan tandatanda infeksi. ila masih diperlukan,

    direkomendasikan insersi di tempat yang !aru (kategori I).

    e) "anula sentral dipasang melalui vena jugular dan su!klavia kecuali digunakan untuk

    pemantauan tekanan vena sentral, tidak harus diganti secara rutin (kategori I).

    f) 7idak direkomendasikan melakukan insersi*memasang !erulang kateter pada daerah

    insersi yang sama

    g) 7idak direkomendasikan pem!atasan waktu penggantian kateter vena sentral kecuali

    rusak atau terlihat tanda infeksi. ila kanula sentral diindikasikan dipertahankan le!ih

    ama, kasa penutup*dressing harus diperiksa dan diganti setiap A hari (kategori II).

    -?. Panduan "husus

    a) angan gunakan single lumen pada pem!erian nutrisi parenteral, transfusi darah,

    cairan hiperalimentasi secara !ersamaan.

    !) Pada setiap penggantian komponen I:, harus dipertahankan sistem tertutup untuk

    mencegah kontaminasi. Setiap kali hendak memasukkan o!at melalui slang, harus

    dilakukan disinfeksi sesaat se!elum memasukkan o!at terse!ut (kategori II).

    c) Dressing coredilakukan !ila kotor, rusak ter!uka atau terlihat tandatanda infeksi.

    d) 1inimalkan jumlahstopcocksyang disam!ung ke kateter.

    e) Pengam!ilan !ahan pemeriksaan darah melalui slang I: tidak direkomendasikan.

    (kategori II)

    --. Penggantian komponen sistem intravena dalam keadaan infeksi atau ple!itis &

    ika dari tempat insersi keluar pus atau terjadi selulitis atau ple!itis atau diduga

    !akteremia yang !erasal dari kanula I:, maka semua sistem harus dica!ut (kategori I).

    -/. Pemeriksaan untuk infeksi yang dicurigai karena pemasangan peralatan intravena seperti

    trom!ople!itis purulen, !akteriemi, maka dapat dilakukan pemeriksaan !iakan*kultur

    ujung kanula. %ara pengam!ilan !ahan se!agai !erikut&

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    11/20

    a) "ulit tempat insersi di!ersihkan dan didisinfeksi alkohol A?@, !iarkan sampai kering

    !) "anula dilepas, ujung kanula yang masuk I: dipotong B - cm secara aseptik untuk

    di!iakkkan dengan teknik semi kuantitatif (kategori II)

    c) ika sistem I: dihentikan oleh karena kecurigaan kontaminasi cairan parenteral, maka

    cairan terse!ut harus di!iakkan dan sisa cairan dalam !otol diamankan (kategori I)

    d) ika sistem I: dihentikan oleh karena kecurigaan !akteriemi aki!at cairan I:, cairan

    harus di!iakkan (kategori II)

    e) ika ter!ukti !ahwa cairan terkontaminasi maka sisa !otol dan isinya dengan nomor

    lot yang sama dicatat dan tidak !oleh dipakai

    f) ika kontaminasi dicurigai !erasal dari pa!rik (intrinsic contamination), maka

    secepatnya harus dilaporkan kepada +inas "esehatan.

    Ken#al$ Mt Selaa #an Ses#a" Pena'an Ca$'an Pa'ente'al

    %airan parenteral dan hiperalimentasi harus dicampur di !agian armasi kecuali karena

    kepentingan klinis, pencampuran dilakukan di ruangan pasien (kategori II).

    7enaga pelaksana harus mencuci tangan sesuai standar se!elum mencampur cairan

    parenteral (kategori I).

    Se!elum mencampur dan menggunakan cairan parenteral, semua wadah harus diperiksa

    untuk melihat adanya kekeruhan, ke!ocoran, keretakan dan partikel tertentu serta tanggal

    kadaluarsa. ila didapatkan keadaan terse!ut, cairan tidak !oleh digunakan dan harus

    dikem!alikan ke Instalasi armasi. Instalasi armasi memastikan !ahwa produk terse!ut

    tidak dikeluarkan lagi ke pelayanan (kategori I).

