BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua...

77
Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur I BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 1 BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang berdampak dan kedua adalah topik bahasan dengan nama kegiatan lain di sekitar jaringan irigasi Daerah Irigasi Komering (Bahuga Area). 3.1. Kualitas Lingkungan Hidup Yang Berdampak Pokok bahasan utama dari kualitas lingkungan hidup yang berdampak adalah komponen geofisik-kimia, komponen biota, komponen social ekonomi dan budaya, serta komponen kesehatan masyarakat. 3.1.1. Komponen GeoFisik-Kimia Dalam membahas komponen geofisik-kimia, komponen yang dibahas adalah komponen iklim, kualitas udara, hidrologi, kualitas tanah. 3.1.1.1. Iklim Berdasarkan tipe iklim lokasi pembangunan irigasi Daerah Irigasi Bahuga Area BBWS Sumatera VIII yang berada di Provinsi Sumatera Selatan umumnya dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur khususnya, wilayah studi termasuk ke dalam daerah yang beriklim tropis. Pernyataan iklim tropis tersebut digambarkan oleh beberapa ahli dengan berbagai istilah antara lain: Termasuk iklim Alfa (iklim hujan tropis), menurut Koppen. Termasuk iklim A (daerah sangat basah), menurut Schmidt-Ferguson 1951. Termasuk iklim B1 (daerah dengan 7 sampai 9 bulan basah dan dua bulan kering), menurut Oldemanet all.(1979). Data iklim diperoleh dari hasil pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten. Data yang tersedia meliputi anasir curah hujan, hari hujan, temperatur udara dan kelembaban relatif udara. A. Curah Hujan Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan selama 10 tahun dan analisis data curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson (1951), maka kawasan kegiatan termasuk ke dalam tipe iklim Alfa (menurut Kopen) dan termasuk zona agroklimat B2 (menurut

Transcript of BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua...

Page 1: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 1

BAB III

RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah

kualitas lingkungan hidup yang berdampak dan kedua adalah topik bahasan dengan

nama kegiatan lain di sekitar jaringan irigasi Daerah Irigasi Komering (Bahuga Area). 3.1. Kualitas Lingkungan Hidup Yang Berdampak Pokok bahasan utama dari kualitas lingkungan hidup yang berdampak adalah

komponen geofisik-kimia, komponen biota, komponen social ekonomi dan budaya,

serta komponen kesehatan masyarakat.

3.1.1. Komponen GeoFisik-Kimia Dalam membahas komponen geofisik-kimia, komponen yang dibahas adalah

komponen iklim, kualitas udara, hidrologi, kualitas tanah.

3.1.1.1. Iklim

Berdasarkan tipe iklim lokasi pembangunan irigasi Daerah Irigasi Bahuga Area BBWS

Sumatera VIII yang berada di Provinsi Sumatera Selatan umumnya dan Kabupaten

Ogan Komering Ulu Timur khususnya, wilayah studi termasuk ke dalam daerah yang

beriklim tropis. Pernyataan iklim tropis tersebut digambarkan oleh beberapa ahli

dengan berbagai istilah antara lain:

Termasuk iklim Alfa (iklim hujan tropis), menurut Koppen.

Termasuk iklim A (daerah sangat basah), menurut Schmidt-Ferguson 1951.

Termasuk iklim B1 (daerah dengan 7 sampai 9 bulan basah dan dua bulan

kering), menurut Oldemanet all.(1979).

Data iklim diperoleh dari hasil pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten. Data yang tersedia meliputi anasir curah

hujan, hari hujan, temperatur udara dan kelembaban relatif udara.

A. Curah Hujan

Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan selama 10 tahun dan analisis data

curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson (1951), maka kawasan kegiatan termasuk

ke dalam tipe iklim Alfa (menurut Kopen) dan termasuk zona agroklimat B2 (menurut

Page 2: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 2

Oldeman, Darwis dan Las, 1979). Bulan basah terjadi selama 6 bulan yaitu Bulan

November sampai dengan Bulan April dengan curah hujan rata-rata bulanan berkisar

antara 15 – 825 mm/bulan.

Puncak bulan basah tercapai pada Bulan Desember dengan Curah hujan berkisar

antara 222–584 mm. Sebaliknya bulan-bulan kering terjadi selama enam bulan yaitu

Bulan Mei sampai dengan Bulan Oktober dengan intensitas curah hujan berkisar

antara 2 – 576 mm dan mencapai titik terendah pada Bulan Agustus.

Rata-rata jumlah hari hujan terjadi pada Bulan Oktober sampai dengan Bulan April

yang merupakan bulan-bulan hujan (basah) dengan frekuensi hari hujan berkisar

antara 2-29 hari hujan/bulan. Untuk bulan-bulan kering memiliki jumlah hari hujan

antara 1 – 24 hari/bulan yang terjadi pada Bulan Mei sampai dengan Bulan

September.

Data curah hujan dalam rentang waktu 10 tahun disajikan dalam Tabel 3.1. Data

curah hujan rerata bulanan menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi adalah sebesar

825 mm pada tahun 2006 dan terendah adalah sebesar 9 mm pada tahun 2006.

Jumlah hari hujan terendah adalah pada Bulan Februari tahun 2005, 2006, 2007, 2010

dan 2011 sebanyak 1 hari sedangkan hari hujan tertinggi adalah pada bulan

Desember tahun 2007, Januari 2013 dan 2014 sebanyak 29 hari.

Tabel 3.1. Curah Hujan Wilayah Studi Selama 10 TahunTerakhir

Tahun

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jml Rerata

(mm)

2005 248 224 413 225 253 182 172 67 151 149 242 222 2548 212,3 2006 455 825 206 338 267 90 131 9 43 60 255 475 3154 262,8 2007 362 423 157 431 147 105 58 87 79 225 174 584 2832 236,0 2008 204 143 372 324 48 24 150 175 61 319 634 232 2686 223,8 2009 275 134 564 339 112 140 36 97 33 212 184 284 2410 200,8 2010 276 364 254 420 243 171 157 194 411 336 514 249 3589 299,1 2011 214 197 204 320 263 146 50 30 56 179 312 358 2329 194,1 2012 484 245 181 387 576 80 191 136 252 162 266 567 3527 293,9 2013 309 333 613 368 119 150 86 154 282 191 312 496 3413 284,4 2014 397 115 278 169 143 300 214 115 94 21 187 652 2685 223,7

Rerata 322,4 300,3 324,2 332,1 217,1 138,8 124,5 106,4 146,2 185,4 308 411,9 Maks 484 825 613 431 576 300 214 194 411 336 634 652 Min 204 115 157 169 48 24 36 9 33 21 174 222

Sumber :Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten, 2015

Page 3: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 3

B. Suhu Suhu udara rata-rata di wilayah studi berkisar antara 26,3

oC sampai dengan 28,3

oC.

Suhu udara maksimum antara 31,5oC sampai dengan 33,7

oC dan suhu udara

minimum berkisar antara 23,7oC hingga 24,6

0C.

Tabel 3.2. Hari Hujan Wilayah Studi Selama 10 TahunTerakhir

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nop Des Hari

2005 20 16

15 10 8 24 9 8 8 21 20 12 2006 10 1

2 6 13 9 11 6 8 12 20 15 16

2007 18 15

13 17 13 9 3 5 11 20 19 29 2008 23 2

0 23 22 9 11 12 16 17 23 22 26

2009 27 20

20 12 15 10 10 7 4 17 17 16 2010 16 1

7 10 8 10 5 10 11 6 8 10 6

2011 22 19

28 24 16 14 10 6 6 24 22 24 2012 18 2

4 19 23 18 10 9 7 3 16 24 27

2013 29 21

23 25 20 14 10 13 17 17 25 25 2014 29 14 15 20 22 16 16 14 4 6 23 26

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten, 2015 C. Kecepatan, Arah Angin dan Kelembaban

Kecepatan angin di kawasan kegiatan umumnya tergolong rendah yaitu antara 4–6

knot. Arah angin dominan adalah ke arah tenggara dengan frekuensi 58,33%. Arah

angin lainnya adalah ke Barat Laut dengan frekuensi sebesar 41,66%. Data kecepatan

dan arah angin dominan di kawasan kegiatan disajikan pada Tabel 3.3. Komposisi data

klimatologi juga menunjukkan bahwa kelembaban udara nisbi rata-rata berkisar antara

81% - 88%. Kelembaban udara tertinggi dicapai pada Bulan Januari.

Tabel 3.3.

Unsur Iklim Wilayah Studi

Unsur Iklim Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Curah Hujan (mm) 397 115 278 169 143 300

Hari Hujan (hari) 29 144 15 20 22 16

Suhu

Udara (0C)

Rata-rata 26,7 26,8 27,4 27,6 27,9 28,1

Max 30,6 31,8 33,3 33,5 33,4 33

Min 23,4 23,8 24,0 24,3 24,8 25

Kelembabab Udara (% ) 87 84 82 84 84 82

Kec.Angin (Knot) 6 5 4 4 4 4

Arah Angin NW N N NE E E

Sumber : Badan Meteorologi dan Geof isika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten, 2015

Page 4: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 4

Tabel 3.3. (lanjutan) Unsur Iklim Wilayah Studi

Unsur Iklim Jul Agt Sept Okt Nop Des

Curah Hujan (mm) 214 115 94 21 187 652

Hari Hujan (hari) 16 14 4 6 23 26

Suhu

Udara (0C)

Rata-rata 28 29 28 28,7 27,8 27,2

Max 33 33,1 33,9 34,8 34 32,1

Min 24,7 24,1 23,6 24,3 24,2 24,1

Kelembabab Udara (% ) 79 79 73 73 79 84

Kec.Angin (Knot) 6 5 5 5 5 5

Arah Angin SE E E E E NW

Sumber : Badan Meteorologi dan Geof isika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten, 2015

3.1.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan

Kualitas udara pada suatu wilayah dipengaruhi oleh kondisi geografis, topografi,

klimatologi, meteorologi, dan sumber pencemaran udara yang ada di daerah tersebut

atau di sekitarnya. Wilayah sekitar lokasi kegiatan terdiri dari daerah perkebunan,

pemukiman dan daerah pertanian. Untuk daerah pemukiman umumnya kualitas udara

dipengaruhi oleh aktivitas domestik baik aktivitas rumah tangga maupun jumlah

kendaraan bermotor yang lewat. Untuk daerah yang kurang padat penduduknya

(kawasan perkebunan/ pertanian), umumnya dipengaruhi oleh keadaan topografi,

klimatologi, dan meteorologi di daerah tersebut.

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki, dan sifatnya relatif tergantung pada

perasaan individu yang mendengarnya. Kebisingan ini dapat timbul baik oleh

kegiatan/proses alam seperti angin dan sebagainya serta dapat tumbuh akibat aktivitas

manusia seperti suara kendaraan bermotor, industri, dan sebagainya. Kebisingan yang

ada di sekitar lokasi kegiatan berasal dari aktifitas masyarakat, aktifitas yang ada di

pemukiman penduduk. Kondisi eksisting kualitas udara dan kebisingan ditentukan

dengan pengambilan sampel dan pengukuran langsung di lapangan. Hasil pengukuran

dan analisis laboratorium dapat dilihat pada Tabel 3.4. Hasil tersebut selanjutnya

dibandingkan baku mutu berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor

17 Tahun 2005 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan.

Page 5: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 5

Tabel 3.4. Hasil Pengukuran Kualitas Udara

No Parameter Satuan LOKASI BML *)

U1 U2 U3 I. FISIKA

1. Suhu* OC 29,2 31,3 31,2 ** 2. Kelembaban* %RH 68,6 47,8 52,7 ** 3. Arah Angin # T-B T-B T-B ** 4. Kec. Angin m/s 1,2 0,8 1,1 ** 5. Kebisingan* dBA 52,1 47,7 46,9 55

II. KIMIA 1 1. Hidrogen Sulfida (H2S) ppm 0,0 0,0 0,0 0,02

III. KIMIA 2 1. Sulfur Dioksida (SO2)* g/Nm3/1Jam 91,5 89,5 91,4 900 2. Karbon Monoksida (CO) g/Nm3/1Jam <1000 <1000 <1000 30000 3. Nitrogen Dioksida (NO2) g/Nm3/1Jam 85,1 84,8 84,2 400 4. TSP g/Nm3/24Jam 108 107 109 230 5. Timbal (Pb)* g/Nm3/24Jam 0,0 0,0 0,0 2 6. Oksidan (O3) g/Nm3/1Jam 3,5 2,5 2,5 235

Sumber : Data Primer, 2016 U1 : Bahuga Area (BBG 53) (S : 040 04’36,2” E: 104045’16,1”) U2 : Tegal Besar (Belitang II) (S : 040 01’12,2” E: 104049’09,9”) U3 : Desa Ulak Buntar (S : 040 02’20,9” E: 104045’24,6”) BML : Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumsel No.17 Tahun 2005

Tabel 3.5. Standard Kriteria Kualitas Lingkungan Hidup Untuk Kualitas Udara

NO PARA-METER SATUAN

KRITERIA KUALITAS LINGKUNGAN 1 2 3 4 5 BML

1 Suhu OC >45 36-45 26-35 16-25 <15 -

2 CO µg/Nm3 >30.000 22.000-30.000

15.000-22.000

7500-15.000 <2.500 30.000

3 SO2 µg/Nm3 >900 700-900 450-700 200-450 <200 900 4 NO2 µg/Nm³ >400 300-400 200-300 100-200 <100 400 5 HC µg/Nm3 >160 100-160 60-100 20-60 <20 160 6 O µg/m3 >235 200-235 150-200 100-150 <100 235 7 TSP µg/Nm3 >230 172-230 115-172 42-115 <42 230 8 Pb µg/Nm3 >2 1,5-2 1-1,5 0,5-1 <0,5 2

9 Kebisingan dBA >65-70 55-65 50-55 45-50 <40 55 pemukiman dan 70 industri

Sumber : Modifikasi Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 17 Tahun 2005 yang dijadikan sebagai standar pembuatan Skala Lingkungan

Keterangan : 1 = sangat buruk ; 2 = buruk ; 3 = sedang ; 4 = bagus ; 5 = sangat bagus

Page 6: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 6

Tabel 3.6. Hasil Evaluasi Kualitas Lingkungan Hidup Untuk Parameter Kualitas Udara

No.

Parameter

Nilai Kuantifikasi Kualitas Lingk. Hidup (skala*) U1

(skala*) U2

(skala*) U3

(skala*) Rata-rata

Kuantifikasi

1 Nitrogen Dioksida (NO2) 5 5 5 5 2 Sulfur Dioksida (SO2) 5 5 5 5 3 Karbon Monoksida (CO) 5 5 5 5 4 Oksidan (O3) 5 5 5 5 5 TSP 4 4 4 4 6 Temperatur 3 3 3 3 7 Kebisingan 3 4 4 3,7

Rata-rata 4,29 4,43 4,43 4,39 Sumber: tabel 3.4. dan tabel 3.5.

* nilai skala dapat dilihat dalam keterangan tabel 3.5.

Berdasarkan tabel 3.4., tabel 3.5. dan tabel 3.6., paragraf berikut adalah ulasan

tentang parameter kualitas udara ambien.

Hasil pengukuran kualitas udara di sekitar

kegiatan pembangunan Daerah IrigasiI

Komering ( Bahuga Area ) tertuang dalam

tabel 3.4.. Standar yang digunakan untuk

mengevaluasi kualitas udara terdapat

dalam tabel 3.5., sedangakan hasil

evaluasi kualias udara dituangkan dalam

tabel 3.6.. Berdasarkan tabel 3.6. terlihat bahwa kualitas udara di sekitar kegiatan

pembangunan DI Komering ( Bahuga Area ) dan sekitarnya masih tergolong sedang

menuju bagus. Nilai kuantitas dari kualitas lingkungan hidup adalah sebesar 4,39 skala

kualitas lingkungan hidup. Boleh dikatakan semua parameter kualitas udara

mempunyai konsentrasi yang masih di bawah nilai Ambang batas Baku Mutu Kualitas

Lingkungan Hidup. Keadaan tersebut ditemukan di daerah kebun karet, perumahan

penduduk dan sekitar jalan asphal. Bila dibandingkan kualitas udara pada saat musim

kemarau, lokasi pinggiran Sungai Komering (Andal PT. Hanson Energy, 2013)

mempunyai nilai kualitas lingkungan hidup sebesar 4,05 skala, maka kondisi kualitas

lingkungan hidup dari kualitas udara adalah lebih baik pada musim penghujan.

Gambar 3.1 Pengambilan sampel udara

Page 7: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 7

Kebisingan merupakan komponen utama yang belum mendekati nilai ambang batas

Baku Mutu Kualitas Lingkungan Hidup. Nilai kebisingan yang menjadi tinggi pada

kondisi eksisting disebabkan oleh kegiatan kegiatan penduduk dan di lokasi BBG 53

mempunyai nilai tinggi dikarenakan bunyi cucuran air dari pintu air atau kemericik air

dari saluran sekunder. Dari hasil pengukuran di lapangan, tingkat kebisingan yang

rendah terdapat di dalam tapak proyek. Salah satu alasan bahwa kegiatan

pembangunan pada tahap akan konstruksi memberikan tingkat konstribusi kebisingan

terhadap kebisingan adalah dengan pengukuran tingkat kebisingan di lokasi tapak

proyek yang memperlihatkan bahwa tingkat kebisingan di tapak proyek belum

mendekati nilai ambang batas Baku Mutu Lingkungan Hidup. Secara keseluruhan,

kuantifikasi kualitas lingkungan hidup di lokasi tapak proyek dan sekitarnya

memperlihatkan pada skala 3,7 atau berkriteria sedang menuju bagus. Kuantifikasi

digunakan guna membantu mengkuantifikasikan besaran dampak yang dituangkan

dalam matriks pengelolaan dan evaluasi dampak, dengan menginggat keterbatasan

data.

a. Suhu Udara Suhu udara dalam pengukuran sangat diperlukan, dimana kandungan gas yang ada di

udara pada umumnya berbanding terbalik, pada suhu udara rendah, konsentrasi

polutan gas di udara diperkirakan tinggi (mengambang mendekati permukaan bumi) sedangkan pada suhu udara meningkat polutan gas di udara rendah (gas naik ke

atmosfere).

Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada 3 (tiga) lokasi seperti terlihat pada Tabel 3.4 di atas menunjukkan bahwa suhu udara mempunyai perbedaan yang tidak

signifikan, dimana pada saat pengukuran berlangsung suhu udara cukup cerah. Nilai

yang ditunjukkan berkisar antara 29,20C hingga 31,30C. Angka tersebut setara dengan

kulitas lingkungan hidup pada taraf sedang dengan besaran 3 skala kualitas

lingkungan hidup.

b. Kelembaban Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada 3 (tiga) lokasi seperti terlihat pada Tabel

4.4. di atas menunjukkan nilai kelembaban dengan perbedaan yang tidak signifikan.

Nilai yang ditunjukkan berkisar antara 47,8 % RH hingga 68,6% RH, dengan melihat

persentase tingkat Relative Humidity (RH) kelembaban tersebut dinyatakan baik. Untuk

Page 8: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 8

mengkuantifikasikan dengan skala kualitas lingkungan hidup belum dapat dievaluasi

karena nilai dari parameter kelembaban belum ada standard bakunya.

c. Arah dan Kecepatan Angin Arah angin menunjukkan pada lokasi tapak proyek maupun pemukiman penduduk

mengarah dari Timur Ke Barat. Nilai kecepatan angin yang ditunjukkan berkisar antara

0,8 m/detik hingga 1,2 m/detik.

d. Tingkat Kebisingan

Kebisingan (noise) dapat diartikan sebagai suara/bunyi yang tidak diinginkan dari

usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan, pada tingkat tertentu justru dapat

mengakibatkan kerusakan pada sistem pendengaran. Tingkat kebisingan adalah suatu

ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat (dB). Baku

Tingkat Kebisingan adalah batas maksimum tingkat kebisingan yang diperbolehkan

dibuang ke lingkungan dari usaha/kegiatan sehingga tidak menimbulkan dampak

kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan di sekitarnya.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 17 Tahun 2005 tentang

Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan, maka untuk menjamin

kelestarian lingkungan hidup agar dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan

makhluk hidup lainnya, setiap usaha/kegiatan perlu melakukan upaya pengendalian

pencemaran dan perusakan lingkungan. Hasil pengukuran tingkat kebisingan yang

telah dilakukan pada 3 (tiga) titik seperti terlihat pada Tabel 3.4. di atas bernilai antara

46,9 dBA hingga 52,1 dBA, indikasi ini menunjukan bahwa, tingkat kebisingan masih

memenuhi ambang batas yang ditetapkan.

Di lokasi BBG 53 mempunyai nilai tinggi dikarenakan bunyi cucuran air dari pintu air

atau kemericik air dari saluran sekunder, sedangkan kebisingan di pemukiman dan

sekitar jalan asphal masih relatif sunyi dan mempunyai kuanntifikasi kualitas

lingkungan hidup sebesar 4 skala atau dengan kriteria bagus. Secara keseluruhan,

kuantifikasi kualitas lingkungan hidup di lokasi tapak proyek dan sekitarnya

memperlihatkan pada skala 3,7 atau berkriteria sedang menuju bagus. Kuantifikasi

digunakan guna membantu mengkuantifikasikan besaran dampak yang dituangkan

dalam matriks pengelolaan dan evaluasi dampak, dengan menginggat keterbatasan

data.

Page 9: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 9

e. Hidrogen Sulfida (H2S) Hidrogen Sulfida adalah persenyawaan hidrogen dan belerang, terutama monosolfida

nya, merupakan gas yang tidak berwarna, mudah terbakar dan beracun dengan rumus

kima H2S dan berbau tidak enak. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika

bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik),

seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang

timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam.

