BAB III PERKEMBANGAN PINDAD SELAMA ERA ORDE BARU … · Bersenjata untuk memakai senjata Pindad...

30
58 BAB III PERKEMBANGAN PINDAD SELAMA ERA ORDE BARU 1976-1983 A. Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) Kegiatan Pindad dititikberatkan untuk memproduksi senjata dan mesiu, dengan perkataan lain untuk memenuhi kebutuhan militer.Perindustrian Angkatan Darat yang lebih dikenal dengan Pindad sudah melakukan berbagai jenis produksi hingga tahun 1976 seperti Senapan Serbu 77 (SS77). 1. Perkembangan PerindustrianAngkatanDarat Tahapan pengembangan di era Pindad lebih fokus pada tujuan pembinaan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip pengelolaan terpadu dan kemajuan teknologi mutakhir. Proses produksi Pindad pun dilakukan untuk mendukung kebutuhan TNI AD. Serangkaian percobaan dan evaluasi pembuatan senjata baru pun dilakukan dan menghasilkan berbagai Surat Keputusan dari Angkatan Bersenjata untuk memakai senjata Pindad sebagai senjata standar mereka. Setelah itu, senjata pun diproduksi secara massal. 1 Pindad diharapkan secara perlahan tapi pasti agar berkembang menjadi industri senjata dalam negeri yang ampuh berkompetisi dengan industri-industri senjata lainnya, untuk membuat alat-alat keperluan prajurit sehari-hari serta perlengkapan untuk bertempur dalam arti yang sangat luas. Dari sangkur, senjata ringan dan berat seperti pistol, revolver, senapan mesin, mortir, meriam hinngga peluru-pelurunya. Melalui kerja sama dengan berbagai badan dan instansi lainnya, 1 Abrar Yusra., Azwar Anas Teladan dari Ranah Minang, (Jakarta : Kompas, 2011), hlm. 68.

Transcript of BAB III PERKEMBANGAN PINDAD SELAMA ERA ORDE BARU … · Bersenjata untuk memakai senjata Pindad...

58

BAB III

PERKEMBANGAN PINDAD SELAMA ERA ORDE BARU

1976-1983

A. Perindustrian Angkatan Darat (Pindad)

Kegiatan Pindad dititikberatkan untuk memproduksi senjata dan mesiu,

dengan perkataan lain untuk memenuhi kebutuhan militer.Perindustrian Angkatan

Darat yang lebih dikenal dengan Pindad sudah melakukan berbagai jenis

produksi hingga tahun 1976 seperti Senapan Serbu 77 (SS77).

1. Perkembangan PerindustrianAngkatanDarat

Tahapan pengembangan di era Pindad lebih fokus pada tujuan pembinaan

yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip pengelolaan terpadu dan kemajuan

teknologi mutakhir. Proses produksi Pindad pun dilakukan untuk mendukung

kebutuhan TNI AD. Serangkaian percobaan dan evaluasi pembuatan senjata baru

pun dilakukan dan menghasilkan berbagai Surat Keputusan dari Angkatan

Bersenjata untuk memakai senjata Pindad sebagai senjata standar mereka. Setelah

itu, senjata pun diproduksi secara massal.1

Pindad diharapkan secara perlahan tapi pasti agar berkembang menjadi

industri senjata dalam negeri yang ampuh berkompetisi dengan industri-industri

senjata lainnya, untuk membuat alat-alat keperluan prajurit sehari-hari serta

perlengkapan untuk bertempur dalam arti yang sangat luas. Dari sangkur, senjata

ringan dan berat seperti pistol, revolver, senapan mesin, mortir, meriam hinngga

peluru-pelurunya. Melalui kerja sama dengan berbagai badan dan instansi lainnya,

1Abrar Yusra., Azwar Anas Teladan dari Ranah Minang, (Jakarta :

Kompas, 2011), hlm. 68.

59

Pindad juga melakukan eksperimen pembuatan dan peluncuran roket. Lebih jauh

Pindad juga memproduksi alat-alat transportasi militer dan suku cadangnya,

seperti panser dan tank.

Namun perkembangan industri pertahanan masih kurang dapat perhatian

dari pemerintah karena pada masa Orde Baru yang banyak melakukan import

alutsista, maka industri pertahanan tidak mendapat anggaran yang seharusnya

dimana anggaran untuk pembelian lebih besar dibandingkan dengan anggaran

untuk modal bagi industri pertahanan dalam negeri.

Seperti ditulis Radius Prawiro:

“Saat itu industri Indonesia masih belum berkembang;

Indonesia masih merupakan suatu negara yang agraris, maka

pengadaan barang-barang kebutuhan hidup dilakukan melalui

kegiatan perdagangan, dalam hal ini kegiatan impor. Sedangkan

kegiatan perdagangan tidak dapat berjalan lancar karena kelangkaan

devisa, berhubung sebelumnya devisa banyak dipakai untuk

mendanai perjuangan pembebasan Irian Barat, lalu untuk

konfrontasi dengan Malaysia. Negara kita mengalami suatu

kesulitan untuk meredakan inflasi yang waktu itu sudah menuju ke

650 persen pada tahun 1966...”2

Sejalan dengan itu, Indonesia membenahi politik luar negerinya, antara

lain menyambung kembali hubungan dan kerja samanya yang sebelumnya

terputus dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga

internasional lainnya, serta mengundang masuknya investasi asing di Indonesia.

Semua itu membawa konsekuensi-konsekuensi yang mendasar dan luas di semua

sektor kehidupan.

Setelah rehabilitasi ekonomi (1966-1969), lalu dirancangkan program

pembangunan nasional sesuai Repelita jangka panjang Pertama (1969-1994), yang

2Ibid., hlm. 70.

60

menitik beratkan pembangunan ekonomi yang dititikberatkan pada pembangunan

pertanian dengan target swasembada beras sebagai basis pembangunan industri.

Pembangunan pertanian besar-besaran di Indonesia itu didukung antara lain oleh

pembangunan berbagai irigasi besar dan kecil, pembangunan jalan raya yang

didukung rehabilitasi dan pembangunan industri semen dan pupuk, serta

penerapan teknologi pertanian di negara yang wilayahnya luas dan agraris ini.

Perubahan agenda pokok pemerintah itu pada gilirannya menimbulkan perubahan

pula pada status dan funsi Operasi Karya Pindad.3

Mesin-mesin Pindad mengalami idle capacity walaupun menganggur

tetapi mesin-mesin harus tetap produktif. Operasi Karya adalah bagian dari

kegiatan Pindad sebagai badan usaha milik negara di lingkungan Angkatan Darat,

yang secara resmi merupakan usaha industri untuk membuat senjata dan mesiu.

