BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian...
Transcript of BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian...
23
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tinjauan Teori
3.1.1 Pengertian Pajak Keluaran
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran
rakyat.
Penggolongan pajak berdasarkan lembaga pemungutannya di
Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu Pajak Pusat dan Pajak
Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah
Pusat yang dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat
Jenderal Pajak – Kementerian keuangan. Sedangkan Pajak Daerah
adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di
tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Segala pengadministrasian
yang berkaitan dengan pajak pusat, akan dilaksanakan di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan
Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak serta di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Untuk
pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak derah, akan
dilaksanakan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak
Daerah atau Kantor sejenisnya yang dibawahi oleh Pemerintah Daerah
setempat.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan
atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam
Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia). Orang Pribadi, perusahaan,
maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang dan jasa
24
adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, kecuali ditentukan lain
oleh Undang-undang PPN.
PPN Keluaran atau Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan
Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena
Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.(Anonymus: 2013)
3.1.2 Dasar Hukum Pajak Keluaran
Dasar Hukum Pajak Keluaran adalah sebagai berikut
a. Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di
Indonesia adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 berikut
perubahannya, yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun 1994, Undang-
Undang No. 18 Tahun 2000, dan Undang-Undang No. 42 Tahun
2009. Yang dimana peraturan Pajak Keluaran terdapat pada Pasal
1 No. 25
b. Peraturan yang digunakan dalam pemungutan PPN Keluaran atau
Pajak Keluaran adalah sebagai berikut Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010, Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor 44/PJ/2010, dan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 563/KMK.03/2003.
3.1.3 Subjek Pajak Keluaran
Subjek Pajak Keluaran atau lebih mudah disebut Pengusaha Kena
Pajak (PKP). Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa
Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) 1984 dan perubahannya, tidak
termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang
25
memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Contoh
PKP adalah sebagai berikut
a. Pabrik atau Produsen
b. Importir
c. Agen utama atau penyalur utama
d. Pengusaha pemegang hak atau menggunakan paten atau merek
dagang Barang Kena pajak.
e. Pedagang besar.
f. Eksportir.
g. Pedagang eceran besar.
h. Pemborong atau kontraktor.
i. Pengusaha bidang telekomunikasi.
j. Pengusaha jasa angkatan udara dalam negeri.
3.1.4 Objek Pemungutan Pajak dan Pengecualian Pajak Penghasilan
PPN
Objek Pemungutan Pajak Keluaran adalah sebagai berikut
a. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang
dilakukan oleh pengusaha.
b. Impor barang kena pajak.
c. Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang
dilakukan oleh pengusaha.
d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean.
e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean.
f. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak
g. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak
h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
Pengecualian Pemungutan PPN Keluaran atau Pajak Keluaran
26
a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya.
b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat.
c. Jasa pelayanan kesehatan medis.
d. Jasa pelayanan sosial.
e. Jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman
surat dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan
cara lain pengganti perangko tempel.
f. Jasa asuransi.
g. Jasa penyediaan tempat parkir.
h. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos.
3.1.5 Tarif Pajak dan Cara Perhitungannya
Tarif PPN menurut ketentuan Undang-Undang Dasar No.42 tahun 2009
pasal 7:
1. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah 10% (sepuluh persen).
2. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 0% (nol persen)
diterapkan atas:
a. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
b. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
c. Ekspor Jasa Kena Pajak
3. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah
menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi sebesar
15% (lima belas persen) sebagaimana diatur oleh Peraturan
Pemerintah.
Soal
1. PT. ABC menjual produk jam tangan bermerk D.E.A.D secara tunai
kepada PT. Sejahtera seharga Rp. 30.000.000 jadi Pajak
Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp. 30.000.000
27
= Rp. 3.000.000
Jadi PPN sebesar Rp. 3.000.000 tersebut merupakan Pajak Keluaran
yang dipungut oleh PT. ABC
2. PKP “B” melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan
memperoleh Penggantian sebesar Rp20.000.000,00
PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP “B”
= 10% x Rp. 20.000.000
= Rp. 2.000.000
PPN sebesar Rp 2.000.000 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang
dipungut oleh PKP “B”
3.1.6 Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran PPN
Yang wajib membayar/menyetor dan melapor PPN
1. Pengusaha Kena Pajak (PKP)
2. Pemungut PPN adalah
a. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
b. Bendahara Pemerintah Pusat dan Daerah.
c. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Yang wajib disetor
1. Oleh PKP
a. PPN yang dihitung sendiri melalui pengkreditan Pajak
Masukan dan Pajak Keluaran. Yang disetor adalah selisih
Pajak Masukan dan Pajak Keluaran, bila Pajak Masukan
lebih kecil dari Pajak Keluaran.
b. PPnBM yang dipungut oleh PKP Pabrikan Barang Kena
Pajak (BKP) yang tergolong mewah.
c. PPN/ PPnBM yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak
dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan
Surat Tagihan Pajak (STP).