Gas H2S merupakan produk dari reaksi asam dengan sulfida logam, dengan tingkat

toksisitas yang tinggi. Untuk mengetahui keberadaaan serta kadar gas H2S di alam,

salah satu cara dapat dilakukan dengan melakukan monitoring udara, yang diawali

dengan pendeteksian (pensensoran) dengan alat Sfektrofotometer dan dilanjutkan

dengan penentuan kadarnya dengan metode Methelyn Blue. Hasil pengukuran

Hidrogen Sulfida (H2S) yang telah dilakukan pada 3 (tiga) titik seperti terlihat pada

Tabel 3.4. di atas bernilai antara 0,0 ppm dan menunjukan kadar H2S masih di bawah

ambang batas yang ditetapkan yaitu 0,02 ppm. Berdasarkan nilai tersebut, kuantifikasi

tidak dapat diberikan karena hasil pengukuran laporatorium mempunyai nilai yang lebih

tidak teliti (nol dengan satu digit dibelakang koma) dibandingkan dengan nilai standard

(dua digit dibelakang koma)

f. Sulfur Oksida (SOx)

Polusi oleh Sulfur Oksida terutama disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak

berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfurtrioksida (SO3), dan keduanya disebut

sebagai SOx. Sulfur Dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak

terbakar di udara, sedangkan Sulfur Trioksida merupakan komponen yang tidak

reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan Sulfur

Oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen

yang tersedia. Adanya SO3 dalam bentuk gas hanya mungkin jika konsentrasi uap air

sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup seperti biasanya, SO3 dan

air akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4) dengan reaksi

sebagai berikut : SO3 + H2O H2SO4

Pengaruh SO2 terhadap tanaman dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : pengaruh

konsentrasi SO2 dan waktu kontak. Kerusakan tiba-tiba (akut) terjadi jika terjadi kontak

dengan SO2 pada konsentrasi tinggi dalam waktu sebentar, dengan gejala beberapa

Page 10: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 10

bagian daun menjadi kering dan mati, dan biasanya warnanya memucat. Kontak

dengan SO2 pada konsentrasi rendah dalam waktu lama menyebabkan kerusakan

kronis, yang ditandai dengan menguningnya warna daun karena terhambatnya

mekanisme pembentukan khlorofil. Kerusakan akut pada tanaman disebabkan

kemampuan tanaman untuk mengubah SO2 yang diabsorbsi menjadi H2SO4,

kemudian menjadi sulfat. Garam-garam tersebut terkumpul pada ujung atau tepi daun.

Sulfat yang terbentuk pada daun berkumpul dengan sulfat yang diabsorbsi melalui

akar, dan jika akumulasi cukup tinggi, terjadi gejala khronis yang disertai dengan

gugurnya daun.

Pengaruh terhadap manusia dan hewan, SO2 pada konsentrasi jauh lebih tinggi dari

konsentrasi yang diperlukan adalah iritasi sistim pernapasan, beberapa penelitian

menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada SO2 sebesar 5 ppm atau lebih,

bahkan ada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada konsentrasi 1-2 ppm.

SO2 dianggap polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua

dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistim pernapasan dan

kardiovaskular. Individu dengan gejala tersebut sangat sensitif terhadap kontak

dengan SO2, meskipun dengan konsentrasi yang relatif rendah, misalnya 0,2 ppm atau

lebih. Hasil pengukuran SO2 yang telah dilakukan pada 3 (tiga) titik seperti terlihat

pada Tabel 3.4. di atas bernilai antara 89,5 µg/Nm3 hingga 91,5 µg/Nm3, masih jauh

di bawah baku mutu yang ditetapkan 900 µg/Nm3. Berdasarkan kualitas lingkungan

hidup, kondisi eksisting tapak proyek mempunyak kualitas lingkungan hidup berskala 5

dengan criteria sangat bagus untuk parameter sulfur oksidan. Hasil pengamatan fisula

kondisi eksisting adalah tidak terlihat pengaruhnya terhadap lingkungan seperti

dedaunan berbintik dan menguning, korosif yang berlebihan pada peralatan, atau

gangguan pada pernapasan dan mata pedih.

g. Karbon Monoksida (CO) Karbon monoksida adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas 192oC.

Komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5 % dari berat air dan tidak larut di dalam

air. Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu proses

pembakaran tidak sempurna terhadap karbon atau komponen yang mengandung

karbon, reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada

Page 11: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 11

suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan oksigen. Beberapa

penelitian menunjukkan pengaruh CO terhadap tanaman biasanya tidak terlihat secara

nyata. Pengaruh CO pada manusia pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan

kematian, sedangkan kontak dengan CO pada konsentrasi yang relatif rendah (100

ppm atau kurang) dapat menggangu kesehatan. Pengaruh CO pada tubuh terutama

disebabkan oleh reaksi antara CO dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah.

Kandungan CO di udara berasal dari emisi kendaraan bermotor, dan pembakaran

bahan bakar minyak yang tidak sempurna dimana oksigen yang tersedia kurang dari

yang dibutuhkan. Kandungan CO pada seluruh lokasi pengukuran berkisar < 1000

µg/Nm3 dan masih di bawah baku mutu atau dengan kuantifikasi kualias lingkungan

hidup sebesar 5 skala dan dengan criteria sangat bagus.

h. Nitrogen Dioksida (NO2) Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer yang terdiri dari

gas NitritOksida (NO) dan Nitrogen Dioksida (NO2). Walaupun bentuk Nitrogen Oksida

lainnya ada, tetapi kedua gas ini yang paling banyak ditemui sebagai polutan udara.

Nitrit Oksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya

Nitrogen Dioksida mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau tajam.

Konsentrasi Nox di udara sangat dipengaruhi oleh sinar matahari dan aktivitas

kendaraan bermotor. Pencemaran NOx dapat berupa asam nitrat, yang kemudian

diendapkan sebagai garam-garam nitrat di dalam air hujan dan debu. Organ tubuh

yang paling peka terhadap pencemaran garam Nitrogen Dioksida (NO2) adalah paru-

paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga

penderita sulit bernapas dan dapat mengakibatkan kematian. Konsentrasi gas NO2

yang tinggi juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf yang

mengakibatkan kejang- kejang, bila keracunan tersebut berlangsung lama dapat

menyebabkan kelumpuhan. Hasil pengukuran NO2 pada seluruh lokasi berkisar antara

84,2 µg/Nm3- 85,1 µg/Nm

3 kondisi ini masih di bawah baku mutu yang diperbolehkan

(400µg/Nm3). Kuantifikasi kualias lingkungan hidup dari parameter nitrogen dioksida

adalah berskala 5 dan dengan criteria sangat bagus.

Page 12: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 12

i. TSP

Kandungan debu (TSP) yang berada di udara ambien pada umumnya berasal dari

partikel yang tersuspensi di udara. Kandungan debu dapat bersumber dari sumber

bergerak dan sumber tidak bergerak. Dampak yang ditimbulkan oleh kandungan debu

terhadap kesehatan manusia adalah berupa gangguan pernapasan fibrosis, dan

abstraksi paru-paru. Pengaruh terhadap kesehatan manusia tergantung kepada

komposisi kimia, ukuran partikel, konsentrasi dan lama pemaparannya.

Dampak partikulat terhadap lingkungan diantaranya dapat mengurangi jarak

pandang/penglihatan yaitu apabila konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan

gangguan estetika dan tertutupnya permukaan benda, bangunan gedung dan lain-lain.

Partikulat debu dengan ukuran 0,2- 2 mikron merupakan penyaring sinar matahari

yang efisien, sehingga akan menyebabkan berkurangnya sinar matahari di permukaan

bumi, kemudian ini akan mempengaruhi kehidupan dipermukaan bumi, karena

kekurangan sinar ultraviolet yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuh-

tumbuhan dan juga sebagai salah satu faktor antirachitis. Selain itu sinar ultraviolet

dibutuhkan untuk membunuh mikro organisme patogen di udara.

Kandungan debu pada lokasi studi lebih dominan berasal dari lalu lintas kendaraan

masyarakat, dan debu jalan lokasi atau lahan terbuka ketika angin bertiup atau

kendaraan yang lewat. Dari hasil pengukuran kandungan debu pada semua lokasi

pengukuran menunjukkan bahwa kandungan debu (TSP) berkisar antara 107 µg/Nm3

– 109µg/Nm3 dan masih berada di bawah baku mutu. Walaupun demikian penyusun

mencoba mengkuantifikasikannya dalam skala kualitas lingkungan hidup. Berdasarkan

tabel 3.4., tabel 3..5., dan tabel 3.6. memperlihatkan bahwa kualitas lingkungan hidup

untuk parameter kadar debu adalah berskala 5 dengan criteria sangat bangus.

j. Timah Hitam (Pb) Partikel-partikel timah hitam (Pb) yang terdapat di udara umumnya berasal dari

kendaraan bermotor dengan bahan bakar petrolium. Hasil pembakaran yang tidak

sempurna menyebabkan partikel timah hitam keluar dari sistim pembakaran kendaraan

bermotor melalui knalpot. Pengaruh cemaran timah hitam di udara apabila terhisap

oleh manusia akan mengakibatkan gangguan jiwa/prilaku, kekurangan darah, muntah,

kejang-kejang, gangguan fungsi ginjal, gangguan sistim syaraf, gangguan otak,

kelihatan lekas tua, berat badan berkurang, dan dapat menyebabkan kematian. Hasil

Page 13: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 13

dari pengukuran yang telah dilakukan pada semua lokasi pengukuran menunjukkan

bahwa kandungan timah hitam (Pb) berkisar 0,0 µg/Nm3 menunjukkan bahwa,

kandungan timah hitam masih di bawah batas nilai baku mutu nilai Pb (2 µg/Nm3). Nilai

konsentrasi Pb di udara dikuantifikasikan menjadi setara dengan skala 5 kualitas

lingkungan hidup dan mempunyai kriteria sangat bagus.

k. Ozon (O3) Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai

pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses

fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari mengoksidasi

komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang

terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang diproduksi karena interaksi

antara bahan pencemar primer dengan sinar. Oksidan fotokimia masuk ke dalam tubuh

dan pada kadar subletal dapat mengganggu proses pernafasan normal, selain itu

oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi mata. Hasil pengukuran terhadap

nilai Oksidan (O3) berkisar antara 2,5 µg/Nm3 hingga 3,5 µg/Nm3, yang

memperlihatkan hasil secara rata-rata masih di bawah batas baku mutu yang

ditetapkan (235 µg/Nm3). Kuantifikasi kualitas lingkungan hidup menunjukkan besaran

5 skala kualias lingkungan hidup dan mempunyai criteria sangat bagus untuk

parameter oksidan.

3.1.1.3. Hidrologi Areal rencana

pembangunan

jaringan irigasi DI

Komering (Bahuga

Area) merupakan

daerah lahan basah,

dan lahan kering,

sehingga tata

air/hidrologi sangat

dipengaruhi oleh Gambar 3.2. Kondisi Sungai Belitang

Page 14: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 14

fluktuasi air dari curah

hujan. Sungai yang

mengalir dekat lokasi

kegiatan adalah Sungai

Belitang namun system

hidrologi yang ada

adalah system kanal

atau irigasi yang

bermuara ke Sungai Belitang.

A. Kuantitas air permukaan Secara umum air yang menguap dari permukaan bumi misalnya dari laut, danau,

sungai, rawa ataupun badan-badan air lainnya ke udara akan terkondensasi dan turun

kembali ke bumi dalam bentuk air, butiran es atau salju, disebut presipitasi. Dari

presipitasi tersebut, sebagian menguap lagi dari permukaan bumi atau melalui

tumbuhan. Penguapan dari permukaan bumi disebut evaporasi, dan yang kembali ke

atmosfer lewat tumbuhan disebut transpirasi. Dalam perhitungan neraca air, kedua

bentuk penguapan ini sering digabung dengan istilah evapotranspirasi.

Air yang sampai ke permukaan bumi, sebagian akan meresap ke bawah permukaan

yang disebut infiltrasi, sebagian lagi akan mengalir di permukaan yang disebut air

limpasan (surface run off). Air yang mengalami infiltrasi, ada yang bergerak ke arah

lateral, kadang-kadang muncul lagi ke permukaan berupa mata air yang akhirnya

bergabung dengan air limpasan memasuki badan-badan air permukaan. Sebagian lagi

ada yang bergerak ke arah vertikal, yang akan mengisi badan air tanah (ground

water).

a) Presipitasi Di wilayah tropis, bentuk presipitasi yang paling dominan adalah hujan. Curah hujan

diukur dengan mengukur volume air hujan yang turun berbanding terbalik dengan luas

permukaan, dan dapat diukur secara otomatis dan manual. Dari data pada Tabel 3.1.

curah hujan di wilayah studi rata-rata adalah 220 mm/bulan.

Gambar 3.3. Kondisi Jaringan Irigasi titik BBG 53

Page 15: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 15

b) Infiltrasi Infiltrasi adalah air hujan yang meresap ke permukaan tanah, yang mungkin akan

muncul lagi di tempat lain menjadi air permukaan, atau meresap lebih dalam berupa air

tanah. Volume air yang berinfiltrasi tergantung dari sifat fisik dan jenis tanah, sifat fisik

permukaan dan lereng/kemiringan permukaan tanah. Tanah yang berpasir mempunyai

tingkat infiltrasi yang besar dibandingkan dengan tanah lempung. Pada dasarnya

infiltrasi terjadi karena adanya celah/rongga udara dalam partikel-partikel tanah.

Pada kegiatan pembangunan jaringan irigasi DI Komering ( Bahuga Area ) perlu

diperhatikan tentang debit air permukaan tanah, yaitu volume air yang masuk ke dalam

tapak proyek yang berasal air Bendung Perjaya.

Debit air tanah dihitung dengan persamaan Darcy sebagai berikut:

Q = K.I.A ( m³/detik) Keterangan: Q = debit air tanah (m³/detik) K = konduktivitas hidrolik (m/detik) I = gradien hidraulik A = luas penampang melintang batuan yang terembesi air (m²) Pada studi hidrogeologi yang dilakukan di wilayah studi untuk mengetahui koefisien

permeabilitas dari lapisan-lapisan batuan di tapak proyek, telah dilakukan uji

permeabilitas dengan metode falling head. Bila curah hujan rata-rata 220 mm per

bulan dan dengan kondisi tanah yang berpasir, dengan laju penetrasi air sebesar 0,025

m per detik maka debit air yang masuk ke dalam lahan seluas satu hektar adalah 55

m3.

c) Air Limpasan (Surface Run Off) Air limpasan adalah air hujan yang bergerak ke arah lateral di permukaan tanah

menuju tempat yang lebih rendah, membentuk badan-badan air seperti rawa, danau

dan sungai yang akhirnya mengalir ke laut. Aliran air limpasan terjadi jika air hujan

yang mencapai permukaan tanah tidak terinfiltrasi seluruhnya ke dalam tanah karena

intensitas hujan lebih besar dari kapasitas infiltrasi atau karena pengaruh faktor lain,

seperti kemiringan lereng, bentuk dan kekompakan permukaan tanah serta kondisi

vegetasi. Air hujan yang telah masuk ke dalam tanah kemudian keluar lagi ke

permukaan dan mengalir ke bagian yang lebih rendah termasuk juga dalam air

limpasan. Koefisien limpasan dipengaruhi oleh faktor-faktor tutupan tanah (land use),

Page 16: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 16

kemiringan, intensitas dan lamanya hujan. Koefisien ini merupakan konstanta yang

menggambarkan tinggi-rendahnya infiltrasi dan penguapan pada daerah tersebut.

Koefisien limpasan untuk beberapa jenis tataguna lahan dengan berbagai kemiringan

secara umum dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Mengacu pada Tabel 3.7., dapat diprediksikan adanya perubahan debit air limpasan

apabila dilakukan kegiatan pembangunan jaringan irigasi Darah Irigasi Komering

( bahuga Area ) pada suatu lahan. Untuk memperkirakan debit air limpasan perlu

ditentukan beberapa asumsi agar perhitungan dapat dilakukan. Metode yang dianggap

baik untuk menghitung debit air limpasan puncak (peak run off = Qp) adalah metode

rasional (US Soil Conversion Service, 1973). Penggunaan rumus tersebut hanya untuk

daerah yang relatif kecil dengan kondisi permukaan relatif homogen, dan secara umum

dianggap dapat diberlakukan untuk daerah tapak proyek yang terbuka seperti halnya

objek studi jaringan irigasi Daerah Irigasi Komering ( Bahuga Area ).

Tabel 3.7.

Nilai Koefisien Limpasan

No. Kemiringan Lereng

Tata Guna Lahan Koefisien Limpasan

1. < 3 % Sawah 0,2 Hutan, Perkebunan 0,3 Perumahan dengan Kebun 0,4

2 3 – 15% Hutan, Perkebunan 0,4 Perumahan 0,5 Tumbuhan yang jarang 0,6 Tanpa tumbuhan, Daerah

penimbunan 0,7

3. > 15 % Hutan 0,6 Perumahan, Kebun 0,7 Tumbuhan yang jarang 0,8 Tanpa tumbuhan, Daerah

tambang 0,9

Sumber : Sistim Penyaliran Tambang ITB, 1999 dan Applied Hydrogeology C.W. Fetter, 1994

Page 17: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 17

Air limpasan puncak dihitung dengan metode rasional dengan rumus sebagai berikut:

Qp = 0,278 x C x I x A (m³/detik) Keterangan : Qp = debit air limpasan (m³/detik) C = koefisien limpasan A = luas daerah tangkapan air (catchment area) I = intensitas hujan (mm/jam) = 9,08 mm/jam

Dengan asumsi S > 15%, maka untuk daerah hutan nilai C = 0,60 dan daerah rawa

dan atau lahan kering bervegetasi jarang C = 0,80 maka dengan memasukkan ke

dalam persamaan diatas dapat dihitung debit Air Limpasan untuk daerah tangkapan air

atau diluar tapak proyek dan debit Air limpasan di dalam tapak proyek, yaitu :

1) Air Limpasan di luar tapak proyek = 16.612 m³/jam

2) Air Limpasan di dalam tapak proyek berkisar antara = 6.230 m³/jam – 37.376

m³/jam, ditentukan dengan luas areal luas areal.

Gambaran skala kualitas lingkungan untuk longsoran dan erosi dapat dilihat pada

Tabel 3.8..

Tabel 3.8. Skala Kualitas Lingkungan Hidup untuk Longsoran dan Erosi

Kriteria Lingkungan Skala Kualitas Persentase Sangat Buruk 1 81 -100 Buruk 2 61 – 80 Sedang 3 41 – 60 Bagus 4 21 – 40 Sangat Bagus 5 < 20

Sumber : ModifikasiTabel 3.7.

Kondisi rona awal lingkungan hidup atau kondisi eksisting masih dalam skala kualitas

lingkungan hidup pada tingkat sangat bagus atau berskala lima. Penilaian tersebut

didasarkan kepada observasi dan perhitungan yang menunjukkan tidak ada

peningkatan air larian atau bila terjadi peningkatan air larian, masih berada di bawah

20 persen.

d) Evapotranspirasi Evapotranspirasi adalah sejumlah air hujan yang kembali ke udara, baik melalui

penguapan langsung dari permukaan tanah, badan air, dan lewat tumbuh-tumbuhan.

Page 18: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 18

Faktor yang mempengaruhi adalah suhu udara, kelembaban (lengas) udara dan

kecepatan angin. Untuk Iklim tropis dan daerah kepulauan, jumlah evapotranspirasi

sangat kecil dan sering diabaikan dan tidak diperhitungkan.

e) Daerah Tangkapan Air Hujan (Catchment Area) Daerah tangkapan air hujan (catchment area) di daerah penelitian berdasarkan peta

topografi berskala 1 : 50.000 seluas lebih kurang 8.000 Ha. Sungai utama yang ada di

daerah tangkapan air hujan adalah Sungai Belitang.

f) Erosi

Erosi adalah terbawanya partikel/tanah oleh adanya aliran air permukaan (run off) dan

tumbukan hujan (splah erosion) dari daerah yang mempunyai elevasi tinggi ke elevasi

yang lebih rendah. Erosi dapat terjadi karena dua hal, yaitu secara alamiah (geologis)

dan karena kegiatan manusia. Erosi yang terjadi secara alamiah meliputi pembentukan

lapisan tanah dan erosi tanah yang menjaga tanah tersebut berada dalam

keseimbangan, sehingga sesuai untuk berkembang berbagai tumbuhan. Erosi secara

geologis turut memberikan sumbangan pada terbentuknya lapisan tanah dan

penyebaran tanah di permukaan bumi. Proses erosi yang berlangsung dalam kurun

waktu sangat lama dan menghasilkan bentuk topografi yang sekarang, seperti dataran

rendah dan berawa.

Erosi oleh manusia meliputi penghancuran gumpalan tanah, pengolahan tanah yang

tidak benar dan penebangan tumbuhan, sehingga mempercepat hilangnya partikel

organic dan mineral yang dibutuhkan untuk kesuburan tumbuhan. Faktor-faktor yang

dapat mengakibatkan terjadinya erosi adalah sebagai berikut:

1) Iklim, terutama curah hujan.

2) Sifat fisik tanah seperti struktur, tekstur, kandungan organik, kelembaban dan

kekompakan tanah.

3) Vegetasi permukaan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti musim, jenis

tanaman, umur tanaman, dan bagian tumbuhan antara lain akar, daun dan

tumpukannya.