    Ruangan tempat mencampur cairan parenteral harus memiliki pengatur udara laminar

    (Laminar flow hood)(kategori II).

    Se!aiknya dipakai wadah yang !erisi cairan dengan dosis tunggal (sekali pakai). ila

    dipakai !ahan parenteral dengan dosis ganda (untuk !e!erapa kali pemakaian), wadah sisa

    !ahan terse!ut harus di!eri tanda tanggal dan jam waktu dikerjakan.

    9a!el wadah harus diperiksa untuk mengetahui kondisi ideal penyimpanan (suhu kamar

    atau dalam refrigerator)

    Central Line Bundle

    ! "ebersihan tangan

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    12/20

    #! $a%imal barrier precaution

    &! 'ntiseptik kulit dengan khlorheksidin

    ! eleksi optimal lokasi kateter* men ghindari vena femoral untuk akses kateter vena sentral

    pada pasien dewasa

    +! ,valuasi setiap hari indikasi pemasangannya dan segera dilepas bila sudah tidak

    dibutuhkan

    7idak direkomendasikan mem!erikan antimikro!a se!agai prosedur rutin se!elum pemasangan

    atau selama pemakaian alat intravaskuler untuk mencegah kolonisasi kateter atau infeksi aliran

    darah primer (!akteriemia).

    D. Tatalaksana Pene!a"an #an Pen!en#al$an Pne7n$a

    -. Pendidikan staf tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

    /. 1em!erikan peru!ahan posisi pada pasien

    a. Posisi kepala C tinggi atau 0?> 24>

    !. '!ah posisi tidur miring kanan dan kiri !ergantian

    0. "e!ersihan mulut setiap 2 jam dengan menggunakan anitiseptik oral yang !e!as dari

    alkohol (khlorheksidin ?,/@)

    2. 9aksanakan kewaspadaan standar

    a. "e!ersihan tangan (kategori I) se!elum dan sesudah&

    D 1enyentuh pasien

    D 1elakukan intu!asi

    D 1enyentuh darah*cairan tu!uh

    D 1enyentuh alat sistem pernafasan

    D 1em!erikan makanan sonde

    !. $unakan sarung tangan !ersih

    D pada tindakan intu!asi,

    D kontak dengan mukosa mulut dan kering

    D tindakan pengisapan lendir

    D kontak darah dan cairan tu!uh

    c. $anti sarung tangan di antara dua tindakan.

    d. Pakai masker saat&

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    13/20

    D intu!asi,

    D pengisapan lendir,

    D pem!ersihan mulut dan hidung.

    e. Segera lepas masker setelah selesai tindakan.

    f. ersihkan semua peralatan se!elum didisinfeksi atau sterilisasi

    D 9akukan dekontaminasi semua peralatan se!elum disinfeksi *sterilisasi

    D angan memakai ulang peralatan disposa!le, kecuali yang sudah diatur dalam

    ke!ijakan RS tentang pengelolaan alat medis reused

    D 9akukan disinfeksi sesuai standar kriteria alat pada alat pakai ulang se!elum

    digunakan lagi (sesuai standar IP/S)

    D ag resusitasi di!ersihkan dan didisinfeksi setelah digunakan.

    g. 7idak direkomendasikan mengganti sirkuit ventilator secara rutin, kecuali atas

    indikasi

    h. Satu sirkuit setiap pasien, penggantian sirkuit ventilator !ila kotor atau tidak

    !erfungsi (tidak ada rekomendasi waktu penggaritian !reathing sircuit)

    i. 7idak mem!uka sirkuit ventilator secara rutin

    j. Segera mem!uang kondensasi air dalam sirkuit ke tempat penampungan (water trap)

    k. $unakan air steril untuk mengisi humidifier.