2. Oleh Pemungut adalah PPN yang dipungut oleh pemungut PPN
Tempat Pembayaran
28
1. Kantor Pos dan Giro
2. Bank Persepsi
Saat Pembayaran/Penyetoran PPN
1. PPN yang dihitung sendiri oleh PKP harus disetor paling
lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai disampaikan.
2. PPN yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP
harus dibayar/disetor sesuai batas waktu yang tercantum
dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP tersebut.
3. PPN atas Impor, harus dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk, dan apabila pembayaran Bea
Masuk ditunda/ dibebaskan, harus dilunasi pada saat
penyelesaian dokumen Impor.
4. PPN/PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh:
a. Bendahara Pemerintah, harus disetor paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memungut PPN /
PPnBM atas Impor, harus disetor dalam jangka waktu 1
(satu) hari kerja setelah dilakukan pemungutan PPN pajak.
5. PPN dari penyerahan tepung terigu oleh Badan Urusan
Logistik (BULOG), harus dilunasi sendiri oleh PKP
sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang (D.O) ditebus.
Saat pelaporan PPN
1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus
dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan kepada
Kantor Pelayanan Pajak setempat paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB,
SKPKBT, dan STP yang telah dilunasi segera dilaporkan
ke KPP yang menerbitkan.
3. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan:
29
a. Bendahara Pemerintah harus dilaporkan paling lama
akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas Impor, harus
dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir.
4. Untuk penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN
dan PPnBM dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan
dalam SPT Masa dan disampaikan kepada KPP setempat
paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
Sarana pembayaran atau penyetoran pajak
1. Untuk membayar/menyetor PPN dan PPnBM digunakan
formulir Surat Setoran Pajak (SSP) yang tersedia di
Kantor-kantor Pelayanan Pajak dan Kantor-kantor
Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP) di seluruh Indonesia.
2. Surat Setoran Pajak (SSP) menjadi lengkap dan sah bila
jumlah PPN/ PPn BM yang disetorkan telah sesuai dengan
yang tercantum di dalam Daftar Nominatif Wajib Pajak
(DNWP) yang dibuat oleh: Bank penerima pembayaran,
Kantor Pos dan Giro, atau Kantor Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai penerima setoran.
3.1.7 Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Administrasi
Untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya, Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan
terhadap Wajib Pajak. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dalam
rangka menjalankan fungsi pengawasan terhadap Wajib Pajak yang
bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
Berdasarkan ruang lingkupnya jenis-jenis pemeriksaan sebagaimana
disebutkan di atas dapat dibedakan menjadi pemeriksaan lapangan dan
30
pemeriksaan kantor. Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi 6
(enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang
memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai
dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan. Pemeriksaan Lapangan
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung
sejak tanggal Surat perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal
Laporan Hasil Pemeriksaan.
Kewajiban Wajib Pajak yang diperiksa adalah:
1. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai
dengan waktu yang ditentukan khususnya untuk jenis Pemeriksaan
Kantor.
2. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain termasuk data yang
dikelolah secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau
objek yang terutang pajak. Khusus untuk Pemeriksaan Lapangan,
Wajib Pajak wajib memberikan kesempatan untuk mengakses
dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik.
3. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang
dipandang perlu dan memberi bantuan lainnya guna kelancaran
pemeriksaan.
4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan.
5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan
Publik khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor.
6. Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang
diperlukan.
Hak hak WP dalam pemeriksaan antara lain
1. Meminta Surat Perintah Pemeriksaan
31
2. Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa
3. Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan
4. Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT
5. Hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu
yang ditentukan
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Pajak, maka akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat
mengakibatkan pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau
nihil. Berdasarkan pemeriksaan, jenis-jenis ketetapan yag dikeluarkan
adalah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT), dan Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).
Disamping itu dapat diterbitkan pula Surat Tagihan Pajak (STP) dalam
hal dikenakannya sanksi administrasi dapat berupa denda, bunga, dan
kenaikan.Tabel sanksi administrasi yang ada dalam surat ketetapan
pajak disajikan dalam uraian dibawah ini.