4) Keadaan topografi seperti kemiringan lereng, panjang lereng, bentuk dan ukuran

Daerah Aliran Sungai (DAS).

Page 19: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 19

Kegiatan pembangunan jaringan irigasi Daerah Irigasi Komering ( Bahuga Area ) pada

umumnya akan mempengaruhi faktor-faktor di atas, terkecuali untuk butir (1), oleh

karena itu kegiatan pembangunan jaringan irigasi Daerah Irigasi Komering ( Bahuga

Area ) dapat menimbulkan dampak erosi. Kondisi kualitas lingkungan untuk longsoran

dan erosi dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Skala Kualitas Lingkungan Hidup untuk Longsoran dan Erosi

Sumber: Pengolahan data primer

Kondisi tapak proyek mempunyai kualitas lingkungan hidup pada skala lima dan pada

musim penghujan, kondisi kualitas lingkungan hidup dapat turun menjadi berskala 4.

g) Debit air

Sumber air untuk pengembangan pembangunan jaringan irigasi Daerah Irigasi

Komering (Bahuga Area) berasal dari Sungai Komering yang berada di Bendung

Perjaya. Intake dari saluran sekunder dengan debit andalan sebanyak 12 m3 per detik.

Air tersebut mengalir sampai pada titik BBG 53. Titik tersebut adalah titik intake dari

saluran sekunder pengembangan pembangunan jaringan irigasi Daerah Irigasi

Komering (Bahuga Area). Di titik intake tersebut, debit air menjadi 8 m3 per detik. Air

tersebut akan didistribusikan ke sawah yang dicetak. Setelah air menggenangi

persawahan penduduk, air tersebut di alirkan melalui saluran drainase ke Sungai

Belitang.

B. Kualitas air permukaan

Hasil analisis laboratorium kualitas air permukaan di sekitar daerah irigasi Bahuga

Area BBWS Sumatera VIII diambil pada Air Irigasi, Sungai Belitang (Bagian Hulu), dan

Sungai Belitang (Bagian Hilir), Hasil analisis laboratorium selanjutnya dibandingkan

dengan baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera

Selatan No. 16 Tahun 2005 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Sungai.

Kriteria Lingkungan Skala Kualitas Jumlah sedimen ton/ha/tahun Sangat Buruk 1 > 1.000 Buruk 2 250 – 1.000 Sedang 3 50 -250 Bagus 4 20 - 50 Sangat Bagus 5 < 20

Page 20: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 20

1. Air Sungai dan air kanal atau air saluran sekunder

Sampel air untuk menentukan kualitas air permukaan di daerah studi diambil dari Sungai Belitang dan air kanal. Hasil analisa laboratorium diperlihatkan dalam tabel 3.10..

Tabel 3.10. Hasil Analisis Kualitas Air Permukaan di sekitar Lokasi Kegiatan

No

Parameter

Satuan

Lokasi

Baku Mutu A1 A2 A3

3FISIKA 1. SuhuAir o 25,5 25 25,6 Deviasi # 2. Zat Padat Terlarut (TDS) mg/l 98 138 125 ** 3. Zat padat tersuspensi (TSS) mg/l 35 45,8 42 50

KIMIA ANORGANIK 1. Raksa (Hg) mg/l 0,00 0,00 0,00 0,001 2. AmoniakBebas (NH3) mg/l 0,00 0,00 0,00 0,5 3. Arsen (As) mg/l <0,0009 <0,0009 <0,0009 0,05 4. Barium (Ba) mg/l 0,0 0,0 0,0 0,3 5. Besi Terlarut (Fe) mg/l 0,25 0,29 0,25 0,3 6. BOD mg/l 1,5 1,8 1,6 2 7. COD mg/l 2,39 2,89 2,46 10 8. Flourida (F) mg/l 0,0066 0,0066 0,0066 0,5 9. Kadmium(Cd) mg/l <0,0015 <0,0015 <0,0015 0,1 10 Khlorida(Cl) mg/l 5,8 5,5 5,2 600 11.

Crom Total mg/l 0,00 0,00 0,00 0,5 12.

Mangan Terlarut (Mn) mg/l 0,00 0,00 0,00 0,1 13.

Nitrat (NO3) mg/l 0,06 0,04 0,05 10 14.

Nitrit (NO2) mg/l 0,009 0,009 0,007 0,06 15.

Phospat (P) mg/l 0,05 0,07 0,05 0,2 16.

pH # 6,52 6,56 6,58 6-9 17.

Selenium Se) mg/l <0,0012 <0,0012 <0,0012 0,01 18.

Seng (Zn) mg/l 0,026 0,022 0,020 0,05 19.

Sianida(CN) mg/l 0,00 0,00 0,00 0,02 20.

Sulfat (SO4) mg/l 4,8 3,4 3,6 400 21.

Hydrogen Sulfide (H2S) mg/l 0,00 0,00 0,00 0,002 22.

Tembaga(Cu) mg/l <0,0015 <0,0015 <0,0015 23.

Timbal (Pb) mg/l <0,0015 <0,0015 <0,0015 0,03 KIMIA ORGANIK

1. Minyakdan Lemak µg/l 0,0 0,0 0,0 1000 3. Fenol µg/l 0,0 0,0 0,0 1

BIOTA Coliform

Sumber : Data Primer, 2016 A1= Air Irigasi Bahuga Area (S : 040 04’36,6” E: 104045’16,0”) A2= Sungai Belitang Bagian Hulu (S : 040 02’15,4” E: 104045’21,2”) A3= Sungai Belitang Bagian Hilir(S : 040 02’15,5” E: 104045’23,3”) *) Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2005

Page 21: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 21

Tabel 3.11. Kriteria Kualitas Lingkungan Hidup untu Kualitas Air

Skala Kualitas Lingkungan Hidup NO. PARAMETER UNIT 1 2 3 4 5

FISIKA

1 Suhu °C >41 36-40 31-35 26-30 <25 2 Total Dissolved

Solid Mg/l >1000 900-1000 750-899 500-749 <500

KIMIAWI 1 pH - 9-14;

<4,5 8-9; 4,5-

5,5 7,1-8; 5,5-6

6-7 7

2 DO Mg/l <2,5 2,5-3,5 3,5-4,5 4,5-6 >6 3 BOD5 Mg/l >2 1,67 0,95 0,55 <0,15 4 COD Mg/l >10 8-10 6-8 3-6 <3 5 Sulfat Mg/l >400 300-400 200-300 100-200 <100 6 Nitrat Mg/l >10 8-10 6-8 3-6 <3 7 Nitrit Mg/l >0,06 0,05-0,06 0,04-0,05 0,02-0,04 <0,02 8 Besi (Fe) Mg/l >0,03 0,02-0,03 0,01-0,02 0,005-

0,01 <0,005

9 Mangan (Mn) Mg/l >0,1 0,08-0,1 0,06-0,08 0.03-0,06 <0,03

Sumber : Modifikasi Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 17 Tahun 2005 yang dijadikan sebagai standar pembuatan Skala Lingkungan Keterangan skala : 1= sangat buruk; 2=buruk; 3=sedang; 4=bagus; 5=sangat bagus.

Tabel 3.12. Kuantifikasi Kualitas Air

No PARAMETER Klasifikasi A1 A2 A3 FISIKA

1 Suhu skala 4 4 4 2 Total Dissolved Solid skala 5 5 5

KIMIAWI 1 pH skala 4 4 4 2 DO skala 5 5 5 3 BOD skala 3 2 3 4 COD skala 5 5 5 5 Sulfat skala 5 5 5 6 NO2 skala 5 5 5 7 NO3 skala 5 5 5 8 Besi (Fe) skala 1 1 1 9 Mangan (Mn) skala 5 5 5 Rata-rata 4,22 4,11 4,22

Sumber: Tabel 3.10. dan tabel 3.11.

Nilai rata-rata kolom A1 diperoleh dengan menjumlahkan nilai di kolom A1 dibagi dengan nilai atau angka 11.

Page 22: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 22

Definisi polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari kondisi normal, bukan dari

kemurniannya. Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat dalam keadaan murni,

sebagai contoh meskipun di daerah pegunungan atau hutan terpencil dengan udara

bersih dan bebas dari polusi, air hujan selalu mengandung bahan-bahan yang terlarut

seperti CO2, O2 dan N2, serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-

partikel lainnya yang terbawa dari atmosfer.

Air permukaan dan air sumur biasanya mengandung bahan-bahan metal terlarut

seperti Na, Mg, Ca, dan Fe. Air yang mengandung komponen-komponen tersebut

dalam jumlah tinggi disebut air sadah.

Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan

polutannya atau dari komponen yang mengakibatkan polusi. Sebagai contoh, air

minum yang terpolusi mungkin rasanya akan berubah meskipun perubahan bau sangat

sukar dideteksi. Tanda-tanda polusi air yang berbeda tersebut disebabkan oleh sumber

dan jenis polutan yang berbeda-beda.

Hasil pengukuran kualitas air menunjukkan bahwa semua parameter yang diukur pada

umumnya mempunyai nilai dalam batas standar Baku Mutu Lingkungan (BML). Kadar

besi yang mempunyai konsentrasi mendekati dengan nilai BML.

Secara keseluruhan kualitas air dengan kuantifikasi kualitas lingkungan hidup

menempati posisi bagus menuju sangat bagus. Kuantifikasi kualitas lingkungan hidup

untuk air rawa dan air kanal adalah 4,18. Bila dibandingkan kualitas air Sungai

Komering pada musim kemarau yang mempunyi kualitas lingkungan hidup sebesar

3,51 skala (PT. Hanson Energi, 2013), maka kualias air kanal atau saluran sekunder

mempunyai kualitas yang lebih baik. Begitu juga dengan kualias air dari Sungai

Belitang, mempunyai kualitas air yang lebih baik di musim penghujan. Kondisi

parameter kualitas air dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Suhu air Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses industri.

Air pendingin tersebut setelah digunakan akan mendapatkan panas dari bahan

Page 23: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 23

yang didinginkan, kemudian dikembalikan kesungai atau sumber air lainnya. Air

buangan tersebut mempunyai suhu lebih tinggi dari pada air asalnya. Baku mutu air

permukaan (badan air) ditetapkan pada suhu normal.

Suhu air permukaan (badan air) yang tinggi (>45oC) akan mempengaruhi kecepatan

reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas

kimia biologis pada benda padat dan gas dalam air. Pembusukan yang terjadi pada

suhu yang tinggi dan tingkatan oksidasi zat organik jauh lebih besar pada suhu yang

tinggi.

Suhu yang tinggi dapat menyebabkan kelarutan oksigen dalam air permukaan (badan

air) berkurang, sehingga proses aerasi yang dibutuhkan untuk mendegradasi bahan

organik akan terhambat. Selanjutnya akan memberikan dampak yang dapat

mematikan biota air di dalam badan air dan mematikan vegetasi yang terkena. Hasil

pengukuran menunjukkan bahwa temperatur pada seluruh lokasi contoh masih

tergolong normal yaitu sebesar antara 25 0C - 25,6

0C. Skala kualitas lingkungan hidup

untuk parameter suhu memperlihatkan nilai sebesar 4 skala atau dengan kriteria

bagus.

b. Zat terlarut (TDS) Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun an organik yang larut, mengendap

maupun suspensi. Bahan ini akan mengendap pada dasar air yang lama kelamaan

menimbulkan pendangkalan khususnya pada badan air permukaan penerima. Akibat

lain dari padatan ini menimbulkan tumbuhnya tanaman air tertentu dan dapat menjadi

racun bagi mahkluk lain. Jumlah padatan menunjukkan jumlah lumpur terkandung

dalam air. Dari hasil analisis zat terlarut (TDS) menunjukkan bahwa kandungannya

berkisar antara 98 – 138 mg/l yang berarti masih memenuhi baku mutu yang

ditetapkan (1000 mg/l). Kandungan TDS tertinggi terdapat pada Sungai Belitang

Bagian Hulu (138 mg/l) sedangkan kandungan TDS terendah terdapat pada Air Irigasi

Daerah Irigasi Bahuga Area (98 mg/l). Berdasarkan tabel 3.12. kualias lingkungan

hidup mempunyak skala sebesar 5 dan dengan kriteria sangat bagus.

c. Zat Padat Tersuspensi (TSS) Padatan tersuspensi merupakan padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak

terlarut, dan tidak mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-

Page 24: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 24

partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sedimen, misalnya tanah

liat, bahan-bahan organik, sel-sel mikroorganisme dan sebagainya. Sebagai contoh air

permukaan mengandung tanah liat dalam bentuk suspensi yang dapat tahan sampai

berbulan-bulan kecuali jika keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain dengan

pengendapan. Seperti halnya padatan terendap, padatan tersuspensi akan

mengurangi penetrasi sinar/cahaya ke dalam air sehingga mempengaruhi regenerasi

oksigen secara fotosintesis. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan

parameter TSS pada 3 (tiga) lokasi seperti terlihat pada tabel di atas yaitu berkisar

antara 35 mg/l, dan 45,8 mg/l. Ini menunjukkan bahwa kadar zat tersuspensi masih

berada di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Gubernur Sumatera

Selatan Nomor 16 Tahun 2005 yaitu 400 mg/L. Berdasarkan evaluasi kualitas

lingkungan hidup, parameter TSS menunjukkan kualitas lingkungan hidup pada skala

sebear 2,3 atau kriteria buruk menuju sedang.

d. Tingkat Keasaman (pH) Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6 sampai 8, sedangkan

pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis

buangannya. Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH naik)

maupun ke arah asam (pH menurun), akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan

hewan air di sekitarnya. Selain itu, air buangan yang mempunyai pH rendah bersifat

sangat korosif terhadap baja dan sering menyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa

besi. Baku mutu lingkungan untuk parameter pH pada air permukaan (badan air)

adalah 6,0 - 9,0 untuk Baku Mutu Air Golongan I .

Air permukaan (badan air) yang pH nya terlampau asam atau basa akan bersifat asam

atau basa pula. Keasaman yang tinggi akan menyebabkan air bersifat korosif.

Selanjutnya sifat air yang terlalu bersifat asam atau basa akan berdampak

terganggunya biota perairan dan bahkan pada peralatan yang digunakan. Dari hasil

pengukuran pH pada semua lokasi yaitu antara 6,52 – 6,58 sehingga masih tergolong

baik atau dalam range baku mutu lingkungan (6 – 9). Berdasarkan tabel 3.12. kondisi

eksisting terhadap keasaman adalah mempunyai kualitas lingkungan hidup sebesar 4

skala atau dengan katagori bagus.

e. Logam Berat Air sering tercemar oleh komponen-komponen an-organik, diantaranya berbagai logam

berat yang berbahaya. Logam berat pada umumnya seperti campuran Besi (Fe),

Page 25: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 25

Tembaga (Cu), Krom (Cr), Seng (Zn), Timbal (Pb), Kadmium (Cd), dan Mangan (Mn).

Apabila logam berat ini mencemari air, maka air tidak dapat dipergunakan untuk

keperluan rumah tangga. Berdasarkan hasil analisis sampel air permukaan pada 3

(tiga) lokasi seperti terlihat pada tabel di atas, ternyata kadar logam berat yang

tersebut di atas masih memenuhi syarat baku mutu yang telah ditetapkan oleh

Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun 2005. Besi mempunyai

konsentrasi yang tinggi di saluran sekunder dan air Sungai Belitang. Berdasarkan

konsentrasi tersebut, parairan yang dimaksudkan mempunyai kualitas lingkungan

hidup sebesar 1 skala atau termasuk kelompok sangat buruk. Sebaliknya konsentrasi

manggan mempunyai kriteria sangat bagus dengan skala sebesar 5 skala kualitas

lingkungan hidup.

f. Sulfat (SO4) Sulfat dalam jumlah yang besar akan menyebabkan air menjadi asam. Ion sulfat dapat

terjadi secara proses alamiah. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfida pada

kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah menjadi hidrogen sulfida. Dalam

suasana aerobhidrogen sulfida teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat. Dalam

bentuk H2S bersifat racun dan berbau busuk. Dari hasil analisis pada seluruh lokasi

menunjukkan bahwa kandungan sulfat berkisar pada angka 3,4 mg/l hingga 4,8 mg/l

sehingga masih di bawah baku mutu lingkungan yang dipersayaratkan (400

mg/l).Konsentrasi sulfat memperlihatkan kualitas lingkungan hidup pada skala sebesar

5 atau dengan kriteria sangat bagus (tabel 3.12.)

g. Amoniak Bebas

Amoniak dalam air permukaan (badan air) dapat berasal dari hasil degradasi baik

secara aerobik maupun anaerobik bahan yang mengandung unsur nitrogen, seperti

protein. Adanya amoniak dalam air permukaan dapat menimbulkan bau. Batas

maksimum yang diperbolehkan dalam air permukaan adalah 0,5 mg/l. Dari hasil

analisis menunjukkan kandungan amoniak bebas pada seluruh lokasi berkisar pada

angka 0,00 mg/l sehingga masih di bawah baku mutu lingkungan yang

dipersayaratkan. Hal tersebut berarti perairan tapak proyek mempunyai kualitas

lingkungan hidup dengan skala 5 atau dengan pengelompokkan sangat bagus.

h. Nitrat dan Nitrit Tinggi rendahnya nitrat dan nitrit dalam air ditentukan oleh senyawa nitrogen dan

oksigen yang diuraikan oleh bakteri. Nitrit dalam jumlah yang besar akan mengikat

Page 26: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 26

oksigen dalam air yang mengakibatkan air kekurangan oksigen sehingga kandungan

oksigen terlarut menjadi rendah. Kandungan nitrit ini dapat diakibatkan oleh

degradasi senyawa yang mengandung unsur N seperti protein oleh akitivitas mikro

organisme. Dari hasil analisis menunjukkan kandungan nitrat sebesar 0,04 – 0,06 mg/l

dengan baku mutu (10 mg/l). Kandungan nitrit seluruh lokasi masih berada di bawah

baku mutu yaitu sebesar 0,007 – 0,009 mg/l dengan baku mutu (0,06 mg/l). Kedua

parameter tersebut memperlihatkan kualitas lingkungan perairan di tapak proyek

sebear 5 skala atau dengan katagori sangat bangus.

i. Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Dalam air permukaan terdapat zat organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen,

dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti nitrogen, belerang, dan lain-lain

yang cenderung menyerap oksigen. Oksigen tersebut dipergunakan untuk

menguraikan senyawa organik. Pada akhirnya kadar oksigen dalam air menjadi keruh

dan kemungkinan berbau.

Nilai BOD5 menujukkan kandungan bahan organik yang dapat didegradasi, yang

dinyatakan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses degradasinya.

Makin tinggi nilai BOD5 dari suatu air permukaan, maka kualitas air permukaan

tersebut makin buruk. BOD yang tinggi menggambarkan akibat yang ditimbulkan yaitu

akan terjadi defisit (berkurangnya) oksigen terlarut, padahal komponen ini dibutuhkan

oleh biota perairan seperti nekton (ikan). Batas maksimum yang diijinkan adalah 2

mg/l.

Dari hasil analisis terhadap kualitas badan air di wilayah studi menunjukan nilai BOD

berkisar antara 1,5 – 1,8 mg/l sehingga masih memenuhi baku mutu lingkungan yang

dipersyaratkan (2 mg/l). Tingginya kandungan BOD tersebut disebabkan karena

tingginya kandungan bahan organik yang terdapat dalam badan air tersebut dengan

debit sungai yang relatif kecil sehingga meningkatkan kandungan BOD. Berdasarkan

tabel 3.12. kualitas lingkungan hidup untuk perairan saluran sekunder sama dengan

kualitas air Sungai Belitang bagian Hilir yaitu sebesar 3 skala atau setara dengan

katagori sedang. Bagian hulu Sungai Belitang mempunyai kualitas lingkungan hidup

sebesar 2 skala atau termasuk katagori buruk.

j. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)

Page 27: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 27

Nilai COD menunjukkan kandungan bahan organik dan an-organik yang dapat

didegradasi, yang dinyatakan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses

degradasinya. Makin tinggi nilai COD dari air permukaan, maka kualitas air

permukaan tersebut makin buruk. Sama halnya dengan BOD5, COD yang tinggi akan

terjadi defisit (berkurangnya) oksigen terlarut, dan selanjutnya mengganggu kehidupan

biota perairan seperti nekton (ikan). Dari hasil analisis terhadap kualitas badan air di

wilayah studi menunjukan nilai COD berkisar antara 2,39 – 2,89 mg/l sehingga masih

memenuhi baku Mutu Lingkungan (10 mg/l). Kualitas lingkungan hidup dari parameter

COD di perairan tapak proyek memperlihatkan nilai sebesar 5 atau dengan kriteria

sangat bagus.

k. Chlorida (Cl) Chlorida berasal dari proses elektrolisa, penjernihan dan lain-lain. Chlorida merupakan

zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai chlor bebas berfungsi disinfektans, tapi

dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi asin

dan merusak logam. Hasil analisis kandungan chlorida untuk contoh air sungai

menunjukkan bahwa kandungan chlorida dalam air sungai berkisar antara 5,2 – 5,8

mg/l dan masih berada di bawah baku mutu lingkungan (600 mg/l). Dengan

konsentrasi tersebut maka kualitas perairan di tapak proyek tergolong sangat bagus

dan mempunyai skala sebesar 5.

l. Hydrogen Sulfide (H2S) Senyawa sulfida merupakan senyawa yang terbentuk dari penguraian anaerobik

terhadap senyawa yang mengandung belerang. Senyawa ini akan menimbulkan bau

dan warna pada badan air dan bersifat racun terhadap biota perairan. Hasil analisis

kandungan hydrogen sulfide (H2S) terhadap kualitas badan air di wilayah studi di

semua lokasi adalah 0,00 mg/l sehingga masih memenuhi baku mutu lingkungan yang

dipersyaratkan (0,002 mg/l). Artinya kualitas lingkungan hidup mempunyai kriteria

sangat bagus dan berskala 5.

m. Fluorida (F) Fluor (F) merupakan salah satu unsur yang melimpah pada kerak bumi. Keberadaan

fluorida juga berasal dari pembakaran batubara dan banyak digunakan dalam industri,

besi baja, gelas, pelapisan logam, aluminium, dan pestisida. Sejumlah kecil fluorida

dalam air terbukti menguntungkan bagi pencegahan kerusakan gigi, akan tetapi

konsentrasi yang melebihi kisaran 1,7 mg/l dapat mengakibatkan pewarnaan pada

Page 28: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 28

enamel gigi yang dikenal dengan istilah mottling (Davis dan Cornwell, 1991 ; Sawyer

dan McCarty, 1978).

