BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Struktur Organisasi dan Tata Kerja Berdasarkan...
Transcript of BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Struktur Organisasi dan Tata Kerja Berdasarkan...
29
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Tinjauan Umum Organisasi
3.1.1. Sejarah Dan Perkembangan Singkat Organisasi PT. Pegadaian (Persero)
Jakarta
PT. Pegadaian (Persero) Jakarta dimulai pada saat Pemerintah Penjajahan
Belanda (VOC) mendirikan BANK VAN LEENING yaitu lembaga keuangan yang
memberikan kredit dengan sistem gadai, lembaga ini pertama kali didirikan di
Batavia pada tanggal 20 Agustus 1746.
Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda
(1811-1816) Bank Van Leening milik pemerintah dibubarkan, dan masyarakat diberi
keleluasaan untuk mendirikan usaha pegadaian asal mendapat lisensi dari Pemerintah
Daerah setempat (liecentie stelsel). Namun metode tersebut berdampak buruk,
pemegang lisensi menjalankan praktek rentenir atau lintah darat yang dirasakan
kurang menguntungkan pemerintah berkuasa (Inggris). Oleh karena itu, metode
liecentie stelsel diganti menjadi pacth stelsel yaitu pendirian pegadaian diberikan
kepada umum yang mampu membayarkan pajak yang tinggi kepada pemerintah.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pemerintah Hindia Belanda
mengeluarkan Staatsblad (Stbl) No. 131 tanggal 12 Maret 1901 yang mengatur bahwa
usaha Pegadaian merupakan monopoli Pemerintah dan tanggal 1 April 1901 didirikan
30
Pegadaian Negara pertama di Sukabumi (Jawa Barat), selanjutnya setiap tanggal 1
April diperingati sebagai hari ulang tahun Pegadaian.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung Kantor Pusat Jawatan Pegadaian yang
terletak di Jalan Kramat Raya 162 dijadikan tempat tawanan perang dan Kantor Pusat
Jawatan Pegadaian dipindahkan ke Jalan Kramat Raya 132. Tidak banyak perubahan
yang terjadi pada masa pemerintahan Jepang, baik dari sisi kebijakan maupun
Struktur Organisasi Jawatan Pegadaian. Jawatan Pegadaian dalam Bahasa Jepang
disebut ‘Sitji Eigeikyuku’, Pimpinan Jawatan Pegadaian dipegang oleh orang Jepang
yang bernama Ohno-San dengan wakilnya orang pribumi yang bernama M. Saubari.
Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, Kantor Jawatan Pegadaian sempat
pindah ke Karang Anyar (Kebumen) karena situasi perang yang kian terus memanas.
Agresi militer Belanda yang kedua memaksa Kantor Jawatan Pegadaian dipindah lagi
ke Magelang. Selanjutnya, pasca perang kemerdekaan Kantor Jawatan Pegadaian
kembali lagi ke Jakarta dan Pegadaian kembali dikelola oleh Pemerintah Republik
Indonesia.
Dalam masa ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai
Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan PP.No.7/1969
menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN), selanjutnya berdasarkan PP No. 10/1990
(yang diperbaharui dengan PP.No.103/2000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum
(PERUM).
31
Kemudian pada tahun 2011, perubahan status kembali terjadi yakni dari
Perum menjadi Perseroan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.
51/2011 yang ditandatangani pada 13 Desember 2011.
Namun perubahan tersebut efektif setelah anggaran dasar diserahkan ke
pejabat berwenang yaitu pada 1 April 2012. Kini usia Pegadaian telah lebih dari
seratus tahun, manfaat semakin dirasakan oleh masyarakat, meskipun perusahaan
membawa misi public service obligation, ternyata perusahaan masih mampu
memberikan kontribusi yang signifikan dalam bentuk pajak dan bagi keuntungan
kepada Pemerintah, disaat mayoritas lembaga keuangan lainnya berada dalam situasi
yang tidak menguntungkan.