No Pasal Masalah Keterangan Sanksi
1 7 (1) SPT Terlambat disampaikan :
a. Masa Per SPT
Rp100.000
atau
Rp500.000
b. Tahunan Per SPT
Rp100.000
atau Rp
1.000.000
2 8 (3) Pembetulan sendiri dan belum
disidik
Dari jumlah
pajak yang
kurang dibayar
150%
3 14
(4)
pengusaha yang telah dikukuhkan
sebagai PKP, tetapi tidak membuat
faktur pajak atau membuat faktur
Dari DPP 2%
32
Tabel
3.1
S
a
n
k
si denda
Tabel 3.2
Sanksi bunga:
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan
1. 8 (2 dan 2a) Pembetulan SPT Masa dan
Tahunan 2%
Per bulan, dari
jumlah pajak yang
kurang dibayar
2. 9 (2a dan 2b)
Keterlambatan
pembayaran pajak masa
dan tahunan
2%
Per bulan, dari
jumlah pajak
terutang
3. 13 (2) Kekurangan pembayaran
pajak dalam SKPKB 2%
Per bulan, dari
jumlah kurang
dibayar, max 24
bulan
4. 13 (5)
SKPKB diterbitkan setelah
lewat waktu 5 tahun
karena adanya tindak
pidana perpajakan maupun
tindak pidana lainnya
48%
Dari jumlah paak
yang tidak mau atau
kurang dibayar.
5. 14 (3) a. PPh tahun berjalan
tidak/kurang bayar 2%
Per bulan, dari
jumlah pajak tidak/
kurang dibayr, max
24 bulan
b. SPT kurang bayar 2%
Per bulan, dari
jumlah pajak tidak/
kurang dibayr, max
24 bulan
14 (5)
PKP yang gagal
berproduksi dan telah
diberikan pengembalian
Pajak Masukan
2%
Per bulan, dari
jumlah pajak tidak/
kurang dibayr, max
24 bulan
6. 15 (4) SKPKBT diterbitkan 48% Dari jumlah pajak
pajak, tetapi tidak tepat waktu;
pengusaha yang telah dikukuhkan
sebagai PKP yang tidak mengisi
faktur pajak secara lengkap
Dari DPP 2%
PKP melaporkan faktur pajak tidak
sesuai dengan masa penerbitan
faktur pajak
Dari DPP 2%
33
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan
setelah lewat waktu 5
tahun karena adanya tindak
pidana perpajakan maupun
tindak pidana lainnya
yang tidak atau
kurang dibayar
7. 19 (1)
SKPKB/T, SK
Pembetulan, SK
Keberatan, Putusan
Banding yang
menyebabkan kurang
bayar terlambat dibayar
2%
Per bulan, atas
jumlah pajak yang
tidak atau kurang
dibayar
8. 19 (2) Mengangsur atau menunda 2%
Per bulan, bagian
dari bulan dihitung
penuh 1 bulan
9. 19 (3) Kekurangan pajak akibat
penundaan SPT 2%
Atas kekurangan
pembayaran pajak
Tabel 3.3
Sanksi kenaikan:
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan
1. 8 (5) Pengungkapan ketidak benaran SPT
sebelum terbitnya SKP 50%
Dari pajak
yang
kurang
dibayar
2. 13 (3)
Apabila: SPT tidak disampaikan
sebagaimana disebut dalam surat
teguran, PPN/PPnBM yang tidak
seharusnya dikompensasikan atau
tidak tarif 0%, tidak terpenuhinya
Pasal 28 dan 29
a. PPh yang tidak atau kurang dibayar 50%
Dari PPh
yang tidak/
kurang
dibayar
b. tidak/kurang dipotong/ dipungut/
disetorkan 100%
Dari PPh
yang tidak/
kurang
dipotong/
dipungut
c. PPN/PPnBM tidak atau kurang
dibayar 100%
Dari PPN/
PPnBM
yang tidak
atau kurang
34
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan
dibayar
3. 15 (2) Kekurangan pajak pada SKPKBT 100%
Dari jumlah
kekurangan
pajak
tersebut
3.1.8 Faktur Pajak
3.1.8.1 Tentang Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). Faktur
Pajak dapat berupa faktur penjualan atau dokumen tertentu yang
ditetapkan sebagai faktur Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak. Selain
itu ada juga Faktur Pajak Gabungan. Faktur Pajak Gabungan adalah
Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan
kepada pembeli BKP atau penerima JKP yang sama selama 1 (satu)
bulan kalender.
Faktur pajak dibuat saat :
1. Saat penyerahan BKP dan/atau JKP
2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi
sebelum penyerahan BKP dan/atau JKP
3. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan
4. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
35
Transaksi yang diharuskan membuat faktur pajak adalah sebagai
berikut
1. Penyerahan BKP Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha atau ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena
Pajak dan/atau atas penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut
tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena
Pajak
2. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha
3. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
4. Ekspor JKP oleh Pengusaha Kena Pajak.
Dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan
BKP atau penyerahan JKP yang paling sedikit memuat
1. Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP.
2. Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP.
3. Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan
potongan harga.
4. PPN yang dipungut.
5. PPn BM yang dipungut.
6. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak.
7. Nama dan tandatangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
3.1.8.2 Prosedur Pembuatan Faktur Pajak
Prosedur Pembuatan Faktur Pajak kembali dirubah oleh Direktorat
Jenderal Pajak dan berlaku 1 April 2013. Perubahan ketentuan tentang
Faktur Pajak PPN tersebut dikeluarkan melalui Peraturan Dirjen Pajak
PER 24/PJ/2012 tanggal 22 Nopember 2012.
