BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar...

15
25 BAB III PROSEDUR PEMBUATAN Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibuat berdasarkan studi model yang dilakukan oleh penulis, dalam bab ini penulis akan menjelaskan tahap-tahap Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Lepasaan Akrilik pada kasus Deep bite dengan kehilangan gigi 11, 24, 25, 26, dan gigi 36, 37, 47 yang dilakukan diLaboratorium Teknik Gigi Poltekkes Tanjungkarang. A. Data Pasien Nama : Tn. Z Jenis Kelamin : Laki-laki Dokter : drg. Sugeng Wiriadinata Bentuk Gigitan : Kelas I Deep bite Warna Gigi : A3,5 Keadaan model Kerja : 1. Gigi yang hilang 11, 24, 25, 26, dan gigi 36, 37, 47. 2. Oklusi antar rahang atas dan rahang bawah adalah oklusi kelas I Deep bite. Kasus : Kehilangan gigi 11, 24, 25, 26, dan gigi 36, 37, 47. B. Waktu dan Tempat Pembuatan Waktu : 21 mei s.d 14 juni 2019 Tempat : Laboratorium Teknik Gigi Poltekkes Tanjungkarang

Transcript of BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar...

Page 1: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

25

BAB III

PROSEDUR PEMBUATAN

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibuat berdasarkan studi model yang

dilakukan oleh penulis, dalam bab ini penulis akan menjelaskan tahap-tahap

Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Lepasaan Akrilik pada kasus Deep bite

dengan kehilangan gigi 11, 24, 25, 26, dan gigi 36, 37, 47 yang dilakukan

diLaboratorium Teknik Gigi Poltekkes Tanjungkarang.

A. Data Pasien

Nama : Tn. Z

Jenis Kelamin : Laki-laki

Dokter : drg. Sugeng Wiriadinata

Bentuk Gigitan : Kelas I Deep bite

Warna Gigi : A3,5

Keadaan model Kerja : 1. Gigi yang hilang 11, 24, 25, 26, dan gigi

36, 37, 47.

2. Oklusi antar rahang atas dan rahang

bawah adalah oklusi kelas I Deep bite.

Kasus : Kehilangan gigi 11, 24, 25, 26,

dan gigi 36, 37, 47.

B. Waktu dan Tempat Pembuatan

Waktu : 21 mei s.d 14 juni 2019

Tempat : Laboratorium Teknik Gigi Poltekkes Tanjungkarang

Page 2: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

26

C. Surat Perintah Kerja (SPK)

Dokter gigi meminta untuk dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan

rahang atas dan rahang bawah dengan Surat Perintah Kerja (SPK)

(Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Surat Perintah Kerja

D. Desain

Gambar 3.2 Desain

Page 3: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

27

E. Alat dan Bahan

Dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik ini dibutuhkan alat

dan bahan sebagai berikut.

Tabel. 1 Alat dan Bahan

NO ALAT BAHAN

1 Spatula Dental Stone

2 Lecron Plaster Of Paris

3 Wax Knife Vasellin

4 Okludator Plastisin

5 Lampu Spirtus Base Plate Wax

6 Tang Borobudur Klamer 0,7

7 Tang Tiga Jari Klamer 0,8

8 Tang Potong Elemen Gigi Anterior

9 Mesin Trimmer Elemen Gigi Posterior

10 Kuvet Sparating Medium (CMS)

11 Mixing jar dan Spet Akrilik

12 Spatula Liquid

13 Panci dan Kompor CaCo3

14 Press Statis Pumice

15 Hanging Bur

16 Tang Gips

17 Macam-Macam Mata Bur

18 Mesin Poles

Page 4: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

28

F. Prosedur

Prosedur secara skematis yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Gambar 3.3 Prosedur Pembuatan GTSL Akrilik