Kegiatan Operasi Karya Pindad sendiri hanya merupakan kegiatan ekstra, yang

tidak memiliki sarana, fasilitas, dan alokasi dana pemerintah (APBN).4

Kurang ketersediaan dana bagi produksi senjata merupakan suatu kendala

yang cukup besar. Tanpa biaya operasi ataupun alokasi dana pemerintah, industri

tidak mampu untuk memproduksi senjata secara masif. Pemerintah yang kurang

memperhatikan perkembangan industri senjata akibat dari kelangkaan devisa dari

pemerintahaan Orde Lama membuat Pemerintahan Orde Baru berusaha untuk

lebih memperhatikan bagaimana produksi industri senjata dalam negeri.5

Dengan menggunakan Operasi Karya Pindad berusaha membuat inovasi

dan kreasi dengan menggunakan sumber daya yang ada. Ini bertujuan

3Ibid., hlm. 71.

4Ibid.

5Ibid., hlm. 73.

61

menggembangkan peran serta Pindad dalam pembangunan industri dalam

negeri.Pada 29 April 1983, industri militer ini dimasukkan ke industri stragis

dengan nama PT Pindad (Persero), yang berada di bawah kendali Dr. B.J.

Habibie. Pada masa inilah proses alih dan akumulasi teknologi dilakukan secara

sistematis, dinamis, dan terprogram. Dengan empat tahap transformasi teknologi,

Habibie melalui tahap produksi senjata dengan lisensi. PT Pindad kemudian

melakukan program manufaktur senjata baru, yaitu senapan serbu FNC, dengan

lisensi dari Fabrique Nationale Herstal (FNH), Belgia. Senapan serbu ini lebih

maju dari yang pernah dibuat Pindad karena memenuhi standar NATO.6

Melalui perjanjian lisensi dengan perusahaan Inggris, Pindad melakukan

perakitan sepuluh unit tank Scorpion. Hal ini menambah pengetahuan, baik

implisit maupun eksplisit, di bidang kendaraan tempur. Dan kelak kemampuan ini

digunakan untuk mendesain dan membuat water canoon dan tactical combat

vehicle. Perbaikan dan pemeliharaan tank Scorpion juga dilakukan di Pindad.7

Industri yang bergerak dibidang senjata ini juga mengembangkan di

bidang kendaraan tempur. Untuk mengurangi ketergantungan Industri alutista

dalam negeri dalam import kendaraan tempur seperti tank maupun alat berat

lainnya.

Produksi di bawah lisensi FNH, PT Pindad mendapatkan pembelajaran.

Dari kerja sama ini, mereka memperoleh kesempatan mempelajari karateristik

senjata. Selain itu, Pindad dapat melakukan perbandingan senjata dari segi desain,

khususnya dengan senapan buatan Amerika Serikat yang terkenal, M-16. Maka

pada tahap ini PT Pindad sudah mampu melakukan adaptasi desain senjata

6 Silmy Karim., Op.Cit., hlm. 117.

7Ibid.

62

Fabrique Nationale Carabine (FNC) menjadi senapan serbu SS1 berkaliber 5,56

mm, yang sekarang menjadi salah satu senjata organik TNI.8

Program produksi dengan sistem lisensi seperti itu juga memberikan

pengetahuan bagaimana meningkatkan kualitas dan kinerja senjata. Dari sini,

dilakukan adaptasi desain sesuai dengan kondisi pemakainya, yaitu TNI dengan

karateristik keindonesiaannya. Maka diproduksilah senapan serbu SS1 dengan

versi 1, 2, 3, dan 5. Program ini akhirnya terbukti memberikan pelajaran yang

berharga bagi PT Pindad dalam memproduksi senjata dan granat.9

Dari pengalaman di atas, PT Pindad kemudian memproduksi versinya atau

modifikasinya, baik pistol P1 maupun revolver (R1), dengan menggunakan

teknologi balistik berupa laras berulir. Pistol P1 Dan P2 kaliber 9 mm dibuat lebih

sesuai dengan dengan ergonomi orang Indonesia dan juga dengan memperhatikan

serta melakukan remodifikasi balistik dalam dan luar pistol tersebut. Pistol ini

dirancang beroperasi dari Jerman.10

Gambar 1.

Pistol-P1

Sumber : Buku Catur Windu Perindustrian TNI AD

8Ibid.

9Ibid., hlm. 118.

10

Ibid.

63

Industri senjata adalah salah satu komponen penting dalam faktor

mendukung alutsista negara. Indonesia dengan pengembangan industri Badan

Usaha Milik Negara Strategis (BUMNIS) dapat membantu dalam pertahanan dan

keamanan negara. Kekuatan militer negara dilihat dari kelengkapan alutsista

negara serta persenjataan yang digunakan oleh tentaranya.

B. Kepemilikan TNI Terhadap Pindad

Angkatan Bersenjata menjadi faktor dominan dalam pembentukan

kebijakan Pemerintah. Pabrik Industri Senjata pada masa Orde Baru dikelola oleh

Angkatan Darat.Sejak diserah terimakan dari Belanda, PSM (Pabrik Senjata dan

Mesiu) langsung diterima oleh TNI, sehingga industri senjata menjadi tanggung

jawab pihak militer dalam produksi maupun pengembangan senjata maupun

alutsista. Sebagai pemegang industri alutsista, TNI fokus dalam pembuatan

senjata.

1. IndustriSenjata TNI AD PraPindad

Perkembangan PSM. Tanggal 1 Januari 1953 reorganisasi PSM yang

dititik beratkan pada penyelesain tugas pokok. Terutama untk pembaharuan

mesin-mesin guna membuat jenis/type jenis senjata dan munisi, sucad senjata,

rematerialisasi dan alat perlengkapan keperluaan TNI Angkatan Darat. Kemudian

juga diadakan modernisasi instalasi dan tahun 1955 membangun pabrik munisi

kaliber ringan di PSM, sehingga tahun 1956 telah berhasil memproduksi munisi

kaliber ringan secara besar-besaran. Hasil yang dicapai PSM saat itu meliputi

pisotl isyarat 1 inch, stengun 9 mm, rebuild karabin 6,5 mm menjadi 7,7 mm

64

granat-granat tangan, pesawat mortir 5 cm, 6 cm dan 8 cm, hasil-hasil tersebut

telah digunakan TNI untuk operasi militer.11

Saat bernama Pabal AD, terjadi beberapa perkembangan dalam bidang

teknologi persenjataan. Mereka mulai menjalin kerja sama dengan perusahaan

senjata Eropa untuk pembelian dan pembangunan satu unit pabrik senjata.

Hasilnya, mereka berhasil membangun pabrik senjata ringan.12

Pabrik Alat Peralatan AngkatanDarat (Pabal-AD). Tanggal 1 Desember

1958 PSM dirubah menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat. Usaha

pengembangan pabrik, khususnya bidang persenjataan makin ditingkatkan guna

mengurangi ketergantungan kebutuhan senjata dan munisi dari negara lain.