    l. #lat ne!ulisasi dinding dan penampungnya harus diganti setiap /2 jam dan

    di!ersihkan

    m. Setiap slang dan masker yang digunakan untuk terapi oksigen harus diganti pada

    setiap pasien.

    n. 9akukan pengisapan lendir saluran pernafasan dengan tehnik aseptik dan dilakukan

    hanya jika perlu, gunakan kateter steril. ika pemakaian hanya dalam waktu singkat

    maka kateter dapat dipakai ulang setelah di!ilas dan di!ersihkan.

    o. Intu!asi

    D 9akukan dengan tehnik aseptik

    D $unakan sarung tangan !ersih

    D 9akukan alkoholisasi pada laringoskop !lade

    D 5indari intu!asi nasal 2; jam

    p. E

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    14/20

    D $unakan sarung tangan !ersih

    D 9akukan sedini mungkin.

    4. 'ntuk memenuhi nutrisi dan kecukupan makanan gunakan F$7 yang kecil dan cek

    residual lam!ung setiap 2 jam.

    6. 9akukan fisioterapi dada dengan vi!rasi dan masase punggung.

    A. 7indakan trakeostomi harus dilakukan di kamar operasi, secara aseptik kecuali darurat

    ;. 9uka trakeostomi tidak !oleh disentuh dengan tangan langsung harus menggunakan

    sarung tangan steril

    =. ila diperlukan penggantian pipa trakeostomi, maka pipa pengganti harus steril atau

    didesinfeksi tingkat tinggi

    -?. Sewaktu mengganti pipa harus digunakan teknik aseptik termasuk penggunaan sarung

    tangan dan penutup (duk) steril

    VAP Bundle

    a. "e!ersihan tangan

    !. Posisi tidur 0?> 24> !ila tidak ada kontra indikasi

    c. ral hygienesetiap 2 jam (dengan khlorheksidin .*#/)

    d. Penghisapan lendir jika diperlukan, diprioritaskan menggunakan closed ystem

    e. Interupsi penggunaan sedasi

    f. Profilaksi +:7

    g. Ekstu!asi segera

    h. Pem!erian o!at untuk menghindaristress ulcer

    i. 7idak direkomendasikan melakukan bronkhial washing

    E. Tatalaksana Pene!a"an #an Pen!en#al$an Dek0$ts In%eks$

    Pencegahan deku!itus&

    5igiene dan perawatan kulit, kulit harus selalu dijaga agar tetap !ersih dan kering serta

    dikaji terus menerus terhadap risiko dan tanda awal penekanan dan gesekan,

    1enghilangkan friksi dan gesekan, pertahankan postur tu!uh ataupun pergerakan

    secara !e!as

    1engurangi tekanan pada tumit

    Pengaturan posisi, di!erikan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    15/20

    "asur antideku!itus, mengurangi !ahaya immo!ilisasi pada sistem kulit.

    Penatalaksanaan deku!itus&

    "aji derajat deku!itus

    Rawat deku!itus sesuai dengan derajatnya

    %atat kejadian deku!itus !eserta grade-nya* dokumentasikan melalui surveilans

    nosokomial dan entry data infeksi R9 6

    F. Tatalaksana Pene!a"an #an Pen!en#al$an D$a'e IRS

    +iare umumnya ditularkan melalui F, yaitu F77#, Fees, Fl8 dan F$n!e'. 'paya

    cegahan diare dilakukan dengan memutus rantai penularan terse!ut.

