BAB III Pengering
description
Transcript of BAB III Pengering
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Proses Pengeringan Tray 1
Untuk proses pengeringan tray 1, pada tray drier diset air flow pada skala
7 dan temperatur pada skala 7. Didapat grafik hubungan antara laju pengeringan
terhadap kadar air seperti ditampilkan pada Gambar 3.1.
0.62 0.64 0.66 0.68 0.7 0.72 0.74 0.76 0.780
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
A
B
CD
E
F
Kadar Air (kg air/kg jagung kering)
Laju
Pen
gerin
gan
(Kg
air/
m2
jam
)
Gambar 3.1 Grafik Hubungan Laju Pengeringan terhadap Kadar Air pada Tray 1
Berdasarkan gambar 3.1. pada permulaan operasi, biasanya pengeringan zat
padat mempunyai temperatur yang lebih rendah daripada temperatur
kesetimbangan dan kecepatan penguapannya akan naik selama temperatur
permukaannya naik sampai temperatur kesetimbangannya tercapai, seperti yang
ditunjukkan oleh kondisi AB. Periode ini disebut dengan periode penyesuaian
tahap awal. Periode penyesuaian awal ini biasanya sangat pendek dan umumnya
diabaikan dalam perhitungan waktu pengeringan.
Kondisi CD merupakan periode kecepatan pengeringan konstan, dimana
pada saat temperatur kesetimbangan tercapai maka terjadi penguapan cairan di
permukaan padatan dimana kecepatan penguapan tersebut masih bisa diimbangi
oleh difusi kapiler air dari dalam padatan sehingga permukaan padatan tetap
basah.
Selama periode kecepatan pengeringan konstan, konsentrasi cairan
permukaan berkurang tetapi konsentrasi cairan di dalam padatan masih tinggi.
Karena difusivitas cairan dalam zat padat masih tinggi, maka kecepatan
penguapan dari permukaan padatan masih dapat diimbangi oleh gerakan cairan
dari dalam padatan ke permukaan. Apabila tempat-tempat kering mulai tampak
pada permukaan padatan yang dikeringkan, mulailah terjadi penguapan
permukaan yang tidak jenuh. Apabila kandungan cairan rata-rata padatan telah
tercapai kandungan cairan kritis (Xc), maka lapisan permukaan cairan telah
demikian berkurang karena penguapan, sehingga pangeringan berikutnya akan
mengakibatkan terjadinya tempat-tempat kering pada permukaan dan permukaan
kering ini semakin luas atau menyebar selama proses pengeringan berlangsung.
Karena kecepatan pengeringan dihitung berdasarkan luas permukaan yang tetap
maka kecepatan pengeringan akan menurun, walaupun kecepatan pengeringan per
satuan luas permukaan basah tetap. Hal ini ditunjukkan oleh bagian pertama dari
kecepatan pengeringan menurun, yaitu periode pengeringan tidak jenuh yang
ditunjukkan pada kondisi EF.
0.62 0.64 0.66 0.68 0.7 0.72 0.74 0.76 0.780
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
1
Kadar Air (Kg air/Kg jagung kering)
Laju
Pen
gerin
gan
(Kg
air/
m2
jam
)
Gambar 3.2 Grafik Kurva Perbandingan Laju Pengeringan Teori dengan Laju
Pengeringan Tray 1
Berdasarkan gambar 3.2. dapat dilihat kurva perbandingan laju
pengeringan dari teori dengan laju pengeringan dari hasil percobaan tray 1,
dimana laju pengeringan hasil percobaan tidak sebanding dengan laju pengeringan
dari teori perhitungan. Hal ini disebabkan laju pengeringan hasil percobaan
ditinjau dari perpindahan massanya dan bukan ditinjau dari perpindahan
panasnya, dimana panas laten penguapan pada suhu padatan tidak diperhitungkan.
3.2 Proses Pengeringan Tray 2
Untuk proses pengeringan tray 2, pada tray drier diset air flow pada skala
7 dan temperatur pada skala 5. Didapat grafik hubungan antara laju pengeringan
terhadap kadar air seperti ditampilkan pada Gambar 3.3.