Kadar yang berlebihan juga dapat berimplikasi terhadap kerusakan pada tulang. Hasil

analisis kandungan Fluorida terhadap kualitas badan air di semua lokasi wilayah

studi menunjukkan nilai 0,0066 mg/l kandungan ini masih di bawah baku mutu (0,5

mg/l). Berdasarkan tabel 3.10. dan tabel 3.11. maka kualitas lingkungan hidup untuk

parameter flourida mempunyai skala sebesar 5 skala dan tergolong kepada kondisi

sangat bagus.

n. Sianida (CN) Sianida di alam terdapat sebagai gas yang keluar dari dalam tanah dan mudah larut

dalam air. Sianida merupakan kelompok senyawa anorganik dan organik. Sianida

tersebar luas di perairan dan berada dalam bentuk ion sianida (CN0), hydrogen

sianida (HCN), dan metalosianida. Keberadaan sianida sangat dipengaruhi oleh pH,

suhu, oksigen terlarut, salinitas, dan keberadaan ion lain.

Sianida dapat menghambat pertukaran oksigen pada mahkluk hidup. Juga bersifat

toksik bagi ikan. Sianida yang berlebihan dalam air dapat mengganggu metabolisme

oksigen dalam tubuh dan mengganggu fungsi hati, serta pernafasan, dan

menyebabkan kerusakan tulang. Dari hasil analisis terhadap kualitas badan air di tiga

lokasi wilayah studi menunjukan nilai Sianida 0,00 mg/l sehingga masih memenuhi

baku mutu yang dipersyaratkan (0,02 mg/l). Berarti perairan tapak proyek mempunyai

kualitas lingkungan hidup sebesar 5 skala dan termasuk ke dalam kriteria sangat

bagus.

o. Phosphat (P) Phospat atau fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu atom

fosforus dan empat oksigen. Dalam bentuk ionik, fosfat membawa sebuah 03 muatan

formal, dan dinotasikan PO43-. Fosfat merupakan satu - satunya bahan galian (di luar

air) yang mempunyai siklus, unsur fosfor di alam diserap oleh mahluk hidup, senyawa

fosfat pada jaringan mahluk hidup yang telah mati terurai, kemudian terakumulasi dan

terendapkan di air permukaan hingga lautan.

Page 29: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 29

Phosphat dalam air dapat berupa fosfat organik, atau sebagai fosfat

kompleks/polyphosphate. Fosfat organik terdapat dalam air buangan penduduk dan

sisa makanan. Fosfat organik juga dapat berasal dari bakteri atau tumbuhan penyerap

fosfat maupun yang berasal dari bahan pupuk. Fosfat kompleks mewakili kurang lebih

separuh dari fosfat limbah domestik berasal dari penggunaan detergent sintetis.

Komponen fosfat digunakan untuk membuat sabun atau detergent, yaitu berperan

sebagai pembentuk buih. Detergent yang mengandung fosfat dapat menyebabkan

stimulasi pertumbuhan tanaman dan surfaktan pada detergent dapat bersifat toksik

Polyphosphate dalam detergent akan mengalami hidrolisis selama pengolahan

biologis dan menjadi bentuk orthophosphate (PO430) yang siap digunakan oleh

tumbuh-tumbuhan. Hasil analisis kandungan phosphat terhadap kualitas badan air di

wilayah studi menunjukan nilai 0,05 – 0,07 mg/l sehingga kandungan ini masih di

bawah baku mutu yang dipersyaratkan (0,2 mg/l). Konsentrasi di bawah BML

dievaluasi dengan klasifikasi kualitas lingkungan hidup untuk parameter phospat

memperlihatkan bahwa kualitas lingkungan hidup tapak proyek adalah sebesar 5 skala

dan termasuk kelompok sangat bagus.

p. Minyak dan Lemak

Keberadaan minyak dan lemak dalam badan air akan membentuk lapisan tipis (film

minyak) pada permukaan (massa jenis minyak /lemak lebih kecil dari massa jenis air).

Lapisan tipis ini akan menghambat kelarutan udara (terutama oksigen) ke dalam badan

air (reoksigenasi terhambat). Oksigen yang larut di dalam air dibutuhkan oleh biota

perairan. Selain daripada itu, keberadaan lapisan minyak dalam badan air akan

menghambat masuknya cahaya matahari ke dalam air, sehingga proses fotosintesis

dalam badan air juga akan terhambat. Sebagaimana diketahui proses fotosintesis

dalam badan air akan meningkatkan kandungan oksigen yang terlarut dalam badan air.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan minyak dan lemak pada seluruh lokasi

menunjukan nilai 0,00 mg/l kandungan minyak dan lemak masih di bawah baku mutu

(1000 mg/l). Hal ini mengindikasikan bahwa perairan tapak proyek mempunyai kualitas

lingkungan hidup dengan katagori sangat bagus dan berskala 5.

2. Air sumur penduduk

Contoh air sumur diambil dan dianalisa untuk studi Adendum ANDAL dan RKL-RPL

kegiatan pengembangan pembangunan jaringan irigasi Daerah Irigasi Komering

(Bahuga Area) BBWS Sumatera VIII diambil dari Air Sumur Penduduk Di sekitar

Page 30: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 30

jaringan irigasi Bahuga Area (Bpk. Irawan). Contoh air sumur yang diambil dari sumur

penduduk selanjutnya dianalisis di laboratorium, dan hasil analisis air sumur

penduduk dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas

Air.

Tabel 3.13.

Hasil Analisis Kualitas Air Sumur Penduduk

No

Parameter

Satuan Standar (BML*)

Hasil Analisis Air Sumur

I FISIKA 1 Temperatur 0

C - 25 2 Zat Padat Terlarut mg/L ** 90 3 Zat Padat Tersuspensi mg/l 50 20

II KIMIA 1 Raksa (Hg) mg/l 0,001 0,00 2 Amoniak Bebas (NH3) mg/l 0,5 0,0 3 Arsen (As) mg/l 0,05 <0,0009 4 Barium (Ba) mg/l 0,3 0,0 5 Besi Terlarut (Fe) mg/l 0,3 0,02 6 Fluorida(F) mg/l 0,5 0,0 7 Kadmium(Cd) mg/l 0,1 <0,0015 8 Klorida(Cl-) mg/l 600 2,5 9 Crom Total (Cr) mg/l 0,5 0,0 10 Mangan Terlarut (Mn) mg/l 0,1 0,0 11 Nitrat (NO3) mg/l 10 0,024 12 Nitrit (NO2) mg/l 0,06 0,002 13 Phospate (PO4) mg/l 0,2 0,010 14 pH # 6 - 9 6,52 15 Selenium(Se) mg/l 0,01 <0,0012 16 Seng ( Zn ) mg/l 0,05 0,01 17 Sulfat ( SO4) mg/l 400 1,4 18 Tembaga (Cu) mg/l - <0,003

Sumber : Data Primer, 2015 *) Permenkes RI No.416/1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih AS = Air Sumur Penduduk (Bpk. Irawan) (S : 040 01’ 12,2” E: 1040 49’ 12,1”)

Ulasan kualitas air sumur penduduk dijabarkan dalam paragraf berikut:

1) Karakteristik Fisika

aparameter fisika dalam air tanah (air sumur) meliputi: bau, jumlah zat padat terlarut,

kekeruhan, rasa, suhu dan warna.

a. Bau dan Rasa

Page 31: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 31

Bau dan rasa dapat muncul secara alamiah akibat adanya dekomposisi bahan organik

di dalam air. Demikian juga senyawa kimia tertentu yang dapat menyebabkan rasa di

dalam air seperti natrium clorida (NaCl) yang menyebabkan air menjadi asin. Keadaan

ini perlu diteliti lebih lanjut sebab dapat menjadi indikasi adanya zat/senyawa

berbahaya. Zat tertentu yang tidak mudah menguap yang larut dalam air dapat

menimbulkan rasa tanpa menimbulkan bau.

Dari hasil pengamatan langsung sumur pada lokasi contoh menunjukkan keadaan

yang normal (tidak berbau dan tidak berasa). Ini sesuai dengan syarat baku mutu yang

telah ditetapkan yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.

416/Menkes/PER/IX/1990.

b. Zat Padat Terlarut (TDS) Dari hasil analisis laboratorium terhadap contoh air sumur, seperti terlihat pada Tabel 3.13. menunjukkan hasil analisa zat padat terlarut berada pada kisaran nilai 90 mg/l

dan masih berada jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 1500 mg/L.

c. Zat Padat Tersuspensi (TSS) Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang mengakibatkan pembiasan cahaya ke

dalam air. Kekeruhan membatasi pencahayaan ke dalam air. Sekalipun ada

pengaruh padatan terlarut atau partikel yang melayang dalam air namun penyerapan

cahaya ini dipengaruhi juga oleh bentuk dan ukuran partikelnya. Kekeruhan ini terjadi

karena adanya bahan yang terapung dan terurainya zat tertentu seperti bahan

organik, jasad renik, lumpur, tanah liat dan benda lain yang melayang ataupun

terapung sangat halus sekali. Nilai kekeruhan air dikonversikan ke dalam ukuran SiO2

dalam satuan mg/l atau Skala NTU, dan untuk warna dikonversikan ke dalam satuan

Skala TCU. Semakin keruh air semakin tinggi daya hantar listrik dan semakin banyak

pula padatannya. Hasil pengukuran kekeruhan air sumur pada lokasi contoh

menunjukkan nilai kekeruhan pada sumur penduduk berkisar pada angka 20 mg/l

yang berarti masih di bawah baku mutu yang ditetapkan (50 mg/l).

d. Suhu

Dari hasil pengukuran terhadap contoh air sumur di lokasi contoh menunjukkan bahwa

suhu berada pada angka 25 0C dan masih memenuhi baku mutu normal.

2) Karakteristik Kimia

Page 32: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 32

a. Logam Berat dan Beracun

Logam berat pada umumnya seperti campuran Air Raksa (Hg), Arsen (As), Besi

(Fe), Fluorida (F), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Seng (Zn) dan Timbal

(Pb) dapat berasal dari larutan batu-batuan yang mengandung senyawa mangan dan

besi seperti pyrit, hematit, mangan dan lain-lain. Dari hasil pengukuran contoh air

sumur seperti terlihat pada Tabel 3.13. menunjukkan kandungan logam berat rata-rata

sangat rendah sehingga masih di bawah baku mutu yang ditetapkan.

b. Tingkat Keasaman (pH) Dari hasil pengukuran terhadap contoh air sumur penduduk seperti terlihat bahwa

nilai pH sebesar 6,52 masih memenuhi kisaran baku mutu yang ditetapkan yaitu 6 – 9.

c. Sulfat Dari hasil pengukuran kandungan sulfat pada contoh air sumur menunjukkan bahwa

kandungan sulfat sebesar 1,4 mg/l yang berarti masih jauh di bawah baku mutu yang

ditetapkan (400 mg/l).

d. Chlorida Chlorida banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda. Bahan ini berasal dari

proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain-lain. Chlorida merupakan zat terlarut

dan tidak menyerap. Sebagai chlor bebas berfungsi disinfektans, tapi dalam bentuk ion

yang bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi asin dan merusak

pipa-pipa instalasi. Hasil analisis kandungan chloride untuk contoh air sumur

menunjukkan bahwa kandungan chlorida dalam air sumur sebesar 2,5 mg/l dan masih

berada di bawah baku mutu lingkungan (600 mg/l).

e. Nitrat dan Nitrit Tinggi rendahnya nitrat dan nitrit dalam air ditentukan oleh senyawa nitrogen dan

oksigen yang diuraikan oleh bakteri. Nitrit dalam jumlah yang besar akan mengikat

oksigen dalam air yang mengakibatkan air kekurangan oksigen, sehingga DO nya

rendah. Dari contoh pengukuran nitrat dan nitrit air sumur, kandungan nitrat (0,024

mg/l) dan nitrit (0,002 mg/l) dalam air sumur pada lokasi contoh masih tergolong

rendah dan di bawah baku mutu lingkungan yang ditetapkan sebesar (10 mg/l dan

0,06 mg/l). Secara umum kualitas air sumur penduduk di sekitar lokasi Pembangunan

jaringan irigasi Daerah Irigasi Bahuga Area BBWS Sumatera VIII masih dalam

Page 33: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 33

keadaan baik karena semua nilai parameter kualitas baik parameter fisika, kimia dan

biologi masih memenuhi persyaratan baku mutu lingkungan.

3.1.1.4. Ruang, Tanah dan Lahan

a) Klasifikasi Tanah

Tanah yang dijumpai di areal rencana lokasi terbentuk dari batuan beku dan bahan

sedimen. Bagian atas terdiri dari batu lempung dan batu lanau dengan sisipan lanau

kuarsa (yang lepas). Bagian atas lebih lunak dibandingkan dengan bagian bawah dan

banyak mengandung tufaan. Pada bagian bawahnya dijumpai konkresi oksida besi

yang berintikan lanau atau pasir kuarsa (yang lepas). Lebih ke atas berupa batu lanau

tufaan yang berwarna putih kecoklatan/kemerahan. Pengaruh dari rerata suhu dan

curah hujan tahunan yang relatif tinggi mempercepat proses hancuran batuan dan

pembebasan (leaching) basa-basa yang terkandung dalam batuan induk tanah.

Sebagai akibat dari proses ini (proses podsolisasi) terbentuk tanah-tanah podsolik

yang mempunyai kesuburan tanah yang rendah akibat pH yang masam dan kejenuhan

Al yang tinggi. Jenis tanah di lokasi berdasarkan Peta Jenis Tanah Soil Taxonomy (Soil

Survey Staff, 1998), tergolong jenis tanah Podsolik dan Podsolik Coklat. Sebagian

besar wilayah (sekitar 80%) terdiri dari jenis tanah podsolik. Hasil analisis kesuburan

tanah dapat dilihat pada Tabel 3.14..

b) Sifat-sifat dan Karakteristik Tanah

Tekstur tanah pada umumnya lempung berliat, sampai lempung liat berpasir.

Konsistensi lekat dan plastis. Kematangan fisik tanah tergantung pada kondisi lamanya

genangan, tetapi pada umumnya di lapisan atas hampir matang sampai matang,

sedangkan di lapisan bawah setengah matang sampai mentah. Sampai kedalaman

120 cm.

Page 34: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 34

Tabel 3.14. Karakteristik Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi

Parameter Lokasi Contoh* T1 T2 T3

pH(H2O) 3,87 SM 3,92 SM 3,80 SM pH (KCl) 3,20 SM 3,14 SM 3,18 SM C-Org (%) 2,16 S 1,69R 2,05 S N-tot (%) 0,45 S 0,36 S 0,64 S P-Bray I 2,40 R 4,82 R 4,95 R Kalium (me/100g) 0,37 SR 0,39 SR 0,51 SR Natrium (me/100g) 0,47 S 0,51 S 0,61 S Calsium (me/100g) 0,72 R 0,61 R 0,45 SR Magnesium (me/100g) 0,32 SR 0,39 SR 0,49SR KTK (me/100g) 12,77 R 11,82 R 13,80 R Al-add (me/100g) 1,05R 1,04 R 1,01R H-add (me/100g) 0,64 0,71 0,16 Fraksi Tekstur - Pasir (%) - Debu (%) - Liat (%)

33,93 29,07 37,70

39,60 27,92 32,12

42,73 23,12 31,77

Sumber : Data Primer, 2016 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1983) Keterangan: SR : Sangat Rendah; S : Sedang ; R : Rendah ; SM : Sangat Masam *) T1) Bahuga Area (S : 040 45’ 35,9” E: 1040 45’ 16,4”)

T2) Desa Sumber Sari (S : 040 01’ 13,0” E: 1040 49’ 08,7”) T3) Desa Ulak Buntar (S : 040 02’ 20,5” E: 1040 45’ 24,1”)

Page 35: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 35

Gambar 3.1. Peta Batas Wilayah Studi Daerah irigasi Komering ( Bahuga Area )

Page 36: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 36

Gambar 3.2. Peta Lokasi Pengambilan sampel Daerah Irigasi Komering ( Bahuga Area )

Page 37: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 37

Gambar 3.3. Peta Jenis Tanah di Wilayah Kabupaten OKU Timur

Page 38: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 38

Gambar 3.4. Peta Topografi Wilayah Kabupaten OKU Timur

Page 39: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 39

Tabel 3.15. Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah di Wilayah Studi

NO PARAMETER T-1 T-2 T-3

1. Permeabilitas (cm/jam) 4,65 3,76 9,31

2. Bobot Isi (g/cm3) 1,09 1,12 1,02

3. Porositas (%) 46,12 43,26 46,15 Kriteria : Pusat Penelitian tanah dan Agroklimat, 1983. Ket :

T1) Bahuga Area (S : 040 45’ 35,9” E: 1040 45’ 16,4”) T2) Desa Sumber Sari (S : 040 01’ 13,0” E: 1040 49’ 08,7”) T3) Desa Ulak Buntar (S : 040 02’ 20,5” E: 1040 45’ 24,1”)

Dari data pada Tabel di atas, umumnya tanah yang dijumpai di areal rencana

perkebunan terbentuk dari batuan beku dan bahan sedimen. Bagian atas terdiri dari

batu lempung dan batu lanau dengan sisipan lanau kuarsa (yang lepas). Bagian atas

lebih lunak dibandingkan dengan bagian bawah dan banyak mengandung tufaan.

Pada bagian bawahnya dijumpai konkresi oksida besi yang berintikan lanau atau pasir

kuarsa (yang lepas). Lebih ke atas berupa batu lanau tufaan yang berwarna putih

kecoklatan/kemerahan. Pengaruh dari rerata suhu dan curah hujan tahunan yang

relatif tinggi mempercepat proses hancuran batuan dan pembebasan (leaching) basa-

basa yang terkandung dalam batuan induk tanah. Sebagai akibat dari proses ini

(proses podsolisasi) terbentuk tanah-tanah podsolik yang mempunyai kesuburan tanah

yang rendah akibat pH yang masam dan kejenuhan Al yang tinggi.

Pada daerah-daerah tertentu di areal pernah terjadi proses reduksi-oksidasi yang

terhambat dan menyebabakan terbentuknya konkresi besi (plinthit), terutama

dijumpai pada areal dengan lereng yang relatif besar (punggung dan puncak bukit).

Lapisan konkresi ini mempengaruhi kedalaman efektif tanah (soil depth) dari solum

tanah.

Sebagian besar wilayah (sekitar 80%) terdiri dari jenis tanah podsolik. Sisanya di kiri-

kanan sungai merupakan tanah aluvial. Menurut hasil pengamatan lapangan dan hasil

analisis tanah di laboratorium secara komposit Tabel 3.14, tanah di lokasi kegiatan

memiliki tingkat kesuburan alami yang rendah. Untuk peruntukkan lain pertanian

terdapat beberapa faktor yang perlu diperbaiki seperti dominasi liat. Tanah-tanah yang

didominasi oleh liat mempunyai kesarangan yang rendah sehingga menahan sulit

meyerap air yang akan menyebabkan erosi yang tinggi. Secara umum reaksi tanah

tergolong sangat masam, kandungan bahan organik sedang sampai tinggi dan

Page 40: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 40

kandungan nitrogen total adalah rendah sampai sedang. Ketersediaan P2O5 tergolong

rendah sampai sedang, Kalium tergolong sangat rendah, natrium umumnya sedang,

kalsium adalah sangat rendah sampai rendah dan magnesium tergolong sangat

rendah sampai rendah.Sedangkan kemampuan pertukaran kation umumnya rendah.

3.1.2. Komponen Biota

Komponen biota yang diulas dalam bab 3 meliputi komponen biota darat dan biota air.

3.1.2.1. Biota Darat A. Habitat Semak Belukar Untuk menilai kualitas vegetasi dapat dilihat dari parameter keanekaragaman jenis,

habitus dan pertumbuhannya yang menunjukan kondisi lingkungan darat di suatu

daerah yang berkaitan erat dengan fungsi vegetasi tersebut di dalam ekosistemnya.

Keanekaragaman jenis tumbuhan dapat menggambarkan stabilitas dari suatu

ekosistim yang mendukung kehidupan satwa liar baik sebagai habitat, tempat

berlindung dan berbiak serta sumber makanannya. Habitus atau perawakan suatu

tumbuhan serta kondisi pertumbuhannya dapat memberikan fungsinya dalam

meningkatkan kualitas lingkungan baik sebagai pelindung, peredam suara dan

estetika. Peningkatan kualitas lingkungan yang diperankan oleh tumbuhan disebabkan

oleh kemampuannya melakukan proses fotosintesis yang dapat menyerap gas buang

(gas CO2) dan menghasilkan oksigen (O2) yang bermanfaat bagi manusia dan hewan

untuk proses respirasi atau pernafasan. Selain itu vegetasi dapat meredam kebisingan

dan pelindung tanah berdasarkan kondisi pertumbuhannya, habitusnya serta lapisan

dan ketebalan tajuk yang dimiliki oleh suatu jenis tumbuhan. Keanekaragaman jenis

tumbuhan yang tinggi pada suatu lokasi akan mendukung keanekaragaman jenis

satwa liar. Hal ini disebabkan karena masing-masing jenis satwa liar memiliki relung

ekologi (niche) dan kesesuaian pakan alami yang berbeda pada suatu habitat.