Budaya Perusahaan PT. Pegadaian (Persero)
Budaya kerja PT. Pegadaian (Persero) disimbolkan dari kata INTAN, yang
merupakan singkatan dari:
1. I untuk Inovatif, berupaya melakukan penyempurnaan yang mempunyai nilai
tambah dan tanggapan terhadap perubahan.
2. N untuk Nilai Moral Tinggi, memahami dan mematuhi ajaran agama masing-
masing serta etika perusahaan.
3. T untuk Terampil, mengetahui dan memahami tugas yang diemban serta selalu
belajar dengan penuh tanggung jawab.
4. A untuk Adi Layanan, memberikan layanan yang dapat memuaskan orang lain,
fokus pada privasi, kenyamanan, dan kecepatan.
32
5. N untuk Nuansa Citra, senantiasa peduli dan menjaga nama baik serta reputasi
perusahaan.
Sepuluh Perilaku Utama Insan Pegadaian:
1. Berinisiatif, Kreatif, Produktif, dan Adaptif.
2. Berorientasi pada Solusi Bisnis.
3. Taat Beribadah.
4. Jujur dan Berpikir Positif.
5. Kompeten di Bidang Tugasnya.
6. Selalu Mengembangkan Diri.
7. Peka dan Cepat Tanggap.
8. Empatik, Santun, dan Ramah.
9. Bangga sebagai Insan Pegadaian.
10. Bertanggung Jawab Atas Aset dan Reputasi Perusahaan.
Visi:
PT. Pegadaian (Persero) Jakarta adalah sebagai solusi bisnis terpadu terutama
berbasis gadai yang selalu menjadi market leader dan mikro berbasis fidusia selalu
menjadi yang terbaik untuk masyarakat menengah ke bawah.
Misi:
PT. Pegadaian (Persero) adalah memberikan pembiayaan yang tercepat,
termudah, aman dan selalu memberikan pembinaan terhadap usaha golongan
menengah ke bawah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, memastikan
pemerataan pelayanan dan infrastruktur yang memberikan kemudahan dan
33
kenyamanan di seluruh Pegadaian dalam mempersiapkan diri menjadi pemain
regional dan tetap menjadi pilihan utama masyarakat, membantu Pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah ke bawah dan
melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya perusahaan.
3.1.2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Berdasarkan informasi data yang diperoleh dari PT. Pegadaian (Persero)
Jakarta tentang struktur organisasi Divisi PKBL & CSR, adalah:
Gambar III.1
Struktur Organisasi Divisi PKBL & CSR
Sumber: PT. Pegadaian (Persero) Jakarta (2016)
Direktur IV
Koordinator
PKBL & CSR
Manajer PK
Staf Administrasi & Umum
Manajer BL/CSR
Staf Administrasi & Umum
34
Pada PT. Pegadaian (Persero) Jakarta ada beberapa deskripsi pekerjaan dan
pengertiannya yaitu:
1. Direktur IV
Perencanaan:
a. Menetapkan, mengembangkan, dan mengkomunikasikan Visi, Misi, Strategi,
dan struktur organisasi perusahaan dan tata kerja bersama direksi yang lain.
b. Menetapkan rencana dan sasaran kerja direktorat IV – Keuangan (yang terdiri
dari Divisi Tresuri, Divisi Akuntansi, Divisi Manajemen Resiko, dan Biro
PKBL & CSR) diselaraskan dengan direktorat yang lain.
Implementasi:
c. Menentukan dan mengembangkan metode dan system penganggaran, analisa
keuangan, informasi finansial dan informasi operasional.
d. Mengembangkan dan menjaga strategi arus kas, penyediaan modal kerja dan
modal untuk pengembangan usaha.
e. Mengembangkan dan memastikan terlaksananya forecasting serta analisa
keuangan dari berbagai inisiatif bisnis untuk pengembangan usaha (contohnya:
pembelian asset, pengembangan produk baru, pengembangan operasi, dll).
f. Mereview dan mengevaluasi kinerja keuangan unit afiliasi termasuk anak
perusahaan.
g. Memastikan Divisi dan Biro dibawah Direktoratnya berjalan sesuai fungsi dan
mencapai Key Performance Indikator (KPI).
Pengendalian:
35
h. Memastikan pengelolaan risiko, kepatuhan dan Good Corporate Governance
(GCG) diterapkan dan terintegrasi dalam pengelolaan keuangan perusahaan.
i. Memonitor dan melakukan perbaikan yang diperlukan di direktorat IV –
Keuangan untuk mencapai Key Performance Indikator (KPI).
2. Koordinator PKBL/CSR
a. Merencanakan, mengorganisasikan, menyelenggarakan, melakukan
pengawasan, monitoring dan evaluasitas pelaksanaan Program Kemitraan, Bina
Lingkungan dan CSR Perusahaan.
b. Meyakini atau memastikan bahwa bidang yang menjadi tanggung jawabnya
telah memiliki rencana kerja tahunan yang berpedoman pada RJP Perusahaan
atau ketentuan lain yang telah ditetapkan Direksi.
c. Meyakini/memastikan tersusunnya kebijakan di bidang PKBL dan CSR.
d. Meyakini/memastikan bahwa pengelolaan kegiatan PKBL dan CSR yang
menjadi tanggung jawabnya telah dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan
Perusahaan.
e. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya pelaksanaan kebijakan
dan pembinaan Program Kemitraan, Bina Lingkungan dan CSR.
f. Mengembangkan dan mengimplementasikan sistem/manual pengelolaan PKBL
dan CSR, disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan Perusahaan.
g. Meyakini/memastikan bahwa target kerja divisi yang telah ditetapkan dapat
tercapai dengan baik oleh seluruh unit kerja operasional.
h. Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pekerjaan.
36
i. Mengelola dan mengkoordinasikan Dana Kebijakan Umat (DKU) sesuai
ketentuan yang berlaku.
j. Melaksanakan pekerjaan lain yang masih terkait dan berhubungan dengan
keberhasilan tugas-tugasnya dan atau yang diperintahkan oleh atasan.
3. Manajer Program Kemitraan
a. Menyusun rencana kerja dan anggaran Bagian Program Kemitraan.
b. Melakukan seleksi dan merekomendasikan calon mitra binaan.
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pembinaan.
d. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas pembinaan.
e. Menyusun bentuk, jenis, sasaran dan materi pembinaan.
f. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan
kegiatan administrasi dan keuangan Bagian Program Kemitraan.
g. Mengkoordinasikan Fungsional PKBL di Kantor Wilayah untuk melakukan
penagihan secara intensif.
h. Melaporkan hasil kegiatan pembinaan serta pengaruhnya terhadap aktivitas
Perusahaan.
i. Melaksanakan pekerjaan lain yang masih terkait dan berhubungan dengan
keberhasilan tugas-tugasnya dan atau yang diperintahkan oleh atasan.
4. Manajer Bina Lingkungan & CSR
a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Bagian Bina Lingkungan dan CSR.
37
b. Merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengawasi
program bina lingkungan dan CSR agar sesuai dengan tujuan yg telah
ditetapkan.
c. Merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengelola
pengumpulan dana CSR.
d. Merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengawasi jenis,
sasaran, materi dan pelaksanaan kegiatan bina lingkungan dan CSR.
e. Merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengawasi
rencana pengembangan sistem dan prosedur pelaporan operasional program
bina lingkungan dan CSR.
f. Merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengawasi
kegiatan administrasi dan keuangan bina lingkungan dan CSR.
g. Memproses program dan pelaksanaan tugas wilayah.
h. Mengelola Dana Kebajikan Umat (DKU) sesuai ketentuan yang berlaku.
i. Melaksanakan pekerjaan lain yang masih terkait dan berhubungan dengan
keberhasilan tugas-tugasnya dan atau yang diperintahkan oleh atasan.
5. Staf Administrasi & Umum
a. Mencatat surat yang keluar dan surat yang masuk.
b. Mengetik konsep surat dan sejenisnya sesuai perintah atasan/pengguna.
c. Melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan operator.
d. Melakukan pekerjaan penyediaan data sesuai perintah atasan/pengguna.
e. Melakukan pekerjaan administrasi dan tugas lainnya sesuai perintah atasan.