Beberapa Perubahan yang signifikan adalah :
1. Penomoran Nomor Seri Faktur Pajak yang menerapkan sistem
Kode Aktivasi dan Password yang diajukan untuk permintaan
Nomor Seri Faktur Pajak.
36
2. Penomoran Nomor Seri Faktur Pajak untuk Status Cabang yang
sudah tidak diberlakukan kembali.
3. Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak harus dilakukan rutin, jikalau
sudah habis.
4. Untuk Penomoran Faktur Pajak, dilakukan dengan cara pemberian :
a. 75 Nomor Seri Faktur Pajak untuk Perusahaan baru.
b. 120% dari Jumlah Akumulatif Nomor Seri Faktur dalam 3 bulan
sebelumnya yang telah jatuh tempo pada tanggal pengajuan
permintaan Nomor Seri Faktur Pajak.
5. Perihal Faktur Pajak Pengganti, Penomoran Nomor Seri Faktur
Pajak menggunakan Nomor Seri Faktur Pajak yang salah, tanggal
dan bulan berjalan, nominal yang sebenarnya.
6. Dalam Format Faktur Pajak yang terbaru ini tidak terlalu signifikan
perubahannya. Hanya terdapat pada keterangan pengisian :
a. Nilai Tukar Kurs : .....
b. Berdasarkan KMK No. ............. tanggal .......
3.1.8.3 Tata Cara Penggantian dan Pembatalan Faktur Pajak
Tata cara penggantian faktur yang hilang sebagai berikut
1. Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa Kena Pajak dapat
mengajukan permohonan tertulis untuk meminta copy dari Faktur
Pajak yang hilang kepada Pengusaha Kena Pajak penjual atau
pemberi Jasa Kena Pajak dengan tembusan kepada Kantor Pelayanan
Pajak di tempat Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa
Kena Pajak dikukuhkan dan kepada Kantor Pelayanan Pajak di
tempat Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak
dikukuhkan.
2. Berdasarkan permohonan dari Pengusaha Kena Pajak pembeli atau
penerima Jasa Kena Pajak, Pengusaha Kena Pajak penjual atau
pemberi Jasa Kena Pajak membuat copy dari arsip Faktur Pajak yang
disimpan oleh Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa
Kena Pajak, untuk dilegalisir oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat
37
Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak
dikukuhkan.
Copy dibuat dalam rangkap 2 (dua), yaitu :
- Lembar ke-1 : diserahkan ke Pengusaha Kena Pajak pembeli atau
penerima Jasa Kena Pajak melalui Pengusaha Kena Pajak penjual
atau pemberi Jasa Kena Pajak.
- Lembar ke-2 : arsip Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan
3. Legalisir diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha
Kena Pajak penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak dikukuhkan
setelah meneliti asli arsip Faktur Pajak dan Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai dari Pengusaha Kena Pajak penjual
atau pemberi Jasa Kena Pajak tersebut.
4. Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak pembeli atau
penerima Jasa Kena Pajak dikukuhkan wajib melakukan penelitian
atas Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dari
Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa Kena Pajak untuk
meyakinkan bahwa Faktur Pajak yang dilaporkan hilang tersebut
sudah dikreditkan sebagai Pajak Keluaran.
Sedangkan tata cara pembetulan faktur pajak yang cacat atau rusak atau
mungkin salah dalam penulisan yaitu sebagi berikut
1. Atas permintaan Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa
Kena Pajak atau atas kemauan sendiri, Pengusaha Kena Pajak
penjual atau pemberi Jasa Kena Pajak membuat Faktur Pajak
Pengganti terhadap Faktur Pajak yang rusak, cacat, salah dalam
pengisian atau salah dalam penulisan.
2. Pembetulan Faktur Pajak yang rusak, cacat, salah dalam pengisian
atau salah dalam penulisan tidak diperkenankan dengan cara
menghapus, atau mencoret, atau dengan cara lain, selain dengan cara
membuat Faktur Pajak Pengganti sebagaimana dimaksud dalam butir
1.
3. Penerbitan dan peruntukan Faktur Pajak Pengganti dilaksanakan
seperti penerbitan dan peruntukan Faktur Pajak yang biasa sesuai
38
dengan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang telah ditetapkan
dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
4. Faktur Pajak Pengganti sebagaimana dimaksud pada butir 1, diisi
berdasarkan keterangan yang seharusnya dan dilampiri dengan
Faktur Pajak yang rusak, cacat, salah dalam penulisan atau salah
dalam pengisian tersebut.
5. Pada Faktur Pajak Pengganti sebagaimana dimaksud pada butir 1,
dibubuhkan cap yang mencantumkan Kode dan Nomor Seri serta
tanggal Faktur Pajak yang diganti tersebut. Pengusaha Kena Pajak
dapat membuat cap tersebut seperti contoh berikut. Kode dan Nomor
Seri serta tanggal Faktur Pajak yang diganti dapat diisi dengan cara
manual.