Habitat yang terdapat di sekitar lokasi kegiatan pengembangan pembangunan jaringan

irigasi Daerah Irigasi Komering (Bahuga area) di Kecamatan Belitang Mulya dan

Kecamatan Belitang II Kabupaten Ogan Kemering Ulu Timur adalah habitat kebun

karet, sawah dan semak belukar. Berdasarkan survei lapangan terlihat bahwa vegetasi

semak belukar merupakan kebun yang terlantar, hal ini ditandai dengan adanya jenis-

jenis tanaman budidaya dalam habitat tersebut. Selain itu bahwa semak belukar

Page 41: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 41

tersebut memperlihatkan tanaamaan campuran yang terdiri dari jenis-jenis tanaman

alami dan jenis-jenis tanaman budidaya.

Berdasarkan habitus, tumbuhan yang menyusun komunitas tumbuhan dataran atau

lahan kering dengan topografi bergelombang terdiri atas pohon, perdu dan tumbuhan

bawah. Jenis tumbuhan pohon didominasi oleh seru (Schima wallichii), leban (Vitex

pubescens), saga (Adenanthera pavonina) dan simpur (Dillenia exelsa). Sedangkan

kelompok tumbuhan bawah didominasi oleh rumput pait (Axonompus compressus),

orok-orok (Crotalaria retusa dan Crotalaria mucronata), alang-alang (Imperata

cylindrica) dan rumput teki (Cyperus monocephala). Jenis tumbuhan perdu yang

banyak ditemukan adalah krinyu (Eupatorium odoratum), seduduk (Melastoma

malabatricum) dan kayu duri (Mimosa pigra).

Tumbuhan di semak belukar berdasarkan hasil pengamatan terlihat masih cukup

beragam, sehingga vegetasi alami masih cukup banyak dijumpai baik jenis maupun

kelimpahannya. Jenis tumbuhan kelompak vegetasi semak belukar yang dominan

ditemukan adalah berbagai jenis paku-pakuan dan rumput-rumputan misalnya, rumput

pait (Axonopus compressus), rumput teki (Cyperus monocephalus dan Cyperus

rotundus), paku resam (Gleichenia linearis), alang-alang (Imperata cylindrica), krinyu

(Eupatorium odoratum) dan seduduk (Melastoma malabathricum). Selain itu jenis

tumbuhan yang sengaja ditanam oleh penduduk setempat adalah karet (Hevea

brasiliensis). Untuk memperoleh gambaran jumlah jenis tumbuhan yang ada di habitat

semak belukar, tim penyusun melakukan inventarisasi jenis tumbuhan yang ada di

habitat semak belukar. Tabel 3.16 memperlihatkan sejumlah tumbuhan yang ditemukan

di habitat semak belukar.

Page 42: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 42

Tabel 3.16. Tumbuhan Penyusun Semak Belukar di

Sekitar Kegiatan pengembangan pembangunan D. I Komering (Bahuga Area) No Nama Daerah Nama Latin Habitus Taksiran

Kelimpahan 1. Alang-alang Imperata cylindrica Herba ++ 2. Akar sejangat Spatholobus ferrugineus Liana ++ 3. Awar-awar Ficus septica Herba + 4. Akasia daun kriting Acacia auriculiformis Pohon + 5. Akasia daun lebar Acacia mangium Pohon ++ 6. Balik angin Mallotus paniculatus Pohon + 7. Bungur Lagerstroemia speciosa Pohon + 8. Buntut tikus Heliotropium indicum Herba ++ 9. Durian Durio zibethinus Pohon + 10. Duku Lansium domesticum Pohon + 11. Enau Arenga pinnata Pohon + 12. Jambu air Syzygium aqueum Pohon + 13. Jambu biji Psidium guajava Pohon + 14. Jambu pokat Persea americana Pohon + 15. Jati Tectona grandis Pohon + 16. Jengkol Pithecellobium lobatum Pohon + 17. Karet Hevea brasiliensis Pohon +++ 18. Kayu manis Cinnamomum burmanni Pohon + 19. Kempas Koompasia malaccensis Pohon + 20. Kemiri Aleurites moluccana Pohon + 21. Kelapa Cocos nucifera Pohon ++ 22. Krinyu Eupatorium odoratum Perdu ++ 23. Mahang Macaranga triloba Pohon ++ 24. Nangka Artocarpus heterophylla Pohon + 25. Nenas Ananas comosus Herba +++ 26. Paku resam Gleichenia linearis Herba +++ 27. Pisang Musa paradisiaca Rumpun ++ 28. Pinang Areca catechu Pohon + 29. Petai Parkia speciosa Pohon + 30. Pulai Alstonia scholaris Pohon + 31. Saga Adenanthera pavonina Pohon ++ 32. Simpur Dillenia aurea Pohon + 33. Terentang Campnosperma macrophyllum Pohon + 34. Tembesu Fagraea fragrans Pohon +

Sumber : Data primer, 2016. Status konservasi: semua tumbuhan yang terinventarisasi termasuk tumbuhan yang tidak dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa + = 5-10 individu/10ha; ++ = 10-20 individu/10ha dan +++ = >20 individu/10ha

B. Habitat pekarangan Tumbuhan budidaya yang ditemukan di dalam pekarangan masyarakat sekitar lokasi

kegiatan Pengembangan Pembangunan Irigasi Daerah Irigasi Komering (Bahuga

Area) memiliki keanekaragaman tinggi, hal tersebut terlihat dari beranekaragamnya

jenis tumbuhan yang ditanam oleh masyarakat setempat. Tinggi keanekaragaman

jenis tumbuhan pekarangan disebabkan oleh pola tanam masyarakat yang bervariasi

untuk jenis tumbuhan pekarangan walaupun kerapatan individu setiap jenis tumbuhan

Page 43: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 43

yang ditanam tergolong sedikit. Pola tanam tumbuhan budidaya yang bervariasi

bertujuan agar pekarangan yang terbatas dapat ditanam dengan jenis tumbuhan yang

banyak sehingga tumbuhan dapat dimanfaatkan sesuai manfaat masing-masing

tumbuhan misalnya tumbuhan penghasil sayuran, penghasil buah, tumbuhan

pelindung dan peningkatan nilai estetika lingkungan (tanaman hias).

Secara umum jenis tumbuhan yang sering ditanam dalam jumlah individu yang

banyak adalah kelapa (Cocos nucifera), pisang (Musa paradisiaca), pinang (Areca

cathecu) dan ubi kayu (Manihot utillisima). Sedangkan jenis tumbuhan lain hanya

ditanam dengan jumlah induvidu yang sedikit.

Tabel 3.17. Tanaman Pekarangan yang Terdapat di Sekitar

Kegiatan Pengembangan Pembangunan Irigasi D.I Komering (Bahuga Area) No Nama Daerah Nama Ilmiah Habitus Taksiran

Kelimpahan 1 Akasia daun keriting Acacia auriculiformis Pohon + 2 Akasia daun lebar Acacia mangium Pohon + 3 Bambu kuning Bambusa vulgaris Pohon + 4 Bambu betung Dendrocalamus asper Pohon + 5 Cempedak Artocarpus champeden Pohon + 6 Duku Lansium domesticum Pohon + 7 Durian Durio zibethinus Pohon + 8 Jambu air Syzygium aqueum Pohon + 9 Jambu biji Psidium guajava Pohon +

10 Jambu bol Eugenia malaccensis Pohon + 11 Jambu apokat Persea Americana Pohon + 12 Jengkol Pithecellobium lobatum Pohon + 13 Jeruk Citrus aurantium Pohon ++ 14 Kakao Theobroma cacao Pohon + 15 Kapuk Ceiba petandra Pohon + 17 Karet Hevea brasiliensis Pohon ++ 18 Kelapa Cocos nucifera Pohon ++ 19 Kembang kertas Bougainvillea spectabilis Perdu + 20 Kopi Coffea robusta Pohon ++ 21 Mangga Mangifera indica Pohon ++ 22 Nangka Artocarpus heterophylla Pohon + 23 Petai Parkia speciosa Pohon + 24 Pinang Areca catechu Pohon + 25 Pisang Musa paradisiaca Rumpun pohon ++ 26 Rambai Baccaurea motleyana Pohon + 27 Rambutan Nephelium lappaceum Pohon + 28 Sirsak Annona muricata Pohon + 29 Sukun Artocarpus communis Pohon + 30 Tangkil Gnetum gnemon Pohon + 31 Ubi kayu Manihot utilissima Perdu ++

Sumber : Data primer, 2016. Status konservasi: semua tumbuhan yang terinventarisasi termasuk tumbuhan yang tidak dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa + = 5-10 individu/10ha; ++ = 10-20 individu/10ha dan +++ = >20 individu/10ha

Page 44: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 44

C. Kebun Karet Di dalam kebun karet dilakukan analisis vegetasi. Ini untuk memperlihatkan bahwa Nilai

Penting yang diperoleh menunjukkan bahwa kebun karet yang kurang terawatt masih

didominasi penutupan lahan oleh tanaman karet. Dengan menggunakan analisis

vegetasi yang mengarah kepada satuan Nilai Penting, tidak dapat menggambarkan

kualitas lingkungan hidup. Oleh karena itu survey pengamatan langsung dengan

mencacah jenis tumbuhan yang ada dalam satu habitat dapat memberikan gambaran

tentang kualitas lingkungan hidup dengan bantuan tabel yang dikemukakan oleh

Soerjani (1989). Tabel yang dikemukakan berisikan jumlah jenis flora dan fauna yang

dikonversikan menjadi nilai indeks keanekaragaman dan dipadu dengan klasifikasi dan

kuantifikasi kualitas lingkungan hidup. Tabel itu adalah tabel 3.20..

Tabel 3.18. Nilai Penting vegetasi di Kebun Karet tapak proyek D.I Komering (Bahuga Area)

INP ( % ) No. Nama Lokal Species Pohon Pancang Semai

1 Karet Hevea braziliensis 195.6 2 Bambangan Anthocephalus cadamba 45.4 3 Leban Vitex pinnata 40.8 4 Simpur Dillenia aurea 51.0 5 Bungur Lagerstromeia speciosa 72.0 6 Sirihan Piper aduncum 116.4 7 Beluntas Pluchea indica 38.8 8 Seduduk Melastoma malabathricum' 40.5 9 Kayu api Mimosa pigra 65.3

10 Rumput belulang Eulisine indica 28.1 11 Rumput pahit Paspalum sp. 38.4 12 Putri malu Mimosa pudica 24.7 13 Kiriyuh Eupatorium sp 20.1 14 Subang Cyda acuta 20.1 15 Rumput pait Axonopus compressus 20.1 16 Bandotan Ageratum conyzoides 71.5

Sumber: data primer, 2016

D. Fauna Fauna vertebrata yang diamati tergolongkan ke dalam kelompok Amphibia, Reptilia,

Aves dan Mammalia. Hasil pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan

penduduk setempat dapat diketahui bahwa keanekaragaman jenis fauna yang terdapat

di sekitar lokasi kegiatan pengembangan Pembangunan Irigasi D.I Komering (Bahuga

Area) di Kecamatan Belitang Mulya dan Kecamatan Belitang II Kab. OKU Timur. Jenis

Page 45: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 45

fauna yang kurang beranekaragam disebabkan karena pada areal sekitar lokasi

kegiatan sudah ada kegiatan masyarakat dengan membuka lahan untuk kegiatan

perkebunan. Keanekaragaman flora penutup lahan menentukan jumlah dan jenis fauna

yang ada di habitat tersebut.

Jenis Amphibia yang sering ditemukan adalah katak sawah (Rana cancrivora ) dan

kata rawa (Rana pipiens), jenis Reptilia yang sering ditemukan adalah biawak

(Varanus salvator), ular sawah (Phyton reticulatus ), ular kobra (Naja naja ), ular daun

(Trimeresurus sp ) dan ular weling (Bungarus sp). Jenis Aves (burung) yang sering

ditemukan adalah layang-layang (Hirundo sp), berbah (Corivnia sp), pipit (Lonchura

sp), dan burung gereja (Passer montanus). Untuk jenis Mammalia yang sering

ditemukan adalah babi hutan (Sus scrova ), monyet (Macaca sp), kera ekor panjang

(Macaca fascicularis), dan simpai (Presbytis sp). Jenis-jenis satwa yang ditemukan

disekitar lokasi rencana kegiatan, beberapa diantaranya terdapat jenis jenis satwa

langka dan dilindungi oleh Undang-Undang, golongan unggas antara lain rangkok

papan (Buceros bicornis) dan rangkok hitam (Anthracoceros malayanus). Sedangkan

golongan Mammalia yang langka dan dilindungi undang-undang antara lain: ungko

(Hylobathes agilis), rusa (Cervus unicolor), dan macan akar (Felis bengalensis) masih

dapat ditemukan berdasarkan informasi penduduk setempat.

Dengan banyak satwa yang dilindungi undang-undang sebagaimana disajikan pada

Tabel 3.18. (2 jenis Aves dan 3 jenis Mammalia), maka pada kawasan sekitar areal

studi perlu dilakukan tindakan pencacahan satwa guna memastikan keberadaan satwa

tersebut. Dengan demikian di lokasi studi perlu dikelola dengan baik yang dimasukkan

dalam program RKL-RPL; misalnya pemasangan papan larangan untuk berburu dan

atau penangkapan satwa.

Untuk mengevaluasi kualitas lingkungan hidup, tim penyusun menggunakan standar

keanekaragaman yang dikemukakan oleh Soerjani (1989). Standard keanekaragaman

yang dikemukakan oleh Soerjani merujuk kepada jumlah jenis flora dan fauna. Oleh

karena itu survey inventarisasi telah dapat mewakili untuk dapat memberikan data

yang dievaluasi berdasarkan pendapat Soerjani. Tabel 3.20. merupakan standard nilai

keanekaragaman flora dan fauna.

Page 46: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 46

Tabel 3.19. Fauna di Sekitar Rencana Kegiatan Pengembangan Pembangunan Irigasi

Daerah Irigasi Komering (Bahuga Area)

No Nama Daerah Kelompok Taksa dan Nama Jenis (Ilmiah)

Taksiran Kelimpahan

A. Kelass Amphibia 1 Katak sawah Rana cancrivora ++ 2 Bangkong Bufo melanopticus + 3 Katak pohon Hyla versicolor + B. Kelass Reptilia

4 Biawak Varanus salvator ++ 5 Bengkarung Mabouya multifasciata + 6 Labi-labi Trionyx cartilagineus + 7 Ular sawah Phyton reticulatus + 8 Ular kobra Naja naja + 9 Ular tikus Elaphe radiata +

10 Ular daun Trimeresurus albolabris + 11 Ular weling Bungarus sp + 12 Kura-kura Testudo elegans + C. Kelass Aves 13 Perkutut Geopelia striata + 14 Kutilang Pycnonotus aurigaster + 15 Tekukur Streptopelia chinensis ++ 16 Pergam gunung Ducula badia + 17 Perenjak gunung Orthotomus cuculatus ++ 18 Burung gereja Passer montanus +++ 19 Kapinis rumah Apus affinis +++ 20 Pipit rawa Lonchura malacca +++ 21 Rangkok papan Buceros bicornis *) + 22 Rangkok hitam Anthracoceros malayanus *) + 23 Pipit haji Lonchura maja +++ 24 Merbah Pycnonotus plumosus ++ 25 Murai kampung Copsychus saularis + 26 Berugo Gallus gallus + 27 Burung hantu Ketupa ketupu + 28 Murai batu Dendrocitta formosae + 29 Pelatuk Dryocopus javensis + D. Kelas Mammalia 30 Babi hutan Sus scrova ++ 31 Beruang Helarctos malayanus*) + 32 Landak Hystrix brachyuran *) + 33 Monyet Macaca sp + 34 Rusa Cervus unicolor*) + 35 Kera Macaca fascicularis ++ 36 Monyet Presbytis femoralis +++ 37 Beruk Macaca nemestrina + 38 Kalong Pteropus gigantea ++

Keterangan ; + = Sedikit ( i individu/100 ha): ++ = Sedang (10 individu/100ha); +++ = Banyak (lebih dari 20 individu/100ha). Sumber : Data Primer Tim Biologi, 2016.

Status konservasi: *) dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

Page 47: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 47

Tabel 3.20. Kriteria kualias lingkungan hidup dan indeks keanekaragaman flora dan fauna

SKALA KUALITAS Ling. Hidup

KRITERIA Ling. Hidup Flora Fauna INDEKS

KEANEKARAGAMAN

1 Sangat Buruk 1-5 species 1-2 sp. <0,75 2 Buruk 6-10 species 3-5 sp. 0,75-1,50 3 Sedang 11-20 species 6-10 sp. 1,51-2,25 4 Bagus 21-30 species 11-15 sp 2,26-3 5 Sangat Bagus >30 >15 sp. >3

Sumber : Soerjani, 1989 Keterangan : 1 = sangat buruk ; 2 = buruk ; 3 = sedang ; 4 = bagus ; 5 = sangat bagus

Dengan memadukan tabel 3.16.; tabel 3.17 dan tabel 3.20; maka diperoleh bahwa

habitat semak-belukar dan kebun karet dan pekarangan mempunyai nilai indeks

keanekaragaman sebesar lebih dari 3 dan nilai kualitas lingkungan hidup sebesar 5

atau mempunyai katagori sangat bagus. Begitu pula bila tabel 3.19 dipadukan dengan

tabel 3.20. diperoleh bahwa fauan yang ada di sekitar tapak proyek mempunyai nilai

keanekaragaman lebih besar dari angka 3 dan nilai kualitas lingkungan hidup berskala

5 dengan kriteria sangat bagus.

3.1.2.2. Biota Akuatik

Berdasarkan sifat dan keberadaannya dalam habitat akuatik maka biota perairan

dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok umum, yaitu plankton, benthos, dan

nekton. Komunitas biotik baik plankton, benthos dan nekton dapat dijadikan sebagai

indikator kualitas badan perairan atau sering disebut sebagai indikator ekologis untuk

badan air. Perubahan komunitas biotik tersebut merupakan indikator perubahan

ekosistem perairan (akuatik). Ketiga kelompok organisme tersebut saling terkait dalam

menopang rantai dan jaring makanan dalam ekosistem perairan seperti sungai, kolam

dan danau di alam. Sementara sungai yang ada di sekitar lokasi mempunyai fungsi

ganda bagi masyarakat sekitarnya, baik itu untuk mengairi persawahan tanaman padi,

kolam perikanan maupun untuk pemanfaatan air bagi kepentingan rumah tangga.

A. Plankton

Komunitas plankton secara garis besar dibedakan atas 2 (dua) kelompok, yaitu

fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan plankton yang bersifat produsen

Page 48: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 48

karena bersifat autotrof, oleh kemampuannya mensintesis bahan makanan anorganik

seperti air, karbon dioksida yang terlarut dalam air dengan adanya radiasi matahari

serta bantuan khlorofil dalam selnya berkemampuan membentuk bahan makanan

organik. Bahan organik yang dihasilkan oleh fitoplankton tersebut selain berguna untuk

pertumbuhan dan perkembangan serta reproduksinya juga berguna untuk sumber

makanan organik bagi kehidupan lainnya dalam ekosistem perairan.

Sedangkan kelompok zooplankton adalah plankton yang bersifat hewani artinya yang

hanya dapat hidup dengan memanfaatkan atau memakan bahan organik berupa

organisme lain termasuk fitoplankton. Oleh sebab itu kelompok fitoplankton dan

zooplankton adalah berinteraksi (saling tergantung) dalam ekosistem perairan. Dalam

hal ini zooplankton memanfaatkan fitoplankton sebagai sumber energinya, sedangkan

zooplankton berguna menekan pertumbuhan fitoplankton agar kelimpahan populasinya

di dalam badan air terjaga secara seimbang, sehingga tidak terjadi blooming populasi.

Namun bila oleh sesuatu hal bila terjadi pencemaran organik sehingga material

tertentu melimpah dalam badan air, maka pertumbuhan fitoplankton menjadi sangat

pesat dan tidak dapat dimanfaatkan seluruhnya oleh zooplankton. Pada kondisi seperti

itu, bahan organik dalam badan air berlebihan dalam bentuk biomassa fitoplankton,

sehingga pada saat tertentu akan mati bersama-sama seluruh organisme yang ada

dalam badan air dan menimbulkan pencemaran organik yang sangat bersar. Kondisi

ini dikenal dengan eutrofikasi dalam badan air. Kelimpahan dan keanekaragaman

komunitas plankton disajikan pada Tabel 3.21..

Berdasarkan hasil analisis populasi plankton, indeks keanekaragaman komunitas

plankton di kanal dan Sungai Belitang ternyata menunjukkan nilai 1,3; berarti populasi

plankton di perairan tersebut pada kondisi yang. Ini terlihat dari hasil analisis yang

dilakukan sebagaimana disajikan pada Tabel 3.21..

Selain menggunakan analisa keanekaragaman, plankton dianalisa juga dengan

menggunakan analisa indeks saprobik (Dresscher and Mark, 1978). Dengan indeks

saprobik, dapat menunjukkan kualitas suatu perairan. Tabel 3.22. menunjukkan skala

tingkat pencemaran suatu perairan berdasarkan nilai indeks saphrobiks.