0.64 0.66 0.68 0.7 0.72 0.74 0.76 0.780
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
A
B
C
D
E
Kadar Air (Kg air/Kg jagung kering)
Laju
Pen
gerin
gan
(Kg
air/
m2
jam
)
Gambar 3.3 Grafik Hubungan Laju Pengeringan terhadap Kadar Air pada Tray 2
Berdasarkan gambar 3.3. pada permulaan operasi, biasanya pengeringan zat
padat mempunyai temperatur yang lebih rendah daripada temperatur
kesetimbangan dan kecepatan penguapannya akan naik selama temperatur
permukaannya naik sampai temperatur kesetimbangannya tercapai, seperti yang
ditunjukkan oleh kondisi AB. Periode ini disebut dengan periode penyesuaian
tahap awal. Periode penyesuaian awal ini biasanya sangat pendek dan umumnya
diabaikan dalam perhitungan waktu pengeringan.
Kondisi CD merupakan periode kecepatan pengeringan konstan, dimana
pada saat temperatur kesetimbangan tercapai maka terjadi penguapan cairan di
permukaan padatan dimana kecepatan penguapan tersebut masih bisa diimbangi
oleh difusi kapiler air dari dalam padatan sehingga permukaan padatan tetap
basah.
Selama periode kecepatan pengeringan konstan, konsentrasi cairan
permukaan berkurang tetapi konsentrasi cairan di dalam padatan masih tinggi.
Karena difusivitas cairan dalam zat padat masih tinggi, maka kecepatan
penguapan dari permukaan padatan masih dapat diimbangi oleh gerakan cairan
dari dalam padatan ke permukaan. Apabila tempat-tempat kering mulai tampak
pada permukaan padatan yang dikeringkan, mulailah terjadi penguapan
permukaan yang tidak jenuh. Apabila kandungan cairan rata-rata padatan telah
tercapai kandungan cairan kritis (Xc), maka lapisan permukaan cairan telah
demikian berkurang karena penguapan, sehingga pangeringan berikutnya akan
mengakibatkan terjadinya tempat-tempat kering pada permukaan dan permukaan
kering ini semakin luas atau menyebar selama proses pengeringan berlangsung.
Karena kecepatan pengeringan dihitung berdasarkan luas permukaan yang tetap
maka kecepatan pengeringan akan menurun, walaupun kecepatan pengeringan per
satuan luas permukaan basah tetap. Hal ini ditunjukkan oleh bagian pertama dari
kecepatan pengeringan menurun, yaitu periode pengeringan tidak jenuh yang
ditunjukkan pada kondisi DE.
0.64 0.66 0.68 0.7 0.72 0.74 0.76 0.780
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
Kadar Air (Kg air/Kg jagung kering)
Laju
Pen
gerin
gan
(Kg
air/
m2
jam
)
Gambar 3.4 Grafik Kurva Perbandingan Laju Pengeringan Teori dengan Laju
Pengeringan Tray 2
Berdasarkan gambar 3.4. dapat dilihat kurva perbandingan laju
pengeringan dari teori dengan laju pengeringan dari hasil percobaan tray 2,
dimana laju pengeringan hasil percobaan tidak sebanding dengan laju pengeringan
dari teori perhitungan. Hal ini disebabkan laju pengeringan hasil percobaan
ditinjau dari perpindahan massanya dan bukan ditinjau dari perpindahan
panasnya, dimana panas laten penguapan pada suhu padatan tidak diperhitungkan.
3.3 Proses Pengeringan Tray 3
Untuk proses pengeringan tray 2, pada tray drier diset air flow pada skala
5 dan temperatur pada skala 7. Didapat grafik hubungan antara laju pengeringan
terhadap kadar air seperti ditampilkan pada Gambar 3.5.
0.67 0.68 0.69 0.7 0.71 0.72 0.73 0.74 0.75 0.76 0.770
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
A
B
CD
E
Kadar Air (Kg air/Kg jagung kering)
Laju
Pen
gerin
gan
(Kg
air/
m2
jam
)
Gambar 3.5 Grafik Hubungan Laju Pengeringan terhadap Kadar Air pada Tray 3
Berdasarkan gambar 3.5. pada permulaan operasi, biasanya pengeringan
zat padat mempunyai temperatur yang lebih rendah daripada temperatur
kesetimbangan dan kecepatan penguapannya akan naik selama temperatur
permukaannya naik sampai temperatur kesetimbangannya tercapai, seperti yang
ditunjukkan oleh kondisi AB. Periode ini disebut dengan periode penyesuaian
tahap awal. Periode penyesuaian awal ini biasanya sangat pendek dan umumnya
diabaikan dalam perhitungan waktu pengeringan.
Kondisi CD merupakan periode kecepatan pengeringan konstan, dimana
pada saat temperatur kesetimbangan tercapai maka terjadi penguapan cairan di
permukaan padatan dimana kecepatan penguapan tersebut masih bisa diimbangi
oleh difusi kapiler air dari dalam padatan sehingga permukaan padatan tetap
basah.
Selama periode kecepatan pengeringan konstan, konsentrasi cairan
permukaan berkurang tetapi konsentrasi cairan di dalam padatan masih tinggi.
Karena difusivitas cairan dalam zat padat masih tinggi, maka kecepatan
penguapan dari permukaan padatan masih dapat diimbangi oleh gerakan cairan
dari dalam padatan ke permukaan. Apabila tempat-tempat kering mulai tampak
pada permukaan padatan yang dikeringkan, mulailah terjadi penguapan
permukaan yang tidak jenuh. Apabila kandungan cairan rata-rata padatan telah
tercapai kandungan cairan kritis (Xc), maka lapisan permukaan cairan telah
demikian berkurang karena penguapan, sehingga pangeringan berikutnya akan
mengakibatkan terjadinya tempat-tempat kering pada permukaan dan permukaan
kering ini semakin luas atau menyebar selama proses pengeringan berlangsung.
Karena kecepatan pengeringan dihitung berdasarkan luas permukaan yang tetap
maka kecepatan pengeringan akan menurun, walaupun kecepatan pengeringan per
satuan luas permukaan basah tetap. Hal ini ditunjukkan oleh bagian pertama dari
kecepatan pengeringan menurun, yaitu periode pengeringan tidak jenuh yang
ditunjukkan pada kondisi DE.
0.67 0.68 0.69 0.7 0.71 0.72 0.73 0.74 0.75 0.76 0.770
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
Kadar Air (Kg air/Kg jagung kering)
Laju
Pen
gerin
gan
(Kg
air/
m2
jam
)
Gambar 3.6 Grafik Kurva Perbandingan Laju Pengeringan Teori dengan Laju
Pengeringan Tray 3
Berdasarkan gambar 3.6. dapat dilihat kurva perbandingan laju
pengeringan dari teori dengan laju pengeringan dari hasil percobaan tray 2,
dimana laju pengeringan hasil percobaan tidak sebanding dengan laju pengeringan
dari teori perhitungan. Hal ini disebabkan laju pengeringan hasil percobaan
ditinjau dari perpindahan massanya dan bukan ditinjau dari perpindahan
panasnya, dimana panas laten penguapan pada suhu padatan tidak diperhitungkan.
3.4 Perbandingan Laju Pengeringan dengan Variasi Air Flow dan
Temperatur
0.62 0.64 0.66 0.68 0.7 0.72 0.74 0.76 0.780
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
Tray 1Tray 2
Kadar Air (Kg air/Kg jagung kering)
Laju
Pen
gerin
gan
(Kg
air/
m2
jam
)
Gambar 3.8 Grafik Kurva Perbandingan Laju Pengeringan dengan Variasi
Temperatur pada Tray 1 dan 2
Proses pengeringan tray 1 dan 2 dilakukan dengan menggunakan skala air
flow tray drier yang sama yaitu 7 dan skala temperatur yang berbeda, masing-
masing adalah 7 dan 5. Dari gambar 3.8, terlihat bahwa laju pengeringan pada
tray 2 yang menggunakan skala temperatur 5 lebih besar, tetapi membutuhkan
waktu yang lebih lama dibandingkan dengan tray 1 yang menggunakan skala
temperatur yang lebih tinggi yaitu 7, padahal seharusnya laju pengeringan tray 1
lebih besar daripada tray 2 dikarenakan tray 1 menggunakan skala temperatur
yang lebih tinggi dari pada tray 1 sehingga perpindahan massa air lebih cepat
dikarenakan suhu penguapan yang digunakan lebih tinggi. Hasil yang didapatkan
kurang sesuai dengan teori yang ada dikarenakan tidak homogennya pengambilan
sampel pada tray yang dilakukan, pada tray 1 jumlah kadar air nya lebih besar
dibandingkan tray 2. Sebagaimana juga telah dijelaskan juga menurut Tim
Penyusun (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan dapat
digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal yang meliputi ukuran bahan, kadar
air awal dan tekanan parsial didalam bahan, serta faktor eksternal yang meliputi
suhu, kelembaban dan kecepatan volumetrik aliran udara pengering. Maka dapat
diindikasikan bahwa terdapat gangguan dari beberapa faktor tersebut sehingga
menyebabkan laju pengeringan pada tray 2 lebih besar daripada tray 1.
0.62 0.64 0.66 0.68 0.7 0.72 0.74 0.76 0.780
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
Tray 1Tray 3
Kadar Air (Kg air/Kg jagung kering)
Laju
Pen
gerin
gan
(Kg
air/
m2
jam
)
Gambar 3.9 Grafik Kurva Perbandingan Laju Pengeringan dengan Variasi air
flow pada Tray 1 dan 3
Proses pengeringan tray 1 dan 3 dilakukan dengan menggunakan skala
temperatur tray drier yang sama yaitu 7 dan skala air flow yang berbeda, masing-
masing adalah 7 dan 5. Dari gambar 3.9, terlihat bahwa laju pengeringan pada
tray 3 yang menggunakan skala air flow 5 lebih besar, tetapi membutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan dengan tray 1 yang menggunakan skala air flow
yang lebih tinggi yaitu 7, padahal seharusnya laju pengeringan tray 1 lebih besar
daripada tray 3 dikarenakan tray 3 menggunakan skala air flow yang lebih tinggi
sehingga memperbesar koefisien perpindahan panas dikarenakan semakin tinggi
nya turbulensi sehingga memperbesar laju perpindahan panas jika dibandingkan
dengan tray 3. hasil yang didapatkan kurang sesuai dengan teori yang ada
dikarenakan tidak homogennya pengambilan sampel pada percobaan yang
dilakukan, pada tray 1 jumlah kadar air nya lebih besar dibandingkan tray 3.
Sebagaimana juga telah dijelaskan juga menurut Tim Penyusun (2015) faktor-
faktor yang mempengaruhi pengeringan dapat digolongkan menjadi dua yaitu
faktor internal yang meliputi ukuran bahan, kadar air awal dan tekanan parsial
didalam bahan, serta faktor eksternal yang meliputi suhu, kelembaban dan
kecepatan volumetrik aliran udara pengering. Maka dapat diindikasikan bahwa
terdapat gangguan dari beberapa faktor tersebut sehingga menyebabkan laju
pengeringan pada tray 3 lebih besar daripada tray 1.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1. Kecepatan pengeringan yang didapatkan relatif lebih besar apabila skala
temperatur dan skala air flow dinaikkan.
2. Pengaruh temperatur terlihat ketika air flow di setting konstan, dan
temperatur di setting pada skala 5 dan 7. Laju pengeringan pada skala
temperatur 7 lebih cepat.
3. Pengaruh air flow terlihat ketika temperatur di setting konstan, dan air
flow di setting pada skala 5 dan 7. Laju pengeringan air flow pada skala 7
lebih cepat.
4. Berdasarkan percobaan dapat diketahui bahwa temperatur lebih
berpengaruh dibandingkan dengan air flow.
5. Perbandingan laju pengeringan pada teori dan percobaan pada ke tiga tray
relatif kurang sebanding.
6. Kadar air dari jagung basah yang digunakan adalah 75,83 %.
4.2 Saran
1. Teliti dalam penghitungan kecepatan udara, karena kecepatan dapat
berbeda jauh jika penghitungan tidak tepat.
2. Usahakan ketika melakukan percobaan, tray berada di luar dalam waktu
yang sesingkat mungkin agar tidak terjadi penguapan.
3. Tutup tempat penampungan jagung sebelum di letakkan ke tray, tutup
menggunakan plastik dengan teliti.
4. Usahakan agar sampel yang diambil pada setiap percobaan homogen kadar
airnya, agar hasil percobaan lebih akurat.