Setelah berhasil memodernisir Pabrik munisi tahun 1957, usaha pengembangan

selanjutnya adalah untuk membangun pabrik senjata, usaha ini akhirnya berhasil

pada tahun 1959 dengan ditandatangani kontrak kerasama untuk pembelian satu

unit Pabrik Senjata dikenal dengan kontrak BB/KOYA. Disamping merencanakan

pembangunan pabrik senjata, juga berhasil mengembangkan Fuse untuk granat

mortir serta munisi kaliber. 30 M/T, munisi kaliber 9mm.13

Keberhasilan itu membuat Pabal AD ditunjuk sebagai badan pelaksana

utama pengadaan senjata di kalangan TNI AD. Pada era ini pula pemerintahan

11

Lestari Wijono., “Pemberdayaan Industri Strategis Dalam Mendukung

Alutsista TNI AD Untuk Meningkatkan Pertahanan Keamanan Negara (Studi Di

PT Pindad)”, Tesis, (Yogyakarta : UGM, 2008), hlm. 4

12

Silmy Karim., Membangun Kemandirian Industri Pertahanan Indonesia,

(Jakarta : PT.Gramedia, 2014), hlm. 108.

13

Lestari Wijono., loc.cit.

65

Belanda menyerahkan Cassava Factory, pabrik ubi kayu, di Turen, Malang, Jawa

Timur yang kemudian menjadi lokasi Divisi Munisi PT Pindad (Persero).14

2. IndustriSenjata TNI AD Pindad

Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) melakukan pembangunan instalasi

yang dilakukan secara bertahap, ternyata semakin meningkatan kemampuan

tekonologinya, sehingga mengantarkan ke fase kedewasaan menjadi satu instalasi

industri. Pada tanggal 17 Mei 1962 namanya dirubah menjadi Perindustrian TNI

Angkatan Darat (Pindad). Pembangunan tahap-tahap berikutnya diarahkan untuk

lebih menitikberatkan pada pencapaian tujuan pembinaan disesuaikan dengan

tingkat perkembangan teknologi.

Komando Perindustrian TNI Angkatan Darat. Sejalan dengan

kebijaksanaan pemerintah dalam re-organisasi departemen-departemen

pemerintahan, termasuk Departemen Hankam, maka Pindad mengalami

perubahan nama menjadi Komando Perindustrian TNI Angkatan Darat

(Kopindad). Perubahan ini ternyata membawa perubahan sikap mental yang

lamban.

Perkembangan selanjutnya, sebagai realisasi Keputusan Menteri

Pertahanan dan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Nomor

Kep/18/IV/1976 tertanggal 28 April 1976 tentang Pokok-pokok Organisasi dan

Prosedur Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, nama Kopindad

dikembalikan menjadi Pindad. Pindad berubah dari komando utama pembinaan

menjadi badan pelaksana utama di lingkungan TNI AD. Sebagai realisasi

Keputusan Menhankam/Pangab No: Kep/18/IV/1976 tanggal 28 April 1976

14

Ibid., hlm. 55.

66

tentang pokok-pokok organisasi dan Prosedur Tentara Nasional Indonesia

Angkatan Darat dan Keputusan Kasad No: Kep/58/X/1979 tanggal 12 Oktober

1979 tentang organisasi dan tugas Pindad, nama Kopindad dirubah menjadi

Pindad sejak tangggal 12 Oktober 1979. Perubahan nama ini mengakibatkan

perubahan status Pindad dari Komando Utama Pembinaan Menjadi Badan

Pelaksana Utama di lingkungan TNI Angkatan Darat.15

Perkembangan selanjutnya Pindad membentuk pabrik-pabrik sesuai

kemampuan teknologi meliput : Pabrik Senjata Ringan dengan tugas pokok

memproduksi senjata ringan berbagai kaliber serta senjata untuk berburu.; Pabrik

Munisi Ringan (Pabmuri) Bandung, dengan tugas pokok memproduksi munisi

kaliber ringan serta munisi untuk berburu berbagai macam type; Pabrik Munisi

Ringan (Pabmuri) Turen dengan tugas pokok memproduksi munisi kaliber ringan;

Pabrik Munisi Berat dengan tugas pokok memproduksi berbaagai macam munisi

kaliber berat.; Pabrik Perkakas dan Instrumen (Pabkakmen), dengan tugas pokok

memproduksi perakakas dan sarana pabrik termasuk onderdil mesin dll.; Pabrik

Konstruksi Umum (Pabkonsum) dengan kegiatan pokok meliputi bidang

perkayuan. Berbagai pengembangan produksi telah dilakukan Pindad antara

bidang senjata, pada tahun 1977 berhasil membuat pramodel senjata ringan yang

dinamakan senapan serbu (SS 77) kaliber 5,56 mm dan 7,62 mm, serta

pengembangan-pengembangan munisi maupun produk-produk untuk kepentingan

industri dan rumahtangga.16

15

Ibid., hlm. 48.

16

Departemen Pertahanan Nasional.,

PerindustrianTentaraNasionalIndonesiaAngkatanDarat, (Bandung : PT Pindad,

1983), hlm. 110.

67

Gambar 2.

Prototype SS 77 dengan popor yang dapat dilipat

Sumber : Buku Catur Windu Perindustrian TNI AD

Dilihat dari segi kemampuan teknologinya, Pindad mendasarkan kepada

kemampuan teknologi dari tiap-tiap unit pabrik yang berada di dalam tubuh

Pindad sendiri, yang meliputi kegiatan :17

1. Pabrik Senjata Ringan :

a. Tugas pokoknya memproduksi senjata ringan berbagai

macam kaliber dan tipe. Senjata ringan yang telah

diproduksi adalah:

1) Pistol P-1.

2) Pistol mitraliur PM-1.

3) Senapan SP-1.

4) Senapan SP-2.

5) Senapan SP-3.

6) Pesawat mortir 5 cm.

7) Pesawat mortir 6 cm.

8) Pesawat mortir 8 cm.

9) Pistol isyarat 1 inch dan 15 mm.

17

Ibid.

68

b. Kemampuan dalam produksi sipil berupa senjata berburu

berbagai macam kaliber dan tipe.

2. Pabrik Munisi Ringan (Pabmuri) Bandung :

a. Tugas pokoknya memproduksi berbagai macam munisi

ringan. Munisi kaliber ringan yang telah diproduksi adalah :

1) Munisi kaliber 7,62 mm long MU-2 Tj.

2) Munisi kaliber 7,62 mm MU-2 Tj.

3) Munisi kaliber 9 mm MU-1 Tj.

4) Munisi kaliber 30 Hampa M2 HK.

5) Munisi kaliber 7,62 mm Hampa MU-2 H.

6) Munisi kaliber 9 mm MU-1 Tj.

b. Kemampuan dalam produksi sipil berupa munisi berburu

berbagai macam tipe.