Dari hasil perhitungan nilai indeks saphrobiks menunjukkan bahwa air kanal dan

Sungai Belitang telah mengalami pencemaran ringan dengan kriteria bagus atau

Page 49: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 49

mempunyai kualitas lingkungan hidup pada skala 4. Jenis pencemarnya adalah bahan

organic.

Tabel 3.21.

Keanekaragaman Plankton di Saluran Sekunder dan Sungai Belitang

No. Taxon\Lokasi P1 P2 P3

(ind/liter) (ind/liter) (ind/liter) I PHYTOPLANKTON A. Cyanophyceae: 1. Anabaenopsis sp. 40 20 15 B. Chlorophyceae: 1. Spirogyra sp. 5 5 C. Desmidiaceae: 1. Cosmarium sp 4 D. Diatomae (Bacillariophyceae): 1. Amphoira sp 4 2. Bacillaria sp 25 15 3. Cycloella sp. 16 4. Nitzschia sp. 4 40 32 E Euglenophyta 1. Phacus sp 10 5 II ZOOPLANKTON 1. Cathypna sp. 4 Jumlah 72 100 72 1 Populasi komunitas plankton / liter 72 100 72 2 Populasi fitoplankton per liter 68 100 72 3 Populasi zooplankton per liter 4 0 0 4 Keanekaan spesies plankton 6 5 5 5 Keanekaan spesies fitoplankton 5 5 5 6 Keanekaan spesies zooplankton 1 0 0 7 Indeks keanekarag. Shannon index

(H) 1.303 1.415 1.384

8 Indeks saphrobiks (X) 0.778 1.000 1.000 Sumber : Data Primer Tim Biologi, 2016.

Keterangan: P1 = Air Irigasi Bahuga Area (S : 040 04’36,6” E: 104045’16,0”) P2 = Sungai Belitang Bagian Hulu (S : 040 02’15,4” E: 104045’21,2”) P3 = Sungai Belitang Bagian Hilir(S : 040 02’15,5” E: 104045’23,3”)

Page 50: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 50

Tabel 3.22. Skala Kualitas lingkungan hidup untuk indeks saprobiks dan kualitas air SKALA KUALITAS

LINGKUNGAN HIDUP INDEKS

SAPHROBIKS KRITERIA KUALITAS AIR

5 4 3 2 1

> 3,0 2,9 s/d 0,25 0,24 s/d - 1 - 1 s/d -2,9

< -3,0

Tidak tercemar Tercemar ringan Tercemar sedang

Tercemar Tercemar Berat

Sumber : Modifikasi tabel saprobik indeks Dresscher dan Mark, 1976 Keterangan : 1 = sangat buruk ; 2 = buruk ; 3 = sedang ; 4 = bagus ; 5 = sangat bagus

B. Benthos

Organisme benthos adalah penghuni bagian dasar suatu perairan. Keberadaan

benthos dalam substrat atau lumpur atau pada batu-batu dalam badan air sangat erat

dengan kondisi makanan organik yang hanyut oleh arus air dan kondisi oksigen yang

cukup untuk kehidupannya. Komunitas benthos sebagai organisme penghuni bagian

dasar sungai perairan memainkan suatu peran penting dalam menjaga kestabilan

ekosistem perairan antara lain dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang

terbawa arus air yang terjadi di dasar badan sungai baik pada anak sungai maupun

pada sungai utamanya. Lokasi untuk pengambilan sampel benthos sama letaknya

dengan lokasi pengambilan sampel plankton. Selengkapnya data komunitas benthos

pada substrat dari perairan studi disajikan pada Tabel 3.23..

Indeks keanekaragaman benthos mempunyai nilai dibawah angka 2. Hal ini

memperlihatkan bahwa populasi benthos di perairan daerah studi masih belum stabil.

Kualitas lingkungan yang ada mempunyai skala sebesar angka 3 dan berarti perairan

daerah studi mempunyai kriteria sedang. .

Page 51: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 51

Tabel 3.23. Kelimpahan Dan Keanekaragaman Komunitas Benthos

di Wilayah Studi

No. Taksa Hasil Analisis B1 B2 B3

A. 1 2

B 3 4

C 5 6

D 7

E 8

Gastropoda Melanoides Tuberculata Thiara sp. Crustacea Neomysis sp Palaemonetes sp. Odonata Maromia magnifera Ophiogomphus sp. Oligochaeta Limnodrillus sp Coleoptera Hydrocantus sp.

3 - 3 2 2 2 5 1

2 2

3 -

4 -

4

1

- 2 2 - 2 3 4 -

Jumlah Jenis 7 6 5 Total Kelimpahan (Individu/Liter) 18 22 13 Indeks Keanekaragaman Shannon (H’) 1,84 1,46 1,56

Sumber : Data Primer Tim Biologi, 2016. Keterangan:

P1 = Air Irigasi Bahuga Area (S : 040 04’36,6” E: 104045’16,0”) P2 = Sungai Belitang Bagian Hulu (S : 040 02’15,4” E: 104045’21,2”) P3 = Sungai Belitang Bagian Hilir(S : 040 02’15,5” E: 104045’23,3”)

C. Nekton

Nekton adalah organisme akuatik yang berukuran besar, sehingga mampu mengikuti

dan melawan arus air untuk melaksanakan aktivitasnya. Komunitas nekton meliputi

semua jenis-jenis ikan yang ada di dalam badan air seperti di sungai dan anak sungai.

Pengamatan jenis nekton, terutama jenis-jenis ikan dilakukan pada lokasi pengambilan

sampel plankton dan benthos. Selain pengamatan juga dilakukan wawancara terhadap

penduduk yang mencari ikan dengan menggunakan alat tangkap ikan. Data

selengkapnya jenis-jenis nekton yang mungkin terdapat di wilayah studi disajikan pada

Tabel 3.24.. Jenis ikan yang masih banyak ditemukan adalah ikan seluang, ikan kepiat

dan ikan sebarau. Jenis ikan yang ditemukan dalam jumlah yang sedang adalah lele

sungai, sepat, betok, langli dan piluk.

Page 52: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 52

Tabel 3.24. Keanekaragaman Nekton Pada Perairan Pada Lokasi Studi

No. Nama lokal Nama ilmiah Taksiran Populasi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Seluang Gabus Lele sungai Toman Betok Sepat siam Sepat mata merah Lais Kepiat Lampam Langli Lumbut Nilam Sebarau Belida *) Piluk Sihitam Tilan Tiluk

Rasbora agyrotaenia Ophiocephalus striatus Clarias batrachus Ohiocephalus micropeltes Anabas testudineus Trichogaster pectoralis Trichogaster trichopterus Cryptopterus lais Puntius waandersi Puntius schwanefeldi Botia hymenophysa Rohteichthys microlepis Osteochilus hasselti Hampala macrolepidota Notopterus notopterus Macrognathus aculeatus Labeo chrysopekadion Mastacembelus unicolor Scleropages formosus

+++ +

++ -

++ ++ ++ +

+++ +

++ + +

+++ -

++ + - -

Sumber: Data Primer, 2016. +++ banyak; ++ sedang; + sedikit; - jarang

Status konservasi: *) dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

Dari Tabel 3.24 memperlihatkan bahwa paling sedikit terdapat sebanyak 19

spesies jenis nekton (ikan) dalam wilayah studi, Dari jenis yang diidentifikasi tersebut,

paling tidak ada 1 spesies ikan yang dilindungi undang-undang karena kelimpahannya

di hampir semua perairan sungai-sungai di alam adalah dalam kategori jarang..

Dengan demikian, penangkapan ikan dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan

seperti memutas atau meracun badan air sungai tidak diperkenankan atau dilarang.

Oleh sebab itu perlu kerjasama BBWS Sumatera VIII dengan pemerintah setempat

(Desa dan Kecamatan) untuk menjaga lingkungan perairan sungai-sungai di wilayah

studi.

Page 53: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 53

3.1.3. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya

3.1.3.1. Gambaran Umum Daerah Studi Tapak proyek (rencana kegiatan) Pengembangan Pembangunan irigasi Daerah Irigasi

Komering (Bahuga Area) secara administratif terletak di Desa Tegal Besar dan Desa

Sumber Sari Kecamatan Belitang II serta Desa Ulak Buntar Kecamatan Belitang

Mulya, Kabupaten OKU Timur, Propinsi Sumatera Selatan. Dalam bagian ini akan

dikemukakan gambaran kondisi sosial kependudukan, sosial ekonomi, dan sosial

budaya serta kesehatan masyarakat.

Batas wilayah Kecamatan Belitang II Kab. OKU Timur adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kec. Semendawai Timur (OKU Timur)

Sebelah Selatan : Kec. Belitang III (OKU Timur)

Sebelah Timur : Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)

Sebelah Barat : Kec. Belitang Mulya (OKU Timur)

Kecamatan Belitang II memiliki luas wilayah sekitar 163,74 km2 atau 16.374 ha dan

secara administrasi terdiri atas 27 desa, 98 dusun serta 253 RT dengan Ibukota Kec.

berlokasi di Desa Sumber Jaya. Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari menjadi

tapak proyek lokasi Pembangunan jaringan irigasi D.I Bahuga Area BBWS Sumatera

VIII di Kecamatan Belitang II.

Sedangkan batas wilayah Kecamatan Belitang Mulya Kab. OKU Timur adalah sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Kec. Belitang II (OKU Timur)

Sebelah Selatan : Kec. Belitang Madang Raya (OKU Timur)

Sebelah Timur : Kec. Belitang III (OKU Timur)

Sebelah Barat : Kec. Semendawai Suku III (OKU Timur)

Kecamatan Belitang Mulya memiliki luas wilayah sekitar 54,41 km2 atau 5.441 ha dan

secara administrasi terdiri atas 12 desa, 40 dusun serta 105 RT dengan Ibukota Kec.

berlokasi di Desa Petanggan. Desa Ulak Buntar menjadi tapak proyek lokasi

Pembangunan jaringan irigasi DI Bahuga Area BBWS Sumatera VIII di Kecamatan

Belitang Mulya.

Page 54: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 54

3.1.3.2. Kewilayahan dan Demografi A. Jumlah Penduduk Berdasarkan data monografi desa dan kecamatan wilayah studi yaitu Desa Tegal

Besar dan Desa Sumber Sari Kecamatan Belitang II serta Desa Ulak Buntar

Kecamatan Belitang Mulya dapat diketahui jumlah penduduk dan kepadatan penduduk

seperti tertera pada Tabel. 3.25.

Tabel. 3.25. Jumlah Dusun, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

di Desa Tegal Besar, Desa Sumber Sari, Desa Ulak Buntar, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya, OKU Timur, 2014

Desa / Kecamatan Luas Wilayah Desa Dusun

Jumlah Penduduk

(jiwa) Jumlah

Keluarga Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

Tegal Besar 5,33 km2 - 3 1.350 362 253 Sumber Sari 10,47 km2 - 5 1.592 420 152 Kec. Belitang II 163,74 km2 27 98 41.846 11.105 256 Ulak Buntar 18,00 km2 - 5 2.463 605 137 Kec. Belitang Mulya 54,41 km2 12 40 20.905 5.098 384

Sumber : BPS, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya Dalam Angka, 2015

Dikaitkan dengan luas wilayah yaitu seluas 163,74 km2 dengan jumlah penduduk

sebesar 41.846 jiwa, maka kepadatan penduduk di Kec. Belitang II adalah sebesar 256

jiwa/km2. (kepadatan tinggi). Sedangkan untuk wilayah Desa Tegal Sari yang memiliki

luas wilayah yaitu seluas 5,33 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 1.350 jiwa, maka

kepadatan penduduk di Desa Tegal Sari adalah sebesar 253 jiwa/km2 (kepadatan

tinggi).

Untuk wilayah Desa Sumber Sari yang memiliki luas wilayah yaitu seluas 10,47 km2

dengan jumlah penduduk sebesar 1.592 jiwa, maka kepadatan penduduk di Desa

Sumber Sari adalah sebesar 152 jiwa/km2 (kepadatan tinggi).

Sementara untuk Kecamatan Belitang Mulya yang memiliki luas wilayah seluas 54,41

km2 dengan jumlah penduduk sebesar 20.905 jiwa, maka kepadatan penduduk di Kec.

Belitang Mulya adalah sebesar 384 jiwa/km2. (kepadatan tinggi).

Sedangkan untuk wilayah Desa Ulak Buntar yang memiliki luas wilayah yaitu seluas

18,00 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 2.463 jiwa, maka kepadatan penduduk di

Desa Ulak Buntar adalah sebesar 137 jiwa/km2 (kepadatan tinggi).

Page 55: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 55

Berikut pada Tabel 3.26. disajikan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Seks

Ratio di Desa Tegal Besar, Desa Sumber Sari, Desa Ulak Buntar, Kec. Belitang II dan

Kec. Belitang Mulya Kab. OKU Timur tahun 2014.

Tabel 3.26. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

di Desa Tegal Besar, Desa Sumber Sari, Desa Ulak Buntar, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya, OKU Timur, 2014

Desa / Kecamatan Jumlah Penduduk Seks Ratio Laki-Laki Perempuan Jumlah Tegal Besar 672 678 1.350 99,12 Sumber Sari 802 790 1.592 101,52 Kec. Belitang II 21.329 20.517 41.846 103,96 Ulak Buntar 1.250 1.213 2.463 103,08 Kec. Belitang Mulya 10.547 10.358 20.905 101,85

Sumber : BPS, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya Dalam Angka, 2015

Pada tahun 2014, jumlah penduduk di Kec. Belitang II tercatat sebanyak 41.846 jiwa

dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 21.329 jiwa dan penduduk

perempuan sebanyak 20.517 jiwa yang tersebar di 27 desa dan 98 dusun.

Berdasarkan rasio jenis kelamin (sex ratio) untuk Kecamatan Belitang II adalah

sebesar 104 yang berarti dari 100 orang penduduk perempuan terdapat sekitar 104

orang penduduk laki-laki.

Sedangkan jumlah penduduk di Kec. Belitang Mulya tercatat sebanyak 20.905 jiwa

dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 10.547 jiwa dan penduduk

perempuan sebanyak 10.358 jiwa yang tersebar di 12 desa dan 40 dusun.

Berdasarkan rasio jenis kelamin (sex ratio) untuk Kecamatan Belitang Mulya adalah

sebesar 102 yang berarti dari 100 orang penduduk perempuan terdapat sekitar 102

orang penduduk laki-laki.

Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari yang menjadi tapak proyek lokasi

Pembangunan jaringan irigasi DI Bahuga Area BBWS Sumatera VIII memiliki jumlah

penduduk masing-masing sebanyak 1.350 jiwa (dengan rincian 672 jiwa penduduk

laki-laki dan 678 jiwa penduduk perempuan) dan 1.592 jiwa (dengan rincian 802 jiwa

penduduk laki-laki dan 790 jiwa penduduk perempuan). Selanjutnya Desa Ulak Buntar

memiliki jumlah penduduk masing-masing sebanyak 2.463 jiwa (dengan rincian 1.250

jiwa penduduk laki-laki dan 1,213 jiwa penduduk perempuan)

Page 56: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 56

Berdasarkan rasio jenis kelamin, maka Desa Tegal Besar dan desa Sumber Sari

memiliki rasio jenis kelamin (sex ratio) masing-masing sebesar 99,12 (dominan

penduduk perempuan) dan 101,52 yang berarti di wilayah tersebut masih dominan

jumlah penduduk laki-laki. Sedangkan untuk desa Ulak Buntar memiliki rasio jenis

kelamin sebesar 103, yang berarti penduduknya dominan berjenis kelamin laki-laki.

B. Angkatan Kerja Pengertian angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas dalam status

kerja atau sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan dan penduduk

yang berumur di bawah 55 tahun. Sedangkan penduduk yang berumur di bawah 15

tahun dan di atas 55 tahun tidak termasuk angkatan kerja. Dalam studi ini, sesuai

dengan data yang tersedia, yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk

yang berumur 15 tahun sampai 55 tahun. Gambaran jumlah penduduk berdasarkan

komposisi umur penduduk di Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya tersebut dapat

dilihat pada Tabel 3.27. dan Tabel 3.28. berikut.

Tabel 3.27. Struktur Umur Penduduk Kec. Belitang II, 2014

No. Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah Prosentase 1. 0 - 4 2.127 2.037 4.164 9,95% 2. 5 – 9 1.913 1.846 3.759 8,98% 3. 10 - 14 1.947 1.862 3.809 9,10% 4. 15 - 19 1.926 1.730 3.656 8,74% 5. 20 - 24 1.659 1.756 3.415 8,16% 6. 25 - 29 1.977 1.940 3.917 9,36% 7. 30 - 34 1.957 1.920 3.877 9,26% 8. 35 - 39 1.752 1.595 3.347 8,00% 9. 40 - 44 1.384 1.277 2.661 6,36%

10. 45 - 49 1.131 1.146 2.277 5,44% 11. 50 - 54 974 921 1.895 4,53% 12. 55 - 59 780 701 1.481 3,54% 13. 60 - 64 515 506 1.021 2,44% 14. 65 - 69 444 425 869 2,08% 15. 70 - 74 381 351 732 1,75% 16. 75 + 462 504 966 2,31%

J U M L A H 21.329 20.517 41.846 100 % Sumber : BPS, Kec. Belitang II Dalam Angka, 2015

Dari Tabel 3.27. dan Tabel 3.28. dapat diketahui bahwa penduduk di Kec. Belitang II

terdapat sebanyak (25.045 jiwa atau 59,85 %) dan di Kec. Belitang Mulya (12.480 jiwa

atau 59,70 %), yang terbanyak pada usia 15 – 54 tahun atau tergolong pada usia

produktif. Dari jumlah tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan bagi BBWS

Sumatera VIII pada saat akan melakukan perekrutan tenaga kerja, dimana di Kec.

Page 57: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 57

Belitang II dan Kec. Belitang Mulya, cukup tersedia tenaga kerja lokal yang dapat

dimanfaatkan. Dengan demikian pihak BBWS Sumatera VIII agar lebih

memprioritaskan penduduk lokal terutama yang sifatnya un-skill.

Tabel 3.28. Struktur Umur Penduduk Kec. Belitang Mulya, 2014

No. Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah Prosentase 1. 0 - 4 953 887 1.840 8,80% 2. 5 – 9 923 923 1.846 8,83% 3. 10 - 14 1029 968 1.997 9,55% 4. 15 - 19 905 975 1.880 8,99% 5. 20 - 24 879 778 1.657 7,93% 6. 25 - 29 902 873 1.775 8,49% 7. 30 - 34 904 944 1.848 8,84% 8. 35 - 39 838 844 1.682 8,05% 9. 40 - 44 747 704 1.451 6,94%

10. 45 - 49 623 591 1.214 5,81% 11. 50 - 54 528 445 973 4,65% 12. 55 - 59 401 415 816 3,90% 13. 60 - 64 309 301 610 2,92% 14. 65 - 69 205 249 454 2,17% 15. 70 - 74 162 196 358 1,71% 16. 75 + 239 263 502 2,40%

J U M L A H 10.547 10.356 20.903 100 % Sumber : BPS, Kec. Belitang Mulya Dalam Angka, 2015

C. Mata Pencaharian Penduduk Secara garis besar jenis pekerjaan penduduk dapat dibagi tiga bagian, yaitu sektor

pertanian, peluang kerja tradisional lain dan sektor industri yang melibatkan jasa

penduduk. Relatif masih rendahnya tingkat kepadatan penduduk, luasnya sumberdaya

lahan dan relatif rendahnya tingkat pendidikan penduduk, tentunya akan berpengaruh

terhadap motivasi penduduk untuk mencari penghidupan di luar desanya.

Secara teoritis tingginya tekanan ekonomi pada suatu desa, terbatasnya peluang-

peluang kerja di luar sektor tradisional dan terbatasnya peluang kerja baru akan

mendorong penduduk untuk mencari peluang-peluang kerja dan usaha baru keluar

desanya. Akan tetapi, tinggi rendahnya tekanan ekonomi tersebut belum menjamin

kondisi sosial ekonomi yang lebih baik. Hal ini tergantung pada sumber penghidupan

utama penduduk di sektor tradisional yaitu lahan. Penggunaan lahan penduduk yaitu

lahan yang dikuasai oleh penduduk seperti sawah, perkebunan, perkarangan.

Page 58: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 58

Mata Pencaharian utama masyarakat di wilayah Kecamatan Belitang II dan Kecamatan

Belitang Mulya adalah dari sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Sektor mata

pencaharian penduduk terbesar adalah sektor pertanian dan perkebunan yaitu

sebagian besar adalah petani padi sawah, karet dan serta tanaman palawija, sayuran

serta tanaman buah-buahan. Sementara sektor mata pencaharian penduduk lainnya

adalah nelayan, pedagang/warung manisan/warung makan.

D. Sumber Pendapatan Sumber mata pencaharian penduduk di Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari Kec.

Belitang II serta Desa Ulak Buntar Kec. Belitang Mulya sebagian besar berasal dari

sektor pertanian terutama komoditi padi, karet, serta tanaman palawija, sayuran dan

tanaman buah-buahan. Secara umum kondisi ekonomi masyarakat di wilayah studi

sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari beberapa indikator seperti perabot rumah tangga

yang sebagian besar merupakan barang mewah serta rata-rata memiliki kendaraan

minimal roda dua (sepeda motor) bahkan banyak diantaranya sudah memiliki

kendaraan roda empat (mobil).

Tata guna lahan di desa wilayah studi terdapat kebun campuran atau perladangan

masyarakat setempat. Komoditi pertanian berupa tanaman budidaya sebagaian besar

terdiri dari karet, serta tanaman palawija, sayuran serta buah-buahan milik masyarakat.