38
f. Melaksanakan tugas pekerjaan lain yang terkait bidang tugasnya dan atau yang
diberikan oleh atasan.
3.1.3. Kegiatan Usaha/Organisasi
PT. Pegadaian (Persero) Jakarta merupakan perusahaan pembiayaan yang
tercepat, termudah, aman dan selalu memberikan pembinaan terhadap usaha golongan
menengah ke bawah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kegiatan usaha PT. Pegadaian (Persero), sebagai berikut:
1. Penghimpunan Dana (Funding Product)
Pegadaian sebagai lembaga keuangan tidak diperkenankan secara langsung
menghimpun dana dari masyarakat seperti dalam bentuk simpanan misalnya
tabungan, giro, deposito sebagaimana perbankan, untuk memenuhi kebutuhan
dananya untuk melakukan kegiatan usaha maka sumber dananya yaitu:
a. Modal Sendiri terdiri dari:
1) Modal awal, yaitu kekayaan negara diluar APBN.
2) Penyertaan modal pemerintah.
3) Laba ditahan, laba ditahan ini merupakan akumulasi laba sejak perusahaan
PT. Pegadaian berdiri.
b. Pinjaman jangka pendek dari perbankan
1) Dana jangka pendek sebagian besar adalah dalam bentuk (sekitar 80% dari
total jangka pendek yang dihimpun).
39
2) Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya (hutang kepada nasabah, dan
lain-lain).
3) Kerjasama dengan pihak ketiga dalam memanfaatkan aset perusahaan
dalam bidang bisnis properti, seperti pembangunan gedung kantor dan
Operate, dan Transfer.
4) Dari masyarakat dengan menerbitkan obligasi.
5) Mengadakan kerjasama dengan lembaga keuangan lainnya, baik
perbankan maupun non perbankan.
2. Penggunaan Dana
Dana yang berhasil dihimpun digunakan untuk mendanai PT. Pegadaian (Persero),
dana tersebut dipergunakan, sebagai berikut:
a. Uang kas dan dana likuid lain.
b. Pendanaan kegiatan operasional.
c. Pembelian dan pengadaan berbagai macam bentuk aktiva tetap dan inventaris.
d. Penyaluran dana.
e. Investasi lain.
Kegiatan Usaha PKBL & CSR:
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang disebut Program Kemitraan
adalah program untuk meningkatkan kemampuan Usaha Kecil agar menjadi tangguh
dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Dana Program PK
40
(Program Kemitraan) digunakan untuk tujuan yang memberikan manfaat kepada
masyarakat di sektor usaha BUMN dalam bentuk:
1. Sektor Industri.
2. Sektor Perdagangan.
3. Sektor Pertanian.
4. Sektor Peternakan.
5. Sektor Perkebunan.
6. Sektor Perikanan.
7. Sektor Jasa.
8. Sektor Lainnya.
Program Bina Lingkungan (BL) adalah program pemberdayaan kondisi sosial
masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program
ini terdiri dari Program BL BUMN Pembina dan Program BL BUMN Peduli.
Program BL BUMN Pembina adalah Program BL yang ditetapkan dan dilaksanakan
oleh BUMN Pembina di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan. Sedangkan
Program BL BUMN Peduli adalah Program BL yang dilakukan secara bersama-sama
oleh BUMN Pembina dan pelaksanaannya ditetapkan serta dikoordinir oleh Menteri
Negara BUMN.
41
Dana Program Bina Lingkungan (BL) digunakan untuk tujuan yang memberikan
manfaat kepada masyarakat di wilayah usaha BUMN dalam bentuk:
1. Bantuan korban bencana alam.
2. Bantuan pendidikan atau pelatihan.
3. Bantuan peningkatan kesehatan.
4. Bantuan pengembangan prasarana atau sarana umum.
5. Bantuan sarana ibadah.
6. Bantuan pelestarian alam.
CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap sosial
maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu
kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga
lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak yang tidak mampu di daerah tersebut,
dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun fasilitas
masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
3.2. Hasil Penelitian
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menjelaskan dan memberikan data
tentang kualitas penyaluran dana program kemitraan, tingkat rasio Non Performing
Loan (NPL) program kemitraan, dan perkembangan Non Performing Loan (NPL)
program kemitraan yang terjadi pada PT. Pegadaian (Persero) Jakarta.