3. Pabrik Munisi Berat (Pabmurat) :

a. Tugas pokoknya memproduksi berbagai macam munisi

kaliber berat dan bahan peledak. Munisi kaliber berat dan

bahan peledak telah diproduksi adalah:

1) Granat mortir 5 cm.

2) Granat mortir 6 cm.

3) Granat mortir 8 cm.

4) Granat tangan offensief.

5) Granat tangan asap.

6) Granat tangan defensief.

7) Penggalak untuk munisi kaliber ringan dan lain-lain

peluru.

8) Tabung ledak (fuze) untuk granat mortir, granat tangan

dan lain-lain alat peledak.

9) Peluru pendorong untuk granat mortir.

10) Alat-alat penghancur (demolition charge).

11) Pengisian TNT.

12) Detonator untuk mortir, granat tangan.

13) Peluru isyarat 1 inch dan 15 mm.

b. Kemampuan dalam produksi sipil berupa pembuatan :

69

1) Pompa-pompa air.

2) Metalic packing.

3) Mesin rami.

4) Emposan tikus.

5) Signal flares.

6) Rupa-rupa kembang api.

7) Detonator listrik dan non listrik.

8) Peluru kaliber 22

9) Dan lain-lain.

4. Pabrik perakas dan Instrumen (Pabkakmen) :

a. Kegiatan pokoknya meliputi :

1) Pembuatan perkakas khusus, umum, alat ukur/kaliber,

alat pemegang dan lain-lain.

2) Proses penyepuhan.

3) Pekerjaan pelapisan (coatingverchroom).

4) Pengasahan (pemeliharaan perkakas).

5) Pembuatan spare-parts untuk mesin-mesin produksi.

b. Kemampuan dalam produksi sipil pembuatan :

1) Perkakas potong (cutting tool) untuk produksi sipil.

2) Instrumen-instrumen ukur.

3) Roda gigi teliti.

4) Stempel mattrijs.

5) Onderdil mesin-mesin.

5. Pabrik Konstruksi Umum (Pabkonsum) :

a. Kegiatan pokoknya meliputi bidang perkayuan, konstruksi,

permesinan, tuangan dan stamping :

1) Pembuatan popor.

2) Pancar pasir (sandblasting).

3) Pengelasan bagian-bagian senjata menjadi sub-

assembling.

4) Pekerjaan konstruksi dan las umum.

5) Pembuatan peti-peti pengemasan.

6) Pembuatan peti-peti angkut produk.

7) Pembuatan pelor kayu hampa.

8) Pengecatan alat-alat pengemas.

9) Pemeliharaan mesin-mesin dan pekerjaan penyelesaian

(finishing) produk secara mekanis.

10) Melakukan pekerjaan-pekerjaan penjahitan barang-

barang perlengkapan senjata ringan dari kain.

70

11) Barang-barang tuangan untuk bantuan pemeliharaan.

12) Badan granat tangan.

13) Parts senjata dari sheet-metal.

14) Pembuatan peti pengemasan (dari kaleng) untuk senjata,

munisi dan lain-lain.

15) Pembuatan dus-dus pengemas untuk munisi dan lain-

lain.

16) Pembuatan tabung pengangkut granat mortir (carriers).

17) Pembuatan komponen-komponen untuk senjata dan lain-

lain yang dilakukan dengan proses stamping.

b. Kemampuan produksi sipil :

1) Konstruksi kayu.

2) Pembuatan spre-parts (roda gigi dll).

3) Pembuatan pompa-pompa air/tambang.

4) Pembuatan pintu-pintu air.

5) Pembuatan mesin-mesin/alat-alat pertanian (pedal

threser).

6) Rumah-rumah pompa tambang.

7) Segala macam benda tuangan, besi cor, baja dan non-

ferro.

8) Pembuatan Perlengkapan Perorangan dan Lapangan.

9) Bintang-bintang tanda jasa, medali dan lain-lain.

10) Piala-piala dan emblim.

11) Alat-alat intendans (ranjang, muk, lunchtray dll)

12) Pembuatan mesin-mesin dan alat-alat pertanian

(Sprayers dan pelmolen).

13) Komponen-komponen motor Honda dan mobil

Daihatsu.18

Kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai salah satu faktorpenting

dalam rangka penyempurnaan produksi telah dilaksanakan semenjak P.S.M,

PABAL-AD dan Pindad. Kegiatan ditujukan kepada peningkatan mutu produksi,

perbaikan proses disesuaikan dengan kemajuan teknologi mutakhir.

Kepemilikan TNI AD, Pindad mampu berkembang dan mendapatkan

perhatian dari Pemerintah akan pentingnya industri alutsista. Melalui Keppres

Nomor 40 tahun 1980 (BPP), Tentang Tim Pengembangan Industri Strategis

18

Ibid., hlm. 118.

71

Hankam yang Terdiri Atas Menteri Negara Riset dan Teknologi/Kepala BPP

Teknologi, Menhankam/Pangab, dan Menteri Perindustrian.

Pembahasan mengenai Pindad, industri yang bergerak di bidang alutsista

untuk masuk ke dalam industri strategis negara mulai menjadi wacana penting

bagi pemerintah. Secara perlahan pemerintah mulai masuk kedalam dewan direksi

serta struktur organisasi dalam instansi tersebut. Industri yang telah dikelola oleh

TNI-AD sejak pemerintahan era Soekarno mulai melakukan perombakan dalam

struktur organisasi yang melibatkan pihak luar kalangan militer. Kalangan militer

yang selama lebih dari 30 tahun memegang kendali penuh terhadap industri

senjata perlahan berganti kepemimpinan dengan kepemimpinan sipil dengan B.J

Habibie mewakili Kementrian Riset dan Teknologi (KEMENRISTEK)melalui

upacara pemindahanPindad dari Kementrian Pertahanan dan Keamanan

(KEMENHANKAM) diwakili oleh Panglima ABRI (PANGAB). Disamping itu

koordinasi antardepatemen, yang sangat penting bagi pengembangan industri

pertahanan dan keamanan, juga telah dimantapkan melalui Keputusan Presiden

No 59 Tahun 1983 Tentang Pembentukan Dewan Pembina dan Pengelola

Industri-industri Strategis dan Industri Pertahanan Keamanan.

C. Kepemilikan BUMN ( Perseroan Terbatas) PT PINDAD

Setelah masuk kedalam Perseroan melalui BUMN kemudian Pindad mulai

dikelola oleh Kemenristek dibawah B.J Habibie. Menjadi persero bukan suatu

kendala bagi perkembangan Pindad karena justru melalui persero yang masuk ke

dalam BUMN, Pindad menjadi salah satu target kemajuan perkembangan

ekonomi negara. Karena setelah menjadi persero Pindad harus bisa memajukan

72

kemampuan daya saing industri dalam negeri untuk dapat meningkatkan kuantitas

produksi maupun kulitas.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 740/KMK 00/1989 yang

dimaksud Badan Usaha Milik Neara (BUMN) adalah : Badan usaha yang seluruh

modalnya dimiliki negara (Pasal 1 Ayat 2a). Atau badan usaha yang tidak seluruh

sahamnya dimiliki negara tetapi statusnya disamakan dengan BUMN yaitu (Pasal

1 Ayat 2b).19

1. BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan

pemerintah daerah.

2. BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan

BUMN lainnya,

3. BUMN yang merupakan badan-badan usaha patungan dengan

swasta nasional/asing di mana negara memiliki saham mayoritas

minimal 51%.20

Bahasa asingnya BUMN adalah public enterprise. Dengan demikian

BUMN berisikan dua elemen esensial yakni unsur pemerintah (public) dan unsur

bisnis (enterprise). BUMN tidaklah murni pemerintah 100 persen dan tidak juga

murni bisnis 100 persen. Berapa besar presentase masing-masing elemen itu di

suatu BUMN tergantung pada jenis atau tipe BUMN-nya. Dalam hal Perjan unsur

pemerintah lebih besar dari unsur bisnis, sedangkan untuk Persero unsur bisnisnya

lebih dominan dari unsur pemerintah. Perum boleh dikatakan fifty-fifty. Tetapi

pasti di setiap jenis BUMN kedua unsur tersebut pasti harus ada.21

19

Pandji Anoraga., BUMN, SWASTA dan KOPERASI , (Jakarta : PT.

Dunia Pustaka Jaya, 1995), hlm. 1.

20

Ibid.

21

Ibid.

73

1. Persero (KUHD) Goverment/State Company

a) Makna usaha, tujuan perusahaan : profit sebagai titik berat.

b) Status hukum : badan hukum berdasarkan KUHD dan PP pendirian

(dengan akte notaris).

c) Hubungan organisatoris dengan pemerintah : berdiri sendiri sebagai

suatu kesatuan organisasi yang tercapai (otonom).

d) Pemilikan/penguasaan oleh pemerintah : dapat sepenuhnya atau

sebagian yaitu melalui pemilikan saham secara keseluruhan atau

sebagian.

e) Pengurusan oleh pemerintah : pimpinan adalah suatu direksi, diangkat

oleh Rapat umum Pemegang Saham.

f) Pengawasan oleh pemerintah : melalui dewan komisaris yang diangkat

oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

g) Kekayaan/permodalan : dari kekayaan negara yang dipisahkan dan

merupakan modal dasar persero, untuk keseluruhan atau sebagian

modal perseroan terbagi dalam saham-saham.

h) Status kepegawaian : pegawai perusahaan swasta biasa.

i) Ruang lingkup kegiatan usaha : seperti pada perusahaan swasta biasa.22

2. PerananBUMN

Peranan BUMN erat berkaitan dengan berbagai tujuan yang perlu dicapai

BUMN, seperti yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3

Tahun 1983. PP No. 3/1983 ini, yang meliputi ketiga BUMN, yaitu Perusahaan

Perseroan (Persero), Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan Jawatan

(Perjan), menetapkan bahwa tujuan-tujuan BUMN adalah :

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan ekonomi negara pada

umumnya dan penerimaan negara khususnya;

2. Mengadakan pemupukan keuntungan dan pendapatan;

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa barang dan jasa

bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.

4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat

dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.

5. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat melengkapi

kegiatan swasta dan koperasi dengan antara lain menyediakan

kebutuhan masyarakat, baik dalam bentuk barang maupun bentuk jasa

dengan memberikan pelayanan yang bermutu.

6. Turut aktif memberikan bimbingan kepada sektor swasta, khususnya

pengusaha golongan ekonomi lemah dan sektor koperasi.

22

Ibid. hlm. 4.

74

7. Turut aktif melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program dan

kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan

umumnya.23

Pada seminar Peranan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dalam Pelita

IV yang diadakan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 1984, Menteri Keuangan

Republik Indonesia juga mengemukakan bahwa, seperti juga halnya dengan Pelita

I, II, dan III, maka dalam Pelita IV BUMN tetap memegang peranan Penting.24

BUMN sebagai unit ekonomi milik negara merupakan sektor yang penting

perannya dalam membantu pemerintah mengiplementasikan kebijakan

pembangunan yang telah digariskan. Dalam konteks pencarian alternatif sumber

dana, pemerintah memberikan perhatian atau mungkin semcam tuntutan yang

makin besar kepada BUMN, khususnya yang berstatus persero. Hal ini

mengingatkan untuk memupuk keuntungan, besarnya jumlah BUMN dalam status

Persero, besarnya investasi yang ditanamkan oleh negara; BUMN merupakan

sektor kunci dalam perkembangan perekonomian negara, mempunyai potensi

dalam pengembangan sumber daya manajerial dan keterampilan serta mempunyai

potensi alih teknologi. Tuntutan yang makin besar di masa mendatang ini akan

menuntut peningkatan pengelolaan yang lebih efektif dan efisien. Dengan kata

lain, pada masa-masa mendatang fungsi BUMN khususnya Persero sebagai unit

bisnis strategis (SBU : Strategic Business Unit) akan lebih menonjol dibandingkan

dengan fungsi-fungsi lainnya majemuk itu.25

Kerangka ini, pemerintah membatasi diri pada BUMN-BUMN yang

dipandang vital dan strategis, sementara yang lain tidak menutup kemungkinan

23

Ibid., hlm. 5.

24

Ibid.

25

Ibid., hlm. 21.

75

diswastakan dan bisa juga ditutup/dilikuidasi untuk persero-persero yang terus

merugi.26

PT Pindad dapat dikategorikan sebagai BUMN yang vital dan

dipandang strategis bagi negara, maka dari itu pemerintah memasukan Pindad ke

dalam BUMN sehingga menjadi Persero dengan pemerintah mendapat

Keuntungan (Profit) dari perkembangan industri tersebut.

Penunjang gerak dan langkah BUMN, pemerintah melalui Keputusan

Menteri Keuangan No. 740/89 dan No. 741/89 merumuskan langkah-langkah

menyehatkan BUMN. Keputusan ini memungkinkan adanya : peningkatan status

hukum BUMN; adanya kerja sama operasi atau kontrak manajemen dengan pihak

lain yang dianggap memiliki keahlian profesional; penggabungan satu sama lain

BUMN atau pemecahan BUMN bila dianggap perlu. Untuk meningkatkan

peranan BUMN sebagai profit center, berbagai upaya ditempuh misalnya

meningkatkan sikap profesional jajaran menejemennya, menggunakan manajemen

profesional dari swasta (kalau dipandang perlu), membudayakan kultur budaya

perusahaan yang berorientasi pada bisnis/profit dan meningkatkan efisensi.27

Salah satu target dalam pengembangan PT Pindad yaitu mengejar

ketinggalan teknologi, baik dalam kuantitas produksi maupun kuantitas agar dapat

memajukan industri senjata yang termasuk dalam alutsista negara dalam rangka

pertahanan dan keamanan. Dalam pernyataan Kemenristek sasaran utama PT

Pindad untuk kebutuhan Hankam (Pertahanan dan Keamanan) negara. Untuk

mempertahankan kedaulatan negara dibutuhkan kekuatan militer yang

mendukung.