Faktur Pajak Standar yang diganti :
Kode dan Nomor Seri : ………………………
Tanggal : ………………………
6. Penerbitan Faktur Pajak Pengganti mengakibatkan adanya kewajiban
untuk membetulkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai pada Masa Pajak terjadinya kesalahan pembuatan Faktur Pajak
tersebut.
7. Faktur Pajak Pengganti dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai pada :
a. Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak dilaporkannya Faktur
Pajak yang diganti, dengan mencantumkan nilai setelah
penggantian
b. Masa Pajak diterbitkannya Faktur Pajak Pengganti tersebut
dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN dan
PPnBM, untuk menjaga urutan Faktur Pajak Standar yang
diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak.
8. Pelaporan Faktur Pajak Pengganti pada Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak sebagaimana dimaksud pada
butir 7 huruf a dan b, harus mencantumkan Kode dan Nomor Seri
Faktur Pajak yang diganti pada kolom yang telah ditentukan.
39
Dan tata cara pembetulan faktur adalah sebagai berikut
1. Dalam hal terjadi pembatalan transaksi penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajak-nya
telah diterbitkan, maka Faktur Pajak tersebut harus dibatalkan.
2. Pembatalan transaksi harus didukung oleh bukti atau dokumen yang
membuktikan bahwa telah terjadi pembatalan transaksi. Bukti dapat
berupa pembatalan kontrak atau dokumen lain yang menunjukkan
telah terjadi pembatalan transaksi.
3. Pengusaha Kena Pajak Penjual yang melakukan pembatalan Faktur
Pajak harus memiliki bukti dari Pengusaha Kena Pajak Pembeli yang
menyatakan bahwa transaksi dibatalkan.
4. Faktur Pajak yang dibatalkan harus tetap diadministrasi (disimpan)
oleh Pengusaha Kena Pajak Penjual yang menerbitkan Faktur Pajak
tersebut.
5. Pengusaha Kena Pajak Penjual yang membatalkan Faktur Pajak
harus mengirimkan surat pemberitahuan dan copy dari Faktur Pajak
yang dibatalkan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena
Pajak Penjual dikukuhkan dan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
Pengusaha Kena Pajak Pembeli dikukuhkan.
6. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak Penjual belum melaporkan Faktur
Pajak yang dibatalkan di dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai, maka Pengusaha Kena Pajak Penjual harus tetap
melaporkan Faktur Pajak tersebut dalam Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada
kolom DPP, PPN atau PPnBM
3.2 Tinjauan Praktik SOP Pajak Keluaran
3.2.1 Unit Organisasi yang Terlibat
Bagian yang terlibat dalam prosedur penyelesaian pajak keluaran pada
PT. Telkom Regional IV dan DIY
40
1. Personal Service
Bagian ini bertanggungjawab dalam menerima atau mendata
pesanan barang dari Authorized Dealer (AD) dan membuat Sales
Order (SO).
2. Financial Service
Dalam penyelesaian pajak keluaran bagian ini bertanggung jawab
dalam melakukan verifikasi antara bukti transfer dengan Sales
Order (SO) yang dibuat oleh Personal Service, membuat Jurnal
Umum, serta mengentry data Pajak Keluaran ke SAP.
3. Tax Operation
Bagian ini merupakan bagian terpenting dalam penyelesaian pajak
keluaran karena bagian ini bertanggung jawab mulai dari download
data Pajak Keluaran di SAP, mengentry ke FINeST per BUS Area,
mencetak faktur sementara di SAP, membuat template, upload
pajak keluaran di sistem e-faktur, mencetak faktur pajak, membuat
TAK Pajak Keluaran, serta rekonsiliasi antara SAP dengan
FINeST.
3.2.2 Prosedur Penyelesaian Pajak Keluaran PT. Telekomunikasi
Indonesia Regional IV Jateng dan DIY
Dalam proses penyelesaian pajak keluaran, PT. Telekomunikasi
Indonesia Regional IV Jateng dan DIY menggunakan dua sistem
aplikasi dalam pengerjaannya yaitu SAP (System Application and
Product) dan FINeST (Financial Enhanced Supporting Tools). SAP
adalah suatu software yang dikembangkan untuk mendukung suatu
organisasi dalam menjalankan kegiatan operasionalnya secara lebih
efisien dan efektif. SAP merupakan software Enterprise Resources
Planning (ERP), yaitu suatu tools IT dan manajemen untuk membantu
perusahaan merencanakan dan melakukan berbagai aktivitas sehari-
hari.