Selain itu juga terdapat hutan campuran dan semak belukar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber pendapatan penduduk

Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari Kec. Belitang II serta Desa Ulak Buntar Kec.

Belitang Mulya Kab. OKU Timur sebagian besar adalah sektor pertanian dengan

profesi sebagai petani.

Pada umumnya penduduk yang ada di hampir keseluruhan desa-desa yang ada di

Kab. OKU Timur pada khususnya menekuni pekerjaan sebagai petani (utamanya

petani padi, karet, tanaman palawija, sayuran dan tanaman buah-buahan) untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Dengan kondisi harga karet serta tanaman palawija, sayuran dan buah-buahan yang

baik (memadai), tentu berdampak positif terhadap perbaikan taraf hidup masyarakat.

Hal ini akan berdampak pada nilai ekonomis tanah serta kebun milik masyarakat,

Page 59: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 59

sehingga pada saat akan ada kompensasi lahan seringkali terjadi permasalahan

kesesuaian harga kompensasi lahan tersebut.

Daerah-daerah wilayah studi ini merupakan daerah lahan kering dan hanya sebagian

saja yang merupakan daerah lahan sawah dan tegalan/huma. Sebagian besar lahan

dialokasikan untuk perkebunan karet, serta tanaman palawija dan sayuran maupun

tanaman buah-buahan. Peruntukan lahan untuk sektor pertanian dan perkebunan,

dapat dilihat pada Tabel 3.29. hingga Tabel 3.30. berikut :

Tabel 3.29.

Lahan Sawah, Lahan Kering, Luas Lahan di wilayah studi, 2014

Wilayah Lahan Sawah

(Ha) Lahan

Kebun (Ha) Lahan Non Pertanian

(Ha)

Luas Lahan (Ha)

Tegal Besar 17,00 - - - Sumber Sari 61,50 - - - Kec. Belitang II 2.927,5 11.474,38 1.972,42 16.374,30 Ulak Buntar 283 - - - Kec. Belitang Mulya 2.635 1.246,94 560 4.441,94

Sumber : BPS, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya Dalam Angka, 2015

Tabel 3.30. Luas Lahan Panen (Ha) dan Produksi (ton) Padi Sawah

serta Padi Ladang di wilayah studi, 2014

Wilayah

Padi Sawah Padi Ladang Jumlah Luas

Lahan Panen (Ha)

Produksi (ton)

Luas Lahan Panen (Ha)

Produksi (ton)

Luas Lahan Panen (Ha)

Produksi (ton)

Kec. Belitang II 5.290 28.698,25 - - 5.290 28.698,25 Kec. Belitang Mulya 4.841 26.383,45 - - 4.841 26.383,45 Kab. OKU Timur 131.500 715.137,94 959 2.514 132.459 717.651,94

Sumber : BPS, Kab. OKU Timur Dalam Angka 2015.

Page 60: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 60

Tabel. 3.31. Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat di wilayah studi, 2014

Kecamatan / Kabupaten

Karet Kelapa

Jumlah (Ha) Produksi (ton) Jumlah (Ha) Produksi

(ton) Kec. Belitang II 5.993,25 2.786,18 337,14 146,36 Kec. Belitang Mulya 1.149 719,10 39,31 40,21 Kab. OKU Timur 79.148,04 34.925,63 3.358,88 10.715,08

Kelapa Sawit Kakao Kec. Belitang II 116,68 339,60 29,55 9,01 Kec. Belitang Mulya 30,03 32,45 30,00 10,50 Kab. OKU Timur 6.839,14 3.133,97 836,19 408,73

Sumber : BPS, Kab. OKU Timur Dalam Angka 2015.

Dari Tabel 3.30 dan Tabel 3.31 tersebut dapat diketahui bahwa lahan pertanian

dominan yang ada di Kab. OKU Timur adalah lahan padi sawah seluas 131.500 Ha

dengan produksi sebesar 715.137,94 ton. Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat

diketahui bahwa hampir di keseluruhan lahan desa di wilayah studi adalah lahan kering

dengan peruntukan lahan untuk tanaman perkebunan rakyat di Kab. OKU Timur cukup

signifikan terutama untuk jenis karet dan kelapa sawit. Selain potensi pertanian,

perkebunan, di wilayah studi di Kab. OKU Timur juga memiliki potensi peternakan.

Adapun besarnya potensi tersebut digambarkan pada Tabel 3.32. berikut ini :

Tabel 3.32.

Jumlah dan Jenis Ternak Rakyat di wilayah studi, 2014 Wilayah Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Ayam

Buras Itik

Desa Tegal Besar 51 0 37 - - - - Desa Sumber Sari 83 0 125 - - - - Kec. Belitang II 3.024 31 1.467 333 2.075 36.440 5.035 Desa Ulak Buntar 54 - 69 - - - - Kec. Belitang Mulya 888 19 828 268 - 61.132 20.520

Sumber : BPS, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya Dalam Angka, 2015

E. Kesempatan Kerja dan Kesempatan Berusaha Kegiatan Pembangunan jaringan irigasi Daerah Irigasi Bahuga Area yang akan dan

telah dilaksanakan oleh BBWS Sumatera VIII di Desa Tegal Besar dan Desa Sumber

Sari Kec. Belitang II serta Desa Ulak Buntar Kec. Belitang Mulya Kab. OKU Timur akan

memberikan kesempatan kerja kepada penduduk di sekitar lokasi kegiatan. Adanya

penerimaan tenaga kerja tersebut berarti akan memberikan kesempatan kerja bagi

penduduk lokal.

Page 61: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 61

Disamping itu dengan adanya penerimaan tenaga kerja akan juga memberikan

peningkatan pendapatan serta mendorong terciptanya peluang berusaha bagi

penduduk setempat berupa usaha perdagangan (warung / kios / toko) untuk

menyediakan kebutuhan bagi karyawan atau pekerja di kegiatan pembangunan

jaringan irigasi DI Bahuga Area tersebut. Gambaran mengenai sektor usaha baik di

wilayah Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari Kec. Belitang II serta Desa Ulak

Buntar Kec. Belitang Mulya Kab. OKU Timur, seperti digambarkan pada Tabel 3.33. s/d Tabel 3.34. berikut:

Tabel 3.33. Jumlah Usaha Industri di

Desa Tegal Besar, Desa Sumber Sari, Desa Ulak Buntar, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya, OKU Timur, 2014

Desa / Kecamatan Industri Rumah Tangga

Unit Usaha Tenaga Kerja Desa Tegal Besar 29 80 Desa Sumber Sari 13 43 Kec. Belitang II 445 1.283 Desa Ulak Buntar 26 62 Kec. Belitang Mulya 234 466

Sumber : BPS, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya Dalam Angka, 2015

Tabel 3.34. Jumlah Usaha di Desa Tegal Besar, Desa Sumber Sari, Desa Ulak Buntar,

Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya, OKU Timur, 2014

Jenis Usaha Desa Tegal Besar

Desa Sumber

Sari Kecamatan Belitang II

Desa Ulak

Buntar

Kecamatan Belitang

Mulya Bengkel Mobil - - 2 2 11 Bengkel Motorl 2 2 54 3 21 Bengkel Sepeda - - 1 1 4 Usaha Salon 1 - 10 - 5 Usaha Jahit - - 8 2 19 Tukang Cukur 1 - 9 - 9 Usaha Fotol - - 4 - 4

Sumber : BPS, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya Dalam Angka, 2015

Page 62: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 62

Tabel 3.35. Jumlah dan Jenis Sarana Perekonomian

di Desa Tegal Besar, Desa Sumber Sari, Desa Ulak Buntar, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya, OKU Timur, 2014

Jenis Usaha Desa Tegal Besar

Desa Sumber

Sari Kecamatan Belitang II

Desa Ulak

Buntar

Kecamatan Belitang

Mulya Pasar - - - - 3 Kalangan 1 - 9 - 3 Bank - - 1 - 2 Asuransi - - - - 1 KUD - - - - 3 Koperasi non KUD - - 5 - 5 Pedagang Besar 1 - 30 - 5 Pedagang Kecil 28 17 647 14 146

Sumber : BPS, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya Dalam Angka, 2015

Tabel 3.36. Jumlah dan Jenis Sarana Perekonomian

di Desa Tegal Besar, Desa Sumber Sari, Desa Ulak Buntar, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya, OKU Timur, 2014

Jenis Usaha Desa Tegal Besar

Desa Sumber

Sari Kecamatan Belitang II

Desa Ulak

Buntar

Kecamatan Belitang

Mulya Rumah Makan - 1 - - 12 Kedai Kopi 1 4 81 2 11 Mini Market - - 6 - - Toko Pertanian - - 15 - - Toko Bangunan - - 8 - - Toko Listrik - - 5 - - Toko Meubel - - 14 - - Warung Kelontong - - 627 - - Toko HP - - 25 - - Jual-Beli Motor - - 5 - -

Sumber : BPS, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya Dalam Angka, 2015 3.1.3.3. Sosial Budaya A. Interaksi Sosial Pola hubungan interaksi antar penduduk dapat dipelajari melalui frekuensi kerjasama

penduduk baik kepada anggota keluarga maupun dengan tetangga. Bentuk kerjasama

penduduk dengan anggota keluarga dan penduduk dengan masyarakat antara lain

dalam hal berladang, berkebun, penjualan hasil produksi, pembuatan rumah,

selamatan atau sedekahan dan dalam menghadapi musibah serta gotong royong

dalam kegiatan sosial lainnya maupun dalam hal pembangunan sarana sosial maupun

keagamaan.

Page 63: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 63

Dapat disimpulkan bahwa ikatan kekerabatan masyarakat baik dengan anggota

keluarga maupun dengan masyarakat lainnya masih cukup tinggi. Hal ini dapat

dibuktikan dengan sebagian besar penduduk desa di wilayah studi tidak mempunyai

konflik dengan anggota keluarga dan anggota masyarakat lainnya.

Sistem kekerabatan dan ikatan sosial yang tinggi antar penduduk desa dengan

anggota keluarga dan masyarakat lain tidak menimbulkan persaingan atau konflik.

Kondisi demikian ditunjang oleh asal atau etnis sebagian besar warga di desa wilayah

studi Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari Kec. Belitang II serta Desa Ulak Buntar

Kec. Belitang Mulya Kab. OKU Timur yang mayoritas adalah penduduk lokal dari Kab.

OKU Timur.

Pola kepemimpinan kelompok, didasarkan pada pola kepemimpinan formal (kepala

desa) dan informal (pemuka masyarakat, pemuka agama dan pemangku adat) yang

dibayangi oleh status ataupun peran yang dituakan dalam keluarga, kerabat dan

keluarga besar, serta berkembang pula pola ketokohan seseorang diluar kelompok

primernya. Pada umumnya ketokohan yang tertinggi adalah tokoh formal (kepala

desa), dilanjutkan dengan tokoh-tokoh informal lainnya seperti pemangku adat,

pemuka agama, pemuka masyarakat serta tokoh informal lainnya.

Walaupun penokohan terhadap tokoh formal cukup tinggi di kalangan penduduk desa

dalam wilayah studi, namun alasanya sendiri ternyata beragam. Alasan penokohan

berkaitan dengan kapasitas yang dimiliki oleh tokoh tersebut, seperti penokohan

terhadap pemuka agama didasari atas wawasan mereka dalam bidang agama.

Pemuka agama menjadi penting karena penduduk desa dalam wilayah studi masih

berorientasi pada agama Islam dan peraturan-peraturan yang ada di dalamnya untuk

menjalani kehidupan sehari-hari.

Penyebaran informasi dan komunikasi kepada masyarakat desa selain secara formal

melalui perangkat desa juga melibatkan tokoh-tokoh masyarakat seperti tokoh agama,

tokoh adat karena interaksi masyarakat desa masih sangat kuat dipengaruhi oleh

berbagai aturan yang bersumber dari adat istiadat. Pada hal-hal tertentu, tokoh adat

sangat dominan dalam suatu pengambilan keputusan, dimana penyelesaian suatu

masalah diupayakan dengan mengedepankan penyelesaian secara adat.

Page 64: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 64

B. Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga kemasyarakatan atau pranata sosial merupakan tatanan sosial dalam

kehidupan masyarakat yang di dalamnya terkandung hubungan timbal balik antara

status dan peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur yang menunjuk pada

suatu keteraturan perilaku sehingga dapat membentuk sebagai masyarakat.

Pranata sosial yang ada di desa wilayah studi terdiri dari lembaga formal dan non

formal. Lembaga formal yang ada adalah lembaga yang sudah diatur pemerintah untuk

membantu kelancaran pembangunan desa, antara lain BPD, PKK.

Lembaga non formal terbentuk secara turun temurun berdasarkan keadaan adat

istiadat dan agama yang dianut penduduk desa. Aktivitas lembaga non formal hanya

terbatas pada kegiatan adat dan keagamaan. Bentuk kegiatan yang umum dilakukan

meliputi kegiatan gotong royong untuk memelihara kebersihan, usaha tani dan

kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya seperti membangun rumah, perkawinan,

khitanan, kelahiran anak dan kematian. Kegiatan yang bersifat non formal terutama

yang berkaitan dengan agama dan adat istiadat dipimpin oleh ketua adat atau tokoh

agama.

Organisasi sosial kemasyarakatan yang masyarakatnya terlibat dalam kegiatan

organisasi tersebut menggambarkan tingkat kepedulian masyarakat terhadap

kehidupan bersama cukup baik. Mereka menyadari manfaat organisasi sosial

kemasyarakatan yang mereka ikuti akan memberikan solusi baik yang menyangkut

kepentingan bersama maupun kepentingan pribadi, sebagai contoh, mereka terlibat

dalam kelompok tani dengan harapan mereka dapat memecahkan masalah-masalah

pertanian yang ada dan dapat meningkatkan pendapatan keluarga.

Mereka terlibat dalam kelompok pengajian dengan harapan dapat menambah

pengetahuan agama dan meningkatkan kemampuan untuk beribadah. Mereka yang

terlibat dalam koperasi dan arisan mengharapkan organisasi tersebut dapat

membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang keuangan (financial).

Secara keseluruhan dapat disimpulkan masyarakat di desa dalam wilayah studi

menyadari akan pentingnya organisasi kemasyarakatan. Tingkat kesadaran ini

berdampak positif dalam pemberdayaan masyarakat.

Page 65: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 65

C. Adat Istiadat dan Pola Kebiasaan Yang Berlaku

Dalam kehidupan bermasyarakat warga desa memiliki adat kebiasaan yang secara

turun temurun masih berlaku. Adat kebiasaan yang masih berlaku di desa wilayah studi

masih sangat banyak, antara lain berupa upacara desa (sedekah dusun), hal-hal yang

ditabukan (pantangan) dalam kehidupan sehari-hari, tepung tawar serta upacara adat

apabila hal-hal yang ditabukan tersebut dilanggar.

Selain adat kebiasaan, yang masih berlaku adalah kepercayaan masyarakat terhadap

puyang atau nenek moyang serta tempat keramat. Masyarakat masih mempercayai

kekuatan dan kesaktian dari sang puyang tersebut. Adat kebiasaan berupa upacara

desa antaralain dilakukan pada saat akan membuka lahan pertanian, panen hasil

pertanian, perayaan keagamaan serta adanya pelanggaran terhadap hal-hal yang

ditabukan (misalnya warga berbuat zina).

Penduduk Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari Kec. Belitang II serta Desa Ulak

Buntar Kec. Belitang Mulya Kab. OKU Timur di wilayah studi masih memegang kuat

tradisi dan nilai-nilai budaya. Tetapi adat kebiasaan penduduk cukup akomodatif

terhadap pendatang baru dan aktivitas baru, sepanjang aktivitas tersebut tidak

menimbulkan terhadap gangguan keseimbangan kehidupan yang ada, misalnya

kerugian material, rasa malu dan sejauh tetap menghargai adat istiadat yang masih

berlaku.

Adat istiadat tersebut antara lain dalam hal perkawinan, pembuatan rumah,

menghadapi musibah, maupun dalam menerima tamu atau orang luar terutama tamu

kehormatan, yang biasanya disambut dengan acara tarian. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hubungan masyarakat satu dengan masyarakat lainnya sangat

erat. Hal ini dibuktikan dengan saling membantu pada waktu salah satu penduduk

melakukan perkawinan, berladang, berkebun, pembuatan rumah, berdagang, dan

menghadapi musibah. Mereka juga dapat membuka diri dalam menerima orang luar

atau tamu.

Sebagian besar penduduk di wilayah studi merupakan penduduk asli (penduduk lokal

dari wilayah Kecamatan Belitang II dan Kecamatan Belitang Mulya), hanya sekitar 10

% penduduk di wilayah studi adalah pendatang dari desa lainnya di sekitar Kec.

Page 66: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 66

Belitang II serta Kec. Belitang Mulya dan Kab. OKU Timur. Kehidupan sehari-hari

masyarakat yang berbeda suku tersebut dapat saling berdampingan secara harmonis.

Pola kebiasaan yang berlaku di masyarakat banyak dipengaruhi ajaran agama Islam.

Sifat keterbukaan penduduk desa dalam wilayah studi terhadap kehadiran pendatang

telah menghasilkan akulturasi antar budaya. Proses akulturasi ini berjalan lancar

selama kehadiran pendatang tidak menyalahi budaya yang masih berlaku.

Pola preperensi atau orientasi yang terpolakan, merupakan suatu bentuk dari ikatan

kelompok dimana individu secara sadar atau tidak sadar mengacu kepada individu lain

dalam upaya menyelesaikan masalah pribadinya. Pengacuan ini membentuk tingkah

laku dalam persoalan tertentu. Dalam studi ini pola preferensi yang diambil adalah

kepada siapakah penduduk minta bantuan dalam masalah perekonomian. Dari

pertanyaan ini diharapkan terdapat suatu pola yang dapat menggambarkan kondisi

ikatan kelompok.

Pada umumnya penduduk desa dalam wilayah studi mempunyai pola preferensi dan

orientasi minta bantuan dalam persoalan perekonomian. Orientasi penduduk terbesar

dalam meminta bantuan adalah pada toke karet, maupun pemilik usaha lainnya,

setelah itu kepada tetangga, saudara dan kepada orang tua.

Orientasi penduduk tidak hanya pada saudara atau tetangga, namun juga kepada

orang lain dan kepada lembaga-lembaga perekonomian seperti koperasi. Ada juga

yang mempunyai pola preferensi dengan menjual barang milik sendiri. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa ikatan kelompok masyarakat Desa Tegal Besar dan Desa Sumber

Sari Kec. Belitang II serta Desa Ulak Buntar Kec. Belitang Mulya Kab. OKU Timur

masih cukup kuat.

Secara umum wilayah Kec. Belitang II serta Kec. Belitang Mulya Kab. OKU Timur yang

menjadi daerah studi ini masih dapat dijangkau melalui jalan darat dan melalui jalur

sungai. Mobilisasi penduduk Kec. Belitang II serta Kec. Belitang Mulya cenderung

berbelanja atau menjual hasil pertanian ke Kab. OKU Timur atau ke Kota Martapura

atau KTM Belitang sebagai kawasan perdagangan.

Dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat dipungkiri bahwa konflik sering muncul dan

terjadi. Konflik tersebut dapat saja terjadi antara warga dengan warga, atau warga

Page 67: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 67

dengan kelompok tertentu, misalnya dengan perusahaan, ataupun warga dengan

masyarakat pendatang.

Masalah kamtibmas merupakan salah satu masalah sosial yang seringkali muncul,

dimana yang menjadi pemicu utama adalah masalah ekonomi sehubungan dengan

sumber mata pencaharian. Demikian juga konflik yang berasal dari pelanggaran

terhadap norma atau adat istiadat yang berlaku di desa seperti perkelahian antar

warga dan sebagainya.

Dari informasi responden, baik di Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari Kec.

Belitang II serta Desa Ulak Buntar Kec. Belitang Mulya Kab. OKU Timur, masalah

kamtibmas yang ada masih pada batas toleransi dan biasanya dapat diatasi pada

tingkat desa serta kepolisian setempat. Peranan perangkat desa dan tokoh

masyarakat dalam penyelesaian berbagai konflik masih sangat dominan. Masalah

kamtibmas yang seringkali terjadi adalah perkelahian serta pencurian hasil

perkebunan.

3.1.3.4. Prasarana dan Sarana Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk di Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari Kec.

Belitang II serta Desa Ulak Buntar Kec. Belitang Mulya Kab. OKU Timur rata-rata

sudah berpendidikan SMP dan SMA. Cukup baiknya tingkat pendidikan penduduk

tersebut disebabkan sarana dan prasarana pendidikan yang sudah merata. Hal ini

karena desa-desa tersebut letaknya tidak terlalu jauh dengan kecamatan maupun

dengan kota kabupaten, sehingga memungkinkan penduduk desa tersebut dapat

melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP maupun SLTA. Bahkan ada beberapa

penduduk yang juga sudah melanjutkan ke jenjang akademi maupun Perguruan

Tinggi.

Di wilayah Kec. Belitang II terdapat fasilitas pendidikan di beberapa jenjang

pendidikan. Untuk tingkat pendidikan dasar, pada tahun 2014 terdapat 21 SDN dengan

236 orang guru dan menampung sebanyak 4.058 orang murid, belum ada SD Swasta.

Untuk tingkat pendidikan SLTP, terdapat 1 SLTP Negeri dengan 29 orang guru dan

675 orang murid serta 1 unit SMP Swasta dengan 14 orang guru dan 37 orang murid.

Sedangkan untuk tingkat SLTA terdapat 1 SMU Negeri dengan 25 orang guru dan 509

orang murid, 1 unit SMU Swasta dengan 18 orang guru dan 74 orang murid.