    Be'aa a8a 8an! #aat #$lakkan a#ala" *

    -. Penyiapan makanan yang higienis

    /. Penyediaan air minum yang !ersih

    0. "e!ersihan perorangan

    2. %uci tangan se!elum makan

    4. Pem!erian #SI eksklusif

    6. uang air !esar pada tempatnya

    A. uang sampah pada tempatnya

    ;. 1encegah lalat agar tidak menghinggapi makanan

    =. 9ingkungan !ersih dan sehat

    G. Tatalaksana Pene!a"an #an Pen!en#al$an IRS MDRO

    $ultidrug resistant organismyang merupakan prioritas perhatian RS karena menjadi

    penye!a! penting IRS*inos dan harus dikelola serta dikendalikan penye!arannya antara lain

    adalah methicillin-resistant !aureus($0')* e%tended spectrum 1-lactamase

    enterobacteriaceae (,2L) dan vancomycin resistant enterococcus (V0,). aktor yang

    !erpengaruh pada peningkatan kejadiannya antara lain kondisi penyakit yang mendasari,

    pemanjangan hari perawatan di RS, riwayat operasi, riwayat penggunaan anti!iotika

    (khususnya golongan Glaktams, vancomycin atau anti!iotik spektrum luas), riwayat kontak

    dengan petugas yang terkolonisasi*pasien terinfeksi, penggunaan peralatan invasif, dan

    perawatan di ruang intensif.

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    16/20

    1RS# !erkem!ang melalui &

    a. 1ekanisme intrinsik (kromosomal dikode mec gene) yang !erhu!ungan dengan

    mekanisme resistensi multipel terhadap !er!agai klas anti!iotik

    !. 'c3uired4borderline resistance (20') yang dise!a!kan hiperproduksi penisilinase,

    dikenali in vitro dengan adanya !e!erapa koloni dalam Hona inhi!isi (disk o

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    17/20

    !. ila diperlukan, contoh pada kasus infeksi serius dengan endemis patogen penye!a!

    1RS# di suatu ruang atau keadaan ourbreak1RS#, dilakukan skrining 1RS# pada

    petugas (pemeriksaan pada nares, lesi kulit, dermatitis, dll). 7erapi yang

    direkomendasikan pada petugas yang karier pada kasus semacam ini adalah

    mupirocintopikal atau terapi lain yang di!erikan dokter ahli infeksi (tim PPR#)

    c. Penggunaan vancomycinharus dipertim!angkan dengan sangat hatihati agar tidak

    menim!ulkan kondisi :IS# atau :RS# (vancomycin resisten).

    +. Edukasi

    a. Penggunaan anti!iotika secara rasional untuk seluruh staf medik, termasuk

    penggunaan anti!iotika profilaksis

    !. Epidemiologi 1+R3 dan pengendaliannya menjadi !agian diklat rutin PPI +asar

    untuk petugas di RS

    Ba!an Pen!el7laan Kass MDRO

    H. Deteks$ D$n$ #an Tatalaksana Pene!a"an #an Pen!en#al$an KLB

    Penerapan deteksi dini "ejadian 9uar iasa ("9) infeksi dilakukan melalui pengamatan

    terus menerus pola kejadiannya oleh IP%F dan IP%9F serta hasil evaluasi epidemiologi

    pencatatan surveilans oleh Panitia PPIRS. Pencegahan dan pengendalian risiko penye!aran

    kejadian yang !erpotensi menjadi "9 dilakukan segera secara sinergi melalui kerjasama

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    18/20

    lintas unit*satuan kerja dalam Panitia PPIRS dengan pengaturan melalui Standar Prosedur

    3perasional. "ecenderungan kejadian yang terus meningkat signifikan selama 0 !ulan

    !erturutturut atau peningkatan signifikan angka kejadian pada suatu waktu pengamatan

    tertentu diwaspadai se!agai suatu "9.

    Penetapan "9 IRS dilakukan oleh +irektur 1edik dan "eperawatan !erdasarkan

    rekomendasi Panitia PPI RS. umlah kasus IRS secara nyata le!ih tinggi !ila mele!ihi dua

    kali rerata jumlah kasus IRS triwulan !erdasarkan kecenderungan satu tahun terakhir untuk

    setiap populasi *ruangan. "ejadian 9uar iasa*"9 infeksi juga adalah terjadinya infeksi RS

    yang !elum pernah ada di rumah sakit atau infeksi yang telah dinyatakan tereradikasi oleh

    instansi yang !erwenang.