26

Ibid., hlm. 22.

27

Ibid., hlm. 23.

76

D. AnggaranPemerintahTerhadap PT PINDAD Sebagai BUMN

Kekuatan militer dibantu oleh kemajuan dan perkembangan alutsista

negara, dimana setiap negara memerlukan alutsista yang efektif dan efisien. PT

Pindad sebagai salah satu industri alutsista negara yang bergerak di bidang senjata

dan munisi serta beberapa kendaraan tempur ringan, membutuhkan dukungan oleh

pemerintah.

Melalui anggaran negara untuk belanja alutsista maupun kebutuhan

peralatan dan perlengkapan militer membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Selama pemerintahan Soeharto dalam bidang pertahanan dan keamanan cukup

banyak dianggarkan untuk pembelian alutsista. Namun dalam setiap belanja

alutsista, negara tidak cukup hanya mengeluarkan dana untuk pembelian

(purchase) namun juga untuk perawatan dan reparasi (maintenance &

reparation). Kebutuhan selanjutnya yang kemudian dalam anggaran negara untuk

hankam tidak efisien.

1. Perencanaan Anggaran dalam menunjang

SektorPertahanandanKeamananNasional

Penyusunan Rancangan APBN 1984/1985 tidak dapat dilepaskan dari

situasi dan keadaan perekonomian nasional. Pemerintah mendurung untuk

menjalankan berbagai langkah kebijaksanaan ekonomi untuk memperkecil

pengaruh resesi ekonomi dunia dan di bidang keuangan negara Pemerintah telah

melaksanakan berbagai langkah untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri di

luar minyak dan di sampingitu langkah-langkah penghematan dan peningkatan

efisiensi di dalam penggunaan uang negara juga terus dilakukan.

Anggaran pendapatan dan Belanja Negara tahun 1984/1985 direncanakan

berimbang pada jumlah sebesar Rp 20.560,4 milyar. Di bidang penerimaan negara

77

jumlah tersebut terdiri dari penerimaan dalam negeri dan penerimaaan

pembangunan, yang masing-masing direncanakan sebesar Rp 16.149,4 milyar dan

Rp 4.411,0 milyar. Sedangkan di bidang pengeluaran negara jumlah tersebut

terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, yang masing-masing

direncanakan sebesar Rp 10.101,1 milyar dan 10.459,3 milyar. Dengan demikian

Tabungan Pemerintah yang merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri

dan pengeluaran rutin direncanakan sebesar Rp 6.048,3 milyar. Dana

pembangunan yang merupakan gabungan dari Tabungan Pemerintah dan

penerimaan pembangunan akan mencapai Rp 10.459,3 milyar. Bagian daripada

dana pembangunan yang berupa rupiah akan digunakan untuk membiayai

berbagai jenis pengeluaran pembangunan yaitu untuk membiayai pembangunan

sektoral yang dilaksanakan oleh departemen/lembaga negara non-departemen

sebesar Rp 3.510,0 milyar, untuk membiayai pembangunan regional berupa

proyek-proyek Inpres dan Inpeda sebesar Rp 1.516,5 milyar dan berbagai

pengeluaran pembangunan lainnya yang keseluruhan direncanaan sebesar Rp

1.061,3 milyar. Di samping itu sebagian daripada dana pembangunan dalam

bentuk bantuan proyek juga digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran

pembangunan yang direncanakan senilai Rp 4.371,5 milyar.28

Sektor Pertahanan dan Keamanan Nasional diberikan porsi dana sebesar

Rp 697.761.600,0 dalam RAPBN tahun1984/1985.29

Dan pada RAPBN tahun

1985/1986 naik jumlah dana menjadi Rp 714.064.000,0 .30

Makin besar porsi

28Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja

Negara Tahun 1984/1985., Republik Indonesia, hlm. 38. 29Ibid., hlm. 419. 30Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja

Negara Tahun 1985/1986., Republik Indonesia, hlm. 437.

78

anggaran pertahanan, yang tidak hanya digunakan untuk pengadaan berbagai

barang dan jasa, tapi juga untuk pengoperasian dan perawatan alutsista, makin

besar potensi demand untuk industri pertahanan yang bersangkutan. Makin kecil

belanja pertahanan, makin kecil pula potensi permintaan dan pendapatan bagi

industri pertahanan.31

2. Peran Pemerintah dalam Membangun Sektor Industri Pertahanan

Hubungan yang simpel antara pemerintah dan industri senjata ini, dengan

anggaran sebagai perantaranya, kerap belum dapat dipahami oleh banyak

pemerintah negara berkembang. Tidak mungkin membangun atau

mengembangkan industri pertahanan tanpa memperbesar alokasi belanja

pertahanan dalam anggaran negara.32

Pembiayaan pembangunan sektor industri, dalam Repelita IV prioritas

diberikan pada industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri

baik industri berat maupun ringan yang akan terus dikembangkan dalam Repelita-

Repelita selanjutnya. Disamping itu diambil langkah-langkah untuk

mengembangkan penguasaan teknologi yang diperlukan oleh industri permesinan

dan akan lebih dikembangkan beberapa industri tertentu sepertin industri maritim,

industri penerbangan, industri alat-alat berat, industri elektronika serta industri

lainnya yang dapat menunjang pertahanan dan keamanan nasional. Untuk dapat

mendukung usaha pembangunan industri nasional, maka berbagai kebijaksanaan

yang dapat menciptakan iklim penanaman modal dan iklim berusaha yang lebih

sehat dan dinamis akan terus ditingkatkan. Tercapainya sasaran tersebut akan

membantu kemantapan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis sehingga

31Silmy Karim., Op.Cit., hlm. 160.

32Ibid., hlm. 161.

79

mampu menciptakan ketahanan nasional yang lebih kokoh dan dinamis dalam

rangka meletakkan kerangka landasan yang lebih kuat untuk melanjutkan

pembangunan nasional pada Repelita-Repelita selanjutnya.33

Karakter khas sektor pertahanan mendorong kedua dari pemerintah

sebagai sponsor industri pertahanan. Ini berbeda dengan hubungan sebagai

pelanggan yang lebih menyoroti dimensi hubungan komersial dan manajerial dari

pemerintah dan industri pertahanan. Sebagai sponsor, pemerintah dan industri

pertahanan memiliki keterkaitan yang lebih erat. Dengan menjadi sponsor, artinya

pemerintah melindungi, mempromosikan, dan memberdayakan industri

pertahanan dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk

melaksanakan fungsinya melindungi negara.34

Hubungan pemerintah dengan industri pertahananya substansial, sangat

sistematis dan institusional. Dalam hubungan jenis ini, infrastruktur keuangan dan

transaksi menjadi batang tubuhnya, dengan kultur, komitmen, dan mekanisme

mengikuti transaksi yang besar ini. Konteksnya, infrastruktur transaksional adalah

fungsi atau bentuk dari peran sponsor negara.