Page 68: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 68

Di wilayah Kec. Belitang Mulya terdapat fasilitas pendidikan di beberapa jenjang

pendidikan. Untuk tingkat pendidikan dasar, pada tahun 2014 terdapat 16 SDN dengan

180 orang guru dan menampung sebanyak 2.078 orang murid, belum ada SD Swasta.

Untuk tingkat pendidikan SLTP, terdapat 3 SLTP Negeri dengan 138 orang guru dan

1.578 orang murid, belum ada SMP Swasta. Sedangkan untuk tingkat SLTA baik SMU

Negeri maupun SMU Swasta belum ada sekolah.

Jumlah sarana pendidikan di Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari Kec. Belitang II

hanya terdapat SD Negeri, sedangkan untuk wilayah Desa Ulak Buntar Kec. Belitang

Mulya selain SD Negeri juga terdapat SMP Negeri. Secara rinci jumlah sekolah di 3

desa tersebut tergambar pada Tabel 3.37. dan Tabel 3. 38. berikut :

Tabel 3.37. Jumlah Sarana Pendidikan SD - SLTA

di Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari serta Kec. Belitang II, 2014 Tingkat Pendidikan Jumlah

Sekolah Jumlah Murid

Jumlah Guru Desa Tegal Besar

SD Negeri 1 221 10 SD Swasta - - - SMP Negeri - - - SMP Swasta - - - SMA Negeri - - - SMA Swasta - - -

Desa Sumber Sari Jumlah Sekolah

Jumlah Murid

Jumlah Guru

SD Negeri 2 203 15 SD Swasta - - - SMP Negeri - - - SMP Swasta - - - SMA Negeri - - - SMA Swasta - - -

Kec. Belitang II Jumlah Sekolah

Jumlah Murid

Jumlah Guru

SD Negeri 21 4.058 236 SD Swasta - - - SMP Negeri 1 675 29 SMP Swasta 1 37 14 SMU Negeri 1 509 25 SMU Swasta 1 74 18 SMK Negeri - - - SMK Swasta - - -

Sumber : BPS, Kec. Belitang II Dalam Angka, 2015

Page 69: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 69

Tabel 3.38. Jumlah Sarana Pendidikan SD - SLTA

di Desa Ulak Buntar dan Kec. Belitang Mulya, OKU Timur, 2014 Tingkat Pendidikan Jumlah

Sekolah Jumlah Murid

Jumlah Guru Desa Ulak Buntar

SD Negeri 1 285 13 SD Swasta - - - SMP Negeri 1 292 30 SMP Swasta - - - SMA Negeri - - - SMA Swasta - - -

Kec. Belitang Mulya Jumlah Sekolah

Jumlah Murid

Jumlah Guru

SD Negeri 16 2.078 180 SD Swasta - - - SMP Negeri 3 1.578 138 SMP Swasta - - - SMU Negeri - - - SMU Swasta - - - SMK Negeri - - - SMK Swasta - - -

Sumber : BPS, Kec. Belitang Mulya Dalam Angka, 2015 3.1.3.5. Sarana Ibadah Hampir semua masyarakat di wilayah studi adalah pemeluk agama Islam, maka

asarana ibadah berupa masjid. Langgar ataupun surau hampir ditemui di setiap

desa/dusun bahkan lebih dari satu sara ibadah. Sarana ibadah di Desa Tegal Besar

dan Desa Sumber Sari Kec. Belitang II serta Desa Ulak Buntar Kec. Belitang Mulya

Kab. OKU Timur antara lain terdapat masjid, langgar, surau. Kondisi ini dapat

disimpulkan bahwa penduduk di Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari Kec.

Belitang II serta Desa Ulak Buntar Kec. Belitang Mulya Kab. OKU Timur tersebut lebih

dominan penduduk yang beragama Islam.

Tabel 3.39. Sarana Ibadah

di Desa Tegal Besar, Desa Sumber Sari, Desa Ulak Buntar, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya, OKU Timur, 2014

Wilayah Masjid Langgar / Surau Gereja Kelenteng /

Vihara Pura

Desa Tegal Besar 1 2 0 0 5 Desa Sumber Sari 3 7 0 0 0 Kec. Belitang II 54 92 13 2 17 Desa Ulak Buntar 5 1 2 1 - Kec. Belitang Mulya 26 51 3 1 - Sumber : BPS, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya Dalam Angka, 2015

Page 70: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 70

Kegiatan keagamaan yang dilakukan secara rutin adalah kegiatan pengajian baik

kaum ibu maupun kaum bapak yang dilaksanakan di mesjid-mesjid. Sementara

pengajian anak-anak dilakukan pada malam hari sesudah shalat maghrib. Selain

pengajian tersebut, kegiatan keagamaan dilakukan acara perayaan hari-hari besar

Islam seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj dan Nulul Qur’an dengan menghadirkan

penceramah agama.

3.1.3.6. Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan Hidup Lingkungan alam sekitar tempat mereka tinggal merupakan lahan dan areal yang

biasanya digunakan untuk mempertahankan hidup (lingkungan sosial) melalui usaha-

usaha bertani, mencari ikan dan beternak (lingkungan binaan). Penduduk lokal

berpandangan bahwa alam sekitarnya merupakan tempat yang digunakan untuk

berladang secara turun temurun. Dengan anggapan bahwa lahan tersebut dikelola

demi kelangsungan hidup, masyarakat menyadari dan perduli terhadap masalah

konservasi tanah serta menyatakan bahwa jika kondisi lahan rusak, maka pendapatan

dari alam pun akan menurun atau produksi hasil alam akan berkurang.

Pandangan terhadap satwa liar yang dilindungi, baik dari golongan aves maupun

mamalia, hampir seluruh masyarakat belum / tidak mengetahui jenis-jenisnya serta

sanksi yang dikenakan bila melakukan penangkapan satwa-satwa tersebut. Bila secara

kebetulan mendapati satwa di hutan dan diperkirakan mudah ditangkap, maka hasil

tangkapan, dagingnya dijual (dari jenis babi hutan, kijang atau hewan lainnya).

Sementara jenis-jenis aves, bila tertangkap akan dipelihara atau diperjual belikan.

Dengan adanya kegiatan pembangunan jaringan irigasi Daerah Irigasi Bahuga Area

yang dilakukan oleh BBWS Sumatera VIII serta adanya masyarakat pendatang di

daerah ini, akan merubah persepsi masyarakat setempat terhadap lingkungan alam

sekitar ke arah yang lebih baik, sehingga kemungkinan kerusakan alam akan dapat

diminimalisir. Hal ini memerlukan komitmen semua pihak dan bagi pihak pemrakarsa

harus memberikan pengarahan kepada para pekerjanya untuk tidak memelihara dan

berburu satwa liar yang dilindungi.

Page 71: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 71

3.1.3.7. Persepsi Masyarakat Persepsi dan sikap masyarakat terhadap suatu proyek dapat positif dan dapat pula

negatif. Namun kadarnya sangat tergantung pada sejauh mana aktivitas proyek

tersebut terkait dengan kepentingan masyarakat sekitarnya. Karena itu persepsi dan

sikap masyarakat sangat ditentukan oleh faktor empiris yang dialami masyarakat atau

karena konsepsi masyarakat terhadap proyek yang mereka ketahui.

Pada umumnya hampir seluruh masyarakat di Desa Tegal Besar dan Desa Sumber

Sari Kec. Belitang II serta Desa Ulak Buntar Kec. Belitang Mulya Kab. OKU Timur

tersebut mengetahui rencana kegiatan pembangunan jaringan irigasi DI Bahuga area

BBWS Sumatera VIII, artinya masyarakat sudah memperoleh informasi baik melalui

sosialisasi yang dilakukan oleh perusahaan, aparat desa setempat maupun informasi

dari mulut ke mulut sesama warga masyarakat.

Dari tanggapan penduduk diperoleh informasi bahwa penduduk menyetujui rencana

kegiatan pembangunan jaringan irigasi DI Bahuga area BBWS Sumatera VIII tersebut

di desa mereka, namun demikian perlu dipertimbangkan adanya kekhawatiran

penduduk terhadap kegiatan pembangunan jaringan irigasi DI Bahuga area yang

dilakukan oleh BBWS Sumatera VIII akan berdampak negatif terhadap lingkungan.

Pada umumnya harapan masyarakat dari rencana kegiatan pembangunan jaringan

irigasi DI Bahuga area yang dilakukan oleh BBWS Sumatera VIII, antara lain adalah

adanya lapangan kerja baru, peningkatan penghasilan masyarakat, daerah yang lebih

terbuka serta lancarnya arus transportasi ke desa-desa lainnya.

Respon masyarakat di sekitar areal rencana pembangunan jaringan irigasi Daerah

Irigasi Bahuga area yang dilakukan oleh BBWS Sumatera VIII adalah positif. Dari hasil

wawancara dengan masyarakat di Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari Kec.

Belitang II serta Desa Ulak Buntar Kec. Belitang Mulya Kab. OKU Timur diperoleh

gambaran berikut :

a) Warga mengharapkan pembangunan jaringan irigasi DI Bahuga Area yang

dilakukan oleh BBWS Sumatera VIII dapat membuat daerah mereka cepat

berkembang.

b) Warga mengharapkan akan adanya lapangan kerja yang dapat menyerap

tenaga kerja lokal serta dapat dijadikan mitra usaha.

Page 72: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 72

c) Warga mengharapkan akan terjadi interaksi positif antara warga dengan pihak

pelaksana proyek.

d) Warga mengharapkan dapat berusaha (berdagang) untuk memenuhi

keperluan pekerja proyek.

e) Warga berharap aktivitas pembangunan jaringan irigasi DI Bahuga area yang

dilakukan oleh BBWS Sumatera VIII berdampak positif terhadap pertumbuhan

ekonomi di sektor informal

3.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat 3.1.4.1. Kondisi Kesehatan Masyarakat Kesehatan masyarakat merupakan upaya-upaya untuk mengatasi masalah sanitasi/

memutuskan mata rantai terjadinya penularan penyakit yang dapat mengganggu

kesehatan dengan cara memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan akibat

adanya suatu kegiatan industri. Upaya pencegahan penyakit melalui pengendalian

faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit.

Kesehatan masyarakat dilakukan dengan tujuan untuk mencegah timbulnya penyakit

(preventif), meningkatkan kesehatan masyarakat dengan melakukan kegiatan

penyuluhan pada masyarakat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penularan

penyakit (promotif) dan memperpanjang umur harapan hidup pada masyarakat. Upaya

pengendalian faktor lingkungan dilakukan dengan cara melihat data 10 penyakit

terbanyak, data sarana kesehatan, data tenaga kesehatan yang ada di wilayah

setempat. Sehingga dengan demikian perubahan penyakit yang diakibatkan oleh

adanya suatu kegiatan industri dapat diminimalisir dengan baik.

3.1.4.2. Data Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan merupakan sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan oleh

masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal di pusat kesehatan

masyarakat (Puskesmas). Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di wilayah Kec.

Belitang II berjumlah 109 orang dengan rincian sebagai berikut 1 orang dokter umum,

bidan sebanyak 53 orang dan dukun bayi sebanyak 54 orang.

Page 73: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 73

Sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di wilayah Kec. Belitang Mulya

berjumlah 31 orang dengan rincian sebagai berikut 5 orang dokter umum, bidan

sebanyak 25 orang dan tenaga medis lainnya 1 orang.

Tabel 3.40. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat

di Desa Tegal Besar, Desa Sumber Sari, Desa Ulak Buntar, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya, OKU Timur, 2014

No Tenaga Kesehatan

Desa Tegal Besar

Desa Sumber

Sari Desa Ulak

Buntar Kec.

Belitang II Kec.

Belitang Mulya

1. Dokter Umum - - - 1 5 2. Dokter Gigi - - - - - 3. Bidan 2 1 3 53 25 4. Perawat - - - - -

5. Tenaga Medis Lainnya - - - 1 1

6. Dukun Bayi 1 3 - 54 - J u m l a h 3 4 3 109 31

Sumber : BPS, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya Dalam Angka, 2015

3.1.4.3. Data Sarana dan Prasarana Kesehatan Sarana kesehatan merupakan faktor yang paling penting dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sarana pelayanan kesehatan dapat berupa

puskesmas, puskesmas pembantu/pustu, praktek bidan dan posyandu. Sarana

kesehatan yang terdapat di Kec. Belitang II terdapat 120 sarana pelayanan kesehatan,

antara lain 1 unit Puskesmas, 3 unit puskesmas pembantu, 52 praktek bidan/mantri, 1

unit praktek dokter, 34 unit posyandu. Semua sarana kesehatan yang ada di Kec.

Belitang II berada di 27 desa dengan penempatan sarana kesehatan yang berbeda-

beda.

Sedangkan sarana kesehatan yang terdapat di Kec. Belitang Mulya terdapat 62 sarana

pelayanan kesehatan, antara lain 1 unit Puskesmas, 24 praktek bidan/mantri, 5 unit

praktek dokter, 18 unit posyandu. Semua sarana kesehatan yang ada di Kec. Belitang

Mulya berada di 12 desa dengan penempatan sarana kesehatan yang berbeda-beda.

Page 74: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 74

Tabel 3.41. Sarana Kesehatan Masyarakat

di Desa Tegal Besar, Desa Sumber Sari, Desa Ulak Buntar, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya, OKU Timur, 2014

No Fasilitas Kesehatan Desa Tegal Besar

Desa Sumber

Sari

Desa Ulak

Buntar

Kec. Belitang

II

Kec. Belitang

Mulya 1. Rumah Sakit - - - - - 2. Puskesmas - - - 1 1 3. Puskesmas Pembantu - - - 3 - 4. Poskesdes 1 1 1 27 12 5. Praktek Dokter - - - 1 5 6. Praktek Bidan / Perawat 1 2 3 52 24 7. Posyandu 1 1 3 34 18 8. Klinik bersalin - - - 2 1 9. Apotik / Toko Obat - - - 2 1

Jumlah 3 4 7 120 62 Sumber : BPS, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya Dalam Angka, 2015

3.1.4.4. Morbiditas Data mengenai jumlah dan jenis penyakit dominan di wilayah studi belum tersedia.

Hendaknya kegiatan pembangunan jaringan irigasi DI Bahuga area yang dilakukan

oleh BBWS Sumatera VIII tidak berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat

terutama terhadap penyakit ISPA, dengan melakukan pengelolaan pembangunan

jaringan irigasi yang berwawasan lingkungan.

Tabel 3.42. Jumlah Penderita Menurut 10 Jenis Penyakit

di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, 2014 No Fasilitas Kesehatan Jumlah Penderita

Jiwa % 1. ISPA Akut 12.291 19,54% 2. Alergi Kulit 4.185 6,65% 3. Infeksi Usus 2.956 4,70% 4. Caries Gigi 2.553 4,06% 5. Tekanan Darah Tinggi 9.893 15,73% 6. Rematik 10.848 17,24% 7. Diare 6.540 10,40% 8. Infeksi Kulit 2.346 3,73% 9. Asma 1.968 3,13%

10. Penyakit Lainnya 9.329 14,83% Jumlah 62.909 100 %

Sumber : BPS, Kab. OKU Timur Dalam Angka 2015

Page 75: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 75

3.1.4.5. Sarana Air Bersih Sedangkan untuk pemenuhan air bersih dimana air merupakan media lingkungan yang

sangat dibutuhkan makhluk hidup untuk kelangsungan hidupnya. Oleh sebab itu

kualitas dan kuantitasnya akan sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Untuk

memenuhi kebutuhan air bersih (minum dan MCK), masyarakat di wilayah studi Desa

Tegal Besar dan Desa Sumber Sari Kec. Belitang II serta Desa Ulak Buntar Kec.

Belitang Mulya Kab. OKU Timur memperoleh air baku dari air sumur gali, sumur

pompa, air sungai, air hujan dan air minum dalam kemasan (AMDK).

3.1.4.6. Sarana Sanitasi Dasar Sarana sanitasi dasar adalah fasilitas sanitasi yang dimiliki oleh rumah tangga yang

meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan sarana limbah

rumah tangga. Sanitasi dasar merupakan upaya untuk memperkuat budaya hidup

bersih dan sehat bagi masyarakat dengan tujuan mencegah atau memutus mata rantai

terjadinya penularan penyakit.

Sedangkan untuk pemenuhan air bersih dimana air merupakan media lingkungan yang

sangat dibutuhkan makhluk hidup untuk kelangsungan hidupnya. Oleh sebab itu

kualitas dan kuantitasnya akan sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Untuk

memenuhi kebutuhan air bersih (minum dan MCK), masyarakat di wilayah studi Desa

Tegal Besar dan Desa Sumber Sari Kec. Belitang II serta Desa Ulak Buntar Kec.

Belitang Mulya Kab. OKU Timur memperoleh air baku dari air sumur gali, sumur

pompa, air sungai, air hujan dan air minum dalam kemasan (AMDK).

Pengelolaan Sampah yang merupakan hasil samping kegiatan manusia yang dapat

mempengaruhi kesehatan manusia. Pengelolaan sampah merupakan salah satu

kebutuhan pelayanan yang sangat penting dan perlu disediakan sarana dan

prasarananya. Di wilayah Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari Kec. Belitang II

serta Desa Ulak Buntar Kec. Belitang Mulya Kab. OKU Timur yang menjadi wilayah

studi pada umumnya sampah dari rumah penduduk setiap hari dikumpulkan oleh

masing-masing penghuni rumah untuk dikelola masing-masing di tempat rumah

penduduk.

Aspek perumahan penduduk merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk.

Di samping itu, aspek perumahan yang didalamnya termasuk bangunan rumah juga

Page 76: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 76

merupakan salah satu indikator kualitas lingkungan pemukiman. Secara umum, kondisi

perumahan di Desa Tegal Besar dan Desa Sumber Sari Kec. Belitang II serta Desa

Ulak Buntar Kec. Belitang Mulya Kab. OKU Timur telah berupa perumahan permanen.

Gambaran tingkat kesejahteraan penduduk di wilayah studi tersebut pada umumnya

tergambar pada Tabel 3.43.berikut ini :

Tabel 3.43. Jumlah Keluarga berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Keluarga

di Desa Tegal Besar, Desa Sumber Sari, Desa Ulak Buntar, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya, OKU Timur, 2014

Wilayah Pra Sejahtera

Sejahtera I

Sejahtera II

Sejahtera III

Sejahtera III Plus Jumlah

Kec. Belitang II 400 848 1.800 2.586 1 5.635 Kec. Belitang Mulya 740 964 4.813 4.176 17 10.710 Kab. OKU Timur 12.562 35.050 75.119 55.607 2.862 181.200 Sumber : BPS, Kab. OKU Timur Dalam Angka 2015

Gambaran jumlah penerangan rumah tangga penduduk di Desa Tegal Besar dan Desa

Sumber Sari Kec. Belitang II serta Desa Ulak Buntar Kec. Belitang Mulya Kab. OKU

Timur pada umumnya tergambar pada Tabel 3.44.berikut ini.

Tabel 3.44. Jumlah Penerangan dan Rumah Tangga

di Desa Tegal Besar, Desa Sumber Sari, Desa Ulak Buntar, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya, OKU Timur, 2014 Wilayah PLN Non PLN Lainnya Jumlah

Tegal Besar 358 - - 358 Sumber Sari 345 - - 345 Kec. Belitang II 11.460 0 75 11.535 Ulak Buntar 632 - 80 712 Kec. Belitang Mulya 5.845 - 145 5.990 Sumber : BPS, Kec. Belitang II dan Kec. Belitang Mulya Dalam Angka, 2015

3.2. Kegiatan Lain Di Sekitarnya

Kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi proyek Daerah Irigasi Komering (Bahuga Area)

adalah terdapatnya kebun karet milik masyarakat dan perkebunan milik swasta. Selain

itu lokasi tersebut terdapat Sungai Belitang yang dijadikan oleh masyarakat sebagai

lokasi pencari ikan dan sebagai tempat untuk mencari dan mengumpulkan bahan-

bahan bangunan yaitu koral dan pasir.

Kegiatan persawahan memberikan dampak negatif terhadap penurunan kualitas air di

Sungai Belitang. Penurunan kualitas air tersebut melputi peningkatan kekeruhan air,

Page 77: BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL€¦ · RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Di dalam bab 3 berisikan dua topik bahasan utama. Pertama, topik bahasan adalah kualitas lingkungan hidup yang

Review AMDAL Pembangunan D.I.Komering ( Bahuga Area ) di Kabupaten Oku Timur

I

BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 77

peningkatan kadar N,P dan K dalam air Sungai Belitang serta peningkatan kadar

pestisida dalam air Sungai Belitang. Dampak positif dari kegiatan persawahan adalah

peningkatan pendapatan masyarakat.

Kegiatan perkebunan karet juga berdampak negative. Besaran dampak relative kecil

dibandingkan dengan besaran dampak dari dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan

persawahan. Dampak utama adalah penggunaan air untuk merendam ketah lateks

yaitu dampat meningkatkan keasaman air atau menurunkan pH air. Persawahan

memberikan dampak peningkatan kekeruhan air, tetapi kebun karet mencegah

peningkatan kekeruhan air.

Kegiatan pengumpulan pasir dan koral adalah menjaga kedalaman sungai sebagai

dampak positif. Dampak positif lainnya adalah peningkatan pendapatan pengumpul

pasir dan batu koral. Bila pengambilan pasir dan batu secara tidak bijaksana, maka

tebing sungai mudah runtuh dan terjadi abrasi sungai. Dampak susulan yang terjadi

adalah pendangkalan, peningkatan kekeruhan air dan dapat menyebabkan banjir.