41
SAP terdiri dari sejumlah modul aplikasi yang mempunyai
kemampuan mendukung semua transaksi yang perlu dilakukan suatu
perusahaan dan tiap aplikasi bekerja secara berkaitan satu dengan yang
lainnya. Semua modul aplikasi di SAP dapat bekerja secara terintegrasi
atau terhubung yang satu dengan lainnya. Sedangkan FINeST adalah
suatu aplikasi keuangan yang digunakan PT. Telekomunikasi Indonesia
Regional IV Jateng dan DIY untuk membantu atau mempermudah
pekerjaan di bagian keuangan.
Berikut prosedur penyelesaian pajak keluaran PT. Telekomunikasi
Indonesia Regional IV Jateng dan DIY:
1. Personal Service
Bagian ini merupakan bagian yang melayani pembelian dari
Authorized Dealer (AD). Authorized Dealer (AD) adalah customer
yang melakukan pembelian barang dalam jumlah besar ke PT.
Telekomunikasi Indonesia Regional IV Jateng dan DIY kemudian
dijual kembali ke kios-kios kecil. Setiap terjadi transaksi penjualan,
personal service mendata semua barang yang dipesan dari AD.
Biasanya AD akan memesan barang dengan cara mengemail jenis
barang dan jumlah barang yang dipesan ke bagian personal service.
Namun sebelum mengemail barang yang dipesan, terlebih dahulu
AD mentransfer jumlah uang sebesar nilai barang yang dipesan ke
bagian personal service. Lalu bukti transfer dikirim ke bagian
Financial Service. Setelah itu, personal service membuat Sales Order
(SO) dan diserahkan ke bagian Financial Service.
2. Financial Service
Bagian ini melakukan verifikasi antara bukti transfer dengan
Sales Order (SO). Bukti transfer dilihat dari internet banking
sedangkan Sales Order diterima dari bagian personal service. Bila
kedua data tersebut sudah sesuai maka bagian ini akan membuat
kuitansi bukti Approve (Disetujui) yang akan diberikan ke bagian
pengadaan barang, sehingga barang bisa keluar. Namun, bila kedua
42
data tersebut tidak sesuai maka akan direject dan data dikembalikan
ke bagian personal service untuk dilakukan cek ulang.
Lalu, dari bukti kuitansi Approve oleh Financial Service dibuat
jurnal umum. Dan dari jurnal umum itu diketahui besarnya PPN
yang dikenakan. Setelah itu, dilakukan entry data PPN Keluaran ke
SAP.
3. Tax Operation
Dalam prosedur penyelesaian pajak keluaran, bagian ini melakukan
beberapa tahapan yaitu:
a. Mendownload data pajak keluaran dari SAP. Data ini diatur
dalam bentuk excel dan diprint untuk memudahkan saat dilakukan
entry data.
b. Rekonsiliasi atau mengentry data pajak keluaran antara SAP
dengan FINeST.
c. Mencetak faktur pajak sementara dari SAP. Mencetak ini dalam
arti bukan diprint melainkan di Print Screen ke excel untuk
memperoleh No. Seri faktur pajak yang benar.
d. Mengentry data pajak keluaran ke FINeST dengan menggunakan
No. Seri faktur pajak yang benar.
e. Membuat template. Template ini sebelum diotorisasi oleh
Manager Tax Operation, dilakukan pengecekan terlebih dahulu
antara template dengan faktur pajak. Bila semua data sudah sesuai
maka diserahkan ke Manager Tax Operation untuk diotorisasi.
f. Dari data template tersebut, lalu dilakukan upload pajak keluaran
di sistem e-faktur Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
g. Setelah itu, cetak faktur pajak untuk diserahkan ke Authorized
Dealer (AD) sebagai bukti transaksi pemungutan PPN.
Membuat TAK (Transaksi Antar Kantor) pajak keluaran. TAK ini
juga diserahkan ke Manager Tax Operation untuk diotorisasi.