Pengeluaran dana yang berlebih dalam penganggaran yang tidak efisien

dalam pembelian kebutuhan alutsista yang menyebabkan kurang terporsirnya

anggaran untuk kemajuan dan pengembangan industri alutsista dalam negeri

sendiri. Ketertinggalan teknologi dalam Pindad sendiri yang menjadi salah satu

faktor penyebab negara lebih memilih untuk membeli alutsista dari luar.

33Nota Keuangan dan Rancangan

AnggaranPendapatanDanBelanjaNegaraTahun 1984/1985., Republik Indonesia,

hlm. 75.

34Silmy Karim., Op.Cit, hlm. 166.

80

3. PasarIndustriPertahanan PINDAD Sebagai BUMN

Aktivitas utama PT Pindad adalah melakukan bisnis di bidang alat dan

peralatan yang akan membantu kebijakan yang independen dalam pertahanan dan

keamanan dan juga alat dan peralatan. Dilihat dari produknya, Pindad terdiri atas

dua direktorat, yaitu Direktorat Produk Militer dan Direktorat Produk Komersial.

Direktorat Produk Militer terdiri atas Divisi Amunisi, Divisi Senjata, serta Unit

Bisnis Workshop dan Prototipe. Sedangkan Direktorat Produk Komersial terdiri

atas Divisi Mekanik, Listrik, Forging, dan Pengecoran serta Unit Bisnis Tool

Shop, Stamping dan Laboratorium.35

Divisi Senjata mengambil tempat untuk fasilitas produksinya di Bandung,

Jawa Barat. Di Kota Kembang, divisi ini terus berupaya berkembang dengan

fasilitas yang terus dimutakhirkan. Fasilitas yang ada membuat Divisi Senjata

dapat melakukan semua aktivitas, dari desain, manufaktur, pengembangan,

pengujian, hingga bantuan teknis kepada pemakai semua produknya. Kekuatan

dan kinerja produk diteliti secara terus-menerus untuk mendapatkan peningkatan

kualitas dan keandalan produk.

Kebijakan pengadan untuk pemerintah di banyak negara banyak

mendasarkan diri pada iklim kompetisi. Pemikiran yang umum, kompetisi

beberapa pemasok akan menghasilkan inovasi dan kapasitas yang berujung pada

kinerja produk yang tinggi tapi dengan harga yang masuk akal. Persoalannya,

pasar pertahanan memiliki keunikan tersendiri, yang kerap menafikan logika pasar

komersial.

35Ibid., hlm. 111.

81

Di pasar komersial, peningkatan supply dan demand sangat berkolerasi

dengan level harga. Supply naik, harga akan turun. Jika harga turun, demand akan

naik. Persoalannya, di sektor pertahanan, jumlah pemesanan dari pemerintah tidak

sensitif terhadap penurunan harga, dan juga kenaikan, karena dilandasi

perhitungan kebutuhan, proyeksi struktur angkatan bersenjata, dan kapabilitas dari

sistem persenjataan yang diinginkan. Dengan kondisi ini, perusahaan hanya

memiliki sedikit insentif pasar untuk lebih efisien demi memangkas harga.36

Kondisi monopsoni dan regulasi yang ketat dalam pengembangan senjata

dan industri pertahanan pada akhirnya menimbulkan dampak monopolistik (atau

oligopolistik) karena hanya perusahaan yang memiliki reputasi dan sejarah di

lingkungan industri pertahanan yang memiliki struktur, prosedur, dan kultur yang

sesuai dengan keinginan pemerintah.37

Meski manfaat prinsip kompetisi sudah dan sangat disadari, semua proses

pengadaan barang dan jasa pemerintah sektor pertahanan sering melimpah kontrak

pengadaan kepada sumber tunggal. Selintas seperti ada pada standar ganda bahwa

di satu sisi pengadaan barang dan jasa di sektor lain harus mendasarkan pada

prinsip kompetisi, sementara di pihak lain sektor pertahanan menoleransi

semacam praktek monopoli. Ini karea ada perbedaan mendasar antara pasar

komersial dan pertahanan.

36Ibid., hlm. 162. 37Ibid., hlm. 181.

82

E. Kebijakan Ekspor Impor dalam pengaruh Produksi Industri

Pertahanan

Perdagangan bukanlah menjadi tujuan secara tersendiri. Usaha untuk

meluaskan kegiatan niaga adalah salah satu jalan penting untuk meningkatkan

pendapatan dan meluaskan kesempatan kerja. Perdagangan adalah jalur yang

bermanfaat untuk menanggulangi kesulitan – kesukaran ekonomis yang

menghadapi perekonomian dunia dewasa ini: pengangguran merajalela,

pendapatan rendah yang tertekan, pertumbuhan tersendat-sendat, masalah beban

hutang negara-negara berkembang, inflasi. Golongan negara berkembang maupun

golongan negara industri dihadapkan dengan serangkaian permasalahan pokok

tersebut.38

1. ProteksiPemerintahdalampengaruhkebijakaneksporimpordalamS

ektor Pembangunan IndustriPertahanan

Pembangunan sektor pembangunan daerah, desa dan kota diarahkan pada

keselarasan pembangunan daerah dan pembangunan sektoral, sehingga

pembangunan sektoral yang berlangsung di daerah-daerah benar-benar sesuai

dengan potensi dan prioritas daerah. Dengan demikian keseluruhan pembangunan

daerah juga benar-benar juga merupakan satu kesatuan , demi terbinanya Indonesa

sebagai kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan di

dalam mewujudkan tujuan nasional.39

Perkembangan industri pertahanan, impor dan ekspor merupakan faktor

penting untuk membantu perkembangan ekonomi negara. Menunjang untuk

38Sumitro Djojohadikusumo., Perdagangan dan Industri dalam

Pembangunan , (Jakarta : LP3ES, 1985), hlm. 15. 39Nota Keuangan dan Rancangan

AnggaranPendapatanDanBelanjaNegaraTahun 1984/1985., Republik Indonesia,

hlm. 72.

83

perbandingan teknologi senjata dengan negara lain merupakan langkah tepat bagi

Pindad untuk membantu dalam ketertinggalan teknologi senjata Pindad. Namun

dalam kebijakan untuk membantu perkembangan industri juga untuk membantu

industri dalam negeri. Pemerintah melaksanakan berbagai kebijakan untuk

membantu industri dalam negeri termasuk industri pertahanan yang menekankan

mengenai pembatasan impor untuk membantu industri dalam negeri.

Faktor ketidakpastian selalu meningkatkan biaya produksi dan pemasaran

serta pembiayaanya. Pengaturan bersama untuk meningkatkan perdagangan

internasional secara semakin luas akan membangut menguari ketidakpastian bagi

dunia usaha. Hal itu merupakan kepentingan bersama. Usaha bersama untuk

mengurangi ketidakpastian bagi dunia usaha selanjutnya membantu untuk

mencapai kesempatan kerja secara penuh di negara-negara industri dan lapangan

kerja di negara-negara berkembang.40

Dalam faktor biaya produksi maupun

pemasaran serta pembiayaan industri senjaa juga tidak lepas dari keadaan produk

pasar di Internasional. PT Pindad mengoptimalkan biaya produksi senjata dengan

pemasaran sehingga mendapatkan keuntungan dari setiap pemasaran produk.

Kebijaksanaan proteksi atau subsidi yang menyangkut subtitusi impor

biasanya dimaksud sebagai pengaturan yang bersifat “sementara”. Akan tetapi

setelah beberapa waktu berlalu sering muncul kepentingan-kepentingan bercokol

yang kuat dan besar pengaruhnya terhadap kebijaksanaan pemerintah.

Kepentingan-kepentingan tersebut tidak segan menempuh berbagai jalan dan cara

untuk menekan pemerintah agar proteksi dan/atau subsidi dilanjutkan secara

terusmenerus.

40Sumitro Djojohadikusumo., Op.Cit., hlm. 16.

84

2. KondisipasarInternasionalberpengaruhterhadapimporeksporPind

ad

Langkah-langkah tindakan untuk menghemat impor mempunyai

batasansendiri, tidak bisa terus dilakukan sampai pada titik merugikan usaha

pengembangan ekspor. Dari sudut kedudukan neraca pembayaran luar negeri,

peningkatan ekspor bahkan lebih penting dari penghematan impor semata-mata.

Mungkin pada suatu tahap tertentu, keadaan pasar internasional tidak

menguntungkan bagi ekspor barang-barang yang dihasilkan dalam struktur dan

komposisi produksi pada saat itu. Akan tetapi dalam dinamika perkembangan

masa, sumber-sumber daya dan dana yang kini dicurahkan pada subtitusi impor

dapat dialihkan pada kegiatan untuk menciptakan kesempatan ekspor yang baru.

Segala sesuatau itu harus didasarkan atas pertimbangan biaya komparatif dan

keunggulan komparatif dalam dinamika perkembangan keadaan. Subtitusi impor

atau penghematan impor membawa dampak negatif terhadap ekonomi masyarakat

secara menyeluruh, jika satu sama lain itu merugikan produksi dan konsumsi

barang hasil dalam negeri.41

Kerahasiaan teknologi sesungguhnya juga ada di produk militer. Karena

itu, banyak negara maju menerapkan pembatasan ekspor produk

militernyakebijakan untuk mencegah peredaran informasi dan teknologi

persenjataan.42

Penerapan dalam impor dan ekspor tetap mempertimbangkan

dalam terjaminnya kerahasiaa teknologi produk yang dipasarkan.

41Ibid., hlm. 23. 42Silmy Karim., Op.Cit., hlm. 186.

85

Kontrol perdagang dan ekspor barang-barang atau material yang memiliki

dual-use function untuk membuat senjata, selain untuk kepentingan sipil. Selain

membatasi penyebaran informasi dan teknologi, kontrol ini juga bertujuan agar

senjata yangdijual tidak digunakan untuk kepentingan lain pemerintah negara

yang menerima senjata, misalnya membantai warga negaranya sendiri atau

menginvasi negara tetangganya.43

Pada asasnya pengembangan ekspor tidak perlu bertentangan dengan

subtitusi impor secara efisien. Kedua-duanya bisa saling menunjang, sejauh satu

dan lain ditopang oleh serangkaian insentif yang wajar dan seimbang. Pengalaman

empiris menunjukan bahwa pertambahan hasil produksi juga untuk pasar dalam

negeri. Lagi pula dalam proses yang bersangkutan dengan itu akan terwujud

diversifikasi dan pemantapan pada struktur industri. Penggunaan sumber daya

produksi dan pembiayaan yang dilakukan secara efisien bermanfaat, baik bagi

produksi dalam negeri maupun untuk ekspor.44

43Ibid.

44Sumitro Djojohadikusumo., Op.Cit., hlm. 23.

86

Bagan 1.

KEMANDIRIAN ALUTSISTA

Sumber: www.ristek.go.id

Pindaddalam produksi impor dan ekspor belum mampu bersaing teknologi

barang dan kualitas produk. Persaingan produk pasar industri senjata internasional

mengalami peningkatan sesuai dengan eskalasi konflik perang dingin antara

Amerika dengan Uni Soviet. Kondisi daya saing pasar industri senjata yang

meningkat akibat konflik perang yang tidak pernah terjadi membuat banyak

produk-produk senjata maupun alutsista turut menyebar ke Indonesia. Pada saat

KEMANDIRIAN

INDUSTRI

PERTAHANAN

NASIONAL

KEMAMPUAN

MENJAMIN

KETERSEDIAAN

ALUTSISTA

KEMANDIRIAN

PERTAHANAN

NEGARA

KEUTUHAN

KEDAULATAN

N K R I

MANDIRI

INDUSTRI

KEMAMPUAN dalam

membuat/mengintegrasikan Alutsista

KEBEBASAN dalam memilih Sumber Material/

Sistem/Teknologi

KETIDAK-KETERGANTUNGAN terhadap

berbagai ikatan

87

pemerintahan Soekarno selama era Orde Lama banyak senjata TNI yang meng-

impor dari Russia, sedangkan pemerintahan Orde Baru cenderung memilih

kerjasama dengan Amerika. Indonesia yang selama masa Orde Baru pemerintaha

Soeharto lebih cenderung bekerjasama dengan pemerintahan blok barat diwakili

Amerika.

Kondisi pasar internasional selama perang dingindipenuhi oleh peredaran

senjata dari Russia maupun Amerika. Untuk bersaing dengan produk yang lebih

memiliki daya tawarpasar dalam pasar industri senjata Indonsia belum mampu

bersaing dengan senjata-senjata produksi Amerika ataupun Russia. Maka

pemerintah dengan kebijakan untuk pemakaian produk dalam negeri membantu

dalam perkembangan produksi maupun pemasaran PT Pindad.

TNI AD banyak yang menyukai senjata laras panjang dari Amerika seperti

M-16 karena kualitas produk senjata yang lebih baik dari dalam negeri.

Sebenarnya kemampuan untuk produksi senjata dari divisi senjata Pindad sudah

banyak dibantu dari teknisi luar negeri untuk membantu dalam produksi peralatan

militer khususnya senjata.