42
3.2.1. Data Kualitas Penyaluran Dana Program Kemitraan
Berikut tabel kualitas penyaluran dana program kemitraan yang diperoleh dari
data PKBL & CSR pada PT. Pegadaian (Persero) Jakarta.
Tabel III.1
Data Kualitas Penyaluran Dana Program Kemitraan pada
PT. Pegadaian (Persero) Jakarta periode 2013-2015
Kualitas
Penyaluran Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Lancar Rp. 31.020.310.514 Rp. 27.098.770.884 Rp. 30.449.528.186
Kurang Lancar Rp. 5.538.289.738 Rp. 2.635.363.890 Rp. 1.976.583.342
Diragukan Rp. 1.693.684.108 Rp. 1.202.495.114 Rp. 557.785.613
Macet Rp. 10.616.931.096 Rp. 10.490.680.761 Rp. 9.278.263.863
Total Kredit Rp. 48.869.215.456 Rp. 41.427.310.649 Rp. 42.262.161.004
Sumber: Data Olahan Penulis
Berdasarkan tabel diatas dari data Kualitas Penyaluran Dana Program
Kemitraan pada PT. Pegadaian (Persero) Jakarta.
Pada tahun 2013 dapat dilihat penyaluran dana program kemitraan yang
tertinggi adalah penyaluran dana kualitas lancar sebesar Rp. 31.020.310.514 dan yang
terendah adalah penyaluran dana dengan kualitas diragukan sebesar Rp.
1.693.684.108.
Pada tahun 2014 dapat dilihat penyaluran dana program kemitraan yang
tertinggi adalah penyaluran dana kualitas lancar sebesar Rp. 27.098.770.884 dan yang
terendah adalah penyaluran dana dengan kualitas diragukan sebesar Rp.
1.202.495.114.
43
Pada tahun 2015 dapat dilihat penyaluran dana program kemitraan yang
tertinggi adalah penyaluran dana kualitas lancar sebesar Rp. 30.449.528.186 dan yang
terendah adalah penyaluran dana dengan kualitas diragukan sebesar Rp. 557.785.613.
Hasil analisanya adalah dapat dilihat kualitas penyaluran dana program
kemitraan kualitas penyaluran lancar pada tahun 2013 Rp. 31.020.310.514
dibandingkan dengan kualitas penyaluran lancar pada tahun 2014 mengalami
penurunan sebesar Rp. 3.921.539.630 dan kualitas penyaluran lancar pada tahun 2015
mengalami kenaikan sebesar Rp. 3.350.757.302.
Dapat dilihat kualitas penyaluran dana program kemitraan kualitas penyaluran
kurang lancar pada tahun 2013 Rp. 5.538.289.738 dibandingkan dengan kualitas
penyaluran kurang lancar pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar Rp.
2.902.925.848 dan kualitas penyaluran kurang lancar pada tahun 2015 mengalami
penurunan kembali sebesar Rp. 658.780.548.
Dapat dilihat kualitas penyaluran dana program kemitraan kualitas penyaluran
diragukan pada tahun 2013 Rp. 1.693.684.108 dibandingkan dengan kualitas
penyaluran diragukan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar Rp.
491.188.994 dan kualitas penyaluran diragukan pada tahun 2015 mengalami
penurunan kembali sebesar Rp. 644.709.501.
Dapat dilihat kualitas penyaluran dana program kemitraan kualitas penyaluran
macet pada tahun 2013 Rp. 10.616.931.096 dibandingkan dengan kualitas penyaluran
macet pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar Rp. 126.250.335 dan kualitas
44
penyaluran macet pada tahun 2015 mengalami penurunan kembali sebesar Rp.