43
3.2.3 Flowchart Prosedur Penyelesain Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan Tata Cara Penyelesaian Atau Penaganan PPN Keluaran pada
PT. Telekomunikasi Indonesia Regional IV Jateng dan DIY
Gambar 3.1
Flowchart Prosedur Penyelesaian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Keluaran
Keterangan : SO : Sales Order FINeST : Financial Enhanced Supporting Tools SAP : System Application and Product PK : Pajak Keluaran TAK : Transaksi Antar Kantor KPP : Kantor Pelayanan Pajak
44
Authorized Dealer (AD) Personal Service Financial Service
Transfer uang &
email barang yg
dipesan
Bukti
Transfer Daftar
Barang
Daftar
Barang
Membuat
Sales Order
(SO)
Sales Order
(SO)
1
1
Sales Order
(SO) Bukti
Transfer
Verifikasi Bukti
Transfer dengan
SO
Kuitansi Bukti
Approve
Membuat
Jurnal Umum
Jurnal
Umum
Entry
Jumlah PPN SAP
Data Pajak
Keluaran
2
Tidak Sesuai
Sesuai
Mulai
Pengecekan
Ulang 4
Faktur Pajak
45
Tax Operation Manager Tax Operation
2
Data Pajak
Keluaran
Download
Data PK SAP
Daftar Pajak
Keluaran
Rekon daftar PK
dan cetak faktur
sementara SAP
FINeST
Faktur
Sementara
Untuk memperoleh
No. seri faktur
Membuat
Template
Template
PK
Upload
data PK
dan cetak
faktur pajak
E-faktur
KPP
Faktur
Pajak
Membuat
TAK PK SAP
TAK Pajak
Keluaran
3
5
4
Template
PK
3 5
TAK Pajak
Keluaran
Otorisasi/ Approve
Template PK
terotorisasi
TAK Pajak
Keluaran
terotorisasi
A
N
A
46
Berikut langkah-langkah penyelesaian pajak keluaran di bagian Tax
Operation:
a. Download Pajak Keluaran di SAP
1. Buka program SAP
2. Lalu muncul SAP Logon 710
Gambar 3.2 - Login Awal SAP
3. Pilih FICO -> klik Log On
Gambar 3.3 – Login SAP
47
4. Masukkan user dan password, lalu Enter
Gambar 3.4 – Login Aplikasi SAP
5. Buka T-code -> pilih ZFBL3A -> klik enter (tanda centang)
Gambar 3.5 – Tampilan Menu SAP
48
6. Klik Get Variant
Gambar 3.5 – Tampilam Account Line Item Balance Dispaly
7. Muncul NIK, lalu klik Execute (gambar jam)
Gambar 3.6 – Tampilan Pemunculan NIK Pengguna
49
8. Muncul daftar bantuan, pilih “PPN KELUARAN”, klik enter
(gambar centang)
Gambar 3.7 – Tampilan Daftar Bantuan
9. Lalu ubah posting date dan open date yang dikehendaki.
Gambar 3.9 – Tampilan PK Download
10. Klik save (2x)
50
Gambar 3.10 – Tampilan PK Download untuk Save
11. Setelah itu klik Execute (gambar jam), maka akan muncul perintah
seperti ini, dan klik “yes”.
Gambar 3.11 - Tampilan Saat Save
51
12. Lalu muncullah data Pajak Keluaran.
Gambar 3.12 – Tampilan Data Pajak Keluaran
13. Geser kursor ke arah kanan -> klik pada kolom “user name” ->
klik set filter (gambar corong)
Gambar 3.13 – Tampilan Icon Filter
52
14. Masukkan NIK pada kotak user name, lalu klik multiple selection.
Gambar 3.14 – Tampilan saat Memfilter Data Pajak Keluaran
15. Masukkan daftar NIK petugas posting yang diambil dari excel.
Gambar 3.15 – Tampilan NIK Petugas Posting
53
16. Lalu copy NIK dari excel ke kolom “single value” di SAP per
kotak.
Gambar 3.16 – Tampilan Saat Input NIK Petugas Posting
17. Setelah semua NIK dimasukkan, lalu klik copy (gambar jam).
Gambar 3.17 – Tampilan NIK Petugas Posting Bagian 2
54
18. Klik Execute, lalu muncul data yang dikehendaki.
Gambar 3.18 – Tampilan Data Pajak Keluaran Setalah Filtering
Setelah download selesai, lalu simpan data tersebut di SAP. Berikut
langkah-langkahnya:
1. Klik menu system -> List -> Save -> pilih Local File
Gambar 3.19 – Tampilan Cara Save Hasil Pajak Keluaran
55
2. Pada “Save list in file”, pilih Spreadsheet
Gambar 3.20 – Gambar Tampilan Spreadsheet
3. Lalu klik enter (gambar centang)
Gambar 2.21 – Tampilan Icon Centang
56
4. Untuk menyimpan data, klik file name.
Gambar 3.22 – Tampilan Untuk Menyimpan Data PK
5. Masukkan nama file dan tempat dimana data akan disimpan. Lalu
klik save.
Gambar 3.23 - Tampilan Saat Save Data PK
57
6. Bila sudah, klik Generate
Gambar 3.24 – Tampilan Generate Data PK
b. Rekonsiliasi antara SAP dengan FINeST
1. Buka FINeST
2. Masukkan username dan password
58
Gambar 3.25 – Tampilan Awal Finest
3. Pilih Taxation Klik VAT
Gambar 2.26 – Tampilan Finest Saat Memilih VAT
59
4. Klik Reconciliation, untuk memulai mengentry Pajak Keluaran.
Gambar 3.27 – Tampilan Finest Setelah Memilih VAT
5. Pilih nomor 2 untuk Rekonsiliasi PK (Pajak Keluaran)
Gambar 3.28 - Tampilan Finest Saat Rekon PK
6. Masukkan BA Area dan Periode yang dikehendaki, untuk DOC
Type pilih FP. Lalu klik Execute.