Langkah-langkah dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik

adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Model Kerja

Pada tahap ini model kerja yang didapat dari dokter gigi dibersihkan dari

nodul dengan menggunakan lecron dan dirapihkan dengan trimmer. Pada

bagian bawah model dibuat rata dengan bidang datar (Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Persiapan Model Kerja

Packing Boiling Out

Curing Flasking Pembuatan

Galangan Gigit

Deflasking Wax

Countouring Penanaman Model

Pada Okludator

Pembuatan

Cengkeram

Penyusunan

Elemen Gigi Finising dan

Polishing

Menerima Model

Kerja

Page 5: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

29

2. Block Out

Pada gigi 27 terdapat undercut yang cukup dalam sehingga dilakukan

block out pada daerah undercut yang tidak menguntungkan. Tujuan

dilakukan block out yaitu untuk memudahkan pemasangan atau pengeluaran

protesa gigi tiruan (Gambar 3.5). Berikut ini cara memblock out sebagai

berikut :

a. Plaster of paris (gips) dicampur dengan sedikit air.

b. Kemudian aduk hingga merata, setelah rata block out daerah yang

tidak menguntungkan tersebut dengan menggunakan lecron.

c. Lecron harus tegak lurus agar mendapatkan daerah undercut, lecron

atau pensil panjang bisa digunakan ketika di lab tidak terdapat

surveyor.

Gambar 3.5 Block Out

3. Desain pada Model Kerja

Pada tahap selanjutnya yaitu transfer desain pada model kerja, desain

merupakan rencana awal yang berfungsi sebagai panduan dalam proses

pekerjaan model kerja. Desain dibuat dengan cara menggambarkan pada

model kerja menggunakan pensil. Pada pembuatan basis desain yang

digunakan berbentuk plat horse dan dibuat sayap pada bagian labial

sampai batas frenulum. Pembuatan cengkeram half jackson juga dibuat

pada gigi premolar satu kanan, kaninus kiri, dan molar dua kiri atas dan

molar satu kanan dan premolar dua kiri rahang bawah (Gambar 3.6).

Page 6: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

30

Gambar 3.6 Desain Model

4. Membuat Bite Rim (galangan gigit)

Pembuatan bite rim dilakukan dengan cara model kerja direndam

dalam air terlebih dahulu agar nantinya mudah dilepas dari model

kerja. Selanjutnya dilakukan pembuatan basis menggunakan base plate

wax dengan cara dilunakkan menggunakan api dari lampu spritus dan

ditekan pada model kerja sesuai dengan batas desain yang telah

ditentukan.

Kemudian dilakukan pembuatan galangan gigit dengan cara base

plate wax dilunakkan diatas lampu spritus tetapi jangan sampai

meleleh dan dibuat beberapa gulungan. Gulungan tersebut ditempelkan

dengan basis tepat diatas ridge dari model kerja, kemudian lengkung

galangan gigit tersebut disesuaikan dengan lengkung rahang model

kerja yang sudah dibuat dan diletakkan pada daerah yang tak bergigi

dan dirapikan. Kemudian ukur tinggi bite rim anterior rahang atas 12

mm dan lebar 4 mm, tinggi bite rim posterior adalah 10 mm dan lebar

6 mm. Pada rahang bawah tinggi bite rim anterior 8 mm dengan lebar

4 mm dan tinggi posterior 6 mm dan lebar 8 mm (dibuat menyesuaikan

tinggi gigi yang masih ada). Kemudian penentuan dimensi vertikal

dari dokter gigi ke pasien untuk menentukan letak dan tinggi gigitan

(Gambar 3.7).