    Penanganan "9 IRS dilaksanakan terpadu untuk menanggulangi dan mengendalikan

    kejadiannya di rumah sakit agar tidak meluas. Penanganan "9 IRS diselesalkan dalam

    waktu sesingkat.singkatnya oleh seluruh unsur yang terkait dikoordinasikan oleh Panitia PPI

    RS.

    Panduan penanganan "9 &

    -. P Ruang*IP%9F dimana terjadi kasus melaporkan kepada IP%F*IP%3 Panitia PPIRS

    tentang dugaan terjadinya "9 infeksi

    /. IP%F* IP%3 !ersama Panitia PPIRS melakukan investigasi !ersama ke tempat

    terjadinya kasus

    0. IP%3 *IP%F Panitia PPIRS melakukan koordinasi dengan &

    a. P Ruang*P Jan dan +okter yang !ertanggung jawa! menangani pasien untuk

    melakukan&

    verifikasi diagnosis infeksi rumah sakit

    penegakan diagnosis IRS dan mengkonfirmasi kasus "9

    mengem!angkan investigasi kasus terhadap kemungkinan penye!arannya&

    D IS9RS melakukan pemeriksaan swa! ruangan* alat yang diduga terkontaminasi

    agen patogen

    D Perhitungan tingkat infeksi dan memastikan !ahwa tingkat infeksi saat ini

    !erada diatas se!elumnya

    !. Panitia PPI !ersama IP%9F melakukan langkahlangkah pencegahan dan pem!atasan

    infeksi secara konsisten &

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    19/20

    mengawasi ketat penerapan kewaspadaan standar

    mengawasi ketat pelaksanaan ke!ersihan tangan yang !enar

    menggunakan dan mengawasi penggunaan sarung tangan dan #P+ sesuai indikasi

    melaksanakan pencegahan infeksi lewat udara

    mengisolasi pasien dengan penyakit saluran nafas

    melakukan dan mengawasi pem!uangan lim!ah dengan !enar

    melakukan pemisahan pasien yang terinfeksi*kohorting dan memisahkan staf yang

    akan mem!erikan penanganan

    2. IP%F !ersama IP%9F melakukan surveilans infeksi secara aktif dan melacak kasus

    kasus lain yang ada di ruangan terse!ut !eserta kemungkinan penye!arannya

    4. +ata yang telah diolah dan dianalisis oleh Panitia PPI, rekomendasi dan tindak lanjutnya

    digunakan se!agai !ahan laporan kepada +ireksi Rumah Sakit dan komunikasi dengan

    Instalasi* 'nit yang memerlukan

    6. Panitia PPI menyatakan "9 selesai jika dua kali masa inku!asi terpanjang tidak

    ditemukan kasus !aru

    A. 9aporan kasus disampaikan oleh RS kepada +inas "esehatan

  • 7/25/2019 Bab III Tatalaksana Pencegahan Noso

    20/20

    # I:

    PEF'7'P

    Pedoman Pengendalian Infeksi nosokomial di Rumah Sakit merupakan pokokpokok pemikirandasar !er!agai upaya pencegahan terjadinya infeksi nosokomial yang masih perlu dija!arkan

    kedalam program maupun petunjukpetunjuk teknis !agi semua pihak yang !erkepentingan.

    Pada hakekatnya upaya pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit !aru akan terselenggara

    !ila pimpinan dan staf rumah sakit yang terkait mempunyai motivasi dan itikad pengem!angan

    serta panuh kesadaran dan tanggungjawa!.

    Pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan rumah sakit secara !erdayaguna dan

    !erhasil guna.