1.212.416.898.
Jadi, penyaluran dana program kemitraan pada PT. Pegadaian (Persero)
Jakarta periode 2013-2015 kualitas penyalurannya adalah lancar.
3.2.2. Data Tingkat Rasio Non Performing Loan (NPL) Program Kemitraan
Berikut tabel tingkat rasio Non Performing Loan (NPL) program kemitraan
yang diperoleh dari data PKBL & CSR pada PT. Pegadaian (Persero) Jakarta.
Tabel III.2
Data Tingkat Rasio Non Performing Loan (NPL) Program Kemitraan Pada
PT. Pegadaian (Persero) Jakarta periode 2013-2015
Tahun 2013 2014 2015
Kredit Bermasalah Rp. 17.848.904.942 Rp. 14.328.539.765 Rp. 11.812.632.818
Total Kredit Rp. 48.869.215.456 Rp. 41.427.310.649 Rp. 42.262.161.004
NPL
0,36523821337
(36,52%)
0,34587183045
(34,59%)
0,27950849027
(27,95%)
Sumber: Data Olahan Penulis
Besarnya nilai Non Performing Loan (NPL) suatu perusahaan dapat dihitung
menggunakan rumus, sebagai berikut:
NPL = Kredit Bermasalah × 100%
Total Kredit
45
a. Perhitungan Non Performing Loan (NPL) Tahun 2013
= 17.848.904.942 × 100%
48.869.215.456
= 0,36523821337 (36,52%)
b. Perhitungan Non Performing Loan (NPL) Tahun 2014
= 14.328.539.765 × 100%
41.427.310.649
= 0,34587183045 (34,59%)
c. Perhitungan Non Performing Loan (NPL) Tahun 2015
= 11.812.632.818 × 100%
42.262.161.004
= 0,27950849027 (27,95%)
Dari tabel diatas terlihat persentase tingkat rasio Non Performing Loan (NPL)
Program Kemitraan PT. Pegadaian (Pesero) Jakarta.
Pada tahun 2013 total kredit bermasalah sebesar Rp. 17.848.904.942 dengan
total kredit sebesar Rp. 48.869.215.456 sehingga menghasilkan nilai Non Performing
Loan (NPL) mencapai angka 36,52%.
Pada tahun 2014 total kredit bermasalah sebesar Rp. 14.328.539.765 dengan
total kredit sebesar Rp. 41.427.310.649 sehingga menghasilkan nilai Non Performing
Loan (NPL) mencapai angka 34,59%.
Pada tahun 2015 total kredit bermasalah sebesar Rp. 11.812.632.818 dengan
total kredit sebesar Rp. 42.262.161.004 sehingga menghasilkan nilai Non Performing
Loan (NPL) mencapai angka 27,95%.
46
Jadi, nilai Non Performing Loan (NPL) program kemitraan pada PT. Pegadaian
(Persero) Jakarta periode 2013-2015 yang tertinggi terjadi pada tahun 2013 mencapai
angka 36,52% dan nilai Non Performing Loan (NPL) yang terendah terjadi pada
tahun 2015 mencapai angka 27,95%.
3.2.3. Data Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Program Kemitraan
Berikut tabel perkembangan Non Performing Loan (NPL) Program Kemitraan
yang diperoleh dari data PKBL & CSR pada PT. Pegadaian (Persero) Jakarta.
Tabel III.3
Tahun NPL Persentase Penurunan Keterangan
2013 36,52% - -
2014 34,59% 1,93% Terjadi penurunan sebesar 1,93%
2015 27,95% 6,64% Terjadi penurunan sebesar 6,64%
Sumber: Data Olahan Penulis
Dari tabel diatas terlihat perkembangan nilai Non Performing Loan (NPL)
pada tahun 2014 mengalami penurunan sejumlah 1,93%, kemudian pada tahun 2015
terjadi penurunan kembali nilai Non Performing Loan (NPL) sejumlah 6,64%. Hal ini
disebabkan jumlah kredit yang bermasalah berkurang dikarenakan debitur telah
melunasi kewajibannya.