Gambar 3.7 Galangan Gigit RA dan RB

Page 7: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

31

5. Menaman Model pada Okludator

Menanam model pada okludator merupakan panduan dalam penyusunan

gigi agar mudah, berikut ini cara penanaman model pada okludator

(Gambar 3.8) :

a. Buatlah retensi terlebih dahulu pada model.

b. Setelah itu model yang telah dioklusikan dokter gigi tadi diikat

dengan karet agar tidak goyang dari bite rim tadi.

c. Lalu model diolesi vasellin terlebih dahulu, dan pada bagian

okudator bawah diberikan plastisin gunanya untuk mengetahui

apakah model kerja sudah sesuai dengan bidang horizontal dan

vertikal.

d. Kemudian plaster of paris (gips) diaduk dengan air secukupnya

aduk hingga merata setelah itu tuangkan pada model rahang atas

terlebih dahulu dan rapihkan begitu pula cara itu dilakukan pada

rahang bawah.

Gambar 3.8 Penanaman Okludator

6. Pembuatan Cengkeram

Cengkeram pada desain ini dibuat pada gigi 14, 23, 27, dan gigi 35, 46,

cengkeram yang digunakan disini adalah cengkeram Half Jackson dengan

ukuran kawat 0,8 mm dengan panjang ± 5cm dan dengan menggunakan

berbagai macam tang klamer (Gambar 3.9). Tahapan pembuatan Half Jackson

dapat dilaporkan sebagai berikut :

a. Siapkan kawat 0,8 mm berserta tang tiga jari, tang pipih, dan tang

bulat.

b. Kemudian kawat ditekuk di bawah kontur terbesar dengan

menggunakan tang bulat, setelah itu tandai kawat dengan

menggunakan pensil kemudian cengkeram ditekuk ke bawah

Page 8: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

32

dengan menggunakan tang tiga jari dan tang pipih setelah ditekuk

dan menempel buatlah koil.

c. Selanjutnya fiksasi koil agar tidak goyang ketika penyusunan gigi.

Gambar 3.9 Pembuatan Cengkram

7. Penyusunan Gigi

Elemen gigi yang digunakan ini adalah A3,5 dengan ukuran no.24, pada

tahapan penyusunan gigi disini dibuat normal sesuai dengan SPK yang dokter

berikan (Gambar 3.10). Tahapan penyusunan gigi anterior-posterior rahang

atas dan rahang bawah adalah sebagai berikut :

a. Rahang atas

1) Insisivus satu kanan

Titik kontak mesial tepat berada pada garis midline,

permukaan incisal disusun sejajar dengan bidang datar.

2) Premolar satu kiri

Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak

dengan titik kontak distal kaninus kiri rahang atas. Puncak

cusp bukal menyentuh bidang oklusal dan cusp palatal

terangkat 1 mm diatas bidang datar.

3) Premolar dua kiri

Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak

dengan titik kontak distal premolar satu kiri rahang atas.

Puncak cusp bukal dan palatal menyentuh bidang datar.

4) Molar satu kiri

Sumbu gigi pada bagian servikal sedikit miring kearah

mesial, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

distal premolar dua kiri. Puncak mesio palatal cusp

menyentuh bidang oklusal. Puncak mesio bukal, disto bukal

Page 9: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

33

dan disto palatal cusp terangkat lebih dari 1 mm di atas bidang

datar.

b. Penyusunan gigi rahang bawah

1) Molar satu kanan

Penyusunan gigi molar satu kanan rahang bawah diletakkan

disebelah gigi premolar dua kanan. Titik kontak mesial

bertemu dengan titik kontak distal premolar dua kanan rahang

bawah.

2) Molar dua kanan

Penyusunan gigi molar dua kanan rahang bawah diletakkan

disebelah gigi molar satu kanan. Titik kontak mesial bertemu

dengan titik kontak distal molar satu kanan rahang bawah.

3) Molar dua kiri

Penyusunan gigi molar dua kiri rahang bawah diletakkan

disebelah gigi molar satu kiri. Titik kontak mesial bertemu

dengan titik kontak distal molar satu kiri rahang bawah.

Gambar 3.10 Hasil Penyusunan Gigi

8. Wax Countouring

Setelah penyusunan elemen gigi, tahap selanjutnya ialah wax

countouring yaitu membentuk pola malam dari basis gigi tiruan sedemikian

rupa sehingga menyerupai anatomi gigi/jaringan. Kontur permukaan luar gigi

dibentuk sedemikian rupa sehingga tampak bentuk anatomis gigi dan jaringan

lunak mulut. Pada daerah interdental papila dibuat cekungan yang landai

dengan menggunakan lecron dan bentuk cekungan tersebut hampir

menyerupai bentuk segitiga sehingga akan diperoleh bentuk tonjolan akar.

Page 10: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

34

Kontur bagian lingual/palatal dibuat cekung untuk membantu menambah

retensi, sedangkan pada bagian bukal/labial kontur dibuat sedikit lebih tebal

dan cembung untuk memperbaiki kontur dari bibir dan pipi. Untuk margin

gingiva dibuat dengan bentuk tepi yang landai dan tidak menekan mukosa,

untuk bagian labial dihindari margin menyentuh atau menekan frenulum

labialis (Gambar 3.11).

Gambar 3.11 Wax Countouring

9. Flasking

Setelah penyusunan gigi dan waxing selanjutnya dilakukan tahap flasking.

Metode yang digunakan adalah metode pulling the casting, metode ini

menutup bagian elemen gigi asli dan model dengan adonan gips, akan tetapi

gigi tiruan terbuka. Hal ini bertujuan agar setelah tahap boiling out elemen

gigi tiruan ikut ke kuvet atas, sehingga akan mempermudah proses packing.

Tahap pertama flasking dengan metode ini ialah mengulasi kuvet bagian

bawah dan atas menggunakan vasellin yang bertujuan agar bahan tanam

mudah dibuka pada saat deflasking. Kemudian gips diaduk dan dimasukkan

ke dalam kuvet bawah, lalu digetarkan sehingga adonan gips di dalam kuvet

menjadi padat, lalu tanam model kerja pada kuvet bagian bawah terlebih

dahulu dengan gips. Tunggu hingga gips mengeras, lalu gips tersebut dapat

dirapihkan dan ditunggu hingga mengering. Ketika gips sudah mengering,

permukaan gips dapat diulasi dengan vasellin dan kuvet bagian atas diisi

kembali dengan gips sehingga seluruh model kerja tertanam dalam kuvet

tersebut, lalu kuvet di press dengan menggunakan handpress (Gambar 3.12).

Page 11: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

35

Gambar 3.12 Flasking

10. Boiling Out

Setelah prosedur flasking tahap selanjutnya ialah boiling out dengan cara

kuvet dimasukkan kedalam panci yang berisi air mendidih selama 15 menit.

Setelah selesai, kuvet diangkat lalu kuvet atas dan bawah dipisahkan dengan

seluruh gigi berada dikuvet atas, model kerja disiram dengan air mendidih

hingga tidak ada lagi sisa malam pada mould space, lalu bagian tepi yang

tajam pada mould space dirapihkan dengan menggunakan lecron. Kemudian

model kerja disiram lagi menggunakan air panas agar sisa-sisa bahan tanam

tersebut hilang, kemudian mould space yang masih hangat diulasi CMS dan

tunggu hingga keadaan kuvet dingin (Gambar 3.13).

Gambar 3.13 Boiling Out.

11. Packing

Pada kasus ini metode packing menggunakan cara wet method, yaitu

powder dan liquid heat curing akrilik dicampur di dalam mixing jar hingga

dough stage. Adapun penggunaan polimer: monomer yaitu 3:1 pada rahang

atas dan rahang bawah.

Setelah dough stage akrilik dimasukkan ke dalam mould space kuvet atas

kemudian selopan dilapisi pada permukaan akrilik antara kuvet atas dan

bawah. Kuvet dipress dengan menggunakan handpress hingga kuvet dalam

Page 12: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

36

keadaan metal to metal, percobaan pengepresan menggunakan selopan

dilakukan sebanyak dua kali. Kelebihan adonan akrilik yang terletak di luar

daerah mould space dibersihkan dengan menggunakan lecron tajam, lalu

selopan dilepas dan dilakukan proses pengepresan terakhir (Gambar 3.14).

Gambar 3.14 Packing

12. Curing

Proses polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan polimernya

dengan bantuan panas. Polimerisasi dilakukan dengan cara merebus protesa

di dalam kuvet tersebut pada air dari keadaan dingin sampai naik hingga suhu

100º celcius selama 1 jam (Gambar 3.15).

Berikut ini prosedur curing :

a. Memasang kuvet dan handpress (metal to metal) kemudian

masukkan air kedalam panci.

b. selanjutnya masukan handpress yang berisi kuvet tersebut kedalam

panci yang berisi air yang belum mendidih lalu kemudian tunggu ±

60 menit (1 jam), setelah itu kuvet diangkat dan ditunggu hingga

suhu kuvet kembali kesuhu kamar.

Gambar 3.15 Curing

Page 13: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

37

13. Deflasking

Proses mengeluarkan model kerja dari dalam kuvet serta menghilangkan

sisa-sisa gips pada model kerja, kemudian bahan tanam atau gips yang

menempel dibuang dengan menggunakan tang gips, Setelah itu hilangkan

sisa-sisa bahan tanam atau gips dengan lecron. Pada proses ini dilakukan

secara hati-hati agar protesa tidak patah (Gambar 3.16).

Gambar 3.16 Proses Deflaskig

Penulis mengalami kegagalan pada tahap deflasking. Sewaktu deflasking

kuvet dibuka dalam keadaan panas, sehingga mengakibatkan perubahan

bentuk (distorsi) dan membuat protesa tidak dapat masuk ke model kerja

(Gambar 3.17).

Gambar 3.17 Distorsi

Maka penulis membuat ulang kembali protesa dari mulai tahap repro

model, cengkeram, bite rim, penanaman okludator, penyusunan gigi, wax

countouring, flasking, boiling out, packing, curing, dan pada saat

deflasking penulis benar-benar melakukan proses menunggu nya kuvet

sampai benar-benar dingin dan sesuai teori.

14. Finishing

Finising adalah proses penghalusan protesa kasar (Gambar 3.18).

a. Rapihkan bagian protesa yang masih kasar dengan mata bur fraser.

Page 14: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

38

b. Membentuk servikal pada protesa dengan menggunakan mata bur

roundbur.

c. Digunakan paperdisk khusus akrilik untuk membagi interdental

gigi.

d. Setelah itu digunakan mata bur mandril amplas untuk

menghaluskan protesa agar dalam proses polishing lebih cepat.

Gambar 3.18 Finishing

15. Polishing

Polishing merupakan proses penghalusan dan mengkilapkan protesa

yang dilakukan dengan 3 cara yaitu (Gambar 3.19) :

a. Tahap pertama protesa dipoles dengan menggunakan feltcone dan

abu gosok yang dicampur dengan air untuk menghilangkan

guratan-guratan.

b. Tahap kedua menggunakan sikat hitam dan abu gosok yang

dicampur dengan air untuk mengetahui apakah permukaan protesa

sudah halus, rata dan tidak ada guratan.

c. Protesa yang telah halus dipoles dengan menggunakan white brush

dan blue angel sampai protesa benar-benar mengkilat.

Gambar 3.19 Polishing

Page 15: BAB III PROSEDUR PEMBUATANrepository.poltekkes-tjk.ac.id/147/4/7. BAB III fix.pdf · 3) Premolar dua kiri Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak

39

16. Hasil

Untuk prosedur pembutan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada kasus

deep bite dengan kehilangan gigi 11, 24, 25, 26, dan gigi 37, 36, 47, yang

dilakukan sesuai dengan SPK pada tanggal 21 mei s.d 14 juni 2019 di

Laboratorium Teknik Gigi (Gambar 3.20). Setelah protesa gigi tiruan jadi,

maka hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut.

Gambar 3.20 Hasil