Gambar 3.29 – Tampilan Finest Saat Rekon PK Memilih BA Periode
60
dan DOC Type
7. Klik Ctrl-F masukkan nomor dokumen. Untuk menemukan
dokumen yang akan dientry. Lalu klik manual input (tanda
centang).
Gambar 3.30 – Tampilan Data PK
8. Masukkan NPWP Lawan Transaksi dengan cara klik pada tanda
panah hijau, untuk mencari NPWP vendor.
61
Gambar 3.31 – Tampilan Saat Entry Data PK
9. Pada “Search by”, pilih customer name masukkan nama vendor
yang dicari klik Search. Bila sudah ketemu, klik pada data
vendornya.
Gambar 3.32 – Tampilan Saat Mencari Vendor
62
10. Maka kotak NPWP, Nama dan Alamat Lawan Transaksi serta No.
Dokumen dan tanggal fakturtelah terisi secara otomatis, setelah itu
klik simpan.
Gambar 3.33 – Tampilan Saat Data Sudah Terisi
11. Klik OK
Gambar 3.34 – Tampilan Saat Data Tersimpan
63
12. Klik Retry
Gambar 3.35 – Tampilan Retry Pada Finest
c. Cetak Faktur Pajak di SAP untuk memperoleh Nomor Seri
Faktur.
1. Buka SAP
2. Lalu muncul SAP Logon 710
65
G
a
m
b
a
r
3
.
3
7
- Log On SAP
4. Masukkan user dan password, lalu Enter / klik tanda centang.
Gambar 3.38 - Login SAP
66
5. Buka T-code ->pilih ZFPS -> Klik enter (gambar centang)
Gambar 3.39 – Tampilan Menu SAP
6. K
l
i
k
G
e
t Variant
Gambar 3.40 – Tampilan Menu ZFPS SAP
7. Muncul NIK, klik execute (gambar jam)
67
G
a
m
b
a
r
3
.
4
1
– Tampilan Get Variant
8. Isi Document Number, Fiscal Year, Nama Customer, Alamat,
Kota, dan NPWP Customer. Untuk NPPKP dikosongkan, sedangkan
nama barang diisi “E-Voucher”.
Gambar 3.42 – Pengisan Faktur Pajak
9. K
l
i
k
e
x
e
68
cute (gambar jam)
Gambar 3.43 – Gambar Icon Execute
10. M
a
k
a
a
k
an muncul faktur pajak sesuai dengan Document Number yang dicari.
Maka akan diperoleh No.seri faktur yang benar, lalu dientry lagi ke
FINeST dengan menggunakan No. Seri tersebut.
Gambar 3.44 – Hasil Faktur Pajak
69
d. Membuat daftar template dan model upload pajak keluaran
Berikut contoh daftar template pajak keluaran:
Gambar 3.45 – Tampilan Daftar Teamplate Pajak Keluaran
Berikut contoh model upload pajak keluaran:
70
Gambar 3.46 – Tampilan Format Untuk Upload E-Faktur
e. Upload Pajak Keluaran di Sistem E-faktur Kantor Pelayanan
Pajak (KPP)
1. Buka Aplikasi e-faktur klik EtaxInvoice.exe. Maka akan
muncul seperti ini:
71
Gambar 3.47 – Tampilan Awal E-Faktur
2. Pilih network database klik connect lalu isi nama user dan
password klik Login
Gambar 3.48 – Tampilan Login E-Faktur
72
3. Klik menu faktur pilih Pajak Keluaran Import
Gambar 3.49 – Tampilan Untuk Memilih Pajak Keluaran
4. Isikan karakter pemisah dengan tanda titik koma ( ; ) Klik open
file
Gambar 3.50 – Pengisian Tanda E-Faktur
73
5. Pilih data yang dikehendaki klik open
Gambar 3.51 – Memilih File Untuk Upload E-Faktur
6. Maka akan muncul data Pajak Keluaran yang formatnya sudah OK,
lalu klik Proses Import.
74
Gambar 3.52 – Proses Upload E-Faktur
7. Lalu muncul pemberitahuan bahwa data yang diupload sudah
sukses atau gagal.
Gambar 3.53 – Tampilan Upload Sukses
75
8. Tutup sheet tersebut, kembali ke menu utama. Lalu cek dokumen
yang sudah diupload di e-faktur. Klik menu Faktur pilih Pajak
Keluaran klik Administrasi Faktur
Gambar 3.54 – Tampilan E-Faktur Untuk Memilih Administrasi
9. Maka muncul daftar pajak keluaran yang sudah diupload tadi.
Gambar 3.55 – Hasil Upload E-Fakur
10 Setelah upload, lalu cetak faktur pajak.
Berikut contoh faktur pajak yang dibuat oleh PT. Telkom Indonesia: